Top Banner
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN BERTANDING PADA MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM KBM BOLA BASKET DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA Oleh YUNIKE RAHARJO 802007019 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
35

Hubungan Dukungan Sosial Pelatih dengan Kecemasan … · 2016. 10. 13. · mengurangi kecemasan mahasiswa pada saat bertanding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Feb 03, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN

    BERTANDING PADA MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM KBM

    BOLA BASKET DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    Oleh

    YUNIKE RAHARJO

    802007019

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN

    BERTANDING PADA MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM KBM BOLA

    BASKET DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    Yunike Raharjo

    Ratriana Y. E. Kusumiati

    Krismi D. Ambarwati

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2014

  • i

    ABSTRAK

    Dukungan yang diberikan oleh pelatih menjadi berpengaruh dalam penampilan

    seseorang dalam bertanding. Tidak dapat disangkal bahwa dukungan dari pelatih

    merupakan salah satu faktor yang penting dalam bola basket karena hal tersebut dapat

    mengurangi kecemasan mahasiswa pada saat bertanding. Tujuan dari penelitian ini

    adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial pelatih dengan kecemasan

    bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket di Universitas

    Kristen Satya Wacana, Salatiga. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

    ada hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial pelatih dengan

    kecemasan bertanding. Subyek penelitian adalah mahasiswa yang tergabung dalam

    KBM bola basket di UKSW yang berjumlah 60 mahasiswa dan didapatkan dengan

    menggunakan teknik sampling jenuh. Variabel-variabel penelitian diukur dengan

    menggunakan skala dukungan sosial yang dibuat berdasarkan penelitian dari House

    (1981), terdiri dari 23 item dan skala kecemasan bertanding oleh Cox (2002), terdiri dari

    16 item. Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan teknik korelasi pearson.

    Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi dengan r = -0,245 dan p =

    0,030 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara

    dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding.

    Kata kunci : dukungan sosial pelatih, kecemasan bertanding, mahasiswa yang

    tergabung dalam KBM bola basket

  • ii

    ABSTRACT

    The support shown by the coach in a basketball game has an effect toward the

    performance of a person during the match. It is undeniable that this kind of support is

    the most important thing in basketball game because it reduces the anxiety of the

    player. The purpose of this study is to know the relation between the coach’s social

    support and the anxiety during basketball match on Satya Wacana Christian University

    basketball team. The hypothesis in this study concludes that there is a negative and

    significant relation between the coach’s social support and anxiety during a match. The

    study is conducted toward 60 students who is member of SWCU basketball team, using

    Saturation technique. The variables are determined using the social support scale based

    on House’s research (1981) which consists of 23 items and Cox’s anxiety during a

    match scale (2002), which consists of 16 items. The result of the study is estimated using

    Pearson’s correlation technique. The result shows coefficient correlation r = -0,245

    dan p = 0,030 (p < 0,05) which is means that there is a negative and significant relation

    between the coach’s social support and the anxiety during a match.

    Key words: Coach’s social support, anxiety during a match, students who is member

    of Satya Wacana Christian University basketball team

  • 1

    PENDAHULUAN

    Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak hanya secara

    jasmani tetapi juga secara rohani. Selain itu, olahraga merupakan aktivitas yang sangat

    penting untuk memertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga merupakan salah

    satu metode penting untuk mereduksi stres dan merupakan suatu perilaku aktif yang

    menggiatkan metabolisme dan memengaruhi fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk

    memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya memertahankan tubuh dari

    gangguan penyakit serta stres. Salah satu olahraga yang dapat menjaga kesehatan tubuh

    adalah olahraga bola basket, dalam olahraga ini mengkombinasikan berbagai gerakan,

    baik kaki dan tangan, memungkinkan individu untuk melatih otot seluruh tubuh dan

    pernapasan (Melinda, 2012).

    Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim

    beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan

    memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket adalah salah satu olahraga

    yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk di belahan bumi

    lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan, Lithuania, dan juga di Indonesia

    (Afif, 2007). Awal mula masuknya basket bersamaan dengan kedatangan pedagang dari

    Cina menjelang kemerdekaan. Tepatnya, sejak 1894, bola basket sudah dimainkan

    orang-orang Cina di Provinsi Tientsien dan kemudian menjalar ke seluruh daratan Cina.

    Mereka yang berdagang ke Indonesia adalah kelompok menengah kaya yang memilih

    olahraga dari Amerika itu sebagai identitas kelompok Cina modern. Masuknya basket

    ke Indonesia diperkuat fakta menjelang dan pada awal kemerdekaan klub-klub bola

    basket di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, DI

    Yogyakarta, dan Surabaya sebagian besar tumbuh dari sekolah-sekolah Cina (Ipank,

    http://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bolahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lithuaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pedaganghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kemerdekaanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tientsien&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Identitas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Modernhttp://id.wikipedia.org/wiki/Faktahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kemerdekaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Medanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Semaranghttp://id.wikipedia.org/wiki/DI_Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/DI_Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Surabayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cina

  • 2

    2011). Di Indonesia, permainan bola basket mengalami perkembangan pada tahun 1948

    ketika Negara Indonesia menggelar PON I di Solo, bola basket sudah menjadi salah satu

    cabang olahraga yang dipertandingkan. Hal ini membuktikan bahwa basket dengan

    cepat memasyarakat dan secara resmi diakui oleh negara.

