BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi teknologi di dunia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit tidak menular yang merupakan faktor utama masalah morbiditas dan mortalitas. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi peningkatan insiden dan prevalensi penyakit tidak menular secara cepat, yang merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang. WHO memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73% mortalitas dan 60% seluruh morbiditas di dunia (Rahajeng, 2009). Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi dikatakan sebagai pembunuh
76
Embed
hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu
hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terjadinya transisi epidemiologi yang paralel dengan transisi teknologi
di dunia dewasa ini telah mengakibatkan perubahan pola penyakit dari
penyakit infeksi ke penyakit tidak menular yang merupakan faktor utama
masalah morbiditas dan mortalitas. Pada abad ke-21 ini diperkirakan terjadi
peningkatan insiden dan prevalensi penyakit tidak menular secara cepat, yang
merupakan tantangan utama masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
WHO memperkirakan, pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan
menyebabkan 73% mortalitas dan 60% seluruh morbiditas di dunia (Rahajeng,
2009).
Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan
yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Hipertensi dikatakan sebagai
pembunuh diam-diam atau the silent killer karena pada umumnya terjadi tanpa
gejala, sebagian besar orang tidak merasakan apa pun, walau tekanan darahnya
sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlangsung bertahun-tahun, sampai
akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi
darurat, dan bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau mengalami
kerusakan ginjal. Komplikasi yang kemudian banyak berujung pada kematian
(Hartono, 2011).
1
2
Hipertensi adalah faktor risiko utama penyakit-penyakit kardiovaskular
yang merupakan penyebab kematian nomor tiga terbanyak didunia dan
merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Kejadian hipertensi
masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat. Setiap tahun 7 juta
orang di seluruh dunia meninggal akibat hipertensi. Pada tahun 2000 terdapat
hampir satu milyar penduduk dunia yang menderita hipertensi, dan jumlah ini
diperkirakan akan melonjak menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025. Prevalensi
hipertensi di negara Singapura adalah 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia
20% (Yahya, 2011).
Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 31,7% yang berarti hampir 1
dari 3 penduduk usia 18 tahun ke atas mengidap hipertensi. Berbagai faktor
terkait dengan genetik dan pola hidup seperti aktivitas fisik yang kurang,
asupan makanan asin dan kaya lemak serta kebiasaan merokok dan minum
alkohol berperan dalam melonjaknya angka hipertensi. Kebanyakan penderita
hipertensi tidak merasakan keluhan apa pun. Hal inilah yang membuat banyak
penderita mengabaikan lonjakan tekanan darah tersebut (Yahya, 2011).
Berdasarkan data dari rekam medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
terjadi peningkatan jumlah pasien hipertensi rawat inap pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2011. Dari data diperoleh bahwa pada tahun 2009 pasien
hipertensi rawat inap berjumlah 187 orang terdiri dari 93 pasien laki-laki dan
94 pasien perempuan, pada tahun 2010 meningkat menjadi 198 orang terdiri
3
dari 86 pasien laki-laki dan 112 pasien perempuan, dan pada tahun 2011
kembali mengalami peningkatan dengan jumlah pasien 321 orang terdiri dari
142 pasien laki-laki dan 179 pasien perempuan.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal. Menurut WHO tekanan darah
dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan diastoliknya 80-90
mmHg sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg.
Hipertensi tidak bisa disembuhkan hanya dapat dikendalikan. Oleh karena itu
pengendalian terhadap penyakit hipertensi harus selalu dilakukan (Suhardjono,
2012).
Kemampuan pasien hipertensi agar tidak menjadikan penyakitnya
semakin parah adalah menjaga perilaku pola makan yang salah satunya
melakukan diet rendah garam dengan membatasi konsumsi natrium
disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau hipertensi, yang terdiri
dari diet Rg I, Rg II, dan Rg III (Almatsier, 2006).
Data World Hypertension League Brochure 2009 menyebutkan bahwa
hipertensi lebih 1/3 dari 1,5 miliar jiwa di seluruh dunia akibat garam yang
berlebihan adalah faktor utama dalam meningkatkan tekanan darah. Pola
konsumsi garam dalam diet menurut Badan Kesehatan Dunia yaitu WHO
merekomendasikan pola konsumsi natrium yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi adalah tidak lebih dari 2400 miligram natrium atau 6 gram
garam perhari (Almatsier, 2008).
