Page 1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DAN KEPATUHAN
PENGGUNAAN APT DENGAN NILAI AMBANG DENGAR
PADA PEKERJA GROUND HANDLING PT. GAPURA
ANGKASA DI BANDARA INTERNASIONAL ADI
SOEMARMO BOYOLALI
Eki Oktaviyoni
R.0213025
PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2017
Page 2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2
Page 3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3
The Relations of Noises and Ears Protector Devices Usage Obedience
toward Hearing Thresholds by the Ground Handling Workers at PT.
Gapura Angkasa at Adi Soemarmo International Airport Boyolali
Eki Oktaviyoni¹, Khotijah¹, Ipop Sjarifah¹ Occupational Health and Safety Study Program, Faculty of Medicine
Sebelas Maret University
ABSTRACT Background: Noises intensity which exceeds threshold limit value can endanger
the health especially for the hearing. The use of ear protector device (APT) while
working in the noisy area can decrease the direct effect. The workers who are
interviewed have a communication problem when they are on the outside of noisy
area, afterwards, the observation shows that they did not wear the ear protector
device. This research aims to reveal the intensity of the relations noisy and the
obedience of the use of ear protector device toward hearing threshold value of
ground handling workers of PT. Gapura Angkasa at Adi Soemarmo International
Airport Boyolali.
Research Method: This research belongs to the analytical observational research
which used the cross sectional approach. The population used was 43 people and
sampling of research using saturated sample which neglect age and work period.
Noises was measured with sound level meter, the hearing threshold was measured
by an audiometer tool, moreover, to assess the ear protector device usage
obedience, the critical behavior checklist was utilized. The bivariate analysis used
is the pearson correlation and spearman rank correlation.
Result: Statistical testing result of the relation between noises intensity and the
hearing threshold is significant with p = 0,001 for the right ear and for the left ear
with p= 0,003. Afterwards, the statistical testing result of the relation between the
ear protector device usage obedience and the hearing threshold for the right ear is
not significant with p = 0,730 and p = 0,595 for the left ear, correlation direction
result is negative (-) in which r = -0,054 and r = -0,083 for each ear consecutively.
Conclusion: There is a significant relation between noises and the hearing
threshold, however, no significant results for compliance with the use of ear
protection with threshold values. Therefore, multivariate test can not be done.
Keywords: Noises Intensity, Ears Protector Device Usage, Hearing Thresholds.
Page 4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4
PENDAHULUAN
Masyarakat pada era modern
saat ini dalam aktivitasnya dituntut
untuk memiliki mobilitas yang tinggi,
seperti berpindah dari satu tempat ke
tempat lain dalam waktu singkat.
Demi mendukung kegiatan seperti itu
dibutuhkan suatu teknologi
transportasi yang tepat, cepat,
nyaman dan murah. Salah satu
teknologi transportasi yang
mendukung aktifitas tersebut
menggunakan pesawat terbang
sebagai alat transportasi. Bidang
transportasi ini sendiri ada
hubungannya dengan produktivitas,
hal ini dikarenakan dampak dari
kemajuan teknologi transportasi
tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan mobilitas manusia dan
dampak terhadap tenaga kerja di
sekitar area pesawat terbang
beroperasi (Nasution, 2007).
PT. Gapura Angkasa
merupakan salah satu perusahaan
yang melayani ground handling di
Bandara Adi Soemarmo Boyolali
dengan maskapai pesawat Garuda
Indonesia dan Citilink. Ground
handling sendiri merupakan kegiatan
di bandara terkait dengan pelayanan
teknis pesawat udara selama di darat.
Berdasarkan survey awal
yang dilakukan pada Desember 2016,
PT. Gapura Angkasa telah
menyediakan alat pelindung telinga
untuk digunakan bekerja pada area
Apron Movement Control (AMC).
Pengukuran Intensitas kebisingan
angka puncak kesibukan pesawat
sebesar 97,6 dB melebihi nilai
ambang batas (NAB). Dari 10 pekerja
yang diamati, 6 pekerja (60%) pekerja
ground handling tidak menggunakan
alat pelindung telinga yang
disediakan. Kebisingan tersebut
dikategorikan sebagai kebisingan
intermitten atau terputus-putus
selama 4 jam kerja/hari. Hasil
pengukuran tersebut melebihi nilai
ambang batas (NAB) yang
diperkenankan oleh Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan dan
Transmigrasi (Permenakertrans) No.
