Page 1
i
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO
DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi persyaratan Tugas Akhir
Dalam rangka menyelesaikan pendidikan
Program Studi S1 Gizi
Disusun Oleh :
RICA ARIYANINGTIYAS
2015030095
INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
Page 4
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO
DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
Merupakan karya saya sendiri (ASLI) dan isi didalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh
gelar akademis disuatu institusi pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya tidak
terdapat karya atau pendapat lain kecuali secara tertulis diacu dalam skripsi ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Februari 2019
Rica Ariyaningtiyas
Page 5
v
MOTTO
Yakin, Ikhlas, Sungguh-sungguh, Tawakal
“Memulai dengan penuh keyakinan, Menjalankan dengan penuh keikhlasan,
Menyelesaikan dengan penuh kesungguhan dan bertawakal”
(Penulis)
“Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu
sudah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya Kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”
(QS Al- Insyirah : 6-8)
Bersabar, Berusaha, Bersyukur
“Bersabar dalam berusaha mencapai suatu hal, Berusaha dengan tekun dan
pantang menyerah, Bersyukur atas apa yang telah diperoleh”
(Penulis)
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan solat, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”
(QS Al- Baqarah : 158)
Page 6
vi
PERSEMBAHAN
Seiring dengan doa puji syukur alkhamdulilah hamba panjatkan atas
keagungan Allah SWT akhirnya lembaran demi lembaran skripsi ini dapat
diselesaikan, dengan rasa syukur penulis mempersembahkan karya ini kepada
1. Bapak Juwari dan Ibu Eni Kusrini tercinta atas dukungan dan doanya tidak
pernah berhenti.
2. Kakak saya Ihvan Khaelani yang selalu memberi dukungan.
3. Teman-teman seperjuangan S1 Gizi angkatan 2015 terimakasih atas motivasi
dan semangat yang telah diberikan.
4. Almamater tercinta Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta, terimakasih telah menjadi saksi perjuangan kami
selama ini.
Page 7
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan Citra Tubuh dan Konsumsi Zat Gizi Makro dengan Status Gizi
Remaja Putri di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mengalami banyak
kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan
dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan dapat teratasi. Untuk itu
dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala
bantuan yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan kepada:
1. Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes., selaku selaku Rektor ITS PKU Muhammadiyah
Surakarta.
2. Cemy Nur Fitria. S.Kep., N s., M.Kep., selaku selaku Wakil Rektor I ITS
PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Gizi ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
4. Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses
penyusunan skripsi.
5. Dewi Marfuah, S.Gz., MPH, selaku Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan
skripsi.
6. Dewi Pertiwi DK, S.Gz., M.Gizi., selaku penguji I yang telah memberikan
masukan, arahan, kritik dan saran selama proses penyusunan skripsi.
7. Drs. Heru Sutanto, SE. selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 5
Surakarta yang telah memberikan izin penelitian.
Page 8
viii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis ini, semoga
skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Februari 2019
Penulis
Page 9
ix
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO
DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
Rica Ariyaningtiyas
1*, Retno Dewi Noviyanti
2, Dewi Marfuah
3
Abstrak
Usia remaja merupakan kelompok yang sering mengalami masalah status gizi lebih
dibandingkan dengan usia lainnya, pada masa ini usia remaja mulai mengalami masalah
perubahan dalam segi komposisi dan mengakibatkan ketidakstabilan hormon.
Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dengan kebutuhan remaja akan
menimbulkan masalah gizi kurang dan lebih. Salah satu faktor pendukung status gizi
optimal adalah penilaian status gizi pada diri sendiri yaitu dengan citra tubuh yang positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan citra tubuh, konsumsi zat gizi makro
dengan status gizi di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta. Jenis penelitian ini adalah
penelitian obsevasional dengan pendekatan cross-sectional. Teknik pengambilan sampel
dengan simple random sampling dengan jumlah 51 sampel. Pengumpulan data status gizi
menggunakan pengukuran antropometri, data konsumsi menggunakan recall 2x24 jam
dan data citra tubuh menggunakan likert citra tubuh. Uji statistik dengan Pearson Product
Moment. Berdasarkan hasil penelitian diketahui mayoritas sampel memiliki kategori citra
tubuh positif 92.2% (31.22 ± 5.58), konsumsi protein normal 72.5% (64.49 ± 18.12),
konsumsi lemak normal 62.7% (69.98 ± 21.86), konsumsi karbohidrat normal 64.7%
(276.26 ± 50.31) dan status gizi normal 80.4% (-0.05 ± 1.23). Uji hubungan antara citra
tubuh dengan status gizi (p=0.25), konsumsi protein dengan status gizi (p=0.000),
konsumsi lemak dengan status gizi (p=0.009), konsumsi karbohidrat dengan status gizi
(p=0.001). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada hubungan citra tubuh dengan status
gizi remaja putri dan ada hubungan zat gizi makro dengan status gizi remaja putri.
Kata Kunci: citra tubuh, protein, lemak, karbohidrat, status gizi, remaja putri 1Mahasiswa program S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2Dosen pembimbing I S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
3Dosen pembimbing II S1 Gizi ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Page 10
x
THE CORELATION BETWEN BODY IMAGE AND MACRO
NUTRITION CONSUMPTION WITH NUTRITION STATUS OF
ADOLESCENT GIRL IN SMK MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
Rica Ariyaningtiyas
1*, Retno Dewi Noviyanti
2, Dewi Marfuah
3
Abstract The age of adolescents is a group that often experiences more nutritional status problems
compare to other ages, at this time the age of adolescents begin to experience problems in
terms of changes in composition and resulting hormone instability. The imbalance
between food consumed with the needs of adolescents will cause problems of
malnutrition and more nutrion. One of the supporting factors for optimal nutritional status
is the assessment of self-nutritional status with a positive body image. The aim of this
study is determine the correlation of body image, consumption of macro nutrients with
nutritional status at SMK Muhammadiyah 5 Surakarta. This type of research is
observational research with a cross-sectional approach. The sampling technique was
simple random sampling with a total of 51 samples. Collection of nutritional status data
obtained using anthropometric measurements, consumption data using 2x24 hour recall
and body image data using body image likert. Statistic test with pearson product moment
Based on the results of the study, it was found that positive body image categories were
92.2% (31.22 ± 5.58), normal protein consumption 72.5% (64.49 ± 18.12), normal fat
consumption 62.7% (69.98 ± 21.86), normal carbohydrate consumption 64.7% (276.26 ±
50.31) and normal nutritional status 80.4% (-0.05 ± 1.23). Test the correlation between
body image and nutritional status (p=0.25), protein consumption with nutritional status
(p=0.000), fat consumption with nutritional status (p=0.009), carbohydrate consumption
with nutritional status (p= 0.001). The conclusion of this study is that there is no
correlation between body image and nutritional status of young women and there is a
correlation between macro nutrients and nutritional status of adolescent girl.
Key Words: body image, protein, fat, carbohydrate nutritional status, adolescent girl 1Student S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
2Lecture of S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
3Lecture of S1 Nutrition ITS PKU Muhammadiyah Surakarta.
Page 11
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................ iv
HALAMAN MOTO ........................................................................................ v
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1. Tujuan Umum ................................................................................ 3
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1. Secara Teoritis ................................................................................ 4
2. Secara Praktis ................................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
A. Landasan Teori ..................................................................................... 7
1. Remaja............................................................................................ 7
2. Citra Tubuh .................................................................................... 10
3. Konsumsi Zat Gizi Makro ............................................................. 16
4. Status Gizi ..................................................................................... 25
Page 12
xii
B. Kerangka Teori..................................................................................... 32
C. Kerangka Konsep ................................................................................. 33
D. Hipotesis ............................................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 34
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.............................................. 34
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 36
E. Definisi Operasional............................................................................. 37
F. Instrumen Penelitian............................................................................. 37
G. TeknikPengumpulan Data .................................................................... 39
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40
I. Jalannya Penelitian ............................................................................... 43
J. Etika Penelitian .................................................................................... 44
K. Jadwal Penelitian .................................................................................. 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Muhammadiyah 5 Surakarta ......................... 45
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 45
C. Pembahasan ......................................................................................... 49
D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 59
B. Saran .................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Teori .................................................................................... 32
Gambar 2. Kerangka Konsep ................................................................................ 33
Page 14
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keaslian Penelitian .................................................................................. 4
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi pada Remaja ..................................................... 8
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Indeks Antropometri IMT/U ....... 31
Tabel 4. Definisi Operasional ............................................................................. 37
Tabel 5. Kategori Status Gizi .............................................................................. 41
Tabel 6. Kategori Skala Likert Citra Tubuh ........................................................ 41
Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro ........................................ 42
Tabel 8. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur ............................................. 45
Tabel 9. Karakteristik Sampel Berdasarkan Citra Tubuh ................................... 46
Tabel 10. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Protein......................... 46
Tabel 11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Lemak .......................... 46
Tabel 12. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Karbohidrat .................. 47
Tabel 13. Karakteristik Sampel Berdasarkan z-score IMT/U............................... 47
Tabel 14. Hubungan Citra Tubuh Dengan Status Gizi ......................................... 48
Tabel 15. Hubungan Konsumi Protein Dengan Status Gizi .................................. 48
Tabel 16. Hubungan Konsumi Lemak Dengan Status Gizi .................................. 48
Tabel 17. Hubungan Konsumi Karbohidrat Dengan Status Gizi .......................... 48
Page 15
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Permohonan menjadi Sampel Penelitian
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Sampel Penelitian
Lampiran 4. Formulir Penyataan Ketersediaan sebagai Sampel
Lampiran 5. Formulir food recall 24 jam
Lampiran 6. Kuesioner Citra Tubuh
Lampiran 7. Master Tabel Konsumsi Zat Gizi Makro
Lampiran 8. Master Tabel Antropometri
Lampiran 9. Master Tabel Citra Tubuh
Lampiran 10. Analisis Data
Lampiran 11. Dokumentasi
Page 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Usia remaja merupakan kelompok yang sering mengalami masalah
status gizi lebih dibandingkan dengan usia lainnya. Jika seorang remaja
telah mencapai umur 10-18 tahun untuk remaja perempuan dan 12-20
tahun untuk remaja laki-laki, pada masa ini usia remaja mulai mengalami
masalah perubahan dalam segi komposisi dan mengakibatkan
ketidakstabilan hormon. Remaja perempuan pada masa pubertas
cenderung mengalami perubahan fisik menjadi tidak ideal dan banyak
menyimpan lemak, berbeda dengan remaja laki-laki yang mengalami
perubahan fisik yang cenderung lebih ideal karena berkaitan dengan
penambahan jaringan tubuh dan masa otot sehingga remaja perempuan
mempunyai persen lemak tubuh dua kali lipat dibandingkan dengan laki-
laki (Sulistyoningsih, 2012).
Faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung yaitu
konsumsi zat gizi. Pemenuhan zat gizi yang cukup serta seimbang akan
berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya remaja. Konsumsi zat gizi
makro akan berpengaruh dengan status gizi karena semakin beragam pola
makan yang dikonsumsi semakin mudah terpenuhi kebutuhan akan
berbagai zat gizi makro. Kesalahan mengkonsumsi makanan yang berlebih
atau kurang akan mengakibatkan timbulnya masalah gizi, status gizi lebih
dapat terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi yang melebihi dari angka
kecukupan akan berpengaruh terhadap status gizi. Status gizi yang baik
dapat tercapai dengan pola makan yang baik serta kebutuhan konsumsi zat
gizi yang optimal (Almatsier, 2012).
Penyebab gangguan gizi dapat ditentukan oleh faktor gizi langsung
dan tidak langsung (Almatsier, 2012). Faktor gizi langsung seperti, asupan
zat gizi dan Infeksi, sedangkan faktor gizi tidak langsung yaitu, jenis
kelamin, tingkat pendapatan, pengetahuan dan pendidikan gizi, citra tubuh
Page 17
2
serta depresi. Apabila konsumsi makanan yang tidak memadai dengan
kebutuhan tubuh baik kualitas maupun kuantitas akan menimbulkan
masalah gizi. Keadaan gizi optimal akan tercapai bila kebutuhan zat gizi
optimal terpenuhi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan zat gizi diperlukan
konsumsi makanan yang seimbang. Selain itu ketidakpuasan citra tubuh
ditemukan sebagai konsekuensi sosial dan salah satu faktor risiko dari
status gizi (Permeasih, 2013).
Salah satu faktor pendukung status gizi optimal adalah penilaian
status gizi pada diri sendiri yaitu dengan citra tubuh yang positif. Citra
tubuh merupakan presepsi seseorang tentang berat badan atau bentuk
tubuh yang dimiliki. Remaja yang puas dengan tubuhnya memiliki
pandangan positif terhadap tubuhnya, sedangkan remaja yang memiliki
citra tubuh negatif akan berperilaku makan negatif. Remaja yang memiliki
citra tubuh negatif seperti selalu memikirkan jumlah konsumsi kalori yang
dimakan sehingga dapat mempengaruhi status gizi. Remaja saat ini
umumnya mementingkan penampilan dibandingkan dengan konsumsi zat
gizi yang seimbang sehingga presepsi ketidakpuasan tersebut dapat
mempengaruhi jumlah konsumsi, protein, lemak dan karbohidrat. Apabila
kondisi tersebut berkelanjutan dapat mempengaruhi status gizi. Padahal
pada tahap perkembangan membutuhkan zat gizi yang cukup untuk
menunjang pertumbuhan remaja (Bani, 2010).
Prevalensi status gizi remaja umur 14-18 tahun, Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, di Indonesia menunjukkan
prevalensi status gizi secara Nasional sebesar 11,1% terdiri dari 3,3%
sangat kurus dan 7,8% kurus sedangkan prevalensi berat badan gemuk
sebesar 10,8% terdiri dari 2,5% sangat gemuk dan 8,3% gemuk.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, kejadian status gizi lebih di Jawa
Tengah pada usia 15 tahun ke atas mencapai 18,4% sedangkan kejadian
status gizi lebih di Kota Surakarta sebanyak 10,7%.
Hasil survei pendahuluan remaja usia 14-18 tahun di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta ditemukan data status gizi normal sebesar
Page 18
3
50,42%, status gizi lebih 25,84% dan status gizi kurang 21,04%.
Berdasarkan hasil dari penelitian Hidayati dkk (2008), di SMK wilayah
Surakarta, pelajar yang mempunyai prevalensi gizi lebih sebesar 7,04%,
pelajar yang mempunyai gizi normal sebesar 64,79%, sedangkan pelajar
yang mempunyai gizi kurang yaitu sebesar 28,17%.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk
mengetahui hubungan citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro terhadap
status gizi remaja putri di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dirumuskan masalah : “apakah
ada hubungan citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro dengan status gizi
remaja putri di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro
dengan status gizi remaja putri di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan citra tubuh remaja putri di SMK Muhammadiyah
5 Surakarta.
b. Mendeskripsikan konsumsi zat gizi makro remaja putri di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta.
c. Mendeskripsikan status gizi remaja putri di SMK Muhammadiyah
5 Surakarta.
d. Menganalisis hubungan citra tubuh dengan status gizi remaja putri
di Muhammadiyah 5 Surakarta.
e. Menganalisis hubungan konsumsi zat gizi makro dengan status gizi
remaja putri di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
Page 19
4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi atau ilmu
tentang hubungan citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro dengan
status gizi remaja putri di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada institusi sekolah dalam melakukan intervensi dan
pemantauan terhadap citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro
remaja putri di sekolah.
b. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah
wawasan pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam
merealisasikan teori yang telah didapatkan dibangku kuliah tentang
citra tubuh dan konsumsi zat gizi makro remaja putri di sekolah.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan ada
beberapa penelitian yang hampir sama yang berhubungan dengan citra
tubuh, konsumsi zat gizi makro dan status gizi yang telah dilakukan
sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1
No Keaslian Penelitian
1.
Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Penelitian
Hasil
Dieny, F F /2007
Hubungan Body Image, Aktivitas Fisik,
Asupan Energi dan Protein Dengan Status Gizi
Pada Siswi SMA.
Penelitian ini menggunakan penelitian
eksplanatif dan desain cross sectional.Variabel
bebasnya adalah body image, aktivitas fisik,
asupan energi dan protein. Variabel terikatnya
adalah status gizi.
Ada hubungan yang signifikan antara Body
Image, aktivitas fisik dengan status gizi.
Page 20
5
No Keaslian Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Ada hubungan yang signifikan antara asupan
energi dan protein dengan status gizi.
Meneliti tentang citra tubuh, protein dan status
gizi. Menggunakan desain penelitian cross
sectional dan menggunakan sampel remaja di
putri.
Meneliti aktivitas fisik tetapi tidak meneliti
tentang konsumsi lemak dan karbohidrat
2. Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Penelitian
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Filsa, D /2017
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Body Image Remaja Putri Di Asrama Putri
Sanggau Malang.
Desain observasional dengan pendekatan
korelasionaldengan metode cross sectional.
Variabel bebasnya adalah Indeks Massa
Tubuh.Variabel terikatnya adalah Body Image.
Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh
Dengan Body Image Remaja Putri.
Menggunakan sampel remaja putri dan desain
penelitian cross sectional. Meneliti status gizi
dan Body Image
Tidak meneliti asupan zat gizi makro. Status
gizi merupakan variabel bebas.
3. Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Penelitian
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Sutriani, A /2013
Hubungan Antara Asupan Energi, Protein,
Lemak, Karbohidrat, Serat dengan Kejadian
Gizi Lebih Pada Anak Remaja Usia 13-
18Tahun di Pulau Jawa (Analisis Data
Skunder Riskesdas 2010).
Data yang digunakan adalah data skunder
dengan desain penelitiancross sectional.
Variabel bebasnya adalah asupan energi,
protein, lemak, karbohidrat dan serat.Variabel
terikatnya adalah kejadian gizi lebih pada anak
remaja usia 13-18 tahun.
Tidak ada hubungan antara asupan energi dan
serat dengan status gizi pada remaja putri.
Ada hubungan asupan zat gizi makro dengan
status gizi pada remaja putri.
Meneliti tentang asupan zat gizi makro.
Menggunakan desain penelitian cross
sectional.
Menggunakan sampel anak remaja usia 13-18
tahun bukan remaja putri saja yang diteliti.
Tidak meneliti tentang citra tubuh namun
meneliti tentang energi dan konsumsi serat dan
kejadian gizi lebih.
Page 21
6
No Keaslian Penelitian
4.
Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Penelitian
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Lintang, A., Yudi, I., Franly O /2015
Hubungan Citra Tubuh dengan Perilaku Diet
pada Remaja Putri Di SMA Negeri 9 Manado.
Desain penelitian cross sectional.Variabel
bebasnya adalah citra tubuh.Variabel
terikatnya adalah perilaku diet pada remaja
putri.
Ada hubungan antara citra tubuh dengan
perilaku diet pada remaja putri di SMA Negeri
9 Manado.
Menggunakan sampel remaja putri dan
meneliti tentang citra tubuh. Menggunakan
desain penelitian cross sectional.
Tidak meneliti tentang konsumsi zat gizi
makro dan status gizi.
5.
Nama Peneliti / Tahun
Judul
Desain dan Variabel
Penelitian
Hasil
Persamaan
Perbedaan
Edward, A /2007
Hubungan Presepsi Body Image, Aktivitas
Fisik, dan Konsumsi Pangan Sumber Lemak
dengan Status Gizi Guru Wanita.
Menggunakan desain penelitian cross
sectional.Variabel bebasnya adalah presepsi
Body Image, aktivitas fisik, dan konsumsi
pangan sumber lemak. Variabel terikatnya
adalah status gizi pada guru wanita.
Ada hubungan yang signifikan antara
kecukupan energi, kecukupan protein,
kecukupan lemak, kecukupan karbohidrat,
dengan status gizi.
Meneliti tentang presepsi Body Image,
konsumsi lemak dan status gizi. Menggunakan
desain penelitian cross sectional.
Meneliti tentang aktivitas fisik tetapi tidak
meneliti protein dan karbohidrat. Sampel yang
digunakan adalah Guru Wanita.
Page 22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
a. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju
dewasa, selama remaja perubahan hormonal mempercepat
pertumbuhan ditandai dengan berfungsinya reproduksi seperti
menstruasi pada remaja putri. Perubahan dapat terjadi pada gizi
remaja diantaranya adalah penambahan berat badan, penambahan
tinggi badan, apabila tidak ada upaya untuk memperbaikinya,
maka akan mempengaruhi kualitas remaja dewasa di masa yang
akan datang (Christina, 2014).
Masa remaja adalah waktu terjadinya perubahan yang
berlangsung cepat dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif,
psikososial atau tingkah laku. Remaja dianggap mampu membuat
keputusan dalam kehidupan mereka daripada saat mereka anak-
anak. Remaja sering menentikan sendiri makanan yang akan
dikonsumsi (Adriani dan Bambang, 2014).
b. Klasifikasi Remaja
Menurut Adriani dan Bambang (2014), berdasarkan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan
urut :
1) Masa remaja awal (Early adolescence): remaja yang
memiliki umur 10-14 tahun.
2) Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) : remaja
yang yang memiliki umur 15-18 tahun.
3) Masa remaja lanjut (Late adolescence) : remaja yang
memiliki umur 19-21 tahun.
Page 23
8
Menurut Adriani dan Bambang (2014), masa remaja dapat
dibagi menjadi dua periode yaitu:
1) Periode masa pubertas umur 12-18 tahun.
Masa pubertas adalah peralihan dari akhir masa anak-
anak ke masa awal pubertas. Ciri-cirinya yaitu anak tidak
suka diperlakukan seperti anak kecil lagi dan anak suka
bersikap kritis.
2) Periode remaja adolescence umur 19-21 tahun.
Periode remaja adolescence merupakan masa akhir
remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah
perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis, sikapnya mulai
jelas tentang hidup dan mulai terlihat bakat dan minatnya.
c. Kebutuhan Gizi Remaja
Gizi yang baik selama masa remaja sangat berarti tidak
hanya untuk mencapai pertumbuhan yang potensial dan optimal
kesehatan tetapi juga mencegah penyakit kronik pada saat
dewasa. Golongan remaja merupakan golongan dengan kegiatan
aktif. Pada golongan ini penggunaan energi untuk kegiatan
jasmani bertambah dan kebutuhan energinya lebih tinggi
dibandingkan dengan masa anak-anak (Kristianti, 2009).
Kebutuhan zat gizi pada remaja dapat dilihat pada tabel 2:
Tabel 2. Angka Kecukupan Gizi pada Remaja (13-18 tahun)
Per hari
Jenis
Kelamin
Umur
(ta-
hun)
Berat
(kg)
Tinggi
(cm)
Energi
(kkal)
Pro-
tein
(gr)
Le-
mak
(gr)
KH
(gr)
Laki-
laki
13-15
16-18
46
56
158
165
2475
2675
72
66
83
89
340
368
Perem-
puan
13-15
16-18
46
50
155
158
2125
2125
69
59
71
71
292
292
Sumber: Depkes RI (2013)
Page 24
9
d. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Remaja
Menurut Sulistyoningsih (2012), beberapa hal yang
mendasari masa remaja banyak membutuhkan zat gizi adalah:
1) Mulai berfungsi dan berkembangnya organ-organ reproduksi.
2) Secara fisik terjadi pertumbuhan yang sangat cepat di tandai
dengan peningkatan berat badan dan tinggi badan.
3) Remaja umumnya melakukan aktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya sehingga dibutuhkan zat
gizi yang lebih banyak.
e. Faktor yang Menyebabkan Permasalahan Gizi Remaja
Menurut Sulistyoningsih (2012), permasalahan gizi yang
timbul pada masa remaja disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1) Kebiasaan makan yang buruk
Timbulnya kebiasaan makan yang buruk pada remaja
dikarenakan kebiasaan makan yang tidak baik sejak kecil,
misalnya makan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan
berbagai zat gizi dan berdampak pada kesehatan.
2) Kesukaan yang berlebih terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap satu jenis makanan
dapat menyebabkan kebutuhan gizi tidak terpenuhi karena
belum tentu makanan yang disukai tersebut mengandung zat
gizi yang diperlukan oleh tubuh
3) Promosi yang berlebihan melalui media massa
Usia remaja merupakan usia yang sangat mudah
tertarik dengan hal-hal baru termasuk produk makanan yang
diiklankan, padahal makanan tersebut belum tentu memiliki
kandungan gizi yang baik.
4) Pemahaman Gizi yang Salah
Remaja sering memiliki pemahaman bahwa tubuh yang
menjadi idaman adalah tubuh yang langsing, untuk
Page 25
10
mempertahankan tubuh yang langsing tersebut remaja
melakukan pengaturan makanan yang salah, sehingga
kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi secara optimal.
b. Citra Tubuh
a. Pengertian Citra Tubuh
Citra tubuh adalah persepsi seseorang tentang tubuhnya,
mencakup pikiran, presepsi perasaan, emosi, imajinasi, penilaian,
sensasi fisik, kesadaran dan perilaku mengenai penampilan dan
bentuk tubuhnya dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di
masyarakat dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannya
dan dapat mengalami perubahan. Pernyataan mengenai citra tubuh
tersebut, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah gambaran
atau konsep pribadi seseorang akan penampilan fisiknya (Sada,
2012).
Terbentuknya konsep diri berupa citra tubuh pada remaja,
juga menyebabkan kebanyakan remaja kekurangan asupan
makanan karena melakukan diit yang salah. Konsep citra tubuh
yang negatif akan berdampak pada status gizi remaja sebab citra
tubuh merupakan salah satu faktor penting yang berkaitan dengan
status gizi seseorang (Setijowati, 2012).
b. Macam-macam Citra Tubuh
Menurut Simanjuntak (2009), mengungkapkan bahwa citra
tubuh terbagi dalam dua macam yaitu:
1) Citra Tubuh Positif
Citra tubuh positif persepsi seseorang yang puas
terhadap bentuk tubuhnya. Citra tubuh yang sehat ingin dimiliki
perempuan sebab sebagian besar perempuan hidup dalam
budaya yang memberikan penekanan lebih pada penampilan dan
bentuk tubuh. Citra tubuh sehat lebih dari sekedar ketiadaan
perlawanan tentang makanan, berat badan, atau penampilan
fisik.
Page 26
11
2) Citra Tubuh Negatif
Citra tubuh negatif adalah persepsi seseorang yang merasa
tidak puas dengan bentuk tubuhnya membandingkan dengan
yang lain dan merasa malu dan cemas tentang tubuh yang
dimiliki sehingga remaja tidak puas dengan dirinya, menjadi
sulit menerima diri apa adanya, responsif terhadap pujian, peka
terhadap kritik dan pesimis bahkan ada yang sampai melakukan
diet demi mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan Berbagai
permasalahan citra tubuh, yang paling umum adalah
ketidakpuasan terhadap sosok tubuh (body dissatisfaction).
c. Skala Likert Citra Tubuh
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur citra tubuh
adalah skala citra tubuh yang berpaku pada skala citra tubuh yang
dibuat oleh Purwaningrum (2008), namun dikembangkan oleh
peneliti dan disusun berdasarkan Multidimentional Body Self
Relaation Questionanaire Apperance Scales. Pernyataan pada
kuesioner menggunakan skala likert yaitu:
Pada pernyataan positif nilai
1) 4 : Sangat setuju
2) 3 : Setuju
3) 2 : Tidak Setuju
4) 1 : Sangat tidak setuju
Pada pernyataan negatif nilai
1) 4 : Sangat tidak setuju
2) 3 : Tidak setuju
3) 2 : Setuju
4) 1 : Sangat Setuju
d. Cara Perhitungan Score Citra Tubuh
Perhitungan score citra tubuh dengan cara menjumlahkan
nilai-nilai dari pertanyaan positif dan pertanyaan negatif
(Purwaningrum, 2008).
Page 27
12
e. Indikator Tentang Citra Tubuh
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai
komponen citra tubuh. Menurut Simanjuntak, (2009), ada lima
komponen citra tubuh yaitu :
1) Appearance Evaluation (EvaluasiPenampilan), yaitu penilaian
individu mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya,
apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak
memuaskan.
2) Appearance Orientation (Orientasi Penampilan), perhatian
individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan
dirinya.
3) Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh),
yaitu kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik,
seperti wajah, rambut, payudara, tubuh bagian bawah (pinggul,
pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), dan
keseluruhan tubuh.
4) Overweight Preocupation (Kecemasan Menjadi Gemuk), yaitu
kecemasan menjadi gemuk, kewaspadaan individu terhadap
berat badan, melakukan diet ketat dan membatasi pola makan.
5) Self-Clasified Weight (Persepsi terhadap Ukuran Tubuh), yaitu
persepsi dan penilaian individu terhadap berat badannya, mulai
dari kekurangan berat badan sampai kelebihan berat badan
f. Penyebab Gangguan Citra Tubuh
Menurut Herawati (2014), gangguan citra tubuh adalah
perubahan presepsi seseorang tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur dan fungsi tubuh. Gangguan
citra tubuh disebabkan oleh:
1) Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh akibat
pertumbuhan dan perkembangan.
Page 28
13
2) Pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, transplantasi dan
kerusakan bagian tubuh.
g. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
Menurut Dalami (2009), tanda dan gejala gangguan citra
tubuh yaitu menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah, tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
akan terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, presepsi negatif
pada tubuh, menggungkapkan keputusasaan dan menggungkapkan
ketakutan.
h. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh
1) Usia
Remaja dengan rentang usia 14-19 tahun mengalami
perkembangan yang pesat akan gambaran diri dan peran diri.
Pada tahap ini citra tubuh menjadi penting dan berdampak pada
usaha yang berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat
badan. Umumnya terjadi pada remaja putri dimana remaja putri
merasa tidak puas dengan penampilan tubuhnya dan
menyebabkan gangguan makan (Setijowati, 2012).
2) Pengetahuan Gizi Remaja
Pengetahuan gizi remaja merupakan kemampuan untuk
menerapkan informasi tentang kebutuhan pangan dan nilai
pangan dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi sangat
berpengaruh pada sikap dan perilaku dalam memilih makanan
yang tepat. Pengetahuan gizi yang baik dapat menghindarkan
seseorang dari konsumsi makanan yang salah ataupun buruk.
Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pendidikan formal
maupun non formal selain itu, juga dapat diperoleh dengan
melihat, mendengar sendiri atau melalui alat-alat komunikasi
(Sari, 2011).
Page 29
14
3) Sosial Ekonomi
Asupan gizi antara remaja yang satu dengan yang lain
berbeda-beda, hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat
sosial ekonomi disetiap keluarga. Keluarga dengan tingkat
sosial ekonomi yang tinggi dengan keluarga tingkat sosial
ekonomi yang rendah asupan gizinya berbeda. Keluarga
dengan tingkat sosial ekonomi yang lebih tinggi asupan akan
zat gizi lebih tercukupi karena kemampuan membeli bahan
makanan yang kaya sumber zat gizi terpenuhi (Proverawati,
2011).
4) Media
Media yang muncul memberikan gambaran ideal
terhadap remaja yang dapat mempengaruhi citra tubuh. Figur
ini biasanya disebut dengan idola. Remaja mengikuti setiap
bentuk dan tindakan yang dilakukan oleh idolanya tersebut,
terutama pada penampilan. Remaja percaya dengan mengikuti
dan berpenampilan seperti idolanya mereka akan menjadi
percaya diri dan disukai bnayak orang. Remaja merupakan
seorang yang berada dalam masa transisi, dimana
kepribadiaannya masih belum stabil atau masih mencari jati
diri. Proses seperti ini seorang remaja akan mencari sosok
orang lain yang patut ditiru untuk dirinya (Agustin, 2013).
5) Lingkungan
Dalam hidup bermasyarakat remaja dituntut untuk
bersosialisasi. Sejak anak usia 4 tahun, anak telah merasakan
kebutuhan sosial. Masa menjelang remaja, anak cenderung
berkumpul terdiri atas satu jenis kelamin yang sama, karena
mempunyai ciri fisik yang berbeda. Masa remaja timbul
kesadaran terhadap dirinya atau mempunyai persepsi terhadap
dirinya yang disebut citra tubuh (Rumini, 2009).
Page 30
15
h. Hubungan Antara Citra Tubuh dengan Status Gizi
Menurut Laus et al (2009), citra tubuh merupakan hal yang
sangat penting dalam kehidupan remaja. Ketidakpuasan terhadap
bentuk tubuh pada remaja dengan mengaggap tubuhnya terlalu
gemuk membuat remaja melakukan upaya penurunan berat badan
dengan cara yang salah, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi
status gizinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari pubertas yang
dialami. Pada umumnya remaja putri lebih merasa tidak nyaman
dengan dirinya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif
dibandingkan dengan remaja putra selama masa pubertas, oleh
karena itu remaja putri yang memiliki citra tubuh yang baik akan
mempunyai tubuh yang sehat didalam tubuhnya. Hal ini karena
remaja putri terbiasa dengan mengatur kebiasaan makan dan selalu
beraktivitas fisik setiap harinya sedangkan remaja yang memiliki
citra tubuh yang belum baik mudah terserang penyakit
kardiovaskuler. Remaja putri yang dalam keadaan sakit dan tidak
mengubah pola makan yang salah serta kurangnya aktivitas fisik
secara langsung mempengaruhi keadaan status gizi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serly
et al (2015), yang menjelaskan bahwa body image positif
mendorong seseorang untuk berperilaku sehat (diet sehat), dan
body image negatif akan mendorong seseorang melakukan hal-hal
yang dapat membahayakan dirinya dengan melakukan diet ketat
sehingga orang tersebut mengalami gangguan seperti anoreksia dan
nervosa. Selain itu ketidakpuasan body image dapat mendorong
seseorang mengkonsumsi obat-obatan yang tidak diimbangi
dengan olahraga dan konsumsi makanan yang sehat sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan hati dan ginjal.
