-
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN
BERTANDING PADA MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM KBM
BOLA BASKET DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Oleh
YUNIKE RAHARJO
802007019
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
-
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL PELATIH DENGAN KECEMASAN
BERTANDING PADA MAHASISWA YANG TERGABUNG DALAM KBM BOLA
BASKET DI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
Yunike Raharjo
Ratriana Y. E. Kusumiati
Krismi D. Ambarwati
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
-
i
ABSTRAK
Dukungan yang diberikan oleh pelatih menjadi berpengaruh dalam
penampilan
seseorang dalam bertanding. Tidak dapat disangkal bahwa dukungan
dari pelatih
merupakan salah satu faktor yang penting dalam bola basket
karena hal tersebut dapat
mengurangi kecemasan mahasiswa pada saat bertanding. Tujuan dari
penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial pelatih dengan
kecemasan
bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket
di Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga. Hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah
ada hubungan yang negatif dan signifikan antara dukungan sosial
pelatih dengan
kecemasan bertanding. Subyek penelitian adalah mahasiswa yang
tergabung dalam
KBM bola basket di UKSW yang berjumlah 60 mahasiswa dan
didapatkan dengan
menggunakan teknik sampling jenuh. Variabel-variabel penelitian
diukur dengan
menggunakan skala dukungan sosial yang dibuat berdasarkan
penelitian dari House
(1981), terdiri dari 23 item dan skala kecemasan bertanding oleh
Cox (2002), terdiri dari
16 item. Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan teknik
korelasi pearson.
Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh koefisien korelasi
dengan r = -0,245 dan p =
0,030 (p < 0,05) yang menunjukkan bahwa ada hubungan negatif
yang signifikan antara
dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding.
Kata kunci : dukungan sosial pelatih, kecemasan bertanding,
mahasiswa yang
tergabung dalam KBM bola basket
-
ii
ABSTRACT
The support shown by the coach in a basketball game has an
effect toward the
performance of a person during the match. It is undeniable that
this kind of support is
the most important thing in basketball game because it reduces
the anxiety of the
player. The purpose of this study is to know the relation
between the coach’s social
support and the anxiety during basketball match on Satya Wacana
Christian University
basketball team. The hypothesis in this study concludes that
there is a negative and
significant relation between the coach’s social support and
anxiety during a match. The
study is conducted toward 60 students who is member of SWCU
basketball team, using
Saturation technique. The variables are determined using the
social support scale based
on House’s research (1981) which consists of 23 items and Cox’s
anxiety during a
match scale (2002), which consists of 16 items. The result of
the study is estimated using
Pearson’s correlation technique. The result shows coefficient
correlation r = -0,245
dan p = 0,030 (p < 0,05) which is means that there is a
negative and significant relation
between the coach’s social support and the anxiety during a
match.
Key words: Coach’s social support, anxiety during a match,
students who is member
of Satya Wacana Christian University basketball team
-
1
PENDAHULUAN
Olahraga adalah aktivitas untuk melatih tubuh seseorang, tidak
hanya secara
jasmani tetapi juga secara rohani. Selain itu, olahraga
merupakan aktivitas yang sangat
penting untuk memertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga
merupakan salah
satu metode penting untuk mereduksi stres dan merupakan suatu
perilaku aktif yang
menggiatkan metabolisme dan memengaruhi fungsi kelenjar di dalam
tubuh untuk
memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya memertahankan
tubuh dari
gangguan penyakit serta stres. Salah satu olahraga yang dapat
menjaga kesehatan tubuh
adalah olahraga bola basket, dalam olahraga ini mengkombinasikan
berbagai gerakan,
baik kaki dan tangan, memungkinkan individu untuk melatih otot
seluruh tubuh dan
pernapasan (Melinda, 2012).
Bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas
dua tim
beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding
mencetak poin dengan
memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Bola basket adalah
salah satu olahraga
yang paling digemari oleh penduduk Amerika Serikat dan penduduk
di belahan bumi
lainnya, antara lain di Amerika Selatan, Eropa Selatan,
Lithuania, dan juga di Indonesia
(Afif, 2007). Awal mula masuknya basket bersamaan dengan
kedatangan pedagang dari
Cina menjelang kemerdekaan. Tepatnya, sejak 1894, bola basket
sudah dimainkan
orang-orang Cina di Provinsi Tientsien dan kemudian menjalar ke
seluruh daratan Cina.
Mereka yang berdagang ke Indonesia adalah kelompok menengah kaya
yang memilih
olahraga dari Amerika itu sebagai identitas kelompok Cina
modern. Masuknya basket
ke Indonesia diperkuat fakta menjelang dan pada awal kemerdekaan
klub-klub bola
basket di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung,
Semarang, DI
Yogyakarta, dan Surabaya sebagian besar tumbuh dari
sekolah-sekolah Cina (Ipank,
http://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Bolahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttp://id.wikipedia.org/wiki/Selatanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Lithuaniahttp://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Pedaganghttp://id.wikipedia.org/wiki/Cinahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kemerdekaanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tientsien&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Olahragahttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Identitas&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Modernhttp://id.wikipedia.org/wiki/Faktahttp://id.wikipedia.org/wiki/Kemerdekaanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kotahttp://id.wikipedia.org/wiki/Jakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Medanhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bandunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Semaranghttp://id.wikipedia.org/wiki/DI_Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/DI_Yogyakartahttp://id.wikipedia.org/wiki/Surabayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cina
-
2
2011). Di Indonesia, permainan bola basket mengalami
perkembangan pada tahun 1948
ketika Negara Indonesia menggelar PON I di Solo, bola basket
sudah menjadi salah satu
cabang olahraga yang dipertandingkan. Hal ini membuktikan bahwa
basket dengan
cepat memasyarakat dan secara resmi diakui oleh negara.
