Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepribadian Hardiness pada Penderita Diabetes Mellitus SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Syarat- syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi Disusun oleh : Muhammad Hermansyah Afthony 06320208 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2011
120
Embed
Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepribadian Hardiness ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hubungan Dukungan Sosial dengan Kepribadian
Hardiness pada Penderita Diabetes Mellitus
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat- syarat Guna Memperoleh Derajat
Sarjana S1 Psikologi
Disusun oleh :Muhammad Hermansyah Afthony
06320208
JURUSAN PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
2011
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPRIBADIAN
HARDINESS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Prodi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh
Derajat Sarjana S-1 Psikologi
Pada Tanggal
______________________Oleh:
Muhammad Hermansyah Afthony06320208
Mengesahkan,
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua Program Studi
Yulianti Dwi Astuti, S.Psi.,M.Soc.Sc
Dewan Penguji Tanda Tangan,
1. Rr Indahria Sulistyarini S.Psi., Psi., M. A.
2. Qurotul Uyun, S. Psi., M. Si
3. Rumiani, S. Psi. M. Psi.
iii
PERNYATAAN ETIKA AKADEMIK
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Muhammad Hermansyah Afthony
No. Mahasiswa : 06320208
Program Studi : Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Judul Skripsi : Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepribadian
Hardiness pada Penderita Diabetes Mellitus
Melalui surat ini saya menyatakan bahwa :
1. Selama melakukan penelitian dan pembuatan laporan penelitian skripsi saya tidak melakukan tindak pelanggaran etika akademik dalam bentuk apapun, seperti penjiplakan, pembuatan skripsi oleh orang lain, atau pelanggaran lain yang bertentangan dengan etika akademik yang dijunjung tinggi Universitas Islam Indonesia. Karena itu, skripsi yang saya buat merupakan karya ilmiah saya sebagai penulis, bukan karya jiplakan atau karya orang lain.
2. Apabila dalam ujian skripsi saya terbukti melanggar etika akademik. Maka saya siap menerima sanksi sebagaimana aturan yang berlaku di Universitas Islam Indonesia.
3. Apabila dikemudian hari, setelah saya lulus dari Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia ditemukan bukti secara meyakinkan bahwa skripsi ini adalah karya jiplakan atau karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang ditetapkan Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta, November 2011
Yang Menyatakan,
Muhammad Hermansyah Afthony
iv
HALAMAN MOTTO
“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
أحسب الناس أن یتركوا أن یقولوا آمنا وھم لا یفتنون
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
(QS. Al Ankabut: 2)
فإن مع العسر یسرا
“Sungguh, bersama kesukaran itu pasti ada kemudahan”(QS. Al-Insyirah: 5)
"Kalau orang yang berani menghadapi kematian, itu bukan orang hebat.Orang hebat itu adalah orang yang berani menghadapi hidup ini.”
(Prof. Dr. Firmanzah)
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur tak terhingga, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah melancarkan segalanya,
di saat hambamu ini terpuruk kemudian dapat kembali hungga saat ini, dengan
karya ini, saya persembahkan kepada:
Ayahanda H. Muhammad Subchi Yusuf dan Ibunda Hj. Ummu Salamah
tercinta,
Kasih Sayang yang kurasakan dari kalian tak akan pernah bisa ku bayar dengan
meteri sepersenpun. Menjadi anak sholeh, sehingga amal jariyah dan derajat surga
tertinggi untuk kalian adalah cita-cita terbesarku, hanya untuk mengharapkan
Ridho Allah.
adikku Muhammad Herdyan Anisqurly dan Muhammad Herdana Ashidiqy
tersayang, untuk kekompakan tim keluarga kita, saling support, dan yang selalu
membuatku memandang suatu hal dari sisi lain.
Para sahabat-sahabatku yang di Jogjakarta terimakasih atas doa, pengertian,
dukungan, dan perhatian selama ini. Terimakasih karena keceriaan itu.
Thank you and I Love You
vi
PRAKATA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Segala puji dan syukur tak henti-hentinya
penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas rahmat, anugerah,
hidayah serta pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
ini dengan baik. Sholawat dan salam senantiasa dijunjung penulis kepada Nabi
Muhammad Sallallaahu alayhi wasallam beserta keluarga, para sahabat serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik
walaupun masih banyak terdapat keterbatasan dan kekurangan. Penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan dorongan, arahan, nasihat, bimbingan, serta kritikan mulai dari
awal pengerjaan skripsi hingga tersusunnya skripsi ini. Skripsi ini tidak ada
artinya tanpa bantuan dari mereka. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Sus Budiharto, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Dekan Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Indonesia Indonesia.
2. Ibu Yulianti S.Psi., M.Soc., Sc, selaku Ketua Program Studi Psikologi
Universitas Islam Indonesia.
3. Ibu Raden Ajeng Retno Kumolohadi S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang senantiasa membimbing penulis hingga akhir masa studi.
vii
4. Ibu Rr Indahria Sulistyarini S.Psi., Psi., M. A. Selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu, membimbing, mengarahkan dan mengingatkan
penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Qurotul Uyun, S. Psi., M. Si dan Ibu Rumiani, S. Psi. M. Psi. selaku
Dewan Penguji, terima kasih telah bersedia menguji atas kelayakan penelitian
skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku, Daru Ekawati yang telah membantu mengotak-atik data
statistik dan mengecek angket, Vriesty Yuristicha yang telah menemani saat
berkutat proses pengerjaan skripsi, Isella Loviana dengan sukarela membantu
mengambil dan memasukkan data, Fevtika Aprianita terimakasih atas
pinjaman power pointnya.
7. Kawan-kawan sekos Prima Anindhita, untuk Raditya Galih dengan baiknya
rela begadang membantu saat-saat genting sebelum pendadaran, Ferry
Wicaksono yang rela menemani selama pendadaran, dan Pijar, Ruslim, Anto,
Om Irwan terima kasih atas segala bantuannya.
8. Teman-teman senasip seperjuangan. Saling mengingat target kelulusan kita,
pesan-pesan dosen pembimbing kita, pengalaman-pengalamannya yang telah
kalian bagi untukku. Terkhusus untuk Citra Dewi, Disa Andaltika, Agus
Sanusi, dan Dimas Agung.
9. Nenek (Alm) tercinta yang telah mewakili sebagian penderita diabetes
mellitus, terimakasih atas ketegarannya dalam menjalani hidup membuat
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEPRIBADIAN
HARDINESS PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS
MUHAMMAD HERMANSYAH AFTHONY
RR INDAHRIA SULISTYARINI
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 80 orang penderita diabetes mellitus di Wonosobo yang berumur 31-60 tahun. Alat Ukur yang digunakan adalah skala kepribadian hardiness mengacu pada teori Maddi dan Kobasa (1984) dan skala dukungan sosial yang mengacu pada teori House (Smet, 1994). Teknik analisis ini menggunakan produk Pearson melalui fasilitas SPSS 16.00 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus. Uji korelasi product mement dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0.791 dan p = 0.000 (p<0.01), yang artinya ada hubungan positif anatara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus. Jadi hipotesis penelitian diterima.