4
Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium
dalam cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik
keluar banyak cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut
memenuhi ruang diluar sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume
darah dalam sistem sirkulasi meningkat. Hal ini menyebabkan jantung bekerja
lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan
tekanan darah meningkat sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi
(Apriadji, 2007).
Namun demikian keberhasilan menjalankan diet rendah garam baik
dirumah ataupun dirumah sakit selama perawatan pada pasien hipertensi
sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan diet
tersebut. Pada kenyataannya, kepatuhan akan diet rendah garam masih sangat
rendah. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi
makanan yang asin serta garam merupakan tambahan yang penting dalam
suatu masakan karena garam akan membuat masakan menjadi enak, jika tidak
menggunakan garam masakan akan terasa hambar yang akan berpengaruh pada
selera makan. Berdasarkan survey awal yang saya lakukan bahwa lebih banyak
pasien rawat inap yang tidak mematuhi diet rendah garam yang diberikan,
mereka lebih menyukai dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang di
bawa oleh keluarga dari pada makanan yang diberikan dengan alasan tidak
enak, tidak asin dan tidak berselera mengkosumsi makanan tersebut.
Kepatuhan akan diet yang diberikan sangat mempengaruhi kestabilan tekanan
5
darah pasien hipertensi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aris
Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet Natrium dengan kestabilan
tekanan darah pada hipertensi primer menunjukan tekanan darah stabil lebih
banyak pada diet Natrium baik, sedangkan tekanan darah tidak stabil lebih
banyak pada responden yang diet natriumnya kurang baik (Sobirin.A, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ada penyakit hipertensi
dari tahun ketahun mengalami peningkatan dan melihat masih rendahnya
kepatuhan konsumsi diet rendah garam berkaitan dengan tingginya konsumsi
natrium pada pasien hipertensi maka peneliti merumuskan masalah penelitian,
adakah hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada
pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet
Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat
Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran kepatuhan diet Rendah Garam pada pasien hipertensi
Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.
2. Mengetahui gambaran tekanan darah pada pasien hipertensi Instalasi Rawat
Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.
6
3. Mengetahui hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah
pada pasien hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pasien Hipertensi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan
bagi penderita hipertensi sehingga dapat menjaga kestabilan tekanan darahnya
dengan mematuhi diet Rendah Garam yang diberikan oleh ahli gizi RSUD Dr.
M.Yunus Bengkulu dengan baik.
1.4.2 Bagi RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang
hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien
hipertensi Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. M.Yunus Bengkulu.
1.4.3 Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi masyarakat agar dapat menjaga pola makan terutama mengurangi asupan
natrium berlebih agar terhindar dari penyakit hipertensi.
7
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh beberapa peniliti. Adapun
penelitian terkait yang pernah dilakukan adalah :
1. Fahrun nur rosyid dan Nisayyadi efendi dengan judul hubungan kepatuhan diit
Rendah Garam dengan terjadinya kekambuhan pada pasien hipertensi
diwilayah Puskesmas Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura. Ada
hubungan yang signifikan dengan hasil (p value = 0,030 < 0,05 dan r = 0,362)
2. Adek wibowo dan Aries wahyuningsih, dengan judul hubungan kepatuhan diit
dengan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi diruang Rawat Inap di
Rs. Baptis Kediri. Ada hubungan yang signifikan dengan hasil (p value < 0,05)
didapatkan P = 0,000
Persamaan dengan penelitian saya adalah pada variabel independen
yaitu kepatuhan diet Rendah Garam sedangkan perbedaannya terletak pada
variabel dependen yaitu tekanan darah pada pasien hipertensi.
8
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal. Menurut WHO tekanan darah
dianggap normal bila sistoliknya 120-140 mmHg dan diastoliknya 80-90
mmHg sedangkan dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung, diukur ketika
jantung berkontraksi sementara tekanan darah diastolik adalah angka yang
menunjukkan besarnya tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika
darah mengalir masuk kembali kedalam jantung, diukur ketika jantung
relaksasi (Ramadhan, 2010).
2.1.2 Faktor Risiko Hipertensi
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Genetis
Hipertensi seperti banyak kondisi kesehatan lain, terjadi dalam
keluarga. Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung
menderita hipertensi peluang untuk mendita hipertensi semakin besar.
Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus hipertensi esensial dalam
keluarga mempunyai dasar genetis.
8
9
b. Usia
Hipertensi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia antara 35 dan
65 tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus
meningkat setelah usia 70 tahun. Peningkatan risiko yang berkaitan dengan
faktor usia ini sebagian besar menjelaskan tentang hipertensi sistolik terisolasi
dan dihubungkan dengan peningkatan peripheral vascular resistence
(hambatan aliran darah dalam pembuluh darah perifer) dalam arteri.
c. Jenis Kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga
puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah wanita, khususnya sistolik meningkat lebih tajam sesuai usia.
Setelah usia 55 tahun, wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah perbedaan
hormon kedua jenis kelamin. Produksi hormon estrogen menurun saat
menopause, wanita kehilangan efek menguntungkannya sehingga tekanan
darah meningkat.
d. Ras
Orang Afrika – Amerika menunjukkan tingkat hipertensi lebih tinggi
dibandingkan populasi lain, dan cenderung berkembang lebih awal dan agresif.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor satu pada orang Afrika –
Amerika.
10
2. Faktor risiko yang dapat diubah
a. Merokok
Peningkatan tekanan darah pada perokok terjadi karena nikotin yang
dihisap atau dikunyah, menyempitkan pembuluh darah sehingga memaksa
jantung untuk bekerja lebih keras. Sebagai hasilnya kecepatan jantung dan
pembuluh darah meningkat.
b. Obesitas
Kelebihan berat badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, karena
tambahan beberapa kilogram membuat jantung bekerja lebih keras. Obesitas
dinyatakan bila berta badan lebih dari 20% berat badan ideal. Orang dengan
kelebihan lemak diatas pinggul lebih berisiko terkena hipertensi.
c. Kurang Olahraga
Dibandingkan dengan mereka yang aktif secar fisik, orang yang sering
duduk secara signifikan lebih mengkin mengalami hipertensi dan serangan
jantung. Keuntungan kardiovaskular dari olahraga adalah menurunkan berat
badan, meningkatkan level LDL, dan menurunkan trigliserida (lemak dari
makanan yang menjadi bagian dari sirkulasi darah dalam aliran darah).
d. Kafein
Kebanyakan penelitian tidak menunjukkan indikasi yang jelas bahwa
asupan kafein dalam jumlah normal (< 100 mg/hari) menyebabkan hipertensi.
11
e. Penggunaan Alkohol
Banyak penelitian yang menghubungkan asupan alkohol dengan
hipertensi. Minum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam
sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi.
f. Stress
Stress memainkan peranan dalam hipertensi. Bila level stress menurun
maka tekanan darah juga akan menurun.
g. Kelebihan Garam
Badan Kesehatan Dunia yaitu WHO merekomendasikan pola konsumsi
natrium yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi adalah tidak lebih
dari 2400 miligram natrium atau 6 gram garam perhari (Almatsier, 2008).
Hampir 50% orang yang memiliki hipertensi sensitif terhadap garam, yang
berarti terlalu banyak mengkonsumsi garam langsung menaikkan tekanan
darah mereka (Casey dan Benson, 2012).
Pengaturan masukan garam merupakan metode pengendalian
hipertensi yang penting di samping obat antihipertensi. Untuk mengatasi
pengaturan masukan garam dalam pengendalian hipertensi maka dibutuhkan
keseriusan dan kesanggupan dalam menjalankan diet Rendah Garam,
kepatuhan akan diet sangat berpengaruh pada kestabilan tekanan darah pada
pasien hipertensi.
12
2.1.3 Gejala Klinis Hipertensi
Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi mungkin
tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini
menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang
bermakna. Bila terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di tungkuk,
sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak nafas, gelisah, dan pandangan menjadi kabur yang terjadi karena
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (Astuti, 2011).