Page 31
16
c. Konsumsi Zat Gizi Makro
a. Pengertian Zat Gizi Makro
Zat gizi makro merupakan zat kimia yang diperlukan dalam
pertumbuhan, perkembangan, serta untuk menjalankan fungsi
tubuh yang normal. Zat gizi makro berperan dalam membentuk
energi tubuh dan seluruh proses metabolisme,selain itu zat gizi
makro juga berguna dalam menjaga fungsi tubuh dalam
pertumbuhan dan mencegah penyakit, hal ini disebabkan zat gizi
makro sebagai bahan dasar yang dijadikan tubuh untuk
menghasilkan energi. Energi ini akan digunakan untuk melakukan
kegiatan di luar tubuh, dan proses biologi tubuh yang memerlukan
energi (Almatsier, 2011).
b. Cara Mengukur Konsumsi Makanan
Dalam mengetahui atau mengukur konsumsi makanan individu
atau populasi dapat digunakan beberapa cara:
1) Metode food recall 24 jam
Salah satu cara untuk survei konsumsi adalah dengan
recall 24 jam. Recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis
dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24
jam lalu, pencatatan dideskripsikan secara mendetail oleh
pewawancara, meliputi semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi serta cara pengolahannya, tetapi responden lupa
akan apa yang telah dikonsumsinya maka dari itu perlu dibantu
dengan penjelasan waktu kegiatannya dan sebaiknya dilakukan
secara berulang pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut)
tergantung dari variasi menu keluarga dari hari ke hari
(Amanda, 2014).
2) Metode Estimasi Pencatatan Makanan
Metode ini adalah metode mencatat semua makanan
dan minuman termasuk snack yang telah dimakan dari periode
1 sampai 7 hari, yang digunakan untuk mengukur asupan
Page 32
17
makanan individu sehari-hari. Asupan nutrisi dapat diukur
dengan menggunakan data komposisi makanan. Pengukuran
bergantung pada hari saat dilakukan pencatatan (Gibson,
2012).
3) Metode Pencatatan dan Penimbangan (Weighing Food
Record)
Metode ini responden diminta untuk menimbang
semua makanan dan snack yang dikonsumsi dalam periode
waktu tertentu. Cara penyiapan makanan harus jelas serta
merk makanan juga harus dicatat. Metode ini lebih akurat
untuk memperkirakan kebiasaan konsumsi makanan dan
asupan gizi seseorang (Gibson, 2012).
4) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency Questionare)
Food Frequency Questionare (FFQ) bertujuan untuk
menilai frekuensi makanan dan berbagai jenis makanan dalam
periode waktu tertentu. Metode ini dapat menjelaskan
informasi kualitatif mengenai pola konsumsi makanan
seseorang (Gibson, 2012).
5) Metode Riwayat Makanan (Dietary History)
Metode ini digunakan untuk memperkirakan kebiasaan
asupan makanan dan pola makan individu yang umumnya
dilakukan dalam jangka waktu lama sekitar 1 bulan. Metode
ini memiliki 3 komponen yaitu mewawancarai responden
tentang kebiasaan pola makan keseluruhan dalam 24 jam
terakhir, kedua melakukan pengecekan ulang kuesioner dari
jenis makanan tertentu yang dikonsumsi dan ketiga subyek
mencatat konsumsi makanan di rumah selama 3 hari (Gibson,
2012).
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan makanan
Menurut Almatsier dkk, (2011), mengemukakan bahwa
banyak faktor yang berpengaruh terhadap makanan yang
Page 33
18
dikonsumsi. Faktor-faktor yang menonjol adalah kebiasaan makan
masa kecil, sosial ekonomi, budaya, agama dan kepercayaan
terhadap makanan. Faktor agama dan kepercayaan erat
hubungannya dengan pantangan makan. Pantangan makan
merupakan suatu larangan untuk mengkonsumsi makanan jenis
tertentu (Sediaoetama, 2015).
d. Kecukupan Zat Gizi Makro
Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-
masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan. Kecukupan
gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas fisik, berat
badan, tinggi badan dan genetik. Kecukupan gizi yang di anjurkan
berbeda sesuai yang dengan kebutuhan gizi (Arisman, 2010).
e. Klasifikasi Tingkat Konsumsi
Menurut Riskesdas (2010), klasifikasi tingkat konsumsi
dibagi menjadi 5 dengan cut of point sebagai berikut:
1) Konsumsi lebih : >119%
2) Konsumsi normal : 90-119%
3) Konsumsi defisit ringan : 80-89%
4) Konsumsi defisit sedang : 70-79%
5) Konsumsi defisit berat : <70%
f. Jenis- jenis Zat Gizi Makro
Kebutuhan zat gizi dapat dipenuhi dengan cara
mengkonsumsi makanan secara teratur serta memenuhi zat gizi
dengan baik dalam sehari sesuai dengan angka kecukupan zat gizi
makro seperti cukup mengkonsumsi sumber protein, lemak,
karbohidrat (Sulistyoningsih, 2011).
1) Asupan Protein
a) Pengertian protein
Protein adalah senyawa kimia yang mengandung
unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N). Berdasarkan sumbernya protein dibedakan menjadi
Page 34
19
protein nabati (tumbuhan) misalnya kacang-kacangan,
protein hewani seperti daging, susu, telur dan lain-lain
(Almatsier, 2011).
b) Peranan protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting,
karena yang paling erat hubungannya dengan proses
kehidupan. Protein juga salah satu sumber utama energi,
bersama-sama dengan karbohidrat dan lemak. Protein
berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan,
menggantikan sel-sel yang mati dan juga sebagai
pertahanan tubuh Kebutuhan protein juga meningkat pada
masa remaja, karena proses pertumbuhan yang terjadi
dengan cepat pada awal masa remaja. Protein remaja
perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki
karena perbedaan komposisi tubuh (Almatsier, 2011).
c) Perhitungan protein
Satu gram protein menghasilkan 4 kalori yang
diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan protein dalam pedoman
gizi seimbang yang dianjurkan adalah 10-20% dari
kebutuhan energi total (Almatsier, 2011).
d) Kecukupan protein
Kecukupan protein bagi remaja 1,5-2,0 gr/kg
BB/hari. AKG protein remaja umur 16 sampai 18 tahun
untuk laki-laki 66 gr/hari sedangkan untuk perempuan 59
gr/hari. Makanan sumber protein hewani bernilai biologis
lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati karena
komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi
kualitas maupun kuantitas (Proverawati, 2011).
e) Sumber protein
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein
baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, daging,
Page 35
20
ikan dan kerang. Sumber protein nabati merupakan
sumber protein nabati yang mempunyai mutu biologis
yang tinggi seperti kacang kedelai dan hasilnya, seperti
tempe tahu (Almatsier, 2011).
f) Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Menurut Nadiroh (2012), kebutuhan protein
meningkat pada usia remaja, karena proses pertumbuhan
yang sedang terjadi dengan cepat. Apabila asupan energi
terbatas atau kurang, protein akan digunakan untuk
menghasilkan energi. Oleh sebab itu dibutuhkan konsumsi
karbohidrat dan lemak yang cukup, sehingga protein dapat
digunakan sesuai fungsi utamanya, yaitu pembentukan sel
tubuh atau mengganti jaringan yang rusak. Selain itu dapat
dipengaruhi oleh faktor keturunan, pengetahuan gizi
remaja, pengeluaran jajanan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Aritonang (2010),
ketersedian bahan pangan yang tidak cukup, serta tingkat
pendapatan dalam rumah tangga juga sangat mempengaruhi
masalah gizi dalam keluarga karena dengan masalah gizi
dalam keluarga karena dengan tidak tercukupinya
pendapatan berarti peluang untuk mendapatkan bahan
pangan juga terbatas sehingga kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Asupan Lemak
a) Pengertian lemak
Menurut Irianto (2011), lemak merupakan molekul
yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) seperti halnya karbohidrat. Lemak merupakan
simpanan sumber zat gizi esensial. Komposisi asam lemak
trigliserida simpanan lemak yang bergantung pada susunan
lemak.
Page 36
21
b) Peran lemak
Menurut Almatsier (2011), peranan lemak dalam
bahan pangan yang utama adalah sebagai sumber energi.
Lemak sebagai sumber energi yang dapat menyediakan
energi sekitar 2,25 kali lebih banyak daripada yang
diberikan karbohidrat, protein. Konsumsi lemak yang
kurang akan terjadi defisiensi asam lemak esensial dan
nutrisi yang larut dalam lemak, sebaliknya jika kelebihan
konsumsi lemak akan beresiko kelebihan berat badan,
obesitas dan akan meningkatkan penyakit kardiovaskuler.
c) Perhitungan lemak
Satu gr lemak menghasilkan 9 kalori yang
diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan lemak dalam pedoman
gizi seimbang yang dianjurkan adalah 15-30% dari
kebutuhan energi total, namun kebutuhan lemak pada
penderita penyakit infeksi disesuaikan dengan faktor
aktivitas dan faktor stress yang memepengaruhi kebutuhan
energinya. Lemak dalam pangan juga berfungsi untuk
meningkatkan palatibilitas (rasa enak, lezat). Peranan lemak
yang pertama didalam tubuh adalah sebagai sumber energi,
yang disimpan dalam jaringan adiposa (Almatsier, 2011).
d) Sumber lemak
Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-
tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah,
kacang kedelai, jagung dan sebagainya), mentega, margarin.
Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, biji-bijian,
daging, krim, susu, keju dan kuning telur (Almatsier, 2011).
e) Angka kecukupan lemak
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai
dengan berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas fisik.
Menurut AKG 2013, angka kecukupan lemak bagi anak
Page 37
22
perempuan usia 14-18 tahun sebesar 71 gr/hari sedangkan
untuk laki-laki sebesar 89 gr/hari (Depkes RI, 2013).
f) Hubungan antara Konsumsi Lemak dengan Status Gizi
Menurut Nilawati, dkk (2011), terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan zat gizi seperti kalori dan
lemak dengan status gizi remaja. Pengaruh asupan zat gizi
terutama lemak yang berlebih akan mempengaruhi citra
tubuh dan status gizi. Status gizi dipengaruhi berbagai
faktor seperti asupan zat gizi yang mempengaruhi
metabolisme, jika zat gizi masuk kedalam tubuh kurang
maka metabolisme didalam tubuh terganggu dan jika
asupan lemak masuk secara berlebihan maka metabolisme
juga terganggu dan menyebabkan penyakit kardiovaskuler
seperti kegemukan menyebabkan sakit jantung dan
sebagainya.
Hal ini sejalan dengan Gemili (2011), yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara asupan lemak
dengan IMT. Kebutuhan gizi remaja relatif besar karena
masih mengalami pertumbuhan dan umumnya aktivitas
fisiknya lebih tinggi dibandingkan usia lainnya. Perilaku
yang salah banyak dijumpai pada remaja diantaranya pola
kebiasaan yang kurang sehat sehingga menimbulkan
berbagai masalah kesehatan, seperti gizi kurang maupun
gizi lebih. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi
karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak berubah ke
pola makan baru yang rendah serat kasar dan tinggi lemak
sehingga menggeser mutu makanan ke arah yang tidak
seimbang.
Page 38
23
3) Asupan Karbohidrat
a) Pengertian karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat pati atau zat tepung atau
zat gula yang tersusun dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H),
dan Oksigen (O). Dalam tubuh karbohidrat akan dibakar
untuk menghasilkan tenaga. Karbohidrat menjadi
komponen struktur penting pada tubuh dalam bentuk serat
(fiber, seperti selulosa, pectin, dan lignin (Kartsapoetra,
2011).
b) Peranan karbohidrat
Menurut Almatsier (2011), dalam tubuh karbohidrat
merupakan salah satu sumber utama energi. Kebutuhan
tubuh akan karbohidrat diperhitungkan akan fungsinya
sebagai penghasil energi, jadi yang menjadi pangkal
perhitungan ialah jumlah kalori yang diperlukan oleh tubuh.
Kalori ini terutama dihasilkan oleh karbohidrat, lemak, dan
protein.
c) Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau
serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan gula
sedangkan hasil olahan sumber karbohidrat seperti bihun,
tepung-tepungan, roti, selai, sirup dan sebagainya. Sebagian
besar sayur dan buah tidak banyak mengandung
karbohidrat. Sayur umbi-umbian, seperti wortel dan bit
relatif banyak mengandung karbohidrat dari pada sayur
daun-daunan (Almatsier, 2011).
d) Angka kecukupan karbohidrat
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan sesuai
dengan berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas fisik.
Menurut AKG 2013, angka kecukupan karbohidrat bagi
anak perempuan usia 14-18 tahun sebesar 292 gr/hari
Page 39
24
sedangkan untuk laki-laki sebesar 368 gr/hari (Depkes RI,
2013).
e) Perhitungan karbohidrat
Menurut Almatsier (2011), satu garam karbohidrat
menghasilkan 4 kalori yang diperlukan oleh tubuh
kebutuhan karbohidrat yaitu 60-75% dari kebutuhan energi
total. Semakin rendah tingkat ekonominya, semakin
tinggilah presentase energi tersebut berasal dari karbohidrat,
karena energi dari karbohidrat termasuk yang paling murah.
f) Hubungan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sumber
energi bagi tubuh. Dalam 1 gr karbohidrat menghasilkan 4
kalori. Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat
menentukan jumlah energi yang tersedia bagi tubuh setiap
hari. Apabila karbohidrat dikonsumsi dalam jumlah yang
berlebihan maka akan menyebabkan penyakit diabetes
militus, jantung, hiperaktivitas dan sebagainya (Almatsier,
2011).
Hal ini sejalan dengan penelitian dengan Dianah
(2012), Terdapat hubungan yang signifikan antara
karbohidrat dengan status gizi. Karbohidrat merupakan
sumber utama energi karena banyak terdapat di alam dan
harganya relatif murah. Karbohidrat yang terdapat didalam
tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan didalam
otot dan hati. Kemudian glikogen otot digunakan langsung
oleh otot untuk pembentukan energi dan pemberian
karbohidrat bertujuan untuk mengisi kembali simpanan
glikogen otot dan hati yang telah dipergunakan, sehingga
simpanan tersebut akan berpengaruh terhadap status gizi.
Kemudian apabila seseorang mengkonsumsi karbohidrat
lebih akan berisiko menjadi gemuk dibandingkan dengan
Page 40
25
asupan karbohidratnya yang cukup. Makanan dengan
karbohidratnya yang tinggi dapat meningkatkan nafsu
makan sehingga menyebabkan pola makan yang
berlebihan.
d. Status Gizi
a. Pengertian
Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan
menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status gizi baik, dan status
gizi lebih. Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan
beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa
Tubuh (IMT/U). Pengukuran ini cocok untuk remaja karena remaja
masih dalam masa pertumbuhan. Status gizi dipengaruhi asupan
gizi makronutrien dan mikronutrien yang seimbang. Angka
kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang
dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi adekuat.
(Almatsier, 2011).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi remaja
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang
disebabkan oleh 2 faktor yaitu, faktor langsung dan tidak langsung
(Alatas, 2011).
1) Faktor langsung
a) Kebiasaan Makan Yang Buruk
Kebiasaan makan yang buruk dapat terjadi pada
kebiasaan makan keluarga yang tidak baiksudah tertanam
sejak kecil akan terus terjadi pada usia remaja. Makan
seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi
dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut
terhadap kesehatan (Amelia, 2008).
Page 41
26
b) Kesukaan Yang Berlebihan Terhadap Makanan Tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
tertentu menyebabkan kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi.
Keadaan seperti itu biasanya terkait dengan mode yang
tengah marak dikalangan remaja. Misalnya remaja di
Amerika Serikat sangat suka makanan hortodog dan
minuman coca-cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke
remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk negara
Indonesia (Destayanti, 2011).
c) Asupan Makanan
Asupan makan pada dasarnya asupan zat gizi yang
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam
diri manusia itu sendiri yang memiliki sifat kebiasaan.
Sementara itu faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar manusia, seperti ketersediaan pangan, peran orang
tua, teman sebaya, media massa yang berada disekitar serta
sosial ekonomi yang mempengaruhi tingkat daya beli
manusia terhadap bahan pangan. Asupan makanan
diperoleh dari zat gizi esensial yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk memelihara pertumbuhan dan kesehatan. Zat gizi
terdiri dari zat gizi makro dan zat gizi mikro.
Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah yang besar dan sebagai bahan dasar
yang dijadikan tubuh untuk menghasilkan energi.
(Almatsier, 2011). Zat gizi mikro mikronutrient (zat gizi
mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah sedikit dan mempunyai peran penting dalam
pembentukan hormonal, aktivitas enzim serta mengatur
fungsi sistem imun dan sistem reproduksi. Golongan zat
gizi mikro ini termasuk vitamin yang larut dalam air atau
Page 42
27
larut dalam lemak dan sejumlah mineral yang hanya
dibutuhkan dalam kuantitas yang hanya sedikit. Vitamin
yang larut dalam air meliputi vitamin C dan B kompleks
(meliputi vitamin B2, vitamin B6, asam folat, biotin,
vitamin B12. Vtamin yang larut dalam lemak, vitamin A,
vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Mikro mineral
meliputi zat besi, iodium, flour, zinc, chromium, selenium,
mangan, molipdenum, dan kurfum (Sediaoetama, 2010).
d) Infeksi
Infeksi adalah masuknya dan berkembangnnya serta
bergandanya agen penyakit menular dalam badan manusia
atau binatang terasuk juga bagaimana badan pejamu
bereaksi terhadap agen penyakit terhadap agen tadi
meskipun hal ini terlalu tampak secara nyata. Penyakit
infeksi dan keadaan gizi remaja merupakan dua hal yang
saling mempengaruhi, dengan adanya infeksi, nafsu makan
mulai menurun dan mengurangi konsumsi makanannya. Hal
ini akan mengakibatkan kurangnya zat gizi dalam tubuh dan
akan mempengaruhi status gizi pada remaja (Almatsier,
2011).
