Top Banner

of 20

Hubungan Efek Rumah Kaca

Jan 06, 2016

Download

Documents

Savierher

efek rumah kaca
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan PerubahanIklim17 Juli 2008 La An Secara umum iklim merupakan hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik dimana parameter-parameternya adalah seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim merupakan suatu kondisi rata-rata dari cuaca, dan untuk mengetahui kondisi iklim suatu tempat, diperlukan nilai rata-rata parameterparameternya selama kurang lebih 10 sampai 30 tahun. Iklim muncul setelah berlangsung suatu proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem peredaran udara, selain itu matahari dalam memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi dari waktu ke waktu. Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya. Secara alamiah sinar matahari yang masuk ke bumi, sebagian akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa. Sebagian sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi disebut gas rumah kaca, sehingga sinar tersebut terperangkap dalam bumi. Peristiwa ini dikenal dengan efek rumah kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

Efek Rumah KacaPeristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada ERK maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih dingin. Gas Rumah Kaca (GRK) seperti CO2 (Karbon dioksida),CH4(Metan) dan N2O (Nitrous Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) and SF6 (Sulphur hexafluoride) yang berada di atmosfer dihasilkan dari berbagai kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan. GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida, menyebabkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.Berubahnya komposisi GRK di atmosfer, yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia menyebabkan sinar matahari yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa, sebagian besar terperangkap di dalam bumi akibat terhambat oleh GRK tadi. Meningkatnya jumlah emisi GRK di atmosfer pada akhirnya menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi, yang kemudian dikenal dengan Pemanasan Global.Sinar matahari yang tidak terserap permukaan bumi akan dipantulkan kembali dari permukaan bumi ke angkasa. Setelah dipantulkan kembali berubah menjadi gelombang panjang yang berupa energi panas. Namun sebagian dari energi panas tersebut tidak dapat menembus kembali atau lolos keluar ke angkasa, karena lapisan gas-gas atmosfer sudah terganggu komposisinya. Akibatnya energi panas yang seharusnya lepas keangkasa (stratosfer) menjadi terpancar kembali ke permukaan bumi (troposfer) atau adanya energi panas tambahan kembali lagi ke bumi dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga lebih dari dari kondisi normal, inilah efek rumah kaca berlebihan karena komposisi lapisan gas rumah kaca di atmosfer terganggu, akibatnya memicu naiknya suhu rata-rata dipermukaan bumi maka terjadilah pemanasan global. Karena suhu adalah salah satu parameter dari iklim dengan begitu berpengaruh pada iklim bumi, terjadilah perubahan iklim secara global.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan terjadinya kenaikan suhu, mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan laut, bergesernya garis pantai, musim kemarau yang berkepanjangan, periode musim hujan yang semakin singkat, namun semakin tinggi intensitasnya, dan anomaly-anomali iklim seperti El Nino La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD). Hal-hal ini kemudian akan menyebabkan tenggelamnya beberapa pulau dan berkurangnya luas daratan, pengungsian besar-besaran, gagal panen, krisis pangan, banjir, wabah penyakit, dan lain-lainnya

Dampak rumah kaca

Dampak efek rumah kaca sebenarnya memang terasa bagi yang jernih menyadarinya. Efek dari rumah kaca memang ada karena suhu iklim yang meninggi akibat pemanasan global pada era sekarang ini. Bumi semakin panas akibat perilaku manusia penghuninya yang tak sehat dan tak menjaga bumi sepenuh hati. Coba rasakan suhu di kala siang bahkan malam hari, kebanyakan suhu panas dan membuat kita mudah berkeringat sering terjadi. Itu salah satu bukti akibat pemanasan global yang makin merajalela.Dampak efek rumah kaca sebenarnya memang terasa bagi yang jernih menyadarinya. Efek dari rumah kaca memang ada karena suhu iklim yang meninggi akibat pemanasan global pada era sekarang ini. Bumi semakin panas akibat perilaku manusia penghuninya yang tak sehat dan tak menjaga bumi sepenuh hati. Coba rasakan suhu di kala siang bahkan malam hari, kebanyakan suhu panas dan membuat kita mudah berkeringat sering terjadi. Itu salah satu bukti akibat pemanasan global yang makin merajalela.

Dalam bukunya yang berjudul What are Global Warming and Climate Change? Answers for Young Readers, Chuck McCuthcheon mendaftarkan 10 fakta tentang efek rumah kaca. Ini fakta - faktanya.