    Prestasi olahraga sangat ditentukan oleh penampilan (performance) atlet dalam

    suatu kompetisi. Harsono (dalam Gunarsa, 1996) mengungkapkan bahwa penampilan

    puncak seorang atlet 80% dipengaruhi oleh aspek mental dan hanya 20% dipengaruhi

    oleh aspek yang lainnya, sehingga aspek mental ini harus dikelola dengan sengaja,

    sistematik dan berencana. Akan tetapi, di Indonesia aspek psikologis belum banyak

    dipelajari dan diteliti sedangkan aspek fisik atlet telah banyak dipelajari (Hartanti,

    Yuwanto L, Pambudi I, Zaenal T, dan Lasmono H, 2004). Aspek psikologis bersifat

    abstrak yang tidak dapat diraba, tidak tampak oleh mata manusia seperti panik, tegang,

    bingung, tidak bisa berkonsentrasi. Salah satu aspek psikologis yang terjadi pada atlet

    adalah kecemasan (Ipank, 2011). Perasaan cemas dapat terjadi pada atlet pada waktu

    menghadapi keadaan tertentu, misalnya dalam menghadapi kompetisi yang memakan

    waktu panjang dan atlet tersebut mengalami kekalahan terus-menerus (Ardina, 2012).

    Anshel (dalam Satidarma, 2000) mendefinisikan kecemasan sebagai suatu reaksi

    emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam. Lebih lanjut, Anshel

    menjelaskan bahwa di dalam olahraga, kecemasan menggambarkan perasaan atlet

    bahwa sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi, meliputi tampil buruk, lawannya

    yang dipandang superior akan mengalami kekalahan, dan akan dicemoohkan teman

    apabila mengalami kekalahan. Kondisi ini akan menimbulkan kecemasan yang akan

    memberikan dampak tidak menguntungkan pada atlet.

  • 3

    Rasa cemas yang muncul dalam menghadapi pertandingan dikenal dengan

    kecemasan bertanding (Sudrajat, 1995). Kecemasan bertanding adalah penilaian negatif

    seorang atlet terhadap situasi pertandingan (Gould, 1995). Kecemasan dalam turnamen

    akan mengakibatkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat mengganggu

    penampilan dan pelaksanaan pertandingan (Gunarsa, 2008). Cox (2002)

    mengungkapkan bahwa kecemasan menghadapi turnamen merupakan keadaan distress

    yang dialami oleh seorang atlet, yaitu sebagai suatu kondisi emosi negatif yang

    meningkat sejalan dengan seorang atlet menginterpretasi dan menilai situasi

    pertandingan. Persepsi atau tanggapan atlet dalam menilai situasi dan kondisi pada

    waktu menghadapi pertandingan, baik jauh sebelum pertandingan atau mendekati

    pertandingan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. Apabila atlet menganggap situasi

    dan kondisi pertandingan tersebut sebagai sesuatu yang mengancam, maka atlet tersebut

    akan merasa tegang dan mengalami kecemasan.

    Cox (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa kecemasan sebagai state anxiety

    memiliki dua komponen, yaitu komponen kognitif (cognitif anxiety) dan komponen

    somatik (somatic anxiety). Cognitif anxiety merupakan komponen mental, yaitu

    munculnya kecemasan disebabkan karena adanya suatu ketakutan terhadap penilaian

    sosial yang negatif, ketakutan akan kegagalan dan kehilangan harga diri. Somatic

    anxiety merupakan komponen fisik dan mencerminkan respon-respon fisiologis, seperti

    peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan dan ketegangan otot-otot.

    Kejadian–kejadian yang penting dalam menghadapi, saat, dan akhir

    pertandingan dalam olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan dari pemain,

    pelatih, wasit maupun penonton. Selain itu, kecemasan diakibatkan karena sebelum

    pertandingan dan saat pertandingan, hal tersebut terjadi karena adanya tekanan-tekanan

  • 4

    secara psikologis pada saat bermain dan sifat kompetisi olahraga di dalamnya tidak

    cocok dengan perubahan dari keadaan permainan. Kecemasan juga mengakibatkan

    terganggunya kemampuan individu atau tim dalam mengeluarkan segala kemampuan

    fisik yang dimilikinya. Dengan kecemasan yang dialaminya mengakibatkan

    menurunnya penampilan yang pada akhirnya membuat kegagalan dalam pertandingan

    olahraga (Rizki, 2012).

    Wirawan (1999) melaporkan hasil penelitian Warren dan Johnson pada tahun

    1991, bahwa luapan emosi yang kuat sebelum pertandingan dalam bentuk rasa cemas

    bukan merupakan faktor utama pada pesepakbola Amerika Serikat, tetapi ada indikasi

    yang kuat bahwa faktor tersebut merupakan sesuatu yang penting dan serius dalam

    gulat. Penelitian yang dilakukan olah Farida (2011) menunjukkan bahwa ketiga subjek

    pemain basket mengalami kecemasan pada saat menghadapi pertandingan Nasional.

    Ketiga subjek pemain basket menganggap suatu pertandingan sebagai sesuatu yang

    sangat penting. Oleh karena itu ketiga subjek selalu merasakan berbagai macam hal,

    seperti cemas, jantung berbebar-debar, gugup, senang, khawatir dan tegang pada suatu

    pertandingan. Gejala-gejala yang muncul adalah berkeringat berlebihan, tidak mampu

    rileks dan adanya gerakan anggota tubuh dengan intensitas dan frekuensi berlebihan,

    hilangnya konsentrasi serta bertambahnya emosi yang dapat membuat permainan

    menjadi buruk.