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi
1. Berdasarkan etiologi
a. Hipertensi esensial (primer)
Lebih dari 95% penderita hipertensi adalah hipertensi primer atau
hipertensi esensial. Hal ini berarti bahwa hipertensi tidak mempunyai sumber
yang teridentifikasi. Banyak ahli percaya bahwa hipertensi primer disebabkan
oleh berbagai faktor dari gaya hidup,seperti diet, olahraga, dan rokok.
b. Hipertensi sekunder
Seperti namanya hipertensi sekunder muncul akibat kelainan fisik
lainnya, seperti penyakit ginjal dan gangguan adrenal. Hanya 5-10% dari
13
seluruh penderita hipertensi adlah hipertensi sekunder (Casey dan Benson,
Rendah Garam II dengan tekanan darah 160-179/100-109 mmHg asupan
natriumnya maksimal ≤ 800 mg Na/hari dan diet Rendah Garam III dengan
tekanan darah 140-159/90-99 mmHg asupan natriumnya maksimal ≤ 1200 mg
Na/hari (Almatsier, 2006)
Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium
dalam cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik
keluar banyak cairan yang tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut
memenuhi ruang diluar sel. Berjejalnya cairan diluar sel membuat volume
darah dalam sistem sirkulasi meningkat. Hal ini menyebabkan jantung bekerja
lebih keras untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh dan menyebabkan
tekanan darah meningkat sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi
(Apriadji, 2007).
Pasien yang secara teratur mematuhi diet rendah garam cenderung
terjaga kestabilan tekanan darahnya dibandingkan dengan pasien yang tidak
mematuhi secara teratur diet rendah garam tersebut. Sebagaimana penelitian
yang dilakukan oleh Aris Sobirin bahwa hasil tabulasi silang antara diet
Natrium dengan kestabilan tekanan darah pada hipertensi primer menunjukan
tekanan darah stabil lebih banyak pada diet Natrium baik, sedangkan tekanan
darah tidak stabil lebih banyak pada responden yang diet natriumnya kurang
baik (Sobirin. A, 2005).
24
Dr. Gregg C. Fonarow, profesor Kardiologi di Universitas Carolina,
Los Angeles, setuju bahwa garam dapat berperan di dalam resistensi hipertensi.
Penelitian ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa pasien hipertensi
resisten, dengan diet rendah garam yang dilakukan dan dikonsumsi secara
teratur memiliki pengaruh besar di dalam menurunkan tekanan darahnya
dengan cara mengurangi retensi atau penumpukan cairan di intravaskuler dan
memperbaiki fungsi vaskularisasi atau pembuluh darah (Sapardan, 2012).
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Casey dan Benson, 2012
2.6 Hipotesis Penelitian
Kepatuhan diet Rendah Garam
Tekanan Darah Pasien Hipertensi
Faktor risiko yang tidak dapat ubah :
1. Genetis2. Usia3. Jenis Kelamin4. Ras
Faktor risiko yang dapat ubah:1. Merokok 2. Obesitas3. Kurang Olahraga4. Kafein5. Alkohol6. Stress7. Kelebihan Garam
25
Ho diterima : Tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan
tekanan darah pada pasien hipertensi.
Ha diterima : Ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
BAB III
26
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik
dengan desain cross-sectional yang mengkaji hubungan antara variabel
independen (kepatuhan diet Rendah Garam) dengan variabel dependen
(tekanan darah pasien hipertensi) yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2005).
3.2 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independen) adalah Variabel yang mempengaruhi variable
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepatuhan diet Rendah
Garam.
2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel akibat atau variable yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
tekanan darah penderita Hipertensi.
Gambar 3.1 variabel penelitian
Variabel Independen Variabel Dependen
Kepatuhan diet Rendah Garam
Tekanan darah pasien hipertensi
26
27
3.3 Kerangka Konsep
Gambar 3.2 Kerangka konsep
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
Faktor risiko yang tidak
dapat ubah :
1. Genetis
2. Usia
3. Jenis Kelamin
4. Ras
Faktor risiko yang dapat
ubah:
1. Merokok
2. Obesitas
3. Kurang Olahraga
4. Kafein
5. Alkohol
6. Stress
7. Kelebihan Garam
Kepatuhan diet Rendah Garam
Tekanan Darah pasien hipertensi
Tidak Patuh Patuh
28
3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel DefinisiOperasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
SkalaUkur
Tekanan darah pasien hipertensi
Tekanan darah yang diperoleh dari data pasien yang tercatat pada register medik saat pasien dirawat waktu pagi hari.
