HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : FATIMAH NIM: 1112104000040 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M
129
Embed
hubungan faktor personal dan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA
DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
FATIMAH
NIM: 1112104000040
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah sayacantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokterandan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif HidayatullahJakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya ataumerupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerimasanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2016
Fatimah
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGADENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI
POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTATANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbingProgram Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu KesehatanUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang)
Pengalaman Organisasi:
1. Pengurus OSIS koordiantor bidang kebersihan tahun
2. Pengurus PMII Komfakkes anggota bidang kesenian dan olahraga tahun
2013-2014
3. Pengurus PMII Komfakkes bidang pengembangan dan pemberdayaan
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE STUDY
PROGRAM OF NURSING
Thesis, Mei 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
The Relationship Between Personal Factor and Family Support With Self-Management of Diabetes Mellitus in Posbindu Working Area PuskesmasPisangan South Tangerang 2016
ABSTRACTBased on data from the International Diabetes Federation in 2014 found
that people with type 2 diabetes is increasing every year in every state and in 2035is estimated diabetics increased to 592 million people, and Indonesia was ranked7th. Diabetes is a degenerative disease that occurs lifetime. People with diabeteswill experience difficult times due to a change in him, so it needs the support ofpeople around, especially family support to help him in mengontol lifestyle ofself-management and care of families with diabetes. Diabetes is a chronic diseasethat requires self-management of diabetes to prevent serious complications. Thisstudy aims to identify the relationship between family support with self-management diabetes mellitus in Posbindu Puskesmas Pisangan South TangerangCity. The study designs was a quantitative approach cross sectional design with asample of 35 respondents. Data analysis using Chi Square test. Results showedthat there was no relationship between family support with self-management ofdiabetes with significant (p value) = 0.274 at α = 0.05). Researchers suggest theneed for the dissemination of information related to self-management throughcounseling and home visits are also necessary for those who could not attend dueto Posbindu physical condition does not allow, while motivating families to helpdiabetics in controlling the self-management to prevent and avoid complicationssustainable.
Key Words: Family Support; Self-management
Reading list: 56 (2005-2014 )
viii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2016
Fatimah, NIM: 1112104000040
Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan ManjemenDiri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja PuskesmasPisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016
xx + 79 Halaman + 15 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran
ABSTRAKBerdasarkan data International Diabetes Federation tahun 2014 ditemukan bahwapenderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya disetiap negara dan padatahun 2035 diperkirakan penderita diabetes meningkat menjadi 592 juta orang,dan indonesia berada pada urutan ke-7. Diabetes merupakan penyakit degeneratifyang terjadi seumur hidup. Penderita diabetes akan mengalami masa-masa sulitakibat perubahan pada dirinya, sehingga membutuhkan dukungan dari orangsekitar terutama dukungan keluarga untuk membantunya dalam mengontol polahidup dan perawatan manajemen diri keluarga yang mengalami diabetes. Diabetesmerupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes untukmencegah komplikasi yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasihubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetesmellitus di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif design crosssectional dengan sampel sebanyak 35 responden. Analisis data menggunakan ujiChi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antaradukungan keluarga dengan manajemen diri diabetes dengan signifikansi (p value= 0,274 pada α= 0,05). Peneliti menyarankan perlunya penyebaran informasiterkait manajemen diri melalui penyuluhan dan juga diperlukan kunjungan rumahbagi yang tidak bisa hadir ke posbindu karena kondisi fisik yang tidakmemungkinkan, sekaligus memotivasi keluarga untuk membantu penderitadiabetes dalam mengontrol manajemen diri untuk mencegah dan menghindarikomplikasi yang berkelanjutan.
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Manajemen Diri.
Daftar bacaan : 56 (2005-2014)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti kepada Allah swt, yang telah melimpahkan beberapa
rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada bimbingan nabi besar
Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat dan hidayatnya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan, cobaan dan
hambatan yang peneliti temukan. Namun, syukur alhamdulillah berkat rahmat dan
hidayah-nya, kesungguhan, kesabaran dan kerja keras disertai dukungan keluarga
dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun material, segala
kesulitan yang telah dilalui dan diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga pada
akhirnya penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.
KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
3. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS dan bapak Jamaludin, S.Kp.,
M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas untuk
meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan
tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan
perkuliahan.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi
sebagai bahan rujukan skripsi.
6. Bidan Astri dan segenap perawat serta staf yang bertugas di Puskesmas
Pisangan Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses melakukan studi pendahuluan
dalam menyusun skripsi.
7. Segenap guru-guru PP DDI Lil Banat yang telah memberikan semangat dan
dukungan serta do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan ayah H.
Muslikin S,Pdi dan Ibunda Hj. Hasnawati S,pd yang senantiasa memberikan
dukungan dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa
yang selalu mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkahku sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
xi
9. Adek-adekku tersayang Khaerul.M, Mawaidah.M dan Husnaeni.M, serta
nenek-nenekku dan keluarga-keluargaku yang selalu memberikan dukungan
dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kak Ria yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta motivasi yang
2. Manajemen Diri Pada Diabetes ..................................................................26
4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus................................31
E. Kerangka Teori ............................................................................................32
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DANDEFINISI OPERASIONAL................................................................................33
A. Kerangka Konsep Penelitian................................................................................... 33
B. Hipotesis ................................................................................................................. 34
C. Definisi Operasional ............................................................................................... 35
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................37
A. Desain Penilitian..................................................................................................... 37
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian................................................................ 37
C. Populasi dan Sampel............................................................................................... 38
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 39
E. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................................................. 40
F. Pengumpulan Data.................................................................................................. 43
G. Pengolahan Data ..................................................................................................... 44
H. Etika Penelitian .................................................................................................... 45
I. Analisa Data Statistik ............................................................................................. 46
xv
BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................48
A. Profil Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.............................................. 48
1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan........................ 48
B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian.......................................................... 50
C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga ................................................ 53
D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri ...................................................... 54
E. Analisis Bivariat ..................................................................................................... 54
1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM............. 55
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden .......................... 55
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden ................. 56
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden............... 57
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM diPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ............. 58
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................59
A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja PuskesmasPisangan Kota Tangerang Selatan .......................................................................... 59
B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas PisanganKota Tangerang Selatan.......................................................................................... 65
C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan KotaTangerang Selatan .................................................................................................. 67
D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM DiPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan................ 69
E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM diPosbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan................ 74
F. Keterbatasan penelitian........................................................................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................78
A. Kesimpulan............................................................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................................................... 79
Variabel dependen1. Manajemen diri Manajemen diri meliputi
manajemen glukosa,kontrol diet, aktivitas fisikdan menggunakan
Menggunakan instrumentDiabetes Self-ManagementQuestionnaire (DSMQ).DSMQ terdiri dari 16
Kuisioner Pada analisisunivariat:1. baik = lebih darimean (≥26,23)
Ordinal padaanalisisunivariat
36
perawatan kesehatan. pertanyaan. 2. kurang baik =kurang dari mean(<26,23)
Variabel Independen2. Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan
keluarga kepada pasienDM yang meliputi empatdimensi, yaitu dimensiemosional, penghargaan,instrumental daninformasi.
Menggunakan skala HensarlingDiabetes Family Support Scale(HDFSS) yang dikembangkanoleh hensarling 2009. HDFSSterdiri atas 25 item pertanyaandengan alternatif jawabanmenggunakan skala Likert.Untuk pertanyaan positif yaitu4: selalu3: sering2: jarang1: tidak pernahSedangkan untuk pertanyaannegatif yaitu1: selalu2: sering3: jarang4: tidak pernah
Kuisioner 1. baik = lebih darimedian (≥67)2. kurang baik =kurang dari median(<67)
Ordinal padaanalisisunivariat
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penilitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design
cross sectional yaitu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan
variable terikat dilakukan dalam satu waktu. Tujuan spesifik dari study cross
sectional adalah untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen
dan variabel dependen dalam satu waktu ( Sastroasmoro & Ismael, 2010).
Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian
ini bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependen
terhadap variabel independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat
ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun
2016.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Alasan peneliti memilih
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan karena
belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan dukungan
keluarga dengan manajemen diri lansia penderita DM di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan tersebut serta masih
38
kurangnya dukungan keluarga terhadap manajemen diri penderita DM yang
diperoleh dari hasil studi pendahulan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, dilanjutkan
dengan analisis data. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama April
sampai minggu pertama Mei 2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah
seluruh pasien DM yang tinggal bersama keluarga di daerah Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya ( Sastroasmoro
& Ismael, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu total sampling dengan melihat kriteria inklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Responden yang menderita DM umur >45 tahun
2. Responden yang tinggal bersama dengan keluarganya
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Bersedia menjadi responden
5. Beragama islam
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien DM yang mengalami penurunan status kesehatan secara drastis
seperti pingsan saat penelitian berlangsung.
39
Adapun jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 35 responden.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan kuisioner, di mana responden mengisi kuisioner sendiri
atau dibantu. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner dukungan
keluarga dan kuisioner manajemen diri.