    Pada situasi kompetisi, kecemasan yang harus ada sebelum bertanding adalah

    kecemasan dalam batas normal, yaitu sebagai suatu kesiapan mental atlet untuk

    menghadapi pertandingan. Apabila atlet dihinggapi rasa cemas yang tinggi dalam

    menghadapi pertandingan maka strategi, taktik dan teknik yang telah dipersiapkan

    dengan baik sebelum pertandingan, tidak akan bermanfaat lagi untuk menghasilkan

  • 5

    suatu penampilan yang baik. Pentingnya untuk memerhatikan tingkat kecemasan

    bertanding atlet adalah apabila atlet dihinggapi dengan kecemasan yang tinggi, atlet

    kesulitan dalam mengontrol gerakannya. Akhirnya, akan berpengaruh terhadap

    penampilannya (Putri, 2007).

    Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa situasi pertandingan merupakan tekanan yang

    besar bagi atlet. Bagi seorang atlet tim prestasi, pertandingan atau kompetisi olahraga

    merupakan situasi yang membangkitkan kecenderungan kompetitif, tetapi di lain pihak

    juga membangkitkan motif untuk menghindar kegagalan yang dicerminkan melalui rasa

    cemasnya menghadapi pertandingan atau kecemasan bertanding (Sudradjat, 1995).

    Hasil studi lain menunjukkan bahwa kecemasan meningkat ketika persentase

    kemungkinan menang menurun (Cratty, 1973). Penelitian Dian (2011) menunjukkan

    bahwa semakin cemas seorang atlet menghadapi pertandingan, maka performa semakin

    menurun.

    Pate et al (1993) mengatakan bahwa sumber kecemasan yang utama bagi atlet

    adalah pelatih, karena pelatih merupakan sumber utama pujian dan hukuman serta

    pelatih dapat mendorong atlet dan menimbulkan kepercayaan diri pada atletnya atau

    pelatih bisa menghancurkan kepercayaan diri dari atletnya. Anshel (1997) menjelaskan

    bahwa pelatih harus waspada akan hal-hal yang disampaikan pada atletnya, karena atlet

    cenderung akan mencamkan yang diutarakan oleh pelatihnya. Hal yang diutarakan

    pelatih pada atlet dipandang sebagai prinsip oleh atlet, dan atlet cenderung berupaya

    untuk mentaatinya. Demikian pula ekspresi emosi pelatih terhadap atletnya akan banyak

    berpengaruh terhadap perilaku atlet.

    Kecemasan yang dialami oleh pelatih menjelang pertandingan juga dapat

    memengaruhi atlet untuk makin cemas dalam bertanding. Lontaran ucapan pelatih yang

  • 6

    kurang layak dapat dirasakan sangat menyakitkan oleh atlet sehingga dapat memberikan

    pengaruh negatif pada atlet dalam berlatih maupun bertanding (Putri, 2007)

    Selanjutnya, Pate et al (1993) menambahkan bahwa kecemasan juga akan muncul

    apabila atlet tersebut bertanding dengan pelatih yang tidak memercayainya. Penjelasan

    ini menunjukkan bahwa pelatih juga bisa sebagai sumber tekanan dan bisa merupakan

    sumber dukungan dan motivator bagi atletnya dalam meningkatkan kepercayaan diri

    atlet untuk menghadapi pertandingan. Tuntutan pelatih yang menekan atletnya untuk

    mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai atlet atau di luar kemampuannya serta pelatih

    yang tidak memercayainya dapat dihindari, dalam hal ini pelatih memberikan dukungan

    dan dorongan akan dapat diperoleh oleh atlet.

    Beberapa penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk menemukan kaitan

    antar kecemasan bertanding seorang atlet dengan dukungan sosial pelatih, seperti

    penelitian yang dilakukan oleh Scanlan et al pada tahun 1991 dan Gould et al pada 1993

    (Woodman & Hardy dalam Singer et al, 2001). Hasil penelitian tersebut menyimpulkan

    bahwa sumber kecemasan bertanding pada atlet adalah permasalahan kesiapan dan

    penampilan, permasalahan hubungan interpersonal atlet dengan pelatih dan teman tim,

    keterbatasan finansial dan waktu, prosedur seleksi dan kurangnya dukungan sosial.

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2007) adalah ada hubungan negatif yang

    signifikan antara intimasi pelatih-atlet dengan kecemasan bertanding, kondisi ini

    menunjukkan bahwa semakin baik intimasi pelatih atlet maka semakin rendah tingkat

    kecemasan bertanding atlet, sebaliknya semakin buruk intimasi pelatih-atlet maka

    semakin tinggi tingkat kecemasan bertanding atlet. Intimasi pelatih-atlet memberikan

    kesempatan pada atlet untuk mengungkapkan ketakutan dan kecemasannya dalam

    menghadapi pertandingan, memberikan perasaan nyaman dan tenang dalam

  • 7

    menghadapi pertandingan, membantu atlet dalam memperoleh dukungan sosial,

    menciptakan peran pelatih sebagai motivator dan fasilitator bagi atlet dan bukan sebagai

    tekanan pertandingan. Kesediaan pelatih empati untuk mendengarkan keluhan dan

    ungkapan perasaan serta memberikan respon merupakan dukungan sosial dan dorongan

    bagi atlet. Dukungan, dorongan serta nasehat-nasehat akan memberikan perasaan

    nyaman dan tenang kepada atlet. Akhirnya, atlet akan lebih percaya diri dan tenang

    untuk menghadapi pertandingan (Pate at al, 1993).

    Menurut Baron dan Byrne (2005) dukungan sosial merupakan kenyamanan

    seseorang secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga.

    Dukungan sosial juga dapat dinyatakan sebagai adanya perasaan nyaman, kepedulian

    dan penghargaan atau bantuan yang didapatkan seseorang dari orang lain atau kelompok

    (Uchino dalam Sarafino & Smith, 2011). Gottlieb (dalam Smet, 1994) mengartikan

    dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata

    atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang terdekat subjek di dalam lingkungan

    sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal-hal yang dapat memberikan

    keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Johnson and

    Johnson (dalam Mazbow, 2009) menjelaskan bahwa dukungan sosial juga dimaksudkan

    sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang dapat dipercaya untuk

    membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu.

    Dukungan sosial pelatih terhadap atlet memiliki arti penting dalam

    memengaruhi tingkat kecemasan bertanding pada atlet karena dapat mereduksi

    kecemasan dalam menghadapi pertandingan sehingga atlet dapat memberikan

    performance yang baik. Pate et al (1993) mengatakan bahwa atlet yang mau berbagi

    perasaan, keyakinan, nilai dan tingkah lakunya dengan pelatih, maka mendapat

  • 8

    dukungan dan dorongan dari pelatih, yang akhirnya dapat membuat atlet merasa lebih

    tenang dan percaya diri untuk bertanding. Harsono (dalam Gunarsa, 2000) menjelaskan

    bahwa apabila atlet memiliki hubungan personal dengan pelatih maka atlet akan

    mengharapkan kehadiran pelatih selama bertanding, karena dengan kehadiran pelatih,

    seorang atlet mendapat dukungan. Dukungan emosional dari pelatih dapat membuat

    atlet merasa mampu menghadapi dan mengatasi situasi-situasi penting.

    Gunarsa (1996) menjelaskan bahwa pelatih selalu memberikan nasihat dan

    dukungan yang sangat dibutuhkan seorang atlet untuk membangun semangat. Atlet juga

    sangat membutuhkan motivasi dari pelatih hal ini akan membangun mental seorang atlet

    agar dapat bermain baik dalam pertandingan nantinya. Tanpa dukungan dari pelatih,

    atlet tidak akan memiliki mental yang kuat. Adanya sikap positif dari pelatih dan atlet

    maka akan memunculkan suasana yang positif. Dengan terciptanya suasana yang

    positif, akan tercipta pula suasana yang nyaman dan mempengaruhi keadaan psikologis

    keduanya. Dukungan sosial pelatih adalah dukungan sosial sebagai tingkat persepsi

    seseorang terhadap intensitas dukungan sosial yang diterimanya dari pelatih yang

    memberikan kenyamanan baik secara fisik maupun psikologis, perhatian, penghargaan,

    ataupun bantuan yang diterima individu dari pelatih. Dukungan sosial dari pelatih

    sangat dibutuhkan oleh atlet karena dengan adanya dukungan sosial dari pelatih akan

    membangun mental seorang atlet agar dapat bermain baik dalam pertandingan. Aspek-

    aspek dukungan sosial menurut House (1981) terdapat empat aspek, yaitu dukungan

    emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informative.

    Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek penelitian adalah mahasiswa

    yang tergabung dalam KBM bola basket di Universitas Kristen Satya Wacana.

    Fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket

  • 9

    di UKSW adalah kecemasan menjelang dan pada saat pertandingan ini juga dialami

    oleh KBM (Kegiatan Bakat Minat) bola basket di UKSW. Keadaan psikologis yang

    dimiliki berbeda tiap mahasiswa, terutama kecemasan yang dialami berbeda-beda

    karena terdapat mahasiswa yang sudah mempunyai pengalaman dalam bertanding dan

    belum mempunyai pengalaman bertanding. Kecemasan muncul pada saat menghadapi

    pertandingan yang levelnya cukup tinggi. Level kompetisi yang dihadapi adalah level

    rayon, level tersebut juga yang membuat mahasiswa menjadi cemas menghadapi

    pertandingan karena dalam pertandingan tersebut lawan yang mereka hadapi sulit dan

    umumnya sudah banyak pengalaman. Saat mahasiswa menghadapi kecemasan tersebut,

    pelatih memberi dukungan sosial (motivasi dan nasehat-nasehat yang positif) dan

    memberi semangat kepada mahasiswanya agar tetap bermain bagus. Setelah pelatih

    memberi dukungan pada mahasiswanya, penampilan saat bertanding menjadi lebih baik

    dari sebelum diberikan dukungan. Menurut wawancara yang dilakukan tanggal 1 Juli

    2013 pada mahasiswa yang mengikuti pertandingan, mahasiswa yang mengalami

    kecemasan saat bertanding, seperti tidak fokus dan jantung berdebar kemudian diberi

    dukungan dari pelatih seperti motivasi dan nasehat-nasehat, kecemasan yang dialami

    mahasiswa menjadi berkurang.

    Pentingnya dukungan sosial pelatih dapat dilihat dari penyataan Ludwig

    berdasarkan wawancara tanggal 23 April salah satu mahasiswa yang tergabung dalam

    KBM bola basket UKSW yang merasakan jantung berdebar saat akan memasuki arena

    pertandingan, membayangkan lawan yang akan dihadapi, membayangkan bagaimana

    hasil yang akan diperoleh. Hal yang paling ditakutkannya dalam bertanding adalah

    cedera fisik, karena basket adalah olahraga yang cukup rentan akan cedera fisik.

    Beberapa hari saat sebelum bertanding ada beberapa mahasiswa yang mengeluhkan

  • 10

    tidak siap dan mengeluh merasa cemas untuk menghadapi pertandingan, tetapi karena

    pelatih yang memberikan dukungan berupa nasehat-nasehat, membuat dirinya kembali

    percaya diri untuk bertanding. Berbeda dengan penjelasan Ludwig, penelitian

    Setiyawan (2010) menemukan tidak ada hubungan antara peran dukungan sosial dengan

    tingkat kecemasan sebelum bertanding pada atlet loncat indah. Kemudian dari hasil

    penelitian Afif (2007) ditemukan bahwa dukungan sosial pelatih tidak secara langsung

    memengaruhi tingkat kecemasan dan performa atlet bola basket SMUN 4 Malang.

    Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan maka penulis ingin meneliti

    lebih lanjut tentang hubungan dukungan sosial pelatih dengan dengan kecemasan

    bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket di UKSW.

    METODE PENELITIAN

    Desain Penelitian

    Desain dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang

    menurut Sugiyono (2012) dikatakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa

    angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dalam penelitian ini terdapat dua

    variabel utama yaitu dukungan sosial pelatih sebagai variabel independen dan

    kecemasan bertanding sebagai variabel dependen. Hubungan antara dua variabel akan

    diteliti.

    Partisipan

    Pada penelitian ini jumlah partisipan sebanyak 60 orang mahasiswa yang

    tergabugng dalam KBM bola basket di UKSW. Dalam penelitian ini teknik

  • 11

    pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan subyek penelitian adalah

    Sampling jenuh. Jenuh yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

    sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. (Azwar,

    2003).

    Metode Pengumpulan Data

    Pada penelitian ini digunakan skala dukungan sosial pelatih yang diadopsi dari

    penelitian House (1981) dan skala kecemasan bertanding diadopsi dari penelitian Cox

    (2002).

    Skala Kecemasan Bertanding

    Item skala kecemasan bertanding tetap berjumlah 16 item pernyataan karena

    tidak ada item yang gugur. Validitas tersebut bergerak dari 0,405 – 0,657. Menurut

    Azwar (2012), validitas yang bergerak dari ≥ 0,25 dianggap memuaskan. Sedangkan,

    untuk reliabilitas kecemasan bertanding diukur dengan mengunakan teknik Alpha

    Cronbach dari 16 item valid adalah 0,881 yang berarti skala kecemasan bertanding

    memiliki tingkat reliabilitas dengan kategori baik.

    Skala Dukungan Sosial Pelatih

    Item skala dukungan sosial pelatih sebelumnya berjumlah 36 item berkurang

    menjadi 23 item pernyataan. Validitas tersebut bergerak dari 0,251 - 0,617. Menurut

    Azwar (2012), validitas yang bergerak dari ≥ 0,25 dianggap memuaskan. Sedangkan

    reliabilitas dukungan sosial pelatih diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach

    dari 23 item valid adalah 0,837 yang berarti skala dukungan sosial pelatih memiliki

    tingkat reliabilitas dengan kategori baik.

  • 12

    Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan untuk menguji dan membuktikan secara

    statistik hubungan antara kecemasan bertanding dengan dukungan sosial pelatih adalah

    analisis dari pearson yang berfungsi untuk mencari korelasi antara dua variabel

    (Sugiyono, 2005). Proses analisis ini akan dilakukan menggunakan bantuan program

    SPSS for Window versi 20.0.

    HASIL PENELITIAN

    Hasil Analisis Deskriptif

    Hasil pengukuran deskriptif masing-masing variabel disajikan pada tabel berikut:

    Tabel I

    Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Variabel

    Descriptive Statistics

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

    DSP 60 49 92 70.35 7.051

    KB 60 17 50 37.65 7.929

    Valid N (listwise) 60

    a. Pengukuran Kecemasan Bertanding

    Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecemasan

    bertanding digunakan 5 kategori, oleh karena jumlah item valid sebanyak 16 item,

    banyaknya pilihan jawaban 7 maka skor tertinggi adalah 7 x 16 = 112 dan skor

    terendah adalah 1 x 16 = 16. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut:

  • 13

    112 – 16

    i = = 19,2

    5

    Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran frekuensi variabel kecemasan

    bertanding dapat dikategorikan sebagai berikut:

    Tabel II

    Statistik Deskriptif Kategorisasi

    Hasil Skala Kecemasan Bertanding

    Nilai Kriteria Mean N Presentase

    92,8≤ x

  • 14

    dari skor minimum 17 sampai dengan skor maksimum sebesar 50 dengan standar

    deviasi 7,929.

    b. Pengukuran Dukungan Sosial Pelatih

    Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel dukungan sosial

    pelatih digunakan 5 kategori, oleh karena jumlah item valid sebanyak 23 item,

    banyaknya pilihan jawaban 4 maka skor tertinggi adalah 4 x 23 = 92 dan skor

    terendah adalah 1 x 23 = 23. Lebar interval dapat dihitung sebagai berikut:

    92 – 23

    i = = 13,8

    5

    Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran frekuensi variabel dukungan sosial

    pelatih dapat dikategorikan sebagai berikut:

    Tabel III

    Statistik Deskriptif Kategorisasi

    Hasil Skala Dukungan Sosial Pelatih

    Nilai Kriteria Mean N Presentase

    78,2 ≤ x < 92 Sangat Tinggi

    70,35

    6 10%

    64,4≤ x < 78,2 Tinggi 45 75%

    50,6≤ x < 64,4 Sedang 8 13,33%

    36,8≤ x < 50,6 Rendah 1 1,67%

    13 ≤ x < 36,8 Sangat Rendah 0 0%

    Jumlah 60 100%

    SD = 7,051 Min = 49 Max = 92

  • 15

    Dari Tabel III dapat dilihat bahwa 10% mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola

    basket memiliki skor duungan sosial pelatih pada kategori sangat tinggi, 75% berada

    pada kategori tinggi, 13,33% pada kategori sedang, 1,67% pada kategori rendah dan 0%

    pada kategori sangat rendah. Secara umum dukungan sosial pelatih mahasiswa yang

    tergabung dalam KBM bola basket berada pada kategori tinggi yang ditunjukkan oleh

    rata-rata sebesar 70,35 yang masuk dalam kategori tinggi. Skor yang diperoleh

    mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket bergerak dari skor minimum 49

    sampai dengan skor maksimum sebesar 92 dengan standar deviasi 7,051.

    Hasil Uji Asumsi

    Uji Normalitas

    Tabel IV

    Hasil Uji Normalitas

    Variabel Dukungan Sosial Pelatih dan Kecemasan Bertanding

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    DSP KB

    N 60 60

    Normal Parametersa,b

    Mean 70.35 37.65

    Std. Deviation 7.051 7.929

    Most Extreme Differences

    Absolute .136 .101

    Positive .136 .060

    Negative -.103 -.101

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.057 .782

    Asymp. Sig. (2-tailed) .214 .574

    a. Test distribution is Normal.

    b. Calculated from data.

  • 16

    Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas Kolmogorov

    Sminorv. Berdasarkan uji normalitas tersebut, dapat dilihat pada Tabel IV variabel

    kecemasan bertanding diperoleh nilai koefisien Kolmogorov sebesar 0,782 dan memiliki

    signifikansi sebesar 0,574 (p > 0,05). Oleh karena nilai signifikansi > 0,05 maka

    distribusi data kecemasan bertanding berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada

    variabel dukungan sosial pelatih. Dapat dilihat pada Tabel IV variabel dukungan sosial

    pelatih bahwa pada uji normalitas diperoleh nilai koefisien Kolomogorov sebesar 1,057

    dan memiliki signifikansi sebesar 0,214 (p > 0,05) dapat disimpulkan bahwa asumsi

    normalitas dalam penelitian ini terpenuhi.

    Uji Linearitas

    Tabel V

    Hasil Uji Linearitas

    ANOVA Table

    Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    KB * DSP

    Between Groups

    (Combined) 1221.567 24 50.899 .716 .802

    Linearity 222.901 1 222.901 3.136 .085

    Deviation from Linearity 998.665 23 43.420 .611 .891

    Within Groups 2488.083 35 71.088

    Total 3709.650 59

    Dari hasil uji linearitas untuk variabel kepercayaan diri dengan variabel dukungan sosial

    pelatih diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,611 dengan signifikansi p = 0,891 (p > 0,050)

  • 17

    yang menunjukkan hubungan antara variabel kecemasan bertanding dengan variabel

    dukungan sosial pelatih adalah linear.

    Uji Korelasi

    Hasil korelasi antara kecemasan bertanding dengan dukungan sosial pelatih dapat dilihat

    pada tabel berikut ini:

    Tabel VI

    Hasil Uji Korelasi Kecemasan Bertanding dengan Dukungan Sosial Pelatih

    Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara variabel kecemasan bertanding dengan

    dukungan sosial pelatih, menunjukkan koefisien korelasi r = - 0,245 dengan signifikansi

    sebesar 0,030 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan

    antara kecemasan bertanding dengan dukungan sosial pelatih.

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan penelitian tentang hubungan dukungan sosial pelatih dengan

    kecemasan bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket di

    UKSW, didapatkan hasil perhitungan korelasi sebesar r = -0,245 dengan signifikansi

    Correlations

    DSP KB

    DSP

    Pearson Correlation 1 -.245*

    Sig. (1-tailed) .030

    N 60 60

    KB

    Pearson Correlation -.245* 1

    Sig. (1-tailed) .030

    N 60 60

    *. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

  • 18

    sebesar 0,030 (p

  • 19

    6% dan sisanya 94% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Seperti yang

    dikemukakan juga oleh Gunarsa, (1989) bahwa faktor psikologis menjadi pengarah atau

    penggerak atlet untuk menampilkan penampilan yang optimal. Terkadang faktor

    psikologis sering kali memegang peranan penting yang memengaruhi penampilan

    optimal atlet dalam sebuah pertandingan. Dari faktor tersebut terlihat bahwa faktor

    psikologis yang berkaitan erat dengan kecemasan bertanding adalah bagian kecil dari

    faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial pelatih. Selain faktor psikologis

    terdapat faktor lain yaitu faktor fisik dan faktor penguasaan teknik.

