HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAP KUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH: HANISAH NPM: 07C10104059 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR KABUPATEN ACEH BARAT MEULABOH 2013
59
Embed
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN ...repository.utu.ac.id/222/1/BAB I_V.pdfPengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAPKUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE
TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN 2013
SKRIPSI
OLEH:
HANISAHNPM: 07C10104059
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARKABUPATEN ACEH BARAT
MEULABOH2013
HUBUNGAN FAKTOR RESIKO PENCEMARAN TERHADAPKUALITAS FISIK AIR SUMUR GALI DI DESA ALUE
TAMPAK KECAMATAN KAWAY XVIKABUPATEN ACEH BARAT
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan
Oleh:
HANISAHNPM: 07C10104059
Skripsi ini Sebagai Salah Satu Syarat untuk MemperolehGelar Sarjana pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARKATFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT
TAHUN 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang
dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air
yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau. Konsekuensi dari penggunaan
air yang tidak bersih dan hygiene akan mengganggu kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas fisik, kimia dan bebas
dari mikroorganisme (Soemirat,2001)
Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia
merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Menurut Depkes RI
(2008) program penyehatan air tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih,
cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air
bersih pada masyarakat perkotaan. Menurut Totok (2004) peningkatan kuantitas air
adalah syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat kehidupan
seseorang maka meningkat pula kebutuhan air dari masyarakat tersebut.
Program penyehatan air merupakan salah satu program prioritas dalam
agenda Millenium Development Goals (MDGs) dengan sasarannya adalah
penurunan sebesar separuh populasi penduduk yang tidak memiliki akses terhadap
sumber air minum yang aman dan bekelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada
tahun 2015, dan diperkirakan 1,1 milyar penduduk di dunia yang tinggal di desa
maupun di kota hidup tanpa akses air bersih (WHO, 2008).
Sumber air yang lazim dipergunakan di masyarkat tradisional adalah air
sumur gali, artinya air tersebut berasal dari air tanah. Air tanah adalah air yang
2
bersumber langsung dari tanah dan biasanya dilakukan pengeboran maupun
penggalian sumur guna memperoleh air bersih. Air tanah belum tentu mempunyai
kualitas yang memenuhi syarat kualitas air baik kualitas fisik, kimia maupun
bakteriologis (Soemirat, 2001).
Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan khususnya
untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, Pasal 1 ayat (1) air minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Pasal 3 ayat (1) Air minum aman bagi
kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Pasal 3
ayat (2) parameter wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
persyaratan kualitas air minum yang wajib diikuti dan ditaati oleh seluruh
penyelenggara air minum. Pengawasan kualitas air bertujuan untuk mencegah
penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan
membahayakan kesehatan.
Berdasarkan laporan MDGs tahun 2008 di Indonesia jumlah penduduk yang
tidak memiliki air bersih sebesar 44,2%, dan hanya 5,5% penduduk di desa yang
mempunyai akses air bersih. Selanjutnya pada tempat-tempat umum cakupan
penduduk yang mempunyai akses air bersih hanya 32,9% (WHO, 2008).
Menurut Ramdani (2008), dampak dari penggunaan air bersih yang tidak
hygiene ini dapat menyebabkan gangguan kulit, gatal-gatal dan secara permanen
dapat mengganggu kesehatan bagi masyarakat . Keadaan ini cenderung terjadi pada
masyarakat pedesaan, karena pedesaan masih menggunakan air bersumber dari air
3
sumur gali yang masih diragukan kualitas airnya.
Di antara penyakit berbasis lingkungan (termasuk tersedianya air minum/air
bersih yang memenuhi syarat kesehatan), yang potensial menimbulkan kejadian
luar biasa (KLB) adalah penyakiti diare. Insiden penyakit diare pada 2002
mencapai 280 penderita per 1000 penduduk pertahun, dan pada tahun 2006
meningkat menjadi 300 per 1000 penduduk, dimana setiap anak balita saat ini
paling tidak menderita diare rata-rata sebanyak 1,3 kali pertahun. Hal ini
menunjukkan ada masalah air minum/air bersih dan perilaku hidup masyarakat
yang kurang sehat (Depkes RI, 2008).
Desa Alue Tampak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kaway XVI, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Peureumeu
diperoleh bahwa penyakit diare merupakan kasus terbesar kedua sebanyak 321
kasus dibawah kasus ISPA (Data Puskesmas Peureumeu. 2011). Setelah dilakukan
survei awal diketahui banyak penduduk yang memiliki sanitasi dasar yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Di desa ini juga banyak penduduk yang menggunakan
sarana sumur gali sebagai sumber penyediaan air bersih akan tetapi sumur gali
yang dipergunakan tidak memenuhi syarat kesehatan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui “Hubungan Faktor Resiko Pencemaran terhadap
Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam hal ini, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana hubungan faktor resiko pencemaran
4
terhadap kualitas fisik air sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan faktor resiko pencemaran terhadap kualitas
fisik air sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap
kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan tambahan teori tentang Resiko Pencemaran terhadap
Kualitas Air Sumur Gali.
1.4.2 Manfaat Aplikatif
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1.4.2.1 Sebagai bahan masukkan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat
sebagai penanggung jawab program pembinaan lingkungan, khususnya
bidang air bersih di daerah Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat.
1.4.2.2 Memberikan informasi bagi masyarakat tentang kualitas air sumur gali
ditinjau dari faktor resiko pencemar pada sarana air bersih di Desa Alue
5
Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
1.4.2.3 Menambah pengetahuan bagi penulis dalam bidang pengawasan kualitas air
bersih khususnya dari segi bakteriologis.
6
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup what bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sesuai dengan visi dan misi
pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1999).
Untuk mencapai tujuan di atas maka diperlukan suatu upaya kesehatan yang
terpadu, menyeluruh, terarah dan berkesinambungan dalam berbagai bidang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya-upaya
kesehatan yaitu dengan Pendekatan, Pemeliharaan, Peningkatan Kesehatan
(Promote), Pencegahan Penyakit (Preventif), Pengobatan Penyakit (Kuratif)
(Depkes RI, 1999). Menurut H.L.Blum (1984) bahwa Kesehatan Masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, prilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan.
Dari keempat faktor tersebut, lingkungan dan prilaku mempunyai peranan
yang besar disamping faktor pelayanan kesehatan. Begitu besarnya pengaruh
lingkungan ini terhadap kesehatan manusia sehingga lingkungan yang tidak saniter
akan mengakibatkan kerugian bagi manusia, atau akan menimbulkan
ketidakseimbangan antara agent, host dan environment sehingga lingkungan
tersebut menguntungkan agent dan merugikan host.
Faktor-faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan
adalah keadaan perumahan dan sanitasi dasarnya yang ruang lingkupnaa meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan sampah dan pembuangan
air limbah. Diantara faktor-faktor tersebut, penyediaan air bersih merupakan salah
satu faktor yang paling penting.
7
Bagi kehidupan mahluk hidup, air bukan merupakan hal yang baru karena
air sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kehidupan
tidak dapat berlangsung tanpa adanya air. Tubuh manusia 60 % - 70 % dari berat
badannya terdiri dari air dan untuk kelangsungan hidupnya tubuh manusia
membutuhkan sir yang jumlahnya tergantung berat badannya. Untuk orang dewasa
kira-kira membutuhkan air ± 2.200 gram setiap harinya (Sanropie, 1984).
Air yang dalam tubuh manusia berfungsi untuk mengangkat zat-zat
makanan dari satu organ ke organ lainnya, mengatur suhu tubuh dan sebagai alat
prows metabolisme maupun fungsi lainnya. Air juga dipergunakan untuk
kepentingan lain seperti memasak, mencuci, mandi, pertanian, perindustrian dan
transportasi serta untuk tujuan rekreasi.
Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan khususnya
untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-
syarat dan pengawasan kualitas air, oleh karenanya air yang digunakan harus
memenuhi syarat kesehatan. Agar dapat mencapai persyaratan kesehatan haruslah
dapat memenuhi syarat kualitas dan kuantitas. Syarat kualitas yang harus dimiliki
adalah bebas dari mikro organisme dan bebas dari bahan kimia yang dapat
membahayakan kesehatan.
Kualitas air secara mikrobiologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat adanya bakteri colitinja di dalam
air bersih tersebut yang menunjukkan bahwa adanya pencemaran yang disebabkan
oleh tinja manusia. Dengan ditemukannya Escherichia coli atau biasa di singkat
8
(E.Coli) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif di dalam air
bersih menunjukkan bahwa adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja
manusia dimana bakteri tersebut diperkirakan dapat m kesehatan karma dicurigai
air tersebut mengandung mikro organisme patogen (walaupun kuman patogen
tersehut tidak selalu ada) yang dapat menimbulkan penyakit. Adapun mikro
organisme pathogen antara lain adalah virus bakteri, protozoa dan parasit yang
ditransmusikan melalui tinja manusia (Pudjarwanto, 1993).
Desa Alue Tampak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kaway XVI, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Peureumeu
diperoleh bahwa penyakit diare merupakan kasus terbesar kedua sebanyak 321
kasus dibawah kasus ISPA (Data Puskesmas Peureumeu. 2011). Setelah dilakukan
survei awal diketahui banyak penduduk yang memiliki sanitasi dasar yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Di desa ini juga banyak penduduk yang menggunakan
sarana sumur gali sebagai sumber penyediaan air bersih akan tetapi sumur gali
yang dipergunakan tidak memenuhi syarat kesehatan..
Secara bakteriologi air bersih perpipaan total coliformnya setiap 100 ml
adalah 10 pm sementara untuk air minuman total coliform per 100 ml adalah 0.
Secara bakteriologi air bersih yang bukan perpipaan total coliform per 100 ml
sampel adalah 50 pm sementara untuk perpipaan total coliform per 100 ml sampel
adalah 10 pm sedangkan untuk air minum total coliform clan colitinja per 100 ml
sampel adalah 0.
Mengingat pentingnya air dalam kehidupan maka haruslah air yang
digunakan memenuhi syarat kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitas
9
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
416/MENKES/PER/IX/1990.
10
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, R. I., 1999. Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
manusia juga perlu karena kotoran manusia merupakan sumber utama terjadinya
pencemaran bakteri golongan coli terhadap sumber air sumur. Oleh karenanya
tempat pembuangan tinja/kotoran manusia harus memenuhi syarat seperti:
a. Septic Tank (terdiri dari 2 bak yang kedap air, dimana bak utama lebih besar
sebagai tempat penampungan kotoran dan bak kedua sebagai bak peresapan air
dan tertutup).
b. Memiliki dudukan yang kedap air dan leher angsa
27
c. Memiliki rumah kakus, memiliki cukup air sebagai penggelontor.
2.11 Kerangka Konsep Penelitiaan
Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.12 Hipotesa Penelitian
Dari latar belakang masalah, dan tujuan penelitian, maka yang menjadi
hipotesa penelitian adalah ada hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap
kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
Kualitas Fisik AirSumur Galian
Kondisi Sanitasi SumurGalian
28
Jarak Jamban
Jarak Sumber Pencemaran Lain
Jarak Genangan Air
29
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
2.13Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan kondisi sanitasi sumur galian terhadap kualitas fisik air sumur
galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk mengetahui hubungan
kondisi sanitasi sumur galian terhadap kualitas fisik air sumur gali di Desa Alue
Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat pada Tanggal 5 Juni sampai dengan 5 Juli 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah semua rumah tangga yang
mempunyai sumur gali di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten
Aceh Barat yaitu sebanyak 280 rumah.
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi penelitian yang besarnya
ditentukan dengan rumus (Notoatmodjo, 2005):
n =1+ (d2)
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat Kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
29
n = 2801 + 280 (0,1 )n = 2801 + 280 (0,01)n = 2801 + 2,80n = 2803,80n = 73, 68n = 74Dari rumus di atas diperoleh sampel minimal yaitu sebanyak 74 rumah yang
memiliki sumur gali. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu mengambil sampel yang ada, tersedia dan memenuhi
kriteria. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah yang memiliki sumur gali di
Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara
dengan menggunakan kuesioner kepada responden yang telah disusun yang
mencakup variabel independen serta variabel dependen.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Puskesmas Peureumeu dan dan literatur
kepustakaan tentang data faktor resiko pencemaran terhadap kualitas fisik air
sumur gali.
30
3.5 Definisi Operasional
No. Variabel KeteranganVariabel Independen1. Kondisi sanitasi
Sumur GalianDefinisi Keadaan disekitar lingkungan sumur
galian yang dapat menimbulkanpencemaran terhadap sumur galian
Cara ukur ObservasiAlat ukur KuesionerHasil ukur
Skala ukur
- Memenuhi Syarat Kesehatan- Tidak memenuhi syarat KesehatanOrdinal
Variabel dependen11. Kualitas Fisik Air
Sumur GalianDefinisi Kondisi secara nyata air yang
digunakan untuk kebutuhan hidupsehari-hari
Cara ukur ObservasiAlat ukur CheklistHasil ukur - Ya
- TidakSkala ukur Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Kondisi sanitasi sumur galian
Memenuhi syarat kesehatan : Jika responden mendapat nilai > 15
dari total skor
Tidak memenuhi syarat kesehatan : Jika responden mendapat nilai < 15
dari total skor.
3.6.2 Kualitas Fisik Air Sumur Galian
Baik : Jika responden mendapat nilai > 6 dari total
skor.
Tidak Baik : Jika responden mendapat nilai < 6 dari total
skor.
3.7 Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :
31
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Data hasil
penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan narasi untuk
megevaluasi besarnya proporsi masing-masing faktor yang ditemukan pada sampel
untuk masing-masing variabel yang diteliti.
3.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis dua variabel. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square dengan
Coefficient Contingency untuk menghubungkan variabel terikat dengan variabel
bebas.
Analisa data dilakukan dengan pengujian statistik untuk melihat adanya
hubungan antara variable bebas dan variable terikat dalam penelitian. Uji statistik
yang digunakan adalah uji Chi-Square (χ²) karena kedua variable penelitian
berbentuk data kategori.
Adapun rumus perhitungan chi-square adalah sebagai berikut :
X = (O − E)Edf = ( − 1)( − 1)
Keterangan :
X2 = nilai chi-square
O = nilai Observasi
E = nilai ekspektasi
df = derajat bebas
k = jumlah kolom
32
b = jumlah baris
0,05 = taraf signifikan.
Hipotesa penelitian (Ha) diterima bila nilai χ² hitung < χ² tabel, dengan nilai
p > α (0,05), sedangkan hipotesis ditolak apabila nilai χ² hitung > χ² tabel,
dengan nilai p < α (0,05).
33
3.8 Definisi Operasional
1. Faktor resiko pencemaran adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya pencemaran pada air sumur gali sehingga membuat air tersebut
menjadi tidak memenuhi syarat kesehatan. Adapun untuk menilai tinggi
rendahnya faktor resiko pencemaran pada sumur gali dapat dilakukan
melalui Inspeksi Sanitasi. Inspeksi sanitasi adalah pemeriksaan terhadap
faktor resiko pencemar sumur gali yaitu faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas air sumur gali menjadi tidak memenuhi syarat, yang
meliputi konstruksi dan faktor lingkungan, yang berdasarkan formulir
kuisioner diberi skor untuk jawaban “Ya” bernilai 1 dan untuk jawaban
“Tidak” bernilai 0 kemudian
dikategorikan atas :
a. Tinggi jika total skor 7 – 10
b. Sedang jika total skor 3 – 6
c. Rendah jika total skor 0 - 2
2. Air Sumur Gali adalah air yang diambil dari sumur gali sebagai sample
yang digunakan untuk pemeriksaan laboratorium.
3. Kualitas air sumur gali adalah kualitas air yang dilihat berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium terhadap kandungan coliform dan colitinja yang
dikategorikan atas :
− Baik ( Memenuhi syarat ) jika total coliform < 50 per 100 ml air.
− Tidak Baik ( Tidak memenuhi syarat ) jika total coliform > 50 per 100 ml
air
34
3.9 Peralatan dan Media/Bahan
3.9.1 Peralatan
Komponen pemeriksaan (peralatan) yang digunakan meliput :
− Water Bath
− Incubator
− Autoclave
− Tabung Reaksi
− Tabung Durham
− Botol Sampel
− Volume Pipet
− Rak Tabung Reaksi
− Oce
− Bunsen/Lampu Spirtus
3.9.2 Media/Bahan
a. Komponen Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang
digunakan untuk menumbuhkan bakteri dalam hal ini yang digunakan adalah :
− LB (Lactose Broth)
− BGLB (Brilian Green Lactose Bile Broth)
b. Bahan
− Sampel air sumur gali yang diambil dengan menggunakan botol sampel
yang stern yang bervolume 250 ml.
− Aqudes sebagai pengencer
3.10 Cara Kerja Penelitian
35
3.10.1 Pengambilan Sampel Air
Teknik pengambilan sampel air dari sumur gali sebagai berikut :
a. Persiapan Pendahuluan. Didekat sumur ikatkan batu ukuran yang cukup
dengan tali pada botol sampel.
b. Persiapan Menurunkan Botol. Ambil tali bersih sepanjang 20 m yang
digulung pada kayu dan diikatkan pada botol.
c. Membuka Botol-botol Steril
Teknik Standar
Tali pengikat kertas pelindung warna coklat dilepas kemudian diangkat,
sementara kawan lain membuka bungkusan.
d. Menurunkan Botol. Turunkan botol kedalam sumur dengan pemberat
batu, lepas gulungan tali pelan-pelan, jangan biarkan botol menyentuh
bibir sumur.
e. Mengisi Botol. Tengggelamkan botol sepenuhnya sampai kedalam air
sampai kedasar sumur.
f. Mengangkat Botol. Sekali botol dinyatakan berisi tali digulung lagi ke
kayu untuk membawa botol yang penuh air keatas, buang sebagian
airnya bila botol terlalu penuh supaya ada ruang udara.
g. Menutup atau Menyumbat Botol
Teknik Standar. Botol disumbat atau ditutup dengan memutar kemudian
dilindungi dengan dimanteli kertas coklat ditempatnya dan diikat
kembali.
Teknik Menutup dengan Alat
Penutup diletakkan pada tempatnya dan kemudian dipress dengan alat
penutup, kertas coklat pelindung dimantelkan kemudian diikat.
36
3.10.2 Pembuatan Media Sampel
Langkah-langkah pembuatan media sampel
1. Siapkan Erlenmeyer 1000 ml
2. Timbanglah bahan-bahan berikut LB, BGLB masing-masing 39 Mg
3. Lakukanlah pengenceran dengan menambahkan aquades sebanyak 200
ml hingga rata
4. Tambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml
5. Panaskan diatas kompor/tungku hingga merata
6. Setelah merata diamkan beberapa lama sampai larutan media dingin
sebelum dituangkan di tabung reaksi
7. Siapkan tabung reaksi yang telah berisi ke tabung Durham
8. Masukkan 5 ml media ke tabung reaksi
− Media LB : untuk test perkiraan
− Media BGLB : untuk test penegasan
9. Tutuplah tabung media dengan kapas sampai rapat
10. Letakkan tabung reaksi yang sudah berisi media dalam rak tabung
11. Masukkan ke dalam autoclave untuk disterilisasi media pada suhu 1210
Celsius tekanan I S Psi selama 15 menit
12. Setelah cukup waktunya buka autoclave keluarkan rak beserta tabung
13. Letakkan tabung-tabung tersebut pada tempat yang teduh agar menjadi
Dingin
14. Tabung-tabung media tersebut siap digunakan
3.10.3 Prosedur Pemeriksaan
Langkah-langkah pemeriksaan bakteriologi air dilakukan dalam tahap-tahap
sebagai berikut
37
A. Test Perkiraan (Presumative Test)
Media Lactose Broth
− Siapkan tabung media lactose yang diperlukan sebanyak 7
tabung/sampel (untuk sistem/porsi 5 : 1 : 1)
− Tabung media disusun dalam rak tabung dan diberi tanda sesuai
dengan unit kode, tanggal pengambilan, tanggal pemeriksaan, volume
dengan menggunakan spidol permanen.
− Sampel dicampur atau dikocok agar lebih merata
− Masukkan contoh air secara aseptic kedalam ruang tabung sesuai
dengan tulisan/tanda pada tabung yaitu :
5 tabung medium laktose diisi masing-masing 10 ml sampel air
1 tabung medium laktose diisi masing-masing 1 ml sampel air
1 tabung medium laktose diisi masing-masing 0,1 ml sampel contoh
air dari porsi I -.rl dan 0,1 ml sebaiknya diteteskan dekat pada
permukaan media, jangan pada ujung tabung.
− Tabung reaksi terlebih dahulu dibuka tutupnya, sterilkan bibir mulut
tabung diatas nyala lampu spirtus sebelum dan sesudah diisi sampel.
− Tabung-tabung digoyang sehingga tercampur rata.
− Dieramkan pada suhu 370 C selama 2 x 24 jam dinyatakan sebagai
test perkiraan positif dilanjutkan dengan test penegasan
− Bila test perkiraan negatif, test penegasan tidak dilanjutkan
A. Test Penegasan (Confirmed Test)
Media BGLB
Semua tabung yang menunjukkan peragian positif pada test perkiraan
dalam waktu 24 - 48 jam dilanjutkan.
38
- Berilah tanda pada tabung reaksi dengan spidol sesuai dengan
ukurannya.
- Pindahkan sebanyak 1 - 2 ose penuh ke tabung reaksi yang bermedia
BGLB.
- Tutuplah tabung tersebut dengan rapat memakai kapas atau tutup
plastik.
- Eramkan pada suhu 370 C untuk test penegasan coliform dan 44° C
untuk penegasan coli tinja selama 2 x 24 jam
- Pembentukan gas diamati setiap 24 jam
- Bila dalam waktu 2 x 24 jam tidak berbentuk gas, maka test
penegasan dinyatakan negatif, sedangkan jika terbentuk gas maka
test penegasan positif.
- Hitunglah test penegasan yang positif.
3.11 Pengumpulan Data
3.11.1 Data Primer
Pengambilan data diperoleh melalui pemeriksaan sampel air sumur gali
yang diperiksa di laboratorium yang pemeriksaan bakteriologi air dengan
menggunakan sistem tabung ganda.
3.11.2 Data Sekunder
Data sekunder diambil dari data gambaran umum Desa Alue Tampak.
Adapun data tersebut mencakup data umum, data sanitasi dasar, dan data penyakit
di Desa Alue Tampak.
3.12 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan ditabulasi dan diolah dengan menggunakan
39
komputer, lalu dianalisa secara statistik deskriptif dan analisa statistik dengan
menggunakan uji chi square.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Gampong Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat
4.1.1.1 Letak Geografis
Gampong Alue Tampak adalah sebuah gampong yang berada di Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Secara geografis desa ini
memiliki luas + 74 ha wilayah. Gampong Alue Tampak memiliki batas-batas
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Gampong Menasah Buloh
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Gampong Pasie Jambu
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Sungai Meureubo
Sebelah Timur : Berbatasan dengan hutan
4.1.1.2 Data Demografi
Secara administratif, jumlah penduduk Gampong Alue Tampak Kacamatan
Kaway XVI pada tahun 2013 mencapai 1.570 jiwa (285 KK). Berdasarkan jenis
kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 864 jiwa dan
penduduk yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 706 jiwa. Secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Gampong Alue Tampak KecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa)1. Laki-Laki 8642. Perempuan 706
Total 1.570
34
4.2 Analisa univariat
Wawancara pada pengguna sumur galian di Gampong Alue Tampak dapat
dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi kondisi
sanitasi sumur galian dan kualitas fisik air sumur galian. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi Kondisi Sanitasi Sumur Galian di Gampong AlueTampak Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Kondisi Sanitasi Sumur Galian Frekuensi (n) Persentase (%)
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa distribusi kondisi sanitasi sumur galian
yang terbanyak adalah memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 47 sumur
galian (63,5%) dan yang paling sedikit adalah tidak memenuhi syarat kesehatan
yaitu 27 sumur galian (36,5%).
Tabel 4.3 Distribusi Kualiatas Fisik Air Sumur Galian di Desa Alue TampakKecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Kualitas Fisik Air Sumur Galian Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Baik 29 39,22. Tidak Baik 45 60,8
Total 74 100
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi jawaban responden menurut
kualitas fisik air sumur galian yang terbanyak adalah tidak baik yaitu sebanyak 45
sumur galian (60,8%) dan kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak 29
sumur galian (39,2%).
35
4.3 Analisa Bivariat
4.3.1 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas Fisik Air
Sumur Galian
Tabel 4.4 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas FisikAir Sumur Galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVIKabupaten Aceh Barat
NoKondisi Sanitasi
Sumur Galian
Kualiatas Fisik Air SumurGalian
TotalP Value
Baik Tidak Baik n %n % n %
1. Memenuhi syaratkesehatan
26 55,3 21 44,7 47 100 0,000
2. Tidak memenuhi syaratkesehatan
3 11,1 24 88,9 27 100
Jumlah 29 45 74
Dari data tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa variabel kondisi sanitasi
sumur galian, persentase kondisi sanitasi sumur galian yang memenuhi syarat
kesehatan yang kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak 26 sumur galian
(55,5%). Bila dibandingkan dengan yang kondisi sanitasi sumur galian tidak
memenuhi syarat kesehatan yang kualitas fisik air sumur galian yang baik sebanyak
3 orang (11,1%).
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan
tingkat kepercayaan 95% pada df 1, diperoleh nilai p-value 0,001 yang bearti lebih
kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian dengan kualitas fisik air sumur
galian. Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan Odd Rasio (OR) sebesar 9.905
hal ini berarti sumur galian yang mempunyai kondisi sanitasi yang memenuhi
syarat kesehatan mempunyai peluang 9.905 kali untuk kualitas fisik air sumur
36
galian yang baik dibandingkan sumur galian yang tidak memenuhi syarat
kesehatan tidak baik mempunyai kualitas fisik air sumur galian.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Hubungan Kondisi Sanitasi Sumur Galian dengan Kualiatas Fisik Air
Sumur Galian
Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa kondisi sanitasi sumur galian
yang memenuhi syarat kesehatan memberikan hubungan dengan kualitas fisik air
sumur galian. Dengan kata lain ada hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian
dengan kualitas fisik air sumur galian di Gampong Alue Tampak Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, hal ini terlihat bahwa sumur galian dengan
kondisi sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai kualitas fisik air
sumur galian yang baik dibandingkan kondisi sanitasi sumur galian yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.
Dari paparan diatas peneliti beranggapan bahwa kondisi sanitasi sumur
galian yang memenuhi syarat kesehatan bisa meningkatkan kualitas fisik air sumur
galian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Chiroma et al
di Yola), Nigeria menyatakan bahwa sumur galian yang dibangun dekat limbah
domestik, jamban, genangan air, dan tempat pemotongan hewan memiliki memiliki
resiko pencemaran tinggi terhadap kualitas fisik air sumur galian (Chiroma, 2007).
Hasil ini sejalan dengan penelitian Adekunle di Negeria bahwa sumur yang
tidak bercincin atau cincin tidak kedap air mudah mengalami kontaminasi oleh
limbah (Adekunle, 2009). Penelitian Ika Nining yang menyatakan bahwa
konstruksi sumur gali paling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kandungan bakteriologis air sumur gali (Nining, 2007). Idhamsyah menyatakan
37
bahwa konstruksi sumur memberikan pengaruh bermakna terhadap kualitas bakteri
air sumur gali (Idhamsyah, 2008). Penelitian Irianti menyatakan bahwa dinding
sumur, genangan air dalam jarak 2 meter dan letak sumur merupakan variabel yang
bermakna terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali. Kondisi sumur ini
mudah mengalami pencemaran karena sumber pencemar dapat merembes melalui
pori-pori lantai, bibir, dan dinding sumur yang tidak kedap air masuk ke dalam
sumur sehingga menyebabkan pencemaran (Irianti, 2001).
