Top Banner
HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU MENYUSUI YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Disusun Oleh : SHERLY APRILIA MARYANI J 410 130 013 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
20

HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

Apr 29, 2019

Download

Documents

buikhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU

MENYUSUI YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Disusun Oleh :

SHERLY APRILIA MARYANI J 410 130 013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

 

Page 2: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

i  

Page 3: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

ii  

Page 4: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

iii  

Page 5: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

1  

HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP ROKOK, DAN LAMA PEMBERIAN ASI DENGAN TEKANAN DARAH IBU MENYUSUI

YANG MEMILIKI RIWAYAT HIPERTENSI SAAT HAMIL DI KOTA SURAKARTA

Abstrak Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan hasil Riskesdas (2013) pada umur ≥18 tahun adalah 25,8%. Gangguan tekanan darah tinggi di Propinsi Jawa Tengah paling banyak dialami wanita dengan persentase 29,8%. Angka prevalensi ibu hamil yang mengalami hipertensi adalah 12% (WHO, 2012), namun tidak diketahui apakah setelah melahirkan gangguan tekanan darah tersebut menurun atau tidak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama menyusui dengan tekanan darah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan desain rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sejumlah 105 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil sebanyak 87 orang yang diambil secara simple random sampling. Uji hipotesis menggunakan Korelasi Rank Spearman’s rho. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara durasi waktu tidur (p value= 0,372), tidak ada hubungan antara paparan asap rokok keseluruhan (p value= 0,285) tidak ada hubungan antara paparan asap rokok di lingkungan keluarga (p value= 0,684), tidak ada hubungan paparan asap rokok di lingkungan kerja (p value= 0,140), tidak ada hubungan paparan asap rokok di lingkungan pergaulan (p value= 0,315), tidak ada hubungan paparan asap rokok transportasi (p value= 0,829) dengan tekanan darah pada ibu menyusui. Ada hubungan yang signifikan dari lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui (p value= 0,000) koefisien korelasi (r) = -0,449. Kata kunci : Durasi waktu tidur, paparan asap rokok, lama menyusui, tekanan

darah, ibu menyusui

Abstract

High blood pressure prevalence based on Riskesdas (2013) on ≥18 years old showed 25,8%. High blood pressure disorder in Central Java Province is mostly experienced by women with percentage of 29,8%. Prevalence of maternal hypertension was 12% (WHO, 2012) but research for the blood pressure’s mother after uttered, decrease or not are unknown. This study aims to determine relationship of exposure cigarette smoke, duration of sleep time, and long-term breastfeeding with blood pressure of breastfeeding mother who have a hypertension story during pregnancy in Surakarta City. This type of research is quantitative observational with cross sectional design. Total population of this research is 105 people. The sample of this research is breastfeeding mother who has hypertension while pregnant as many as 87 people used by simple random

Page 6: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

2  

sampling technique. Hypothesis test results used Rank Spearman’s rho Correlation Test. The conclusion is there was no correlation with sleep duration (p value = 0,372), there was no correlation for all exposure cigarette smoke (p value = 0,285) there was no correlation for exposure cigarette smoke in family (p value 0,684), no correlation exposure of cigarette smoke in work place (p value 0,140), no correlation exposure of cigarette smoke in social environment (p value 0,315) and no correlation exposure of cigarette smoke in transportation (p value 0,829). There was a significant relationship of long-term breastfeeding with blood pressure of breastfeeding mother (p value = 0,000) correlation coefficient (r) = -0,449.

Keywords : duration of sleep time, exposure cigarette smoke, and long-term breastfeeding, blood pressure, breastfeeding mother

1. PENDAHULUAN

Data Riskesdas 2007 menunjukkan selama tahun 1995 hingga 2007 proporsi

penyakit menular telah menurun dari 44,2% menjadi 28,1%, akan tetapi proporsi

penyakit tidak menular mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5% (Pusat

Data dan Informasi Kemenkes RI, 2012). Penyakit tidak menular yang paling

sering terjadi di Indonesia diantaranya tekanan darah tinggi, diabetes melitus,

kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Riskesdas, 2013).