    Kecemasan bertanding merupakan reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang

    mengancam. Rasa cemas yang muncul dalam menghadapi pertandingan dikenal dengan

    kecemasan bertanding (Sudrajat, 1995). Kecemasan bertanding adalah penilaian negatif

    seorang atlet terhadap situasi pertandingan (Gould, 1995). Kecemasan dalam turnamen

    akan mengakibatkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat mengganggu

    penampilan dan pelaksanaan pertandingan (Gunarsa, 2008). Cox (2002)

    mengungkapkan bahwa kecemasan menghadapi turnamen merupakan keadaan distress

    yang dialami oleh seorang atlet, yaitu sebagai suatu kondisi emosi negatif yang

    meningkat sejalan dengan seorang atlet menginterpretasi dan menilai situasi

    pertandingan. Keterkaitan antara dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding

    atlet juga tampak dalam pernyataan Schwarzer dan Leppin (1990), kecemasan dialami

    oleh atlet pada saat tidak hadirnya pelatih yang sangat diharapkan oleh atlet akan

    berpengaruh kurang menguntungkan bagi penampilan atlet tersebut. Dari pernyataan

    Schwarzer dan Leppin dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial pelatih dapat

    memengaruhi kecemasan atlet saat bertanding.

  • 20

    Dari hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diketahui dukungan sosial

    pelatih memiliki skor 10% pada kategori sangat tinggi, 75% berada pada kategori tinggi,

    13,33% pada kategori sedang, 1% pada kategori rendah dan hanya 0% pada kategori

    sangat rendah. Sedangkan kecemasan bertanding sebesar 0% pada kategori sangat

    tinggi, 0% berada pada kategori tinggi, 0% pada kategori sedang, 63,3% pada kategori

    rendah dan 36,7% pada kategori sangat rendah. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat

    bahwa sebanyak 75 (75%) mahasiswa memiliki dukungan sosial pelatih dalam kategori

    tinggi dan sebanyak 36,7 (36,7%) mahasiswa memiliki kecemasan dalam kategori

    rendah. Dukungan sosial pelatih yang diberikan di KBM bola basket UKSW pada saat

    mahasiswa bertanding karena mahasiswa merasa kelelahan yang membuat

    penampilannya buruk kemudian di ganti dengan mahasiswa lain. Dukungan juga

    diberikan saat pelatih merasa mahasiswa sedang dalam masalah kemudian pelatih

    menanyakan dan memberi solusi atau saran untuk menyelesaikan masalah agar

    mahasiswa tersebut dapat bermain baik. Pelatih memberi dukungan saat mahasiswa

    cedera pada saat bertanding agar tidak cemas karena cedera, dan pelatih terbuka dengan

    semua mahasiswa misalnya mendengarkan keluhan-keluhan dari mahasiswa.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

    ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

    1. Dari hasil penelitian hubungan antara dukungan sosial pelatih dengan

    kecemasan bertanding diperoleh r = -0,245 dengan signinfikansi 0,030 (p <

    0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan

  • 21

    antara dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding pada mahasiswa

    yang tergabung dalam KBM bola basket di UKSW.

    2. Sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan bertanding sebesar 6%.

    Hal ini menunjukkan bahwa 94% kecemasan bertanding dipengaruhi oleh

    faktor-faktor lain di luar dukungan sosial.

    3. Tingkat dukungan sosial pelatih 75% berada pada kategori tinggi dan kecemasan

    bertanding sebanyak 63,3% berada pada kategori rendah.

    SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih

    banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran

    sebagai berikut:

    1. Bagi Mahasiswa

    Agar mahasiswa mengerti bahwa dukungan sosial pelatih merupakan salah satu

    faktor yang sangat penting untuk penampilan saat bertanding dan mahasiswa

    juga diharapkan dapat mengatur kecemasan agar tidak berlebihan.

    2. Bagi Pelatih

    Pelatih diharapkan mampu memberi pengaruh yang membuat dukungan sosial

    pelatih menjadi positif dan tinggi. Misalnya pada saat mahasiswa sedang

    mengalami masalah menghadapi pertandingan atau cemas karena takut

    penampilan buruk, pelatih memberi dukungan agar kecemasan yang dialami

    mahasiswa dapat berkurang.

  • 22

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Hasil penelitian ini menujukkan masih terdapat faktor lain yang turut

    mempengaruhi kecemasan bertanding yaitu sebesar 94%. Untuk itu, kepada

    peneliti mendatang hendaklah melanjutkan penelitian ini dengan

    mengembangkan variabel-variabel yang digunakan sehingga dapat terungkap

    faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan bertanding, misal faktor fisik dan

    faktor penguasaan teknik. Hasil pengembangan variabel diharapkan dapat

    melengkapi hasil penelitian ini sebagai sumbangan bagi dunia psikologi

    khususnya psikologi olahraga.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Anshel, M. H. (1997). Sport Psychology : From Theory To Practice 3rd

    Ed.. Scottsdale,

    AZ : Gorsuch Scarisbrick.

