Top Banner
SKRIPSI 2017 HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN FOTO TORAKS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2016 OLEH: Imanuela Yoel Biring C111 14098 PEMBIMBING: dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K), M.Med.Ed FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
86

HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

SKRIPSI

2017

HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

FOTO TORAKS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

TAHUN 2016

OLEH:

Imanuela Yoel Biring

C111 14098

PEMBIMBING:

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K), M.Med.Ed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

i

HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

FOTO TORAKS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Imanuela Yoel Biring

C111 14098

PEMBIMBING:

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad(K), M.Med.Ed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 3: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Radiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin dengan judul :

“Hubungan Keluhan Utama dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks

pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Tahun 2016”

Hari, Tanggal : Selasa, 12 Desember 2017

Waktu : 14.30

Tempat : Bagian Radiologi

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar,

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed

NIP 19721223200212 2 001

Page 4: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Imanuela Yoel Biring

Stambuk : C111 14 098

Fakultas/ Program Studi : Kedokteran/ Pendidikan Dokter

Judul : Hubungan Keluhan Utama dengan Hasil Pemeriksaan

Foto Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUP

Dr. Wahidin Sudirohusodo Tahun 2016

Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

sarjana kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 12 Desember 2017

Penguji I

dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad, M.Kes

Penguji II

dr. Dario A. Nelwan, Sp.Rad

Page 5: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

iv

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017

TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK

Judul Skripsi :

“Hubungan Keluhan Utama dengan Hasil Pemeriksaan Foto Toraks

pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Tahun 2016”

Makassar, 12 Desember 2017

Pembimbing,

dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed

NIP 19721223200212 2 001

Page 6: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

v

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya

saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasil karya orang lain baik berupa

tulisan, data, gambar, atau ilustrasi, baik yang telah dipublikasi atau belum

dipublikasi, telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.

Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya

akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi

akademik yang lain.

Imanuela Yoel Biring

Page 7: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Hubungan Keluhan Utama dengan Hasil Pemeriksaan

Foto Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Tahun 2016” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan,

saran dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan

hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya

kepada :

1. Kedua orang tua dan adik-adik penulis yang selalu memberikan dukungan,

doa dan kasih sayang kepada penulis

2. dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed selaku pembimbing skripsi

penulis yang senantiasa meluangkan waktu dan tenaga serta memberi ilmu

dalam membimbing penulis menyusun skripsi ini

3. Prof. Dr. dr. Bachtiar Murtala, Sp.Rad (K) selaku pembimbing akademik

penulis

4. dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad, M.Kes dan dr. Dario A. Nelwan, Sp.Rad selaku

penguji skripsi yang memberi saran dan koreksi kepada penulis dalam

menyusun skripsi ini

5. dr. Firdaus Kasim, M.Sc yang telah memberikan saran dan masukan

kepada penulis dalam menyusun skripsi ini

6. Kepala Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

dan staf

7. Kepala Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar dan staf

8. Pimpinan, dosen dan karyawan Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin

9. Pimpinan, dosen, dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin

Page 8: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

vii

10. Teman-teman seperjuangan penulis selama duduk di bangku kuliah,

angkatan 2014 “NEUTROF14VINE”

11. Sahabat-sahabat penulis yang terkasih Triyatni Pasolang, Nurizki

Meutiarani, Nadya Eunice Sumolang, Rahmi Islamiana, Falensia Dwita

Lestari, Ave Maria Purba dan Pandhycha Pratama Arfan yang selalu

memberikan semangat dan motivasi bagi penulis

12. Teman-teman bimbingan skripsi bagian radiologi yang menjadi teman

seperjuangan penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini

13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahawa skripsi ini masuk memiliki banyak kelemahan dan

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kekurangan dan ketidaksempurnaan ini

tidak lepas dari berbagai macam ritangan dan halangan yang datang pada diri

penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca senantiasa penulis

harapkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan imbalan bagi

semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga hasil tulisan ini dapat bermanfaat bagi

banyak orang. Tuhan beserta kita.

Makassar, Desember 2017

Imanuela Yoel Biring

Penulis

Page 9: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

viii

HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN

FOTO TORAKS PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI RSUP

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2016

Imanuela Yoel Biring, dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed

Tugas Akhir Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar,

Desember 2017

ABSTRAK

Latar Belakang : Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyakit yang

menyebabkan kematian terbanyak di seluruh dunia. Dalam upaya pemberantasan

TB paru, sangat diperlukan diagnosis yang tepat untuk menemukan kasus TB paru

sedini mungkin untuk memutus rantai penularan. TB dapat dikenali berdasarkan

gejala klinis dan hasil pemeriksaan fisis, yang dapat ditegakkan diagnosisnya

dengan melakukan pemeriksaan penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang

yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis adalah pemeriksaan foto toraks.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain studi observasional

analitik degan metode cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 51

orang yang diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling dari data

rekam medik pasien tuberkulosis paru. Data kemudian dianalisis dengan uji Chi

Square menggunakan program komputer SPSS 20.

Hasil : Berdasarkan hasil analisis bivariat keluhan utama dan hasil pemeriksaan

foto toraks pada pasien tuberkulosis paru berdasarkan klasifikasi keaktifan lesi

dan luas lesi , didapatkan nilai p > 0,05.

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara keluhan utama dengan hasil

pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi keaktifan lesi maupun luas lesi.

Kata Kunci : Tuberkulosis Paru, Keluhan Utama, Foto Toraks, Aktif Tidaknya

Lesi, Luas Lesi

Page 10: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

ix

ASSOCIATION OF MAJOR COMPLAINT AND CHEST X-RAY RESULT

OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN RSUP

DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO 2016

Imanuela Yoel Biring, dr. Sri Asriyani, Sp.Rad (K), M.Med.Ed

Essay, Faculty of Medicine Hasannuddin University Makassar, December 2017

ABSTRACT

Backgroud : Tuberculosis is one out of top 10 cause of death worldwide. In

efforts to eradicate pulmonary TB, the precise diagnosis is really needed as early

as possible to break the chain of transmission. TB can be identified based on

clinical symptoms and physical examination, which can be confirmed by

conducting further examination. One of the most practical examinations to find a

tuberculosis lesion is chest x-ray examination.

Method : This study used analytic observational design with cross sectional

method. The number of samples were 51 people taken using consecutive sampling

technique from medical record data of pulmonary tuberculosis patients. The data

were then analyzed by Chi Square test using SPSS 20 computer program.

Result : Based on bivariate analysis of the major complaint and chest x-ray result

of pulmonary tuberculosis patient based on lesion activity and lesion area

classification, p value > 0.05 was obtained.

Summary : There is neither association of the major complaint and chest x-ray

result of pulmonary tuberculosis patient based on lesion activity nor lesion area.

Key Words : Pulmonary Tuberculosis, Major Complaint, Chest X-Ray,

Active/Inactive Lesion, Lesion Area

Page 11: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME ............................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Permasalahan .................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

2.1. Tuberkulosis Paru ...................................................................................... 5

2.1.1. Etiologi dan Faktor Risiko .................................................................... 5

2.1.2. Patogenesis............................................................................................ 6

2.1.3. Klasifikasi ............................................................................................. 9

Page 12: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

xi

2.1.4. Diagnosis ............................................................................................ 12

2.1.5. Diagnosis Banding .............................................................................. 18

2.1.6. Penatalaksanaan .................................................................................. 19

2.1.7. Komplikasi .......................................................................................... 21

2.2. Gambaran Foto Toraks Pasien Tuberkulosis Paru ................................... 21

2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Keaktifan Lesi ............................................. 27

2.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Luas Lesi Menurut PDPI 2006 .................... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN ................... 30

3.1. Kerangka Teori ........................................................................................ 30

3.2. Kerangka Konsep ..................................................................................... 31

3.3. Hipotesis .................................................................................................. 31

BAB 4 METODE PENELITIAN.......................................................................... 32

4.1. Desain Penelitian ..................................................................................... 32

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 32

4.3. Populasi dan Sampel ................................................................................ 32

4.3.1. Populasi Target ................................................................................... 32

4.3.2. Populasi Terjangkau ........................................................................... 32

4.3.3. Besar Sampel ...................................................................................... 32

4.3.4. Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 33

4.4. Kriteria Seleksi......................................................................................... 33

4.5. Definisi Operasional ................................................................................ 34

Page 13: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

xii

4.6. Metode Pengupulan Data ......................................................................... 34

4.7. Pengolahan Data ...................................................................................... 35

4.8. Analisis Data ............................................................................................ 35

4.9. Etika Penelitian ........................................................................................ 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN .............................................................................. 36

5.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian ................................................... 36

5.2. Analisis Univariat .................................................................................... 37

5.3. Analisis Bivariat....................................................................................... 39

BAB 6 PEMBAHASAN ....................................................................................... 41

6.1 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Keaktifan Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks ......................................................................... 45

6.2 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Luas Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks ......................................................................... 47

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 49

7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 49

7.2 Saran ........................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

LAMPIRAN .......................................................................................................... 55

Page 14: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Prevalensi TB paru Berdasarkan Diagnosis dan Gejala TB Paru

menurut Provinsi ................................................................................... 2

Tabel 2. 1 Perbandingan Kavitas pada Diagnosis Banding TB Paru ................... 19

Tabel 2. 2 Obat OAT Lini Pertama ....................................................................... 20

Tabel 5. 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian ............................................... 37

Tabel 5. 2 Gambaran Variabel Penelitian ............................................................. 38

Tabel 5. 3 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Keaktifan Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks .................................................................... 39

Tabel 5. 4 Hasil Analisis Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Luas Lesi

pada Pemeriksaan Foto Toraks ........................................................... 40

Page 15: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kompleks Ranke ................................................................................ 8

Gambar 2. 2 Manifestasi TB Paru ......................................................................... 23

Gambar 2. 3 Konsolidasi pada Lobus Kanan Paru ............................................... 24

Gambar 2. 4 Bercak Milier ................................................................................... 25

Gambar 2. 5 Kavitas pada Lobus Kanan Paru ...................................................... 26

Gambar 2. 6 Efusi Pleura ...................................................................................... 27

Gambar 2. 7 Penebalan Pleura Unilateral ............................................................. 27

Gambar 2. 8 Perubahan Fibrokalsifikasi ............................................................... 28

Page 16: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Proposal Skripsi

2. Lembar Pengesahan KPM

3. Surat Permohonan Izin Penelitian

4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Permohonan Rekomendasi Etik

6. Surat Rekomendasi Persetujuan Etik

7. Data Sampel Penelitian

8. Hasil Uji Statistik

9. Surat Keterangan Selesai Mengumpulkan Data Penelitian

10. Biodata Peneliti

Page 17: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan dapat menyerang hapir

seluruh tubuh manusia, tetapi yang paling banyak adalah organ paru.