2) Faktor tidak langsung
a) Jenis Kelamin (Gender)
Menurut Pratiwi (2011), perempuan lebih berisiko
untuk mengalami status gizi lebih dibandingkan dengan laki-
laki terutama pada anak yang salah satu orang tuanya
mengalami obesitas sehingga kerentanan untuk naiknya berat
badan lebih besar. Perempuan cenderung mengalami
peningkatan penyimpanan lemak.
b) Pemahaman Gizi yang Keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi
remaja terutama wanita, hal itu sering menjadi penyebab
Page 43
28
masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh
mereka harus menerapkan pengaturan pembatasan makanan
secara keliru, sehingga kebutuhan gizi tidak terpenuhi.
Makan sekali sehari atau makan seadanyatidak makan nasi
merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keiru
dan mendorong terjadinya gangguan gizi (Bani, 2010).
c) Pendidikan dan Pengetahuan
Responden dengan pendidikan yang baik tentu
mengetahui makanan apa saja yang baik dan tidak baik untuk
diberikan kepada anaknya. Pendidikan gizi merupakan suatu
proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang
baik (Imtihanti, 2012).
d) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja
umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja
bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga (Markum, 2007).
e) Sosial Ekonomi
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan status
kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal
ini adalah daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan
terbatas, kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas
hidangan. Semakin banyak pendapatan berarti semakin baik
makanan yang diperoleh (Hadi, 2010).
f) Citra tubuh (Body image)
Body image adalah presepsi seseorang tentang
tubuhnya. Terbentuknya konsep diri berupa body image pada
Page 44
29
remaja juga akan menyebabkan kebanyakan remaja
kekurangan asupan makan karena melakukan diit yang salah.
Konsep body image yang negatif akan berdampak pada status
gizi remaja sebab body image merupakan salah satu faktor
penting yang berkaitan dengan status gizi (Setijowati, 2012).
g) Aspek Depresi (Psikiatrik)
Pengaruh psikopatologi terhadap status gizi ini juga
dilaporkan oleh Fatmah (2010), bahwa depresi meningkatkan
risiko status gizi kurang hal ini dikarenakan perubahan
asupan makan adalah gejala depresi yang akan menyebabkan
penurunan berat badan dan malnutrisi. Akibatnya akan
kehilangan nafsu makan yang berdampak penurunan status
gizi.
c. Penilaian status gizi
Penilaian status gizi adalah mempelajari dan
mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan dari penggunaan zat
gizi dan gangguan kesehatan (Rina dan Woro, 2010). Penilaian
status gizi secara langsung salah stunya yaitu antropometri.
1) Pengertian Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi maka antropometri
gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi (Sandjaja dkk, 2010).
2) Parameter Antropometri
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat
dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter
adalah ukuran dari tanggal tubuh manusia, antara lain: umur,
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit
(Adriani dan Bambang, 2014).
Page 45
30
a) Umur
Faktor umur sangat penting dlam penentuan
status gizi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan intepretasi status gizi menjadi salah. Hasil
pengukuran tinggi badan yang akurat, menjadi tidak
berarti bila disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Batas umur yang digunakan adalah tahun umur penuh
dan umur 0-2 tahun digunakan tiga bulan usia penuh
(Adriani dan Bambang, 2014).
b) Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri
yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi
baru lahir. Saat bayi dan balita, berat badan dapat
digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi. Kecuali, apabila terdapat kelainan seperti
asites, edema dan adanya tumor. Berat badan juga dapat
digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan
makanan. Berat badan merupakan hasil peningkatan
seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan
lain-lain (Adriani dan Bambang, 2014).
c) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran
tubuh dan panjang tulang. Namun tinggi badan saja
belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status
gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain
seperti usia dan berat badan (Adriani dan Bambang,
2014).
3) Indeks Antropometri
Menurut Kemenkes (2012), indeks antropometri
merupakan kombinasi berbagai parameter gizi. Cara
termudah menilai status gizi dilapangan yakni dengan
Page 46
31
pengukuran antropometri karena sederana, mudah, dapat
dilakukan siapa saja dan cukup teliti. Data antropometri yang
sering digunakan yaitu berat badan, sedangkan indeks
antropometri yang sering dipakai untuk menilai status gizi
remaja umur 14-18 tahun yaitu indeks masa tubuh/umur
(IMT/U). IMT/U adalah perbandingan antara berat badan dan
tinggi badan, cara mengitung IMT dapat dihitung dengan
rumus berikut:
)m(Badan Tinggi
(kg)Badan Berat IMT
2
Menurut Kepmenkes (2010), Z-score adalah skor
standar berupa jarak skor remaja dari mean kelompoknya
dalam Satuan Standar Deviasi. Cara menghitung IMT/U
menggunakan rumus sebagai berikut:
(SD) referensi populasi -Z
median IMT -real IMT-Z
scorescore
Tabel 3. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan Indeks
Antropometri IMT/U
Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-score
Sangat Kurus <- 3 SD
Kurus -3 SD s/d <-2 SD
Normal -2 SD s/d 1 SD
Gemuk >1 SD s/d 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2010)
Page 47
32
B. Kerangaka Teori
Faktor Langsung
1. Asupan Zat Gizi
A. Zat Gizi Makro:
-Protein
-Lemak -Karbohidrat
B. Zat Gizi Mikro:
1. Vitamin
- Larut Air
(vitamin B dan C)
- Larut Lemak
(vitamin A,D, E dan K)
2. Mineral
- Zat besi (Fe), Iodium (I)
- Flour (F), Seng (Zn)
- Krom (K), Mangan (Mn)
- Molipdenum (Mo)
- Selenium (Se)
2. Kesukaan Makanan yang
Berlebihan
3. Kebiasaan Makan Buruk
4. Infeksi
Sumber: Modifikasi Sediaoetama (2010); Almatsier (2011); Alatas (2011);
Pratiwi (2011); Kemenkes (2012); Kementrian Kesehatan RI (2013).
Gambar 1. Kerangka Teori
Status Gizi
Faktor Tidak Langsung
1. Pemahaman Gizi Yang Keliru
2. Pendidikan dan Pengetahuan
3. Pekerjaan
4. Sosial Ekonomi
5. Jenis Kelamin (gender)
6. Citra Tubuh (body image)
7. Aspek Psikiatrik
Page 48
33
C. Kerangka Konsep
Citra Tubuh
Konsumsi Zat Gizi Makro
1. Protein
2. Lemak
3. Karbohidrat
Gambar 2. Kerangka Konsep
A. Hipotesis
Ha :
1. Ada hubungan citra tubuh dengan status gizi pada remaja putri di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta.
2. Ada hubungan Konsumsi zat gizi makro dengan status gizi pada remaja putri
di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
Status Gizi
Page 49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observational analitik
dengan pendekatan cross sectional karena variabel bebasnya yaitu citra tubuh
dan konsumsi zat gizi makro maupun variabel terikatnya yaitu status gizi remaja
putri diambil dalam satu kali waktu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2018.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas sampel yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2014). Pada penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh siswa di
SMK Muhammadiyah 5 Surakarta sebanyak 106 siswi yang terdiri dari
kelas X sebesar 48 siswi , XI sebesar 33 siswi dan XII sebesar 25 siswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Sampel penelitian yang digunakan
adalah remaja putri SMA kelas X, XI dan XII yang memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi sebagai penelitian.
Page 50
35
a. Teknik Sampling
Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan
mengambil sampel dari masing-masing kelas X, XI, dan XII. Kemudian
dilakukan simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara
acak dan mengundi dengan mengunakan tabel bilangan atau angka acak
(Notoadmojo, 2010).
b. Besar sampel penelitian
Pengambilan besar sampel dalam penelitian menggunakan rumus
(Lemeshow dkk, 1997), ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
p)-(1 α/2.p1Z)1N(d
p).N-(1 α/2.p1(Zn
22
2
Maka jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :
Keterangan:
n : Besar sampel yang diperlukan
(Z21-α/2) : Nilai Z pada batas untuk tingkat kepercayaan 95%= 1,96
P : Proporsi sampel
N : Jumlah populasi =106
d² : Presisi yang digunakan 10% (0,1).
Perhitungan perkiraan dengan besar sampel
( )
( ) ( )
n = 50,64 51 siswi
Page 51
36
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang
dibutuhkan sebesar sampel ditambah kemungkinan drop out 10% maka
jumlah sampel penelitian minimal yang diperlukan menjadi 56,1 siswi,
sampel penelitian tersebut dibulatkan dan dibutuhkan menjadi 57 siswi.
c. Kriteria Inklusi
1) Siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2) Berusia 14 sampai 18 tahun.
3) Dalam keadaan sehat jasmani rohani.
4) Bersedia menjadi sampel penelitian.
5) Masuk sekolah pada saat pengambilan data.
d. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sakit pada saat
dilakukan penelitian berlangsung (seperti: asma, batuk, flu dll).
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Variabel dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas adalah stimulus yang
menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen (Sugiyono,
2014). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu citra tubuh dan
konsumsi zat gizi makro.
2. Variabel Dependent (Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel lain atau menjadi akibat dari adanya variabel bebas
(Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah
status gizi.
Page 52
37
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang diteliti,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,
2012).
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur
Citra tubuh Pengetahuan yang
dimiliki oleh sampel
tentang citra tubuh.
Pengukuran
menggunakan Likert
Skor citra tubuh Rasio
Konsumsi zat
gizi makro
Jumlah rata-rata zat
gizi makro dari
konsumsi bahan
makanan sehari diukur
dengan menggunakan
food recall 2x24
secara tidak berturut-
turut
Gr
Rasio
Status Gizi Keadaan tubuh sebagai
akibat konsumsi
makanan dan
penggunaan zat-zat
gizi yang diukur dari
berat badan dan tinggi
badan dengan
perhitungan (IMT/U).
Z- score dengan satuan SD Interval
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara,
pengamatan, atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan
informasi dari sampel (Gulo, 2010). Instrumen penelitian yang akan digunakan
adalah :
1. Formulir pengumpulan data
Formulir yang digunakan untuk mencatat: nama, kelas, tempat
tanggal lahir, berat badan, tinggi badan, status gizi.
Page 53
38
2. Timbangan injak digital
Timbangan injak digital dengan ketelitian 0.1 kg dengan kapasitas
100 kg digunakan untuk mengukur berat badan remaja.
Cara menggunakan timbangan injak digital menurut Riskesdas (2013), yaitu:
a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik.
b. Meletakkan timbangan ditempat yang rata atau datar dan keras.
c. Memastikan alat timbangan menunjukkan angka 0.0 sebelum dilakukan
penimbangan.
d. Pada saat menimbang sampel tidak menggunakan alas kaki sepatu atau
sandal.
e. Pada saat menimbang badan tegak lurus dan tidak merunduk.
f. Secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan.
g. Melakukan pencatatan hasil pengukuran dalam satuan kilogr.
3. Mikrotoa
Mikrotoa dengan ketelitian 0.1 cm digunakan untuk mengukur tinggi
badan remaja dengan kapasitas tinggi maksimal 200 cm.
Cara menggunakan mikrotoa menurut Riskesdas (2013), yaitu:
a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik.
b. Memasang mikrotoa didinding yang tegak lurus tidak ada lekukan,
tonjolan dan menempel pada dinding.
c. Memasang mikrotoa dengan cara tarik mikrotoa hingga 2 meter ke atas
secara vertikal dan lurus hingga mikrotoa menunjukkan angka nol.
d. Memasang mikrotoa dengan menggunakan paku.
e. Melakukan pengukuran tinggi badan sampel badan tegak lurus,
pandangan lurus ke depan, punggung, kepala dan kaki menempel pada
dinding tanpa menggunakan alas kaki atau sepatu.
f. Menarik mikrotoa sampai diatas kepala dan baca angka pada mikrotoa.
g. Melakukan pencatatan hasil pengukuran dalam satuan sentimeter.
4. Formulir skala Likert citra tubuh
Formulir yang digunakan untuk mengetahui citra tubuh sampel.
Page 54
39
5. Food Model
Food model merupakan contoh replika makanan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai makanan aslinya yang bertujuan
untuk mempermudah memprediksi besarnya makanan atau bahan makanan
yang dikonsumsi.
6. Formulir food recall 24 jam
Formulir digunakan untuk mencatat konsumsi zat gizi makro
sebanyak 2x24 jam secara tidak berturut-turut.
7. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)
Daftar komposisi makanan baik makanan siap saji, bahan makanan
mentah, dan olahannya beserta komposisi kandungan gizi per 100 gr.
8. Tabel Ukuran Rumah Tangga (URT)
Daftar ukuran atau takaran bahan makanan yang umum dan dipahami
oleh semua orang sehingga bahan makanan ukuran rumah tangga bisa
dikonversi kesatuan gr.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada peneliti (Sugiyono, 2014). Data primer adalah data yang didapat
langsung dari sampel, meliputi:
1) Data identitas sampel meliputi nama, kelas, tempat tanggal lahir.
2) Data berat badan dan tinggi badan remaja.
3) Data food recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut.
4) Data skala likert citra tubuh
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber sekunder merupakan sumber data
yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami
melalui media media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku,
Page 55
40
serta dokumen (Sugiyono, 2014). Data skunder dalam penelitian ini
meliputi:
1) Gambaran umum sekolah di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2) Data siswa kelas X, XI, XII di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2. Cara Pengumpulan Data Penelitian
a. Mengisi Likert
Mengisi likert dilakukan dengan cara membagikan kuesioner
terlebih dahulu kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner yang
benar kepada sampel untuk mengisi kuesioner mengenai citra tubuh
remaja putri.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui keterangan tentang data
yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
konsumsi zat gizi makro pada remaja putri dengan menggunakan
formulir food recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut.
c. Pengukuran Antropometri
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan data berat badan dan
tinggi badan sampel penelitian.
d. Dokumentasi
Pengambilan data secara dokumentasi mengenai data berupa
catatan yang diambil dari sekolah SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
yaitu data siswi kelas X, XI, XII, identitas sampel dan profil sekolah
SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh sampel
penelitian atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah :
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis sampel penelitian,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh sampel penelitian,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
Page 56
41
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2014).
1. Pengolahan data
Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang penting. Menurut Notoatmodjo (2012), kegiatan dalam
pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing
Editing data adalah yang telah dikumpulkan diperiksa
kelengkapannya terlebih dahulu. Data-data yang melalui proses editing
adalah
1) Mengecek jumlah formulir identitas sampel penelitian.
2) Mengecek kelengkapan identitas sampel penelitian.
3) Mengecek isian data.
b. Coding
Coding merupakan data berbentuk huruf menjadi data berbentuk
angka atau bilangan. Kemudian tiap variabel dikategorikan sebagai
berikut:
1) Status Gizi menurut Z-score
Tabel 5. Kategori Status Gizi
Kode Kategori Status Gizi Z-score IMT/U
1 Sangat kurus <-3 SD
2 Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
3 Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
4 Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
5 Obesitas ≥2 SD
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2013).
2) Kategori Skala Likert Citra Tubuh
Tabel 6. Kategori Skala Likert Citra Tubuh
Kode Kategori Citra Tubuh Nilai
1 Citra tubuh positif ≥ 23
2 Citra tubuh negatif < 23
Sumber: Purwaningrum (2008).
Page 57
42
3) Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro
Tabel 7. Kategori Tingkat Konsumsi Zat Gizi Makro
Kode Kategori Konsumsi Zat Gizi Makro Persen konsumsi AKG
1 Defisit Tingkat Berat <70%
2 Defisit Tingkat Sedang 70-79%
3 Defisit Tingkat Ringan 80-89%
4 Normal 90-119%
5 Diatas Kebutuhan >119%
Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2013).
c. Tabulating
Data yang disajikan dalam bentuk tabel adalah data likert citra
tubuh, tingkat konsumsi zat gizi makro dan status gizi.
d. Cleaning
Proses menghapus data yang tidak terpakai dan data yang tidak valid.
e. Entry data
Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan yaitu citra tubuh, konsumsi zat gizi makro dan status gizi
diproses SPSS versi 17.0. Data zat gizi makanan yang diperoleh dari
food recall 2x24 jam diolah dengan nutrisurvey 2005, data status gizi
diolah dengan menggunakan WHO Anthro Plus.
2. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17,0.
Analisis pada penelitian ini menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis
univariat dan analisis bivariat.
1) Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat mendeskripsikan
karakteristik dari setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini
menghasilkan distribusi frekuensi variabel bebas yaitu citra tubuh dan
konsumsi zat gizi makro dan variabel terikatnya yaitu status gizi.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan citra tubuh, konsumsi zat gizi makro
Page 58
43
dengan status gizi. Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu
dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan Kolmogorov
Smirnov, didapatkan data citra tubuh, konsumsi zat gizi makro
(karbohidrat, lemak, protein) dan status gizi berdistribusi normal.
Selanjutnya dilakukan uji Pearson Product Moment untuk mengetahui
a. Hubungan citra tubuh dengan status gizi
b. Hubungan konsumsi zat gizi makro dengan status gizi.
I. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Mengajukan judul proposal penelitian
b. Menyusunan proposal penelitian
c. Melakukan survei pendahuluan ke SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
d. Mengajukan perijinan penelitian ke SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
2. Tahap pelaksanaan
a. Melakukan koordinasi dengan pihak SMK Muhammadiyah 5 Surakarta.
b. Menentukan sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
c. Pengukuran berat badan dan tinggi badan siswi.
d. Pengumpulan data primer dengan menulis data identitas sampel.
e. Pengisian likert citra tubuh
f. Melakukan wawancara kepada sampel dengan menggunakan metode food
recall 2x24 jam secara tidak berturut-turut.
3. Tahap akhir
a. Pengolahan status gizi di WHO Anthro Plus.
b. Pengolahan food recall 2x24 jam dengan Nutrisurvey 2005.
c. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17,0
d. Penilaian citra tubuh dihitung dan dikategorikan tingkat citra tubuh yang
diharapkan diolah ke dalam SPSS versi 17.0.
e. Hasi penelitian yang telah diolah kemudian dibahas melalui analisis data.
f. Penyusunan laporan penelitian.
Page 59
44
J. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian khususnya jika yang menjadi sampel
penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia
dari segi etika penelitian yang harus diperhatikan (Hidayat, 2007). Etika
penelitian berguna sebagai pelindung terhadap institusi tempat penelitian dan
peneliti itu sendiri. Penelitian ini dilaksanakan setelah peneliti memperoleh
rekomendasi dari pembimbing dan mendapat izin dari Ketua STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta. Selanjutnya, peneliti mengajukan permohonan ijin
kepada pengurus SMK Muhammadiyah 5 Surakarta untuk mendapatkan
persetujuan, kemudian melakukan koordinasi dengan cara subyek dan meminta
persetujuan untuk jadi sampel dengan menekankan masalah etika yang
dilakukan. Masalah etika yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Informed Consent (lembar persetujuan menjadi sampel)
Tujuannya adalah agar sampel mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengambilan data. Jika sampel
bersedia menjadi sampel maka harus menandatangani lembar persetujuan
menjadi sampel. Jika sampel menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan
akan tetap menghormati haknya (terlampir).
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas sampel, peneliti tidak
mencantumkan nama sampel pada hasil pembahasan peneliti nantinya.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh sampel dijamin oleh
peneliti. Informasi yang diberikan pihak sampel serta semua yang
dikumpulkan tanpa nama yang dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hal ini
tidak dipublikasikan atau diberikan kepada orang lain tanpa seijin sampel.
K. Jadwal Penelitian
Terlampir
Page 60
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
SMK Muhammadiyah 5 Surakarta adalah sebuah sekolah swasta yang
berlokasi di Jl. Kerinci Kadipiro Banjarsari Kota Surakarta Jawa Tengah. SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta adalah sekolah yang tidak terlalu besar dan terletak
di lokasi yang strategis karena sekolahnya di depan jalan raya. Sekolah ini
merupakan sekolah berbasis Tata Busana. Kepala Sekolah SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta saat ini adalah Drs. Heru Sutanto, S.E. Jumlah
seluruh Guru di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta sebanyak 16 orang yang
terdiri dari 4 laki-laki dan 12 perempuan dan jumlah siswinya yaitu 106 siswi
yang terdiri dari kelas X sebesar 48 siswi , XI sebesar 33 siswi dan XII sebesar
25 siswi. Terdapat satu jurusan saja di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta yaitu
Tata Busana. Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh SMK Muhammadiyah 5
Surakarta antara lain laboraturium komputer, lapangan voly, perpustakaan,
mushola, laboraturium tata busana yang di miliki seperti alat jahit serta baju
karya dari siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta (Profil SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta, 2018).
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Tabel 8. Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
Umur (Tahun) n % ̅± SD (tahun)
14-16 26 51 16.18 ± 0.91
>16-18 25 49
Jumlah 51 100
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Page 61
46
Berdasarkan tabel 8 karakteristik sampel berdasarkan umur
didapat sebagian besar berumur antara 14-16 tahun sebesar 51.0%
dengan rata-rata sampel 16.18 ± 0.91 tahun.
b. Citra Tubuh
Tabel 9. Karakteristik Sampel Berdasarkan Citra Tubuh
Citra Tubuh n % ̅ ± SD (gr)
Citra Tubuh Positif 47 92.2 31.22 ± 5.58
Citra Tubuh Negatif 4 7.8
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan tabel 9 karakteristik sampel berdasarkan citra tubuh
didapat sebagian besar sampel memiliki citra tubuh positif sebesar
92.2% dengan rata-rata sampel 31.22 ± 5.58.
c. Konsumsi Protein
Tabel 10. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Protein
Kategori Konsumsi Potein n % ̅± SD (gr)
Defisit Tingkat Berat 3 5.9 64.49 ± 18.12
Defisit Tiangkat Sedang 5 9.8
Defisit Tingkat Ringan 4 7.8
Normal 37 72.5
Diatas Kebutuhan 2 3.9
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan tabel 10 kategori konsumsi protein sebagian besar
sampel termasuk dalam kategori normal sebesar 72.5% dengan rata-rata
konsumsi 64.49 ± 18.12 gr.
d. Konsumsi Lemak
Tabel 11. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Lemak
Kategori Konsumsi Lemak n % ̅ ± SD (gr)
Defisit Tingkat Berat 9 17.6 69.98 ± 21.86
Defisit Tiangkat Sedang 1 2.0
Defisit Tingkat Ringan 6 11.8
Normal 32 62.7
Diatas Kebutuhan 3 5.9
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Page 62
47
Berdasarkan tabel 11 kategori konsumsi lemak sebagian besar
sampel termasuk dalam kategori normal sebesar 62.7% dengan rata-rata
konsumsi 69.98 ± 21.86 gr.
e. Konsumsi Karbohidrat
Tabel 12. Karakteristik Sampel Berdasarkan Konsumsi Karbohidrat
Kategori Konsumsi Karbohidrat n % ̅ ± SD (gr)
Defisit Tingkat Berat 8 15.7 276.26 ± 50.31
Defisit Tingkat Sedang 5 9.8
Defisit Tingkat Ringan 3 5.9
Normal 33 64.7
Diatas Kebutuhan 2 3.9
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan tabel 12 kategori konsumsi karbohidrat sebagian
besar sampel termasuk dalam kategori normal sebesar 64.7% dengan
rata-rata konsumsi 276.26 ± 50.31 gr
f. Status Gizi
Tabel 13. Karakteristik Sampel Berdasarkan z-score IMT/U
Kategori Status Gizi n % ̅± SD (SD)
Kurus 2 3.9 -0.05 ± 1.23
Normal 41 80.4
Gemuk 5 9.8
Obesitas 3 5.9
Jumlah 51 100.0
Sumber: Data Primer Diolah 2019
Berdasarkan tabel 13 kategori status gizi berdasarkan z-score
IMT/U sebagian besar sampel berstatus gizi normal sebesar 80.4%
dengan rata-rata nilai z- score IMT/U -0.059 ± 1.23SD.
2. Hasil Analisa Bivariat
a. Hubungan Citra Tubuh Dengan Status Gizi
Tabel 14. Hubungan Citra Tubuh Dengan Status Gizi
Variabel ̅± SD r p*
Citra Tubuh 31.22 ± 5.58 0.16 0.256
Status Gizi -0.05± 1.23
* Pearson Product Moment
Page 63
48
Berdasarkan tabel 14 uji Pearson Product Moment menunjukan
tidak ada hubungan antara citra tubuh dengan status gizi (p=0.256).
b. Hubungan Konsumsi Protein Dengan Status Gizi
Tabel 15. Hubungan Konsumi Protein Dengan Status Gizi
Variabel ̅± SD r p*
Konsumsi Protein (gr) 64.49 ± 18.12 0.61 0.000
Status Gizi (SD) -0.05 ± 1.23
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 15 uji Pearson Product Moment menunjukan
ada hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi (p= 0.000)
dengan nilai korelasi (r=0.61) yaitu kuat.
c. Hubungan Konsumsi Lemak Dengan Status Gizi
Tabel 16. Hubungan Konsumi Lemak Dengan Status Gizi
Variabel ̅± SD r p*
Konsumsi Lemak (gr) 69.98 ± 21.86 0.36 0.009
Status Gizi (SD) -0.05 ± 1.23
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 16 uji Pearson Product Moment menunjukan
ada hubungan antara konsumsi lemak dengan status gizi (p= 0.009)
dengan nilai korelasi (r=0.36) yaitu rendah.
d. Hubungan Konsumsi Karbohidrat Dengan Status Gizi
Tabel 17. Hubungan Konsumi Karbohidrat Dengan Status Gizi
Variabel ̅± SD r p*
Konsumsi Karbohidrat (gr) 276.26 ± 50.31 0.46 0.001
Status Gizi (SD) -0.05 ± 1.23
* Pearson Product Moment
Berdasarkan tabel 17 uji Pearson Product Moment menunjukan
ada hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan status gizi (p= 0.001)
dengan nilai korelasi (r=0.46) yaitu sedang.
Page 64
49
C. Pembahasan
1. Karakteristik Jenis Kelamin Sampel
Dalam penelitian ini semua sampel berjenis kelamin perempuan.
Jenis kelamin dapat mempengaruhi status gizi seseorang, pada masa remaja
selain terjadi pertumbuhan juga terjadi masa pertambahan berat badan.
Pertambahan berat badan pada laki-laki sekitar 13 kg dan pada perempuan
10 kg. Berat badan pada masa remaja bertambah seiring proses pertumbuhan
namun dapat lebih mudah dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya pola
hidup dan asupan zat gizi. Obesitas umumnya terjadi pada perempuan
terutama pada saat remaja, hal ini disebabkan faktor endokrin dan perubahan
hormonal (Arisman, 2010).
Orang tua perlu memperhatikan kebutuhan zat gizi anak perempuan
dan mereka harus diyakinkan bahwa masukan zat gizi yang kurang dari
yang dibutuhkan akan berakibat buruk, baik bagi pertumbuhan dan
kesehatannya. Hal ini sangat penting agar proses pertumbuhan dan
perkembangan tidak mengalami gangguan maupun hambatan Pertumbuhan
yang cepat dari segi bertambahnya berat badan atau tinggi badan merupakan
salah satu tanda adolensia. Pertumbuhan pada anak perempuan sudah mulai
pada umur 10-12 tahun sedangkan pada laki-laki pada umur 12-14 tahun.
Permulaan pertumbuhan pada setiap anak berbeda karena dapat disebabkan
oleh aktivitas fisik yang meningkatkan pertumbuhan anak semakin cepat
sehingga kebutuhan zat gizi akan bertambah. Nafsu makan anak laki-laki
semakin bertambah sehingga kebutuhan zat gizi terpenuhi, berbeda dengan
anak perempuan lebih mementingkan penampilan sehingga membatasi diri
dengan memilih makanan yang tidak mengandung banyak energi
(Ambarwati, 2012).
2. Karakteristik Umur Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri
SMK Muhammadiyah 5 Surakarta kelas X, XI, XII berjumlah 51 sampel
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil pengolahan data
Page 65
50
diketahui bahwa sebagian besar sampel berusia >16-18 tahun sebesar 49.0%
dengan nilai rata-rata 16.18 ± 0.91 tahun. Faktor umur sangat penting dalam
penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi biasanya akan menyebabkan
intepretasi status gizi menjadi salah. Pada masa remaja kebutuhan zat gizi
lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, karena remaja lebih banyak
melakukan aktivitas fisik sehingga asupan zat gizi harus tetap terpenuhi
dengan baik (Supariasa, 2012).
3. Karakteristik Citra Tubuh
Karakteristik citra tubuh remaja putri di SMK Muhammadiyah 5
Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar sampel memiliki citra tubuh
positif sebesar 92.2% dengan nilai rata-rata 31.22 ± 5.58. Perempuan yang
memiliki citra tubuh positif berusia 14-18 tahun, dimana pada usia ini remaja
menjadi sangat memperhatikan tubuhnya dan membangun citranya sendiri
mengenai bagaimana tubuh mereka di mata orang lain. Penelitian ini
ditemukan bahwa sebagian besar sampel memiliki citra tubuh positif hal ini
disebabkan karena seseorang melihat tubuhnya sebagaimana mestinya, dia
akan puas terhadap dirinya sendiri, merasa nyaman dan percaya diri sebab
sebagian besar perempuan hidup dalam budaya yang memberikan penekanan
lebih dari penampilan dan bentuk tubuh (Dieny, 2014).
4. Karakteristik Konsumsi Protein
Karakteristik konsumsi protein Pada tabel 10, sebagian besar sampel
termasuk dalam kategori konsumsi protein normal sebesar 72.5% dengan
nilai rata-rata 64.49 ± 18.12 gr hal ini disebabkan karena protein merupakan
zat gizi yang sangat penting bagi tubuh dan memiliki fungsi sebagai sumber
energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun. Zat pembangun protein
berfungsi sebagai bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang terjadi
didalam tubuh. Protein akan mengantikan jaringan tubuh yang rusak dan per-
lu di rombak (Robert dkk, 2009).
Apabila asupan protein seseorang berlebih maka asam amino dalam
tubuh akan mengalami deaminasi atau pelepasan gugus amina dari asam
Page 66
51
amino saat terjadi metabolisme. Melalui reaksi biokimia, protein yang tidak
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan atau pemeliharaan
jaringan tubuh akan diubah menjadi asam lemak dan disimpan sebagai
cadangan lemak, sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi asetil KoA
yang dapat disintesis menjadi trigliserida melalui proses lipogenesis dan
disimpan dalam tubuh. Kelebihan asupan protein dalam tubuh akan
menyebabkan status gizi lebih (Almatsier, 2009; Brosnan et al 2011).
5. Karakteristik Konsumsi Lemak
Karakteristik konsumsi lemak pada tabel 11, sebagian besar sampel
termasuk dalam kategori konsumsi lemak normal sebesar 62.7% dengan
nilai rata-rata 69.98 ± 21.86 gr hal ini disebabkan karena lemak merupakan
simpanan sumber zat gizi esensial dan sebagai sumber energi yang dapat
menyediakan energi sekitar 2.25 kali lebih banyak daripada yang diberikan
karbohidrat dan protein. Apabila tubuh mengkonsumsi lemak yang kurang,
akan terjadi gambaran klinis defisiensi asam lemak esensial dan nutrisi yang
larut dalam lemak, serta pertumbuhan yang buruk. Sebaliknya kelebihan
konsumsi lemak akan berisiko kelebihan berat badan, obesitas,
meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular sampel dikemudian hari
(Irianto, 2011).
6. Karakteristik Konsumsi Karbohidrat
Karakteristik Konsumsi Karbohidrat Pada tabel 12, sebagian
besar sampel termasuk dalam kategori konsumsi karbohidrat normal sebesar
64.7% dengan nilai rata-rata 276.26 ± 50.31 gr hal ini disebabkan karena
karbohidrat merupakan zat pati, zat tepung dan zat gula yang di dalam tubuh
karbohidrat akan dibakar untuk menghasilkan tenaga. Karbohidrat akan
menjadi komponen struktur penting pada tubuh dalam bentuk serat (fiber,
seperti selulosa, pectin, dan lignin. Apabila tubuh mengkonsumsi
karbohidrat lebih akan berisiko menjadi gemuk dibandingkan dengan asupan
karbohidratnya yang cukup. Makanan dengan karbohidratnya yang tinggi
Page 67
52
dapat meningkatkan nafsu makan sehingga menyebabkan pola makan yang
berlebihan (Kartsapoetra, 2011).
7. Karakteristik Status Gizi
Karakteristik status gizi Pada tabel 13, sebagian besar sampel
termasuk dalam kategori status gizi IMT/U normal sebesar 80.4% dengan
nilai rata-rata -0.05 ± 1.23 SD. Hal ini disebabkan karena status gizi remaja
sangat penting untuk menunjang tumbuh kembang. Status gizi yang optimal
akan membentuk remaja yang sehat dan produktif. Status gizi remaja
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor (multifaktoral). Salah satu yang
berhubungan dengan status gizi pola konsumsi. Konsumsi makanan remaja
perlu diperhatikan karena pertumbuhan yang sangat cepat, sehingga
kebutuhan untuk pertumbuhan dan aktivitas juga meningkat. Jika berbagai
aktivitas dan pertumbuhan meningkat tidak diimbangi dengan masukan zat
gizi yang cukup maka tubuh akan mengalami masalah gizi atau malnutrisi
(Arisman, 2010).
8. Hubungan Citra Tubuh dengan Status Gizi
Citra tubuh merupakan persepsi terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya sehingga pada usia remaja akan timbul unsur baru yaitu kesadaran
akan kepribadian untuk memperlihatkan bentuk fisiknya. Pada umumnya
remaja putri apabila tidak puas terhadap bentuk tubuh yang dimiliki maka
cenderung akan melakukan usaha untuk mendapatkan berat badan yang
diinginkan. Citra tubuh erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Secara
psikologi rasa percaya diri merupakan refleksi penilaian seseorang akan
dirinya yang menyangkut kepercayaan dan emosi. Apabila remaja
mempunyai persepsi yang negatif maka secara tidak langsung akan
mengurangi rasa percaya diri dan sebaliknya apabila remaja mempunyai
persepsi yang positif terhadap bentuk tubuhnya maka remaja akan merasa
lebih puas terhadap tubuhnya (Nomate., et.al, 2017).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan citra tubuh dengan
status gizi remaja putri dengan nilai p=0.25. Tidak adanya hubungan
Page 68
53
disebabkan karena citra tubuh bukan faktor langsung yang dapat
mempengaruhi status gizi remaja putri, citra tubuh hanya presepsi individu
yang yang ditanggapi berbeda-beda oleh setiap individu. Hal ini
menunjukkan bahwa lebih banyak sampel yang sudah merasa puas terhadap
bentuk ukuran tubuhnya yang dimiliki saat ini, mereka menganggap bahwa
bentuk dan ukuran tubuhnya sudah ideal sehingga remaja putri dengan citra
tubuh positif akan merasa lebih puas terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya.