Formulir Register medic
Data tekanan darah pasien hipertensi
0= Naik 1= Turun
Ordinal
Kepatuhan konsumsi diit rendah garam
Perilaku pasien dalam konsumsi diit rendah garam meliputi frekuensi dan jumlah natrium yang dikonsumsi.
0 = Tidak Patuh.Pasien tidak mengkonsumsi atau tidak menghabiskan diit RG atau mengkonsumsi diit RG namun juga mengkonsumsi makanan luar.RG I > 400 mg Na /hariRG II > 800 mg Na/hariRG III > 1200 mg Na/hari1 = Patuh .Pasien mengkonsumsi dan menghabiskan diit RG yang diberikan.RG 1 ≤ 400 mg Na /hariRG II ≤ 800 mg Na/hariRG III ≤ 1200 mg Na/hari
Wawancara langsung dengan pasien
Recall 1x24 jam
0=Tidak
Patuh
1=Patuh
Ordinal
29
3.5 Populasi Dan Sampel
3.5.1 Populasi
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh pasien
hipertensi Instalasi Rawat Inap Kenanga dan Teratai pada bulan Januari-
Oktober 2012 di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu sebanyak 72 pasien diruang
kenanga dan 53 pasien diruang teratai. Dengan jumlah pasien sebanyak 125
pasien hipertensi.
3.5.6 Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi (Notoadmojo, 2005).
Berdasarkan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Pasien terdiagnosa hipertensi
2. Pasien hipertensi dengan usia >18 tahun
3. Bersedia menjadi subjek penelitian
Kriteria ekslusi :
1. Pasien tanpa diagnosa hipertensi
2. Pasien hipertensi dengan usia >70 tahun
3. Tidak bersedia menjadi subjek pnelitian
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian berdasarkan rumus
sebagai berikut:
30
n= N
N (d )2+1
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
d = nilai presisi (0,1) (Notoatmodjo, 2005)
Perhitungan sampel:
Jumlah Populasi: orang
Nilai Presisi : 0,1
n = N
N ( d )2+1
n = 125
125 (0,1 )2+1
n = 55,56 pasien = 55 pasien
Jadi subjek dalam penelitian ini yaitu 55 pasien hipertensi.
3.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rawat Inap Kenanga dan Teratai
RSUD Dr.M.Yunus Bengkulu dalam kurun waktu selama Januari-Februari
2013.
3.7 Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data
3.7.1 Jenis Data
31
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden
baik yang dilakukan melalui wawancara dan alat lainnya. Pada penelitian ini
data primer meliputi identitas, kepatuhan diet rendah garam meliputi frekuensi
dan jumlah natrium yang dikonsumsi pasien.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, pada
umumnya untuk mendapatkan data sekunder tidak lagi dilakukan wawancara
atau melalui instrument jenis lainnya melainkan meminta bahan-bahan sebagai
pelengkap melalui petugas yang mencarinya sendiri dalam file-file yang
tersedia. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data penunjang penelitian
yaitu data tekanan darah pasien hipertensi.
3.7.2 Alat Pengumpulan Data
1. Data Primer
Identitas pasien diperoleh melalui wawancara, kepatuhan diet rendah
garam pada pasien diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan food
recall 1x24 Jam.
2. Data Sekunder
Data tekanan darah pasien hipertensi diperoleh melalui data hasil rekam
medik pasien yang tercatat pada register medik.
32
3.7.3 Cara Mengolah Data
1. Editing data (memeriksa data) bertujuan untuk melengkapi dan memperbaiki
data yang telah ada secara keseluruhan.
2. Entry data (memasukkan data), memindahkan data rata-rata asupan natrium.
3. Processing (proses), memproses data dengan menggunakan komputer, agar
dapat dianalisis.
4. Cleaning data (pembersihan). Setelah data disusun dan selesai maka
dilaksanakan kembali pemeriksaan data agar data-data tersebut bebas dari
kesalahan.
3.7.4 Analisis Data
Hasil dari data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk
tabel dan analisis secara univariat dan bivariat.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dalam hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat pada penelitian ini menggunakan komputer. Analisa
bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet Rendah Garam
terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi. Hubungan antara dua variabel
kategorik dapat dilakukan dengan uji chi-square.