13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia
di Tempat Kerja, yaitu 88 dB selama
4 jam per hari. Kebisingan dapat
menyebabkan masalah pada
pendengaran seperti hilangnya
pendengaran. Jika terpapar
kebisingan melebihi nilai batas yang
dianjurkan dapat menyebabkan
kehilangan pendengaran permanen
Page 5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5
(Anizar, 2009). Soedirman (2011)
menyatakan tenaga kerja yang
terpapar bising dapat mengalami
kehilangan daya pendengarannya,
dalam Suma’mur (2013) mula-mula
efek kebisingan pada pendengaran
bersifat sementara dan pemulihan
terjadi secara cepat sesudah
dihentikan kerja ditempat kerja
bising. Tetapi bekerja terus menerus
ditempat bising berakibat kehilangan
daya dengar yang menetap dan tidak
pulih kembali.
Penelitian yang dilakukan
Listyaningrum (2011) dari pekerja di
PT Sekar Bengawan Kabupaten
Karanganyar diperoleh hasil
signifikan antara pengaruh intensitas
kebisingan terhadap ambang
pendengaran. Begitu pula dengan
tingginya intensitas kebisingan yang
di hasilkan pada proses sugu dan
proses ampelas di Bengkel X
menyebabkan tenaga kerja
mengalami tuli ringan sesuai dengan
ketentuan International Standart
Organitation (ISO) dimana ambang
dengar normal maksimal 25 dB
(Kusmindari, 2008). Pengaruh
intensitas kebisingan terhadap
gangguan pendengaran memang
sudah banyak diteliti oleh peneliti
sebelumnya, namun keunggulan dari
penelitian ini adalah penambahan
variabel kepatuhan penggunaan APT
sehingga dapat memperkuat hasil
penelitian sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan
intensitas kebisingan dan kepatuhan
penggunaan APT terhadap ambang
pendengaran pekerja ground handling
PT. Gapura Angkasa di Bandara Adi
Soemarmo Boyolali.
SUBJEK DAN METODE
Jenis penelitian yang
digunakan adalah observasional
analitik dengan metode pendekatan
cross sectional menggunakan teknik
total sampel. Penelitian ini
dilaksanakan di Bandara
Internasional Adi Soemarmo
Boyolali dengan jumlah sampel 43
responden.
Variabel bebas pada
penelitian ini adalah intensitas
kebisingan dan kepatuhan
penggunaan APT, sedangkan variabel
terikatnya adalah ambang
pendengaran.
Intensitas kebisingan diukur
menggunakan sound level meter yang
sebelumnya ditentukan area dan titik
Page 6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6
pengukuran. Kepatuhan penggunaan
APT dinilai dengan melakukan
pengamatan secara langsung dengan
sekali waktu. Pengamatan kepatuhan
berdasarkan cheklist dan dikatan
patuh jika presentase hasil mencapai
80%. Variabel terikat ambang
pendengaran diukur menggunakan
alat audiometer.
Data yang sudah terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan
SPSS versi 17.0 dengan uji bivariat
korelasi uji spearman rank. Dengan
interpretasi jika p (value) ≤ 0,05 maka
hasil uji signifikan dan p (value) >
0.05 maka hasil uji tidak signifikan.
HASIL
Karakteristik responden
yang dianalisis pada penelitian ini
adalah umur, masa kerja, dan riwayat
pekejaan dekat sumber bising yang
melebihi NAB. Data karakteristik
responden dapat dilihat berikut ini :
Tabel 1. Tendensi Karakteristik
Responden Umur dan Masa Kerja
No Karakteristik
Responden Min Max Mean Range
1. Umur 19 61 35,86 42
2. Masa Kerja 1 25 9,35 24
Sumber: Data Primer, Agustus 2017
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui bahwa responden memiliki
rata-rata umur 35,86 tahun dan masa
kerja rata-rata telah bekerja selama
9,35 tahun.