1. Dari 900 artikel tentang perubahan iklim yang terbit antara 1993 sampai 2003, tidak ada yang mendepat pendapat kalau manusia adalah salah satu penyebab utama pemanasan global.2. Dalam 50 tahun terakhir, suhu Alaska meningkat 5,5 derajat Fahrenheit atau 14,72 derajat Celcius.3. Penerbangan dianggap berdampak terhadap perubahan iklim sebesar 3,5 persen. Angka itu diprediksi bisa mencapai 15 persen pada tahun 2050, seiring peningkatan lalu lintas udara.4. Jika kondisi penggunaan kertas di China sama dengan di Amerika Serikat, produksi kertas harus ditingkatkan hingga 2 kali lipat.5. Perubahan iklim bisa membuat harga makanan meningkat. Contohnya, produksi avokad california diperkirakan akan turun 40 persen dalam waktu 40 tahun mendatang. Sesuai hukum ekonomi, harganya akan meningkat.6. Di Amerika Serikat, pembuatan pupuk kompos menghasilkan sepertiga metanol dari seluruh produksi gas hasil rumah kaca tersebut.7. Perubahan iklim akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk. Iklim yang panas membuat populasi capung dan katakhewan pemakan nyamuk semakin berkurang.8. Kulkas saat ini 70 persen lebih hemat listrik ketimbang kulkas yang diproduksi pada tahun 1970-an.9. Mencuci perabotan makan secara sekaligus mengurangi sekitar 45 kilogram karbon per tahun ketimbang mencuci sebagian - sebagian.10. Membuat komputer sleep pada saat ditinggalkan mengirit pengeluaran karbon nyaris 500 kilogram per tahun ketimbang mengaktifkan screen saver.

Pemanasan globalDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980.Pemanasan global(Inggris: global warming adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18C (1.33 0.32F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4C (2.0 hingga 11.5F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

A. Pengenalan Efek Rumah KacaEfek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi.Dalam skala yang lebih kecil hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau green house effect. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau green house gases.B. Pengaruh Rumah KacaPengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang, kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan mengabsorpsikan sebagian besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer.Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang diabsorpsikan tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar dengan panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut pengaruh rumah kaca.Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari yaitu sinar inframerah sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik.C. Mekanisme TerjadinyaProses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah, gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini akan tertahan oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar. Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air, karbon dioksida, dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca sebagai gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun dengan panjang gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan suhu yang di luar rumah kaca.D. Dampak Rumah KacaMeningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda.Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.E. Usaha Mengurangi Efek Rumah KacaBanyak hal gampang yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan elektronik saat tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar listrik, juga mengurangi polusi karena penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin memanggil tukang servis AC. Carpooling atau berangkat bareng teman atau keluarga ke sekolah, tempat les, atau mal. Selain mengurangi kemacetan, kita juga menghemat energi. Saat mencetak tugas, usahakan memakai dua sisi kertas. Plastik adalah bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau dibakar, plastik akan menjadi zat racun atau polusi. Pemakaian kantong plastik saat belanja harus dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah. Coba deh pakai tas karton atau tas kanvas.

PENUTUPKesimpulan1. Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi sehingga mempengaruhi iklim secara global.2. Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap berlangsungnya kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa. 3. Efek rumah kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan kerugian pada manusia dan makhluk hidup lainnya.Saran1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar sebaiknya lebih diefisienkan.2. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah lingkungan. 3. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar karbon dioksida.4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata surya.5. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan pemeliharaan kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain melaksanakan program Langit Biru untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah di ambang batas terutama di kota-kota besar seperti Jakarta.6. Efek rumah kaca yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan ekologi yang sulit ditebak, seperti perubahan suhu dan pola hutan yang mengurangi produktivitas pertanian.7. Kerugian Indonesia di bidang pertanian karena perubahan iklim yang disebabkan oleh dampak efek rumah kaca diperkirakan sangat besar. ANGLAS (Asian Least Gost Greenhouse Gas Abatement Strategy) memaparkan bahwa efek rumah kaca mengakibatkan antara lain: naiknya permukaan air laut, krisis air bersih, meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai, dan menurunnya produksi pertanian.Waspadai Efek Rumah Kaca dan Dampak Terhadap LingkunganBanjarmasinpost.co.id - Rabu, 19 Oktober 2011 | 15:39 Wita

BANJARMASINPOST.CO.ID - Sebagian besar masyarakat dunia, khususnya di Indonesia tentu telah merasakan perubahan suhu dan cuaca yang terjadi sejak dua puluh tahun terakhir.

Perubahan cuaca secara ekstrim terjadi akibat dampak pemanasan global yang lebih disebabkan faktor peningkatan emisi karbon akibat pembakaran bahan bakar fosil, menimbulkan kecenderungan terhadap efek gas rumah kaca.