Kunci Kata : Kpribadian hardiness, Dukungan Sosial
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia mengkonsumsi berbagai jenis makanan hanya dengan mengikuti
kecenderungan selera, bukan mempertimbangkan manfaat bagi kesehatan.
Akibatnya, berbagai masalah kesehatan yang seharusnya tidak terjadi dengan
sangat mudah menimpa seseorang. Kesehatan itu sendiri diartikan oleh World
Health Organization (WHO) (http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan,2011)
sebagai keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental dan sosial, dan bukan
hanya suatu keadaan yang bebas penyakit, cacat dan kelemahan. Kondisi tubuh
yang sudah tidak mampu menjaga fasilitasnya karena suatu penyakit telah
menyebabkan kita terperosok pada berbagai efek-efek negatif lainya. Kleinman
(Smet, 1994) menggambarkan penyakit sebagai gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses biologis dan psikofisiologis pada seseorang. Salah satu bentuk
penyakit antara lain penyakit kronis. Penyakit kronis adalah penyakit-penyakit
degeneratif yang berkembang selama kurun waktu yang lama. Salah satu penyakit
kronis yang mendapat perhatian khusus adalah diabetes mellitus. Di indonesia,
orang mengenal diabetes mellitus dengan sebutan penyakit gula atau kencing
manis.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes
mellitus tertinggi di dunia. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus di Indonesia
secara konsisten tampak dari masa ke masa. Tercatat dalam data Badan Kesehatan
2
Dunia (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia
meningkat tiga kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2000 terdapat
sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes mellitus. Setahun
kemudian jumlah penderita bertambah 7,5 % atau sekitar 6,02 juta jiwa. Pada
tahun 2003, Indonesia telah menempati urutan kelima dalam jumlah penderita
diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2004 penderita diabetes mellitus di
Indonesia meningkat 10,4 % atau sekitar 6,64 juta jiwa. Pada tahun 2005
Indonesia menanjak keatas menjadi ranking ke 3 dengan penduduk penderita
diabetes mellitus terbesar, mampu menggeser negara-negara berpendudukan besar
seperti Rusia, Amerika, India dan Cina. Tahun 2006 diperkirakan jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang,
tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14,8 juta
jiwa. Pada tahun 2010 penderita diabetes mellitus telah mencapai 21,3 juta jiwa,
bahkan ditahun 2011 epidemi diabetes di seluruh dunia terus memburuk, saat ini
diperkirakan 366 juta orang menderita penyakit ini. Hal tersebut menunjukkan
adanya peningkatan yang cukup signifikan jumlah penderita diabetes melitus
terutama di kawasan Indonesia. (http://health.kompas.com/read/2011/09/14/
07351110/366.Juta Orang.Menderita.Diabetes).
Bedasarkan hasil survey tahun 2003, prevelansi di perkotaan mencapai
14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Peneliti mencoba mengambil
sampel di wilayah pedesaan yaitu di Kecamatan Mojotengah. Kecamatan tersebut
dalam kodisi geografis berbukit-bukit seluas 14 km² dengan 9 desa ini hanya
memiliki satu puskesmas yaitu puskesmas Mojotengah. Permasalahan yang
3
muncul dalam penanganan diabetes di daerah pedesaan dikarena keadaan wilayah
geografis yang tak merata sehingga keterbatasan akses terhadap pengobatan
menyeluruh, kurangnya pengenalan dan penanganan komplikasi secara dini, dan
tidak memadainya edukasi terhadap masyarakat secara luas. Hal tersebut
berkontribusi terhadap tingginya kematian dan kecacatan akibat diabetes mellitus.
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus di daerah tersebut secara konsisten
tampak dari masa ke masa. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus tidak dapat
dipisahkan dari pola konsumsi makanan dan gaya hidup. Masuknya pola hidup
perkotaan (urbanisasi) seperti berhubungan dengan obesitas, kurangnya aktivitas
fisik dan stres emosional. Urbanisasi tampak cukup menonjol di berbagai daerah
tersebut dengan kemajuan ekonomi memberikan dampak semakin banyaknya
gerai makanan cepat saji, kurangnya kesempatan berolahraga, dan tingginya stres
emosional.
Rusdi dan Isnawati (2009) mengungkapkan bahwa tubuh manusia pada
dasarnya membutuhkan glukosa dalam kadar yang sesuai, agar dapat membantu
terjadinya proses metabolisme tubuh. Tubuh yang normal mengatur kadar gula
dalam darah dengan bantuan hormon insulin. Insulin adalah hormon yang
dilepaskan oleh pangkreas, yang bertanggung jawab dalam mempertahankan
kadar gula darah yang normal. Seseorang dengan gaya hidup tak sehat secara
terus-menerus dapat membuat kadar gula akan menumpuk dan tidak larut dalam
proses metabolisme ketika tubuh (pangkreas) tidak mampu menghasilkan dalam
jumlah memadai. Peningkatan kadar gula dalam darah (hyperglycemia) , dalam
jangka panjang menyebabkan seseorang menderita diabetes mellitus. Penyakit
4
diabetes pada dasarnya merupakan penyakit yang memiliki kompilasi atau
penyakit yang dapat menyebabkan banyak terjadinya penyakit-penyakit lain. Hal
ini terjadi karena kadar gula yang tinggi menyebabkan rusaknya pembuluh darah,
saraf, dan struktur internal lainnya. Penyakit ini dapat memberikan komplikasi
yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal, impotensi dan
kebutaan. Tidak ada obat yang menyembuhkan penyakit diabetes mellitus, artinya
penderita harus hidup berdampingan dengan penyakit diabetes mellitus seumur
hidupnya, akan tetapi penyakit ini dapat dikendalikan.
Miller (Soeharjono dan Adi, 2002) mengatakan sebagaimana lazimnya
penyakit kronis sering menimbulkan perasaan tidak berdaya pada diri
penderitanya, yaitu suatu perasaan bahwa dirinya sudah tidak mampu mengubah
masa depannya. Perasaan tidak berdaya ini timbul karena berbagai macam sebab
antara lain kondisi kesehatan penderita yang tidak menentu yang diwarnai dengan
kesembuhan dan kekambuhan, serta kemungkinan terjadinya kemunduran fisik.
Hal ini akan banyak mempengaruhi motivasi penderita terhadap pengontrolan
diabetesnya.
Artikel Time (http://healthland.time.com, 2011), memaparkan ketika
penanggulangan penyakit kronis berlangsung hari demi hari, pasien biasanya
ingin diperlakukan sesederhana mungkin. Tetapi pada kasus diabetes,
kesederhanaan bukanlah pertimbangan yang paling baik. selama 10 tahun
Lembaga Kesehatan Nasional Amerika Serikat mengumumkan hasil penelitian
bahwa perlakuan paling efektif untuk penderita diabetes adalah pengelolaan diri
5
yang kompleks dan memakan waktu supaya dapat mengontrol gula darah secara
ketat.