Tabel 2. Tendensi Intensitas
Kebisingan
Variabel Min
(dB)
Max
(dB)
Mean
(dB)
Range
(dB)
Intensitas
Kebisingan 90,41 94,91 92,91 4,50
Sumber : Data Primer, Agustus 2017
Berdasarkan tabel 3 rata-rata
kebisingan diarea Apron Movement
Control (AMC) mencapai 92,91 dB.
Diatas dari NAB yaitu > 88 dB.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Telinga (APT)
Kepatuhan
Penggunaan
Alat pelindung
Telinga (APT)
Frekuensi Prosentase
(%)
Patuh 20 46,52
Tidak Patuh 23 53,48
Total 43 100
Sumber : Data Primer, Agustus 2017
Berdasarkan tabel diatas
dapat diketahui bahwa >50% pekerja
tidak patuh menggunakan APT.
Page 7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7
Tabel 4. Uji Hubungan Intensitas
Kebisingan dan Kepatuhan
Penggunaan APT dengan Ambang
Pendengaran
Variabel
Nilai Ambang
Pendengaran
Telinga
Kanan
Telinga
Kiri
Intensitas
Kebisingan
Kepatuhan
Penggunaan APT
r 0,474 r 0,4401
p 0,001 p 0,003
r -0,116 r -0,131
p 0,459 p 0,401
n 43 n 43
Sumber : Data Primer, Agustus 2017
Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Spearmen Rank
menunjukkan bahwa ada hubungan
signifikan antara intensitas
kebisingan dengan nilai ambang
pendengaran pada telinga kanan
dengan nilai p value = 0,001 dan pada
telinga kiri dengan nilai p value =
0,003 atau p < 0,05. Sedangkan untuk
kekuatan korelasinya pada telinga
kanan adalah r = 0,474 dan pada
telinga kiri r = 0,440, arah korelasinya
positif (+) yaitu semakin besar nilai
intensitas kebisingan maka semakin
tinggi pula nilai ambang pendengaran
pada pekerja ground handling PT.
Gapura Angkasa di Bandara Adi
Soemarmo Boyolali.
Berdasarkan hasil uji syarat
regresi linear yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa uji regresi linear
tidak dapat dilakukan karena syarat
tidak terpenuhi. Terdapat variabel
yaitu kepatuhan penggunaan APT
yang memiliki hasil yang tidak
signifikan dan melebihi syarat uji
yaitu p < 0,25, sehingga tidak dapat
dilakukan uji regresi berganda untuk
menentukan pengaruh secara parsial
mana yang lebih dominan antara
variabel intensitas atau kepatuhan
penggunaan APT.
PEMBAHASAN
Rata-rata umur pekerja
adalah 36 tahun dengan rentang umur
minimal 19 dan max adalah pekerja
berumur 61 tahun. Hasil analisis
hubungan antara umur dan nilai
ambang pendengaran menunjukan
ada hubungan antara keduanya yaitu
p = 0,007 untuk telinga kanan dan
0,002 untuk telinga kiri. Hal tersebut
menunjukkan ada hubungan
signifikan dikarenakan rentang umur
yaitu 42 tahun. Menurut Djojodibroto
(1999) orang yang berumur lebih dari
40 tahun akan mengalami pelemahan
fungsi pendengaran dan akan
mengakibatkan kenaikan ambang
dengar tiap tahunnya. Hal ini
mengindikasikan bahwa umur
mengakibatkan kenaikan ambang
Page 8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 8
pendengaran dan sejalan dengan teori
yang ditulis oleh Djojodibroto. Jadi
dalam penelitian ini karakteristik
umur dapat mempengaruhi terhadap
nilai ambang pendengaran.
Rambe (2003) bising dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang
cukup lama (10 – 15 tahun) akan
menyebabkan robeknya sel-sel
rambut corti sampai terjadi destruksi
total organ corti. Sebanyak 43
responden yang diteliti memiliki rata-
rata masa kerja sebesar 9,35 tahun.