Prestasi olahraga sangat ditentukan oleh penampilan
(performance) atlet dalam
suatu kompetisi. Harsono (dalam Gunarsa, 1996) mengungkapkan
bahwa penampilan
puncak seorang atlet 80% dipengaruhi oleh aspek mental dan hanya
20% dipengaruhi
oleh aspek yang lainnya, sehingga aspek mental ini harus
dikelola dengan sengaja,
sistematik dan berencana. Akan tetapi, di Indonesia aspek
psikologis belum banyak
dipelajari dan diteliti sedangkan aspek fisik atlet telah banyak
dipelajari (Hartanti,
Yuwanto L, Pambudi I, Zaenal T, dan Lasmono H, 2004). Aspek
psikologis bersifat
abstrak yang tidak dapat diraba, tidak tampak oleh mata manusia
seperti panik, tegang,
bingung, tidak bisa berkonsentrasi. Salah satu aspek psikologis
yang terjadi pada atlet
adalah kecemasan (Ipank, 2011). Perasaan cemas dapat terjadi
pada atlet pada waktu
menghadapi keadaan tertentu, misalnya dalam menghadapi kompetisi
yang memakan
waktu panjang dan atlet tersebut mengalami kekalahan
terus-menerus (Ardina, 2012).
Anshel (dalam Satidarma, 2000) mendefinisikan kecemasan sebagai
suatu reaksi
emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam. Lebih
lanjut, Anshel
menjelaskan bahwa di dalam olahraga, kecemasan menggambarkan
perasaan atlet
bahwa sesuatu yang tidak dikehendaki akan terjadi, meliputi
tampil buruk, lawannya
yang dipandang superior akan mengalami kekalahan, dan akan
dicemoohkan teman
apabila mengalami kekalahan. Kondisi ini akan menimbulkan
kecemasan yang akan
memberikan dampak tidak menguntungkan pada atlet.
-
3
Rasa cemas yang muncul dalam menghadapi pertandingan dikenal
dengan
kecemasan bertanding (Sudrajat, 1995). Kecemasan bertanding
adalah penilaian negatif
seorang atlet terhadap situasi pertandingan (Gould, 1995).
Kecemasan dalam turnamen
akan mengakibatkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat
mengganggu
penampilan dan pelaksanaan pertandingan (Gunarsa, 2008). Cox
(2002)
mengungkapkan bahwa kecemasan menghadapi turnamen merupakan
keadaan distress
yang dialami oleh seorang atlet, yaitu sebagai suatu kondisi
emosi negatif yang
meningkat sejalan dengan seorang atlet menginterpretasi dan
menilai situasi
pertandingan. Persepsi atau tanggapan atlet dalam menilai
situasi dan kondisi pada
waktu menghadapi pertandingan, baik jauh sebelum pertandingan
atau mendekati
pertandingan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. Apabila atlet
menganggap situasi
dan kondisi pertandingan tersebut sebagai sesuatu yang
mengancam, maka atlet tersebut
akan merasa tegang dan mengalami kecemasan.
Cox (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa kecemasan sebagai
state anxiety
memiliki dua komponen, yaitu komponen kognitif (cognitif
anxiety) dan komponen
somatik (somatic anxiety). Cognitif anxiety merupakan komponen
mental, yaitu
munculnya kecemasan disebabkan karena adanya suatu ketakutan
terhadap penilaian
sosial yang negatif, ketakutan akan kegagalan dan kehilangan
harga diri. Somatic
anxiety merupakan komponen fisik dan mencerminkan respon-respon
fisiologis, seperti
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan dan
ketegangan otot-otot.
Kejadian–kejadian yang penting dalam menghadapi, saat, dan
akhir
pertandingan dalam olahraga sangat dipengaruhi oleh tingkat
kecemasan dari pemain,
pelatih, wasit maupun penonton. Selain itu, kecemasan
diakibatkan karena sebelum
pertandingan dan saat pertandingan, hal tersebut terjadi karena
adanya tekanan-tekanan
-
4
secara psikologis pada saat bermain dan sifat kompetisi olahraga
di dalamnya tidak
cocok dengan perubahan dari keadaan permainan. Kecemasan juga
mengakibatkan
terganggunya kemampuan individu atau tim dalam mengeluarkan
segala kemampuan
fisik yang dimilikinya. Dengan kecemasan yang dialaminya
mengakibatkan
menurunnya penampilan yang pada akhirnya membuat kegagalan dalam
pertandingan
olahraga (Rizki, 2012).
Wirawan (1999) melaporkan hasil penelitian Warren dan Johnson
pada tahun
1991, bahwa luapan emosi yang kuat sebelum pertandingan dalam
bentuk rasa cemas
bukan merupakan faktor utama pada pesepakbola Amerika Serikat,
tetapi ada indikasi
yang kuat bahwa faktor tersebut merupakan sesuatu yang penting
dan serius dalam
gulat. Penelitian yang dilakukan olah Farida (2011) menunjukkan
bahwa ketiga subjek
pemain basket mengalami kecemasan pada saat menghadapi
pertandingan Nasional.