Sebaliknya, remaja putri yang memiliki citra tubuh negatif cenderung akan
sangat berhati-hati dalam menentukan jenis makanan dan jumlah kalori yang
dikonsumsi sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap status gizinya.
Kepuasan bentuk tubuh dan ukuran tubuh ini seringkali terjadi karena
remaja putri sudah merasa tubuhnya dalam kategori normal dan merasa
bahwa ada beberapa bagian tubuh yang sudah sesuai dengan ukuran
tubuhnya. Kepuasan citra tubuh yang dialami oleh remaja putri juga terjadi
karena remaja putri tidak mudah untuk terpengaruh dengan media dan tren
saat ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andea (2010), semakin
positif gambaran tubuh maka perilaku diet yang dilakukan akan semakin
rendah, dan semakin negatif gambaran tubuh maka perilaku diet yang
dilakukan akan semakin tinggi. Dalam penelitiannya remaja yang memiliki
gambaran tubuh positif perilaku dietnya rendah, dan remaja yang memiliki
gambaran tubuh negatif perilaku dietnya tinggi.
9. Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Protein sebagai zat pembangun merupakan zat gizi esensial dalam
mempengaruhi status gizi seseorang. Seseorang memiliki asupan protein
yang rendah cenderung memiliki keseimbangan nitrogen negatif.
Keseimbangan nitrogen negatif yaitu apabila pengeluaran nitrogen dalam
tubuh lebih besar dari asupan nitrogen (protein) kurang. Hal ini
mempengaruhi kadar protein dalam tubuh, selain itu akan beradaptasi
dengan pengeluaran nitrogen yang rendah di urin (Almatsier, 2011).
Page 69
54
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan konsumsi protein dengan
status gizi dengan nilai p=0.000 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0.61
yang artinya keeratan hubungan kuat. Pada usia remaja kebutuhan protein
meningkat karena proses pertumbuhan yang sedang terjadi dengan cepat,
karena protein merupakan zat gizi makro yang mempunyai fungsi khas yaitu
untuk memelihara dan membangun sel-sel serta untuk jaringan tubuh.
Pembentukan berbagai macam jaringan vital tubuh seperti enzim, hormon,
antibody, juga bergantung tersedianya protein. Terpenuhinya asupan protein
dengan benar pada remaja akan mempengaruhi status gizi dan proses
tumbuh kembang remaja dengan baik dan optimal (Departemen dan Gizi
Kesehatan Masyarakat, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian dari data food recall 2x 24 jam, sebagian
besar sampel memiliki konsumsi protein normal dan banyak sampel yang
memiliki status gizi normal karena protein merupakan zat gizi yang paling
baik untuk tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa protein yang dikonsumsi
mayoritas sampel sudah sesuai dengan kecukupan dan kebutuhan karena
sebagian besar disebabkan karena dalam satu kali makan terdapat lauk pauk
sumber protein hewani dan sumber protein nabati. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Dewi dkk (2017), menunjukkan bahwa ada hubungan
antara tingkat kecukupan protein dengan status gizi hal ini disebabkan
karena semakin tinggi rata-rata konsumsi protein maka semakin tinggi pula
status gizi berdasarkan IMT.
Hal ini sejalan dengan penelitian Indra dan Yettik (2013),
menyatakan bahwa apabila tubuh kekurangan protein, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan serta sistem kekebalan terganggu serta
mengurangi kemampuan sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Selain
itu produksi hormon dan enzim akan terganggu. Bila asupan energi terbatas
diet protein lebih banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan energi,
dan tidak bisa dipakai untuk menyintesis jaringan baru. Kelebihan asupan
protein dapat mengakibatkan kelebihan ber]at badan atau sampai obesitas.
Page 70
55
Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan obesitas. Kelebihan protein memberatkan ginjal dan hati yang
harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
10. Hubungan Konsumsi Lemak dengan Status Gizi
Lemak merupakan simpanan sumber zat gizi esensial. Komposisi
asam lemak trigliserida simpanan lemak yang bergantung pada susunan
lemak (Irianto, 2011). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
konsumsi lemak dengan status gizi dengan nilai p=0.009 dengan koefisien
korelasi (r) sebesar 0.36 yang artinya keeratan hubungan rendah. Pada usia
remaja asupan zat gizi terutama lemak yang berlebih akan mempengaruhi
status gizi remaja karena fungsi lemak dalam tubuh sebagai pembangun atau
pembentuk susunan tubuh manusia dan apabila asupan lemak rendah akan
berpengaruh terhadap status gizi. Lemak berfungsi sebagai sumber energi
yang memiliki energi lebih tinggi 9 kkal/gr daripada karbohidrat 3.75 kkal/gr
atau protein 4 kkal/gr, maka makanan yang mengandung proporsi tinggi
lemak bisa membentuk sumber energi yang tepat. Kekurangan lemak pada
seseorang dapat menimbulkan pengurangan ketersediaan energi, karena
energi didalam tubuh harus terpenuhi maka terjadilah katabolisme atau
perombakan protein, cadangan lemak yang semakin berkurang akan sangat
berpengaruh terhadap penurunan berat badan dan sebaliknya apabila asupan
lemak berlebih akan berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan jika
asupan lemak sesuai dengan kebutuhan akan memiliki status gizi yang
normal (Kartasapoetra, 2008).
Hasil penelitian juga menunjukkan konsumsi makanan sumber lemak
pada sampel cukup baik, karena sebagian besar sampel sering
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung banyak lemak seperti
halnya yang di makan yaitu suka mengkonsumsi gorengan ataupun makanan
yang diolah dengan cara digoreng. Kemudian dalam proses pencernaan,
makanan yang dikonsumsi mengandung lemak akan disederhanakan menjadi
asam lemak gliserol. Apabila keperluan energi sudah tercukupi, lemak akan
Page 71
56
disimpan tubuh dibawah lapisan kulit dan sekitar organ dalam (Soeharto,
2010). Berdasarkan food recall 2x24 jam kecukupan lemak sampel yang
disebabkan karena kurangnya frekuensi konsumsi makanan sumber lemak
dan disebabkan oleh berbagai hal antara lain porsi makan belum sesuai
dengan kebutuhan asupan yang dibutuhkan oleh tubuh.
Menurut Sediaoetama (2010), zat gizi yang didapatkan melalui
konsumsi makanan harus sesuai dan cukup bagi tubuh untuk melakukan
segala aktivitas, terutama bagi seseorang yang berbeda pada masa
petumbuhan seperti masa remaja. Tingkat konsumsi asupan makan lebih
banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi.
kualitas suatu makanan menggambarkan adanya zat gizi yang dibutuhkan
oleh tubuh yang terdapat dalam bahan makanan, begitu pula kuantitas
makanan yang juga menggambarkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh
tubuh.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Savitri (2014), remaja yang
memiliki asupan lemak kurang dari yang dianjurkan memiliki risiko untuk
mengalami status gizi kurang sebesar 1.216 lebih besar dibandingkan dengan
siswi yang memiliki asupan lemak sesuai dengan anjuran. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Serly (2015), aktivitas fisik juga salah satu penyebab
yang mempengaruhi keadaan gizi seseorang, aktivitas fisik yang ringan
dapat menyebabkan status gizi seseorang menjadi underweight, overweight,
normal, maupun obesitas. Status gizi merupakan refleksi asupan secara
keseluruhan yang berasal dari pangan sumber energi, lemak, protein dan
karbohidrat. Menurut Hidayati (2017), semakin baik asupan lemak maka
status gizi menjadi normal.
11. Hubungan Konsumsi Karbohidrat dengan Status Gizi
Karbohidrat merupakan zat gizi utama sumber energi bagi tubuh.
Terpenuhinya kebutuhan tubuh akan karbohidrat menentukan jumlah energi
yang tersedia bagi tubuh setiap hari. Apabila karbohidrat dikonsumsi dalam
Page 72
57
jumlah yang berlebihan maka akan menyebabkan penyakit diabetes militus,
jantung, hiperaktivitas dan sebagainya (Almatsier, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan karbohidrat dengan
status gizi dengan nilai p=0.001 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0.46
yang artinya keeratan hubungan sedang. Hal ini disebabkan karena asupan
makan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh langsung terhadap
keadaan gizi seseorang karena konsumsi makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan baik kualitas maupun kuantitas dapat menimbulkan masalah gizi.
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi makro yang mempunyai peran
utama dalam menyediakan energi dalam tubuh. Setiap grnya karbohidrat
menghasilkan 4 kkl/gr. Karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan
glukosa dalam darah yang bertujuan untuk menyimpan cadangan energi
dalam tubuh. Apabila karbohidrat dikonsumsi sesuai kebutuhan tubuh akan
menyebabkan status gizi normal dan jika konsumsi karbohidrat berlebihan
akan menyebabkan obesitas karena karbohidrat akan disimpan dalam
jaringan lemak (Arisman, 2010).
Data dari food recall 2x24 jam konsumsi karbohidrat sampel
sebagian besar normal hal ini disebabkan karena konsumsi karbohidrat
sebagian besar cukup sebanyak 33 siswi. Kecukupan konsumsi karbohidrat
ini dikarenakan keragaman makanan sumber karbohidrat sampel sudah
bervariasi seperti nasi. Selain itu konsumsi karbohidrat juga diperoleh dari
konsumsi makanan olahan lainnya seperti roti, mie dan sebagainya.
Konsumsi makanan yang beranekaragam dapat mengurangi resiko
kekurangan zat gizi tertentu pada seseorang. Konsumsi karbohidrat lebih
banyak dikonsumsi karena sesuai teori yang mengatakan bahwa karbohidrat
merupakan penyedia energi utama dan sumber makanan relatif lebih murah
dibanding dengan zat gizi lainnya ( Almatsier, 2009).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rokhmah dkk., (2016),
asupan karbohidrat responden dapat mempengaruhi status gizi karena jumlah
konsumsi karbohidrat dapat meningkatkan jumlah energi secara signifikan.
Page 73
58
Muchlisa (2013), menyatakan adanya hubungan antara asupan karbohidrat
dengan status gizi remaja. Jumlah remaja putri dengan konsumsi karbohidrat
yang cukup lebih banyak yang status gizinya normal
Menurut Muchtadi (2011), fungsi utama karbohidrat adalah
menyediakan energi bagi tubuh yang diperlukan untuk melakukan aktivitas
fisik. Sebagian karbohidrat didalam tubuh berada dalam sirkulasi darah
sebagai glukosa untuk keperluan energi segera, sebagian disimpan sebagai
glikogen dalam hati dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi lemak
untuk kemudian disimpan sebagai cadangan energi didalam jaringan lemak.
Apabila seseorang mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang berlebihan
maka akan menjadi gemuk.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian memiliki keterbatasan yaitu tidak meneliti faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi status gizi seperti aktivitas fisik, konsumsi energi, durasi
tidur, penyakit infeksi, pola makan, dan pengetahuan gizi.
Page 74
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Citra tubuh siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta mayoritas memiliki citra
tubuh positif sebesar 100% dengan rata-rata citra tubuh 31.22 ± 5.58%.
2. Konsumsi zat gizi makro siswi di SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
mayoritas dalam kategori normal berturut-turut sebagai berikut:
a) Protein 37 sebesar 72.5% dengan rata- rata konsumsi protein 64.49 ±
18.12 gr.
b) Lemak 32 sebesar 62.7% dengan rata- rata konsumsi lemak 69.98 ±
21.86 gr
c) Karbohidrat 33 sebesar 64.7% dengan rata- rata konsumsi karbohidrat
276.26 ± 50.31 gr
3. Status gizi siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta berdasarkan Z- score
IMT/U sebagian besar mempunyai status gizi normal sebesar 80.4% dengan
rata-rata nilai Z- score -0.05 ± 1.23 SD.
4. Tidak terdapat hubungan antara citra tubuh dengan status gizi (p=0.256).
5. Terdapat hubungan konsumsi protein dengan status gizi (p=0.000).
6. Terdapat hubungan konsumsi lemak dengan status gizi (p=0.009).
7. Terdapat hubungan konsumsi karbohidrat dengan status gizi (p=0.001).
B. Saran
1. Bagi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
Diharapkan sekolah dapat memberikan edukasi gizi tentang
pentingnya konsumsi jenis bahan makanan yang bergizi dan seimbang yang
dapat memperbaiki status gizi.
Page 75
60
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan adanya penelitian selanjutnya mengenai citra tubuh
yang dihubungkan dengan aktivitas fisik, frekuensi makanan, durasi tidur,
konsumsi energi, dan pola makan.
Page 76
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, A. 2013. Berpikir Positif pada Ketidakpuasan terhadap Citra Tubuh. Jurnal
Psikologi Islam. 10 :5-13.
Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andea, R. 2010. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet Pada Remaja. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Alatas, S S. 2011. Status Gizi Anak Usia Sekolah dan Hubungannya dengan Tingkat
Asupan Kalsium Harian Di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan
Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Adriani, M dan Bambang W. 2014. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Kencana.
Amanda, A. 2014. Hubungan Asupan Zat Gizi (Energi, Protein, Besi dan Seng Stunting
dan Stimulasi Psikososial dengan Status Motorik Anak Usia 3-6 Tahun di
PAUD Wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama Tahun 2014.
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Ambarwati, F. R. 2012. Gizi Dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Cakrawala
Ilmu.
Amelia, F. 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan Status Gizi
pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Skripsi. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aritonang, E. 2010. Hubungan Status Gizi dengan Ketersediaan Pangan. Jurnal
Puslitbang Gizi dan Makanan Balitbang Kesehatan Depkes RI. Bogor: IPB
press.
Bani, A. 2010. Studi tentang Persepsi Mahasiswa tentang Tubuh Ideal dan
Hubungannya dengan Upaya Pencapaiannya. Skripsi. Intitut Pertanian Bogor.
Brosnan M.E., Brosnan J,T., and Young, V.R. Protein. In Lanham SA, Macdonald IA,
Roche HM, editors. 2011. Nutritional and Metabolism; The Nutrition Society
Textboox Series. Willey-Blackwell.
Page 77
Christina, T. 2014. Hubungan Peran Teman Sebaya dengan Kecemasan Remaja Putri
Pada Masa Pubertas dalam Menghadapi Perubahan Fisik di SMP Betina
Medan. Skripsi Fakultas Keperawatan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Dalami. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Trans
Info Media.
Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. 2009. Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Rajawali Pers.
Depkes RI. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Depkes RI.
. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
. 2013. Tabel Konsumsi Pangan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.
Dewi, A. M., Pradigdo, S. F., dan Rahfiludin, Z. 2017. Hubungan Asupan Energi dan
Protein dengan Status Gizi Narapidana Umum. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-journal)5: 270.
Destayanti, P. 2011. Perception of Body Shape with Adolescents Nutrition Status In
Surabaya. Tesis. Surabaya: Universitas Airlangga.
Dianah. 2012. Hubungan Citra Tubuh dengan Status Obesitas, Aktivitas Fisik dan
Asupan Zat Gizi Makro Remaja Di Kota Yogyakarta. Jurnal Kesehatan 1:12
Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Dieny, F F. 2007. Hubungan antara Body Image, Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan
Protein dengan Status Gizi pada Siswi SMA. Skripsi. Semarang: Bagian
Program Studi S1 Ilmu Gizi FK UNDIP.
Edward, A. 2007. Hubungan Presepsi Body Image, Aktivitas Fisik, dan Konsumsi
Pangan Sumber Lemak dengan Status Gizi Guru Wanita. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 2 :71
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.
Filsa, D. 2017. Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Harga Diri Remaja.
Skripsi. Malang: Universitas Tribhuwana Tungga Dewi.
Gemili, S N. 2011. Analisis Hubungan Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat
dan Serat dengan Indeks Massa Tubuh CDC pada Siswa SLTA. Skripsi.
Semarang: FK-UNDIP.
Gibson, J L., Ivanceivch, J. M., Donnelly, J. H. Jr., Konopaske, R. 2012. Principles of
nutritional assesment. New York: Oxford university.
Gulo. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : Grasindo.
Page 78
Gogran, 2008. Body Image Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women,
Chiledren. 5 th Edition. London: Psychology Press.
Hadi, S. 2010. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Perkembangan
Remaja. Skripsi. Bandung: Universitas Padjajaran.
Hidayati, I R. dan Hidayat, B. 2008. Obesitas pada Anak. Surakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Huriyati, S. 2009. Aktivitas Fisik Remaja SMP di Kabupaten Bantul serta Hubungannya
dengan Kejadian Obesitas. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 1(2).