Hasil uji hubungan antara
karakteristik masa kerja dengan
ambang pendengaran ada hubungan
yang signifikan antara keduanya yaitu
diketahui dengan p value adalah
0,000 untuk telinga kanan dan 0,000
untuk ambang pendengaran telinga
kiri. Jadi dalam penelitian ini
karakteristik responden memiliki
hubungan sebagai faktor
bertambahnya nilai ambang dengar
pada responden.
Buchari, (2007) menyatakan
bising diartikan sebagai suara yang
dapat menurunkan pendengaran baik
secara kuantitatif (peningkatan
ambang pendengaran) maupun
secara kualitatif (penyempitan
spektrum pendengaran), berkaitan
dengan faktor intensitas, frekuensi,
durasi dan pola waktu. Sejalan
dengan pendapat tersebut di atas,
kebisingan diartikan sebagai semua
suara/bunyi yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses
produksi dan atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan
pendengaran (Suma’mur, 2013).
Kebisingan dapat mempengaruhi
nilai ambang batas pendengaran
baik bersifat sementara (fisiologis)
atau menetap (patofisiologis).
Kehilangan pendengaran bersifat
sementara apabila telinga dengan
segera dapat mengembalikan
fungsinya setelah terkena kebisingan
(Rosidah, 2003). Semakin tinggi
tingkat suara (dengan dB yang besar),
semakin peka temporary treshold shift
(TTS) (Soeripto, 2008). Suara-suara
yang sangat keras bisa merusak organ
corti secara permanen. Sampai pada
tingkat tertentu suara-suara itu
dikurangi intensitasnya oleh tulang-
tulang osikel, tetapi kalau itu adalah
suara ledakan, dentangan alat musik
yang keras ataupun terkena pukulan,
maka gangguan pendengaran dapat
terjadi (Knight, 2005).
Page 9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 9
Jadi dalam penelitian ini
berdasarkan hasil uji korelasi
spearmen dalam penelitian ini
intensitas kebisingan memiliki
hubungan yang signifikan dengan
nilai ambang dengar telinga kanan (p
value = 0,001) dan telinga kiri (p
value = 0,003) dengan koefisien
korelasi masing-masing r = 0,474 dan
r = 0,440. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Amalia dan
Gunawan (2014) pada masyarakat
sekitar kawasan PLTD Telaga Kota
Gorontalo dengan hasil yang
menunjukkan pengaruh intensitas
bising terhadap derajat untuk telinga
kiri didapatkan nilai p=0,018 < 0,05.
Penelitian pada tenaga kerja di
bagian produksi PT. Putra
Karangetang Popontolen Minahasa
Selatan. Hasil analisis data
menunjukkan terdapat hubungan
yang bermakna antara intensitas
kebisingan dengan nilai ambang
dengar telinga kanan (p=0.001) serta
terdapat hubungan antara intensitas
kebisingan dengan nilai ambang
dengar telinga kiri (p=0.013)
(Basalama, 2014).
Hasil pengamatan yang
dilakukan pekerja menggunakan
sumbat telinga berupa ear muff,
menurut Safety Research
Coorporation Of America (2013)
sumbat telinga berbahan bola kapas
atau kertas tisu yang terpasang di
saluran telinga dapat mengurangi
kebisingan mencapai 20-25 dB. Hal
tersebut dapat menjadi alat bantu
untuk mengurangi penaikan ambang
dengar (Safety Research
Coorporation Of America, 2013).
Jadi dalam penelitian ini terdapat
perbedaan hasil uji intensitas
kebisingan dengan nilai ambang
dengar responden karena kondisi
kepekaan dan kesehatan telinga yang
tidak sama. Menurut Soeripto (2009)
kepekaan telinga terhadap kebisingan
bereda-beda pada masing-masing
orang, begitu pula dengan keadaan
kesehatan yang sudah tuli dan
terdapat serumen sehingga telinga
menjadi kurang peka. Telinga kanan
lebih peka dengan rangsangan verbal
akan diproses oleh otak kiri yang
mempunyai kelebihan dalam
mengolah informasi lisan, berbeda
dengan telinga kiri yang peka
terhadap nada murni kemudian
diproses oleh otak kanan (Marzoli dan
Tommasi, 2009).