1. Kuisioner dukungan keluarga
Kuisioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling Diabetes Family
Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009).
HDFFS mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item ( pertanyaan
nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 17, 24, 27, 28), dimensi penghargaan 8 item
Setiap responden diberikan hak untuk menyetujui atau menolak ikutserta
untuk mengisi kuisoner yang telah diberikan dengan menandatangani
lembar persetujuan kesediaan menjadi responden yang telah disiapkan
oleh peneliti.
2. Tanpa Nama
Untuk menjaga identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data yang di isi. Hanya
mencantumkan kode pada lembar tersebut serta inisial nama responden.
3. Beneficence
Penelitian yang dilakukan mempunyai keuntungan bagi peneliti maupun
responden penelitian. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti memberi
beberapa penjelasan terkait manfaat dan keuntungannya bagi responden
dan peneliti. Keuntungan penelitian untuk responden adalah responden
dapat mengetahui manajemen diri yang baik dalam mengontrol
penyakitnya. Keuntungan untuk peneliti adalah sebagai upaya untuk
menjawab pertanyaan penelitian terhadap pentingnya dukungan keluarga
dalam memanajemen diri penyakitnya.
46
4. Maleficence
Peneliti memperhatikan dan menghindari bahaya-bahaya bagi responden.
Peneliti menanyakan kepada responden apakah terdapat masalah saat
mengisi kuisioner, jika tidak ada masalah, maka responden dapat
melanjutkan pengisian kuisioner.
5. Confidentialy
Peneliti menjaga kerahasiaan informasi responden, hanya ada beberapa
data tertentu yang dapat dicantumkan sebagai hasil penelitian.
I. Analisa Data Statistik
Analisa data dilakukan dengan menggunakan software computer,
adapun analisa data yang dilakukan adalah:
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran distribusi
frekuensi dari variable dependen dan variable independen. Variabel
independen (faktor personal dan dukungan keluarga) dan variabel
dependen (manajemen diri) hasil analisisnya disajikan dalam bentuk baik
dan kurang baik dengan proporsi atau distribusi frekuensi. Untuk variabel
independen jenis hasil analisis berupa distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen dengan menggunakananalisis bivariat.
Sebelum dilakukan analisis data lebih lanjut, pada data numerik dilakukan
uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data
47
dinyatakan terdistribusi normal bila hasil uji memiliki nilai p value >0,05.
Apabila nilai signifikasi (p value) >0,05 maka Ho diterima, artinya tidak
ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
diabetes mellitus. Apabila nilai signifikasi (p value) <0,05 maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan
manajemen diri penderita diabetes mellitus.
Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisis Bivariat
Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik
1. Usia Manajemen diri T independen test
2. Jenis Kelamin Manajemen diri Chi square
3. Tingkat Pendidikan Manajemen diri Chi square
4. Lama menderita DM Manajemen diri T independen test
5. Dukungan Keluarga Manajemen diri Chi square
48
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab 5 ini menguraikan hasil penelitian hubungan dukungan keluarga
dengan manajemen diri penderita Diabetes Mellitus di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini
dilakukan pada bulan April 2016. Hasil penelitian berupa hasil analisis univariat
dan bivariat. Analisa univariat menggambarkan secara deskriptif data demografi
responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita
DM, serta menggambarkan secara deskriptif data dukungan keluarga dan data
manajemen diri.
A. Profil Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Puskesmas Pisangan adalah Puskesmas yang ada di Kecamatan
Ciputat Timur, yang terletak di sebelah Tenggara Tangerang dengan luas
wilayah 1,685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa.
Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai
berikut: sebelah barat terdapat wilayah kerja PKM Ciputat (Kecamatan
Ciputat), sebelah timur terdapat DKI Jakarta, sebelah Utara terdapat
wilayah kerja Puskesmas Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren),
sebelah selatan terdapat wilayah kerja PKM Pamulang (Kec. Pd Cabe
Ilir). Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan terdiri dari Kelurahan
Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.
49
2. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan
a. Visi
Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat pisangan setia,
amanah, siaga, mandiri, hidup sehat, melalui akselerasi, upaya
kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan Sehat 2016.
b. Misi
1) Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di
masyarakat dalam bidang kesehatan.
2) Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu,
merata, dan terjangkau.
3) Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral dan
swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan.
c. Motto
Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan memiliki singkatan SETIA
yang berarti S adalah senyum, sapa, salam, sopan dan santun yang
menjadi budaya, E merupakan empati kepada masyarakat.
Selanjutnya, T adalah tanggap terhadap setiap permasalahan. I
adalah inovatif dalam berkarya, A adalah aman dan nyaman dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
50
B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian
1. Karakteristik Umur
Karakteristik responden berdasarkan umur digambarkan pada tabel
berikut
Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Umur Frekuensi (n) Persentase (%)45-5960-7576-90
22112
62,9%31,4%5,7%
Total 35 100%
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah presentase
umur terbanyak responden adalah pada usia pertengahan yaitu 45-59
tahun sebanyak 22 atau (62,9%), jumlah umur 60-75 tahun sebanyak 11
atau (31,4%) dan jumlah presentase umur paling sedikit adalah
responden yang berumur 76-90 tahun sebanyak 2 atau (5,7%).
2. Karakteristik Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin digambarkan
pada tabel berikut
Tabel 5.2Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Jenis kelamin Frekuensi (n) PersentaseLaki-laki
Perempuan530
14,3%85,7%
Total 35 100%
Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin. Dari 35 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar
51
responden penderita DM adalah perempuan, yaitu sebesar 85,7% dan
hanya sebagian kecil responden yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebesar 14,3%.
3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan terakhir yang dimiliki oleh sebagian besar responden
adalah SD, yaitu sebanyak 18 atau 51,4%. Selebihnya digambarkan pada
tabel dibawah ini
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Tingkat pendidikan Frekuensi (n) PresentaseTidak sekolah
SDSMPSMA
Perguruan tinggi
518741
14,3%51,4%20,0%11,4%2,9%
Total 35 100%
Dari tabel 5.3 dapat dilihat sebagian besar responden merupakan
lulusan SD, yaitu sebesar 51,4%, selanjutnya yang terbanyak kedua
adalah lulusan SMP , dengan nilai sebesar 20,0%, selanjutnya yang
terbanyak ketiga adalah responden yang tidak bersekolah, yaitu sebesar
14,3%. Responden SMA sebesar 11,4%, , sedangkan lulusan perguruan
tinggi hanya satu orang sebesar 2,9% dari total responden.
52
4. Keluarga Yang Merawat Penderita DM
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Keluarga yangmerawat
Frekuensi Presentase
SuamiIstri
AnakAyah/ibu
146132
40,0%17,1%37,1%5,7%
Total 35 100%
Dari tabel 5.4 menunjukkan distribusi frekuensi keluarga yang
merawat penderita DM. Dari 35 responden, hubungan keluarga dengan
penderita DM yaitu sebanyak 14 atau 40,0% sebagai suami, 6 responden
atau 17,1% sebagai istri, 13 responden atau 37,1% sebagai anak, 2
responden atau 5,7% sebagai ayah/ibu.
5. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Hasil analisis kadar glukosa darah sewaktu sebagai berikut:
Tabel 5.5Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Variabel Mean SD Min-Maks
95%CI
Kadar glukosadarah sewaktu
249,26 72,178 148-499 224,46- 274,05
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa rata-rata glukosa
darah sewaktu responden adalah 249,26 mg/dl. Gula darah sewaktu
terendah adalah 148 mg/dl dan tertinggi adalah 499 mg/dl. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu berkisar antara 224,46 sampai 274,05 mg/dl.
53
6. Lama Menderita DM
Hasil analisis lama menderita DM pada responden sebagai berikut:
Tabel 5.6Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di PosbinduWilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Lama menderitaDM
Frekuensi (n) Presentase
1-5 tahun6-10 tahun>10 tahun
3221
91,4%5,7%2,9
Total 35 100%
Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa responden yang menderita
DM 1–5 tahun sebanyak 32 responden dengan presentase sebesar 91,4 %.
Responden dengan lama menderita DM 6-10 tahun sebanyak 2 responden
dengan presentase sebesar 5,7%. Sedangkan responden yang sudah lama
menderita DM selama >10 tahun sebanyak 1 responden dengan
presentase sebesar 2,9%.
C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga
Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Dukungan keluarga Frekuensi (n) PersentaseBaik
Kurang baik1322
37,1%62,9%
Total 35 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga yang baik sebesar 13 atau 37,1%, sedangkan untuk
dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak 22 responden atau 62,9%. Ini
menunjukkan bahwa responden yang memiliki dukungan keluarga baik lebih
54
sedikit dibandingkan dengan responden yang memiliki dukungan keluarga
yang kurang baik.
D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri
Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Manjemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah
Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Manajemen diri Frekuensi PersentaseBaik
Kurang baik1619
46,7%54,3%
Total 35 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden dengan manajemen
diri yang baik sebanyak 16 atau 46,7% , sedangkan untuk responden dengan
manajemen diri yang kurang baik sebanyak 19 atau 54,3%. Ini menunjukkan
bahwa responden dengan manajemen diri kurang baik lebih banyak daripada
responden yang memiliki manajemen diri yang baik.
E. Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik chi
square dan uji t-independen. Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara variabel karakteristik, variabel independen
dan variabel dependen.
55
1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita
DM
Hasil analisis bivariat untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara umur dengan manajemen diri responden dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5.9Distribusi Nilai Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu
Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Umur N Mean SD PvalueManajemen diri
BaikKurang baik
2015
56,7559,93
7,0559,625
0,266
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisis hubungan umur dengan
manajemen diri diketahui rata-rata umur pasien dengan manajemen diri baik
ada 56,75 tahun dengan standar deviasi 7,055 tahun berarti sebaran datanya
besar sehingga nilai datanya bervariasi.. Pasien yang manajemen diri kurang
baik rata-rata umur adalah 59,93 dengan standar deviasi 9,625 tahun. Dari
hasil uji statistik diperoleh Pvalue sebesar 0,266, artinya pada alpha 5% tidak
terdapat perbedaan rata-rata umur antara pasien manajemen diri baik
dibandingkan dengan pasien manajemen diri kurang baik.
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis bivariat hubungan jenis kelamin dengan manajemen diri
responden sebagai berikut:
56
Tabel 5.10Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen DiriPenderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Jeniskelamin
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurangbaik
N % N % N %Laki-laki
Perempuan214
40%46,7%
316
60%53,3%
530
100%100%
0,762(0,111-5,237)
1,000
Total 16
45,7%
19 54,3%
35 100%
Tabel 5.10 menunjukkan hasil analisis bahwa diketahui responden yang
berjenis kelamin laki-laki dengan manajemen diri yang baik ada 2 atau 40%
dari 5 orang. Sedangkan responden yang jenis kelamin perempuan ada 14
atau 46,7% dari 30 responden yang memiliki manajemen diri yang baik. Dari
hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue=1,000), artinya pada
alpha 5 % tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan manajemen diri.
3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis bivariat hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen
diri sebagai berikut:
Tabel 5.11Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Manajemen Diri
Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Tingkatpendidikan
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurang baikN % N % N %
RendahTinggi
133
43,3%60%
172
56,7%40%
305
100%100%
0,510(0,074-3,510)
0,835
Total 16 45,7% 19 54,3% 35 100%
57
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa hasil analisis diatas diketahui
responden yang berpendidikan rendah dengan manajemen diri yang baik ada
13 atau 43,3% dari 30 orang. Sedangkan responden yang berpendidikan
tinggi ada 3 atau 60% dari 5 responden yang memiliki manajemen diri yang
baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (Pvalue=0,835),
artinya pada alpha 5 % tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan dengan manajemen diri.
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden
Hasil analisis lama menderita DM dengan manajemen diri responden
sebagai berikut:
Tabel 5.12Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Penderita DM
Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan(n=35)
Lama menderita DM N Mean SD PvalueManajemen diri
BaikKurang baik
1619
3,061,53
5,8591,124
0,270
Tabel 5.12 menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan lama
menderita DM dengan manajemen diri diketahui rata-rata lama menderita
DM pasien dengan manajemen diri baik ada 3,06 tahun dengan standar
deviasi 5,859 tahun berarti sebaran datanya besar sehingga nilai datanya
bervariasi. Pasien yang manajemen diri kurang baik rata-rata lama menderita
DM adalah 1,53 dengan standar deviasi 1,124 tahun. Dari hasil uji statistik
diperoleh Pvalue sebesar 0,270, artinya pada alpha 5% terdapat perbedaan
rata-rata lama menderita DM antara pasien manajemen diri baik dibandingkan
dengan pasien manajemen diri kurang baik.
58
5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM di
Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
Tabel 5.13Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)
Dukungankeluarga
Manajemen diri Total OR(95%CI)
Pvalue
Baik Kurang baikN % N % N %
BaikKurang
baik
88
61,5%36,4%
514
38,5%63,6%
1322
100%100%
2,800(0,680-11,530)
0,274
Total 16 45,7% 19 54,3% 35 100%
Tabel 5.15 menunjukkan hasil analisis diatas diketahui responden yang
memiliki dukungan keluarga baik dengan manajemen diri yang baik ada 8
atau 61,5%% dari 13 orang. Sedangkan responden yang memiliki dukungan
keluarga kurang baik ada 8 atau 36,4% dari 22 responden yang memiliki
manajemen diri yang baik. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas
(Pvalue=0,274), artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM.
59
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab 6 ini menjelaskan makna dari hasil penelitian yang telah dilakukan
yaitu hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita
Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Pembahasan
menjelaskan diskusi hasil penelitian serta interpretasi dan juga akan dijelaskan
tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan.
A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja
Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan
1. Usia
Hasil gambaran Jumlah presentase umur terbanyak responden
adalah pada usia pertengahan yaitu 45-59 tahun sebanyak 22 atau
(62,9%), jumlah umur 60-75 tahun sebanyak 11 atau (31,4%) dan jumlah
presentase umur paling sedikit adalah responden yang berumur 76-90
tahun sebanyak 2 atau (5,7%). Diabetes mellitus menyerang usia >45
tahun karena kelompok usia ini lebih rentang terkena DM. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamara, 2014 di RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau bahwa dari 46 responden diabetes mellitus, 21
diantaranya berumur 45-55 tahun. Sesuai juga dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ferawati, 2014 bahwa penderita DM pada usia
pertengahan 45-59 tahun lebih banyak.
Penelitian yang dilakukan Iswanto (2004) mengemukakan adanya
hubungan yang signifikan antara umur dengan Diabetes Mellitus. Hal
60
tersebut disebabkan karena terjadinya peningkatan intoleransi glukosa
pada usia tersebut. Sehingga terjadi penurunan kemampuan sel β
pankreas dalam memproduksi insulin (Sanjaya, 2009). Dikemukakan
oleh Tandra (2008) bahwa resistensi insulin dan kerja insulin mengalami
penurunan, selain itu pada usia tersebut juga terjadi penurunan aktivitas
untuk bergerak sehingga lebih berisiko mengalami penyakit diabetes
mellitus (DM).
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian yang telah dilakukan dari 35 responden dapat
diketahui bahwa sebagian besar responden penderita DM adalah
perempuan, yaitu sebesar 85,7% dan hanya sebagian kecil responden
yang berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebesar 14,3%. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliansyah et. al bahwa jenis
kelamin responden terbanyak adalah jenis kelamin perempuan sebanyak
17 responden dan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden.
Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan Arifin et al, 2014
bahwa responden berjenis kelamin perempuan lebih tinggi yaitu
sebanyak 24 responden (52,2%).
Menurut Handarsari dan Bintanah (2012) penderita DM lebih
banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Wanita lebih berisiko
mengalami diabetes karena secara fisik wanita berpeluang mengalami
peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Selain itu terjadinya
persentase timbunan lemak pada wanita lebih besar dibandingkan dengan
laki-laki (Handasari dan Bintanahi, 2012). Hal ini juga yang
61
menyebabkan diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan dibanding
dengan laki-laki.
3. Tingkat Pendidikan
Sebagian besar responden merupakan lulusan SD, yaitu sebesar
51,4%, selanjutnya yang terbanyak kedua adalah lulusan SMP , dengan
nilai sebesar 20,0%, selanjutnya yang terbanyak ketiga adalah responden
yang tidak bersekolah, yaitu sebesar 14,3%. Responden SMA sebesar
11,4%, , sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya satu orang sebesar
2,9% dari total responden.
Penelitian yang dilakukan oleh Juliansyah dkk didapatkan bahwa
responden tertinggi didapatkan dengan pendidikan tingkat SMA yaitu
sebanyak 15 orang, dan terendah pada tingkat perguruan tinggi yaitu 2
orang. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit diabetes dapat terjadi pada
siapa saja tanpa melihat tingkat pendidikan seseorang. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Styorogo & Trisnawati (2013),
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan terjadinya
diabetes mellitus.
Tingkat pendidikan dapat menentukan mudah atau tidaknya dalam
memamhami sesuatu yang mereka peroleh, serta tingkat pendidikan yang
lebih matang dapat merubah dirinya ke arah yang lebih positif dan
terbuka terhadap berbagai informasi (Notoatmodjo, 2007). Sehingga
dengan cepatnya menerima informasi terkait kesehatan tentunya dapat
memudahkan dalam melaksanakan manajemen diri.
62
4. Keluarga Yang Merawat
Hubungan keluarga dengan penderita DM. Dari 35 responden,
hubungan keluarga dengan penderita DM yaitu sebanyak 14 atau 40,0%
sebagai suami, 6 responden atau 17,1% sebagai istri, 13 responden atau
37,1% sebagai anak, 2 responden atau 5,7% sebagai ayah/ibu. Hasil
penelitian yang sejalan diatas menunjukkan bahwa presentase tertinggi
terdapat pada pasangan dan anak dengan jumlah responden sebanyak 19
orang. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Triyanto
(2010) terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan
koping istri karena diantaranya menerima dukungan suami. Kebutuhan
manusia adalah berupa perhatian yang lebih. Dukungan tersebut dapat
berupa perhatian, komunikasi, hubungan yang emosional dan hangat
dengan seluruh anggota keluarga (Rich, 2007).