Herawati. 2014. Studi Fenomenologi Pengalaman Perubahan Citra Tubuh pada Klien
Kelemahan Pasca Stroke Di RS Dr M Djamil Kota Padang. Jurnal
Keperawatan Jiwa 2. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Imtihani, T R. 2012. Hubungan Pengetahuan, Uang Saku, Motivasi, Promosi, dan Peer
Group dengan Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja Putri.
Tesis. Semarang: Universitas Diponegaro.
Indra, D dan Wulandari, Y. 2013. Prinsip-Prinsip Dasar Ahli Gizi. Jakarta Timur:
Dunia Cerdas.
Irianto, D P. 2011. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta:
CV Andi Offset.
Kartasapoetra, G dan Marsetyo, H. 2008. Ilmu Gizi Korelasi Gizi dan Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
. 2013. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi
Bangsa. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013.
Kristanti, A N. 2009. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Laus, MF., Mota, DC., Moreira, RC., Costa, TM., Almeida S. 2009. Physichal Activity,
Nutritional Status Gizi, and Body Image Concerns In Adolescents. Journal
Brazaiian Psiquatr 58 (3).
Lintang, D S., Yudi, Ismanto., Franly Onibala. 2015. Hubungan Citra Tubuh Dengan
Perilaku Diet Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 9 Manado. eJournal
Keperawatan (e-Kp) 3 (2).
Markum. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Page 79
Muchlisa, C., Indriasari, R. 2013. Hubungan Asupan Zat gizi Dengan Status Gizi pada
Remaja Putri di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Tahun
2013. Junal MKMI, Vol 9, No. 3.
Nilawati, S., Krisnatuti D., Mahendra. 2011. Care Yourself Kolesterol. Jakarta: Niaga
Swadaya.
Notoadmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nomate., ES. Marselinus., L N dan Toy., S M..2017. Hubungan Teman Sebaya, Citra
Tubuh Dan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Remaja Putri. Journal of Public
Health. Semarang. UNNES.
Permaesih, D dan Susilowati Herman. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Anemia pada Remaja. Jurnal Bul Penel Kesehatan. 3(4):162-171.
Purwaningrum, N F. 2008. Hubungan Antara Citra Raga dan Perilaku Makan pada
Remaja Putri. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Pratiwi, R. 2011. Analisis Faktor Predisposisi, Faktor Pendukung dan Faktor Pendorong
terhadap Pola Makan pada Sisiwi SMA Yayasan Syhavuvyatul Amallyyah
Medan Tahun 2010. Skripsi. FKM. USU. Medan. Produkfitas Kerja. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010.
Proverawati, A. 2011. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rinna, W. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Remaja (SMP)
Di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2007. Tesis. Depok : Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
Robert R. 2009. Brink’s Modern Internal Auditing, Seventh Edition. New Jersey: John
Wiley & Sons, Inc.
Rokhmah, F., Lailatul, M.., Triska, S. N. 2016. Hubungan Tingkat Kecukupan Energi
dan Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Siswi SMA di Pondok Pesantren Al-
Izzah Kota Batu. Jurnal Media Gizi Indonesia 11 (1).
Riset Kesehatan Dasar. 2010. Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data.
Surakarta: Badan Litbangkes Depkes RI.
. 2013. Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah:
Kementerian Kesehatan RI.
Rumini, S dan Siti Sundari. 2009. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. Asdi
Mahasaty.
Page 80
Sada, M. 2012. Hubungan Body Image, Pengetahuan Gizi Seimbang, dan Aktivitas
Fisik Terhadap Status Gizi Mahasiswa Politeknik Kesehatan Jayapura. Jurnal
gizi dan kesehatan 2.
Sari, D A. 2011. Hubungan Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Konsumsi Fast Food dan
Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Overweight Pada Siswa SMP AL Islam 1
Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sandjadja. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas.
Safitri, 2011. Hubungan Status Gizi Remaja Putri dengan Usia Menarche di SMP 2
Pekalongan Tahun 2011. Skripsi. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada.
Savitri, W. 2014. Hubungan Body Image, Pola Konsumsi, Aktivitas Fisik, dengan
Status Gizi Siswi SMAN 63 Jakarta Tahun 2015. Skripsi. Jakarta; Uneversitas
Islam Negeri Syarif Hidayatulla
Sediaoetama, A D. 2015. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat
Serly, V. 2015. Hubungan Body Image, Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan
Status Gizi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan
2014. JOM FK 2 (2).
Setijowati, N., Laksami, Karunia., Nidya Magdalena. 2012. Hubungan Antara Body
Image dengan Status Gizi Remaja Putri di SMA Katolik Frateran Malang.
Artikel Penelitian. Progam Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Malang:
Universitas Brawijaya.
Simanjuntak, S R N P. 2009. Presepsi Remaja tentang Body Image Ditinjau dari
Konsep Diri. Skripsi. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang.
Soetjiningsih. 2011. Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Alfabeta.
Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sutriani, A. 2013. Hubungan antara Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat
dengan Kejadian Gizi Lebih pada Anak Remaja Usia 13-18 Tahun di Pulau
Jawa (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010). Journal of Clinical Nutrition
58.
Supariasa, I.D.N., dkk.,. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Page 81
Syahrir, N. Pengetahuan Gizi, Body Image, dan Status Gizi Remaja di SMA Islam
Athirah Kota Makassar Tahun 2013. eJournal Keperawatan 3 (2). Ratulangi:
Universitas Sam Ratulangi.
Page 83
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI BulanVII Bulan VIII Bulan IX Bulan X
1 Pembuatan
proposal
2 Ujian Proposal
3 Revisi proposal
4 Pengambilan
data penelitian
5 Analisa data
6
Penyusunan
laporan hasil
penelitian
7 Ujian hasil
penelitian
8
Revisi hasil
penelitian dan
pengumpulan
skripsi
Page 84
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN
Sampel yang saya hormati,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rica Ariyaningtiyas
NIM : 2015030095
Mahasiswa Progam Studi S1 Gizi Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta melakukan penelitian tentang :
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO DENGAN
STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
Oleh karena itu, saya mohon ketersediaan anda untuk menjadi sampel. Jawaban akan
saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas
bantuannya dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih.
Surakarta, November 2018
Peneliti
(Rica Ariyaningtiyas)
Page 85
Lampiran 3
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SAMPEL PENELITIAN
Saya, Rica Ariyaningtiyas akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Citra
Tubuh Dan Konsumsi Zat Gizi Makro Dengan Status Gizi Remaja Putri Di SMK
Muhammadiyah 5 Surakarta”. Penelitian ini bertujuan mengetahui status gizi remaja
putri.
A. Keikutsertaan dalam penelitian
Anda bebas memilih untuk ikut serta dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila anda sudah memutuskan untuk ikut serta, anda juga bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenakan denda atau sanksi apapun.
B. Prosedur penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan ini dua rangkap, satu untuk anda simpan
dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah :
1. Pengukuran berat badan dan tinggi badan secara langsung.
2. Wawancara langsung digunakan untuk menanyakan identitas dan asupan
dengan metode food recall 2x24 jam tidak berturut-turut.
3. Mengisi formulir Likert citra tubuh.
C. Kewajiban sampel penelitian
Sebagai sampel penelitian, anda berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk
penelitian seperti yang tertulis diatas.
D. Risiko dan efek samping
Dalam penelitian ini, tidak terdapat risiko dan efek samping.
E. Manfaat
Keuntungan langsung yang diperoleh yaitu dapat mengetahui citra tubuh dan
status gizi.
Page 86
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas sampel penelitian akan dira-
hasiakan dan hanya akan digunakan dalam penelitian.
G. Pembiayaan
Semua biaya yang berkaitan dengan penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
H. Informasi tambahan
Anda diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas
sehubungan dengan penelitian ini. Sewaktu-waktu jika membutuhkan penjelasan
lebih lanjut, anda dapat menghubungi :
Rica Ariyaningtiyas (082334468784)
Page 92
Lampiran 6
KUESIONER PENGAMBILAN DATA CITRA TUBUH REMAJA PUTRI DI
SMK MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
Oleh :
RICA ARIYANINGTIYAS
2015030095
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
Page 93
KUESIONER HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN KONSUMSI ZAT GIZI MAKRO
DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
Petunjuk umum pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
2. Isilah seluruh pertanyaan dibawah ini dengan menggunakan jawaban yang sesuai
dengan pemikiran kamu.
3. Cara pengisian jawaban disesuaikan dengan petunjuk yang telah diberikan.
4. Kamu diharapkan untuk mengisi seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini
secara mandiri.
5. Bila ada pertanyaan yang tidak mengerti, kamu dapat langsung menanyakan kepada
peneliti yang berada disekitar responden.
6. Bila ingin menganti jawaban pada daftar pertanyaan, kamu dapat memberikan
tanda strip (-) pada jawaban yang ingin diganti, kemudian memberikan tanda silang
(X) kembali pada kolom yang tersedia.
7. Tiap pertanyaan akan bernilai bila diisi oleh satu jawaban.
8. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pertanyaan-pertanyaan ini. Ini
semata-mata hanya studi tentang presepsi remaja tentang citra tubuh pada masa
pubertas.
9. Selamat mengisi
Page 96
Lampiran 7
Data Tingkat Konsumsi Zat Gizi Protein Siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
No id Nama BB (Kg) Kons (P1) Kons (P2) Rata-rata P TK Kons P Kategori Kons P
1 A F R 37 32,5 36,6 50,8 116,35% Normal
2 D N 57,3 63,2 35,6 81 94,24% Normal
3 S V 63 33,4 43,1 54,95 73,92% Defisit Sedang
4 N L A 36,8 36 30,6 51,3 118,14% Normal
5 D A 45,7 63,3 18,5 72,55 134,54% Diatas Kebutuhan
6 P E P 45,6 28 43,4 49,7 92,37% Normal
7 R R 44,6 28,7 24,7 41,05 78,00% Defisit Sedang
8 Y P A S 49,9 49,4 40,2 69,5 118,03% Normal
9 A L S 39,2 33,1 31,3 48,75 82,91% Defisit Ringan
10 K 31 55,6 18 64,6 138,92% Diatas Kebutuhan
11 R H J P 45 42 23,4 53,7 101,13% Normal
12 D M 52,7 53 24,42 65,21 82,49% Defisit Ringan
13 N A 43,1 52,1 38,2 71,2 110,13% Normal
14 W F 47,5 39,8 22,7 51,15 71,79% Defisit Sedang
15 D A S 53,6 51,1 41,7 71,95 113,76% Normal
16 E W 49,7 35,9 40,8 56,3 96,00% Normal
17 P 41,8 28,5 29,2 43,1 87,38% Defisit Ringan
18 Y M 63,4 68,1 37,7 86,95 91,43% Normal
19 O T M 40,3 27,1 56,8 55,5 116,71% Normal
20 I P R 53,6 42 60,8 72,4 114,47% Normal
21 S S 50,4 29,6 27,7 43,45 57,47% Defisit Berat
22 Y R 68,5 73,1 20,7 83,45 103,24% Normal
23 R R D 49,1 51,22 32,6 67,52 116,54% Normal
24 N K 42,7 27,02 59,6 56,82 112,77% Normal
25 H R 50,5 63,5 48,6 87,8 115,91% Normal
26 R A 47,5 57,74 45,4 80,44 112,90% Normal
Page 97
No id Nama BB (Kg) Kons (P1) Kons (P2) Rata-rata P TK Kons P Kategori Kons P
27 Y S F 48,9 42,1 14,9 49,55 67,55% Defisit Berat
28 I 49,2 25,5 67,3 59,15 80,15% Defisit Ringan
29 S 55,7 37,9 48,2 62 74,21% Defisit Sedang
30 A P S 37 41,5 47,5 65,25 117,57% Normal
31 O C 41,8 43 23,3 54,65 110,80% Normal
32 A N R 48,5 45,7 43,3 67,35 117,68% Normal
33 R R W 53,3 38 41,3 58,65 93,25% Normal
34 I D S 83 94,5 46,7 117,85 94,66% Normal
35 A F 43,1 23,4 47,5 47,15 92,71% Normal
36 S F A 54,5 46,6 31,5 62,35 96,95% Normal
37 A HN 64,8 61,1 53,3 87,75 90,28% Normal
38 F A P 90,7 93,3 89,1 137,85 101,32% Normal
39 F N P 36,5 22,56 59,9 52,51 95,91% Normal
40 A T I J 39,2 25,4 40,7 45,75 98,91% Normal
41 L L 47,7 50,3 40,2 70,4 98,39% Normal
42 G P 42,9 46,8 28,5 61,05 94,87% Normal
43 D P S 42,7 49,5 17,5 58,25 115,61% Normal
44 Y T W 49,9 60,31 18,8 69,71 118,39% Normal
45 M A J 50,6 40,6 33,3 57,25 95,88% Normal
46 Y A 60,8 41,4 39 60,9 66,78% Defisit Berat
47 P H 46,2 45,6 27,3 59,25 108,68% Normal
48 D N S 31 25,9 28,4 40,1 109,62% Normal
49 P A S 57,4 66,9 32 82,9 96,28% Normal
50 C P M 49,3 33,9 40,94 54,37 73,52% Defisit Sedang
51 R YS D 43,4 67,9 16,9 76,35 117,28% Normal
Page 98
Data Tingkat Konsumsi Zat Gizi Lemak Siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
No id Nama BB (Kg) Kons (L1) Kons (L2) Rata-rata L TK Kons L Kategori Kons L
1 A F R 37 27,7 44,3 49,85 94,88% Normal
2 D N 57,3 32,9 27,5 46,65 52,75% Defisit Berat
3 S V 63 21,4 58,9 50,85 56,84% Defisit Berat
4 N L A 36,8 21,1 23,8 33 63,15% Defisit Berat
5 D A 45,7 43,4 19,8 53,3 82,13% Defisit Ringan
6 P E P 45,6 35,1 46,6 58,4 90,19% Normal
7 R R 44,6 50 21,8 60,9 96,16% Normal
8 Y P A S 49,9 20 38,8 39,4 55,60% Defisit Berat
9 A L S 39,2 34,1 56,4 62,3 102,97% Normal
10 K 31 73 109,8 127,9 267,31% Diatas Kebutuhan
11 R H J P 45 64,8 24,4 77 120,50% Diatas Kebutuhan
12 D M 52,7 58 30,98 73,49 90,35% Normal
13 N A 43,1 54,4 38,2 73,5 110,49% Normal
14 W F 47,5 59 38,9 78,45 107,00% Normal
15 D A S 53,6 55 68,6 89,3 117,33% Normal
16 E W 49,7 30,5 48 54,5 77,22% Defisit Sedang
17 P 41,8 33,4 29,8 48,3 81,37% Defisit Ringan
18 Y M 63,4 84,4 45,2 107 109,34% Normal
19 O T M 40,3 22,3 64,3 54,45 95,15% Normal
20 I P R 53,6 46,4 54,7 73,75 96,90% Normal
21 S S 50,4 36,2 30,7 51,55 66,27% Defisit Berat
