HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh: LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS J 310 170 075 PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2021
17
Embed
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS
J 310 170 075
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS
J 310 170 075
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
Sunarto, S.KM., M.Gizi
NIP. 197006111991031009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG
OLEH
LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS
J 310 170 075
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu 10 November 2021
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Sunarto, S.KM., M.Gizi
(Ketua Dewan Penguji)
( )
2. Luluk Ria Rakhma, S.Gz., M.Gizi
(Anggota I Dewan Penguji)
( )
3. Firmansyah, S.ST., M.Gz
(Anggota II Dewan Penguji)
( )
Dekan,
Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M.Kes
NIK/NIDN. 750/6020117301
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini adalah
hasil saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang
belum/tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Surakarta, 8 Oktober 2021
Penulis
LUTVIA NOVIANA PURBONINGTIAS
J310170075
1
HUBUNGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) DAN USIA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG
Abstrak
Kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) masih menjadi permasahan gizi di
Indonesia. Berat badan lahir rendah (BBLR) berisiko meningkatkan mortalitas
dan morbiditas janin dan neonatal, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan
kognitif, serta penyakit kronis di kemudian hari. Prevalensi BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Gondang cenderung meningkat dari tahun 2018 ke tahun 2019.
Mengetahui hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK) dan usia ibu hamil
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR). Penelitian ini menggunakan
pendekatan case-control. Pengambilan data responden menggunakan data
sekunder yang tercatat dalam data laporan persalinan dari Januari 2020-Juni 2021.
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 120 responden dengan kelompok
kasus 30 responden dan kelompok kontrol 90 kontrol dengan perbandingan 1:3.
Analisis dilakukan secara univariat dan bivariat (Chi-square dan Fisher exact).
Distribusi kejadian kurang energi kronis (KEK) yaitu melahirkan sebesar 3,3%
bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan melahirkan sebesar 13,3% bayi berat
badan lahir normal (tidak BBLR). Distribusi usia ibu hamil dengan usia risiko
tinggi yaitu sebesar 16,7% melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan
melahirkan sebesar 28,9% bayi berat badan lahir normal (tidak BBLR). Tidak
terdapat hubungan antara kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR) dengan nilai p-value 0,181. Tidak terdapat
hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR)
dengan p-value 0,185. Tidak terdapat hubungan antara kejadian kurang energi
kronis (KEK) dan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang.
Kata kunci: BBLR, KEK, usia ibu hamil
Abstract
The incidence of low birth weight (LBW) is still a nutritional problem in
Indonesia. Low birth weight (LBW) has the risk of increasing fetal and neonatal
mortality and morbidity, stunted growth and cognitive development, and chronic
disease in later life. The prevalence of LBW in the work area of Puskesmas
Gondang tends to increase from 2018 to 2019. This study aimed to determine the
correlation between the incidence of chronic energy deficiency (CED) and the age
of pregnant women with the incidence of low birth weight (LBW). This study
used a case-control research design. Respondent data collection used secondary
data recorded in labor report data from January 2020-June 2021. The number of
samples in this study was 120 respondents with a case group of 30 respondents
and a control group of 90 controls with a ratio of 1:3. The analysis was performed
univariate and bivariate (Chi square and Fisher exact). The distribution of chronic
2
energy deficiency (CED) is 3,3% of low birth weight (LBW) and 13,3% of
normal birth weight (not LBW). The distribution age of pregnant women with a
high risk age is 16,7% with low birth weight (LBW) and 28,9% with normal birth
weight (not LBW). There was no correlation between the incidence of chronic
energy deficiency (CED) and the incidence of low birth weight (LBW) with p-
value 0,181. There was no correlation between the age of pregnant women and the
incidence of low birth weight (LBW) with p-value 0,185. There was no
correlation between the incidence of chronic energy deficiency (CED) and the age
of pregnant women with the incidence of low birth weight (LBW) in the work
area of Puskesmas Gondang.