Berdasarkan hasi uji
spearman rank terdapat hubungan
Page 10
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 10
yang tidak signifikan antara
kepatuhan penggunaan APT dengan
nilai ambang pendengaran, baik pada
telinga kanan maupun telinga kiri.
Dimana tingkat siginifikan sebagai
berikut, untuk teliga kanan
signifikansinya sebesar (p = 0,730)
dengan (r = -0,054) dan telinga kiri
sebesar (p = 0,595) dengan (r = -083).
Penelitian yang dilakukan oleh
Setiadi (2009) dengan hasil nilai
signifikansi 0,026 < 0,05 yang
menggunakan uji f maka H diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa
model regresi bisa dipakai untuk
memprediksi bahwa gangguan
pendengaran berhubungan dengan
perilaku pemakaian alat pelindung
diri.
Peningkatan nilai ambang
pendengaran pada pekerja juga
disebabkan oleh pemakain APT,
dalam uji bivariat ini didapatkan tidak
adanya hubungan yang signifikan dan
arah koefisien korelasi negatif (-).
Nilai r untuk telinga kanan adalah (r =
-0,054) dan kiri (r = -0,083), dan
mempunyai arah korelasi negatif. Hal
tersebut berarti jika semakin tinggi
kepatuhan penggunaan APT maka
semakin rendah nilai ambang
pendengaran para pekerja PT. Gapura
Angkasa. Hal ini mengindikasikan
bahwa kepatuhan penggunaan APT
dapat mencegah peningkatan nilai
ambang pendengaran.
Kurangnya perhatian serta
pengawasan terhadap hal yang
dikerjakan pekerja khususnya dalam
pemakaian APT membuat pekerja
tidak patuh terhadap aturan dalam
penggunaan APT, selain itu pekerja
beranggapan hal yang biasa. Perlunya
sosialisasi untuk meningkatkan
pengetahuan sehingga perilaku
seseorang dapat berubah untuk patuh
menggunakan APT, kepatuhan
(Obedience) didefinisikan sebagai
perubahan perilaku seseorang untuk
mengikuti permintaan atau perintah
orang lain (Feldman, 2003).
Selain faktor intensitas
kebisingan dan kepatuhan
penggunaan APT yang
mempengaruhi nilai ambang
pendengaran terdapat faktor masa
kerja dengan hasil signifikan pada uji
hubungan karakteristik responden
dengan nilai ambang pendengaran
pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji syarat
regresi linear yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa uji regresi linear
tidak dapat dilakukan karena syarat
Page 11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 11
tidak terpenuhi. Terdapat variabel
yaitu kepatuhan penggunaan APT
yang terdistribusi tidak normal dan
hasil dari varian konstan mempunyai
pola tertentu. Pada uji regresi linear
kedua variabel bebas hasil scatter
tidak berada di sekitar garis diaonal,
sehingga tidak dapat dilakukan uji
regresi berganda untuk menentukan
pengaruh secara parsial mana yang
lebih dominan antara variabel
intensitas atau kepatuhan penggunaan
APT.
SIMPULAN
Tidak ada pengaruh antara
intensitas kebisingan dan kepatuhan
penggunaan alat pelindung telinga
(APT) dari masing-masing variabel
bebas yang lebih dominan terhadap
nilai ambang pendengaran pada
pekerja di bagian ground handling
PT. Gapura Angkasa.
Terdapat hubungan yang
signifikan antara intensitas
kebisingan dengan nilai ambang
pendengaran telinga kanan (p =
0,001) dan telinga kiri p = 0,003.
Demikian pula dengan kepatuhan
penggunaan alat pelindung telinga
yang tidak mempunyai hubungan
yang signifikan dengan ambang
pendengaran dilihat dari hasil (p =
0,730) dan telinga kiri (p =0,595)
dengan korelasi masing-masing (r = -
0,054) dan (r = -0,083).
SARAN
Perlu melakukan sosialisai
tentang bahaya kebisingan dan
pentingnya menggunakan alat
pelindung telinga (APT) yang sesuai.
