HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Disusun Oleh : ASTRID AYU CAROLINA WULA NIM : P00324014005 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII TAHUN 2017
81
Embed
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN …repository.poltekkes-kdi.ac.id/142/1/KTI ASTRID.pdfiii halaman pengesahan hubungan kebiasaan merokok suami dengan kejadian berat badan lahir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATOLOGI RSUD KOTA KENDARITAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan padaProgram Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
ASTRID AYU CAROLINA WULANIM : P00324014005
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2017
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK SUAMI DENGAN KEJADIANBERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
2. Ibu dr. Hj. Asrida, selaku Direktur RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara dan staf yang telah membantu dalam memberikan informasi
selama pengambilan data awal penelitian ini berlangsung.
3. Ibu Halijah, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Kendari.
v
vi
4. Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T., MPH., selaku Penguji II, Ibu Dr. Kartini, S.Si.T.,
M.Kes., selaku Penguji II, dan Ibu Feryani., S.Si.T., MPH., selaku Penguji
III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Abed Johni dan Ibunda tercinta Riana
David yang telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih
sayang, serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, serta
saudara-saudaraku, terima kasih atas pengertiannya selama ini.
7. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2014.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juli 2017
Penulis
vi
vii
ABSTRAK
Hubungan Kebiasaan Merokok Suami Kejadian Berat Badan LahirRendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari
Tahun 2017
Astrid Ayu Carolina Wula 1, Askrening 2, Syahrianti 2
Latar Belakang: Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh, menimbulkanbanyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi perokok secara umum. Ibuperokok pasif memiliki kesamaan dengan perokok aktif, meskipun secara langsungtidak merokok. Namun ibu perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadapjanin yang dikandungnya.Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengankejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota KendariTahun 2017.Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control.Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari pada bulan Juni2017. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayiBBLR, sebanyak 35 kasus BBLR. Sedangkan populasi kontrol adalah semua ibuyang melahirkan bayi dengan keadaan BBLN, sebanyak 156 kasus. Variabelindependen dalam penelitian ini yaitu kebiasaan merokok suami, sedangkan variabeldependen dalam penelitian ini yaitu kejadian BBLR.Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa Sebagian besar responden memiliki suamiyang tidak merokok, yakni sebanyak 39 orang (55,7%); dan angka kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari sebanyak 35 orang (50,0%).Kesimpulan: Ada hubungan antara kebiasaan merokok suami dengan kejadianBBLR di Ruang Perinatologi RSUD Kota Kendari, kebiasaan merokok suamimemiliki risiko 2,4 kali lebih besar untuk menderita BBLR pada bayi di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari.
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Tentang Perilaku Merokok .................................... 7
B. Telaah Tentang Berat Badan Lahir Rendah ..................... 18
C. Telaah Tentang Hubungan Kebiasaan Merokok
dengan BBLR..................................................................... 27
D. Landasan Teori ................................................................. 30
E. Kerangka Konsep ............................................................. 31
F. Hipostesis ......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................. 33
B. Tempat Penelitian ............................................................ 34
C. Waktu Penelitian .............................................................. 34
viii
ix
D. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................ 34
E. Variabel Penelitian ........................................................... 36
F. Definisi Operasional ......................................................... 36
G. Pengumpulan dan Sumber Data ...................................... 37
H. Pengolahan Data .............................................................. 37
I. Penyajian Data ................................................................. 39
J. Analisis Data .................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................. 42
B. Pembahasan .................................................................... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... 57
B. Saran ................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel kontegensi 2x2 Odds Ratio pada penelitian Case Control Study. 40
2. Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di RSUD Kota KendariTahun 2017 .......................................................................................... 45
3. Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Nifas di Ruang PerinatologiRSUD Kota Kendari ............................................................................. 46
4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Nifas Ruang Perinatologidi RSUD Kota Kendari ......................................................................... 46
5. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Nifas di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47
6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Merokok Suami di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 47
7. Distribusi Responden Menurut Kejadian BBLR di RuangPerinatologi RSUD Kota Kendari ......................................................... 48
8. Hubungan Kebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian BBLR diRuang Perinatologi RSUD Kota Kendari .............................................. 48
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian .......................................................... 31
2. Desain Penelitian Case Control ...................................................... 33
xi
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Permohonan Pengisian Kuesioner
2. Surat Pernyataan Persetujuan Responden
3. Kuesioner Penelitian
4. Master Tabel Hasil Penelitian
5. Analisis Chi Square
6. Surat Ijin Penelitian
7. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok, dan perokok pasif adalah seseorang yang tidak
memiliki kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok
yang dihembuskan oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.