Tekanan darah merupakan salah satu bagian terpenting dalam sirkulasi

tubuh. Peningkatan atau penurunan tekanan darah pada tubuh seseorang dapat

mempengaruhi homeostatis tubuh. Pada poin pengendalian penyakit menular dan

tidak menular RPJMN 2015-2019, tekanan darah tinggi menjadi fokus utama

upaya penurunan angka prevalensi menjadi 23,4% (Hadiat, 2015).

Tekanan darah tinggi berakibat masalah serius dikemudian hari karena

penyebab atau gejala-gejalanya yang tidak bisa terlihat atau disebut the silent

disease (Dalimganggott dkk, 2008). Menurut Kowalski (2010) dampak dari

tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan jantung dan stroke hingga

penyakit Alzheimer. Angka prevalensi ibu hamil yang mengalami hipertensi

adalah 12% (WHO, 2012). Bahkan tekanan darah tinggi pada trimester ketiga

kehamilan bisa memicu terjadinya pre-eklamsia dan eklamsia yang menyebabkan

keguguran atau kematian janin (Sirait, 2012).

Page 7: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

3  

Selain tekanan darah tinggi, ibu hamil juga dapat menderita hipotensi atau

tekanan darah rendah yang mempunyai risiko 3,081 kali melahirkan bayi lahir

mati (Saraswati dan Sumarno, 1998). Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan

hasil Riskesdas (2013) pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi Propinsi

Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Sementara dari data WHO, pada negara dengan

penghasilan tinggi seperti Amerika memiliki prevalensi lebih rendah dari 35% dan

wilayah Afrika sebesar 46% (WHO, 2013).

Hampir 90% penderita tekanan darah tinggi tidak diketahui penyebabnya

secara pasti, namun akan menjadi lebih berat jika memiliki faktor-faktor risiko

yang mempengaruhi (Dalimartha dkk, 2008). Data Riskesdas (2013)

menunjukkan di Propinsi Jawa Tengah jumlah penderita tekanan darah tinggi

lebih banyak dialami wanita dengan persentase 29,8%. Salah satu kota di Jawa

Tengah yang memiliki hipertensi yakni Kota Surakarta dengan angka 28,9%.

Prevalensi di Kota Surakarta lebih tinggi 2,5% dari prevalensi tekanan darah

tinggi di Jawa Tengah sebesar 26,4% (Kemenkes RI, 2013). Daerah yang

memiliki tekanan darah tinggi yaitu Kecamatan Laweyan 7.433 kasus dan

Kecamatan Pasar Kliwon 7.497 kasus (Dinas Kesehatan Surakarta, 2015).

Berkaitan dengan angka prevalensi hipertensi yang tinggi di Kota Surakarta,

hal ini tidak lepas dari faktor risiko yang dipunyai penderita, antara lain usia, jenis

kelamin, keturunan, serta kebiasaan tidur dan merokok. Penelitian Gangwisch dkk

(2013) menyebutkan prevalensi tekanan darah tinggi secara signifikan lebih tinggi

1,19 kali diantara 3 kelompok wanita yang tidur ≤5 jam/hari per malam

dibandingkan dengan tidur 7 jam/hari. Selain lama waktu tidur, penelitian dari

Ashari (2011) membuktikan wanita dengan usia 40-70 tahun mengalami 2,6 kali

risiko tekanan darah tinggi karena terpapar asap rokok. Hasil penelitian lain dari

Stuebe dkk (2011) memperkirakan 12% tekanan darah disebabkan dari

perempuan yang tidak menyusui secara optimal.

Penelitian terkait tekanan darah terutama tekanan darah tinggi sudah cukup

banyak dilakukan daripada tekanan darah rendah karena tanda-tandanya yang sulit

untuk dideteksi. Namun beberapa faktor dari masih belum banyak diteliti. Oleh

Page 8: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

4  

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan durasi waktu tidur, paparan

asap rokok, dan lama pemberian ASI dengan tekanan darah ibu menyusui yang

memiliki riwayat hipertensi saat hamil di kota Surakarta. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menganalisis hubungan durasi waktu tidur, paparan asap rokok, dan

lama pemberian ASI dengan tekanan darah pada ibu menyusui yang memiliki

riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional dengan desain rancangan

cross sectional untuk melihat hubungan penyakit dengan mengamati status durasi

waktu tidur, paparan asap rokok, dan lama pemberian ASI terhadap tekanan darah

pada ibu menyusui di Kota Surakarta, pada satu waktu atau periode (Hidayat,

2014). Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli tahun 2017 selama 5 hari bertempat

di seluruh Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan

Serengan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui yang mempunyai riwayat

tekanan darah tinggi saat hamil tahun 2013-2016 di seluruh Kecamatan Laweyan,

Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Serengan berjumlah 105 orang. Sampel ibu

menyusui sebanyak 87 orang yang diambil dengan teknik simple random

sampling.