Keywords: age of pregnant women, chronic energy deficiency, low birth weight
1. PENDAHULUAN
Kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu masalah
gizi terkait dengan kekurangan gizi. World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa bayi yang lahir dengan berat <2.500 gram merupakan low
birth weight infant atau bayi dengan BBLR. Bayi BBLR sangat berkaitan erat
dengan mortalitas dan morbiditas janin dan neonatal, terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan kognitif, serta penyakit kronis di kemudian hari (World Health
Organization (WHO) & United Nations Children's Fund (UNICEF), 2004).
Faktor risiko terjadinya BBLR pada bayi diantaranya usia gestasi, status
gizi ibu KEK, status anemia pada ibu hamil, usia ibu ketika hamil, paritas, jarak
kehamilan, dan kehamilan ganda (Fajriana & Buanasita, 2018) (Mahayana,
Chundrayetti, & Yulistini, 2015) (Permana, 2019) .Ibu hamil KEK dapat
mengakibatkan ukuran plasenta menjadi lebih kecil sehingga transfer oksigen dan
nutrisi ke janin jadi berkurang yang berdampak pada kelahiran bayi BBLR
(Fatimah & Yuliani, 2019). Usia reproduksi optimal bagi seorang wanita adalah
usia antara 20-35 tahun, di bawah dan di atas usia tersebut akan meningkatkan
risiko kehamilan maupun ketika persalinan. Usia dibawah 20 tahun perkembangan
organ-organ reproduksi, kematangan emosi dan kejiwaan serta fungsi fisiologi
belum optimal, sehingga lebih sering terjadi komplikasi yang tidak diinginkan
dalam kehamilan. Sebaliknya pada usia diatas 35 tahun telah terjadi kemunduran
fungsi fisiologis maupun reproduksi secara umum sehingga berisiko untuk
terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan termasuk lahirnya BBLR. Hal-hal
3
tersebut yang dapat mengakibatkan proses perkembangan janin menjadi tidak
optimal dan melahirkan anak dengan berat badan rendah (Proverawati, 2010).
Persentase bayi BBLR di Jawa Tengah pada tahun 2019 yaitu 4,7% yang
mengalami kenaikan dari tahun 2018 yaitu 4,3%. Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Sragen didapatkan prevalensi bayi BBLR pada tahun 2018 sebesar
4,55% dan tahun 2019 sebesar 4,64%. Data tersebut menunjukan adanya kenaikan
sebesar 0,09%. Hasil survey pendahuluan didapatkan prevalensi BBLR di
Puskesmas Gondang pada tahun 2018 yaitu 1,6% dan tahun 2019 yaitu sebesar
2,7% yang menunjukkan adanya kenaikan sebesar 1,1%. Perlu upaya untuk dapat
menekan angka bayi BBLR pada kelahiran bayi selanjutnya dan tahun berikutnya
salah satunya dengan meneliti penyebab yang berhubungan dengan kejadian
BBLR.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian case-control dengan menggunakan
data sekunder laporan persalinan untuk mengetahui hubungan kejadian KEK dan
usia ibu hamil dengan kejadian BBLR. Sampel dari penelitian ini adalah semua
ibu hamil yang melahirkan pada Januari 2020 sampai dengan Juli 2021 yang
terdata dalam di wilayah kerja Puskesmas Gondang. Penghitungan besar sampel
menggunakan rumus Fleiss dengan perbandingan 1:3 didapatkan minimal jumlah
sampel pada penelitian ini 30 responden kelompok kasus dan 90 rsponden
kelompok kontrol. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini dengan melihat
data kelahiran bayi di wilayah kerja Puskesmas Gondang yang masuk dalam
kriteria inklusi dengan bayi BBLR sebanyak 30 bayi dan BBLN sebanyak 90
bayi. Pengambilan sampel kontrol menggunakan Simple Random Sampling yaitu
dengan mengundi menggunakan perangkat lunak SPSS. Uji statistik yang
digunakan untuk membuktikan hipotesis yaitu uji Chi-square dan Fisher exact
dalam program software SPSS 25.0 pada komputer.