Meskipun perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki
resiko yang sama dengan perokok aktif salah satunya yaitu wanita hamil
berkemungkinan melahirkan bayi premature atau bayi lahir cukup bulan,
tetapi berat badan kurang dari normal (Aulia, 2010). Bayi yang lahir dari
lingkungan perokok, rata-rata 200 gram lebih ringan dari bayi non
perokok. Selain ibu perokok, ayah yang merokok juga berhubungan
dengan pertumbuhan janin yang terlambat. Ayah yang merokok
berhubungan dengan penurunan berat bayi lahir (Yulifah, 2009).
Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, angka kematian
neonatal sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam 1 tahun, sekitar
86.000 bayi usia 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 (satu)
neonatus meninggal. Di rumah sakit pusat rujukan sekitar 15-20% bayi
dilahirkan dengan berat lahir rendah sedangkan jumlah kelahiran BBLR
secara nasional adalah (11,5%) (Kemenkes RI, 2010).
1
2
Di Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 menunjukkan bahwa dari
4.957 persalinan, terdapat sebanyak 478 kasus (9,64%) kejadian BBLR,
pada tahun 2015 meningkat menjadi 482 kasus (9,67%) dari 4.984
persalinan (Depkes Sultra, 2015).
Untuk Kota Kendari tahun 2013, terdapat 2.646 persalinan, 167
kasus (6,31%) merupakan kejadian BBLR, pada tahun 2014 dari 1.699
persalinan, terdapat 157 kasus (9,24%) kejadian bayi dengan BBLR.
Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 1.735 persalinan, dimana terdapat
168 kasus (9,68%) kejadian BBLR (Dinkes Kota Kendari, 2015).
Berdasarkan data dari bidang pelayanan kesehatan (YanKes)
RSUD Kota Kendari terdapat 77 bayi (10,27%) dengan kasus BBLR dari
750 kelahiran pada tahun 2015, dan terdapat 101 bayi (17,50%) dengan
kasus BBLR dari 577 kelahiran pada tahun 2016 sampai dengan bulan
September (RSUD Kota Kendari, 2016).
Merokok membahayakan hampir semua organ tubuh,
menimbulkan banyak penyakit, serta mempengaruhi kesehatan bagi
perokok secara umum. Ibu perokok pasif memiliki kesamaan dengan
perokok aktif, meskipun secara langsung tidak merokok. Namun ibu
perokok pasif mempunyai dampak yang sama terhadap janin yang
dikandungnya. Hal ini dikarenakan masuknya beberapa zat berbahaya di
dalam rokok kedalam tubuh diantaranya adalah nikotin dan karbon
monoksida (Aulia, 2010). Zat nikotin dan karbon monoksida yang beredar
dalam tubuh bumil diserap oleh bayi saat masih dalam kandungan.
Keduanya zat tersebut memiliki efek menyempitkan saluran-saluran
3
pembuluh darah sehingga dapat memperkecil kadar oksigen dan nutrisi
yang mengalirke dalam tubuh ibu hamil (bumil). Akibatnya, janin akan
menerima asupan nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sedikit sehingga
berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
(Jaya, 2009).
Sebagai racun, karbon monoksida akan mengurangi oksigen yang
dibawa oleh darah. Semakin banyak karbon monoksida dalam darah bayi,
maka akan semakin rendah berat badan bayi saat kelahiran. Zat kimia
yang terisap dari asap rokok akan membatasi pertumbuhan janin dengan
mengurangi jumlah sel yang dihasilkan baik dalam tubuh bayi maupun
dalam otak. Nikotin menjadikan pembuluh darah mengerut dan oleh
karena itu mengurangi suplai darah ke plasenta yang mengganggu
perkembangan bayi. Racun nikotin dapat mempengaruhi bahkan
menghambat proses aliran darah dari ibu kepada janin, akibatnya
perkembangan bayi menjadi terlambat. Kondisi ini berjalan terus hingga
memasuki masa persalinan, dan menyebabkan bayi lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram (Sari, 2008).