Ketiga subjek pemain basket menganggap suatu pertandingan
sebagai sesuatu yang
sangat penting. Oleh karena itu ketiga subjek selalu merasakan
berbagai macam hal,
seperti cemas, jantung berbebar-debar, gugup, senang, khawatir
dan tegang pada suatu
pertandingan. Gejala-gejala yang muncul adalah berkeringat
berlebihan, tidak mampu
rileks dan adanya gerakan anggota tubuh dengan intensitas dan
frekuensi berlebihan,
hilangnya konsentrasi serta bertambahnya emosi yang dapat
membuat permainan
menjadi buruk.
Pada situasi kompetisi, kecemasan yang harus ada sebelum
bertanding adalah
kecemasan dalam batas normal, yaitu sebagai suatu kesiapan
mental atlet untuk
menghadapi pertandingan. Apabila atlet dihinggapi rasa cemas
yang tinggi dalam
menghadapi pertandingan maka strategi, taktik dan teknik yang
telah dipersiapkan
dengan baik sebelum pertandingan, tidak akan bermanfaat lagi
untuk menghasilkan
-
5
suatu penampilan yang baik. Pentingnya untuk memerhatikan
tingkat kecemasan
bertanding atlet adalah apabila atlet dihinggapi dengan
kecemasan yang tinggi, atlet
kesulitan dalam mengontrol gerakannya. Akhirnya, akan
berpengaruh terhadap
penampilannya (Putri, 2007).
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa situasi pertandingan merupakan
tekanan yang
besar bagi atlet. Bagi seorang atlet tim prestasi, pertandingan
atau kompetisi olahraga
merupakan situasi yang membangkitkan kecenderungan kompetitif,
tetapi di lain pihak
juga membangkitkan motif untuk menghindar kegagalan yang
dicerminkan melalui rasa
cemasnya menghadapi pertandingan atau kecemasan bertanding
(Sudradjat, 1995).
Hasil studi lain menunjukkan bahwa kecemasan meningkat ketika
persentase
kemungkinan menang menurun (Cratty, 1973). Penelitian Dian
(2011) menunjukkan
bahwa semakin cemas seorang atlet menghadapi pertandingan, maka
performa semakin
menurun.
Pate et al (1993) mengatakan bahwa sumber kecemasan yang utama
bagi atlet
adalah pelatih, karena pelatih merupakan sumber utama pujian dan
hukuman serta
pelatih dapat mendorong atlet dan menimbulkan kepercayaan diri
pada atletnya atau
pelatih bisa menghancurkan kepercayaan diri dari atletnya.
Anshel (1997) menjelaskan
bahwa pelatih harus waspada akan hal-hal yang disampaikan pada
atletnya, karena atlet
cenderung akan mencamkan yang diutarakan oleh pelatihnya. Hal
yang diutarakan
pelatih pada atlet dipandang sebagai prinsip oleh atlet, dan
atlet cenderung berupaya
untuk mentaatinya. Demikian pula ekspresi emosi pelatih terhadap
atletnya akan banyak
berpengaruh terhadap perilaku atlet.
Kecemasan yang dialami oleh pelatih menjelang pertandingan juga
dapat
memengaruhi atlet untuk makin cemas dalam bertanding. Lontaran
ucapan pelatih yang
-
6
kurang layak dapat dirasakan sangat menyakitkan oleh atlet
sehingga dapat memberikan
pengaruh negatif pada atlet dalam berlatih maupun bertanding
(Putri, 2007)
Selanjutnya, Pate et al (1993) menambahkan bahwa kecemasan juga
akan muncul
apabila atlet tersebut bertanding dengan pelatih yang tidak
memercayainya. Penjelasan
ini menunjukkan bahwa pelatih juga bisa sebagai sumber tekanan
dan bisa merupakan
sumber dukungan dan motivator bagi atletnya dalam meningkatkan
kepercayaan diri
atlet untuk menghadapi pertandingan. Tuntutan pelatih yang
menekan atletnya untuk
mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai atlet atau di luar
kemampuannya serta pelatih
yang tidak memercayainya dapat dihindari, dalam hal ini pelatih
memberikan dukungan
dan dorongan akan dapat diperoleh oleh atlet.
Beberapa penelitian di luar negeri telah dilakukan untuk
menemukan kaitan
antar kecemasan bertanding seorang atlet dengan dukungan sosial
pelatih, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Scanlan et al pada tahun 1991 dan
Gould et al pada 1993
(Woodman & Hardy dalam Singer et al, 2001). Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan
bahwa sumber kecemasan bertanding pada atlet adalah permasalahan
kesiapan dan
penampilan, permasalahan hubungan interpersonal atlet dengan
pelatih dan teman tim,
keterbatasan finansial dan waktu, prosedur seleksi dan kurangnya
dukungan sosial.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2007) adalah ada
hubungan negatif yang
signifikan antara intimasi pelatih-atlet dengan kecemasan
bertanding, kondisi ini
menunjukkan bahwa semakin baik intimasi pelatih atlet maka
semakin rendah tingkat
kecemasan bertanding atlet, sebaliknya semakin buruk intimasi
pelatih-atlet maka
semakin tinggi tingkat kecemasan bertanding atlet. Intimasi
pelatih-atlet memberikan
kesempatan pada atlet untuk mengungkapkan ketakutan dan
kecemasannya dalam
menghadapi pertandingan, memberikan perasaan nyaman dan tenang
dalam
-
7
menghadapi pertandingan, membantu atlet dalam memperoleh
dukungan sosial,
menciptakan peran pelatih sebagai motivator dan fasilitator bagi
atlet dan bukan sebagai
tekanan pertandingan. Kesediaan pelatih empati untuk
mendengarkan keluhan dan
ungkapan perasaan serta memberikan respon merupakan dukungan
sosial dan dorongan
bagi atlet. Dukungan, dorongan serta nasehat-nasehat akan
memberikan perasaan
nyaman dan tenang kepada atlet. Akhirnya, atlet akan lebih
percaya diri dan tenang
untuk menghadapi pertandingan (Pate at al, 1993).