Negara-negara industri maju dan berkembang, dituntut untuk melakukan aksi nyata pengurangan emisi karbon dan kecenderungan peningkatan efek rumah kaca.

Protokol Kyoto merupakan sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang menyetujui untuk menerapkannya, dituntut berkomitmen untuk mengurangi emisi atau pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

Melalui Protokol Kyoto diprediksi akan mengurangi rata-rata cuaca global antara 0,02 derajat celcius dan 0,28 derajat celcius pada tahun 2050.

Sementara, pemerintah Indonesia menargetkan hingga 2020 penurunan gas karbon dan emisi gas rumah kaca dapat mencapai 26 persen, guna menanggulangi penyebab kerusakan Ozon.

Dari 26 persen upaya penurunan gas karbon dan emisi gas rumah kaca, 14 persen diantaranya dilakukan melalui reboisasi dan pencegahan menurunnya luas hutan secara signifikan.

Selanjutnya, enam persen upaya penurunan gas karbon dan emisi gas rumah kaca, dilakukan melalui kebijakan untuk mengefesiensikan penggunaan energi yang tidak dapat terbarukan dengan konsep pembangunan rumah atau gedung yang banyak masuk cahaya, sehingga penggunaan listrik dapat dihemat.

Enam persen lagi upaya penurunan dampak emisi gas karbon melalui pengolahan limbah domestik, limbah cair dan B3 (bahan berbahaya dan beracun).

Menurut Guru Besar Ilmu Lingkungan Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si perubahan suhu secara kasat mata memang tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar.

"Suhu semakin panas, terik matahari di siang hari yang menyengat. Terkadang di siang hari sengatan matahari begitu terik, di sorenya tiba-tiba saja hujan lebat mengguyur. Inilah yang disebut dengan cuaca ekstrim, yang melanda sebagian besar belahan dunia, termasuk Indonesia yang merupakan efek rumah kaca tersebut," katanya di Padang, Minggu.

Di Sumatera Barat yang 80 persen kawasannya adalah perbukitan dan hutan tropis, efek rumah kaca juga telah dirasakan sejak lima tahun terakhir.

Ia menjelaskan, efek rumah kaca merupakan istilah atau dalam bahasa inggris disebut dengan "green house effect". Istilah itu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang, yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayuran dan juga bunga-bungaan.

Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, katanya.

Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam rumah kaca sebagai gelombang panas yang terperangkap dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.

"Dari pengalaman para petani itulah dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir, sehingga muncullah istilah efek rumah kaca," katanya.

Lapisan atmosfir paling bawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca. Sekitar 35 persen dari radiasi matahari tidak sampai ke bumi. Sisanya yang 65 persen masuk ke dalam troposfir.

Dari 65 persen cahaya matahari yang ada di troposfir sekitar 51 persen radiasi sampai ke permukaan bumi. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap oleh tumbuhan, tanah dan air laut dan sebagian dipantulkan.

"Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah," katanya.

Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik.

"Dari kondisi itu maka terjadilah efek rumah kaca. Sementara gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca," katanya.

Menurut dia, efek rumah kaca itu sangat penting karena jika tidak ada efek rumah kaca, maka suhu rata-rata bumi bisa mencapai minus 180 derajat celcius. Jadi dengan adanya efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia.

Suhu meningkat panas yang terjadi saat ini diakibatkan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca secara global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak termasuk pembakaran lahan dan hutan.

"Hal tersebut merupakan penyebab dominan pemanasan global yang terjadi saat ini," katanya.

Pengurangan dampak negatifMenurut Koordinator Pusat Studi Lingkungan Wilayah I Sumatera Prof Dr Ir Nasfryzal Carlo MSc, ancaman tersebut sudah dirasakan dengan fakta-fakta menunjukan bahwa, pertama, es di kutub utara dan selatan telah mencair sehingga menambah volume dan permukaan air laut yang akhirnya membawa dampak banjir rob tanpa turunnya hujan.

"Fakta kedua, pola hujan berubah-ubah; dulu guru kita mengajarkan bahwa musim hujan dimulai pada September hingga Maret dan musim kemarau pada April-Agustus. Tetapi, kini pada bulan yang berakhiran `ber` beberapa tempat tidak terjadi hujan bahkan terjadi musim kemarau sehingga masyarakat sulit mencari air," katanya.

Ia menyebutkan, dari hasil penelitian ditemukan bahwa musim kemarau mengalami percepatan 40 hari dan musim hujan mundur sampai 40 hari.

Artinya, kemarau menjadi lebih lama 80 hari dan musim hujan berkurang 80 hari. Dengan demikian, prediksi kedatangan musim hujan ataupun kemarau sulit ditentukan, dan mengakibatkan kerugian bagi petani akibat tidak tepatnya dalam penentuan musim tanam.