(Setiati, et al., 2014)

Tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyakit yang menyebabkan

kematian terbanyak di seluruh dunia. Pada tahun 2015, penderita TB tercatat

sebanyak 10,4 juta orang dan 1,8 juta diantaranya meninggal (termasuk 0,4

juta yang menderita HIV). Lebih dari 95% kematian akibat TB terjadi di

negara berpendapatan menengah ke bawah. (World Health Organization,

2017) Dalam laporan Tuberkulosis Global 2014 yang dirilis Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) disebutkan, insidensi di Indonesia pada angka

460.000 kasus baru per tahun. Namun, di laporan serupa tahun 2015, angka

tersebut sudah direvisi yakni naik menjadi 1 juta kasus baru per tahun.

Persentase jumlah kasus di Indonesia pun menjadi 10% terhadap seluruh

kasus di dunia sehingga menjadi negara dengan kasus terbanyak kedua

bersama dengan Tiongkok. India menempati urutan pertama dengan

persentase kasus 23% terhadap yang ada di seluruh dunia. (Bimantara,

2016)

Page 18: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

2

Tabel 1. 1 Prevalensi TB paru Berdasarkan Diagnosis dan Gejala TB Paru

menurut Provinsi

Sumber: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2013

Saat ini, TB banyak ditemukan di antara orang miskin, gelandangan

dan penjara. Individu ini memiliki sumber daya terbatas untuk perjalanan

terapi yang panjang yang diperlukan untuk penyembuhan. Ketidak patuhan

dalam mengonsumsi obat menyebabkan perkembangan strain resisten dan

sumber penularan yang persisten. TB juga cenderung terjadi pada

subkelompok pasien HIV+ dari kelompok sosial ekonomi rendah, yang

menambah risiko reaktivasi TB. Kelompok risiko lainnya mencakup pasien

dengan steroid, penyakit keganasan, dan pasien yang menerima antagonis

TNF. (Ringel, 2012)

Page 19: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

3

Dalam upaya pemberantasan TB paru, sangat diperlukan diagnosis

yang tepat untuk menemukan kasus TB paru sedini mungkin untuk

memutus rantai penularan. (Jamzad, et al., 2009) Pemeruksaan kultur atau

biakan dahak merupakan metode baku emas (gold standar).

Namun,

pemeriksaan kultur memerluka waktu lebih lama dan mahal. (Depkes RI,

2007) TB dapat dikenali berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan

fisis, yang dapat ditegakkan diagnosisnya dengan melakukan pemeriksaan

penunjang. Salah satu pemeriksaan penunjang yang praktis untuk

menemukan lesi tuberkulosis adalah pemeriksaan foto toraks. (Gomes, et al.,

2003) Sensitivitas dan spesifitas foto toraks dalam mendiagnosis TB paru

yaitu 86% dan 83% apabila ditemukan lesi apikal, kavitas, dan gambaran

retikulonodular. (Mulyadi, et al., 2011)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan

antara keluhan utama dengan hasil pemeriksaan foto toraks pada pasien

tuberkulosis paru?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara keluhan utama dengan hasil

pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi keaktifan lesi dan

luas lesi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui keluhan utama terbanyak yang ditemukan pada pasien

tuberkulosis paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Page 20: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

4

2. Mengetahui tipe tuberkulosis paru terbanyak berdasarkan keaktifan

lesi yang ditemukan pada pasien tuberkulosis paru di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo

3. Mengetahui tipe tuberkulosis paru terbanyak berdasarkan luas lesi

yang ditemukan pada pasien tuberkulosis paru di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo

4. Mengetahui keluhan utama pasien tuberkulosis paru yang paling

berhubungan dengan hasil pemeriksaan foto toraks

Page 21: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tuberkulosis Paru

2.1.1. Etiologi dan Faktor Risiko

Penyebab penyakit tuberkulosis (TB) adalah Mycobacterium

tuberculosis yang merupakan sejenis bakteri tahan asam yang

berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4µm dan tebal 0,3-0,6µm.

(Setiati, et al., 2014) Sebagian besar dinding bakteri terdiri atas asam

lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah

yang membuat bakteri lebih tahan hidup pada udara kering maupun

dalam keadaan dingin, yang terjadi ketika bakteri berada dalam sifat

dormant. (Brooks, et al., 2014) Dari sifat dormant ini bakteri dapat

mengalami reaktivasi dan menjadikan penyakit TB aktif kembali.

(Werdhani, 2005)

Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis sebagian besar

melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya

yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau

berdahak yang mengandung bakteri tahan asam (BTA). (Setiati, et al.,

2014) Cara lain adalah melalui saluran pernapasan, saluran

pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. (Price & Wilson, 2006)

Risiko infeksi TB tergantung pada lamanya terpajan, kedekatan

dengan kasus TB, dan jumlah bakteri yang ditularkan dari sumber.

(Kartasasmita, 2009) Umur berperan dalam kejadian penyakit TB.

5

Page 22: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

6

Puncaknya ialah dewasa muda dan menurun kembali pada kelompok

menjelang usia tua. Namun di Indonesia diperkirakan 75% penderita

TB adalah usia produktif, yakni 15-50 tahun. (Achmadi, 2005)

TB

juga berhubungan dengan tingkat pendapatan keluarga, kondisi

lingkungan rumah, perilaku dan riwayat kontak penderita dengan

kejadian TB paru. (Fitriani, 2013)

2.1.2. Patogenesis

A. Tuberkulosis Primer

Bakteri yang dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet

nuclei dalam udara di sekitar kita. Partikel udara ini dapat menetap

diudara bebas selama 1-2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap,

bakteri dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Partikel

dapat msuk ke alveolar bila ukuran partikel <5µm. Bakteri akan

dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian makrofag. Di dalam

jaringan, bakteri hidup sebagai parasit intraseluler, yakni dalam

sitoplasma makrofag. Makrofag yang semulanya memfagositosis

malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid.

Sifat lain bakteri ini adalah aerob, yang menunjukkan bahwa

bakteri lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal

paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain dan merupakan tempat

predileksi penyakit TB. (Setiati, et al., 2014)

Biasanya, pertumbuhan organisme akan diperiksa ketika telah

timbul respon imunitas seluler yang adekuat yang terjadi dalam 2-6

Page 23: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

7

minggu. Sel dan bakteri membentuk sebuah nodul, sebuah

granuloma yang mengandung basil TB, yang disebut sebagai suatu

tuberkel. (Setiati, et al., 2014) Granuloma tersebut terdiri dari

histiosit dan sel datia langhans. (Ringel, 2012) Pada titik ini,

tergantung pada faktor penjamu dan virulensi dari strain, beberapa

hasil akhir yang berbeda dapat dicapai:

1. Jika tidak ada lagi pertumbuhan, tuberkel merupakan satu-

satunya tempat penyakit, dan organisme bertahan pada fase

laten.

2. Jika ada pertumbuhan lebih lanjut, bakteri yang bersarang di

jaringan paru akan membentuk sarang TB pneumonia kecil yang

disebut fokus Ghon atau sarang primer. Jika fokus primer

terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang

akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika

focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah

kelenjar paratrakeal. Fokus primer di jaringan paru biasanya

mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau

kalsifikasi.

3. Dari sarang primer, basil dapat memasuki kelenjar limfe dan

menginfeksi kelenjar getah bening hilus, menyebabkan

limfadenopati. Sarang primer dan limfadenopati yang timbul

disebut kompleks primer (Ranke), dan proses ini memakan

waktu 3-8 minggu. Kompleks primer selanjutnya dapat sembuh

sama sekali tanpa meninggalkan cacat, sembuh dengan

Page 24: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

8

meninggalkan bekas berupa fibrosis, kalsifikasi hilus atau

memasuki fase laten kembali dan kemudian dapat mengalami

reaktivasi.

Gambar 2. 1 Kompleks Ranke

Sumber: Dr Hani Salam, Radiopaedia.org, rID: 13261

4. Pada sebagian kecil kasus, terjadi penyebaran hematogen,

dengan produksi tuberkel yang tak terhitung di seluruh organ.

TB juga dapat menyebar perkontinuatum pada jaringan sekitar,

secara bronkogen, atau limfogen. Keadaan dimana bakteri TB

menjalar ke seluruh bagian paru disebut tuberkulosis milier dan

bergubungan dengan mortalitas yang sangat tinggi.

B. Tuberkulosis Pasca Primer

Pada TB pasca primer atau yang disebut juga TB sekunder,

bakteri yang dormant pada TB primer muncul kembali setelah

bertahun-tahun sebagai infeksi endogen. Hal ini dapat terjadi

karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit

Page 25: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

9

keganasan, diabetes, HIV, dan gagal ginjal. TB pasca primer juga

dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia mda menjadi usia tua

(elderly tuberculosis). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-

paru dan tidak ke nodus hiler paru. Dalam 3-10 minggu, sarang

pneumoni TB ini akan kembali membentuk tuberkel. Keadaan ini

dapat sembuh kembali tanpa cacat ataupun meninggalkan bekas

berupa perkapuran ataupun menghancurkan jaringan di sekitarnya

dan membentuk nekrosis perkejuan oleh hidrolisis protein lipid dan

asam nukleat oleh enzim makrofag, yang ketika dibatukkan keluar

akan terjadi kavitas. Kavitas ini dapat menebal akibat infiltrasi

fibroblast dan menjadi kronik. Kavitas dapat meluas dan

membentuk sarang baru, memadat dan menjadi tuberkuloma yang

kemudian dapat mengalami pengapuran dan sembuh ataupun

mencair dan membentuk kavitas baru, menjadi bersih dan sembuh

(open healed cavity), ataupun menciut dan memberi penampakan

stellate shaped. (Setiati, et al., 2014)

2.1.3. Klasifikasi

A. Berdasarkan patologi:

1. Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)

2. Tuberkulosis pasca-primer (adulthood tuberculosis)

B. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

1. TB paru BTA (+) adalah:

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan

hasil BTA positif

Page 26: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

10

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA

positif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran TB

aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA

positif dan biakan positif

2. TB paru BTA (-) adalah:

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif,

gambaran klinis dan kelainan radiologi menunjukkan TB

aktif

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif

dan biakan positif

C. Berdasarkan tipe pasien (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,

2006)

1. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan

OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.

2. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak

BTA positif atau biakan positif.

Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi

dicurigai lesi aktif/perburukan dan terdapat gejala klinis maka

harus dipikirkan beberapa kemungkinan :

Page 27: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

11

Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,

keganasan dll)

TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang

berkompeten menangani kasus TB

3. Kasus defaulted atau drop out

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan

tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum

masa pengobatannya selesai.

4. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali

menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir

pengobatan) atau akhir pengobatan.

5. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif

setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2

dengan pengawasan yang baik.

6. Kasus bekas TB

Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila

ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang

tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang

menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih

mendukung

Page 28: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

12

Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah

mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks

ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

2.1.4. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis TB paru diperlukan beberapa

pemeriksaan, antara lain pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

penunjang. Diagnosis pasti TB paru adalah dengan menemukan

bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam sputum atau jaringan paru

secara biakan (kultur).[1,6]

Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan

gejala klinis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologi, radiologi

dan pemeriksaan penunjang lainnya.

(Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia, 2006)

A. Pemeriksaan Klinis

1. Gejala Klinis

a. Gejala respiratorik:

Batuk selama ≥2 minggu muncul akibat iritasi pada

bronkus dan diperlukan untuk membuang dahak keluar,

dapat pula disertai darah (hemoptisis) yang disebabkan

oleh kerusakan pembuluh darah paru atau bronkus.

(Setiati, et al., 2014)

Batuk berdahak merupakan manifestasi klinis yang paling

sering ditemukan pada penderita TB paru. Hal ini akibat

keterlibatan saluran pernapasan dalam penyebaran fokus

yang sudah terbentuk. Hal ini juga didukung dengan

Page 29: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

13

temuan awal pada lesi parenkimal yaitu bercak lunak yang

biasanya terdapat pada segmen apikal dan posterior dari

lobus superior dan biasanya belum terdapat kavitas (lesi

minimal). (Rasad, 1996)

Apabila dijumpai batuk berdahak yang bersifat kronik dan

hasil pemeriksaan BTA+, gambaran radiologi juga

semakin luas. (Mulyadi, et al., 2011)

Batuk darah dapat menunjukkan gambaran yang tidak

spesifik seperti kavitas, pleuritis, dan bayangan milier.

(Thorshon, et al., 2007)

Dyspneu didefinisikan sebagai ketidaknyamanan saat

bernapas, yang biasa dideskripsikan dengan sesak napas,

napas pendek, atau sulit bernapas. Tubuh telah

diperlengkapi dengan ribuan enteroseptor untuk

mendeteksi masalah pada sistem penting yang menunjang

pertukaran gas yang penting bagi kehidupan. Saat

enteroseptor mendeteksi kelalaian fungsi sistem

transportasi gas, rangsangan tersebut diartikan sebagai

dyspneu. Dyspneu terjadi jika terjadi sumbatan sebagian

bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, atau jika infiltrasi mencapai setengah lapang

paru, atau akibat dari pneumotoraks dan/atau empiema

tuberkulosis pada reaktivasi TB. (Banzett & O'Donnell,

Page 30: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

14

2014) Dyspneu juga dapat terjadi akibat dari kelainan

pleura, seperti pleuritis dan efusi pleura. (Rasad, 1996)

Nyeri dada akibat infiltrasi pleura sehingga menimbulkan

gerekan kedua pleura sewaktu pasien

menarik/menghembuskan napasnya. (Setiati, et al., 2014)

b. Gejala sistemik

Demam subfebril (37⁰-37,8⁰C) namun kadang-kadang

dapat mencapai 41⁰C dan dapat bersifat hilang timbul.

Biasanya dirasakan pada malam hari dan disertai keringat

malam. (Setiati, et al., 2014)

Malaise, yaitu keringat malam, anoreksia, penurunan berat

badan, nyeri otot, dan lain-lain. (Setiati, et al., 2014)

2. Pemeriksaan Fisis

Pada pemeriksaan fisis kelainan yang akan dijumpai

tergantung dari organ yang terlibat. Pada TB paru, kelainan yang

didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan

(awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit

sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya

terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan

segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior

(S6). (Ringel, 2012) Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan

antara lain:

Anemia

Demam

Page 31: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

15

Penurunan berat badan

Hipertensi pulmonal akibat fibrosis

Suara napas bronkial, amforik

Suara napas melemah jika disertai dengan penebalan

pleura atau efusi pleura

Mengi atau wheezing jika terjadi sumbatan sebagian

bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar

Ronki basah kasar dan nyaring

Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum

akibat fibrosis sehingga terjadi atrofi dan retraksi otot-otot

interkostal

Perkusi paru redup akibat infiltrasi yang luas

Perkusi hipersonor atau timpani jika terdapat kavitas

Perkusi pekak jika disertai efusi pleura

B. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. Darah

Hasil tes darah tidak spesifik. Umumnya ditemukan anemia

ringan dengan gambaran normositik normokrom,

peningkatan γ-globulin, dan penurunan ion Na+, serta

peningkatan LED dan/atau CRP. (Ringel, 2012)

Page 32: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

16

Pemeriksaan serologis yang dapat digunakan antara lain

reaksi takahasi, peroksidase anti peroksidase (PAP), dan uji

Mycodot. (Setiati, et al., 2014)

b. Sputum

Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan

ditemukannya bakteri BTA, diagnosis TB sudah dapat

dipastikan. Metode laboratorium sangan spesifik, namun

sensitifitas bisa menjadi masalah. Pemeriksaan disarankan

menggunakan pewarnaa Tan Thiam Hok yang merupakan

modifikasi gabunga cara pulasan Kinyoun dan Gabbet,

dengan cara pengambilan sampel dengan batuk, broncho

alveolar lavage (BAL), atau bilas lambung.

Kebanyakan ahli merekomendasikan pengumpulan dahak

pada pagi hari selama tiga hari berturut-turut sebagai

kompromi di antara sensitivitas terbaik. (Setiati, et al., 2014)

Kriteria sputum BTA positif apabila ditemukan sekurang-

kurangnya 3 bakteri BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain

diperlukan 5.000 bakteri dalam 1ml sputum. (Ringel, 2012)

Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah:

Pemeriksaan langsung dengan mikroskop biasa

Pemeriksaan langsung dengan mikroskop fluoresens

(pewarnaan khusus)

Pemeriksaan dengan biakan (kultur)

Pemeriksaan terhadap resistensi obat

Page 33: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

17

2. Radiologi

Untuk diagnostik radiologis sering dilakukan foto toraks

dengan posisi lateral, top lordotik, oblik, CT scan, dan MRI. TB

primer dapat terjadi di setiap bidang paru-paru, dan umumnya

dapat ditemukan di lapangan paru-paru bagian bawah. Pada fase

awal penyakit, tampakan yang dapat dilihat adalah bercak

berawan yang berbatas tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi

jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa bulatan dengan

batas yang tegas yang dinilai sebagai tuberkuloma. Sedangkan

pencitraan TB yang mengalami reaktivasi mencerminkan

karakter aerobik dari organisme, dengan tekanan parsial

oksigen pada zona atas paru-paru yang lebih tinggi, dan infiltrat

dominan pada zona atas paru-paru. Lesi penyakit yang sudah

non-aktif sering menetap selama hidup pasien. (Setiati, et al.,

2014)

3. Tes Mantoux/Tuberkulin

Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk membantu

menegakkan diganosis untuk anak-anak. Dilakukan dengan cara

menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin P.P.D (Purified Protein

Derivative) intrakutan. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi

alergi tipe lambat, untuk menyatakan apakah seseorang sedang

atau penah mengalami infeksi M. tuberculosis, M. bovis,

vaksinasi BCG dan Mycobacteria patoten lain. (Setiati, et al.,

2014)

Page 34: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

18

Stimulasi respon imunitas seluler dengan protein M.

tuberculosis intradermal (tuberkulin) merupakan bukti infeksi

sebelumnya. Pasien yang memiliki respon imunitas seluler yang

baik akan mencerminkan memori imunologi infeksi dengan tes

mantoux positif, yaitu indurasi dari tempat suntikan selama 48-

72 jam setelah suntikan sebesar 10 mm atau lebih. (Ringel,

2012)

4. Pemeriksaan Khusus

BACTEC

ELISA

ICT, dll.

2.1.5. Diagnosis Banding

1. Pneumonia

TB paru merupakan gabungan antara airspace and interstitial

lung disease, dimana salah satu manifestasi pada TB primer

menunjukkan gambaran pneumonia lobaris. (Herring, 2016)

Selain itu, TB juga dapat dijadikan diagnosis banding dari

community acquired pneumonia, atau sebagai co-patogen dari

community acquired pneumonia. (Jolobe, 2012)

2. Kanker Paru

Tingginya prevalensi TB paru dan kesamaan gambaran radiologi

menyebabkan banyak penderita kanker paru mendapatkan

penatalaksanaan awal sebagai kasus TB paru berdasarkan

gambaran radiologi saja. (MLB Bhatt, 2012)

Page 35: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

19

3. Abses Paru

Gambaran kavitasi pada pemeriksaan foto toraks yang sering

ditemukan pada TB paru pasca primer dapat menyerupai

gambaran kavitasi yang terbentuk akibat kanker bronkogenik dan

abses paru. (Herring, 2016)

Tabel 2. 1 Perbandingan Kavitas pada Diagnosis Banding TB

Paru

Penyakit Ketebalan Kavitas Batas dalam

kavitas

TB paru Tipis Halus

Kanker bronkogenik Tebal Nodular

Abses paru Tebal Halus

Sumber : Herring, 2016

2.1.6. Penatalaksanaan

Pengobatan TB yang adekuat harus memenuhi prinsip:

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

1. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduat Obat Anti

Tuberkulosis (OAT) yang tepat mengandung minimal 4 macam

obat untuk mencegah terjadinya resistensi

2. Diberikan dalam dosis yang tepat

3. Ditelan secara teratur dan diawasi sampai selesai pengobatan

4. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi

dalam tahap awal (2 bulan) untuk menurunkan jumlah kuman

yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari

sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum

Page 36: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

20

pasien mendapatkan pengobatan, serta tahap lanjutan untuk

mencegah kekambuhan

Tabel 2. 2 Obat OAT Lini Pertama

Jenis Inisial Sifat

Isoniazid H Bakterisidal

Rifampisin R Bakterisidal

Pirazinamid Z Bakterisidal

Streptomisin S Bakterisidal

Etambutol E Bakteriostatik

Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014

Panduan OAT yng digunakan oleh Program Nasional

Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia adalah:

Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3

Diberikan untuk pasien baru yang terkonfirmasi bakteriologis,

atau terdiagnosis klinis, atau pasien TB ekstra paru

Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

Diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati

sebelumnya (pengobatan ulang)

Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR

Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten

obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2, yaitu Kanamisin,

Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,

Moksifloksasin, dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu Pirazinamid

dan Etambutol.

Page 37: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

21

2.1.7. Komplikasi

TB mendorong respon imun menyebabkan kerusakan jaringan

yang signifikan. Bahkan pengobatan TB yang sukses sering kali

meninggalkan daerah jarigan parut permanen dan fibrosis. TB yang

tidak diobati dapat berkembang menjadi empiema tuberkulosis dan

fibrotoraks.Kavitas kadag-kadang tidak menutup, memungkinkan

pembentukan misetoma. (Ringel, 2012)

Komplikasi dini antara lain

pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, Poncet’s arthropathy.

Sedangkan komplikasi lanjut antara lain bstruksi jalan napas (sindrom

obstruksi pasca tuberkulosis), kerusakan parenkim berat seperti

fibrosis paru, kor pulonal, amiloidosis, karnisoma paru, sindrom gagal

napas akut (ARDS). (Setiati, et al., 2014)

2.2. Gambaran Foto Toraks Pasien Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan foto toraks diketahui memiliki sensitivitas yang tinggi

dalam mendeteksi kelainan paru, namun memiliki spesifitas yang moderat.

Pada satu foto toraks sering terdapat bermaca-macam bayangan sekaligus.

Posisi yang standar yang digunakan dalam pemeriksaan foto toraks adalah

postero-anterior (PA). Posisi lateral digunakan untuk melokalisasi lesi lebih

akurat, sedangkan posisi top lordotik digunakan untuk mendapatkan

visualisasi yang lebih jelas pada daerah apeks. Jika diduga terdapat efusi

subpulmonal dapat dilakukan pemeriksaan dengan posisi lateral dekubitus

agar cairan dapat berpindah ke arah lateral dinding dada. (Dongola, 1997)

Pemeriksaan radiologi penting dalam managemen TB, yaitu:

1. Membedakan kasus aktif dan inaktif

Page 38: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

22

2. Mengkonfirmasi diagnosis pada pasien simptomatis

3. Melihat luas dan pola lesi

4. Memprediksi dan menatalaksana komplikasi

5. Memonitor respon terhadap terapi

Fokus Ghon tampak sebagai daerah konsolidasi pneumonik dengan

pembesaran kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer), dan biasanya

sembuh dengan gambaran kalsifikasi. Sedangkan limfadenopati

mediastinum atau hilus bukan merupakan gambaran TB, kecuali pada

pasiden AIDS. Selama berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang

dapat dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru, fokus kalsifikasi,

tuberkuloma, granuloma terlokalisasi yang sering mengalami kalsifikasi,

dan kalsifikasi pleura. (Patel, 2010)

Keterlibatan jalan napas ditandai dengan stenosis bronkial, yang

menyebabkan kolaps lobus paru atau hiperinflasi, pneumonia obstruktif, dan

impaksi mukoid. Biasanya menunjukkan penyempitan segmen panjang

dengan penebalan dinding yang tidak teratur, obstruksi luminal, dan

kompresi ekstrinsik. Hal ini juga menyebabkan tampakan opak tree-in-bud

dan traksi bronkiektasis, terutama pada lobus atas. (Dannenberg, 2009)

Page 39: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

23

Gambar 2. 2 Manifestasi TB Paru

Sumber: Patel, 2010

TB primer biasanya bersifat self-limitting, sedangkan TB pasca primer

bersifat progressive, dengan kavitas sebagai ciri khasnya. Penyembuhan

biasanya terjadi dengan fibrosis dan kalsifikasi. Gambaran TB primer dan

pasca primer mungkin tumpang tindih, namun ciri khas TB pasca primer

termasuk predileksi lobus atas, tidak adanya limfadenopati, dan kavitas.

(Burrill, 2007)

Gambaran yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto toraks antara lain:

1. Konsolidasi berupa bayangan berawan atau nodular pada parenkim paru.

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006)

Pada TB primer, konsolidasi bersifat homogen terutama pada lobus

bawah dan tengah pada pasien dewasa. Tampilannya seringkali sulit

dibedakan dengan pneumoni, namun dapat dibedakan dengan pneumoni

bakteri berdasarkan bukti radiografi limfadenopati dan kurangnya respon

terhadap antibiotik konvensional. Pada kurang lebih dua pertiga kasus,

fokus parenkim sembuh tanpa gejala sisa, nemun resolusi ini bisa

memakan waktu hingga 2 tahun. Sedangkan sisanya menetap dan

mengalami kavitasi dan kalsifikasi.

Page 40: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

24

Pada TB pasca primer, konsolidasi berbatas tidak tegas terutama pada

segmen apikal dan posterior dari lobus atas. Pada kebanyakan kasus,

lebih dari satu segmen paru yang terlibat, dengan tampakan bilateral pada

dua per tiga kasus. (Burrill, 2007)

Gambar 2. 3 Konsolidasi pada Lobus Kanan Paru

Sumber: http://www.radiologymasterclass.co.uk/

2. Bercak milier dengan gambaran radiologi klasik pada TB primer berupa

nodul berukuran 2-3 mm yang menyebar dengen merata. Nodul biasanya

sembuh dalam waktu 2-6 bulan dengan pngobatan, tanpa jaringan parut

ataupun kalsifikasi, namun dapat berkoalesensi untuk membentuk

konsolidasi fokus atau difus. Bercak milier biasanya disertai dengan

gejala hiperinflasi. (Burrill, 2007)

Page 41: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

25

Gambar 2. 4 Bercak Milier

Sumber: http://www.radiologymasterclass.co.uk/

3. Kavitasi, yaitu bayangan berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis

kemudian menebal dan sklerotik. Terutama lebih dari satu, dikelilingi

oleh bayangan opak berawan atau nodular. Terkadang disertai dengan

gambaran air-fluid-leve dan merupakan ciri khas TB pasca primer.

(Burrill, 2007)

Pembentukan kavitas dan pertumbuhan basil tuberkel pada kavitas

menyebabkan penyebaran penyakit secara bronkogen pada pasien dewasa

dan menyebarkan basil tersebut ke lingkungan yang dapat menginfeksi

orang lain. Oleh karena itu, kavitas merupakan tanda yang menetap

terhadap tuberkulosis. Jika tidak ada kavitas, pasien jauh lebih sedikit

menular. Selain itu, pembentukan kavitas memungkinkan basil tuberkel

berkembang biak dalam jumlah yang luar biasa. Oleh karena itu, pada

manusia, hampir semua basil tuberkel yang resisten terhadap beberapa

pengobatan berkembang dalam kavitas. (Dannenberg, 2009)

Page 42: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

26

Gambar 2. 5 Kavitas pada Lobus Kanan Paru Sumber: Dr Aditya Shetty, Radiopaedia.org, rID: 27747

4. Efusi pleura, yaitu adanya massa cairan bebas di bagian bawah paru dan

seringkali merupakan satu-satunya manifestasi TB dan biasanya

bermanifestasi 3-7 bulan setelah paparan awal. (Burrill, 2007) Efusi

pleura menunjukkan gambaran perselubungan homogen yang menutupi

struktur paru bawah yang biasanya bersifat radioopak yang menyebabkan

sinus kostofrenikus menjadi tumpul. (Rasad, 1996)

Pada TB primer, efusi biasanya unilateral, dan komplikasi (misalnya,

pembentukan empiema, stasionisasi, erosi tulang) jarang terjadi. Dengan

pemeriksaan ultrasonografi sering ditemukan efusi septum kompleks.

Pada TB pasca primer, efusi biasanya berseptum dan dapat tetap stabil

ukurannya selama bertahun-tahun. Efusi dapat menyebabkan pleura

menebal, yang kemudian berlanjut menjadi empyema tuberkulosis dan

risiko yang terkait dengan terjadinya fistula bronkopleural. (Burrill,

2007)

Page 43: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

27

Gambar 2. 6 Efusi Pleura

Sumber: Herring,2016

5. Penebalan pleura, yaitu berupa garis-garis densitas tinggi yang tidak

teratur atau kalsifikasi akibat adanya pleuritis. (Rasad, 1996)

Gambar 2. 7 Penebalan Pleura Unilateral Sumber: http://www.radiologymasterclass.co.uk/

2.2.1. Klasifikasi Berdasarkan Keaktifan Lesi

1. Gambaran foto toraks yang dicurigai sebagai TB paru aktif:

Bercak berawan/noduler

Page 44: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

28

Kavitas

Bercak milier

Pelebaran hilus

Pembesaran limfonodus dengan densitas inhomogen

Efusi pleura difus

2. Gambaran Foto Toraks yang Dicurigai sebagai TB Paru Inaktif:

Fibrosis

Kalsifikasi

Schwarte atau penebalan pleura

Efusi pleura yang letaknya terisolir

Pembesaran limfonodus dengan densitas homogen

Gambar 2. 8 Perubahan Fibrokalsifikasi

Sumber: http://www.radiologymasterclass.co.uk/

2.2.2. Klasifikasi Berdasarkan Luas Lesi Menurut PDPI 2006

1. Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua

paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru

Page 45: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

29

yang terletak di atas chondosternal juction dari iga kedua depan

dan prosesus spinosus dari bertebra torakalis 4 atau korpus vertebra

torakalis 5), serta tidak dijumpai kavitas.

2. Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

Page 46: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

30

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

partikel udara berisi

droplet nuclei

terhirup

masuk

ke paru-paru

hidup dalam

magkrofag pada

alveoli terbentuk tuberkel

fase laten

kalsifikasi

nekrosis

perkejuan

terbentuk kavitas

dibatukkan

penyebaran

hematogen

/

bronkogen/

limfogen

sembuh

dengan bekas

sembuh

sempurna

limfadenopati

fokus gohn

terbentuk tuberkel

sembuh

sempurna

sembuh

dengan bekas

kalsifikasi fibrosis

Page 47: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

31

3.2. Kerangka Konsep

3.3. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat hubungan antara keluhan utama pasien tuberkulosis

paru dan hasil pemeriksaan foto toraks

H1 = Terdapat hubungan antara keluhan utama pasien tuberkulosis paru dan

hasil pemeriksaan foto toraks

Keluhan

Utama

Hasil Pemeriksaan

Foto Toraks

batuk

batuk berdarah

dyspneu

nyeri dada

keluhan non

respiratorik

TB paru aktif / lama

aktif / inaktif

Lesi minimal / luas

= variabel

bebas = variabel tergantung

Page 48: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

32

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi observasional analitik degan

metode cross sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 di RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo Makassar.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah pasien TB yang menjalani rawat

jalan dan rawat inap di rumah sakit di Sulawesi Selatan.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien TB yang menjalani

rawat jalan dan rawat inap di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar pada tahun 2016.

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus binomunal

proportion dengan perhitungan sebagai berikut:

dimana:

n = jumlah sampel minimal

Z = standar deviasi normal

Page 49: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

33

p = proporsi TB paru di Sulawesi Selatan berdasarkan RISKESDAS

2013

q = 1 – p

d = derajat akurasi

sehingga:

maka jumlah sampel dibulatkan menjadi 51.

4.3.4. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

Consecutive Sampling.

4.4. Kriteria Seleksi

4.4.1. Kriteria Inklusi

1. Pasien rawat jalan dan rawat inap dengan diagnosis primer TB

paru atau diagnosis primer bukan TB paru namun TB paru

merupakan penyebab dari diganosis primer tersebut di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo

2. Pasien menjalani pemeriksaan radiologi berupa foto toraks

4.4.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan penyakit paru lain yang merupakan diagnosis

banding TB paru, yaitu pneumonia, kanker paru, dan abses paru

2. Pasien dengan penyakit keganasan

3. Ibu hamil

Page 50: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

34

4. Pasien dengan rekam medis yang tidak menunjukkan gambaran

TB paru pada hasil pemeriksaan foto toraks

4.5. Definisi Operasional

1. Keluhan utama

Definisi : Keluhan utama pasien sesuai yang tercatat dalam rekam

medis, berupa gejala klinis respiratorik yaitu batuk, batuk

berdarah, dyspneu, dan nyeri dada, dan gejala klinis non

respiratorik yaitu demam, keringat malam, anoreksia,

penurunan berat badan, ataupun keluhan lain yang tidak

melibatkan saluran pernapasan.

Alat ukur : Rekam medis

2. Hasil Pemeriksaan foto toraks

Definisi : Kesan yang dibuat oleh dokter spesialis radiologi berupa

klasifikasi keaktifan lesi dan luas lesi berdasarkan gambaran

yang tampak pada pemeriksaan foto polos regio toraks

dengan posisi PA, lateral, oblik, atau top lordotik sesuai

yang tercatat dalam rekam medis

Alat ukur : Rekam medis

4.6. Metode Pengupulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder,

yaitu rekam medik berupa gejala klinis dan hasil pemeriksaan foto toraks

pada pendertia TB di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

Page 51: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

35

4.7. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

bantuan komputer memakai program SPSS.

4.8. Analisis Data

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui karakteristik umum

subjek penelitian berupa jenis kelamin dan umur, serta gambaran variabel

peneliatian, yaitu keluhan utama terbanyak yang dijumpai pada pasien

tuberkulosis paru dan tipe tuberkulosis paru terbanyak berdasarkan

klasifikasi tuberkulosis paru aktif atau inaktif dan luas lesi yang ditemukan

dalam pemeriksaan foto toraks.

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara

keluhan utama dengan hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi

keaktifan lesi dan luas lesi.

4.9. Etika Penelitian

Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Menyertakan surat pengantar yang diajukan kepada RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo sebagai permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan identitas pribadi pasien yang terdapat pada rekam

medis, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas

penelitian yang dilakukan ini.

Page 52: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

36

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian tentang Hubungan Keluhan Utama dengan

Hasil Pemeriksaan Foto Toraks pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder

dari rekam medik penderita TB paru yang teregistrasi pada periode 1 Januari 2016

sampai 31 Desember 2016. Teknik mengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ni adalah metode consecutive sampling yaitu mengambil sampel dari

populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan mengeluarkan populasi yang

memenuhi kriteria eksklusi. Jumlah penderita tuberkulosis paru yang berobat di

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo mulai dari 1 Januari 2016 sampai 31 Desember

2016 adalah 319 orang. Namun dari 319 orang tersebut, 68 orang tidak dapat

ditemukan rekam mediknya, dan 200 diantaranya memenuhi kriteria eksklusi

sehingga didapatkan sampel sebanyak 51 orang.

Sampel yang telah diambil dari dara bagian rekam medik RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS

versi 20.

5.1. Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Berikut adalah tabel karakteristik umum subjek penelitian berupa

jenis kelamin dan umur:

Page 53: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

37

Tabel 5. 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian

Variabel Karakteristik Jumlah Persentase

(%)

Jenis Kelamin Perempuan 19 37,3

Laki-laki 32 62,7

Kelompok Umur Anak (0-11 tahun) 1 2

Remaja (12-25 tahun) 17 33,3

Dewasa (26-45 tahun) 9 17,6

Lansia (46-65 tahun) 15 29,4

Manula (>65 tahun) 9 17,6

Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Januari-Desember 2016.

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jenis kelamin yang

mendominasi subjek penelitian adalah laki-laki, yaitu sebanyak 32 orang

(62,7%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (37,3%).

Dari segi umur, kelompok yang mendominasi adalah remaja (12-25 tahun),

yaitu sebanyak 17 orang (33,3%). Disusul dengan lansia sebanyak 15 orang

(29,4%), manula dan dewasa mempunyai jumlah yang sama yaitu sebanyak

9 orang (17,6%), dan yang paling sedikit adalah anak sebanyak 1 orang

(2%).

5.2. Analisis Univariat

Berikut adalah tabel gambaran variabel penelitian berupa keluhan

utama dan gambaran radiologi berdasarkan keaktifan lesi dan luas lesi:

Page 54: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

38

Tabel 5. 2 Gambaran Variabel Penelitian

Variabel Karakteristik Jumlah Persentase

(%)

Keluhan Utama Batuk 15 29,4

Batuk berdarah 7 13,7

Dyspneu 23 45,1

Nyeri dada 0 0

Non respiratorik 6 11,8

Keaktifan Lesi Lesi aktif 18 35,3

Lesi lama aktif 29 56,9

Lesi inaktif 4 7,8

Luas Lesi Lesi minimal 3 5,9

Lesi luas 40 78,4

Missing data 8 15,7

Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Januari-Desember 2016.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa keluhan utama yang

paling sering muncul pada subjek penelitian adalah dyspneu atau sesak,

yaitu sebanyak 23 orang (45,1%), disusul dengan batuk sebanyak 15 orang

(29,4%), batuk berdarah sebanyak 7 orang (13,7%), dan gejala non

respiratorik sebanyak 6 orang (11,8%). Tidak ada subjek penelitian yang

mempunyai keluhan utama nyeri dada (0%). Berdasarkan hasil pemeriksaan

foto toraks dengan klasifikasi keaktifan lesi, 29 orang (56,9%) memiliki lesi

lama aktif, 18 orang (35,3%) memiliki lesi aktif, 4 orang (7,8%) memiliki

lesi inaktif. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto toraks dengan klasifikasi

luas lesi, 40 orang (78,4%) memiliki lesi luas, 3 orang (5,9%) memiliki lesi

minimal dan 8 orang (15,7%) tidak tercantum pada rekam medisnya apakah

Page 55: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

39

memiliki lesi luas atau minimal, sehingga total data yang valid untuk luas

lesi adalah 43.

5.3. Analisis Bivariat

Berikut adalah tabel jumlah keaktifan lesi berdasarkan keluhan

utama:

Tabel 5. 3 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Keaktifan Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks

Keluhan

Utama

Hasil Pemeriksaan Foto Toraks

Total P

Value Lesi Aktif

Lesi Lama

Aktif

Lesi

Inaktif

N % N % N % N %

Batuk 5 9,8 9 17,6 1 2 15 29,4

0,723

Batuk

Berdarah 4 7,8 2 3,9 1 2 7 13,7

Dyspneu 7 13,7 14 27,5 2 3,9 23 45,1

Non

respiratorik 2 3,9 4 7,8 0 0 6 11,8

Total 18 35,3 29 56,9 4 7,8 51 100

Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Januari-Desember 2016.

Berdasarkan hasil analisis tabel 5.3 dengan menggunakan uji Chi-

square didapatkan nilai P = 0,723 (P > 0,05), maka H0 diterima, yang berarti

tidak terdapat hubungan antara keluhan utama pasien TB paru dengan

gambaran keaktifan lesi pada pemeriksaan foto toraks.

Page 56: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

40

Tabel 5. 4 Hasil Analisis Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Luas

Lesi pada Pemeriksaan Foto Toraks

Keluhan Utama

Hasil Pemeriksaan Foto Toraks Total P

Value Lesi Minimal Lesi Luas

N % N % N %

Batuk 0 0 14 32,6 14 32,6

0,305 Batuk Berdarah 1 2,3 5 11,6 6 13,9

Dyspneu 1 2,3 17 39,5 18 41,8

Non respiratorik 1 2,3 4 9,3 5 11,6

Total 3 6,9 40 93 43 100

Sumber: Rekam Medik RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Januari-Desember 2016.

Berdasarkan hasil analisis tabel 5.4 dengan menggunakan uji Chi-

square terhadap tabel 5.6 didapatkan nilai P = 0,305 (P > 0,05), maka maka

H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan antara keluhan utama

pasien TB paru dengan luas lesi pada pemeriksaan foto toraks.

Page 57: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

41

BAB 6

PEMBAHASAN

Jenis kelamin yang paling banyak terdapat pada sampel penelitian ini

adalah laki-laki, yaitu sebanyak 32 orang (62,7%). Hasil penelitian ini serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari (2012) yang mengatakan bahwa

jumlah penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan disimpulkan

bahwa laki-laki cenderung rentan terhadap penyakit TB paru dikarenakan laki-laki

lebih banyak melakukan aktifitas sehingga lebih sering terpajan oleh penyakit ini.

(Ratnasari, 2012) Begitu juga dengan data dari Kemenkes RI tahun 2015 yang

menyatakan bahwa pada masing-masing provinsi di seluruh Indonesia kasus lebih

banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Jumlah kasus pada laki-

laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu 1,5 kali dibandingkan pada perempuan.

(Kementrian Kesehatan RI, 2015)

Kelompok umur yang paling banyak terdapat pada sampel penelitian ini

adalah remaja (12-25 tahun), yaitu sebanyak 17 orang (33,3%). Usia remaja

termasuk dalam usia produktif, dimana terdapat aktivitas yang tinggi dan kontak

dengan orang lain dalam aktivitasnya yang dapat memudahkan penularan

penyakit. (Devy Destriana MA, 2014) Namun hasil ini berbeda dengan data dari

Kemenkes RI tahun 2015 dimana kasus tuberkulosis paling banyak ditemukan

pada kelompok umur 25-34 tahun, yaitu sebesar (18,65%) (Kementrian Kesehatan

RI, 2015), namun rentang usia tersebut masih termasuk dalam kategori usia

produktif, yaitu 15-64 tahun. (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016)

Page 58: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

42

Keluhan utama yang paling sering dijumpai pada pasien adalah dyspneu,

yaitu sebanyak 23 orang (45,1%). Dyspneu diartikan sebagai ketidaknyamanan

saaat bernafas, yang biasa dideskripsikan dengan sesak nafas, nafas pendek, atau

sulit bernafas. (Banzett & O'Donnell, 2014) Keluhan utama yang paling sedikit

ditemukan adalah gejala non respiratorik, yaitu sebanyak 6 orang (11,8%) dan

tidak terdapat pasien dengan keluhan utama nyeri dada. Dalam penelitian ini

gejala non respiratorik yang ditemukan adalah demam sebanyak 2 orang, demam

menggigil sebanyak 1 orang, demam naik turun sebanyak 1 orang, dan nyeri perut

sebanyak 2 orang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ana (2010) didapatkan

gejala klinis terbanyak adalah batuk berdarah dan sesak nafas, yang mempunyai

nilai sensitifitas dan spesifitas hampir sama untuk penegakan diagnosis TB, antara

lain 74,5% dan 75,5%. (Majdawati, 2010) Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan oleh Karmila (2013) didapatkan gejala klinis terbanyak adalah batuk

berdahak yaitu sebanyak 73,2%, sedangkan sesak nafas hanya didapati pada

15,8% sampel. (Karim, 2013) Menurut teori, batuk merupakan manifestasi klinis

yang paling sering ditemukan pada penderita TB paru sebagai akibat keterlibatan

saluran pernapasan dalam penyebaran fokus yang sudah terbentuk, sedangkan

dyspneu umumnya ditemukan pada penyakit TB paru luas. (American Thoracic

Society, 2000) Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh karena

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi gejala klinis yang muncul pada

infeksi TB, diantaranya adalah lamanya infeksi bakteri, umur pasien, dan imunitas

pasien. (A. G. Icksan, 2008) Namun meskipun gejala klinis terbanyak yang

ditemukan pada pasien TB paru adalah batuk, bisa saja gejala tersebut bukan

merupakan alasan utama pasien tersebut datang berobat oleh karena pasien

Page 59: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

43

menganggap batuk adalah penyakit umum, berbeda dengan dyspneu/sesak nafas

yang umumnya lebih mengganggu aktifitas sehari-hari pasien oleh karena

dyspneu dapat disebabkan oleh inflitrasi yang telah mencapai setengah lapangan

paru. (Banzett & O'Donnell, 2014) Sedangkan gejala non respiratorik berupa

demam yang dialami oleh pasien TB paru umumnya bersifat subfebril dan

menyerupai demam influenza yang dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat

timbul kembali, yang bergantung pada daya tahan tubuh pasien dan berat

ringannya infeksi kuman TB yang masuk. (Setiati, et al., 2014) Nyeri perut tidak

ditemukan tercantum dalam gejala klinis yang umumya dialami oleh pasien TB

paru dalam referensi yang pakai dalam penelitian ini (Setiati, et al., 2014)

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006) maupun jurnal yang meneliti gejala

klinis yang dialami oleh pasien TB paru. (Anna Thorson, 2007) (Majdawati,

2010) (Karim, 2013) Nyeri perut umumnya ditemukan pada pasien TB abdomen

yang dapat menyerang traktus gastrointestinal, peritoneum, limfonodus, maupun

organ solid dalam rongga perut. TB abdomen dapat terjadi akibat bakteri TB yang

masuk ke dalam saluran cerna melalui dahak yang tertelan, susu yang

terkontaminasi, dan penyebaran hematogen dari fokus TB lain. (Uma Debi, 2014)

Kedua pasien dengan keluhan utama nyeri perut yang ditemukan pada penelitian

ini memiliki TB paru lama aktif, dimana salah satunya tidak mencantumkan luas

lesi dan yang lain memiliki lesi luas, sehingga keluhan nyeri perut yang timbul

dapat disebabkan oleh komplikasi dari TB paru yang dialami pasien tersebut oleh

karena pasien tersebut menderita TB paru yang parah.

Berdasarkan keaktifan lesi, dari 51 sampel penelitian 29 orang (56,9%)

diantaranya memiliki lesi TB paru lama aktif dan 18 orang (35,3%) memiliki lesi

Page 60: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

44

TB paru aktif. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Aloysius (2011) di BagianRadiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo,

dimana gambaran radiologis terbanyak yang ditemukan adalah TB paru lama aktif

yaitu sebesar 57,8%. (Pasang, 2011) Hal ini juga serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Karim (2013) terhadap 50 orang anak dibawah 18 tahun, dimana

bercak berawan dan konsolidasi yang merupakan gambaran TB baru aktif tampak

pada masing-masing 34% sampel, sedangkan kalsifikasi yang merupakan

gambaran TB paru inaktif hanya tampak pada 8% kasus (Karim T., 2013)

Banyaknya lesi aktif yang ditemukan juga dapat terjadi akibat keluhan yang lebih

sedikit muncul pada pasien dengan TB paru inaktif, sehingga pasien tidak lagi

memeriksakan dirinya ke dokter. Gejala yang sering muncul pada TB paru aktif

antara lain batuk parah yang dapat disertai dahak ataupun darah dan nyeri dada.

(Schoenstadt, 2017) Sedangkan pasien TB inaktif terkadang tidak merasa bahwa

dirinya sakit, bahkan hasil pemeriksaan sputumnya pun negatif dan tidak dapat

menularkan TB kepada orang lain. (Division of Tuberculosis Elimination of CDC,

2011) Namun bahaya terbesar pada TB adalah kasus reaktivasi (TB lama aktif)

yang dapat kembali menularkan TB yang terutama dipengaruhi oleh kekebalan

tubuh. Pasien TB latent (inaktif) dengan gejala subklinis yang memiliki risiko

reaktivasi lebih tinggi dibanding pasien TB latent (inaktif) tanpa gejala subklinis.

(Philana Ling Lin, 2010) Selain itu, kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi OAT

dapat mempengaruhi gambaran radiologis, karena obat OAT yang diminum dalam

2 fase berfungsi untuk menurunkan jumlah kuman (fase awal) dan mencegah

kekambuhan (fase lanjutan). (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

Page 61: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

45

Berdasarkan luas lesi, dari 51 sampel penelitian terdapat 43 sampel dengan

data luas lesi TB paru yang valid dan 40 (78,4%) diantaranya memiliki lesi luas.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah (2012) dimana

distribusi pasien menurut gambaran radiologi toraks menunjukkan bahwa

presentase tertinggi terdapat pada gambaran radiologi toraks lesi luas sebesar

70,83%, sementara pada lesi minimal hanya sebesar 29,17%. (Kasim, 2012)

Kecepatan berobat dapat mempengaruhi perjalanan penyakit TB paru, dimana

kecepatan seseorang berobat dapat dipengaruhi oleh pengetahuan penderita akan

TB paru. (Manalu, 2010) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aloysius

(2011) di Bagian Radiologi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, berdasarkan status

pendidikan pasien tuberkulosis didapatkan pendidikan terakhir terbanyak adalah

SD (27,9%), disusul dengan SMA (25,5%) dan SMP (20,7%). (Pasang, 2011)

Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah pengetahuannya

akan TB paru, semakin lama orang tersebut datang berobat, maka semakin luas

lesi yang timbul. Selain itu, RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo merupakan rumah

sakit tipe A yang menerima rujukan dari berbagai daerah di Indonesia timur,

sehingga kebanyakan kasus yang ditemukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

merupakan kasus yang sudah parah.

6.1 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Keaktifan Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks

Berdasarkan tabel 5.3, pasien dengan keluhan utama batuk paling

banyak memiliki lesi TB paru lama aktif, yaitu sebanyak 9 orang (17,6%).,

pasien dengan keluhan utama batuk berdarah paling banyak memiliki lesi

TB paru aktif, yaitu sebanyak 4 orang (7,8%), pasien dengan keluhan utama

Page 62: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

46

dyspneu paling banyak memiliki lesi TB paru lama aktif, yaitu sebanyak 14

orang (27,5%), dan pasien dengan keluhan utama gejala non respiratorik

paling banyak memiliki lesi TB paru lama aktif, yaitu sebanyak 4 orang

(7,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anna (2007),

dimana gambaran radiologi tersering yang muncul pada pasien dengan

keluhan batuk adalah kavitasi (95%) yang merupakan ciri khas lesi aktif,

gambaran radiologi tersering yang muncul pada pasien dengan keluhan

batuk berdarah adalah kavitasi (27%), gambaran radiologi tersering yang

muncul pada pasien dengan keluhan dyspneu adalah kavitasi (89%), dan

gambaran radiologi tersering yang muncul pada pasien dengan keluhan

demam dan penurunan berdat badan yang merupakan gejala non respiratorik

adalah kavitasi (berturut-turut 55% dan 90%). (Anna Thorson, 2007)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-square

terhadap keluhan utama dan keaktifan lesi didapatkan nilai P = 0,723 (P >

0,05), maka H0 diterima, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak

terdapat hubungan antara keluhan utama dengan keaktifan lesi pada

pemeriksaan foto toraks. Menurut CDC, pasien TB paru aktif umumnya

datang dengan berbagai keluhan, terutama batuk, demam, dan penurunan

berat badan. Sedangkan pasien dengan TB paru inaktif umumnya tidak

merasa bahwa dirinya sakit (Division of Tuberculosis Elimination of CDC,

2011) atau terkadang memiliki gejala subklinis yang tidak khas. (Philana

Ling Lin, 2010) Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan antara keluhan utama dengan keaktifan lesi pada pemeriksaan

foto toraks yang memuat variabel keluhan utama tidak ada keluhan dan lesi

Page 63: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

47

aktif yang lebih spesifik dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar

didapati hasil yang lebih akurat.

6.2 Hubungan Keluhan Utama TB Paru dengan Luas Lesi pada

Pemeriksaan Foto Toraks

Berdasarkan tabel 5.4, pasien dengan keluhan utama batuk paling

banyak memiliki TB paru lesi luas, yaitu sebanyak 14 orang (32,6%), pasien

dengan keluhan utama batuk berdarah paling banyak memiliki TB paru lesi

luas, yaitu sebanyak 5 orang (11,6%), pasien dengan keluhan utama

dyspneu paling banyak memiliki TB paru lesi luas, yaitu sebanyak 17 orang

(39,5%) dan pasien dengan keluhan utama gejala non respiratorik paling

banyak memiliki TB paru lesi luas, yaitu sebanyak 4 orang (9,3%).

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Chi-square

terhadap keluhan utama dan luas lesi didapatkan nilai P = 0,305 (P > 0,05),

maka H0 diterima, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat

hubungan antara keluhan utama dengan luas lesi pada pemeriksaan foto

toraks. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Karmila

(2013) yang memperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara batuk berdahak dengan hasil pemeriksaan foto toraks

berdasarkan luas lesi. Sedangkan keluhan sesak nafas mempunyai hubungan

yang tidak signifikan terhadap hasil pemeriksaan foto toraks berdasarkan

luas lesi. (Karim, 2013) Hasil konsesus TB paru oleh PDPI mengatakan

bahwa gejala respiratori yang timbul pada TB paru sangat bervariasi,

tergantung dari luasnya lesi. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006)

Apabila dijumpai batuk berdahak yang bersifat kronik dan hasil

Page 64: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

48

pemeriksaan BTA+, gambaran radiologi juga semakin luas. (Mulyadi, et al.,

2011) Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan

antara keluhan utama dengan luas lesi pada pemeriksaan foto toraks dengan

jumlah sampel yang lebih banyak agar didapatkan hasil yang lebih akurat.

Page 65: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

49

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan

antara keluhan utama dengan hasil pemeriksaan foto toraks pada pasien

tuberkulosis paru di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 2016 pada 52

sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dapat disimpulkan :

1. Keluhan utama terbanyak yang ditemukan adalah dyspneu (41,5%)

2. Tipe tuberkulosis paru terbanyak berdasarkan keaktifan lesi yang

ditemukan adalah lesi lama aktif (56,9%)

3. Tipe tuberkulosis paru terbanyak berdasarkan luas lesi yang ditemukan

adalah lesi luas (78,4%)

4. Tidak terdapat hubungan antara keluhan utama dengan hasil

pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi keaktifan lesi

5. Tidak terdapat hubungan antara keluhan utama dengan hasil

pemeriksaan foto toraks berdasarkan klasifikasi luas lesi

7.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

mengenai perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan keluhan utama dengan hasil pemeriksaan foto toraks berupa

keaktifan lesi dan luas lesi dengan jumlah sampel yang lebih banyak

sehingga bisa mendapatkan hasil yang lebih signifikan.

Page 66: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

50

2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan

mengenai perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan gejala klinis dengan hasil pemeriksaan foto toraks, bukan

hanya melihat keluhan utama sehingga bisa mendapatkan hasil yang

lebih spesifik.

3. Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien TB paru akan pentingnya

menjaga imunitas tubuh, terutama dengan rajin meminum obat untuk

mencegah proses lebih lanjut.

4. Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien yang memiliki gejala klinis

TB paru agar sedini mungkin memeriksakan kesehatannya agar dapat

ditangani secepat mungkin sebelum timbul lesi luas.

Page 67: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

51

DAFTAR PUSTAKA

A. G. Icksan, R. L., 2008. Radiologi Tuberkulosis Paru. Jakarta: Sagung Seto.

Achmadi, U. F., 2005. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: PT.

Kompas Media Nusantara.

American Thoracic Society, 2000. Diagnostic Standarts and Classification of

Tuberculosis in Adults and Children. American Journal of Respiratory Critical

Care Medinice, Volume 161.

Anna Thorson, N. H. L. L. O. L., 2007. Chest X-ray Findings in Relation to

Gender and Symptomps: A Study of Patients with Smear Positive Tuberculosis in

Vietnam. Scandinavian Journal of Infectious Diseases, Volume 39, pp. 33-37.

Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Daerah,

Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016. Badan Pusat Statistik. [Online]

Available at: https://www.bps.go.id/index.php/istilah/index?Istilah_page=4

[Diakses 8 Desember 2017].

Banzett, R. B. & O'Donnell, C. R., 2014. Should We Measure Dyspnoea in

Everyone?. Eur Respir J, Volume 43, pp. 1547-1550.

Bimantara, J. G., 2016. Kompas Print. [Online]

Available at:

http://print.kompas.com/baca/iptek/kesehatan/2016/03/24/Tuberkulosis-di-

Indonesia-Terbanyak-Kedua-di-Dunia

[Diakses 9 Mei 2017].

Brooks, G. F. et al., 2014. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg.

25 penyunt. Jakarta: EGC.

Burrill, J., 2007. Tubersulosis: A Radiologic Review. England RadioGraphics,

27(5), pp. 1255-1273.

Christopher M. Walker, G. F. A. R. E. G. J.-A. O. S. D. V. S. R. D., 2014.

Imaging Pulmonary Infection: Classic Signs and Patterns. American Journal of

Roentgenology, Volume 202, pp. 479-492.

Dannenberg, A. M., 2009. Liquefaction and Cavity Formation in Pulmonary TB:

A Simple Method in Rabbit Skin to Test Inhibitors. Tuberculosis, 89(4), pp. 243-

247.

Depkes RI, 2007. Buku Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Devy Destriana MA, I. r. J. M., 2014. Perbandingan Luas Lesi pada Foto Ronsen

Toraks antara Pasien Tuberkulosis Paru Kasus BTA Positif dengan BTA Negatif

Studi Kohort Retrospektif di RSUD Prof. Dr. Mangono Soekarjo Purwokerto.

Mandala of Health, 7(3), pp. 550-555.

Page 68: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

52

Division of Tuberculosis Elimination of CDC, 2011. Centers for Disease Control

and Prevention. [Online]

Available at:

https://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/general/ltbiandactivetb.htm

[Diakses 27 November 2017].

Dongola, A. N., 1997. Radiological and Clinical Pattern of Pulmonary

Tuberculosis in Selectes TB Clinics in Khartoum, Sudan: University of Khartoum.

Fitriani, E., 2013. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru. Unner Journal of Public Health, p. 6.

Gomes, M., Saad, R. & Stirburlow, R., 2003. Pulmonary Tuberculosis:

Ralationship Between Sputum Baciloscopy and Radiological Lesions. Rev Ins

Med Trop S. Paulo, 45(5), pp. 275-281.

Herring, W., 2016. Learning Radiology : Recognizing The Basics. 3rd penyunt.

Philadelphia: Elsevier Inc.

Herring, W., 2016. Learning Radiology: Recognizing The Basics. 3 penyunt.

Philadelphia: Elsevier Saunders.

Jamzad, A., Shahnazi, M. & Khatami, A., 2009. Radiographic Findings of

Pulmonary Tuberculosis in Tehran in Comparison with Other Institutional

Studies. Iran Journal of Radology, 6(3), pp. 131-136.

Jolobe, O. M. P., 2012. Correspondence : Pulmonary Tuberculosis in The

Differential Diagnosis of Community Acquired Pneumonia. European

Respiratory Journal, 40(1).

Karim T., Q. S. R. M., 2013. Correlation between Clinical and Radiological

Presentation of Pulmonary Tuberculosis in Children. Bangladesh Medical

Journal, 42(1), pp. 21-24.

Karim, K., 2013. Hubungan Manifestasi Klinis dan Hasil Pemeriksaan Foto

Toraks dalam Mendiagnosis TB di RSU Kota Tangerang Selatan pda Tahun 2013,

Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah.

Kartasasmita, C., 2009. Epidemiologi Tuberkulosis. Sari Pediatri, 11(2), p. 125.

Kasim, H., 2012. Hubungan Luas Lesi pada Gambaran Radiologi toraks dengan

Kepositifan Pemeriksaan Sputum BTA pada Pasien Tuberkulosis Paru Dewasa

Kasus Baru di BBKM Surakarta, Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Pedoman Nasional

Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementrian Kesehatan RI, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015, Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI.

Page 69: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

53

Majdawati, A., 2010. Uji Diagnostik Gambaran Lesi Foto Thorax pada Penderita

dengan Klinis Tuberkulosis Paru. Mutiara Medika, 10(2), pp. 180-188.

Manalu, H. S. P., 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan

Upaya Penangulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan, 9(4), pp. 1340-1345.

MLB Bhatt, S. K. R. B., 2012. Pulmonary Tuberculosis as Differential Diagnosis

of Lung Cancer. South Asian Journal of Cancer, 1(1), pp. 36-42.

Mulyadi, Mudatsir & Nurlina, 2011. Hubungan Tingkat Kepositivan Pemeriksaan

Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada

Pemderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda

Aceh. Jurnal Respirologi Indonesia, Volume 31.

Pasang, A., 2011. Karakteristik Pasien TB Paru di Bagian Radiologi RSUP Dr.

Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Januari - Desember 2010, Makassar:

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Patel, R. P., 2010. Lecture Notes: Radiology. 3 penyunt. Jakarta: Erlangga.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis &

Penatalakasanaan di Indonesia. s.l.:s.n.

Philana Ling Lin, J. L. F., 2010. Understanding Latent Tuberculosis: A Moving

Target. Journal of Immunology, Volume 1, pp. 15-22.

Price, S. A. & Wilson, L. M., 2006. Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Putri Puspitasari, M. W. E. S., 2014. Profil Pasien Tuberkulosis Paru di Poliklinik

Paru RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-Clinic, 2(1), pp. 1-9.

Rasad, S., 1996. Radiologi Diagnostik. Jakarta: Balai Penertbit FK UI.

Ratnasari, N. Y., 2012. Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada

Penderita TB Paru di BP4 Yogyakarta. Jurnal Tuberkulosis Indonesia, Volume 8.

Ringel, E., 2012. BUku Saku Hitam Kedokteran Paru. Jakarta: PT Indeks.

Schoenstadt, A., 2017. eMedTV. [Online]

Available at: tuberculosis.emedtv.com/m/active-tuberculosis/active-tuberculosis-

p2.html

[Diakses 27 November 2017].

Setiati, S., Idrus, A. & Aru, W., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1. 6

penyunt. Jakarta: Interna Publishing.

Thorshon, A., Long, H. & Larsson, L., 2007. Chest X-Ray Findings in Reation to

GEnder and Symptoms: A Astudy of Patients with Smear Positie Tubercuosis in

Vietnam. Sacndinavian Journal of Infetious Disease, Volume 39, pp. 33-37.

Uma Debi, V. R. K. K. P. S. K. S. A. K. S., 2014. Abdominal tuberculosis of the

gastrointestinal tract: Revisited. World Journal of Gastroenterology, 20(40), pp.

14831-14840.

Page 70: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

54

Werdhani, R. A., 2005. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis,

s.l.: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI.

Werdhani, R. A., t.thn. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis, s.l.:

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI.

World Health Organization, 2017. World Health Organization Media Centre.

[Online]

Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/

[Diakses 27 Juni 2017].

Page 71: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

55

LAMPIRAN

Page 72: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 73: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 74: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 75: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 76: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 77: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

No No RM Inisial JenisKelamin Umur Keluhan Utama Gejala Klinis Lain Keaktifan Lesi Luas Lesi

1 771955 SHR Perempuan 64 Sesak Batuk Lesi lama aktif2 763285 DKH Laki-laki 39 Sesak Batuk Lesi aktif Lesi luas3 737411 SMP Laki-laki 70 Batuk berdarah Lesi inaktif4 757901 ML Perempuan 77 Batuk Sesak Lesi lama aktif Lesi luas5 782625 AMR Laki-laki 24 Batuk Batuk berdarah Lesi lama aktif Lesi luas

6 763385 SCH Laki-laki 17 Batuk berdarah Lesi aktif Lesiminimal

7 763780 ALS Laki-laki 50 Batuk Batuk berdarah, sesak Lesi aktif Lesi luas8 746451 DP Perempuan 75 Sesak Lesi lama aktif Lesi luas9 783702 AG Laki-laki 68 Batuk Lesi lama aktif Lesi luas

10 192391 IBT Laki-laki 54 Batuk Batuk berdarah, Sesak Lesi lama aktif Lesi luas11 750200 NS Perempuan 30 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas12 754665 RHM Laki-laki 41 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas13 740135 RSL Laki-laki 57 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas14 726095 FJR Laki-laki 39 Batuk Lesi lama aktif Lesi luas15 763564 MRL Perempuan 41 Batuk berdarah Lesi lama aktif Lesi luas

16 757284 FI Laki-laki 17 Sesak Batuk Lesi inaktif Lesiminimal

17 740722 HV Perempuan 46 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas18 736684 RITA Perempuan 51 Batuk Batuk berdarah, nyeri dada Lesi lama aktif Lesi luas19 781994 MA Laki-laki 10 Sesak Batuk Lesi aktif Lesi luas20 777164 ARF Laki-laki 33 Sesak Lesi lama aktif Lesi luas21 574924 MDY Perempuan 22 Batuk Lesi aktif Lesi luas22 552402 MS Laki-laki 61 Sesak Batuk Lesi lama aktif

23 758213 SS Laki-laki 24 Demammenggigil Batuk Lesi aktif Lesi luas

Page 78: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

No No RM Inisial JenisKelamin Umur Keluhan Utama Gejala Klinis Lain Keaktifan Lesi Luas Lesi

24 743104 MA Laki-laki 52 Demam naikturun Batuk Lesi lama aktif Lesi

minimal25 780813 STA Perempuan 51 Batuk Sesak Lesi lama aktif Lesi luas26 765783 NWN Perempuan 22 Nyeri perut Lesi lama aktif27 776043 MIQ Laki-laki 16 Batuk Batuk berdarah Lesi aktif Lesi luas28 781330 MLW Perempuan 20 Batuk berdarah Batuk Lesi aktif Lesi luas29 781270 SPD Laki-laki 22 Batuk berdarah Batuk Lesi lama aktif Lesi luas30 777363 HS Laki-laki 53 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas31 755092 DGD Laki-laki 75 Sesak Batuk, batuk berdarah Lesi lama aktif32 741098 LOFO Laki-laki 14 Sesak Batuk Lesi aktif Lesi luas33 770158 GK Laki-laki 61 Batuk Lesi inaktif34 778987 SM Laki-laki 57 Sesak Batuk Lesi aktif35 658079 IB Laki-laki 79 Sesak Lesi aktif Lesi luas36 773969 SH Laki-laki 42 Sesak Batuk, batuk berdarah Lesi lama aktif Lesi luas37 573999 AR Laki-laki 13 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas38 777779 AR Laki-laki 25 Nyeri perut Batuk, nyeri dada Lesi lama aktif Lesi luas39 746027 HW Laki-laki 31 Sesak Batuk Lesi aktif Lesi luas40 751267 NURMI Perempuan 46 Sesak Batuk Lesi inaktif41 739447 CHR Laki-laki 19 Demam Batuk Lesi lama aktif Lesi luas42 767808 MAP Laki-laki 19 Batuk berdarah Sesak, nyeri dada Lesi aktif Lesi luas43 743419 SFF Perempuan 22 Batuk Lesi aktif Lesi luas44 782139 ICH Perempuan 21 Demam Batuk Lesi aktif Lesi luas45 759739 YPT Laki-laki 88 Batuk Lesi aktif Lesi luas46 210919 MR Perempuan 59 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas47 756628 CP Perempuan 62 Sesak Batuk Lesi lama aktif Lesi luas

Page 79: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

No No RM Inisial JenisKelamin Umur Keluhan Utama Gejala Klinis Lain Keaktifan Lesi Luas Lesi

48 763436 ALOB Perempuan 32 Sesak Batuk berdarah Lesi aktif Lesi luas49 776756 HSS Perempuan 70 Batuk Sesak Lesi lama aktif Lesi luas50 765526 LR Laki-laki 73 Batuk Lesi lama aktif Lesi luas51 739386 NRW Perempuan 23 Batuk berdarah Sesak Lesi aktif Lesi luas

Page 80: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

Frequencies[DataSet2] E:\FK UH 2014\skripsi\pasca ujian proposal\SPSS\51 sampel pascacrosscheck bagian (ada lama aktif).sav

Statistics

Jenis Kelamin umur Keluhan Utama Aktif Tidaknya

Lesi

Luas Lesi

NValid 51 51 51 51 43

Missing 0 0 0 0 8

Mode 2 2 3 3 2

Frequency TableJenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Perempuan 19 37,3 37,3 37,3

Laki-laki 32 62,7 62,7 100,0

Total 51 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

0-12 tahun 1 2,0 2,0 2,0

12-25 tahun 17 33,3 33,3 35,3

26-45 tahun 9 17,6 17,6 52,9

46-65 tahun 15 29,4 29,4 82,4

>65 tahun 9 17,6 17,6 100,0

Total 51 100,0 100,0

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Batuk 15 29,4 29,4 29,4

Batuk berdarah 7 13,7 13,7 43,1

Dyspneu/sesak 23 45,1 45,1 88,2

non respiratorik 6 11,8 11,8 100,0

Total 51 100,0 100,0

Page 81: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

Keaktifan Lesi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Lesi aktif 18 35,3 35,3 35,3

Lesi inaktif/tenang 4 7,8 7,8 43,1

Lesi lama aktif 29 56,9 56,9 100,0

Total 51 100,0 100,0

Luas Lesi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Lesi minimal 3 5,9 7,0 7,0

Lesi luas 40 78,4 93,0 100,0

Total 43 84,3 100,0

Missing System 8 15,7

Total 51 100,0

Crosstabs[DataSet2] E:\FK UH 2014\skripsi\pasca ujian proposal\SPSS\51 sampel pascacrosscheck bagian (ada lama aktif).sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Keluhan Utama * Aktif

Tidaknya Lesi51 100,0% 0 0,0% 51 100,0%

Keluhan Utama * Luas Lesi 43 84,3% 8 15,7% 51 100,0%

Page 82: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

Keluhan Utama * Aktif Tidaknya LesiCrosstab

Aktif Tidaknya Lesi Total

Lesi aktif Lesi lama aktif Lesi inaktif/tenang

Keluhan Utama

Batuk

Count 5 9 1 15

% within Keluhan Utama 33,3% 60,0% 6,7% 100,0%

% within Aktif Tidaknya Lesi 27,8% 31,0% 25,0% 29,4%

% of Total 9,8% 17,6% 2,0% 29,4%

Batuk berdarah

Count 4 2 1 7

% within Keluhan Utama 57,1% 28,6% 14,3% 100,0%

% within Aktif Tidaknya Lesi 22,2% 6,9% 25,0% 13,7%

% of Total 7,8% 3,9% 2,0% 13,7%

Dyspneu/sesak

Count 7 14 2 23

% within Keluhan Utama 30,4% 60,9% 8,7% 100,0%

% within Aktif Tidaknya Lesi 38,9% 48,3% 50,0% 45,1%

% of Total 13,7% 27,5% 3,9% 45,1%

non respiratorik

Count 2 4 0 6

% within Keluhan Utama 33,3% 66,7% 0,0% 100,0%

% within Aktif Tidaknya Lesi 11,1% 13,8% 0,0% 11,8%

% of Total 3,9% 7,8% 0,0% 11,8%

Total

Count 18 29 4 51

% within Keluhan Utama 35,3% 56,9% 7,8% 100,0%

% within Aktif Tidaknya Lesi 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 35,3% 56,9% 7,8% 100,0%

Page 83: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 3,190a 6 ,785

Likelihood Ratio 3,660 6 ,723

Linear-by-Linear Association ,164 1 ,686

N of Valid Cases 51

a. 8 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,47.

Keluhan Utama * Luas LesiCrosstab

Luas Lesi Total

Lesi minimal Lesi luas

Keluhan Utama

Batuk

Count 0 14 14

% within Keluhan Utama 0,0% 100,0% 100,0%

% within Luas Lesi 0,0% 35,0% 32,6%

% of Total 0,0% 32,6% 32,6%

Batuk berdarah

Count 1 5 6

% within Keluhan Utama 16,7% 83,3% 100,0%

% within Luas Lesi 33,3% 12,5% 14,0%

% of Total 2,3% 11,6% 14,0%

Dyspneu/sesak

Count 1 17 18

% within Keluhan Utama 5,6% 94,4% 100,0%

% within Luas Lesi 33,3% 42,5% 41,9%

% of Total 2,3% 39,5% 41,9%

Page 84: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

non respiratorik

Count 1 4 5

% within Keluhan Utama 20,0% 80,0% 100,0%

% within Luas Lesi 33,3% 10,0% 11,6%

% of Total 2,3% 9,3% 11,6%

Total

Count 3 40 43

% within Keluhan Utama 7,0% 93,0% 100,0%

% within Luas Lesi 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 7,0% 93,0% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 3,281a 3 ,350

Likelihood Ratio 3,626 3 ,305

Linear-by-Linear Association 1,569 1 ,210

N of Valid Cases 43

a. 5 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,35.

Page 85: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …
Page 86: HUBUNGAN KELUHAN UTAMA DENGAN HASIL PEMERIKSAAN …

BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Imanuela Yoel Biring

Nama Panggilan : Ela

Tempat, Tanggal Lahir : Jayapura, 15 Maret 1996

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Yones Yubilia Biring, M.T.

Nama Ibu : dr. Elisabeth Rerungan, Sp.OG

Anak Ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat : Kompleks Bukit Khatulistiwa Blok M No 23

Riwayat Pendidikan :

TK Frater Teratai I Makassar (2000-2002)

SD Frater Teratai I Makassar (2002-2003)

SD YPPK Gembala Baik Abepura (2003-2008)

SMPN 5 Jayapura (2008-2011)

SMA Katolik Rajawali Makassar (2011-2014)

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (2014-sekarang)