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) salah satunya masalah fisik yaitu
mengalami penyakit parukronis. Keadaan ini dapat disebabkan karena
infeksi, kebiasaan ibu merokok, dan radiasi udara dilingkungan
(Proverawati, dkk., 2010). Salah satu upaya menurunkan terjadinya Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah dengan menghentikan kebiasaan
merokok, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkohol, tidak merokok
4
dan menghindari asap rokok (Proverawati, dkk., 2010). Calon ibu
sebaiknya berhenti merokok saat hamil, sehingga resiko pada dirinya dan
bayi dapat dihindari. Begitu juga dengan ibu hamil yang menjadi perokok
pasif sebaiknya menghindari perokok tersebut karena sedikit banyak
dapat berisiko pada kehamilan (Nirwana, 2011).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada 10
orang ayah yang memiliki bayi dengan BBLR ditanyakan tentang
kebiasaan merokok di dekat istri selama kehamilan sebanyak 7 orang
diantaranya menjawab ya dan 3 orang menjawab tidak merokok.
Berdasarkan angka kejadian di atas, maka peneliti telah melakukan
penelitian untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD
Kota Kendari Tahun 2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan kebiasaan merokok
suami dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok suami
dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang
Perinatologi RSUD Kota Kendari Tahun 2017.
5
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi kebiasaan merokok suami.
b. Untuk mengidentifikasi kejadian berat badan lahir rendah.
c. Untuk menganalisis hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi
RSUD Kota Kendari.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan kajian dan sumbangan pemikiran untuk
kegiatan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan sebagai bahan masukan kepada
masyarakat mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan
kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
3. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan informasi dan menambah pengetahuan
mengenai hubungan kebiasaan merokok suami dengan terjadinya
berat badan lahir rendah (BBLR).
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
ini adalah hasil penelitian Arni Salam (2012) dengan judul: Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Badan Lahir Rendah di RSU Dewi
6
Sartika Kota Kendari Periode Januari 2010-Desember 2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor umur, paritas, dan jarak kehamilan
mempengaruhi terjadinya BBLR pada bayi di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan
ayah merokok serta lokasi penelitian.
Penelitian Dewi (2012) dengan judul: Hubungan Faktor Ibu dan
Janin dengan Kelahiran Bayi BBLR di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibu yang berhubungan dengan
kejadian bayi BLR adalah usia ibu, riwayat melahirkan bayi BBLR, jarak
kelahiran, kebiasaan merokok ibu.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
penelitian, dimana pada penelitian ini menggunakan variabel kebiasaan
ayah merokok, lokasi penelitian dan metode penelitian yang digunakan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Tentang Kebiasaan Merokok
1. Definisi Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah aktivitas seseorang yang
merupakan respon orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat
diamati secara langsung. Sedangkan merokok adalah membakar
tembakau kemudian dihisap, baik menggunakan rokok maupun
menggunakan pipa. Temperatur sebatang rokok yang tengah dibakar
adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok yang dibakar dan 30
derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir perokok
(Istiqomah, 2009).
Munculnya kebiasaan dari organisme ini dipengaruhi oleh
faktor stimulus yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus
ekternal. Seperti halnya perilaku lain; kebiasaan merokok pun muncul
karena adanya faktor internal (faktor biologis dan psikologis, seperti
kebiasaan merokok dilakukan untuk mengurangi stres) dan faktor
eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti terpengaruh oleh teman
sebaya). Sari dkk (2009) menyebutkan bahwa kebiasaan merokok
adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok.
7
8
Menurut Ogawa dalam Triyanti (2010) dahulu kebiasaan
merokok disebut sebagai suatau kebiasaan atau ketagihan, tetapi
dewasa ini merokok disebut sebagai tabaco dependency sendiri dapat
didefinisikan sebagai kebiasaan penggunaan tembakau yang menetap,
biasanya lebih dari setengah bungkus per hari, dengan adanya
tambahan ditres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau
secara berulang-ulang. Kebiasaan merokok dapat juga didefinisikan
sebagai aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku
merokoknya, yang diukur melalui intensitas merokok, waktu merokok,
dan fungsi merekok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi,
2010).
Intensitas merokok sebagai wujud dari kebiasaan merokok
menurut Bustan (2010), rokok aktif adalah asap rokok yang berasalah
dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap
(mainstream). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perokok aktif (active smoker) adalah orang yang merokok dan
langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagai
kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang
yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok merupakan polutan
bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya
terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret
kemungkinan besar bahayanya terhadap mereka yang bukan perokok,
terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh
9
perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak
mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung
tar dan niotin (Wardoyo, 2006).