Penanggulangan diabetes mellitus membutuhkan berbagai macam
penyesuaian psikologis dari penderitanya. Mau tidak mau penderita dituntut untuk
melaksanakan berbagai aturan berkaitan dengan pengaturan makanan,
penyuntikan insulin setiap hari, pengontrolan glokusa darah dengan tujuan agar
metabolismenya dapat terkendali dengan baik. Strain (Soeharjono dan Adi, 2002)
mengidentifikasikan adanya berbagai reaksi psikologis dari penderita penyakit
kronis, yang dapat mengakibatkan kurangnya daya kontrol. Kurangnya daya
kontrol ini meliputi berbagai aspek penyakit kronis seperti halnya penyebab
penyakit, kejadian atau pengalaman dalam perawatan kesehatan selama penderita
mencari pengobatan untuk sakitnya. Sebagai contoh dari hasil wawancara dengan
seorang subjek berinisial US pada tanggal 27 September 2010, 1:28:46, Pada saat
subjek diberitahu bahwa dirinya menderita diabetes mellitus, subjek bereaksi
dengan tidak mempercayainnya dan menjadi sangat terpukul. Setelah itu diikuti
dengan kecemasan, putus asa dan kesedihan yang mendalam menyangkut
penyakitnya. Subjek merasa terancam dengan adanya gejala seperti berat badan
terus menurun, haus tak terpuaskan, sering buang air kecil, kelelahan, mudah
mengantuk, dan sering kesemutan terutama pada kaki dan tangan. Hal tersebut
menunjukkan adanya perilaku terancam (Threat).
Perlakuan yang dirasa mengganggu subjek dalam tahun pertama adalah
penderita diharuskan suntik insulin Lantus 0,10 mg secara rutin setiap pagi
sebelum melakukan aktivitas sehari-hari. Selain suntik insulin, subjek diharuskan
6
melakukan minum obat seperti amaril 1 mg disiang hari dan galfus 50 mg setiap
malamnya, diet kalori ketat dan pengontrolan kadar gula secara mandiri. Perasaan
takut, putus asa, cemas yang timbul sebagai reaksi terhadap diagnosis banyak
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lalunya, misal kematian ibunya
dan cerita-cerita akibat yang timbul dari anggota keluarga lainnya. Hal tersebut
membuat penderita menunjukkan perilaku ketidakberdayaan (powerless), Holmes
(Soeharjono dan Adi, 2002) mengungkapkan bahwa kebanyakan orang yang baru
mendapat diagnosis diabetes mellitus merasa seakan-akan dunianya dipenuhi oleh
pikiran-pikiran tentang kerabatnya-kerabatnya yang diamputasi kaki atau
tangannya sebagai akibat diabetesnya. Perasaan-perasaan seperti ini sulit
dihilangkan.
Subjek merasa minder disaat menjalani serangkaian pengobatan seperti
penyuntikan insulin yang suntik di perutnya, oleh sebab itu subjek menjalani
dengan sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh orang-orang sekitar. Hal tersebut
menunjukkan perilaku keterasingan (alienation). Subjek merasa takut ketika
berusaha mencari informasi mengenai berbagai akibat, larangan, dan
keterbatasan-keterbatasan yang tidak boleh dilakukan dari penyakit yang
dideritanya. Sama yang dikatakan oleh D.Fonzo (Soeharjono dan Adi, 2002)
bahwa ketakutan akan timbulnya komplikasi dan kematian, tentang karier,
aktivitas sosial, dan pembatasan dalam bepergian, ketidakmampuan dalam dalam
bidang seksual (impotensi/ frigiditas), kehamilan dan ketakutan akan memberikan
anak dengan diabetes atau anak yang cacat, perasaan takut akan menghadapi
pendapat orang di luar. Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
7
Subjek menunjukkan perilaku ketidakberdayaan (powerless), terancam (Threat),
dan keterasingan (alienation) yang dapat di rangkum dalam kepribadian rentan
(non-hardiness) yaitu bentuk kepribadian yang ditandai dengan kemudahan dalam
mengalami stres (Hafnidar ,2005).
Dari permasalahan yang dihadapi oleh penderita diabetes mellitus seperti
di atas, potensial sekali menimbulkan stres. Namun demikian dalam kondisi stres,
seseorang tetep dapat bertahan jika mampu menyesuaikan diri secara tepat (Wade,
2007). Stres merupakan keadaan yang tidak menyenangkan yang dialami individu
pada saan menilai bahwa tuntutan dari lingkungan melebihi batas kemampuan
yang dimiliki individu. Penilaian terhadap tuntutan yang datang tersebut
dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian individu yang bersangkutan. Agar
dapat menyesuaikan diri secara baik meski dalam kondisi stres setelah mengalami
divonis menderita diabetes mellitus diperlukan karakter kepribadian yang positif.
Kusumanto (Hadjam dan Masrun, 1998) mengatakan kepribadian seseorang sehat
apabila individu mampu untuk memperoleh penyelesaian-penyelesaian secara
efektif, efisien dan positif dalam situasi hidup yang berubah-ubah.
Menurut pendapat Sheridan dan Radmacher (Andaltika, 2010), para
filosof dan ahli ilmu sosial telah mengamati bahkan banyak orang mampu
melakukan penyesuaian yang lebih baik terhadap kehidupan karena adanya
karakter-karakter kepribadian tertentu. Peneliti mencoba melihat peranan
kepribadian tahan banting atau sering disebut kepribadian hardiness sebagai
perisai atau tameng dari dampak stresor kehidupan pada penderita penyakit
diabetes mellitus. Maddi dan Kobasa mengemukakan bahwa individu yang
8
mempunyai kepribadian hardiness memiliki kontrol pribadi, komitmen, dan siap
menghadapi tantangan, artinya perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri
maupun diluar dirinya dilihat sebagai suatu kesempatan untuk tumbuh dan bukan
sebagai suatu ancaman terhadap dirinya. Individu yang mempunyai kepribadian
hardiness dianggap dapat menjaga menjadi tetap sehat meskipun mengalami
kejadian-kejadian penuh stres. Individu yang mempunyai kepribadian hardiness
tidak akan mudah melarikan diri dan menarik diri dari kondisi-kondisi yang
mengancam dirinya. (Hadjam dan Masrun, 2004).
Pembahasan lebih jauh Maddi dan Kobasa (1984) memaparkan bahwa
kepribadian hardiness memiliki tiga aspek yaang menjadikan karakter ini tahan
terhadap tekanan. Aspek-aspek tersebut adalah komitmen (commitmen) yaitu
kecenderungan individu untuk melibatkan diri ke dalam apapun yang dilakukan.