"Fakta ketiga, sering terjadinya gelombang El Nino dan La Nina," katanya.

El Nino menyebabkan kekeringan dan suhu yang lebih panas dan terjadinya serangan gelombang panas. Sedangkan La Nina merangsang peningkatan curah hujan di atas normal, katanya.

Fakta lain, lanjut dia, mencairnya gletser-gletser sebagai cadangan air dunia. Terakhir, perubahan iklim juga dituding sebagai penyebab berkembangnya serangga ulat bulu (desiciria inclusa) di Probolinggo yang juga sudah sampai di Sumbar.

Menurut Nasfryzal Carlo yang juga Direktur Pascasarjana Universitas Bung Hatta Padang, ada enam gas yang dinyatakan sebagai gas rumah kaca dengan kondisi berbeda memerangkap panas dan meningkatkan suhu udara, samudera, dan permukaan bumi.

Polutan pertama adalah karbondioksida (CO2) dari pembakaran batu bara untuk listrik dan pemanas, pembakaran produk dari fosil seperti bensin, solar, bahan bakar pesawat pada kegiatan transportasi dan industri.

"CO2 juga berasal dari akibat perubahan tata guna lahan yang disebabkan karena kebakaran hutan, pembukaan hutan akibat eksplotasi dan eksplorasi dalam pertambangan," katanya.

Penyebab kedua adalah metana yang dibuat manusia dari aktivitas pertanian, kotoran ternak, penanaman padi, dan dari limbah organik di tempat pembuangan sampah.

"Jelaga atau karbon hitam yang berasal dari pembakaran kayu, kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman pangan untuk memasak dan pabrik batu bata menjadi penyebab ketiga pemanasan global," katanya.

Penyebab keempat, lanjut dia, berasal dari bahan-bahan kimia khloroflorokarbon (CFC) yang banyak dijumpai pada peralatan pendingin (kulkas, AC) dan tabung penyemprot parfum.

Karbon monoksida dan senyawa organik yang mudah menguap volatile organic compound (VOC) merupakan penyebab pemanasan global kelima.

Karbon monoksida, katanya, paling banyak dihasilkan dari knalpot mobil-mobil dan motor di jalan raya. VOC berasal dari proses-proses industri dunia.

Penyebab terakhir adalah nirus oksida yang berasal dari proses pertanian yang mengandalkan pupuk nitrogen atau pupuk amonia yang berbahan dasar kimia.

Pengertian efek rumah kaca, Istilah efek rumah kaca atau dalam bahasa inggris disebut dengan green house effect ini dulu berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam sayur mayur dan juga bunga bungaan. Mengapa para petani menanam sayuran di dalam rumah kaca ? Karena di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca. Suhu di dalam rumah kaca bisa lebih tinggi dari pada di luar, karena Cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar infra merah, tapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan rumah kaca tersebut. itulah gambaran sederhana mengenai terjadinya efek rumah kaca atau disingkat dengan ERL.kemudian dari pengalaman para petani di atas dikaitkan dengan apa yang terjadi pada bumi dan atmosfir. Lapisan atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek rumah kaca atau ERK. Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik. Terjadilah Efek Rumah Kaca. Gas yang menyerap sinar inframerah disebut Gas Rumah Kaca disingkat dengan GRK.Seandainya tidak ada ERK, suhu rata-rata bumi akan sekitar minus 180 derajat C terlalu dingin untuk kehidupan manusia. Dengan adanya ERK, suhu rata-rata bumi 330 derajat C lebih tinggi, yaitu 150 derajat C. jadi dengan adanya efek rumah kaca menjadikan suhu bumi layak untuk kehidupan manusia.Namun, ketika pancaran kembali sinar inframerah terperangkap oleh CO2 dan gas lainnya, maka sinar inframerah akan kembali memantul ke bumi dan suhu bumi menjadi naik. Dibandingkan dengan pada tahun 50-an misalnya, saat ini suhu bumi telah naik sekitar 0,20 derajat C lebih.Hal tersebut bisa terjadi karena berubahnya komposisi GRK (gas rumah kaca), yaitu meningkatnya konsentrasi GRK secara global akibat kegiatan manusia terutama yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, memasak. Selain itu GRK juga dihasilkan dari pembakaran dan penggundulan hutan serta aktivitas pertanian dan peternakan, GRK yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti karbondioksida, metana, dan nitroksida. hal tersebut di atas juga merupakan salah satu penyebab pemanasan global yang terjadi saat ini.gambar di bawah ini merupakan contoh dari efek rumah kaca yang sudah berubah komposisi gas rumah kaca nya,