5. Kadar Glukosa Darah Sewaktu
Pada hasil diatas dapat dilihat rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu penderita Diabetes Mellitus adalah 249,26 mg/dl, median 231
mg/dl dan standard deviasi 72,178 mg/dl dengan kadar glukosa darah
terendah adalah 148 mg/dl dan kadar glukosa darah tertinggi adalah 499
mg/dl. Distribusi frekuensi ditampilkan menurut kadar glukosa darah
sewaktu terendah sampai dengan kadar glukosa darah tertinggi. Dari
hasil estimasi interval kadar glukosa darah sewaktu dilihat dari 95%
confidence interval kadar glukosa darah sewaktu yaitu 224,46 sampai
dengan 274,05. Jadi kita 95% yakin bahwa rata-rata kadar glukosa darah
sewaktu berada pada selang 224,46 sampai dengan 274,05 mg/dl.
63
Pada dasarnya dalam mengontrol gula darah tergantung dari
kesadaran dan kepatuhan individu melalui life style (Soegondo, 2011).
Upaya untuk menurunkan kadar gula darah yaitu melalui empat pilar
penatalaksanaan DM seperti edukasi, perencanaan makan, latihan
jasmani dan terapi farmakologi (Waspadji, 2007). Pemantauan kadar gula
darah sangat penting karena gula darah adalah indikator untuk
menentukan diagnosa penyakit DM. Kadar gula darah dapat diperiksa
sewaktu, dan ketika puasa. Seseorang di diagnosa menderita DM jika
dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dl, sedangkan
kadar gula darah ketika puasa ≥126 mg/dl (Waspadji, 2007).
Olahraga yang teratur menyebabkan sel-sel tubuh lebih peka
terhadap insulin, sehingga dengan kadar insulin yang sedikit saja,
glukosa dalam darah mudah masuk kedalam sel (RS.Marinir Cilandak,
2009). Pada obesitas sel-sel lemak yang menumpuk akan menghasilkan
beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang jumlahnya
lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat ini yang
menyebabkan resistensi terhadap insulin. Akibat resistensi ini glukosa
darah sulit masuk ke dalam sel sehingga glukosa di dalam darah
meningkat (Nurrahmani,2012).
6. Lama Menderita DM
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil
responden yang menderita DM 1–5 tahun sebanyak 32 responden dengan
presentase sebesar 91,4 %. Responden dengan lama menderita DM 6-10
tahun sebanyak 5,7%. Sedangkan responden yang sudah lama menderita
64
DM selama >10 tahun sebanyak 1 responden dengan presentase sebesar
2,9%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ervy
et.al (2014) menjelaskan lama menderita terbanyak 1–5 tahun sebanyak
27 orang (58,7%). Lamanya menderita DM tertinggi terdapat pada
kelompok 1-5 tahun yaitu 60,7% (34 orang), kemudian kelompok 6-10
tahun yaitu 16,3% (9 orang), kelompok 1-11 bulan yaitu 12,5% (7
orang), terendah kelompok 11-15 tahun yaitu 10,5% (6 orang). Semakin
lama menderita diabetes melitus tipe 2 tidak selalu diikuti dengan
meningkatnya kadar gula darah puasa.
Berdasarkan kategori lama menderita dapat dilihat mayoritas
responden telah menderita DM tipe 2 selama 1–5 tahun dengan jumlah 27
responden (58,7%). Penurunan kualitas ini dirasakan setelah penderita
minimal menderita DM selama satu tahun. Hal ini disebabkan karena
setelah satu tahun pasien telah mengalami dan merasakan perubahan atau
keluhan fisik dan psikis selama menderita (Rahmat, 2010).
Kenyataannya bahwa seseorang menjelaskan lama menderita DM
pada saat diagnosa ditegakkan, sehingga hal tersebut kurang memberikan
gambaran tentang lamanya menderita DM, padahal mungkin saja
penyakit diabetes sudah terjadi sebelumnya. Lama menderita DM sering
dihubungkan dengan terjadinya komplikasi. Komplikasi biasanya mulai
timbul setelah klien menderita DM selama lebih dari 10 tahun. Penelitian
ini menunjukkan bahwa rata-rata responden menederita DM kurang dari
10 tahun, sehingga klien belum berisiko terjadinya komplikasi akan
tetapi tidak menutup kemungkinan komplikasi dapat terjadi akibat faktor
65
yang lain seperti obesitas, displipidemia, merokok dan lain-lain
(Kusniawati, 2010).
Penderita diabetes dengan durasi menderita DM lebih dari 5 tahun
memiliki resiko 16,787 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien
kurang 5 tahun (Subekti, 2007). Lama menderita DM yang nantinya akan
berhubungan dengan terjadinya hiperglikemi berkepanjangan.
B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan
Responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik sebesar 13
atau 37,1%, sedangkan untuk dukungan keluarga yang kurang baik sebanyak
22 responden atau 62,9%. Ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik lebih banyak daripada responden yang
memiliki dukungan keluarga yang baik. Ini berarti bahwa sebagian responden
masih kurang mendapatkan dukungan dari keluarga dalam menerapkan
manajemen dirinya.
Menurut Salvicion (1989) dalam Chayatin (2009), dukungan keluarga
merupakan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Sesuai
dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Secara lebih spesifik dukungan
sosial sangat berperan aktif untuk menurunkan mortalitas dan dapat
meningkatkan status kesehatan.
66
Sumber dukungan yang ada dapat dilakukan keluarga dengan cara
mengenal adanya gangguan kesehatan secepat mungkin seperti pada saat
anggota keluarga menderita penyakit Diabetes Mellitus. Keluarga selalu
saling membantu dalam memberikan perawatan, pada penelitian ini juga
didapatkan anggota keluarga yang memiliki ekonomi yang tinggi dapat
memodifikasi rumah dan memberi kesempatan pada anggota keluarga yang
menderita Diabetes Mellitus untuk memilih fasilitas yang diinginkan, serta
memberikan motivasi untuk menjalankan pengobatannya. Seringkali keluarga
mengambil tindakan yang tidak tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri (Susanti, 2013).
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga juga
berfungsi untuk mendukung keluarganya dan selalu siap untuk memberikan
pertolongan jika diperlukan. Soegondo (2006) berpendapat bahwa keluarga
mempunyai pengaruh kepada sikap dan kebutuhan belajar bagi penderita DM
dalam hal memberikan dukungan baik dari segi fisik, psikologis, emosional
dan sosial atau dengan cara menolak. Ali (2009) juga menyatakan bahwa
dukungan keluarga merupakan saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang–orang yang akrab dengan subjek didalam
lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal–hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya.
Peran keluarga sebagai sistem pendukung dalam mengatasi masalah
penderita diabetes mellitus menjadi pribadi yang lebih adaptif dalam
67
menyikapi masalahnya (Delamater, 2006). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa keluarga sangat penting membantu individu dalam menyelesaikan
masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Goz et al (2007), bahwa pada pasien
DM memerlukan pengontrolan untuk mempengaruhi gaya hidup pasien untuk
menggunakan terapi insulin ataupun obat-obatan yang lain, makanan,
pengukuran gula darah dan latihan. Hal ini dapat tercapai dengan adanya
keterlibatan keluarga dan partisipasi dari mereka.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Coffman, (2008) bahwa
dukungan sosial yang diterima oleh pasien DM adalah dari keluarga.
Coffman menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan sumber
dukungan yang paling utama. Dukungan keluarga dapat diberikan dalam
bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi.
Dukungan yang diberikan tersebut dapat meningkatkan perilaku yang baik
dalam hal pengontrolan diri mereka sendiri.
Dari hasil penelitian serta pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
dukungan keluarga merupakan sistem pendukung bagi penderita diabetes
sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar untuk mengontrol gaya
hidup dan mampu memberikan dukungan yang positif baik dari segi fisik,
psikologil, emosional serta informasi yang penting terkait dengan masalah
kesehatan seperti halnya penyakit diabetes mellitus (DM).
C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan Kota Tangerang Selatan
Responden dengan manajemen diri kurang baik lebih banyak
dibandingkan dengan responden manajemen diri yang baik dengan
68
perbandingan 19:16 Ini menunjukkan bahwa responden kurang bisa dalam
menerapkan manajemen diri yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuningsih, 2014 bahwa sebagian responden dalam hal manjemen diri
masih negatif. Kemampuan penderita DM dalam melakukan manajemen diri
dalam teori Rinanda 2006 bahwa strategi manajemen diri meliputi kemauan
dari dalam diri untuk selalu menjaga kestabilan gula darah, sedangkan
sebagian besar belum tahu cara melakukan pengontrolan diri dan belum
mampu mematuhi sesuatu yang sudah ditentukan dalam menjaga perawatan
dirinya.