33
Ho diterima = p value > 0,05 (tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah
garam dengan tekanan darah pada pasien hipertensi)
Ha diterima = p value < 0,05 (ada hubungan kepatuhan diet rendah garam
dengan tekanan darah pada pasien hipertensi)
34
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Penelitian
4.1.1 Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu di ruang
rawat inap kenanga dan teratai untuk melihat hubungan antara variabel (kepatuhan
diet rendah garam) dengan variabel (tekanan darah). Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan lembaran pedoman Food Recall yaitu 1 x 24 jam, dengan
metode wawancara untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet rendah garam
dengan tekanan darah pasien hipertensi.
Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap persiapan dan
tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi penetapan judul, survey awal yang
dilakukan pada bulan Oktober 2012. Sesuai dengan sampel penelitian yang
ditetapkan yaitu 55 pasien, maka dilakukan penelitian di ruang rawat inap
kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu dengan teknik pengambilan
sampel Purposive Sampling.
Selanjutnya merumuskan masalah penelitian, menyiapkan instrument
penelitian, ujian proposal dan mengurus surat izin penelitian. Peneliti meminta
izin penelitian dari institusi pendidikan yaitu Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Setelah mendapatkan izin kemudian diserahkan ke bagian Kesbang Linmas
Provinsi Bengkulu tanggal 09 Januari 2013. Pada tanggal 02 Februari 2013
34
35
peneliti mendapatkan izin penelitian dari RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu
yang kemudian langsung diserahkan ke ruang rawat inap kenanga dan teratai.
Setelah mendapatkan izin dari kepala ruangan rawat inap kenanga dan
teratai RSUD Dr.M Yunus Provinsi Bengkulu segera dilakukan penelitian yaitu
melakukan pencatatan data awal nama, umur, pekerjaan, genetik, kebiasaan
merokok dan komsusi alkohol serta mewawancararai pasien dengan metode
Recall tentang makanan yang dikonsumsi setiap kali selesai jam makan.
Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan setiap kali selesai jam makan
pasien pada tanggal 02 Februari 2013 sampai dengan 02 Maret 2013. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dengan mewawancarai pasien , sedangkan data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik pasien yang terdapat dalam
masing-masing ruangan. Data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan
pengolahan data melalui tahap pengolahan data antara lain editing, entry,
processing, cleaning dan dilakukan analisis data dengan menggunakan uji chi-
square untuk mengetahui hubungan antar variabel.
4.1.2 Kesulitan dan keterbatasan penelitian
Kesulitan yang dialami oleh peneliti adalah sulitnya menentukan ukuran
porsi makanan yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga recall harus dilakukan
setiap kali sesudah jam makan pasien karena jika tidak pasien akan lupa dan
mengada-ada makanan yang dikonsumsinya. Selain itu sulitnya mewawancarai
pasien yang sedang dirawat karena kondisi yang tidak sehat.
36
4.1.3 Gambaran umum lokasi penelitian
Rumah Sakit umum Propinsi Bengkulu berlokasi di Sidomulyo kota
Bengkulu. RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu merupakan rumah sakit kelas B
pendidikan dan telah terakreditasi B pendidikan serta telah terakreditasi 16
pelayanan, hal ini berdasarkan surat keputusan menteri kesehatan republic
Indonesia No. 1413/MENKES/SK/VII/22006 tanggal 15 Desember 2006.
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap dan kenanga dan teratai RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini didapatkan dengan menggunakan 2 analisis yaitu
analisis univariat dan analisis bivariat, dengan hasil sebagai berikut :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi yang
diteliti dari variable independent (kepatuhan diet rendah garam) dengan variabel
dependent (tekanan darah). Secara keseluruhan data dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.1 Distribusi umur pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Variabel Mean Median SD Minimum MaksimumUmur 57,49 57,00 8,492 42 69
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa rata-rata umur pada pasien
hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
37
tahun 2013 yaitu 57,49 tahun dengan umur terendah 42 tahun dan umur tertinggi
69 tahun.
Tabel 4.2 Distribusi jenis kelamin pada pasien hipertensi ruang rawat Inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Jenis Kelamin Frekuensi PersentaseLaki-Laki 26 47,3Perempuan 29 52,7
Total 55 100Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa perempuan lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki yaitu dari 55 pasien hipertensi
terdapat 29 pasien perempuan dengan persentase 52,7 % dan pasien laki-laki 26
dengan persentase 47, 3 %.