Tantangan (challenge) yaitu kecenderungan individu untuk memandang suatu
perubahan dalam hidupnya sebagai sesuatu yang alami (wajar) dan mengantisipasi
perubahan tersebut sebagai stimulus yang sangat berguna bagi perkembangan.
Kontrol (control) merupakan keyakinan bahwa individu dapat mempengaruhi apa
saja yang terjadi dalam hidupnya. Kobasa (1982) menjelaskan kontrol memiliki
tiga aspek yaitu kontrol terhadap keputusan yan diambil atau mampu untuk secara
mandiri memilih cara untuk mengatasi stres diantara cara-cara yang ada, kontrol
kognitif yang memungkinkan individu untuk mampu menginterpretasi, menilai
dan menghubungkan berbagai peristiwa yang menimbulkan stres menjadi suatu
rencana hidup yang terus berjalan, dan kontrol coping yakni kemampuan
mengadakan perulangan respon yang tepat terhadap stres. Josep dan Lenley
Kategorisasi Norma Jumlah Subjek %Tinggi 135 ≤ Х 0 0%Sedang 70 ≤ Х < 68,2 75 93,75%Rendah Х < 46,8 5 6,25%
Hasil masing-masing variable yaitu kepribadian hardiness memiliki rentang
X ≥ 135 untuk kategori tinggi, 70 ≤ X < 135 untuk kategori sedang, X < 70 untuk
kategori rendah. Berdasarkan deskripsi data penelitian diketahui bahwa rata-rata
empirik keseluruhan subjek adalah 88,58 sehingga dapat disimpulkan bahwa
49
kepribadian hardiness subjek dalam penelitian ini berada dalam kategori sedang
yaitu 93,75%
3. Uji Asumsi
Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS 16.00 for windows. Diperoleh
sebaran skor pada variable dukungan sosial adalah normal (K-S Z = 1,939 ; p =
0.001 atau p > 0.05) dan sebaran variabel kepribadian hardiness adalah normal
(K-S Z = 2,508 ; p = 0.000 atau p > 0.05), karena data ini memiliki signifikan
lebih dari 0.05 maka data ini normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah pengujian garis regresi antara variable bebas dan
variable tergantung dengan tujuan untuk melihat sebaran dari tingkat-tingkat yang
merupakan nilai dari variabel penelitian sehingga saat ditarik garis lurus bisa
menunjukkan hubungan linear antara variabel-variabel tersebut. Hasil uji
linearitas yang dilakukan F Linearity 181.676 dengan p = 0.000; p < 0.05
menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut linear.
4. Uji Hipotesis
50
Syarat untuk melakukan uji hipotesis terpenuhi, yakni uji asumsi yang terdiri
dari uji normalitas (data normal) dan uji linearitas (data linier). Dengan demikian
uji hipotesis pada penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
korelasi product moment dari Pearson.
Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien antara variabel dukungan
sosial dengan kepribadian hardiness adalah r = 0.791 dengan p = 0.000 (p < 0.01).
hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus.
Artinya, semakin tinggi dukungan sosial, maka semakin tinggi kepribadian
hardiness. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa hipotesis yang diajukan pada
penelitian ini diterima.
D. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis mengenai adanya
hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada
penderita diabetes mellitus. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan
kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus. Dengan demikian maka
hipotesis diterima dan ditunjukkan dengan nilai r = 0.791 dan p = 0.000 ( p <
0.01), yaitu adanya hubungan positif antara dukungan sosial dengan kepribadian
hardiness pada penderita diabetes mellitus.
Mean empirik dukungan sosial dan kepribadian hardiness lebih tinggi
dari mean hipotetik. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat diketahui
dapat diketahui nilai rata-rata skor dukungan sosial yang diperoleh penderita
51
diabetes mellitus (mean empiric= 106.60) lebih tinggi dari rata-rata skor
hipotetiknya (mean hipotetik= 73.10). data tersebut menunjukkan bahwa penderita
diabetes mellitus memiliki skor dukungan sosial lebih besar dari rata-rata yang
diperkirakan. Secara lebih spesifik, dukungan sosial yang dimunculkan oleh
penderita diabetes sebagian besar berada pada tingkatan tinggi (93.75%), sisanya
berada pada tingkatan sedang (1.25%) dan remaja yang berada pada tingkatan
rendah (5%).
Penelitian menunjukkan berada pada katagori tinggi. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas penderita diabetes mendapatkan dukungan sosial
yang besar dan mengindikasikan bahwa hubungan dalam pasangan dan keluarga
berjalan dengan baik, kemampuan bersama untuk maju, penghargaan akan sesama
yang tinggi, kemampuan yang saling membantu dan gotong royong yang baik,
dan keinginan untuk saling berbagi yang tinggi. Hal tesebut juga mengindikasikan
mempunyai hubungan erat antara pasien diabet dengan dokter saling membantu
dalam penanganan penyakit diabetes penderita, serta tingginya tingkat dukungan
sosial di lingkungan sosial sekitar seperti intensitas pertemuan antar sesama
penderita diabetes dalam pertemuan komunitas diabetes mellitus.
Kepribadian hardiness pada penderita diabetes mellitus memiliki rata-
rata skor hipotetik (mean empiric=57.5%) yang lebih tinggi dari rata-rata skor
hipotetik (mean hipotetik=45). Hal ini menunjukkan bahwa kepribadian hardiness
berada di rata-rata yang diperkirakan. Sebagian besar penderita diabetes berada
pada tingkatan kepribadian hardiness yang sedang (93,75%) dan ada penderita
yang memiliki tingkat kepribadian hardiness yang rendah (6,25%).
52
Hasil penelitian didapati memiliki kepribadian hardiness yang sedang.
Hal ini mengindikasikan bahwa penderita diabetes mampu mengelola tekanan-
tekanan penyakit yang diderita setiap hari oleh mereka, mampu mengatur dan
mengontrol pikiran dalam mengendalikan diet diabetnya. Memiliki toleransi
terhadap stres yang cukup baik. cukup mampu beradaptasi dengan keadaan
barunya.
Hipotesis penelitian ini dapat diterima, hal ini menunjukkan bahwa
dukungan sosial berhubungan dengan kepribadian hardiness pada penderita
diabetes mellitus. hal ini serupa dengan hasil penelitian Schlosser dan Sheeley
(Wallance dan Bergamen, 2001) mengungkapkan adanya korelasi baik antara
kepribadian hardiness dengan dukungan sosial secara kualitas dengan ditunjukkan
berkurangnya depresi pada individu. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Gill
dan Harris (Methews dan Seib, 2007) bahwa ada hubungan signifikan dengan
terlihat adanya hubungan hardiness dan dukungan sosial membuat individu dapat
memperbaiki stres atau mengurangi stres yang terhadap masalah yang
dihadapinya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Kobasa dan Maddi (Hafnidar dan
Masrun, 2005) yang mengatakan bahwa kepribadian hardiness akan mengarahkan
individu saat menghadapi masalah. Individu yang memiliki kepribadian hardiness
memandang sesuatu masalah sebagai sesuatu yang penting dan menarik, sesuatu
yang dapat mempengaruhi dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki.