Perusahaan dapat menerapkan sistem
pengawasan tenaga kerja dalam
kepatuhan penggunaan alat pelindung
diri terutama alat pelindung telinga
dengan cara membuat “Yellow Card”
atau kartu pengawasan. Kartu
dibagikan ke semua karyawan yang
kemudian semua diwajibkan untuk
mengisi terkait temuan tindakan
pelanggaran tidak menggunakan alat
pelindung telinga atau semua
tindakan tidak aman maupun kondisi
tidak aman. Setiap catatan akan
diberikan penghargaan setiap
bulannya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada penelitian ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Khotijah, S.KM., M.Kes., dan Ibu
Ipop Sjarifah, S.KM., M.Kes. selaku
pembimbing serta dan Ibu Ratna
Fajariani, S.ST., M.KKK. selaku
penguji dan seluruh pekerja di PT.
Gapura Angkasa. Tidak lupa semua
Page 12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12
teman-teman yang sudah membantu
dalam penelitian ini dan sanksi jika
sesorang yang tercatat dalam kartu
tersebut atau tidak patuh
menggunakan alat pelindung telinga.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 2013. Upaaya Kesehatan
Kerja Sektor Informal di
Indonesia. Jakarta: Depkes
RI.
Agustiani, S. L. 2012.Pengaruh
Intensitas Kebisingan Kereta
Api Terhadap Gangguan
Pendengaran pada
Masyarakat Tegalharjo yang
Tinggal di Pinggiran Rel
Kereta Api. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Anizar, 2009. Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Industri.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ambar T. Sulistiyani dan Rosidah.
2003. Manajemen Sumber
Daya Manusia. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Baron, A. R. & Byrne, D. 2005.
Psikoogi Sosial Jilid 2 Edisi
10. Jakarta : Airlangga.
Basalama, Paul, dan Nancy. 2014.
“Hubungan Antara Intensitas
Kebisingan Dengan Nilai
Ambang Dengar Tenaga
Kerja di Bagian Produksi PT.
Putra Karangeteng
Popontolen Minahasa
Selatan”. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
Bashiruddin. 2009 “Program
Konservasi Pendengaran
Pada Pekerja yang Terpajan
Bising Industri”. Majalah
Kedokteran Indonesia. Vol
59 (1):18-19.
Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan
Hearing Conversation
Program. s.1: Universitas
Sumatra Utara.
Buntarto, 2015, Panduan Praktis
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk Industri.
Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Campo, et al. 2009. Combined
Exposure to Noise and
Ototxic Substances.
Luksemburg. Publication of
European Communties.
Dahlan. 2011. Statistik Untuk
Kedokteran dan Kesehatan :
Deskriptif, Bivariat, dan
Multivariat Dilengkapi
Dengan Menggunakan SPSS.
Edisi Kelima. Jakarta:
Salemba Medika.
David G Mayer. 2012. Psikologi Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika.
Djojodibroto, D., 1999. Kesehatan
Kerja di Perusahaan. Jakarta:
Gramedia Pustaka.
Feldman. 2012. Understanding
Psychology : US. North
Edition.
Ginting, E. 2013. Analisis Kebisingan
untuk Mereduksi Dosis
Paparan Bising di PT. XYZ.
Page 13
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 13
E-Jurnal Teknik Industri FT
USU.
Green, Lawrence. 1980. Health
Behaviour and Health
Education Planning: A
Diagnostic Approach. The
John Hopkins Univerity.
Mayfield Publish.
Indra, I., M., 2015. Hubungan
Penggunaan Alat Pelindng
Pendengaran dan Masa Kerja
Dengan Gangguan
Pendengaran Pada Karyawan
Yang Terpapar Bising di
Bandara Internasional
Adisucipto Yogyakarta.
Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Irma, I dan Intan, S. A., 2013. Penyakit
Gigi Mulut dan THT.
Yogyakarta: Nuhu Medika.
KepMenLH. 1996. Baku Tingkat
Kebisingan. KepMenLH.
Kliegman, R.M., Behrman, R.E.,
Jenson, H.B., dam Stanton,
B.F., 2004. Hearing Loss.