Rokok merupakan salah satu zat adiktif, yang bila digunakan
dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat
(Aulia, 2010). Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa
rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu
ataupun bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau sintesisnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan.
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk
cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP
No 19 dalam Sarafino, 2009).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70
hingga 120 milimeter (berfariasi tergantung Negara) dengan diameter
sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah (Jaya, 2009).
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau
kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam
kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan
tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang
10
memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat
ditimbulkan karena merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan
jantung walaupun pada kenyataannya itu hanya tinggal hiasan, jarang
sekali dipatuhi (Gondodiputro dalam Sarafino, 2009).
Merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan
bagi perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk
bagi perokok sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, merokok adalah menghisap gulungan
tembakau yang dibungkus dengan kertas (Fajar dalam Valleria, 2009).
Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau komponen
asap, juga disebut sebagai “emisi asap”. Komponen asap yang paling
luas dikenal adalah tar, nikotin, dan karbonmonoksida (CO). Selain
zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui
terkandung dalam asap rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah
menggolongkan sekitar 70 komponen asap sebagai kemungkinan
penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru,
penyakit jantung, dan emfisema (Triswanto, 2012).
Rokok adalah suatu zat yang dapat mempengaruhi keadaan
psikologis seseorang. Pada masa pertumbuhan, zat dalam rokok
(nikotin) bahkan dapat mempengaruhi perkembangan fisik. Bahkan ini
diperparah jika, seorang wanita hamil mengisap rokok, yang dapat
mempengaruhi secara langsung perkembangan fisik janin yang
dikandungnya. Merokok ada dua macam, baik perokok aktif maupun
11
pasif. Seorang istri yang hamil misalnya, akan selalu menjadi perokok
pasif dari suami yang menjadi perokok aktif. Perokok pasif adalah
mereka yang tidak merokok tetapi menghisap ETS (Environmental
Tobacco Smoke). ETS adalah asap rokok utama dan asap rokok
sampingan yang dihembuskan kembali oleh perokok. Bagi orang yang
tidak merokok, asap rokok selalu tidak menyenangkan, berbau,
mengiritasi hidung dan mata. Risiko menghirup asap rokok orang lain
tidak sebesar menghirup asap rokok sendiri, tetapi risikonya tetap
bermakna (Trim, 2012).
2. Faktor-Faktor Penyebab
Menurut Mu’tadin dalam Valleria (2009) kebiasaan merokok
pada individu juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain yaitu:
a. Lingkungan sosial, yaitu: segala aktivitas kehidupan yang paling
dekat dengan individu seperti teman-teman, kawan-kawan sebaya,
orang tua, saudara-saudara dan media massa.
b. Variabel demografi, yaitu: bagian-bagian dari masyarakat seperti
umur dan jenis kelamin.
c. Sosio kultural, yaitu: norma-norma dalam masyarakat yang terdiri
dari kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,
penghasilan dan gengsi pekerjaan.
d. Variabel politik, yaitu: berupa usaha memperlancar kampanye-
kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok.
Menurut Sarafino cit Aulia (2010) bahwa ada tiga faktor
yang mempengaruhi seseorang terbiasa merokok, yaitu:
12
a. Faktor Sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga ada saling
ketergantungan atau dengan kata lain tidak bias hidup sendiri.
Sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk
mengadakan hubungan dengan orang lain, sehingga perilaku
individu tidak terlepas dari lingkungan sosialnya. Seorangyang
tidak merokok, namun hidup atau bekerja diantara orang perokok
maka kemungkinan besar dia akan terpengaruh ikut merokok.
b. Faktor Psikologis
Salah satu faktor psikologis yang menyebabkan seseorang
merokok, yaitu demi relaksasi, ketenangan, serta mengurangi
kecemasan atau ketegangan. Perokok secara sudut pandang
psikologis dikarenakan adanya kebutuhan untuk mengatasi diri
sendiri secara mudah dan efektif dan rokok itulah yang dijadikan
pilihan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Gejala yang dapat
dicermati untuk mengenali alasan merokok adalah karena
ketagihan, kebutuhan mental, dan karena kebiasaan.
c. Faktor Farmakologis
Salah satu zat yang terdapat dalam rokok adalah nikotin
yang mempengaruhi perasaan atau kebiasaan. Hal ini
menyebabkan seseorang merasa nikmat saat merokok, sehingga
seseorang yang sudah pernah mencoba merokok akan ketagihan
dan mengulanginya lagi (Jaya, 2009).
13
3. Tipe-Tipe Perokok
a. Perokok aktif (Active Smoker)
Perokok aktif adalah seseorang yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi bagian hidupnya,
sehingga rasanya tidak enak bila sehari saja tidak merokok. oleh
karena itu, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan rokok,
kemudian merokok (Aulia, 2010).
b. Perokok Pasif(Passive Smoker)
Perokok pasif adalah seseorang yang tidak memiliki
kebiasaan merokok, namun terpaksa harus mengisap asap rokok
yang dihembus oleh orang lain yang kebetulan ada didekatnya.
Meskipun perokok pasif memiliki resiko yang sama dengan perokok
aktif dalam hal terkena penyakit yang disebabkan oleh rokok.
Perokok pasif mempunyai resiko yang sama dengan perokok aktif
karena perokok pasif juga menghirupkan dungan karsinogen (zat
yang memudahkan timbulnya kanker) dan 4.000 partikel lain yang
ada pada asap rokok (Aulia, 2010).
Selain perokok aktif dan perokok pasif masih ada tipe-tipe
perokok yang lain. Menurut Sitepoe, tipe perokok ada 5 yaitu:
a. Tidak merokok, yaitu tidak merokok selama hidup.
b. Perokok ringan, yaitu merokok berselang-seling.
c. Perokok sedang, yaitu merokok setiap hari dalam kuantum kecil.
d. Perokok berat, yaitu merokok lebih dari satu bungkus setiap hari.
14
e. Berhenti merokok, yaitu semula merokok, kemudian berhenti dan
tidak pernah merokok lagi (Aulia, 2010).
Perokok pasif tidak merokok, tetapi perokok pasif memiliki
risiko yang sama dengan perokok aktif dalam hal terkena penyakit
yang disebabkan oleh rokok. Berbagai studi bahwa perokok pasif
memiliki resiko sama dengan perokok aktif dalam hal-hal berikut:
a. Kemungkinan mengalami serangan kanker paru, kanker payudara,
kanker ginjal, kanker pankreas, dan kanker otak karena
memperoleh nikotin dari asap rokok.
b. Kemungkinan terkena penyakit jantung dan pembuluh darah
(stroke).
c. Kemungkinan mengalami serangan asma bronkhiale.
d. Kemungkinan terkena gangguan kognitif dan demensia (mudah
lupa).
e. Wanita hamil berkemungkinan melahirkan bayi prematur atau bayi
lahir cukup bulan, tetapi berat badan kurang dari normal.
f. Mudah terkena serangan infeksi dihidung dan tenggorokan.
g. Anak-anak mudah terserang asma, meninggal pada usia muda,
infeksi paru-paru, mudah mengalami alergi, dan mudah terkena
TBC paru.
4. Klasifikasi Perokok
Mu’tadin dalam Trim (2012) membagi tipe merokok menjadi
empat golongan sebagai berikut:
15
a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari
31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah
bangun tidur di pagi hari.
b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari.
c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang
waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.
d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
5. Bahaya Merokok Bagi Kesehatan
Menurut Jaya (2009), banyak penelitian membuktikan
kebiasaan merokok meningkatkan risiko timbulnya berbagai penyakir
seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-
Dalam rangka penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: ”HubunganKebiasaan Merokok Suami dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) Di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Kota KendariTahun 2017”, maka saya mohon dengan hormat kepada saudara untuk
menjawab beberapa pertanyaan kuesioner (angket penelitian) yang telah
disediakan. Jawaban saudara diharapkan objektif (diisi apa adanya).
Kuesioner ini bukan tes psikologi, maka dari itu saudara tidak perlu
takut atau ragu-ragu dalam memberikan jawaban yang sejujur-jujurnya.
Artinya, semua jawaban yang saudara berikan adalah benar dan jawaban
yang diminta adalah sesuai dengan kondisi yang terjadi. Oleh karena itu,
data dan identitas saudara akan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.
Kendari, Februari 2017
Ttd
...................................
61
Lampiran 2.
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN
Dalam rangka memenuhi salah satu syarat penulisan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Hubungan Kebiasaan Merokok Suami denganKejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Ruang PerinatologiRumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Tahun 2017”, maka saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...........................................................