Individu yang memiliki kepribadian hardiness cenderung mengatasi masalah
secara efektif dan positif serta memiliki pandangan yang optimis serta memiliki
53
pandangan yang optimis dan berusaha mengubah masalah menjadi sesuatu yang
menyenangkan dan penuh tantangan, dengan kata lain jika menghadapi masalah
individu yang memiliki kepribadian hardiness akan berusaha menyelesaikannya,
jika ada suatu yang tidak diketahui akan dicari jawabannya dan jika ada kejadian
yang tidak dapat diubah akan diterima dan untuk selanjutnya akan dicari apa yang
dapat dipengaruhinya tanpa menurunkan efisiensi, produktivitas dan kualitas
dalam kehidupan sehari-hari sehingga individu tersebut akan menanggunakan
cara-cara penanggulangan masalah secara aktif yang mengarah pada penyelesaian
masalah.
Hasil penelitian tersebut tidak terlepas dari ciri individu yang memiliki
kepribadian hardiness yang kuat yaitu selalu menikmati apapun yang dilakukan
dan dapat dengan mudah melibatkan diri dengan sepenuh hati terhadap setiap
apapun yang dikerjakannya, selalu melakukan usaha yang maksimal namun
penuh dengan perhitungan dan rencana yang matang. Individu yang memiliki
kepribadian hardiness juga mampu bertindak aktif dan percaya bahwa setiap
kejadian yang sedang dihadapi dapat dipengaruhi. Individu yang memiliki
kepribadian hardiness juga selalu berusaha mengubah situasi sehingga dapat
menguntungkan dan tidak pernah menerima sesuatu begitu saja. Individu ini juga
menganggap bahwa perubahan-perubahan yang terjadi baik di dalam dirinya atau
lingkungan sekitarnya merupakan sesuatu yang wajar dan dapat berguna untuk
proses perkembangan kearah yang lebih baik (Hafnidar dan Masrun, 2004).
Kobasa (1984) mengemukakan bahwa kepribadian hardiness suatu konstalasi
karakteristik kepribadian yang dapat membantu untuk melindugi individu dari
54
pengaruh negatif stress. Menurut kobasa individu yang memiliki kepribadian
hardiness tinggi mempunyai serangkaian sikap yang memebuat tahan terhadap
stress. Individu dengan kepribadian hardiness dapat menikmati sisa hidupnya,
senang melakukan keputusan dan snang melaksanakannya karna memandang
hidup ini sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan dan diisi agar mempunyai
makna, dan individu yang hardiness sangat antusias menyongsong masa depan
karena perubahan-perubahan dalam keidupan dianggap sebagai suatu tantangan
dan sangat berguna untuk perkembangan hidupnya. Kobasa juga berpendapat
melihat kepribadian hardiness sebagai kecenderungan untuk mempersepsikan
atau memandang peristiwa-peristiwa hidup yang potensial mendatangkan stres
sebagai sesuatu yang tidak terlalu mengancam.
Pendapat senada diungkapkan oleh Ganellen dan Blaney (Wallance dan
Bergamen, 2001) mengatakan individu dengan kepribadian hardiness tetap sehat
setelah mengalami stres yang tinggi karena konstelasi karakteristik yang
membedakan dengan mereka yang mempunyai kepribadian yang rentan atau non-
hardiness.
Karakteristik kepribadian hardiness merupakan kepribadian yang positif
dapat membantu proses penerimaan diri secara sehat adalah kepribadian
hardiness. Karakteristik kepribadian hardiness merupakan perwujudan
optimalnya keterampilan psikologis seseorang dalam meenghadapi keehidupan
(Hadjam, 2004).
Terbuktinya kepribadian hardiness sebagai pelindung atau tameng
dampak patologis stressor dengan hasil penelitian Wiebi (Hadjam, 2004), yang
55
menunjukkan bahwa kepribadian hardiness berhubungan secara meyakinkan
dengan kejadian hidup sehari-hari dan tidak memunculkan keluhan fisik, karena
kepribadian tersebut akan menjadi tameng dan penguat atas dirinya.
Woodard (2004) mengungkapkan peran kepribadian hardiness adalah
sebagai tameng psikologis dari stres dalam tubuh. Kepribadian hardiness memberi
kontribusi untuk kesehatan mental melalui mekanisme coping dan penilaian.
mekanisme ini termasuk penilaian terhadap stressor dengan cara mengurangi yang
dianggap sebagai suatu ancaman dan mampu melihat diri dapat mengatasi
masalah secara efektif dengan cara mengandalkan strategi fokus penyelesaian
masalah dan mencari dukungan.
Kepribadian hardiness dapat tercapai secara maksimal, ketika penderita
diabetes juga memerlukan dukungan sosial dari orang-orang terdekat di
lingkungannya yaitu pasangan, keluarga, teman, dokter serta rekan sesama
penderita diabetes. Hal ini sesuai dengan pendapat Andromeda dan Rachmahama
(2004) yang mengungkapkan Salah satu strategi penyesuaian yang dimiliki
kepribadian hardiness adalah dengan menggunakan sumber-sumber sosial
disekitarnya. Winnubust (Smet, 1994) yang menyatakan bahwa dukungan sosial
tidak terlepas dari hubungan akrab, sehingga dari interaksi tersebut individu
menjadi lebih tahu bahwa orang lain telah memperhatikan, mencintai dan
menghargai dirinya.
Penelitian Hadjam dan Masrun (2004), dimana kepribadian hardiness
mengurangi pengaruh kejadian-kejadian hidup yang mencekam dengan
meningkatkan penggunaan strategi penyesuaian, antara lain dengan menggunakan
56
sumber-sumber sosial yang ada di lingkungannya untuk dijadikan tameng,
motivasi, dan dukungan dalam mengatasi masalah ketegangan yang dihadapinya
dan memberikan kesuksesan, sehingga individu tidak jatuh sakit atau memberikan
keluhan fisiknya. Senada penelitian dari Sheridan & Ratmacher (Andaltika, 2011)
mengungkapkan dukungan sosial adalah salah satu aspek yang sangat berperan
sebagai penyangga (buffer) untuk memproteksi individu dalam melawan dampak
negatif dari stress. Nilson (Atkinson dan Richard, 2008) mengungkapkan bahwa
stres lebih mudah ditanggung bila penyebabnya disebarkan dengan orang lainnya.
Perasaan cemas cenderung dilupakan orang bekerja sama. Morgan (Baron dan
Byme, 2005) memberi alasan karena berhubungan dengan orang lain adalah
sumber dari rasa nyaman ketika subjek merasa tertekan.