Analisis univariat dilakukan untuk menampilkan karakteristik variabel

peneliti dengan gambaran distribusi data, nilai maksimal, nilai minimal, dan

standar deviasi tiap variabel. Setelah semua variabel diuji normalitas datanya

diperoleh kesimpuan bahwa data berdistribusi tidak normal, maka hipotesis

penelitian dilakukan menggunakan uji Korelasi Rank Spearman’s rho dan tingkat

keeratan hubungan (koefisien korelasi) dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi

(r).

Page 9: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

5  

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan

ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Ibu Menyusui Berdasarkan Umur Variabel Mean St.Dev Minimal-Maksimal

Umur 34,32 5,379 22-46

Tabel 1 menunjukkan umur ibu menyusui rata-rata adalah 34,32 tahun ± 5,379

tahun dengan umur termuda 22 tahun dan tertua 46 tahun.Tekanan darah ibu

menyusui saat penelitian ini dapat terlihat pula pada tabel 2, dengan rata-rata

tekanan sistolik sebesar 122,91 mmHg ± 17,951 mmHg dan nilai minimal adalah

90 mmHg, sedangkan nilai maksimalnya 174 mmHg. Rata-rata tekanan diastolik

adalah 86,54 mmHg ± 15,019 mmHg dengan nilai minimal 59 mmHg dan nilai

maksimal 120 mmHg. Hasil penelitian ibu menyusui berdasarkan karakteristik

pendidikan dapat dilihat pada tabel 2. Pendidikan terakhir responden paling

banyak mengenyam jenjang SMA/SMK sebesar 55 orang (64,6%) dan paling

sedikit SD sebanyak 9 orang (10,6%) dan perguruan tinggi sebanyak 2 orang

(2,4%).

Berdasarkan Tabel 2, ibu menyusui mayoritas berada diusia 31-35 dan 36-40

tahun, masing-masing sebanyak 25 orang (29,4%) dan paling sedikit pada

kelompok umur 20-25 tahun sebanyak 6 orang (7,1%). Dari 85 responden,

sebanyak 62 orang (72,9%) bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan sebanyak 3

orang bekerja lain-lain (3,5%). Ibu menyusui yang mempunyai gangguan tekanan

darah berjumlah 62 orang (72,9%) dan yang tidak mempunyai riwayat sebanyak

23 orang (27,1%). Dari wawancara juga didapatkan hasil yang mempunyai

riwayat keturunan gangguan tekanan darah (hipertensi) sejumlah 37 orang

(43,5%) dan yang tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi sebanyak 48 orang

(56,5%). Hasil pengukuran menggunakan sfigmomanometer didapatkan bahwa

ibu menyusui yang mempunyai tekanan darah normal (<120 & <80 mmHg)

sebanyak 36 orang (42,3%) dan hipertensi tahap II (≥160 & ≥100 mmHg)

sebanyak 4 orang (4,7%).

Page 10: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

6  

Tabel 2. Karakteristik Ibu Menyusui, Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Gangguan Tekanan Darah, Riwayat Keturunan tentang Gangguan Tekanan

Darah, dan Tekanan Darah(saat penelitian) Karakteristik Responden Frekuensi Persen (%)

Kelompok Umur (tahun) 20-25 26-30 31-35 36-40 >40

Jumlah Tingkat Pendidikan SD SMP SMA/SMK Perguruan Tinggi

Jumlah Pekerjaan Buruh Ibu Rumah Tangga Wiraswasta

Jumlah Riwayat Gangguan Tekanan Darah Ada Tidak

Jumlah Riwayat Keturunan tentang Gangguan Tekanan Darah Ada Tidak

Jumlah Tekanan Darah Normal Pre-hipertensi Hipertensi Tahap I Hipertensi Tahap II Sistolik Mean 122,91 Standar Deviasi 17,951 Min-Max 90-174 Diastolik Mean 86,54 Standar Deviasi 15,019 Min-Max 59-120