Menurut Baron dan Byrne (2005) dukungan sosial merupakan
kenyamanan
seseorang secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman
atau anggota keluarga.
Dukungan sosial juga dapat dinyatakan sebagai adanya perasaan
nyaman, kepedulian
dan penghargaan atau bantuan yang didapatkan seseorang dari
orang lain atau kelompok
(Uchino dalam Sarafino & Smith, 2011). Gottlieb (dalam Smet,
1994) mengartikan
dukungan sosial sebagai informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang terdekat
subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dalam hal-hal yang dapat
memberikan
keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Johnson and
Johnson (dalam Mazbow, 2009) menjelaskan bahwa dukungan sosial
juga dimaksudkan
sebagai keberadaan dan kesediaan orang-orang yang berarti, yang
dapat dipercaya untuk
membantu, mendorong, menerima, dan menjaga individu.
Dukungan sosial pelatih terhadap atlet memiliki arti penting
dalam
memengaruhi tingkat kecemasan bertanding pada atlet karena dapat
mereduksi
kecemasan dalam menghadapi pertandingan sehingga atlet dapat
memberikan
performance yang baik. Pate et al (1993) mengatakan bahwa atlet
yang mau berbagi
perasaan, keyakinan, nilai dan tingkah lakunya dengan pelatih,
maka mendapat
-
8
dukungan dan dorongan dari pelatih, yang akhirnya dapat membuat
atlet merasa lebih
tenang dan percaya diri untuk bertanding. Harsono (dalam
Gunarsa, 2000) menjelaskan
bahwa apabila atlet memiliki hubungan personal dengan pelatih
maka atlet akan
mengharapkan kehadiran pelatih selama bertanding, karena dengan
kehadiran pelatih,
seorang atlet mendapat dukungan. Dukungan emosional dari pelatih
dapat membuat
atlet merasa mampu menghadapi dan mengatasi situasi-situasi
penting.
Gunarsa (1996) menjelaskan bahwa pelatih selalu memberikan
nasihat dan
dukungan yang sangat dibutuhkan seorang atlet untuk membangun
semangat. Atlet juga
sangat membutuhkan motivasi dari pelatih hal ini akan membangun
mental seorang atlet
agar dapat bermain baik dalam pertandingan nantinya. Tanpa
dukungan dari pelatih,
atlet tidak akan memiliki mental yang kuat. Adanya sikap positif
dari pelatih dan atlet
maka akan memunculkan suasana yang positif. Dengan terciptanya
suasana yang
positif, akan tercipta pula suasana yang nyaman dan mempengaruhi
keadaan psikologis
keduanya. Dukungan sosial pelatih adalah dukungan sosial sebagai
tingkat persepsi
seseorang terhadap intensitas dukungan sosial yang diterimanya
dari pelatih yang
memberikan kenyamanan baik secara fisik maupun psikologis,
perhatian, penghargaan,
ataupun bantuan yang diterima individu dari pelatih. Dukungan
sosial dari pelatih
sangat dibutuhkan oleh atlet karena dengan adanya dukungan
sosial dari pelatih akan
membangun mental seorang atlet agar dapat bermain baik dalam
pertandingan. Aspek-
aspek dukungan sosial menurut House (1981) terdapat empat aspek,
yaitu dukungan
emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan
dukungan informative.
Dalam penelitian ini yang akan menjadi subyek penelitian adalah
mahasiswa
yang tergabung dalam KBM bola basket di Universitas Kristen
Satya Wacana.
Fenomena yang terjadi di kalangan mahasiswa yang tergabung dalam
KBM bola basket
-
9
di UKSW adalah kecemasan menjelang dan pada saat pertandingan
ini juga dialami
oleh KBM (Kegiatan Bakat Minat) bola basket di UKSW. Keadaan
psikologis yang
dimiliki berbeda tiap mahasiswa, terutama kecemasan yang dialami
berbeda-beda
karena terdapat mahasiswa yang sudah mempunyai pengalaman dalam
bertanding dan
belum mempunyai pengalaman bertanding. Kecemasan muncul pada
saat menghadapi
pertandingan yang levelnya cukup tinggi. Level kompetisi yang
dihadapi adalah level
rayon, level tersebut juga yang membuat mahasiswa menjadi cemas
menghadapi
pertandingan karena dalam pertandingan tersebut lawan yang
mereka hadapi sulit dan
umumnya sudah banyak pengalaman. Saat mahasiswa menghadapi
kecemasan tersebut,
pelatih memberi dukungan sosial (motivasi dan nasehat-nasehat
yang positif) dan
memberi semangat kepada mahasiswanya agar tetap bermain bagus.
Setelah pelatih
memberi dukungan pada mahasiswanya, penampilan saat bertanding
menjadi lebih baik
dari sebelum diberikan dukungan. Menurut wawancara yang
dilakukan tanggal 1 Juli
2013 pada mahasiswa yang mengikuti pertandingan, mahasiswa yang
mengalami
kecemasan saat bertanding, seperti tidak fokus dan jantung
berdebar kemudian diberi
dukungan dari pelatih seperti motivasi dan nasehat-nasehat,
kecemasan yang dialami
mahasiswa menjadi berkurang.