Woodard (2004) mengungkapkan bahwa kepribadian hardiness
merupakan tameng psikologis terhadap efek stres dalam tubuh. Kepribadian
hardiness memberi kontribusi terhadap kemampuan diri dalam menghadapi
masalah dengan menggunakan potensial-potensial yang ada pada dirinya secara
efektif. Potensial tersebut digunakan dari secara fisik (kepedulian terhadap
kesehatan tubuh, seperti hati-hati menghindari cidera), psiologis (self image,
kesehatan mental), dan mencari dukungan sosial (bantuan dri keluarga, teman dan
tim medis).
Thoits (Suparmin dan Guritno, 2009) mendifinisikan dukungan sosial
sebagai perasaan sosial dasar yang dibutuhkan individu secara terus menerus yang
dipuaskan melalui interaksi dengan orang lain. Dukungan sosial merupakan
keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang yang dapat
57
dipercaya. Dari interaksi ini individu menjadi tahu bahwa orang lain
memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya.
Seorang penderita diabetes yang memiliki dukungan emosional yang
berupa empati, kepedulian dan perhatian serta mendapat dukungan informatif
berupa nasehat, petunjuk, dan saran dari lingkungan sekitar membuat penderita
akan memiliki kontrol yang tinggi sehingga dia akan selalu optimis dalam
menghadapi masalah sehingga jika stres melanda, individu tersebut akan memiliki
sumber pemecahan masalah secara efektif.
Seorang penderita diabetes yang mendapat penghargaan yang positif
dengan ungkapan rasa hormat akan memiliki komitmen yang tinggi, dia akan
mudah tertarik dan terlibat secara terus menerus ke dalam apapun yang sedang
dikerjakandan memiliki perasaan wajar yang menuntunya untuk memberi makna
pada setiap kejadian dan segala sesuatu yang ada di lingkungannya, serta
penderita tidak mudah menyerah pada tekanan
Seorang penderita diabetes yang mendapatkan dukungan instrumental
misalnya: mendapat pertolongan pada waktu mengalami stress, dia akan memiliki
tingkat tantangan yang tinggi memiliki keluwesan dalam bersikap, sehingga dapat
mengintegrasikan dan menilai ancaman dari situasi yang baru secara efektif, dapat
memandang hidup sebagai sebagai sesuatu tantangan yanga mengasyikkan dan
menjadi seseorang yang dinamis dan mempunyai kemajuan untuk maju.
Berdasarkan tinjauan psikologi kesehatan maka hubungan antara
dukungan sosial dan stres pada penderita diabetes ini merupakan hubungan yang
langsung, seperti diutarakan oleh Gottlieb (Smet, 1994) dalam teorinya yang
58
disebut direct effect hypothesis. Teori ini berpendapat bahwa dukungan sosial
akan bermanfaat secara langsung bagi kesehatan dan kesejahteraan penderita,
terutama mengulangi stres penderita.
Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya
berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari
informasi, perhatian emosi, penelitian dan bantuan instrumental yang diperoleh
individu melalui interaksi dengtan lingkungan dimana hal itu memiliki manfaat
emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu individu
dalam mengatasi masalah. House (Smet, 1994) menyatakan bahwa melalui
dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental serta
dukungan informasi dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan
psikologis. Hal tersebut pada akhirnya mendatangkan perasaan nyaman dalam
dirinya. Penderita meras tenang, nyaman, saat cemas ada yang menghibur, dan
tetap merasa bersemangat menjalani tritmen terkait penyakit diabetesnya,
sehingga gejala-gejala stres bisa diminimalkan bahkan mungkin dihilangkan.
Pasangan adalah tempat dimana penderita bisa berbagi kesediahan, ketakutan,
kecemasan dan kebahagiaan tentang penyakitnya. Seorang pasangan bisa
mendampingi saat penderita harus kontrol ke rumah sakit.
Antonovsky (Atkinson dan Richard, 2008) yang mengungkapkan orang-
orang dengan banyak hubungan sosial cenderung dapat hidup lebih lama dan lebih
sedikit menjadi mangsa penyakit yang berkaitan dengan stres dibanding orang-
orang yang mempunyai dukungan sosial. Hal ini dapat terjadi dikarenakan
59
Menurut Sarason (Baron dan Byme, 2005) dengan adanya dukungan sosial dapat
memberi kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang.
Peneliti sangat menyadari penelitian ini jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak memiliki kelemahan. Berdasarkan data secara empiris, kedua variable
dalam penelitian ini memang memiliki hubungan, namun penelitian ini tidak
begitu saja dapat dipercaya, hal ini dikarenakan sumbangan efektif menunjukkan
nilai yang tinggi sebesar 62,5 persen. Hal ini yang menjadi koreksi peneliti,
dikarenakan ketidaktahuan peneliti mengenai tingkat pendidikan para penderita
diabetes di daerah setempat yang mempengarui pola pikir mereka dalam
mengerjakan isi angket sehingga kemungkinan adanya faking good dari para
responden.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
sangat signifikan antara dukungan sosial dengan kepribadian hardiness pada
penderita diabetes mellitus. Hal ini menunjukkan semakin tinggi dukungan
sosial maka semakin tinggi tingkat kepribadian hardiness penderita diabetes
mellitus. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial maka semakin rendah
tingkat kepribadian hardiness penderita diabetes mellitus.
2. Secara keseluruhan tingkat dukungan sosial penderita diabetes mellitus berada
dalam kategori tinggi.
3. Secara keseluruhan tingkat kepribadian hardiness berada dalam ketegori
sedang.
61
B. Saran
Penelitian ini merupakan salah satu wujud untuk memperkaya wacana
khasanah ilmu pengetahuan. Usaha ini perlu diteruskan dan dikembangkan lagi
guna membenahi kekurangan yang ada pada penelitian-penelitian sebelumnya,
Hasil peneltian ini terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan
dari berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi Komunitas Diabetes Mellitus
Disarankan agar melakukan pemetaan yang kongkrit lagi agar dukungan
sosial yang tinggi ini dapat dimanfaatkan dengan baik dan dapat
mengembangkan karakteristik hardiness yang ada pada anggota penderita
diabetes mellitus agar menjadi lebih baik lagi.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik untuk menggali lebih lanjut mengenai
kepribadian hardiness disarankan untuk memilih variabel bebas yang lebih
berpengaruh misalnya burnout, penerimaan diri atau tingkat religiusitas.
Peneliti selanjutnya perlu mempertimbangkan tipe diabetes mellitus. Serta
disarankan juga menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara
untuk menggali kepribadian hardiness supaya didapat hasil yang lebih baik.
62
DAFTAR PUSTAKA
Andromeda, Y & Rachmahama, S. R. 2006. Penerimaan Diri Wanita Penderita Kangker Panyudara Ditinjau dari Kepribadian Tahan Banting (Hardiness) dan Status Pekerjaan. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. 8 (2), 55-64.
Andaltika, D. 2010. Kepribadian Hardiness pada Single Parent. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi & Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Atkinson, R. L & Richard, C. A. 2008. Pengantar Psikologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baron, R. A & Byrne, D. 2005. Psikologi Sosial Sosial. Edisi Kesepuluh Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Bissonnette, M. 1998. Optimism, Hardiness, and Resiliency: A Review of the Literature. Chicago : American Psychological Association.
Chaplin, J. P. 2009. Kamus lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hadjam, R, M, M.s, Prawitasari, E. J & Masrun. 1998. Peran Kepribadian Tahan Banting pada Gangguan Somatisasi. Anima, Indonesia Psyichological Journal 19 (2), 122-135.
Hafnidar, 2005. Strategi Penanggulangan Masalah (Coping) ditinjau dari Ketabahan (Hardiness) pada Mahasiswa Aceh di Perkumpulan Taman Pelajar Aceh, Yogyakarta. JPS 12 (1).
Kobasa, C. S, Maddi, R.S & Khan, S. 1982. Hardiness and Health: A Prospective Study. American Psychological Association.
Maddi, R. S. 2007. Relevance of Hardiness Assessment and Training to the Militar Contexs. Military Psychology, 19 (1), 61-70.
63
Maddi, R. S & Kobasa C. S. 1984. The Hardy Executive: healt Under Stress. America : Library of Congress Catalog Card.
Masrifatun, A K, Bachroni, M & Ruseno A. 2006. Hubungan antar Persepsi terhadap Dukungan Sosial dengan Problem Focused Coping Menghadapi Masa Purna Bakti pada Anggota TNI-AD KODIM 0727 Karanganyar. Jurnal Psikologi Proyeksi, 1 (1)
Mathews, L. L & Seib, S. L. H. 2007. Hardiness and Grief in a Sample of Bereved College students. Death Studies, 31, 183-204.
Rusdi & Isnawati N. 2009. Awas! Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes. Yogyakarta: Power Books (IHDINA).
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo Anggota IKAPI.
Smith, T. W & Allred D.K 1989. The Hardy Personality : Cognitive and Physiological Responses to Evaluative Threat. Journal of Personality and Social Psychology, 56 (2), 257-266.
Soeharjono, B. L, Tjokroprawiro A & Adi S. 2002. Diabetes Mellitus TergantungInsulin (DM-TI): Aspek Psikologi Jurnal 17 (2), 161-169.
Sudoyo, W. A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M & Setiati S. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Buku Kedokteran.
Suparmi & Goeritno, H. 2009. Stres pada Ibu Hamil ditinjau dari dukungan Sosial Suami dan Frekuensi pertemuan dengan Suami. Manasa, Vol 3 No 1 Juni. Semarang : Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.
Wade, C. 2007. Psychologi 9th Edition Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Wallance, A. K & Bergeman S.C. 2001. The meditational Effect of Hardiness on Social Psychology, 23 (4). 267-279.
Woodard, R. C. 2004. Hardiness and The Concept of Courage. Consulting Psychology Journal: Practise and research 56 (3), 173-185.
64
LAMPIRAN
65
PROGRAM STUDI PSIKOLOGIFAKULTAS PSIKOLOGI & ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIAYOGYAKARTA
Assalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
Bapak/Ibu sekalian, dengan segala kerendahan hati peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu sekalian untuk mengisi skala berikut.Booklet ini terdiri dari dua skala, skala ini disusun dalam rangka penelitian guna penyelesaian tugas akhir di Prodi Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta sehingga tidak dimaksudkan untuk tujuan komersil.
Semua jawaban benar apabila sesuai dengan kenyataan yang ada pada teman-teman dalam pengisian skala ini. Oleh karena itu, diharapkan teman-teman dapat memberikan jawaban sesuai hati nurani dan keadaan sebenar-benarnya. Pastikan semua pertanyaan terjawab dan tidak ada yang terlewatkan. Kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu dijamin oleh etika penelitian dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab peneliti.
Kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi angket ini akan sangat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Atas bantuan, partisipasi, dan waktu yang telah diluangkan oleh teman-teman untuk mengisi skala ini, peneliti mengucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh
PenelitiMoh. Hermansyah Af
66
Bersedia mengisi skala sebagai subjek
IDENTITAS DIRI( mohon diisi lengkap )
Nama ( boleh inisial ) :
Jenis Kelamin :
Usia :
Ttd
( )
PETUNJUK PENGISIAN
1. Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan teman-teman saat ini pada kolom yang tersedia.
Keterangan jawaban :SS = Sangat SesuaiS = SesuaiTS = Tidak SesuaiSTS = Sangat Tidak Sesuai
2. Hanya diperkenankan memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan
3. Jawaban yang benar adalah jawaban yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada teman-teman
4. Kerjakanlah sesuai nomor urut dan jangan ada yang terlewati
… SELAMAT MENGERJAKAN …
Bagian A
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STS1 saya dapat menerima ketika didiagnosa
67
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STSdiabetes mellitus oleh dokter.
2 saya tahu gejala yang muncul dari penyakit diabetes saya karena saya pernah mengalami peristiwa yang sama sebelumnya.
3 tuntutan pola hidup diabetes mellitus adalah hal yang lumrah dijalani dem kesehatan saya.
4 saya merasa sendirian menghadapi penyakit diabetes ini.
5 saya melibatkan diri ke dalam komunitas sesama penderita diabetes mellitus.
6 ketika saya jatuh sakit akibat diabetes, saya sulit untuk bangkit kembali.
7 saya khawatir penyakit diabetes saya dapat membunuh saya secara perlahan-lahan.
8 masa depan bersama penyakit diabetes mellitus membuat saya merasa terancam.
9 saya tidak keberatan mengikuti aturan-aturan yang dikatakan dokter.
10 saya mengetahui tanda-tanda komplikasi diebetes saya, namun saya sengaja tidak pergi ke dokter.
11 saya merasa selalu ada yang sakit di beberapa bagian tubuh saya akibat diabetes yang saya derita.
12 saya menggunakan cara yang sama seperti sebelumnya ketika penyakit diabetes saya kambuh.
13 saya takut dengan proses suntik insulin, sehingga saya sering menghindarinya.
14 saya senang menjalani berbagai tuntutan seperti diet ketat dan pola hidup yang teratur.
15 saya merasa tidak berarti hidup bersama deabetes mellitus.
16 saya adalah anggota yang aktif dalam acara perkumpulan sesama penderita diabetes mellitus.
17 saya merasa ada manfaat bergabung dengan kelompok sesama penderita diabetes.
68
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STS18 saya merasa sehat sehingga saya tidak perlu
mengikuti terapi diabetes secara rutin.19 saya merasa bosan mengikuti pola hidup
diabetes hanya itu-itu saja.20 saya tak mampu menjalani pola hidup sebagai
penderita diabetes.21 sebelum atau setelah divonis diabetes mellitus
adalah sama saja, saya harus melanjutkan hidup saya.
22 saya tak bisa mengendalikan kadar gula darah lewat pola makan sehari-hari.
23 ketika penyakit saya kambuh, saya sendirian dapat mengatasinya.
24 saya selalu membawa obat kemanapun saya pergi untuk antisipasi ketika penyakit saya kambuh.
25 saya rutin mengontrol kadar gula darah saya.26 sebenarnya saya malas mengikuti
perkumpulan diabetes.27 ketika awal divonis positif terkena diabetes
mellitus sebenarnya saya sangat terpukul dan merasa tidak berdaya.
28 saya bingung mencari jalan keluar menanggulangi penyakit diabetes yang saya derita.
29 saya lebih baik memendam rasa sakit sendiri akibat penyakit diabetes yang saya derita.
30 hidup bersama penyakit diabetes, saya gagal menjalani aktifitas layaknya orang normal.
31 saya mampu mengambil keputusan dengan tenang langkah apa selanjutnya untuk kesembuhan sewaktu penyakit diabetes saya sedang kambuh.
32 saya dapat belajar dari pelajaran sebelumnya ketika saya sakit akibat penyakit diabetes yang saya derita.
33 saya tidak tahan mengikuti diet ketat untuk mengontrol kadar gula darah saya.
69
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STS34 saya tak yakin dengan segala usaha yang saya
lakukan untuk menghadapi penyakit diabetes ini.
35 saya takut memikirkan masa depan saya bersama penyakit diabetes yang saya derita
36 saya tidak senang beradaptasi dengan penyesuaian baru terkait penyakit diabetes yang saya alami.
37 saya sulit mengambil keputusan dengan tenang ketika terjadi perubahan mendadak seperti gula darah saya turun drastis sebagai akibat penyakit diabetes.
38 saya mau mencoba mengerjakan aktifitas baru saya terkait pola hidup penderita diabetes seperti diet dan olah raga.
39 saya suka berkenalan dengan orang lain sesama penderita diabetes dan saling cerita bertukar pengalaman.
40 menghadapi masalah akibat penyakit diabetes membuat saya dapat belajar untuk mendewasakan diri.
41 saya tidak takut dan menyikapi dengan wajar ketika mengetahui informasi bahaya akibat diabetes.
42 saya menyalahkan diri sendiri akibat masa lalu saya tidak melakukan pola hidup sehat.
43 pantang bagi saya untuk menyerah sewaktu-waktu dihadapkan kadar gula darah saya sulit terkendali.
44 saya tidak mudah tergoda melihat makanan pantangan diabetes.
45 kesuksesan dalam menjalani pola hidup yang sehat merupakan hasil jerih payah saya sendiri.
70
Bagian B
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STS1 dalam menghadapi penyakit diabetes yang
saya derita, pasangan saya memberi dorongan semangat kepada saya.
2 dokter berusaha membantu mengatasi permasalahan yang saya hadapi berkenaan dengan penyakit diabetes saya.
3 nasehat yang diberikan teman-teman saya untuk mengatasi penyakit diabetes adalah sia-sia.
4 pasangan saya menyalahkan sikap-sikap saya dalam menjalani olah raga dan pengobatan.
5 keluarga memahami kondisi saya bila saya tidak melakukan tugas-tugas yang seharusnya saya lakukan.
6 perhatian yang diberikan semua sesama pasien membuat saya merasa tidak sendirian dalam menghadapi penyakit diabetes ini.
7 penjelasan yang diberikan oleh dokter tentang penyakit diabetes membuat saya tertekan.
8 pasangan saya kurang mengusahakan dana untuk pengobatan penyakit diabetes saya.
9 keluarga tidak memperdulikan ketika saya membicarakan upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit diabetes saya.
10 ketika saya mengalami kegagalan dalam upaya mengatasi penyakit diabetes seperti diet dan olah raga, sesama pasien tidak menyalahkan saya tetapi memberitahu cara memperbaikinya.
11 dokter memberi semangat yang berarti bagi saya dalam menghadapi penyakit diabetes saya.
12 Teman saya acuh tak acuh tentang terlibat dalam kegiatan di masyarakat.
13 saya mengalami kesulitan meminjam uang dari teman-teman untuk keperluan berobat penyakit diabetes saya.
71
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STS14 teman-teman saya memberikan pengarahan
yang berarti untuk melakukan diet olah raga dan pengobatan dalam mengatasi penyakit diabetes.
15 dokter tidak mempunyai waktu untuk membicarakan penyakit diabetes saya.
16 dokter kurang mendengarkan keluhan-keluahan yang saya sampaikan berkenaan dengan keadaan saya.
17 dokter mengkritik sikap saya yang sering mengeluh dalam menjalani diet dan pengobatan.
18 dalam menghadapi penyakit diabetes ini, nasehat yang diberikan pasangan saya sangat berarti bagi diri saya.
19 keluarga ikut membantu mengusahakan dana keperluan pengobatan penyakit diabetes saya.
20 pengarahan yaang diberikan oleh pasangan saya dalam menghadapi penyakit diabetes ini membuat saya tertekan.
21 teman-teman memberikan penilaian yang kurang baik tentang usaha diet, olah raga atau pengobatan diabetes yang saya lakukan.
22 sesama pasien menyepelekan diet dan olah raga yang saya lakukan.
23 saya memperoleh informasi yang bermanfaat dari dokter tentang cara melakukan diet, olah raga dan pertahanan kondisi saya.
24 sesama pasien berusaha mencarikan jalan keluar terhadap permasalahan pengobatan penyakit diabetes saya.
25 penjelasan yang diberikan oleh sesama penderita tentang penyakit diabetes sangat bermanfaat untuk membantu mengatasi penyakit saya.
26 informasi tentang cara menjaga kesehatan, diet, olah raga, dan menjaga pengobatan berkaitan dengan diabetes yang diberikan
72
No PernyataanAlternatif Jawaban
SS S TS STSoleh sesama penderita diabetes membuat saya bingung.
27 sesama pasien mau memberikan bantuan dalaam mencari sarana yang layak untuk mengatasi penyaakit diabetes saya.
28 teman-teman memberikan semangat kepada saya dalam menghadapi akibat diaabetes yang saya alami.
29 keluarga tidak ikut sedih dengan pengeritaan yang saya alami karena penyakit diabetes ini.
30 saran-saran yang diberikan oleh keluarga bertentangan dengan keinginan saya.
31 keluarga membiarkan saya bepergian sendirian, walaupun kondisi kesehatan saya sedak tidak baik.
32 keluarga membantu pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan oleh saya.
33 saya mengalami kesulitan meminjam uang dari teman-teman untuk keperluan berobat penyakit diabetes saya.
34 teman-teman saya memberikan pengarahan yang berarti untuk melakukan diet olah raga dan pengobatan dalam mengatasi penyakit diabetes.
35 dokter tidak mempunyai waktu untuk membicarakan penyakit diabetes saya.
73
TABULASI DATA SKALA PENELITIAN KEPRIBADIAN HARDINESS
Keterangan : *S : Subjek K: Jenis Kelamin L: Laki-laki P: Perempuan
S K A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15