Menurut Wahyuningsih, (2014), kemampuan setiap individu berbeda,
tingkat efektivitas individu dalam melakukan manajemen diri dipengaruhi
sejauhmana individu mampu mempertahankan, memelihara dan
mengembangkan empat aspek yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki
manajemen diri yang baik. Aspek tersebut meliputi kesehatan, keterampilan
atau keahlian, aktifitas dan identitas. Pada penderita Diabetes Mellitus
manajemen diri adalah bagaiaman cara penderita DM dalam mengatur pola
makan, olahraga, pemeriksaan rutin, dan mengkonsumsi obat, hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius.
Manajemen diri didefinisikan dengan cara yang berbeda, yaitu:
Perawatan individu terhadap kesehatan mereka sendiri dan kesejahteraannya:
itu terdiri dari tindakan yang mereka ambil untuk pola hidup sehat, untuk
memenuhi kebutuhan sosial, emosional dan kebutuhan psikologikal, merawat
kondisi jangka panjang mereka, dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut
(lieshout, 2014). Menurut Antari, Rasdini dan Triyani (2011), dengan adanya
69
dukungan sosial sangat membantu penderita DM tipe 2 untuk dapat
meningkatkan keyakinan akan kemampuannya melakukan perawatan diri.
Penderita dengan dukungan sosial yang baik akan memiliki perasaan aman
dan nyaman sehingga akan tumbuh rasa perhatian terhadap diri sendiri dan
meningkatkan motivasi untuk melakukan pengelolaan penyakit dalam hal
manajemen diri.
Allen (2006) menjelaskan bahwa dukungan keluarga berupa
kehangatan dan keramahan, dukungan emosional terkait monitoring glukosa,
diet dan latihan dapat meningkatkan efikasi diri pasien sehingga mendukung
keberhasilan dalam perawatan diri sendiri. Dari hasil penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa manajemen diri sangat berpengaruh untuk penderita DM
dalam mengontrol perawatan diri mereka, karena dengan mengontrol
perawatan mereka sendiri dapat mencegah terjadinya komplikasi yang serius
untuk penderita DM.
D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri PenderitaDM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota TangerangSelatan
1. Hubungan Karakteristik Usia Dengan Manajemen Diri
Analisis hubungan usia dengan manajemen diri diabetes pada
penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
usia dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ariyani, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik
usia dengan efikasi diri. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh Vivienne et
al (2007) bahwa usia tidak berhubungan dengan perawatan diri diabetes.
70
Wu, et al. (2007) juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara,
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dengan efikasi diri responden.
Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa usia tidak mempengaruhi
seseorang dalam melakukan perawatan diri, manajemen diri dan efikasi
diri. Penelitian ini menjelaskan bahwa klien yang berusia muda maupun
lebih tua menunjukkan perilaku manajemen diri diabetes yang sama.
Hasil penelitian tidak sejalan menurut Sousa et al (2005) bahwa
usia memiliki hubungan dengan perawatan diri diabetes, yang
menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka terjadi
peningkatan dalam hal aktivitas perawatan diri. Hal ini disebabkan karena
seiring bertambahnya usia maka pola berfikir juga meningkat terkait
dengan manfaat yang akan diperoleh jika klien melakukan aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari.
Perbedaan dari beberapa penelitian tersebut dapat disebabkan
karena klien yang lebih muda memiliki pemahaman yang cukup terkait
dengan manajemen diri diabetes serta manfaat yang dirasakan jika
melakukan aktifitas terkait perawatan diri diabetes dalam kehidupan
sehari-hari. Sedangkan mereka yang usianya lebih tua, telah merasakan
manfaat dari aktifitas perawatan diri yang telah dilakukan melalui
pengalaman yang mereka sudah lakukan. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa responden yang berusia muda ataupun responden yang
lebih tua, mereka sama-sama mengontrol manajemen diri serta aktifitas
perawatan diri agar tercapainya gula darah yang normal dan mencegah
terjadinya komplikasi karena adanya diabetes mellitus yang di derita.
71
2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri
Analisis hubungan jenis kelamin dengan manajemen diri pada
penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu, et al. (2007) juga menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan
dengan efikasi diri responden. Hasil penelitian tersebut menjelaskan
bahwa responden antara laki-laki dan perempuan menunjukkan aktifitas
manajemen diri diabetes yang sama. Hal yang serupa juga dijelaskan oleh
sousa et al (2005) yang menjelaskan bahwa jenis kelamin memberikan
pengaruh terhadap perawatan diri diabetes, jenis kelamin perempuan lebih
baik dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Perempuan lebih peduli
terhadap kesehatannya sehingga berupaya optimal dalam melakukan
perawatan mandiri terhadap penyakit yang dialaminya.
Perbedaan dari beberapa hasil penelitian tersebut dikarenakan
aktifitas manajemen diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang
sedang mengalami diabetes baik laki-laki ataupun perempuan. Laki-laki
memiliki tanggung jawab dalam melakukan pengontrolan terhadap
penyakit yang dialaminya begitu juga halnya dengan perempuan yang
selalu memperhatikan kondisi kesehatannya. Seseorang yang memiliki
semangat dan motivasi dalam dirinya dalam melaksanakan pengontrolan
aktifitas perawatan diri dalam kehidupan sehari-hari maka perilaku
tersebut akan menjadi tanggung jawab dan akan menjadi kebiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
72
3. Hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri
Analisis hubungan tingkat pendidikan dengan manajemen diri
meunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
maanjemen diri. Berdasarkan analisis hubungan antara pendidikan dengan
kejadian DM Tipe 2, didapatkan kesimpulan yang didapat adalah tidak ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian DM Tipe 2
(Trisnawa, 2013). Berbeda dengan penelitian Stipanovic (2003)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
efikasi diri dan perilaku perawatan diri DM bahwa responden dengan
pendidikan yang tinggi memiliki efikasi diri yang baik.
Menurut Ford, Tilley, dan Mc-Donald, (1998), menjelaskan bahwa
pendidikan secara positif mempengaruhi kesehatan dan kontrol glikemik.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang baik akan lebih matang
dalam proses perubahan dirinya sehingga akan lebih mudah menerima
pengaruh dari luar yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai
informasi terkait kesehatan. Menurut Young (2010 dalam Gamara, 2013),
tingkat pengetahuan perawatan diabetes melitus dapat dipengaruhi oleh
lama penyakit yang diderita, tingkat pendidikan dan faktor ekonomi,
sehingga pasien dengan tingkat pendidikan rendah namun memiliki
kemampuan manajemen perawatan diri yang baik akan memiliki hasil
yang baik pula.
Perbedaan dari beberapa penelitian dari hasil tersebut adalah
tingkat pendidikan setiap orang itu berbeda-beda, pendidikan juga
mempengaruhi pemahaman, kemampuan dan tingkat pengetahuan
73
seseorang. Sehingga seseorang dengan pendidikan rendah tetapi memiliki
kemampuan dalam melakukan manajemen diri maka hasil yang ingin
dicapai akan baik pula.
4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri
Hasil analisis antara lama DM dengan manajemen diri
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama DM dengan
manajemen diri diabetes. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Kusniawati (2011) menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara lama menderita DM dengan perawatan diri diabetes.
Lama menderita DM tidak berhubungan dengan efikasi diri
disebabkan karena lamanya menderita DM, sehingga dapat terjadi banyak
kerusakan sel dan fungdi di dalam tubuh yang dapat menimbulkan
berbagai macam gangguan fisik dan metabolik atau dapat terjadi
komplikasi yang serius. Sesorang yang telah mengalami komplikasi akan
merasa sulit dalam melakukan perawatan diri karena mengalami berbagai
macam gangguan dan keterbatasan sehingga menyebabkan terjadinya
efikasi diri pasien yang rendah (Bernal, et al. 2000).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat Bai et al (2009)
menjelaskan bahwa lama seseorang menderita DM berpengaruh terhadap
perawatan diri diabetes. Durasi DM yang lebih lama memiliki pemahaman
yang lebih bahwa pentingnya perilaku perawatan diri diabetes sehingga
mereka dapat dengan mudahnya mencari informasi terkait dengan
perawatan diabetes yang dilakukan. Semakin lama seseorang mengalami
DM maka ada kecenderungan untuk menjadi tidak patuh terhadap
74
pelaksanaan perawatan mandiri, namun ada kecenderungan lain pasien
memiliki pengalaman perawatan mandiri yang lebih baik daripada pasien
yang baru terdiagnosa DM. Klien yang baru mengalami diabetes dan klien
yang sudah lama menderita diabetes menunjukkan perilaku perawatan diri
yang sama dalam hal aktivitas.