Tabel 4.3 Distribusi genetik pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Genetik Frekuensi PersentaseTidak 44 80
Iya 11 20Total 55 100
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pasien hipertensi lebih banyak
tidak genetik dengan jumlah pasien 44 (80%) dibandingkan pasien genetik 11
(20%).
Tabel 4.4 Distribusi kebiasaan merokok pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Merokok Frekuensi PersentaseTidak 39 70,9
Iya 16 29,1Total 55 100
38
Dari tabel diatas, didapatkan hasil bahwa pasien hipertensi lebih banyak
tidak merokok dengan jumlah pasien 39 (70,9%) dibandingkan pasien merokok 16
(29,1%).
Tabel 4.5 Distribusi kebiasaan konsumsi alkohol pada pasien hipertensi ruang rawat inap kenanga dan teratai RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu tahun 2013
Apriadji, H.W. 2007. Makan enak untuk hidup sehat, bahagia dan awet muda. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astuti, sri. 2011. Makalah hipertensi. Di akses dari : http://thutiemegarezky.blogspot.com/2011/11/makalah-hipertensi.html. 11 November 2011.
Casey, aggie dan Benson, Herbert. 2012. Menurunkan tekanan darah. PT Bhuana IlmuPopuler Gramedia, Jakarta.
Daphane. 2011. Pengukuran konsumsi makanan tingkat kelompok rumah tangga dan perorangan. Di akses dari : http://luhchindy.blogspot.com/2012/04/gizi-kesmas-pengukuran-konsumsi-makanan.html. 6 Desember 2011
Data rekam medik RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat inap tahun 2009.
_______________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat inap tahun 2010.
________________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat inap tahun 2011.
_______________ RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Besar pasien hipertensi rawat inap ruang kenanga dan teratai bulan januari sampai oktober tahun 2012.
Djayanti, 2008. Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pria diatas 45 tahun diwilayah kerja puskesmas Tayu.
Dokter Medis. 2009. Klasifikasi hipertensi. Diakses dari : http;//dokter-medis.blogspot.com/2009/09/klasifikasi-hipertensi.html. 14 September 2009.
Hartono, bambang. 2011. Hipertensi : The Sillent Killer. http://www.inash.or.id/upload/news_pdf/news_DR._Drs._Bambang_Hartono,_SE26.
Notoatmodjo,S.2005.Metodelogi penelitian kesehatan.Catatan ketiga. PT. Rineka Cipt,Jakarta.
Rahajeng, ekowati. 2009. Jurnal Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.:http://www.indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/.../700/699.
Ramadhan, J.A. 2010. Mencermati berbagai gangguan pada darah dan pembuluh darah. DIVA Press, Jogjakarta.
Sapardan, Aldico. 2012. (Garam Berperan dalam Resistensi Hipertensi). Di akses dari : http://m.klikdokter.com/detail/read/2/150183/garam- berperan-dalam-resistensi-hipertensi--tekanan-darah-tinggi-. 28 Oktober 2012.
Sapardan, Aldico. 2009. Diet Hipertensi, Kolesterol, dan Asam Urat. Diakses dari : http://health.liputan6.com/read/229794/Diet.Hipertensi.Kolesterol.da. 20 Mei 2009.
Sheps. 2005. Dalam jurnal Faktor-faktor Hipertensi Grade II di Kabupaten Karang Anyar.
Suhardjono. 2012. Tekanan Darah Turun, Tak Berarti Sembuh dari Hipertensi.http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=810. 22 Mei 2012.
Sobirin. A. 2005. Hubungan diet natrium dengan kestabilan tekanan darahpada klien hipertensi primer di Desa Jatitentah Puskesmas SukodonoKabupaten Sragen. Diakses dari http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2521.
Wibowo, adek dan Wahyuningsih, aries. 2011. Jurnal hubungan kepatuhan diit dengan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi diruang Rawat Inap di Rs. Baptis Kediri. Di akses dari : http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/stikes/article/view/18433/18250.
Williams, B. 2004. Guidelines for management of hypertension: report of the fourth working party of the British Hypertension Society, 2004-BHS IV. Journal of human hypertension. Di akses dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi.