Top Banner
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS J 310 170 075 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021
17

HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

Feb 22, 2022

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA

IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS

J 310 170 075

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2021

Page 2: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

i

HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA

IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS

J 310 170 075

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen

Pembimbing

Sunarto, S.KM., M.Gizi

NIP. 197006111991031009

Page 3: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA

IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG

OLEH

LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS

J 310 170 075

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Rabu 10 November 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Sunarto, S.KM., M.Gizi

(Ketua Dewan Penguji)

( )

2. Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi

(Anggota I Dewan Penguji)

( )

3. Firmansyah, S.ST., M.Gz

(Anggota II Dewan Penguji)

( )

Dekan,

Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.Kes

NIK/NIDN. 750/6020117301

Page 4: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini adalah

hasil saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan

lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang

belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Surakarta, 8 Oktober 2021

Penulis

LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS

J310170075

Page 5: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

1

HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA

IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG

Abstrak

Kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasahan gizi di

Indonesia. Berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko meningkatkan mortalitas

dan morbiditas janin dan neonatal, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan

kognitif, serta penyakit kronis di kemudian hari. Prevalensi BBLR di wilayah

kerja Puskesmas Gondang cenderung meningkat dari tahun 2018 ke tahun 2019.

Mengetahui hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK) dan usia ibu hamil

dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian ini menggunakan

pendekatan case-control. Pengambilan data responden menggunakan data

sekunder yang tercatat dalam data laporan persalinan dari Januari 2020-Juni 2021.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 120 responden dengan kelompok

kasus 30 responden dan kelompok kontrol 90 kontrol dengan perbandingan 1:3.

Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat (Chi-square dan Fisher exact).

Distribusi kejadian kurang energi kronis (KEK) yaitu melahirkan sebesar 3,3%

bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan melahirkan sebesar 13,3% bayi berat

badan lahir normal (tidak BBLR). Distribusi usia ibu hamil dengan usia risiko

tinggi yaitu sebesar 16,7% melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan

melahirkan sebesar 28,9% bayi berat badan lahir normal (tidak BBLR). Tidak

terdapat hubungan antara kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian

berat badan lahir rendah (BBLR) dengan nilai p-value 0,181. Tidak terdapat

hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)

dengan p-value 0,185. Tidak terdapat hubungan antara kejadian kurang energi

kronis (KEK) dan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah

(BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang.

Kata kunci: BBLR, KEK, usia ibu hamil

Abstract

The incidence of low birth weight (LBW) is still a nutritional problem in

Indonesia. Low birth weight (LBW) has the risk of increasing fetal and neonatal

mortality and morbidity, stunted growth and cognitive development, and chronic

disease in later life. The prevalence of LBW in the work area of Puskesmas

Gondang tends to increase from 2018 to 2019. This study aimed to determine the

correlation between the incidence of chronic energy deficiency (CED) and the age

of pregnant women with the incidence of low birth weight (LBW). This study

used a case-control research design. Respondent data collection used secondary

data recorded in labor report data from January 2020-June 2021. The number of

samples in this study was 120 respondents with a case group of 30 respondents

and a control group of 90 controls with a ratio of 1:3. The analysis was performed

univariate and bivariate (Chi square and Fisher exact). The distribution of chronic

Page 6: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

2

energy deficiency (CED) is 3,3% of low birth weight (LBW) and 13,3% of

normal birth weight (not LBW). The distribution age of pregnant women with a

high risk age is 16,7% with low birth weight (LBW) and 28,9% with normal birth

weight (not LBW). There was no correlation between the incidence of chronic

energy deficiency (CED) and the incidence of low birth weight (LBW) with p-

value 0,181. There was no correlation between the age of pregnant women and the

incidence of low birth weight (LBW) with p-value 0,185. There was no

correlation between the incidence of chronic energy deficiency (CED) and the age

of pregnant women with the incidence of low birth weight (LBW) in the work

area of Puskesmas Gondang.

Keywords: age of pregnant women, chronic energy deficiency, low birth weight

1. PENDAHULUAN

Kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah

gizi terkait dengan kekurangan gizi. World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan berat <2.500 gram merupakan low

birth weight infant atau bayi dengan BBLR. Bayi BBLR sangat berkaitan erat

dengan mortalitas dan morbiditas janin dan neonatal, terhambatnya pertumbuhan

dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis di kemudian hari (World Health

Organization (WHO) & United Nations Children's Fund (‎UNICEF)‎, 2004).

Faktor risiko terjadinya BBLR pada bayi diantaranya usia gestasi, status

gizi ibu KEK, status anemia pada ibu hamil, usia ibu ketika hamil, paritas, jarak

kehamilan, dan kehamilan ganda (Fajriana & Buanasita, 2018) (Mahayana,

Chundrayetti, & Yulistini, 2015) (Permana, 2019) .Ibu hamil KEK dapat

mengakibatkan ukuran plasenta menjadi lebih kecil sehingga transfer oksigen dan

nutrisi ke janin jadi berkurang yang berdampak pada kelahiran bayi BBLR

(Fatimah & Yuliani, 2019). Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah

usia antara 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan

risiko kehamilan maupun ketika persalinan. Usia dibawah 20 tahun perkembangan

organ-organ reproduksi, kematangan emosi dan kejiwaan serta fungsi fisiologi

belum optimal, sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan

dalam kehamilan. Sebaliknya pada usia diatas 35 tahun telah terjadi kemunduran

fungsi fisiologis maupun reproduksi secara umum sehingga berisiko untuk

terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan termasuk lahirnya BBLR. Hal-hal

Page 7: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

3

tersebut yang dapat mengakibatkan proses perkembangan janin menjadi tidak

optimal dan melahirkan anak dengan berat badan rendah (Proverawati, 2010).

Persentase bayi BBLR di Jawa Tengah pada tahun 2019 yaitu 4,7% yang

mengalami kenaikan dari tahun 2018 yaitu 4,3%. Data Dinas Kesehatan

Kabupaten Sragen didapatkan prevalensi bayi BBLR pada tahun 2018 sebesar

4,55% dan tahun 2019 sebesar 4,64%. Data tersebut menunjukan adanya kenaikan

sebesar 0,09%. Hasil survey pendahuluan didapatkan prevalensi BBLR di

Puskesmas Gondang pada tahun 2018 yaitu 1,6% dan tahun 2019 yaitu sebesar

2,7% yang menunjukkan adanya kenaikan sebesar 1,1%. Perlu upaya untuk dapat

menekan angka bayi BBLR pada kelahiran bayi selanjutnya dan tahun berikutnya

salah satunya dengan meneliti penyebab yang berhubungan dengan kejadian

BBLR.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian case-control dengan menggunakan

data sekunder laporan persalinan untuk mengetahui hubungan kejadian KEK dan

usia ibu hamil dengan kejadian BBLR. Sampel dari penelitian ini adalah semua

ibu hamil yang melahirkan pada Januari 2020 sampai dengan Juli 2021 yang

terdata dalam di wilayah kerja Puskesmas Gondang. Penghitungan besar sampel

menggunakan rumus Fleiss dengan perbandingan 1:3 didapatkan minimal jumlah

sampel pada penelitian ini 30 responden kelompok kasus dan 90 rsponden

kelompok kontrol. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan melihat

data kelahiran bayi di wilayah kerja Puskesmas Gondang yang masuk dalam

kriteria inklusi dengan bayi BBLR sebanyak 30 bayi dan BBLN sebanyak 90

bayi. Pengambilan sampel kontrol menggunakan Simple Random Sampling yaitu

dengan mengundi menggunakan perangkat lunak SPSS. Uji statistik yang

digunakan untuk membuktikan hipotesis yaitu uji Chi-square dan Fisher exact

dalam program software SPSS 25.0 pada komputer.

Page 8: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan

Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK)

Variabel yang gunakan pada penelitian ini salah satunya adalah kejadian kurang

energi kronis (KEK) dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Kejadian KEK

Kejadian KEK Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total

n % n % n %

KEK 1 3,3 12 13,3 13 10,8

Tidak KEK 29 96,7 78 86,7 107 89,2

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel 1 didapatkan sebesar 10,8% ibu hamil dengan kurang

energi kronis (KEK) dari total sampel. Sebesar 3,3% ibu kurang energi kronis

(KEK) melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan 13,3% melahirkan

bayi dengan berat badan lahir normal. Upaya pemerintah dalam menekan angka

kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil dilakukan dengan pemberian

makanan tambahan (PMT) berwujud biskuit Invalid source specified..

3.2 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan

Usia Ibu Hamil

Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan ibu hamil berusia risiko

tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) dan usia tidak risiko tinggi untuk hamil (20-35

tahun) didapatkan sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Usia Ibu Hamil

Usia Ibu Hamil Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total

n % n % n %

Page 9: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

5

Risiko Tinggi 5 16,7 26 28,9 31 25,8

Tidak Risiko

Tinggi 25 83,8 64 71,1 89 74,2

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Tabel 2 menunjukkan sebesar 25,8% ibu hamil masuk dalam usia risiko

tinggi dari total sampel. Ibu hamil dengan usia risiko tinggi melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 16,7% dan melahirkan bayi berat

badan lahir normal (Tidak BBLR) sebesar 28,9%.

3.3 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan

Paritas

Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami atau banyaknya

kelahiran hidup. Paritas yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kondisi ibu dan

janin.

Tabel 3. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Paritas

Paritas Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total

N % n % n %

Multipara 17 56,7 62 68,9 79 65,8

Nulipara 13 43,3 28 31,1 41 34,2

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel 3 didapatkan sebesar 65,8% dari total sampel dalam

kategori ibu multipara atau pernah melahirkan bayi lahir hidup dua kali atau lebih.

Sedangkan nulipara sebesar 34,2% yaitu ibu yang melahirkan bayi hidup pertama

kali. Ibu multipara melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)

sebesar 56,7% dan melahirkan bayi berat badan lahir normal (Tidak BBLR)

sebesar 68,9%.

Page 10: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

6

3.4 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan

Jenis Kelamin Bayi

Kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan jenis kelamin bayi

yang dilahirkan digambarkan pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi

Jenis Kelamin

Bayi

Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total

N % n % n %

Laki-laki 14 46,7 45 50,0 59 49,2

Perempuan 16 53,3 45 50,0 61 50,8

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel 4 didapatkan bayi yang lahir berjenis kelamin laki-laki

sebesar 49,2% dan perempuan sebesar 50,8%. Bayi berat badan lahir rendah lebih

banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 53,3%, sedangkan bayi dengan berat

badan lahir normal (Tidak BBLR) 50% laki-laki dan 50% perempuan.

3.5 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan

Panjang Bayi Lahir

Panjang bayi lahir menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam

kandungan. Panjang badan yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang

kurang akibat kekurangan energi dan protein.

Tabel 5. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Panjang Badan Lahir

Panjang Badan

Lahir

Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total

n % n % n %

<48 cm 19 63,3 0 0,0 19 15,8

≥48 cm 11 36,7 90 100 101 84,2

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Page 11: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

7

Menurut Kemenkes RI bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir

normal yaitu apabila hasil pengukuran panjang badan dalam rentang 48-52 cm.

Berdasarkan tabel 10 didapatkan bayi dengan panjang badan <48 cm sebesar

15,8% dan ≥48 cm sebesar 84,2%. Bayi dengan panjang badan <48 cm

seluruhnya memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Panjang badan ≥48 cm

melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 36,7%.

3.6 Hasil Analisis Hubungan Kejadian Kurang Energi Kronis dengan

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

Hasil analisis hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian

berat badan lahir rendah (BBLR) didapatkan sebagai berikut:

Tabel 6. Analisis Hubungan Kejadian KEK dengan Kejadian BBLR

Kejadian

KEK

Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total p OR

n % n % N %

KEK 1 3,3 12 13,3 13 10,8

0,181

0,224

(0,028-

1,801)

Tidak KEK 29 96,7 78 86,7 107 89,2

Total 30 100 90 100 120 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa 13 subjek yang memiliki status

kurang energi kronis (KEK), lebih banyak melahirkan bayi dengan berat badan

normal yaitu terdapat pada kelompok tidak BBLR sebanyak 12 ibu (13,3%)

sedangkan yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 1 ibu

(3,3%).

Analisis untuk melihat hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK)

dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) menggunakan uji statistik

Fisher exact dengan nilai p 0,181 (p>0,05) yang disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian

berat badan lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang.

Berdasarkan nilai OR (Odd Ratio) didapatkan nilai 0,224 dan 95%CI (0,028-

1,801). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak kurang energi kronis

Page 12: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

8

merupakan faktor protektif untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir

normal (tidak BBLR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kurang energi kronis (KEK)

pada ibu hamil tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian berat

badan lahir rendah (BBLR), hal ini sejalan dengan penelitian Haryanto, dkk

(2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kurang energi

kronis dengan berat badan lahir rendah di Kabupaten Kudus. Hal ini disebabkan

karena jumlah ibu kurang energi kronis (KEK) pada kelompok kasus lebih rendah

dibandingkan pada kelompok kontrol.

Terdapat ibu hamil dengan status kurang energi kronis (KEK) melahirkan

bayi dengan berat badan lahir normal (tidak BBLR) merupakan keberhasilan dari

salah satu program pemerintah yaitu intervensi dengan pemberian makanan

tambahan (PMT) setelah mengetahui hasil pengukuran lingkar lengan atas (LLA)

kurang dari 23,5 cm pada awal kehamilan. Distribusi PMT dilaksanakan melalui

kelas ibu hamil per masing-masing desa yang dibina langsung oleh bidan desa.

Berdasarkan data Indikator Kegiatan Gizi Kabupaten Sragen khususnya

Puskesmas Gondang pada tahun 2020, ibu hamil berstatus kurang energi kronis

(KEK) 100% mendapatkan PMT. Beberapa ibu hamil kurang energi kronis (KEK)

mengalami penambahan berat badan yang naik secara konstan yang tercatat pada

buku kesehatan ibu dan anak (KIA) selama kehamilan sehingga membuktikan

asupan gizi terpenuhi dengan baik. Sesuai penelitian Husanah, dkk (2019) yang

menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara penambahan berat badan

ibu selama hamil terhadap berat badan bayi saat lahir. Kepatuhan ibu hamil untuk

melaksanakan ANC (Antenatal Care) menjadikan kesehatan dan perkembangan

ibu selama hamil dan janin yang dikandung dapat terkontrol dengan baik.

Ibu hamil perlu memperhatikan asupan zat gizi sesuai kebutuhan untuk

menghindari komplikasi kehamilan seperti kejadian bayi berat badan lahir rendah

(BBLR). Kesehatan bayi ketika lahir sangat penting diperhatikan untuk

kelangsungan kehidupan yang akan datang sebagai generasi penerus bangsa yang

berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi pentingnya

Page 13: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

9

kesehatan ibu hamil dan janin yang akan lahir. Allah SWT telah berfiman dalam

QS. Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:

Artinya: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.

Ayat tersebut menerangkan bahwa manusia diwajibkan mengonsumsi

makanan yang halal lagi baik sesuai dengan aturan. Hal ini sesuai dengan prinsip

gizi seimbang yang dipelajari dalam teori ilmu gizi. Gizi yang seimbang

diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan gizi dapat

mengakitbatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan yang sedang

berlangsung.

3.7 Hasil Analisis Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan

Lahir Rendah

Hasil analisis hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah

(BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 7. Analisis Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR

Usia Ibu

Hamil

Kasus

(BBLR)

Kontrol

(Tidak

BBLR)

Total p OR

n % n % n %

Risiko

Tinggi 5 16,7 26 28,9 31 25,8

0,185

0,492

(0,170

-

1,425)

Tidak

Risiko

Tinggi

25 83,8 64 71,1 89 74,2

Total 30 100 90 100 56 100

Sumber: Data Sekunder, 2021

Page 14: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

10

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa 31 subjek dengan usia risiko

tinggi lebih banyak melahirkan bayi berat badan normal yaitu terdapat pada

kelompok tidak BBLR sebanyak 26 ibu (28,9%) sedangkan yang melahirkan bayi

dengan berat badan lahir rendah sebanyak 5 ibu (16,7%).

Analisis untuk melihat hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat

badan lahir rendah (BBLR) menggunakan uji statistik Chi square dengan nilai p

0,185 (p>0,05) yang disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu

hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja

Puskesmas Gondang. Berdasarkan nilai OR (Odd Ratio) didapatkan nilai 0,492

dan 95%CI (0,170-1,425). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan usia tidak

risiko tinggi hamil (20-35 tahun) merupakan faktor protektif untuk melahirkan

bayi dengan berat badan lahir normal (tidak BBLR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu ketika hamil tidak terdapat

hubungan yang bermakna dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), hal

ini sejalan dengan penelitian dilakukan Permana (2019) yang menyatakan bahwa

tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan berat badan lahir rendah di

UPT Kesmas Gianyar. Hal ini disebabkan karena jumlah ibu dengan usia risiko

tinggi pada kelompok kasus lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol.

Terdapat ibu hamil dengan usia risiko tinggi melahirkan bayi dengan berat

badan lahir normal (tidak BBLR) tanpa komplikasi kehamilan maupun penyulit

persalinan berdasarkan data Laporan Persalinan. Terdapat ibu dengan usia risiko

tinggi melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) beberapa diantaranya

memiliki komplikasi kehamilan seperti anemia, hipertensi, dan mioma.

Ibu hamil dengan usia rentan lebih berisiko mengalami masalah pada bayi

yang dilahirkan karena mengalami permasalahan dalam pertumbuhan. Penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa pada ibu hamil dengan umur 35 tahun, kesehatan

ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada umur itu mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan pendarahan

(Mayanda, 2017). Wanita dengan usia dibawah 20 tahun masih berada dalam

tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat

Page 15: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

11

dirinya harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung untuk memenuhi

kebutuhan gizinya (Setiati & Rahayu, 2017).

4. PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara kejadian KEK ibu hamil dan usia ibu hamil dengan kejadian BBLR di

wilayah kerja Puskesmas Gondang. Ibu hamil tidak KEK dan usia ibu hamil tidak

rentan merupakan faktor protektor dari kejadian BBLR. Bagi petugas kesehatan

Puskesmas Gondang diharapkan dapat memberikan pendidikan gizi bagi wanita

usia subur dan ibu hamil mengenai pemenuhan status gizi yang optimal untuk siap

hamil dan pemenuhan asupan yang baik untuk perkembangan janin yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Fajriana, A., & Buanasita, A. (2018). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kecamatan Semampir Surabaya.

Media Gizi Indonesia, 13(1), 71-80.

Fatimah, A., & Yuliani, N. T. (2019). Hubungan Kurang Energi Kronis (Kek)

pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di

Wilayah Kerja Puskesmas Rajadesa Tahun 2019. Journal of Midwifery

and Public Health, 1(2).

Haryanto, C. d. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 5(1), 322-311.

Husanah, E., & dkk. (2019). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil

dengan Berat Lahir Bayi di BPM Dince Safrina Pekanbaru. Journal of

Midwifery, 3(1).

Mahayana, S. A., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Faktor Risiko yang

Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan ahir Rendah di RSUP Dr. M

Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3).

Mayanda, V. (2017). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir

Rendah (BBLR) RSIA Mutia Sari Kecamatan Mandau. Menara Ilmu,

11(1), 229-236.

Page 16: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

12

Permana, P. d. (2019). Analisis Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Kesehatan Masyarakat

(Kesmas) Gianyar I Tahun 2016-2017. Intisari Sains Medis, 10(3), 674-

678.

Proverawati, A. (2010). Bayi Berat Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Setiati, A. R., & Rahayu, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR

(Berat Badan Lahir Rendah) di Ruang Perawatan Intensif RSUD dr.

Moewardi di Surakarta. Jurnal Keperawatan Global, 2(1), 1-61.

World Health Organization (WHO) & United Nations Children's Fund (‎UNICEF)‎.

(2004). Low birthweight: country, regional and global estimates. World

Health Organization.

Page 17: HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …

13