Kenyataan yang dapat terjadi adalah seseorang dengan diabetes
yang baru terdiagnosis memiliki perhatian dan semangat dalam melakukan
pengontrolan diri terhadap penyakitnya dalam melakukan manajemen diri
serta perawatan diri. Bagi klien yang baru pertama kali menderita diabetes
merupakan pengalaman dan tantangan dalam melakukan manajemen diri
dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercapai kadar gula darah
untuk meminimalkan komplikasi. Sedangkan untuk klien yang telah lama
mengalami diabetes, mereka telah beradaptasi sehingga dalam hal
manajemen diri sudah menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Klien yang
sudah lama menderita diabetes memiliki pemahaman terkait dengan
pentingnya self care diabetes dan dapat memiliki kemampuan dalam hal
manajemen diri.
E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM
di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang
Selatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan manajemen diri (pvalue=2,743). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Nida, 2015 bahwa tidak ada hubungan
antara dukungan sosial dengan manajemen diri p=(-0,042)hal itu juga sesuai
75
dengan penelitian yang dilakukan Xu et.al (2008) menemukan bahwa
dukungan sosial dari anggota keluarga tidak langsung mempengaruhi perilaku
manajemen diri diabetes. Namun, dukungan keluarga mempengaruhi self-
efficacy dan keyakinan, yang secara berurutan, mempengaruhi perawatan diri
(Xu et al., 2008).Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Jocelyn Sonsona, yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara dukungan sosial dan perilaku
manajemen diri diabetes.
Manajemen perawatan diri dari penyakit apapun adalah efikasi diri.
Bandura (1994) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mencapai suatu tingkat kinerja yang
mempengaruhi setiap peristiwa dalam hidupnya. Efikasi diri menentukan
bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri, dan berperilaku dari
waktu ke waktu (Beckerle & Lavin, 2013). Konsep efikasi diri juga
digambarkan sebagai rasa kontrol pribadi atas perubahan yang diinginkan
atau keyakinan bahwa individu dapat mencapai perilaku tertentu.Berkaitan
dengan manajemen diri, efikasi diri mencerminkan keyakinan kemampuan
pasien untuk mengatur dan mengintegrasikan perilaku manajemen diri baik
terhadap fisik, sosial, dan emosional guna menciptakan solusi dalam
menghadapi masalah pada kehidupan sehari-hari (Yoo et al., 2011).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Scolla Koliopoulos (2011)
diketahui bahwa penderita diabetes yang memiliki riwayat keturunan
cenderung memiliki persepsi bahwa dirinya mampu mengendalikan
penyakitnya. Sampel penelitian tersebut menunjukkan perilaku manajemen
diri yang tinggi sebagai usaha mencapai pengendalian penyakit yang
76
optimal (Scollan-Koliopoulos, 2011). Efikasi diri penderita diabetes dalam
menjalani manajemen diri dapat mempengaruhi penderita dalam menjalani
perawatan kesehatan dirinya sehari-hari. Penderita diabetes yang memiliki
efikasi diri yang tinggi dapat didorong untuk menjalani perawatan kesehatan
dengan maksimal. Hasil penelitian juga sejalan dengan yang dilakukan oleh
Miftahul, 2015 yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan
sosial dengan manajemen diri pada penderita diabetes tipe 2.
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat dilihat bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
yang disebabkan karena efikasi diri mempengaruhi manajemen diri
seseorang, sehingga efikasi diri termasuk dalam manajemen diri. Dukungan
sosial dari anggota keluarga juga tidak secara langsung mempengaruhi
perilaku manajemen diri diabetes. Namun, dukungan keluarga mempengaruhi
self-efficacy dan keyakinan, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi
perawatan diri.
F. Keterbatasan penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi:
1. Tidak semua posbindu dikunjungi dalam pengambilan data dikarenakan
bertepatan dengan adanya kegiatan dikampus. Total posbindu sebanyak 11
dan yang tidak di kunjungi dalam pengambilan data adalah 2 posbindu
yaitu 1 berada di posbindu Pisangan dan 1 lagi berada di posbindu
Cirendeu.
2. Peneliti hanya mengambil responden penderita diabetes yang hadir pada
saat proses pelaksanaan Posbindu berlangsung, sehingga responden
77
penderita DM yang tidak hadir pada pelaksanaan posbindu tidak dapat
dijadikan sampel penelitian, dikarenakan sampel penelitian yang diambil
hanya responden yang datang pada saat pelaksanaan posbindu.
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar responden yang menderita diabetes mellitus di posbindu
wilayah kerja Puskesmas Pisangan mempunyai karakter sebagai berikut:
a. Perempuan
b. Berusia lebih dari >45 tahun
c. Pendidikan terakhirnya SD
d. Keluarga yang selama ini merawat adalah suami dan anak
2. Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga yang kurang
baik, sebanyak 22 responden atau 62,9%. Sedangkan responden dengan
dukungan keluarga yang baik sebanyak 13 responden atau 37,1%.
3. Sebagian responden memiliki manajemen diri yang kurang baik
sebanyak 19 responden atau 54,3% dan sebagian lagi memiliki
manajemen diri yang baik sebanyak 16 responden atau 46,7%.
4. Tidak ada hubungan antara umur dengan manajemen diri diabetes
(p=0,266)
5. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan manajemen diri
diabetes (p=1,000)
6. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan manajemen diri
(p=0,835)
7. Tidak ada hubungan antara lama menderita DM dengan manajemen diri
diabetes (p=0,270)
79
8. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri
penderita DM (p= 0,274)
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi mahasiswa, dosen dan peneliti dalam bidang keperawatan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang dukungan keluarga
dengan manajemen diri, mengingat sampel yang terdapat dalam
penelitian ini masih sedikit, serta referensi bacaan masih terbatas dalam
bahasa indonesia, dan penelitian manajemen diri masih terbatas di
indonesia. Padahal diabetes mellitus harus segera di berikan tatalaksana
untuk menghindari terjadinya komplikasi yang parah bahkan jika sampai
berakibat pada kematian.
2. Bagi tenaga kesehatan
Perlu dilakukannya pendidikan kesehatan terkait pentingnya
manajemen diri untuk penderita diabetes mellitus. Karena dari hasil
penelitian sebagian besar penderita dm masih memiliki manajemen diri
yang kurang baik.
3. Bagi penderita diabetes
Perlu dukungan keluarga ataupun orang terdekat untuk
mengingatkan dalam mengatur manjemen diri untuk menghindari
terjadinya komplikasi yang membahayakan, maka sangat diperlukan
manajemen diri yang baik untuk mencapai kesehatan yang stabil
DAFTAR PUSTAKA
Allen. Support of diabetes from the family. Diunduh tanggal 13 mei 2016 darihttp://www.buzzle.com/editorials/7-3-2006101247.asp, 2006.
Amod, A., Ascott-Evans, BH., Berg, G. I., Blom, D. J. , Brown, S. L., & Carrihill,M. M., et al. The 2012 JEMDSA Guideline for the management of type 2 diabetes(revised). Journal of Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa-JEMDSA, 2012
Antari, G.A.A., Rasdini, I.G.A., & Triyani, G.A.P. Besar Pengaruh Dukungan Sosialterhadap Kualitas Hidup pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik InternaRSUP Sanglah. Diakses dari http://www.unud.ac.id pada tanggal 13 mei 2016, 2011.
ADA. Diagnosis and classification of diabetes mellitus (Position statement). Diabetes Care,36(1), 67–74. doi:10.2337/dc13-S067, 2013.
Black, J.M. & Hawks, J. H. Medical Surgical Nursing. St louis: Elsevier Saunders, 2005.
Bintanah, S; Handarsari, E. Asupan Serat Kadar Gula Darah, kadar Kolesterol Total, danStatus Gizi pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Roemani Semarang.UNIMUS, 2012.
Beckerle, C. M., & Lavin, M. A. Association of self-efficacy and self-care with glycemiccontrol in diabetes. Diabetes Spectrum, 26 (3), 172–178.doi:10.2337/diaspect.26.3.172, 2013.
Coffman, M.J. Effect of tangible social support and depresion on diabetes self efficacy.Journal of GerontologicalNursing, 34 (4), 32 – 39, 2008.
DeCoste, K. C., & Scott, L. K. Diabetes update: Promoting effectivedisease management. American Association of Occupational Health NursesJournal, 2004
Friedman, M.M, Bowden, V.R & E.G. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, DanPraktik, Alih Bahasa, Akhir Yani S. Hamid Dkk; Ed 5. Jakarta: EGC, 2010.
Gamara, S. E. Hubungan Antara Pengetahuan Perawatan dengan Kemampuan ManajemenPerawatan Diri pada Pasien Diabetes Mellitusdi Rumah Sakit Umum DaerahKuningan 45 Kuningan 2013, 2013.
Goz, F., Karaoz, S., Goz, M., Ekiz, S., & Cetin, I. Effect of diabetic patient’s perceived socialsupport on their quality of life. Journal of Clinical Nursing, 16,1353-1360, 2007.
Harris, P., Mann, L., Phillips, P., & Webster, C. (2012). Diabetes management ingeneral practice: Guidelines for type 2 diabetes. (8thed.). Sydney: Diabetes Australia.Retrieved from http://www.diabetesaustralia.com.au/ Documents/DA/What's%20New/12.10.02%20Diabetes%20Management%20in%20General%20Practice.pdf
Hirsch, I. B., Bode, B. W., Childs, B. P., Close, K. L., Fisher, W. A., Gavin, J. R., et al. Self-monitoring of blood glucose (SMBG) in insulin- and non-insulin-using adults withdiabetes: Consensus recommendations for improving SMBG accuracy, utilization, andresearch. Diabetes Technology & Therapeutics, 2008.
Harnilawati. Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Takalar: Pustaka As Salam, 2013.
Hensarling, J. Development and psychometric testing of Hensarling’s diabetes family supportscale, a dissertation. Degree of Doctor of Philosophy in the Graduate School of theTexa’s Women’s University. Diakses dari www.proquest.com pada tanggal 25Desember 2015, 2009.
Hidayat, A. Aziz. Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika, 2011.
Hunt, C. W., Wilder, B., Steele, M. M., Grant, J. S., Pryor, E. R., & Moneyham, L.Relationships among self-efficacy, social support, social problem solving, and self-management in a rural sample living with type 2 diabetes mellitus.Research and Theoryfor Nursing Practice: AnInternational Journal, 26(2), 126–141. doi:10.1891/1541-6577.26.2.126, 2012.
International Diabetes Federation. One Adult In Ten Will Have Diabetes By 2030.Diakses dari http://www.idf.org/media-events/press-releases/2011/diabetes-atlas-8th-edition, 2011
IDF. Global guideline for type 2 diabetes. Brussels, Belgium: The Author.Retrieved from http://www.idf.org/sites/default/files/IDF-Guideline-for-Type-2-Diabetes.pdf, 2012.
IDF. Global guideline for type 2 diabetes. Brussels, Belgium: The Author.Retrieved from http://www.idf.org/sites/default/files/IDF-Guideline-for-Type-2-Diabetes.pdf, 2014.
Irawan, Dedi. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di DaerahUrban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). ThesisUniversitasIndonesia, 2010
Ira Ferawati. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum pada pasien DMtipe 2 di RSUD Prof.DR. Morgono Soekarjo Purwokerto, 2014.
Isa Wahyuningsih. Manajemen diri penderita DM di desa pekuwon, kec bangsalkab.mojokerto, 2014.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Indonesia.Jakarta: Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan, 2013.
Lanywati. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Lincol,A. What to expect diabetes. Diperoleh tanggal 9 Juli 2014 darihttp://www.mayoclinic.com, 2010.
Nair, M. Nursing management of the person with diabetes mellitus. Part 2.British Journal of Nursing, 2007.
Nyunt, S. W., Howteerakul, N., Suwannapong, N., & Rajatanun, T. Selfefficacy, self-carebehaviors and glycemic control among type-2 diabetes patients attending two privateclinics in Yangon, Myanmar. Southeast Asian Journal of Tropical Medicine and PublicHealth, 41(4), 943–951, 2010.
Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007.
Saini, sukma.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Pasien Diabetes MelitusDalam Melakukan Pemeriksaan Glukosa Darah Di Rsud Pringsewu Tahun 2014diakses dari http://dokumen.tips/education/jurnal-elyasari.html, 2014.
Schmit, Andreas et.al. The diabetes self management questionnaire (DSMQ): DevelopmentAnd Evaluation Of An Instrument To Assess Diabetes Self Care Activities AssociatedWith Glycaemic Control. Health Adn Quality Of Life Outcomes. Access Ofhttp:Biomedical.co.id, 2013.
Senuk et. Al. Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarg A Dengan KepatuhanMenjalani Diet Diabetes Melitus Di Poliklinik Rsud Kota Tidore Kepulauan ProvinsiMaluku Utara. Diakses darihttp://download.portalgaruda.org/article.php?article=140940&val=5798, 2013.
Soegono, Sidartawan. Hidup Secara Mandiri dengan: Diabetes Mellitus, Kencing Manis,Sakit Gula.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008.
Scollan-Koliopoulos, M., Walker, E. A., & Bleich, D. Perceived Risk of Amputation,Emotions, and Foot Self-Care Among Adults With Type 2 Diabetes. The DiabetesEducator, 36, 473-483, 2010.
Scollan-Koliopoulos, M., Walker, E. A., & Rapp, K. J. Self-Regulation Theory and theMultigenerational Legacy of Diabetes. The Diabetes Educator, 37, 669-680, 2011.
Sujaya, I Nyoman. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor RisikoDiabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No.1 hal:75-81,2009.
Soegondo, S. Farmakologi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2, dalamsudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.,& Setiati, S: Buku ajar ilmupenyakit dalam (cetakan ke-3) (hlm 1882-1885). Jakarta: pusat penerbit departemenilmu penyakit dalam FKUI, 2006
Setyorogo & Trisnawati. Faktor resiko kejadian diabetes melitus tipe 2 diPuskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012. Diperolehtanggal 9 april2016 dari http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel2.vol 5 no 1_shara.pdf, 2012.
Shigaki, C., Krusel, R.L., Mehr, D.,Sheldon, K.M., Ge, B., Moore, C.,and Lemaster, J.Motivation and diabetes selfmanagement(abstract). Diunduh pada tanggal 20 april2016 dari .http://www. ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/ 20675362, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta. 2012
Svartholm, E., & Nylander, E. Self care activities of patients with diabetes mellitus type 2in Ho Chi Minh City. Master’s Thesis. Retrieved fromhttp://www.divaportal.org/smash/get/diva2:322414/FULLTEXT01.pdf , 2010.
Tandra, Hans. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes: PanduanLengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan Cara Cepat dan Mudah.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Tamara, Ervy dkk, Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kualitas Hidup PasienDiabetes Mellitus Tipe II Di Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau, 2014.
Tri juliansyah, veny elita, bayhakki. Hubungan dukungan keluarga dengan mekanismekoping pasien diabetes mellitus, 2014
Wasis. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC, 2008.
WHO. Definition And Diagnosis Of Diabetes Mellitus And Intermediate Hyperglikemia.WHO Library catalaguing in publication data, 2006.
Wardani, Et. Al. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Pengendalian Kadar Gula DarahDengan Gejala Komplikasi Mikrovaskuler Diakses darihttp://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jbef4166aa5ccfull.pdf, 2014
Xu, Y., Pan, W., & Liu, H. Self-management practices of ChineseAmericans with type 2diabetes. Nursing and Health Sciences, 12, 228–234. doi:10.1111/j.1442-2018.2010.00524.x, 2010.
Xu yin, toobert, D., Savage, C., Pan, W., & whitmer, K. Factor influencing diabetes selfmanagement in chinese people with type 2 diabetes. Research in nursing & health, 31,613-625, 2008.
Yoo, H., Kim, C. J., Jang, Y., & You, M-A. Self-efficacy associated withself-management behaviours and health status of South Koreans with chronicdiseases. International Journal of Nursing Practice, 17, 599–606. doi:10.1111/j.1440-172X.2011.01970.x, 2011.
LAMPIRAN
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRIPENDERITA DM DI POSBINDU KELURAHAN PISANGAN DAN CIRENDEU
TANGERANG SELATAN TAHUN 2016
Assalamualaikum Wr. Wb
Salam sejahtera
Nama : Fatimah
NIM : 1112104000040
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan sedang melaksanakan
penelitian untuk skripsi sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan pendidikan keperawatan
sebagai sarjana keperawatan (S.Kep).
Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan
penelitian. Untuk itu saya harap dengan segala kerendahan hati agar sekiranya bapak atau ibu
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner yang telah disediakan. Kerahasiaan
jawaban ibu dan bapak akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.
Kuisioner ini saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang anda
rasakan dan apa yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang
baik untuk penelitian ini.
Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi bapak dan ibu dalam pengisian
kuisioner ini. Apakah bapak atau ibu bersedia menjadi responden?
YA/TIDAK
Tertanda
Responden
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Kode Responden: (diisi oleh peneliti)
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah dengan cermat dan teliti pada setiap item pertanyaan
2. Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan kondisi yang
dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan yang dipilih.
3. Isilah titik-titik yang tersedia dengan jawaban yang benar.
A. Karakterisitik Responden
Nama (inisial) : ..................................................................
Umur : ..................................tahun
Jenis kelamin : laki-laki perempuan
Pendidikan : 1. Tidak sekolah
2. SD
3. SMP
4. SMA
5. PT
B. Lama menderita Diabetes Mellitus (DM) :.................... Tahun ....................bulan
C. Keluarga yang selama ini merawat :
Suami istri anak ayah/ ibu cucu
Yang lain sebutkan......................
DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai dengan
kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada pilihan
yang dipilih.
Pilihan Jawaban:
Selalu : jika pernyataan tersebut selalu dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang nilai
0-10, dinilai 9-10).
Sering : jika pernyataan tersebut sering dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang
nilai 0-10, dinilai 7-8).
Jarang : jika pernyataan tersebut jarang dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika rentang
nilai 0-10, dinilai 5-6).
Tidak pernah : jika pernyataan tersebut tidak pernah dilakukan oleh keluarga (misalnya: jika
rentang nilai 0-10, dinilai 0-4).
No Pernyataan Tidak
pernah
Jarang Sering Selalu
1. Keluarga memberi saran supaya saya kontrol ke dokter
2. Keluarga memberi saran untuk mengikuti edukasi diabetes
3. Keluarga memberikan informasi baru tentang diabetes kepada saya
4. Keluarga mengerti saat saya mengalami masalah yang berhubungan
dengan diabetes
5. Keluarga mendengarkan jika saya bercerita tentang diabetes
6. Keluarga mengerti perasaan saya saat mengalami diabetes
7. Informasi dari keluarga membuat saya merasa mudah memahami
tentang diabetes
8. Keluarga mengingatkan saya untuk mengontrol gula darah jika saya
lupa
9. Keluarga membantu usaha saya untuk olah raga
10. Keluarga mendorong saya untuk mengikuti rencana diet/makan
11. Keluarga membantu saya untuk menghindari makanan yang manis
12. Keluarga makan makanan yang tidak boleh saya makan didekat saya
13. Keluarga merasa kesusahan terhadap diabetes yang saya alami
14. Keluarga mengingatkan saya untuk memesan obat diabetes
15. Meminta bantuan kepada keluarga membuat saya merasa mudah
dalam mengatasi masalah diabetes
16. Keluarga mengingatkan saya tentang jadwal diet yang teratur
17. Keluarga merasa terganggu dengan diabetes saya
18. Keluarga menyarankan untuk memeriksakan mata saya ke dokter
19. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kaki saya ke dokter
20. Keluarga mendorong saya untuk periksa gigi ke dokter
21. Saya merasakan kemudahan meminta bantuan keluarga untuk
mendukung perawatan diabetes saya
22. Keluarga menyediakan makanan sesuai diet saya
23. Keluarga mendukung usaha saya untuk makan makanan sesuai diet
24. Keluarga tidak menerima bahwa saya menderita diabetes
25. Keluarga mendorong saya untuk memeriksakan kesehatan saya
26. Keluarga membantu ketika saya cemas dengan diabetes
27. Keluarga mengerti ketika saya sedih dengan diabetes
28. Keluarga memahami cara membantu saya dalam mengatasi diabetes
29. Keluarga membantu untuk membayar pengobatan diabetes.
MANAJEMEN DIRI
Petunjuk pengisian : Pilih salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai
dengan kondisi yang dialami dengan memberi tanda ceklis (√) pada
pilihan yang dipilih.
Pilihan Jawaban:
Sesuai : jika pernyataan tersebut sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan (misalnya:
jika rentang nilai 0-10, dinilai 9-10).
Cukup sesuai : jika pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 7-8).
Kurang sesuai : jika pernyataan tersebut kurang sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 5-6).
Tidak sesuai : jika pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang bapak/ibu lakukan
(misalnya: jika rentang nilai 0-10, dinilai 0-4).
No Pernyataan
Pernyataan berikut ini menggambarkan kegiatan perawatan diri
terkait dengan diabetes. Berpikirlah tentang perawatan diri Anda
selama 8 minggu terakhir, sebutkan sejauh mana setiap pernyataan
sesuai untuk Anda.
Tidak
sesuai
Kurang
sesuai
Cukup
sesuai
Sesuai
1. Saya memeriksakan kadar gula darah saya dengan penuh perhatian.
2. Makanan yang saya konsumsi memudahkan dalam mencapai nilai
gula darah yang normal.
3. Semua dokter menyarankan pengobatan terkait dengan diabetes.
4. Saya mengkonsumsi obat diabetes (misalnya insulin, tablet) sesuai
saran yang telah dianjurkan.
5. Biasanya saya selalu memakan makanan manis dan makanan lain
yang mengandung karbohidrat ( seperti nasi, roti, jagung, ubi dll).
6. Saya rutin melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur.
7. Saya jarang menemui dokter untuk berkonsultasi terkait pengobatan
diabetes.
8. Saya melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk mencapai nilai
gula darah yang normal.
9. Saya mengkonsumsi makanan yang disarankan oleh dokter atau
dokter spesialis diabetes.
10. Saya tidak sering memeriksakan kadar gula darah seperti yang telah
dianjurkan untuk mencapai nilai gula darah normal.
11. Saya kurang beraktivitas fisik, meskipun saya tahu hal itu dapat
mengontrol diabetes saya.
12. Saya sering lupa untuk mengkonsumsi obat diabetes saya (misalnya
insulin, tablet).
13. Kadang-kadang saya tidak bisa mengatur pola makan yang
berlebihan.
14. Terkait perawatan diabetes yang saya lakukan, saya harus lebih
sering berkunjung ke pelayanan kesehatan.
15. Saya cenderung mengabaikan aktivitas fisik yang telah
direncanakan.
16. Saya kurang memperhatikan perawatan diri terkait diabetes yang
saya alami.
Lampiran 5
Uji validitas dan reliabilitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 143,27 287,720 ,627 ,699
p2 143,70 301,045 ,181 ,714
p3 143,90 297,197 ,339 ,709
p4 143,53 300,947 ,329 ,712
p5 143,33 299,264 ,442 ,710
p6 143,33 308,920 -,052 ,719
p7 143,73 303,926 ,165 ,715
p8 143,47 296,533 ,483 ,707
p9 143,80 309,752 -,071 ,721
p10 143,90 289,679 ,690 ,700
p11 143,50 287,086 ,724 ,697
p12 144,63 301,275 ,266 ,713
p13 144,90 297,955 ,331 ,710
p14 143,43 296,668 ,380 ,708
p15 143,50 306,741 ,066 ,718
p16 143,97 290,171 ,549 ,701
p17 145,03 298,654 ,351 ,710
p18 144,37 308,999 -,041 ,722
p19 144,37 297,895 ,291 ,710
p20 144,57 290,530 ,578 ,701
p21 143,60 294,869 ,579 ,705
p22 144,00 294,552 ,451 ,706
p23 143,83 293,454 ,546 ,704
p24 144,83 296,764 ,373 ,708
p25 143,47 300,051 ,309 ,711
p26 143,77 301,357 ,289 ,712
p27 143,77 301,840 ,247 ,713
p28 143,50 298,672 ,505 ,709
p29 143,40 303,559 ,203 ,715
total 73,20 77,131 1,000 ,802
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,718 30
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
146,40 308,524 17,565 30
Manajemen diri
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,635 17
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
p1 62,53 94,809 ,412 ,623
p2 62,83 92,282 ,361 ,616
p3 62,43 97,013 ,153 ,633
p4 62,30 97,872 ,197 ,635
p5 63,87 103,775 -,309 ,669
p6 62,43 95,426 ,411 ,625
p7 63,80 83,476 ,563 ,582
p8 63,40 93,283 ,211 ,625
p9 63,07 99,789 -,108 ,655
p10 64,07 90,409 ,291 ,616
p11 63,53 89,292 ,371 ,608
p12 63,87 91,292 ,259 ,620
p13 63,17 96,902 ,032 ,642
p14 62,53 97,430 ,073 ,636
p15 63,83 88,144 ,417 ,603
p16 63,97 83,068 ,548 ,581
tot_skor 32,63 24,654 1,000 ,417
Lampiran 6
Analisa umur
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
45-59 22 62,9 62,9 62,9
60-75 11 31,4 31,4 94,3
76-90 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
umur ,124 35 ,190 ,951 35 ,120
a. Lilliefors Significance Correction
jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 5 14,3 14,3 14,3
perempuan 30 85,7 85,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Tingkat pendidikan
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak Sekolah 5 14,3 14,3 14,3
SD 18 51,4 51,4 65,7
SMP 7 20,0 20,0 85,7
SMA 4 11,4 11,4 97,1
PT 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Keluarga yang selama ini merawat
keluarga_yang_selama_ini_merawat
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Suami 14 40,0 40,0 40,0
Istri 6 17,1 17,1 57,1
Anak 13 37,1 37,1 94,3
Ayah/Ibu 2 5,7 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
Kadar glukosa darah sewaktu
Descriptives
Statistic Std. Error
kadar_glukosa_darah_sewaktu
Mean 249,26 12,200
95% Confidence Interval for MeanLower Bound 224,46
Upper Bound 274,05
5% Trimmed Mean 243,67
Median 231,00
Variance 5209,726
Std. Deviation 72,178
Minimum 148
Maximum 499
Range 351
Interquartile Range 109
Skewness 1,330 ,398
Kurtosis 2,736 ,778
lama_menderita_dm
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1-5 tahun 32 91,4 91,4 91,4
6-10 tahun 2 5,7 5,7 97,1
>10 tahun 1 2,9 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Dukungan keluarga
dukungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 13 37,1 37,1 37,1
kurang baik 22 62,9 62,9 100,0
Total 35 100,0 100,0
Manajemen diri
manajemen
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Baik 16 45,7 45,7 45,7
kurang baik 19 54,3 54,3 100,0
Total 35 100,0 100,0
Group Statistics
manajemen_diri N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
umurkurang baik 20 56,75 7,055 1,578
baik 15 59,93 9,625 2,485
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error