4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK)
Variabel yang gunakan pada penelitian ini salah satunya adalah kejadian kurang
energi kronis (KEK) dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Kejadian KEK
Kejadian KEK Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total
n % n % n %
KEK 1 3,3 12 13,3 13 10,8
Tidak KEK 29 96,7 78 86,7 107 89,2
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 1 didapatkan sebesar 10,8% ibu hamil dengan kurang
energi kronis (KEK) dari total sampel. Sebesar 3,3% ibu kurang energi kronis
(KEK) melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan 13,3% melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal. Upaya pemerintah dalam menekan angka
kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil dilakukan dengan pemberian
makanan tambahan (PMT) berwujud biskuit Invalid source specified..
3.2 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan
Usia Ibu Hamil
Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan ibu hamil berusia risiko
tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) dan usia tidak risiko tinggi untuk hamil (20-35
tahun) didapatkan sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Usia Ibu Hamil
Usia Ibu Hamil Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total
n % n % n %
5
Risiko Tinggi 5 16,7 26 28,9 31 25,8
Tidak Risiko
Tinggi 25 83,8 64 71,1 89 74,2
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
Tabel 2 menunjukkan sebesar 25,8% ibu hamil masuk dalam usia risiko
tinggi dari total sampel. Ibu hamil dengan usia risiko tinggi melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 16,7% dan melahirkan bayi berat
badan lahir normal (Tidak BBLR) sebesar 28,9%.
3.3 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan
Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami atau banyaknya
kelahiran hidup. Paritas yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kondisi ibu dan
janin.
Tabel 3. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Paritas
Paritas Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total
N % n % n %
Multipara 17 56,7 62 68,9 79 65,8
Nulipara 13 43,3 28 31,1 41 34,2
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 3 didapatkan sebesar 65,8% dari total sampel dalam
kategori ibu multipara atau pernah melahirkan bayi lahir hidup dua kali atau lebih.
Sedangkan nulipara sebesar 34,2% yaitu ibu yang melahirkan bayi hidup pertama
kali. Ibu multipara melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
sebesar 56,7% dan melahirkan bayi berat badan lahir normal (Tidak BBLR)
sebesar 68,9%.
6
3.4 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan
Jenis Kelamin Bayi
Kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berdasarkan jenis kelamin bayi
yang dilahirkan digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 4. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Jenis Kelamin Bayi
Jenis Kelamin
Bayi
Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total
N % n % n %
Laki-laki 14 46,7 45 50,0 59 49,2
Perempuan 16 53,3 45 50,0 61 50,8
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bayi yang lahir berjenis kelamin laki-laki
sebesar 49,2% dan perempuan sebesar 50,8%. Bayi berat badan lahir rendah lebih
banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 53,3%, sedangkan bayi dengan berat
badan lahir normal (Tidak BBLR) 50% laki-laki dan 50% perempuan.
3.5 Gambaran Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Berdasarkan
Panjang Bayi Lahir
Panjang bayi lahir menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam
kandungan. Panjang badan yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang
kurang akibat kekurangan energi dan protein.
Tabel 5. Distribusi Kejadian BBLR Berdasarkan Panjang Badan Lahir
Panjang Badan
Lahir
Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total
n % n % n %
<48 cm 19 63,3 0 0,0 19 15,8
≥48 cm 11 36,7 90 100 101 84,2
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
7
Menurut Kemenkes RI bayi yang dilahirkan memiliki panjang badan lahir
normal yaitu apabila hasil pengukuran panjang badan dalam rentang 48-52 cm.
Berdasarkan tabel 10 didapatkan bayi dengan panjang badan <48 cm sebesar
15,8% dan ≥48 cm sebesar 84,2%. Bayi dengan panjang badan <48 cm
seluruhnya memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Panjang badan ≥48 cm
melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) sebesar 36,7%.
3.6 Hasil Analisis Hubungan Kejadian Kurang Energi Kronis dengan
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah
Hasil analisis hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR) didapatkan sebagai berikut:
Tabel 6. Analisis Hubungan Kejadian KEK dengan Kejadian BBLR
Kejadian
KEK
Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total p OR
n % n % N %
KEK 1 3,3 12 13,3 13 10,8
0,181
0,224
(0,028-
1,801)
Tidak KEK 29 96,7 78 86,7 107 89,2
Total 30 100 90 100 120 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa 13 subjek yang memiliki status
kurang energi kronis (KEK), lebih banyak melahirkan bayi dengan berat badan
normal yaitu terdapat pada kelompok tidak BBLR sebanyak 12 ibu (13,3%)
sedangkan yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebanyak 1 ibu
(3,3%).
Analisis untuk melihat hubungan kejadian kurang energi kronis (KEK)
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) menggunakan uji statistik
Fisher exact dengan nilai p 0,181 (p>0,05) yang disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara kejadian kurang energi kronis (KEK) dengan kejadian
berat badan lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang.
Berdasarkan nilai OR (Odd Ratio) didapatkan nilai 0,224 dan 95%CI (0,028-
1,801). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak kurang energi kronis
8
merupakan faktor protektif untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal (tidak BBLR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian kurang energi kronis (KEK)
pada ibu hamil tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR), hal ini sejalan dengan penelitian Haryanto, dkk
(2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kurang energi
kronis dengan berat badan lahir rendah di Kabupaten Kudus. Hal ini disebabkan
karena jumlah ibu kurang energi kronis (KEK) pada kelompok kasus lebih rendah
dibandingkan pada kelompok kontrol.
Terdapat ibu hamil dengan status kurang energi kronis (KEK) melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal (tidak BBLR) merupakan keberhasilan dari
salah satu program pemerintah yaitu intervensi dengan pemberian makanan
tambahan (PMT) setelah mengetahui hasil pengukuran lingkar lengan atas (LLA)
kurang dari 23,5 cm pada awal kehamilan. Distribusi PMT dilaksanakan melalui
kelas ibu hamil per masing-masing desa yang dibina langsung oleh bidan desa.
Berdasarkan data Indikator Kegiatan Gizi Kabupaten Sragen khususnya
Puskesmas Gondang pada tahun 2020, ibu hamil berstatus kurang energi kronis
(KEK) 100% mendapatkan PMT. Beberapa ibu hamil kurang energi kronis (KEK)
mengalami penambahan berat badan yang naik secara konstan yang tercatat pada
buku kesehatan ibu dan anak (KIA) selama kehamilan sehingga membuktikan
asupan gizi terpenuhi dengan baik. Sesuai penelitian Husanah, dkk (2019) yang
menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara penambahan berat badan
ibu selama hamil terhadap berat badan bayi saat lahir. Kepatuhan ibu hamil untuk
melaksanakan ANC (Antenatal Care) menjadikan kesehatan dan perkembangan
ibu selama hamil dan janin yang dikandung dapat terkontrol dengan baik.
Ibu hamil perlu memperhatikan asupan zat gizi sesuai kebutuhan untuk
menghindari komplikasi kehamilan seperti kejadian bayi berat badan lahir rendah
(BBLR). Kesehatan bayi ketika lahir sangat penting diperhatikan untuk
kelangsungan kehidupan yang akan datang sebagai generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi pentingnya
9
kesehatan ibu hamil dan janin yang akan lahir. Allah SWT telah berfiman dalam
QS. Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:
Artinya: Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.
Ayat tersebut menerangkan bahwa manusia diwajibkan mengonsumsi
makanan yang halal lagi baik sesuai dengan aturan. Hal ini sesuai dengan prinsip
gizi seimbang yang dipelajari dalam teori ilmu gizi. Gizi yang seimbang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan gizi dapat
mengakitbatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan yang sedang
berlangsung.
3.7 Hasil Analisis Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Badan
Lahir Rendah
Hasil analisis hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah
(BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gondang ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 7. Analisis Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR
Usia Ibu
Hamil
Kasus
(BBLR)
Kontrol
(Tidak
BBLR)
Total p OR
n % n % n %
Risiko
Tinggi 5 16,7 26 28,9 31 25,8
0,185
0,492
(0,170
-
1,425)
Tidak
Risiko
Tinggi
25 83,8 64 71,1 89 74,2
Total 30 100 90 100 56 100
Sumber: Data Sekunder, 2021
10
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa 31 subjek dengan usia risiko
tinggi lebih banyak melahirkan bayi berat badan normal yaitu terdapat pada
kelompok tidak BBLR sebanyak 26 ibu (28,9%) sedangkan yang melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah sebanyak 5 ibu (16,7%).