Pentingnya dukungan sosial pelatih dapat dilihat dari penyataan
Ludwig
berdasarkan wawancara tanggal 23 April salah satu mahasiswa yang
tergabung dalam
KBM bola basket UKSW yang merasakan jantung berdebar saat akan
memasuki arena
pertandingan, membayangkan lawan yang akan dihadapi,
membayangkan bagaimana
hasil yang akan diperoleh. Hal yang paling ditakutkannya dalam
bertanding adalah
cedera fisik, karena basket adalah olahraga yang cukup rentan
akan cedera fisik.
Beberapa hari saat sebelum bertanding ada beberapa mahasiswa
yang mengeluhkan
-
10
tidak siap dan mengeluh merasa cemas untuk menghadapi
pertandingan, tetapi karena
pelatih yang memberikan dukungan berupa nasehat-nasehat, membuat
dirinya kembali
percaya diri untuk bertanding. Berbeda dengan penjelasan Ludwig,
penelitian
Setiyawan (2010) menemukan tidak ada hubungan antara peran
dukungan sosial dengan
tingkat kecemasan sebelum bertanding pada atlet loncat indah.
Kemudian dari hasil
penelitian Afif (2007) ditemukan bahwa dukungan sosial pelatih
tidak secara langsung
memengaruhi tingkat kecemasan dan performa atlet bola basket
SMUN 4 Malang.
Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan maka penulis
ingin meneliti
lebih lanjut tentang hubungan dukungan sosial pelatih dengan
dengan kecemasan
bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket
di UKSW.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif, yang
menurut Sugiyono (2012) dikatakan metode kuantitatif karena data
penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dalam penelitian
ini terdapat dua
variabel utama yaitu dukungan sosial pelatih sebagai variabel
independen dan
kecemasan bertanding sebagai variabel dependen. Hubungan antara
dua variabel akan
diteliti.
Partisipan
Pada penelitian ini jumlah partisipan sebanyak 60 orang
mahasiswa yang
tergabugng dalam KBM bola basket di UKSW. Dalam penelitian ini
teknik
-
11
pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan subyek
penelitian adalah
Sampling jenuh. Jenuh yaitu penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi
relatif kecil. (Azwar,
2003).
Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini digunakan skala dukungan sosial pelatih yang
diadopsi dari
penelitian House (1981) dan skala kecemasan bertanding diadopsi
dari penelitian Cox
(2002).
Skala Kecemasan Bertanding
Item skala kecemasan bertanding tetap berjumlah 16 item
pernyataan karena
tidak ada item yang gugur. Validitas tersebut bergerak dari
0,405 – 0,657. Menurut
Azwar (2012), validitas yang bergerak dari ≥ 0,25 dianggap
memuaskan. Sedangkan,
untuk reliabilitas kecemasan bertanding diukur dengan mengunakan
teknik Alpha
Cronbach dari 16 item valid adalah 0,881 yang berarti skala
kecemasan bertanding
memiliki tingkat reliabilitas dengan kategori baik.
Skala Dukungan Sosial Pelatih
Item skala dukungan sosial pelatih sebelumnya berjumlah 36 item
berkurang
menjadi 23 item pernyataan. Validitas tersebut bergerak dari
0,251 - 0,617. Menurut
Azwar (2012), validitas yang bergerak dari ≥ 0,25 dianggap
memuaskan. Sedangkan
reliabilitas dukungan sosial pelatih diukur dengan menggunakan
teknik Alpha Cronbach
dari 23 item valid adalah 0,837 yang berarti skala dukungan
sosial pelatih memiliki
tingkat reliabilitas dengan kategori baik.
-
12
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji dan
membuktikan secara
statistik hubungan antara kecemasan bertanding dengan dukungan
sosial pelatih adalah
analisis dari pearson yang berfungsi untuk mencari korelasi
antara dua variabel
(Sugiyono, 2005). Proses analisis ini akan dilakukan menggunakan
bantuan program
SPSS for Window versi 20.0.
HASIL PENELITIAN
Hasil Analisis Deskriptif
Hasil pengukuran deskriptif masing-masing variabel disajikan
pada tabel berikut:
Tabel I
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Variabel
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DSP 60 49 92 70.35 7.051
KB 60 17 50 37.65 7.929
Valid N (listwise) 60
a. Pengukuran Kecemasan Bertanding
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel
kecemasan
bertanding digunakan 5 kategori, oleh karena jumlah item valid
sebanyak 16 item,
banyaknya pilihan jawaban 7 maka skor tertinggi adalah 7 x 16 =
112 dan skor
terendah adalah 1 x 16 = 16. Lebar interval dapat dihitung
sebagai berikut:
-
13
112 – 16
i = = 19,2
5
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran frekuensi
variabel kecemasan
bertanding dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel II
Statistik Deskriptif Kategorisasi
Hasil Skala Kecemasan Bertanding
Nilai Kriteria Mean N Presentase
92,8≤ x
-
14
dari skor minimum 17 sampai dengan skor maksimum sebesar 50
dengan standar
deviasi 7,929.
b. Pengukuran Dukungan Sosial Pelatih
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel
dukungan sosial
pelatih digunakan 5 kategori, oleh karena jumlah item valid
sebanyak 23 item,
banyaknya pilihan jawaban 4 maka skor tertinggi adalah 4 x 23 =
92 dan skor
terendah adalah 1 x 23 = 23. Lebar interval dapat dihitung
sebagai berikut:
92 – 23
i = = 13,8
5
Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran frekuensi
variabel dukungan sosial
pelatih dapat dikategorikan sebagai berikut:
Tabel III
Statistik Deskriptif Kategorisasi
Hasil Skala Dukungan Sosial Pelatih
Nilai Kriteria Mean N Presentase
78,2 ≤ x < 92 Sangat Tinggi
70,35
6 10%
64,4≤ x < 78,2 Tinggi 45 75%
50,6≤ x < 64,4 Sedang 8 13,33%
36,8≤ x < 50,6 Rendah 1 1,67%
13 ≤ x < 36,8 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 60 100%
SD = 7,051 Min = 49 Max = 92
-
15
Dari Tabel III dapat dilihat bahwa 10% mahasiswa yang tergabung
dalam KBM bola
basket memiliki skor duungan sosial pelatih pada kategori sangat
tinggi, 75% berada
pada kategori tinggi, 13,33% pada kategori sedang, 1,67% pada
kategori rendah dan 0%
pada kategori sangat rendah. Secara umum dukungan sosial pelatih
mahasiswa yang
tergabung dalam KBM bola basket berada pada kategori tinggi yang
ditunjukkan oleh
rata-rata sebesar 70,35 yang masuk dalam kategori tinggi. Skor
yang diperoleh
mahasiswa yang tergabung dalam KBM bola basket bergerak dari
skor minimum 49
sampai dengan skor maksimum sebesar 92 dengan standar deviasi
7,051.
Hasil Uji Asumsi
Uji Normalitas
Tabel IV
Hasil Uji Normalitas
Variabel Dukungan Sosial Pelatih dan Kecemasan Bertanding
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DSP KB
N 60 60
Normal Parametersa,b
Mean 70.35 37.65
Std. Deviation 7.051 7.929
Most Extreme Differences
Absolute .136 .101
Positive .136 .060
Negative -.103 -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.057 .782
Asymp. Sig. (2-tailed) .214 .574
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
-
16
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas Kolmogorov
Sminorv. Berdasarkan uji normalitas tersebut, dapat dilihat pada
Tabel IV variabel
kecemasan bertanding diperoleh nilai koefisien Kolmogorov
sebesar 0,782 dan memiliki
signifikansi sebesar 0,574 (p > 0,05). Oleh karena nilai
signifikansi > 0,05 maka
distribusi data kecemasan bertanding berdistribusi normal. Hal
ini juga terjadi pada
variabel dukungan sosial pelatih. Dapat dilihat pada Tabel IV
variabel dukungan sosial
pelatih bahwa pada uji normalitas diperoleh nilai koefisien
Kolomogorov sebesar 1,057
dan memiliki signifikansi sebesar 0,214 (p > 0,05) dapat
disimpulkan bahwa asumsi
normalitas dalam penelitian ini terpenuhi.
Uji Linearitas
Tabel V
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
KB * DSP
Between Groups
(Combined) 1221.567 24 50.899 .716 .802
Linearity 222.901 1 222.901 3.136 .085
Deviation from Linearity 998.665 23 43.420 .611 .891
Within Groups 2488.083 35 71.088
Total 3709.650 59
Dari hasil uji linearitas untuk variabel kepercayaan diri dengan
variabel dukungan sosial
pelatih diperoleh nilai Fbeda sebesar 0,611 dengan signifikansi
p = 0,891 (p > 0,050)
-
17
yang menunjukkan hubungan antara variabel kecemasan bertanding
dengan variabel
dukungan sosial pelatih adalah linear.
Uji Korelasi
Hasil korelasi antara kecemasan bertanding dengan dukungan
sosial pelatih dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel VI
Hasil Uji Korelasi Kecemasan Bertanding dengan Dukungan Sosial
Pelatih
Berdasarkan hasil pengujian hubungan antara variabel kecemasan
bertanding dengan
dukungan sosial pelatih, menunjukkan koefisien korelasi r = -
0,245 dengan signifikansi
sebesar 0,030 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya hubungan
negatif yang signifikan
antara kecemasan bertanding dengan dukungan sosial pelatih.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian tentang hubungan dukungan sosial pelatih
dengan
kecemasan bertanding pada mahasiswa yang tergabung dalam KBM
bola basket di
UKSW, didapatkan hasil perhitungan korelasi sebesar r = -0,245
dengan signifikansi
Correlations
DSP KB
DSP
Pearson Correlation 1 -.245*
Sig. (1-tailed) .030
N 60 60
KB
Pearson Correlation -.245* 1
Sig. (1-tailed) .030
N 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
-
18
sebesar 0,030 (p
-
19
6% dan sisanya 94% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti. Seperti yang
dikemukakan juga oleh Gunarsa, (1989) bahwa faktor psikologis
menjadi pengarah atau
penggerak atlet untuk menampilkan penampilan yang optimal.
Terkadang faktor
psikologis sering kali memegang peranan penting yang memengaruhi
penampilan
optimal atlet dalam sebuah pertandingan. Dari faktor tersebut
terlihat bahwa faktor
psikologis yang berkaitan erat dengan kecemasan bertanding
adalah bagian kecil dari
faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial pelatih. Selain
faktor psikologis
terdapat faktor lain yaitu faktor fisik dan faktor penguasaan
teknik.
Kecemasan bertanding merupakan reaksi emosi terhadap suatu
kondisi yang
mengancam. Rasa cemas yang muncul dalam menghadapi pertandingan
dikenal dengan
kecemasan bertanding (Sudrajat, 1995). Kecemasan bertanding
adalah penilaian negatif
seorang atlet terhadap situasi pertandingan (Gould, 1995).
Kecemasan dalam turnamen
akan mengakibatkan tekanan emosi yang berlebihan yang dapat
mengganggu
penampilan dan pelaksanaan pertandingan (Gunarsa, 2008). Cox
(2002)
mengungkapkan bahwa kecemasan menghadapi turnamen merupakan
keadaan distress
yang dialami oleh seorang atlet, yaitu sebagai suatu kondisi
emosi negatif yang
meningkat sejalan dengan seorang atlet menginterpretasi dan
menilai situasi
pertandingan. Keterkaitan antara dukungan sosial pelatih dengan
kecemasan bertanding
atlet juga tampak dalam pernyataan Schwarzer dan Leppin (1990),
kecemasan dialami
oleh atlet pada saat tidak hadirnya pelatih yang sangat
diharapkan oleh atlet akan
berpengaruh kurang menguntungkan bagi penampilan atlet tersebut.
Dari pernyataan
Schwarzer dan Leppin dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
pelatih dapat
memengaruhi kecemasan atlet saat bertanding.
-
20
Dari hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diketahui
dukungan sosial
pelatih memiliki skor 10% pada kategori sangat tinggi, 75%
berada pada kategori tinggi,
13,33% pada kategori sedang, 1% pada kategori rendah dan hanya
0% pada kategori
sangat rendah. Sedangkan kecemasan bertanding sebesar 0% pada
kategori sangat
tinggi, 0% berada pada kategori tinggi, 0% pada kategori sedang,
63,3% pada kategori
rendah dan 36,7% pada kategori sangat rendah. Dari hasil
penelitian ini dapat dilihat
bahwa sebanyak 75 (75%) mahasiswa memiliki dukungan sosial
pelatih dalam kategori
tinggi dan sebanyak 36,7 (36,7%) mahasiswa memiliki kecemasan
dalam kategori
rendah. Dukungan sosial pelatih yang diberikan di KBM bola
basket UKSW pada saat
mahasiswa bertanding karena mahasiswa merasa kelelahan yang
membuat
penampilannya buruk kemudian di ganti dengan mahasiswa lain.
Dukungan juga
diberikan saat pelatih merasa mahasiswa sedang dalam masalah
kemudian pelatih
menanyakan dan memberi solusi atau saran untuk menyelesaikan
masalah agar
mahasiswa tersebut dapat bermain baik. Pelatih memberi dukungan
saat mahasiswa
cedera pada saat bertanding agar tidak cemas karena cedera, dan
pelatih terbuka dengan
semua mahasiswa misalnya mendengarkan keluhan-keluhan dari
mahasiswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan,
maka dapat
ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian hubungan antara dukungan sosial pelatih
dengan
kecemasan bertanding diperoleh r = -0,245 dengan signinfikansi
0,030 (p <
0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang negatif
dan signifikan
-
21
antara dukungan sosial pelatih dengan kecemasan bertanding pada
mahasiswa
yang tergabung dalam KBM bola basket di UKSW.
2. Sumbangan efektif dukungan sosial terhadap kecemasan
bertanding sebesar 6%.
Hal ini menunjukkan bahwa 94% kecemasan bertanding dipengaruhi
oleh
faktor-faktor lain di luar dukungan sosial.
3. Tingkat dukungan sosial pelatih 75% berada pada kategori
tinggi dan kecemasan
bertanding sebanyak 63,3% berada pada kategori rendah.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat
masih
banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti
memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengerti bahwa dukungan sosial pelatih merupakan
salah satu
faktor yang sangat penting untuk penampilan saat bertanding dan
mahasiswa
juga diharapkan dapat mengatur kecemasan agar tidak
berlebihan.
2. Bagi Pelatih
Pelatih diharapkan mampu memberi pengaruh yang membuat dukungan
sosial
pelatih menjadi positif dan tinggi. Misalnya pada saat mahasiswa
sedang
mengalami masalah menghadapi pertandingan atau cemas karena
takut
penampilan buruk, pelatih memberi dukungan agar kecemasan yang
dialami
mahasiswa dapat berkurang.
-
22
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini menujukkan masih terdapat faktor lain yang
turut
mempengaruhi kecemasan bertanding yaitu sebesar 94%. Untuk itu,
kepada
peneliti mendatang hendaklah melanjutkan penelitian ini
dengan
mengembangkan variabel-variabel yang digunakan sehingga dapat
terungkap
faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan bertanding, misal
faktor fisik dan
faktor penguasaan teknik. Hasil pengembangan variabel diharapkan
dapat
melengkapi hasil penelitian ini sebagai sumbangan bagi dunia
psikologi
khususnya psikologi olahraga.
-
23
DAFTAR PUSTAKA
Anshel, M. H. (1997). Sport Psychology : From Theory To Practice
3rd
Ed.. Scottsdale,
AZ : Gorsuch Scarisbrick.
Ardianto, Muhammad. (2006). Kecemasan Pada Pemain Futsal dalam
Menghadapi
Turnamen. Skripsi: Universitas Ahmad Dahlan
Ardina. (2012, Oktober). Stres, Kecemasan dan Frustasi. (Online)
:
http://ardinakolahragaunm.com/
Atwater, E. (1991). Psychology of Adjustment 2nd Ed. Englewood
Cliffs. New Jersey:
Prentice Hall, Inc.