Jumlah

6 17 25 25 12 85 9 19 55 2 85

10 62 13 85

62 23 85

37 48 85

36 22 23 4

85

7,1 20

29,4 29,4 14,1 100

10,6 22,4 64,6 2,4 100

11,8 72,9 15,3 100

72,9 27,1 100

43,5 56,5 100

42,3 25,9 27,1 4,7

100

Page 11: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

7  

3.2 Hubungan Durasi Waktu Tidur dengan Tekanan Darah Ibu Menyusui

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 62,3% ibu menyusui yang tersebar di

seluruh Kecamatan Kota Surakarta sudah memiliki waktu tidur yang cukup, yaitu

7-8 jam/hari dengan rata-rata 7,476 jam/hari. Penelitian ini menghasilkan bahwa

hubungan antara durasi waktu tidur dengan tekanan darah ibu menyusui tidak

signifikan dengan uji statistik Korelasi Rank spearman’s rho (p value = 0,372).

Hasil ini berbeda dengan penelitian dari Primaherta dkk (2016) yang menyatakan,

durasi waktu tidur <7 jam/hari signifikan terhadap peningkatan tekanan darah

dengan p value = 0,00 dan untuk durasi waktu tidur lebih dari 8 jam/hari tidak

signifikan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi

esensial dengan p value = 0,615. Berbeda dengan penelitian Ilham (2013) yang

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara lama tidur dengan kejadian

hipertensi pada usia dewasa dengan p value= 0,605. Meskipun begitu, durasi

waktu tidur tetap mempengaruhi tekanan darah seseorang seperti hasil penelitian

Gottlieb (2006) yang menyatakan bahwa tekanan darah mengikuti pola diurnal

(pola naik-turun tekanan darah), tekanan darah turun 10%-20% saat tidur,

sehingga kurang tidur meningkatkan tekanan darah selama 24 jam/hari.

Tidur pendek juga memperpanjang paparan stres, yang telah terbukti

dapat meningkatkan nafsu makan garam dan menekan ekskresi cairan garam pada

ginjal. Hal tersebut berakibat terhadap aktivitas sistem kardiovaskuler yang

meningkat akibat durasi tidur pendek sehingga menyebabkan terjadinya

perubahan pada struktural sistem tersebut, seperti pada arteri dan mengubah

bentuk ventrikel kiri, yang secara bertahap membuat sistem kardiovaskular

beroperasi dengan keseimbangan bertekanan tinggi. Menurut National Sleep

Foundation US (2015) ada beberapa rekomendasi waktu tidur perhari.

Rekomendasi waktu tidur anak pra-sekolah usia 3-5 tahun selama 10-13 jam/hari

dan anak sekolah usia 6-13 tahun selama 9-11 jam/hari. Sedangkan waktu tidur

usia remaja 14-17 tahun selama 8-10 jam/hari dan usia 18-25 tahun

direkomendasikan tidur selama 7-9 jam/hari. Lalu usia dewasa 26-64 tahun

selama 7-9 jam/hari, dan usia lansia lebih dari 65 tahun direkomendasikan tidur

selama 7-8 jam/hari perhari. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ibu

Page 12: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

8  

menyusui di Kota Surakarta sudah memiliki durasi waktu tidur sesuai

rekomendasi dari National Sleep Foundation US dengan rata-rata 7,5

jam/hari/hari.

Waktu tidur yang cukup akan mempengaruhi kualitas tidur. Bansil dkk

(2011) menyimpulkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 30,2% diakibatkan

dari gangguan tidur sebesar 52,1% , kualitas tidur yang buruk sebesar 7,5% dan

durasi waktu tidur yang pendek sebesar 33%.

3.3 Hubungan Paparan Asap Rokok dengan Tekanan Darah Ibu Menyusui

Variabel paparan asap rokok dibagi menjadi 4 bagian, yaitu paparan asap

rokok di lingkungan keluarga, paparan asap rokok di lingkungan kerja, paparan

asap rokok di lingkungan pergaulan, dan paparan asap rokok di transportasi.

Secara keseluruhan dari berbagai lingkungan, paparan asap rokok tidak

berhubungan dengan tekanan darah pada ibu menyusui dengan (p value 0,285).