Air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar yang
ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk
kesehatan. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi
kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Selain adanya sumber
pencemar faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas fisik air sumur galian
yaitu: jarak sumber pencemar, jumlah sumber pencemar di sekitar sumber air, arah
aliran air tanah, perilaku pemakai sumber air, iklim, jenis tanah, jumlah pemakai
sumber air, kedalaman permukaan air tanah, dan konstruksi bangunan sumur galian
(Kusnaedi, 2004).
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan dalam
penelitian ini adalah Adanya hubungan antara kondisi sanitasi sumur galian dengan
kualitas fisik air sumur galian di Desa Alue Tampak Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat dengan nilai p=0,001 yang bearti lebih kecil dari α= 0,05.
5.2 Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat melakukan penyuluhan secara
berkala tentang sanitasi lingkungan dan sarana air bersih (air sumur gali) yang
benar. Melakukan pemeriksaan kualitas air sumur gali secara
berkala.Memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat mengenai cara-cara
memperbaiki kualitas air yang tercemar.
2. Bagi masyarakat melakukan perbaikan sarana air bersih (air sumur gali) dengan
memperbaiki kualitas dinding sumur, lantai sumur, bibir sumur, dan SPAL
kedap air.
46
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber Widya.Jakarta.
Adekunle A.S. 2009. Effects of Industrial Effluent on Quality of Well WaterWithin Asa Dam Industrial Estate, Ilorin, Nigeria. Nature and Science.
Allafa. 2008. Air Bersih. http ://www.indoskripsi.com. Diakses 9 Mei 2013.
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.
Chiroma T.M. et al.2007. Environment Impact on The Quality of Water fromHand-Dug Well in Yola Environs. Leornardo Journal of Sciences.
Depkes RI. 1995. Pengawasan Kualitas Air Untuk Penyediaan Air BersihPedesaan dan Kota Kecil, Jakarta.
-------------, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ Menkes/SK/VIItentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, Jakarta.
-------------, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2008, Jakarta.
Ditjen PPM & PLP, 1997, Pedoman Pengawasan Kualitas Air Bagi PengelolaProgram, Jakarta.
Idhamsyah. 2008. Pengaruh Lingkungan Fisik dan Perilaku Pemakai SumurGali terhadap Kualitas Bakteriologis pada Air Sumur Gali di KelurahanJembatan Mas, Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari, PropinsiJambi(Tesis).
Irianti. 2001. Risiko Pencemaran Bakteriologik Air Sumur Gali di DaerahPedesaan Kabupaten Rembang(Tesis).
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/ MENKES/PER/IV tentangPersyaratan Kualitas Air Minum, Jakarta.
Kusnaedi. 2004. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum, PuspaSwara, Jakarta.
Kusnoputanto, 2006. Kesehatan Lingkungan. Edisi Revisi Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
Nining, Ika. 2007. Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap KandunganBakteriologis Air Sumur Gali di desa Manjung, Kecamatan Ngawen,Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Tesis).
Ramdani W, 2008. Kesadaran Masyarakat Terhadap Kesehatan Lingkungan.Bogor.
Sanropie, 1993, Pedoman Bidang Studi Penyediaan Air Bersih. APK-TS, Jakarta.
Slamet, 2009. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada University Press,Yogyakarta.
Slamet, S. J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada University Press.Yogyakarta.
Soemirat, J, 2001. Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta.
Suparmin S, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.
Sutrisno, Muhammad. 2006. Sumur Gali Sumber Air Bersih. Udayana Press.Denpasar.
Sworobuk J.E. et al.2007. Assessment of The Bacteriological Quality of RuralGroundwater Supplies in Northern WestVirginia. Water, Air, and SoilPollution.
Totok, Sutrisno, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.