Bakker, F.C., Whiting, “I. T.A., & Van Der Brug. (1990).
Sport Psychology: Concepts
and Applications. New york: John Wiley & Sons
Baron, R.A & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial: Jilid 2.
Jakarta: Erlangga
Cox, R.H. (2002). Sport Psychology: Concepts and Applications.
New York: Mc Graw-
Hill Companies
Cratty, B. J. (1973). Psychology in Contemporary Sport.
Englewood Cliffs New Jersey:
Prentices Hall, Inc
Dian. A. K. (2011). Hubungan Antara Kecemasan Menghadapi
Pertandingan dengan
Motivasi Berprestasi. Skripsi: Universitas Bina Nusantara
Farida. (2011). Kecemasan Pemain Basket Pria Pada Saat
Menghadapi Pertandingan
Nasional Beserta Cara Penanggulangannya. Skripsi: Universitas
Gunadarma
Gunarsa, S.D., Satiadarma., Soekasah (1987). Psikologi Olahraga.
Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia.
_____________(1996). Psikologi Olah Raga: Teori dan Praktek.
Jakarta: PT. BPK
Gunung Mulia
_____________ (2008). Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta:
Gunung Mulia
Gottlieb, H. B. (1983). Social Support Strategies Guidelines for
Mental Health Practice.
London : Sage Publication.
-
24
Gould, D. (1995). Psikologi Olahraga; Stress, Kecemasan dan
Prestasi Puncak dalam
Olahraga, Pelatihan Kecakapan Mental bagi Atlet, Department of
Exercise and
sport Science. University of North Carolina at Greensboro
Hartanti, Yuwanto L, Pambudi I, Zaenal T, dan Lasmono H. (2004).
Aspek Psikologis
dan Pencapaian Prestasi Atlet Nasional Indonesia. Anima
Indonesian
Psychological Journal Vol 20, No: 1, 40-54
House, J. S & Kahn, R. L. (1985). Measure and Concepts of
Social Support. Social
Support and Health. Cohen, S and Sym, S. L. (Eds). Florida :
Acadmin Press
Ipank. (2011, 7 April). Perkembangan Bola Basket Di Indonesia.
Sport Education.
Retrieved from http://Sporteducation.com
Kartini. (1981). Gangguan-gangguan Psikologi Olahraga. Jakarta:
Pustaka Sinar
Harapan
Kurniawan, Afif. (2007). Pengaruh Psy War Terhadap Tingkat
Kecemasan dan
Performa Atlet Bola Basket. Thesis: Universitas Islam Negeri
Lee, M. (1993). Coaching Children in Sport: Principle and
Practice. London: E & FN
Spon
Melinda. (2012, 25 Juni). Manfaat Olahraga Bola Basket.Hospital
(Online) :
http://melindahospital.com/
Nideffer, R. M. (1992) Psych To Win. Champain IL: Human
Kinetics
Pate, R.R., McClenaghan, B., Rotella, R. (1993). Dasar-Dasar
Ilmiah Kepelatihan.
(terj. Kasiyo Dwijowinoto). Semarang: IKIP Semarang
Putri, I. Y. (2007). Hubungan Antara Intimasi Pelatih - Atlet
dengan Kecemasan
Bertanding Pada Atlet Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Skripsi:
Universitas Diponegoro
Pearson, R. E. (1990). Counseling and Social Support.
Perspective and Practice.
California : Sage Publication. Inc.
Prager, K. J. (1995). The Psychology of Intimacy. New York: The
Guilford Press
http://melindahospital.com/
-
25
Rizki (2012, 14 Maret). Kegairahan, Ketegangan dan Kecemasan.
Penjaskes (Online) :
http://penjaskes-pendidikanjasmanikesehatan.com/
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions 5th
ed. New
York: John Wiley & Sons, Inc.
Satiadarma, M.P. (2000). Dasar-dasar Psikologi Olahraga.
Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Singer, R. N. (1984). Sustaining Motivation in Sport.
Tallahassee, Florida: Sport
Consultants International
Sudradjat, N. W. (1995). Kecemasan Bertanding Serta Motif
Keberhasilan dan
Keterkaitannya Dengan Prestasi Olahraga Perorangan dalam
Pertandingan
Untuk Kejuaraan. Jurnal Psikologi Indonesia, 1, 7-13
Sutyobroto, Sudibyo. (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta:
Copyright.
Setiyawan, Susilo. (2010). Hubungan Antara Peran Dukungan Sosial
dengan Tingkat
Kecemasan Sebelum Bertanding pada Atlet Loncat Indah. Skripsi:
Universitas
Airlangga
Uchino ( dalam Sarafino, E.P & Smith, T.W., 2011). Health
Psychology
Biopsychosocial Interactions. Seventh ed. USA: John Willey &
Sons (Asia)
Pte Ltd.
Wirawan, Y.G. (1999). Rasa Percaya Diri, Motivasi, dan Kecemasan
dalam Olahraga
Bulutangkis. Psikologika, Jurnal Pemikiran dan Penelitian. Nomor
8 tahun IV
Weinberg and Gould. (2007). Foundations of Sport and Exercise
Phychology. Human
Kinetics.
Zulaikha, Noor. (2007). Kecemasan Bertanding Atlet Ditinjau Dari
Kematangan Emosi.
Skripsi: Universitas Katolik Soegijapranata