Tidak ada variabel yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah

walaupun sebanyak 66 orang (77,6%) terpapar asap rokok di lingkungan keluarga

karena 72,9% adalah ibu rumah tangga. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Azhari (2011) pada wanita usia 40-70 tahun mempunyai nilai OR=2,6 kali terkena

hipertensi akibat dari paparan asap rokok di rumah. Penelitian ini juga tidak sesuai

dengan Hanafi (2016) bahwa 74,1% penderita hipertensi mempunyai anggota

keluarga yang merokok dan sebanyak 80% dalam kategori tinggi terpapar asap

rokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Nurwidayanti (2013)

yang mengatakan bahwa tidak ada pengaruh paparan asap rokok dengan kejadian

hipertensi, namun 27% kejadian hipertensi bisa dicegah dengan menghilangkan

faktor risiko paparan asap rokok. Sedangkan paparan asap rokok di lingkungan

keluarga (p value 0,684), paparan asap rokok di lingkungan kerja (p value 0,140),

paparan asap rokok di lingkungan pergaulan (p value 0,315); dan yang terakhir

adalah paparan asap rokok di lingkungan transportasi (p value 0,829).

Hasil penelitian ditemukan 4 orang (4,7%) ibu menyusui adalah perokok

aktif bahkan saat diwawancarai mereka mengaku saat hamil tetap merokok

sampai sekarang dan telah menyusui anaknya ≥12 bulan. Namun penelitian ini

tidak menanyakan seberapa lama ibu merokok, keempatnya terpapar asap rokok

Page 13: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

9  

dari tempat yang sama yaitu di keluarga dan lingkungan pergaulan masing-masing

selama >1 jam/hari. Hal ini kemungkinan akibat dari merokok aktif, ibu menyusui

menderita hipertensi saat hamil yang sesuai dengan penelitian dari Rahajeng dan

Tuminah (2009) bahwa perilaku merokok setiap hari di masa lampau memiliki

risiko menderita hipertensi daripada yang tidak merokok sebesar 1,11 kali (95%

CI: 1,05;1,17). Namun saat diukur tekanan darah 4 orang ibu menyusui yang

merokok dalam penelitian ini, 2 diantaranya hanya menunjukkan tekanan darah

kategori pre-hipertensi (120-139 mmHg & 80-89 mmHg) dan sisanya normal

(<120 mmHg dan <80 mmHg). Selain perilaku merokok aktif, perokok pasif bisa

menjadi faktor risiko kejadian hipertensi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin lama terpapar asap rokok di

lingkungan keluarga maka tekanan darah juga akan semakin meningkat. Data dari

Direktorat PPTM (2012) menunjukkan bahwa sebesar 85% rumah tangga terpapar

asap rokok dengan estimasi, delapan perokok meninggal karena merokok aktif,

satu perokok pasif meninggal karena terpapar asap rokok perokok aktif.

Berdasarkan perhitungan rasio tersebut, sedikitnya 25.000 kematian terjadi

dikarenakan terpapar asap rokok orang lain.

Pada penelitian ini, 77,6% ibu menyusui memiliki anggota keluarga yang

merokok dan mengaku sering terpapar dengan asap rokok dari perokok tersebut.

Data tersebut diperkuat dari GATS (Global Adults Tobacco Survey) 2011

perokok pasif atau orang yang menghisap asap rokok sekunder sebanyak 51,3 %

atau 14,6 juta orang dewasa yang bekerja dalam gedung terpapar pada asap rokok

di tempat kerja, 78,4% atau 133,3 juta orang dewasa terpapar dengan asap rokok

di rumahnya dan 85,4% atau 44 juta orang dewasa yang berkunjung ke restoran

terpapar asap rokok (Direktorat PPTM, 2012). langkah awal yang bisa dilakukan

mengingat rokok masih menjadi “pekerjaan rumah” para petinggi negara adalah

dengan upaya pencegahan dari terpaparnya asap rokok terutama untuk ibu

menyusui secara khusus dan bagi masyarakat secara umum dari adalah dengan

penerapan 100% KTR. KTR atau Kawasan Tanpa Rokok akan melindungi

perokok pasif, anak, remaja, ibu hamil dan kelompok rentan, terhadap dampak

kesehatan akibat asap rokok, serta pecemaran udara dalam ruang. Pendirian KTR

Page 14: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

10  

harus melibatkan berbagai pihak mengingat bukan hanya di sarana kesehatan saja

yang didirikan, tapi juga di tempat kerja, tempat proses belajar mengajar, arena

kegiatan anak, tempat ibadah, angkutan umum dan atau tempat-tempat lain yang

ditentukan (Direktorat PPTM, 2012).