Dalam: Nelson Textbook of
pediatrics. 18th ed. USA:
Saunders Elseveir.
Knight. 1997. Indera Prima. Edisi
Kelima. Limato. 2005.
Bandung: Indonesia
Peblishing House.
Lassman, M.F., Levine, S.C., dan
Greenfield, D.G., Audiologi.
Dalam: Adams, G.L., Boie,
Jr., dan Highler, P.A., 1997.
Buku Ajar Penyakit THT. 6th
ed. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Promosi
Kesehatan untuk Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika
Nasution, M.N. 2007. Manajemen
Transportasi. Bogor : Ghalia
Indonesia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rieneka
Cipta.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Novita, S dan Yuwono, N. 2013.
Diagnosis dan Tata Laksana
Tuli Mendadak. (online).
http://www.kalbemed.com/P
ortals/6/07_210Diagnosis%2
0dan%Tata%20Laksana%20
Tuli%20Mendadak.pdf (20
Agustus 2017)
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik
Indonesia No.
Per.08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri.
Permenakertrans RI. 2011. Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika
dan Faktor Kimia di Tempat
Kerja. Permenakertrans.
Putra H.A, Rahim M.R, dam Saleh.
2010. Faktor Risiko Kejadian
Penurunan Ambang Dengar
Pada Karyawa Bagian Proces
Plant PT. Inco Soroako.
Jurnal MKMI; vol 6 no 2 (96-
101)
Putri WW dan Martiana T. 2016.
Hubungan Usia dan Masa
Kerja Dengan Nilai Ambang
Dengar Pekerja yang
Page 14
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 14
Terpapar Bising di PT. X
Sidoarjo. The Indonesian
Journal of Occupational
Safety and Health; 173 – 182
Rambe. 2003. Gangguan Pendengaran
Akibat Bising. Sumatera
Utara. USU.
Ridley, John. 2006. Ikhtisar
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Erlangga.
Riyadi. Sugeng. 2007.Keperawatan
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Salemba Medika
Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rosidah. 2003. Studi Kejadian
Hipertensi Akibat Bising
pada Wanita yang Tinggal di
Sekitar Lintasan Kereta Api
di Kota Semarang, (Online),
http://eprints.undip.ac.id/145
10/1/2004MKL3810.pdf (20
Agustus 2017).
Sarwono, Sarlito & Meinarno, E. A.,
2009. Psikologi Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Schneider, et al. 2005. Noise in Figures.
Luksemburg. Publication of
European Communities.
Sihar Tigor B.T., 2005. Kebisingan di
Tempat Kerja. Yogyakarta:
ANDI.
Soedirman, 2011. Higiene Perusahaan.
Magelang: Justisia Teknikia.
Soepardi EA, Iskandar N, Ed. 1990.
Buku ajar ilmu penyakit THT.
Edisi ke-3. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI.
Soetirto, I., Hendarmin, H.,
Bashiruddin, J., 2007.
Gangguan Pendengaran
(Tuli). Buku Ajar Ilmu
Penyakit THT. Edisi VI.
Jakarta: FKUI.
Soeripto. 2008. Higiene Industri.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Subaris, H. & Haryono, 2011. Higiene
Lingkungan Kerja.
Yogyakarta: Citra Cendikia
Press.
Sugiyono, 2011. Statistik Untuk
Penelitian. 19nd penyunt.
Bandung: Alfabeta.
Suma'mur, 2014. Higiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Agung Seto.
Tambunan. 2005. Kebisingan di
Tempat Kerja (Occupational
Noise). Yogyakarta: Andi.
Triyunita, Nidya., Ekawati., Daru L.
2013. Hubungan Beban Kerja
Fisik, Kebisingan dan Faktor
Individu dengan Kelelahan
Pekerja Bagian Weaving PT.
X Batang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, vol. 2 No. 2.
Semarang: Universitas
Diponegoro.
Yadnya, I.W., Putra, N.A., Aryanta,
I.W.R., 2012. Tingkat
Kebisingan dan Tajam
Dengar Petugas Ground
Handling di Bandara Ngurah
Rai Bali. Jurnal. Vol. 4, No. 2.
Bali: Universitas Udayana.