Analisis untuk melihat hubungan usia ibu hamil dengan kejadian berat
badan lahir rendah (BBLR) menggunakan uji statistik Chi square dengan nilai p
0,185 (p>0,05) yang disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara usia ibu
hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja
Puskesmas Gondang. Berdasarkan nilai OR (Odd Ratio) didapatkan nilai 0,492
dan 95%CI (0,170-1,425). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan usia tidak
risiko tinggi hamil (20-35 tahun) merupakan faktor protektif untuk melahirkan
bayi dengan berat badan lahir normal (tidak BBLR).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu ketika hamil tidak terdapat
hubungan yang bermakna dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), hal
ini sejalan dengan penelitian dilakukan Permana (2019) yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara usia ibu hamil dengan berat badan lahir rendah di
UPT Kesmas Gianyar. Hal ini disebabkan karena jumlah ibu dengan usia risiko
tinggi pada kelompok kasus lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol.
Terdapat ibu hamil dengan usia risiko tinggi melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal (tidak BBLR) tanpa komplikasi kehamilan maupun penyulit
persalinan berdasarkan data Laporan Persalinan. Terdapat ibu dengan usia risiko
tinggi melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) beberapa diantaranya
memiliki komplikasi kehamilan seperti anemia, hipertensi, dan mioma.
Ibu hamil dengan usia rentan lebih berisiko mengalami masalah pada bayi
yang dilahirkan karena mengalami permasalahan dalam pertumbuhan. Penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa pada ibu hamil dengan umur 35 tahun, kesehatan
ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada umur itu mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan pendarahan
(Mayanda, 2017). Wanita dengan usia dibawah 20 tahun masih berada dalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat
11
dirinya harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung untuk memenuhi
kebutuhan gizinya (Setiati & Rahayu, 2017).
4. PENUTUP
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara kejadian KEK ibu hamil dan usia ibu hamil dengan kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Gondang. Ibu hamil tidak KEK dan usia ibu hamil tidak
rentan merupakan faktor protektor dari kejadian BBLR. Bagi petugas kesehatan
Puskesmas Gondang diharapkan dapat memberikan pendidikan gizi bagi wanita
usia subur dan ibu hamil mengenai pemenuhan status gizi yang optimal untuk siap
hamil dan pemenuhan asupan yang baik untuk perkembangan janin yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fajriana, A., & Buanasita, A. (2018). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kecamatan Semampir Surabaya.
Media Gizi Indonesia, 13(1), 71-80.
Fatimah, A., & Yuliani, N. T. (2019). Hubungan Kurang Energi Kronis (Kek)
pada Ibu Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di
Wilayah Kerja Puskesmas Rajadesa Tahun 2019. Journal of Midwifery
and Public Health, 1(2).
Haryanto, C. d. (2015). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(1), 322-311.
Husanah, E., & dkk. (2019). Hubungan Pertambahan Berat Badan Ibu Hamil
dengan Berat Lahir Bayi di BPM Dince Safrina Pekanbaru. Journal of
Midwifery, 3(1).
Mahayana, S. A., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan ahir Rendah di RSUP Dr. M
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3).
Mayanda, V. (2017). Hubungan Status Gizi Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) RSIA Mutia Sari Kecamatan Mandau. Menara Ilmu,
11(1), 229-236.
12
Permana, P. d. (2019). Analisis Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Unit Pelayanan Terpadu (UPT) Kesehatan Masyarakat
(Kesmas) Gianyar I Tahun 2016-2017. Intisari Sains Medis, 10(3), 674-
678.
Proverawati, A. (2010). Bayi Berat Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiati, A. R., & Rahayu, S. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) di Ruang Perawatan Intensif RSUD dr.
Moewardi di Surakarta. Jurnal Keperawatan Global, 2(1), 1-61.
World Health Organization (WHO) & United Nations Children's Fund (UNICEF).
(2004). Low birthweight: country, regional and global estimates. World