Selain KTR, program lain yang bisa dijalankan adalah dengan

pemberdayaan masyarakat yang berasal dari rumah tangga atau keluarga yang

dikenal dengan PHBS rumah tangga. Indikator PHBS yang harus dipraktikkan di

rumah tangga dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku

hidup bersih dan sehat, 10 indikator tersebut adalah pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan, bayi di beri ASI ekslusif, menimbang balita setiap bulan,

ketersediaan air bersih, ketersediaan jam/hariban sehat, memberantas jentik

nyamuk, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, tidak merokok dalam

rumah, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan makan buah dan sayur (Depkes,

2013). Keluarga yang melakukan PHBS rumah tangga, terutama untuk tidak

merokok di dalam rumah tidak akan memiliki risiko gangguan tekanan darah di

kemudian hari.

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman’s rho Durasi Waktu Tidur, Paparan Asap Rokok, dan Lama Pemberian ASI dengan Tekanan Darah Ibu

Menyusui Variabel n p

value Koefisien

Correlation (r) Keterangan

Durasi Waktu Tidur 85 0,372 0,098 Paparan Asap Rokok

(Keseluruhan) 85 0,285 0,117

Paparan Asap Rokok di Lingkungan Keluarga

85 0,684 -0,045

Paparan Asap Rokok di Lingkungan Kerja

85 0,140 -0,161

Paparan Asap Rokok di Lingkungan Pergaulan

85 0,315 -0,110

Paparan Asap Rokok di Lingkungan Transportasi

85 0,829 0,024

Lama pemberian ASI 85 0,000 -0,449 Signifikan

Page 15: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

11  

3.4 Hubungan Lama Pemberian ASI dengan Tekanan Darah pada Ibu

Menyusui

Dari 85 ibu menyusui, 15 orang (17,6%) diantaranya tidak memberikan ASI

eksklusif atau ibu memberikan susu formula. Alasan yang diungkapkan responden

diantaranya adalah karena tidak keluar ASI, mengonsumsi obat hipertensi hingga

alasan ibu bekerja, hanya saja peneliti tidak mewawancarai lebih dalam mengenai

hal tersebut. Namun persentase pemberian ASI ekskusif dari penelitian ini sudah

29,4%. Sedangkan bayi yang menyusui parsial atau minum ASI tapi juga

diberikan makanan atau minuman lain saat 6 bulan pertama sebanyak 45 anak,

dengan persentase paling banyak mengonsumsi bubur bayi dan ASI sebesar 7%.

Usia balita ibu menyusui paling banyak antara 1-2 tahun sejumah 45 anak.

Namun ada juga yang berusia <1 tahun sejumlah 10 anak. Tingkat pendidikan ibu

menyusui mayoritas sudah sesuai dengan program pemerintah pendidikan

minimal 9 tahun namun, masih ada ibu menyusui yang hanya lulusan SD. Dari

karakteristik responden, 72,9% ibu menyusui mempunyai gangguan tekanan darah

(hipertensi) dan sebanyak 43,5% mempunyai riwayat keturunan tentang gangguan

tekanan darah (hipertensi).

Variabel lama pemberian ASI signifikan terhadap tekanan darah dengan p

value = 0,000 nilai koefisien korelasi (r) = -0,449. Jika ibu semakin lama memberi

ASI maka tekanan darah ibu akan berangsur-angsur turun. Dari Ebina dan

Kashiwakura (2012), ada pengaruh pada penurunan angka sistolik ibu yang

menyusui anaknya setelah satu bulan kelahiran daripada yang menggunakan

metode menyusui lain. Hal ini sejalan dengan penelitian Stuebe dkk (2011) bahwa

ibu yang tidak menyusui lebih berbakat mengembangkan hipertensi daripada ibu

yang menyusui anak pertama selama 12 bulan dengan penambahan variabel

riwayat keturunan dan gaya hidup pada uji statistik dengan RR= 1,27 (95% CI:

1,18;1,36). Perempuan yang tidak pernah menyusui kemungkinan besar

mengembangkan hipertensi daripada perempuan yang menyusui eksklusif selama

6 bulan dengan RR= 1,29 (95% CI: 1,20;1,40). Stuebe dkk juga menemukan

kemiripan hasil pada wanita yang tidak menyusui dibandingkan dengan wanita

yang menyusui masing-masing anaknya dengan rata-rata 12 bulan (RR= 1,22;

Page 16: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

12  

95% CI: 1,13;1,32) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak pernah menyusui ada

hubungannya dengan peningkatan risiko kejadian hipertensi saat hamil,

dibandingkan ibu yang menyusui 6 bulan eksklusif atau 12 bulan dari total

menyusui per anak dalam penelitian kohort pada ibu menyusui.

Menurut IDAI (2016) menyusui juga bermanfaat bagi perekenomian Indonesia,

yaitu pengeluaran dari penghasilan seseorang yang habis digunakan untuk

membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6 bulan, dengan ASI eksklusif

penghasilan orangtua dapat dihemat sebesar 14%. Dengan mendukung ASI juga

dapat mengurangi kejadian diare dan pneumonia pada bayi sehingga biaya

kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta USD atau 3 triliun tiap tahunnya.

Penghematan yang bisa dilakukan tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan

pendidikan karena ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak hingga potensi

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di masa depan akan mendapatkan

penghasilan yang lebih optimal dan menguntungkan Negara. Hal ini bisa

diupayakan melalui pembentukan kader sesuai fungsi salah satunya yaitu untuk

mengembangkan dan mengelola upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

(PHBS, kesehatan lingkungan, kadarzi, dana sehat, TOGA, dan lain-lain) dalam

hal ini adalah kampanye ASI (Depkes, 2010).

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Tidak ada hubungan antara durasi waktu tidur dengan tekanan darah ibu

menyusui yang memiliki riwayat hipertensi saat hamil di Kota Surakarta (p

value= 0,372). Secara keseluruhan paparan asap rokok tidak ada hubungan dengan

tekanan darah ibu menyusui (p value 0,666), baik di lingkungan keluarga (p

value= 0,684), lingkungan kerja (p value= 0,088), di lingkungan pergaulan (p

value= 0,348), dan di transportasi (p value= 0,986). Ada hubungan yang

signifikan antara lama pemberian ASI dengan tekanan darah ibu menyusui (p

value= 0,000) koefisien korelasi (r) = -0,449.

Page 17: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

13  

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Masyarakat

Pencegahan dimulai dengan menerapkan PHBS rumah tangga dengan tidur

cukup, makan-makanan bergizi dan teratur, olahraga cukup, dan selalu berpikir

positif di setiap aspek kehidupan agar terhindar dari hipertensi dan penyakit lain.

4.2.2 Dinas Kesehatan

Penerapan PHBS rumah tangga harus terus dilakukan terutama saat hamil-

menyusui, juga promosi KTR terhadap instansi-instansi pemerintah dan tempat

umum yang lain mengingat banyak yang belum menerapkan dan kurang ketatnya

pengawasan KTR, sebaiknya dibentuk tim khusus untuk mengawasi KTR baik

dari internal ataupun eksternal.

4.2.3 Bagi Puskesmas

Penerapan program preventif harus diutamakan dan bekerja sama dengan

lintas sektor program, misalnya advokasi kepada perusahaan yang mempunyai

banyak pekerja wanita untuk memberikan ruangan menyusui sendiri dan

pendampingan terhadap ibu yang memiliki faktor risiko terutama hipertensi,

minimal melalui kader posyandu dengan mengkampanyekan PHBS rumah tangga.

Page 18: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

14  

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, A. (2011). Perokok Pasif sebagai Faktor Risiko Hipertensi pada Wanita

Usia 40-70 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: UNDIP.

Bansil, P., Kuklina, E.V., Merritt, R.K., dan Yoon, P.W. (2011). Associations

Between Sleep Disorders, Sleep Duration, Quality of Sleep, and Hypertension: Results From the National Health and Nutrition Examination Survey, 2005 to 2008. The Journal of Clinical Hypertension Volume 13, Issue 10, page 739-743.

Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina,N., Mahendra.B., dan Darmawan,R.