    Ardianto, Muhammad. (2006). Kecemasan Pada Pemain Futsal dalam Menghadapi

    Turnamen. Skripsi: Universitas Ahmad Dahlan

    Ardina. (2012, Oktober). Stres, Kecemasan dan Frustasi. (Online) :

    http://ardinakolahragaunm.com/

    Atwater, E. (1991). Psychology of Adjustment 2nd Ed. Englewood Cliffs. New Jersey:

    Prentice Hall, Inc.

    Bakker, F.C., Whiting, “I. T.A., & Van Der Brug. (1990). Sport Psychology: Concepts

    and Applications. New york: John Wiley & Sons

    Baron, R.A & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

    Cox, R.H. (2002). Sport Psychology: Concepts and Applications. New York: Mc Graw-

    Hill Companies

    Cratty, B. J. (1973). Psychology in Contemporary Sport. Englewood Cliffs New Jersey:

    Prentices Hall, Inc

    Dian. A. K. (2011). Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi Pertandingan dengan

    Motivasi Berprestasi. Skripsi: Universitas Bina Nusantara

    Farida. (2011). Kecemasan Pemain Basket Pria Pada Saat Menghadapi Pertandingan

    Nasional Beserta Cara Penanggulangannya. Skripsi: Universitas Gunadarma

    Gunarsa, S.D., Satiadarma., Soekasah (1987). Psikologi Olahraga. Jakarta: PT. BPK

    Gunung Mulia.

    _____________(1996). Psikologi Olah Raga: Teori dan Praktek. Jakarta: PT. BPK

    Gunung Mulia

    _____________ (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta: Gunung Mulia

    Gottlieb, H. B. (1983). Social Support Strategies Guidelines for Mental Health Practice.

    London : Sage Publication.

  • 24

    Gould, D. (1995). Psikologi Olahraga; Stress, Kecemasan dan Prestasi Puncak dalam

    Olahraga, Pelatihan Kecakapan Mental bagi Atlet, Department of Exercise and

    sport Science. University of North Carolina at Greensboro

    Hartanti, Yuwanto L, Pambudi I, Zaenal T, dan Lasmono H. (2004). Aspek Psikologis

    dan Pencapaian Prestasi Atlet Nasional Indonesia. Anima Indonesian

    Psychological Journal Vol 20, No: 1, 40-54

    House, J. S & Kahn, R. L. (1985). Measure and Concepts of Social Support. Social

    Support and Health. Cohen, S and Sym, S. L. (Eds). Florida : Acadmin Press

    Ipank. (2011, 7 April). Perkembangan Bola Basket Di Indonesia. Sport Education.

    Retrieved from http://Sporteducation.com

    Kartini. (1981). Gangguan-gangguan Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan

    Kurniawan, Afif. (2007). Pengaruh Psy War Terhadap Tingkat Kecemasan dan

    Performa Atlet Bola Basket. Thesis: Universitas Islam Negeri

    Lee, M. (1993). Coaching Children in Sport: Principle and Practice. London: E & FN

    Spon

    Melinda. (2012, 25 Juni). Manfaat Olahraga Bola Basket.Hospital (Online) :

    http://melindahospital.com/

    Nideffer, R. M. (1992) Psych To Win. Champain IL: Human Kinetics

    Pate, R.R., McClenaghan, B., Rotella, R. (1993). Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan.

    (terj. Kasiyo Dwijowinoto). Semarang: IKIP Semarang

    Putri, I. Y. (2007). Hubungan Antara Intimasi Pelatih - Atlet dengan Kecemasan

    Bertanding Pada Atlet Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Skripsi:

    Universitas Diponegoro

    Pearson, R. E. (1990). Counseling and Social Support. Perspective and Practice.

    California : Sage Publication. Inc.

    Prager, K. J. (1995). The Psychology of Intimacy. New York: The Guilford Press

    http://melindahospital.com/

  • 25

    Rizki (2012, 14 Maret). Kegairahan, Ketegangan dan Kecemasan. Penjaskes (Online) :

    http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.com/

    Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions 5th

    ed. New

    York: John Wiley & Sons, Inc.

    Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga. Jakarta: Pustaka Sinar

    Harapan

    Singer, R. N. (1984). Sustaining Motivation in Sport. Tallahassee, Florida: Sport

    Consultants International

    Sudradjat, N. W. (1995). Kecemasan Bertanding Serta Motif Keberhasilan dan

    Keterkaitannya Dengan Prestasi Olahraga Perorangan dalam Pertandingan

    Untuk Kejuaraan. Jurnal Psikologi Indonesia, 1, 7-13

    Sutyobroto, Sudibyo. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta: Copyright.

    Setiyawan, Susilo. (2010). Hubungan Antara Peran Dukungan Sosial dengan Tingkat

    Kecemasan Sebelum Bertanding pada Atlet Loncat Indah. Skripsi: Universitas

    Airlangga

    Uchino ( dalam Sarafino, E.P & Smith, T.W., 2011). Health Psychology

    Biopsychosocial Interactions. Seventh ed. USA: John Willey & Sons (Asia)

    Pte Ltd.

    Wirawan, Y.G. (1999). Rasa Percaya Diri, Motivasi, dan Kecemasan dalam Olahraga

    Bulutangkis. Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian. Nomor 8 tahun IV

    Weinberg and Gould. (2007). Foundations of Sport and Exercise Phychology. Human

    Kinetics.

    Zulaikha, Noor. (2007). Kecemasan Bertanding Atlet Ditinjau Dari Kematangan Emosi.

    Skripsi: Universitas Katolik Soegijapranata