(2008). Care Yourself: Hipertensi. Depok: Penebar Plus+. Dinas Kesehatan Surakarta. (2015). Kasus Penyakit Tidak Menular di Puskesmas

dan Rumah Sakit Kota Surakarta Tahun 2015. Surakarta: Dinas Kesehatan Surakarta.

Direktorat PPTM. (2012). Aliansi Bupati/Walikota dalam Pengendalian Masalah

Kesehatan Akibat Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kemenkes RI.

Departemen Kesehatan RI. (2010). Kader Posydanu dalam Usaha Perbaikan Gizi.

Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. (2013). Pusat Promosi Kesehatan Pencapaian PHBS.

Diakses 11 Agustus 2017 dari http://www.promosikesehatan.com.

Ebina, S dan Kashiwakura, I. (2012). Influence of breastfeeding on maternal blood pressure at one month postpartum. International Journal of Women’s Health 2012:4 333-339.

Gangwisch, J.E., Feskanich, D., Malaspina D., Shen, S., dan Forman, J.P. (2013).

Sleep Duration and Risk for Hypertension in Women: Results from The Nurses’ Health Study. American Journal of Hypertension Vol. 26, No.7. Hal 903-911.

Gottlieb, D.J., Redline, S., Nieto, F.J., Baldwin, C.M., Newman, A.B., Resnick, H.E dan Punjabi, N.M. (2006). Association of Usual Sleep Duration With Hypertension: The Sleep Heart Health Study. SLEEP, Vol. 29, No. 8, 2006.

Hadiat. (2015). Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kesehatan. Rakerkesnas

Regional Timur. Makassar.

Page 19: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

15  

Hanafi, A. (2016). Gambaran Gaya Hidup Penderita Hipertensi di Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Hidayat, A.A.A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2016). ASI dan SDGs. Diakses 21 Juli

2017 dari http://www.idai.or.id. Ilham, F.A. (2013). Hubungan antara Kualitas Tidur dan Lama Kerja dengan

Kejadian Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Desa Pondok Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. [Skripsi Ilmiah]. Surakarta: FIK UMS.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Kowalski, R.E. (2010). Terapi Hipertensi (Rani S. Ekawati, Penerjemah).

Bandung: Penerbit Qanita. National Sleep Foundation USA. (2015). National Sleep Foundation’s

updatedsleep duration recommendations: final report. Diakses 19 Juli 2017 dari https://sleephealthjournal.org.

Nurwidayanti, L dan Wahyuni, C.U. (2013). Analisis Pengaruh Paparan Asap

Rokok di Rumah pada Wanita terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 1, No. 2 September 2013: 244–253.

Primaherta, S.A., Marchira, C.R., dan Indriani, C. (2016). Hubungan Durasi Waktu Tidur Terhadap Kejadian Hipertensi Esensial di Kabupaten Wonogiri. [Tesis Ilmiah]. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2012). Gambaran Penyakit Tidak

Menular di Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2009 dan 2010. Jakarta: Kemenkes RI.

Rahajeng, E. dan Tuminah, S. (2009). Prevalensi Hipertensi dan Determinannya

di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 59 No. 12. Saraswati, E., dan Sumarno, I. (1998). Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis

(KEK) dan Anemia untuk Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). PGM 1998.21: 41-49.

Page 20: HUBUNGAN DURASI WAKTU TIDUR, PAPARAN ASAP …eprints.ums.ac.id/55640/1/NASKAH PUBLIKASI.pdf · Menurut Kowalski (2010) dampak dari tingginya tekanan darah menyebabkan risiko serangan

16  

Sirait, A.M. (2012). Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan Berbagai Faktor yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007). Buletin Penelitian Kesehatan, Vol. 15 No. 2 April 2012: 103-109.

Stuebe, A.M., Schwarz, E.B., Grewen, K., Rich-Edwards, J.W., Michels, K.B.,

Foster, E.M., Curhan, G., dan Forman, J. (2011). Duration of Lactation and Incidence of Maternal Hypertension: A Longitudinal Cohort Study. American Journal of Epidemiology Vol. 174, No. 10. Hal 1-12.  

World Health Organization (WHO). (2012). Data Hipertensi Global. Asia

Tenggara: WHO. World Health Organization (WHO). (2013). A Global Brief on Hypertension.

Diakses: 21 September 2016. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/publications/global_brief_hypertension/en/.