22 Y R 68,5 65,9 26,4 79,1 81,32% Defisit Ringan
23 R R D 49,1 58,38 29,7 73,23 105,03% Normal
24 N K 42,7 53,5 33,18 70,09 115,60% Normal
25 H R 50,5 64,6 43,4 86,3 110,72% Normal
26 R A 47,5 44,66 46,2 67,76 92,42% Normal
27 Y S F 48,9 52 21 62,5 82,81% Defisit Ringan
28 I 49,2 42,9 67,4 76,6 100,87% Normal
Page 99
No id Nama BB (Kg) Kons (L1) Kons (L2) Rata-rata L TK Kons L Kategori Kons L
29 S 55,7 48,1 54 75,1 87,35% Defisit Ringan
30 A P S 37 59,2 81,8 100,1 175,28% Diatas Kebutuhan
31 O C 41,8 54,1 12,3 60,25 101,51% Normal
32 A N R 48,5 50,3 63 81,8 118,77% Normal
33 R R W 53,3 49,6 43,4 71,3 94,21% Normal
34 I D S 83 80,1 52,8 106,5 83,13% Defisit Ringan
35 A F 43,1 29,7 56 57,7 94,28% Normal
36 S F A 54,5 73,4 36,6 91,7 118,49% Normal
37 A HN 64,8 61 115,1 118,55 118,53% Normal
38 F A P 90,7 85,4 92,3 131,55 93,97% Normal
39 F N P 36,5 38,8 50,4 64 113,60% Normal
40 A T I J 39,2 28,7 44,8 51,1 91,80% Normal
41 L L 47,7 53 56,1 81,05 110,09% Normal
42 G P 42,9 55,3 26 68,3 103,15% Normal
43 D P S 42,7 58,3 17,5 67,05 110,58% Normal
44 Y T W 49,9 74,7 13,5 81,45 114,95% Normal
45 M A J 50,6 48 51,4 73,7 102,57% Normal
46 Y A 60,8 28,2 26,4 41,4 44,12% Defisit Berat
47 P H 46,2 40,2 40,4 60,4 92,07% Normal
48 D N S 31 45 32,1 61,05 138,69% Diatas Kebutuhan
49 P A S 57,4 13,4 97 61,9 69,87% Defisit Berat
50 C P M 49,3 24,8 50,76 50,18 65,95% Defisit Berat
51 R YS D 43,4 27 13,5 33,75 50,38% Defisit Berat
Page 100
Data Tingkat Konsumsi Zat Gizi Karbohidrat Siswi SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
No id Nama BB (Kg) Kons (KH 1) Kons (KH 2) Rata-rata KH TK Kons KH Kategori Kons KH
1 A F R 37 168,2 176,8 256,6 118,75% Normal
2 D N 57,3 206,4 121,4 267,1 73,43% Defisit Sedang
3 S V 63 175,7 138 244,7 66,51% Defisit Berat
4 N L A 36,8 137 118,3 196,15 91,27% Normal
5 D A 45,7 236,2 101,2 286,8 107,46% Normal
6 P E P 45,6 191 250 316 118,66% Normal
7 R R 44,6 286,6 126,1 349,65 134,24% Diatas Kebutuhan
8 Y P A S 49,9 199,1 185,5 291,85 100,15% Normal
9 A L S 39,2 171,1 70 206,1 82,83% Defisit Ringan
10 K 31 109,8 144,2 181,9 92,44% Normal
11 R H J P 45 112,5 110,3 167,65 63,79% Defisit Berat
12 D M 52,7 231,7 300,7 382,05 114,20% Normal
13 N A 43,1 199,2 102,3 250,35 91,51% Normal
14 W F 47,5 160,5 87,3 204,15 67,71% Defisit Berat
15 D A S 53,6 174,4 139,1 243,95 77,93% Defisit Sedang
16 E W 49,7 198 137 266,5 91,82% Normal
17 P 41,8 230,7 84,9 273,15 111,90% Normal
18 Y M 63,4 243,7 101,9 294,65 73,21% Defisit Sedang
19 O T M 40,3 152,6 195,2 250,2 106,31% Normal
20 I P R 53,6 175,9 267 309,4 98,84% Normal
21 S S 50,4 197,4 159,5 277,15 86,63% Defisit Ringan
22 Y R 68,5 179,3 163,3 260,95 65,23% Defisit Berat
23 R R D 49,1 227 159,6 306,8 106,99% Normal
24 N K 42,7 160,9 200,2 261 104,66% Normal
25 H R 50,5 258,2 179,7 348,05 108,57% Normal
26 R A 47,5 198,26 204 300,26 99,58% Normal
27 Y S F 48,9 296,6 79,3 336,25 108,32% Normal
28 I 49,2 136,5 190,9 231,95 74,27% Defisit Sedang
Page 101
No id Nama BB (Kg) Kons (KH 1) Kons (KH 2) Rata-rata KH TK Kons KH Kategori Kons KH
29 S 55,7 240,9 84,4 283,1 80,07% Defisit Ringan
30 A P S 37 183,7 155,8 261,6 111,38% Normal
31 O C 41,8 189,4 120,1 249,45 102,19% Normal
32 A N R 48,5 211,4 130 276,4 97,59% Normal
33 R R W 53,3 236,2 119 295,7 95,00% Normal
34 I D S 83 243,5 219 353 67,00% Defisit Berat
35 A F 43,1 144,3 164,7 226,65 90,05% Normal
36 S F A 54,5 241,3 112,4 297,5 93,47% Normal
37 A HN 64,8 310,4 165,8 393,3 95,61% Normal
38 F A P 90,7 302,7 191,8 398,6 69,23% Defisit Berat
39 F N P 36,5 140 267,1 273,55 118,06% Normal
40 A T I J 39,2 225,9 84 267,9 117,02% Normal
41 L L 47,7 236,7 136,6 305 100,73% Normal
42 G P 42,9 208,3 114,5 265,55 97,51% Normal
43 D P S 42,7 190,8 151,5 266,55 106,89% Normal
44 Y T W 49,9 238,4 81 278,9 95,71% Normal
45 M A J 50,6 146 150,9 221,45 74,94% Defisit Sedang
46 Y A 60,8 207,6 98,4 256,8 66,54% Defisit Berat
47 P H 46,2 175 152 251 93,03% Normal
48 D N S 31 206 128,7 270,35 149,33% Diatas Kebutuhan
49 P A S 57,4 212 232,75 328,375 90,12% Normal
50 C P M 49,3 110,6 186,3 203,75 65,11% Defisit Berat
51 R YS D 43,4 243,1 121,5 303,85 110,29% Normal
Page 102
Lampiran 8
DATA TINGKAT STATUS GIZI SISWI SMK MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
ANTROPOMETRI
No Id Nama Tempat tanggal lahir Umur
(Thn)
BB
(Kg)
TB (M) IMT/U SD Kategori SG
1 A F R Surakarta, 29 desember 2001 17 37 150,3 -1,98 Normal
2 D N Karanganyar, 7 mei 2003 15.5 57,3 151,5 1,27 Gemuk
3 S V Karanganyar, 03 september 2001 17.1 63 156,4 1,22 Gemuk
4 N L A Karanganyar, 23 oktober 2001 17.08 36,8 144 -1,3 Normal
5 D A Kendal, 21 maret 2001 16.6 45,7 144,2 0,33 Normal
6 P E P Surakarta, 27 juni 2001 17.3 45,6 148,3 -0,2 Normal
7 R R Surakarta, 5 september 2001 17.1 44,6 148,5 -0,3 Normal
8 Y P A S Surakarta, 07 juli 2001 17.3 49,9 161,8 -0,88 Normal
9 A L S Karanganyar, 21 desember 2003 14.9 39,2 151,2 -1,28 Normal
10 K Sragen, 10 oktober 2003 15.08 31 147,4 -3,08 Kurus
11 R H J P Pasuruan, 18 maret 2002 16.6 45 143,3 0,31 Normal
12 D M Karanganyar, 25 september 2003 15.08 52,7 157,4 0,33 Normal
13 N A Karanganyar, 10 januari 2004 14.8 43,1 145,6 0,07 Normal
14 W F Karanganyar, 05 november 2003 17.2 47,5 147,5 0,52 Normal
15 D A S Karanganyar, 08 agustus 2001 17.2 53,6 155 0,38 Normal
16 E W Karanganyar, 20 september 2001 17.1 49,7 158 -0,41 Normal
17 P Karanganyar, 21 november 2002 16 41,8 148,05 -0,61 Normal
18 Y M Surakarta, 03 mei 2003 15.5 63,4 154,8 1,59 Gemuk
19 O T M Surakarta, 13 oktober 2002 16.08 40,3 150 -1,13 Normal
20 I P R Surakarta, 16 november 2001 17 53,6 155,4 0,37 Normal
21 S S Sukuharjo, 18 januari 2004 15.8 50,4 149,6 0,59 Normal
22 Y R Karanganyar, 21 maret 2001 17.6 68,5 144,5 2,54 Obesitas
23 R R D Surakarta, 27 november 2000 17.9 49,1 160 -0,75 Normal
24 N K Wonogiri, 04 november 2002 16 42,7 149,9 -0,64 Normal
Page 103
No Id Nama Tempat tanggal lahir Umur
(Thn)
BB
(Kg)
TB (M) IMT/U SD Kategori SG
25 H R Surakarta, 24 mei 2003 15.5 50,5 154,3 0,25 Normal
26 R A Karanganyar, 27 oktober 2003 15 47,5 167,8 -1,46 Normal
27 Y S F Karanganyar, 04 juni 2003 15.4 48,9 152 0,24 Normal
28 I Sragen, 03 agustus 2003 15.2 49,2 153,3 0,19 Normal
29 S Surakarta, 24 agustus 2003 15.1 55,7 155,3 0,85 Normal
30 A P S Karanganyar, 04 juli 2003 15.3 37 141 -0,7 Normal
31 O C Karanganyar, 04 mei 2002 16.5 41,8 161,3 -2,12 Kurus
32 A N R Boyolali, 12 desember 2000 17.9 48,5 156,5 -0,51 Normal
33 R R W Surakarta, 24 september 2002 16.08 53,3 160,8 -0,05 Normal
34 I D S Karanganyar, 13 maret 2003 15.6 83 162 2,46 Obesitas
35 A F Karanganyar, 28 januari 2001 17.7 43,1 145,5 -0,3 Normal
36 S F A Surakarta, 17 agustus 2002 16.2 54,5 152,2 0,82 Normal
37 A HN Surakarta, 10 desenber 2002 15.9 64,8 159 1,37 Gemuk
38 F A P Surakarta, 29 naret 2003 15.5 90,7 148,3 3,73 Obesitas
39 F N P Gunungkidul, 13 desember 2003 14.9 36,5 147,5 -1,48 Normal
40 A T I J Surakarta, 24 september 2002 16.08 39,2 145 -0,81 Normal
41 L L Karanganyar, 07 agustus 2003 15.2 47,7 147,7 0,52 Normal
42 G P Sukoharjo, 08 juli 2003 15.4 42,9 153,5 -0,88 Normal
43 D P S Surakarta, 10 desember 2002 15.9 42,7 150,2 -0,66 Normal
44 Y T W Karanganyar, 23 agustus 2001 17.2 49,9 155 -0,11 Normal
45 M A J Ujung batu, 16 maret 2001 17.6 50,6 155 -0,05 Normal
46 Y A Karanganyar, 08 april 2003 15.5 60,8 152,2 1,54 Gemuk
47 P H Surakarta, 18 agustus 2002 16.2 46,2 46,2 -0,58 Normal
48 D N S Surakarta ,05 november 2001 17 31 129,4 -0,96 Normal
49 P A S Karanganyar, 03 januari 2003 15.8 57,4 155,4 0,93 Normal
50 C P M Karanganyar, 30 april 2003 15.5 49,3 165,2 -0,97 Normal
51 R YS D Sukuharjo, 18 april 2003 15.5 43,4 157,6 -1,25 Normal
Page 104
Lampiran 9
DATA TINGKAT CITRA TUBUH SISWI SMK MUHAMMADIYAH 5
SURAKARTA
No Id Nama Score Citra
Tubuh
Kategori Citra Tubuh
1 A F R 22 Citra Tubuh Negatif
2 D N 39 Citra Tubuh Positif
3 S V 22 Citra Tubuh Negatif
4 N L A 49 Citra Tubuh Positif
5 D A 28 Citra Tubuh Positif
6 P E P 31 Citra Tubuh Positif
7 R R 31 Citra Tubuh Positif
8 Y P A S 29 Citra Tubuh Positif
9 A L S 28 Citra Tubuh Positif
10 K 27 Citra Tubuh Positif
11 R H J P 28 Citra Tubuh Positif
12 D M 34 Citra Tubuh Positif
13 N A 32 Citra Tubuh Positif
14 W F 33 Citra Tubuh Positif
15 D A S 29 Citra Tubuh Positif
16 E W 30 Citra Tubuh Positif
17 P 29 Citra Tubuh Positif
18 Y M 38 Citra Tubuh Positif
19 O T M 27 Citra Tubuh Positif
20 I PR 37 Citra Tubuh Positif
21 S S 26 Citra Tubuh Positif
22 Y R 34 Citra Tubuh Positif
23 R R D 37 Citra Tubuh Positif
24 N K 38 Citra Tubuh Positif
25 H R 30 Citra Tubuh Positif
26 R A 30 Citra Tubuh Positif
27 Y S F 31 Citra Tubuh Positif
28 I 29 Citra Tubuh Positif
29 S 30 Citra Tubuh Positif
30 A P S 33 Citra Tubuh Positif
31 O C 24 Citra Tubuh Positif
32 A N R 32 Citra Tubuh Positif
33 R R W 32 Citra Tubuh Positif
34 I D S 38 Citra Tubuh Positif
Page 105
No Id Nama Score Citra
Tubuh
Kategori Citra Tubuh
35 A F 29 Citra Tubuh Positif
36 S F A 27 Citra Tubuh Positif
37 A H N 25 Citra Tubuh Positif
38 F A P 29 Citra Tubuh Positif
39 F N P 31 Citra Tubuh Positif
40 A T I J 23 Citra Tubuh Positif
41 L L 38 Citra Tubuh Positif
42 G P 38 Citra Tubuh Positif
43 D P S 30 Citra Tubuh Positif
44 Y T W 36 Citra Tubuh Positif
45 M A J 22 Citra Tubuh Negatif
46 Y A 40 Citra Tubuh Positif
47 P H 38 Citra Tubuh Positif
48 D N S 29 Citra Tubuh Positif
49 P A S 31 Citra Tubuh Positif
50 C P M 21 Citra Tubuh Negatif
51 R YS D 38 Citra Tubuh Positif
Page 106
Lampiran 10
Deskriptif Data
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INDEKS MASSA TUBUH
PER U
51 -3.08 3.73 -.0594 1.23084
RATA_RATA_P 51 40.10 137.85 64.4996 18.12021
RATA_RATA_L 51 33.00 131.55 69.9843 21.86098
RATA_RATA_KH 51 167.65 398.60 276.2674 50.31518
SCORE CITRA TUBUH 51 21 49 31.22 5.587
UMUR DALAM TAHUN 51 14.80 17.90 16.1859 .91538
Valid N (listwise) 51
Frekuensi Data
1) Umur
UMUR
Frequency Percent
Valid Per-
cent Cumulative Percent
Valid 14-16 26 51.0 51.0 51.0
>16-18 25 49.0 49.0 100.0
Total 51 100.0 100.0
Page 107
2) Status Gizi
KATEGORI STATUS GIZI
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurus 2 3.9 3.9 3.9
Normal 41 80.4 80.4 84.3
Gemuk 5 9.8 9.8 94.1
Obesitas 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
3) Protein
KATEGORI PROTEIN
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Defisit Tingkat Berat 3 5.9 5.9 5.9
Defisit Tingkat Sedang 5 9.8 9.8 15.7
Defisit Tingkat Ringan 4 7.8 7.8 23.5
Normal 37 72.5 72.5 96.1
Diatas Kebutuhan 2 3.9 3.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Page 108
4) Lemak
KATEGORI LEMAK
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Defisit Tingkat Berat 9 17.6 17.6 17.6
Defisit Tingkat Sedang 1 2.0 2.0 19.6
Defisit Tingkat Ringan 6 11.8 11.8 31.4
Normal 32 62.7 62.7 94.1
Diatas Kebutuhan 3 5.9 5.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
5) Karbohidrat
KATEGORI KARBOHIDRAT
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Defisit Tingkat Berat 8 15.7 15.7 15.7
Defisit Tingkat Sedang 5 9.8 9.8 25.5
Defisit Tingkat Ringan 3 5.9 5.9 31.4
Normal 33 64.7 64.7 96.1
Diatas Kebutuhan 2 3.9 3.9 100.0
Total 51 100.0 100.0
Page 109
6) Citra Tubuh
KATEGORI CITRA TUBUH
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Citra Tubuh Positif 47 92.2 92.2 92.2
Citra Tubuh Negatif 4 7.8 7.8 100.0
Total 51 100.0 100.0
Uji Kenormalan Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
INDEKS MASSA
TUBUH PER U
RA-
TA_RATA_P
RA-
TA_RATA_L
RA-
TA_RATA_K
H
SCORE
CITRA
TUBUH
N 51 51 51 51 51
Normal Pa-
rametersa,,b
Mean -.0594 64.4996 69.9843 276.2674 31.22
Std. Deviation 1.23084 18.12021 21.86098 50.31518 5.587
Most Extreme
Differences
Absolute .086 .132 .118 .087 .123
Positive .086 .132 .118 .087 .123
Negative -.065 -.089 -.063 -.084 -.085
Kolmogorov-Smirnov Z .614 .945 .842 .621 .880
Asymp. Sig. (2-tailed) .845 .334 .477 .835 .421
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Page 110
Uji Bivariat
1) Protein
Correlations
RATA_RATA_P
INDEKS MASSA TUBUH PER U
RATA_RATA_P Pearson Correlation 1 .618**
Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
INDEKS MASSA TUBUH PER U
Pearson Correlation .618** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 51 51
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2) Lemak
Correlations
RATA_RATA_L
INDEKS MASSA TUBUH PER U
RATA_RATA_L Pearson Correlation 1 .361**
Sig. (2-tailed) .009
N 51 51
INDEKS MASSA TUBUH PER U
Pearson Correlation .361** 1
Sig. (2-tailed) .009
N 51 51
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Page 111
3) Karbohidrat
Correlations
RATA_RATA_KH INDEKS MASSA TUBUH PER U
RATA_RATA_KH Pearson Correlation
1 .460**
Sig. (2-tailed) .001
N 51 51
INDEKS MASSA TUBUH PER U
Pearson Correlation
.460** 1
Sig. (2-tailed) .001
N 51 51
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
4) Citra Tubuh
Correlations
SCORE CITRA TUBUH
INDEKS MASSA TUBUH PER U
SCORE CITRA TUBUH Pearson Correla-tion
1 .162
Sig. (2-tailed) .256
N 51 51
INDEKS MASSA TUBUH PER U
Pearson Correla-tion
.162 1
Sig. (2-tailed) .256
N 51 51
Page 128
Lampiran 12
Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran Berat Badan
Pengukuran Berat Badan Pengukuran Tinggi Badan
Page 129
Penjelasan kepada Sampel Recall Hari 1dan pengisian likert
Recall Hari 1 dan Pengisian Likert Recall Hari ke 2 kepada sampel
Page 130
Recall Hari ke 2 kepada sampel Sampel dalam Penelitian
Ucapan Terimakasih Foto Bersama Sampel Penelitian
Page 131
Foto dengan Wakil Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 5 Surakarta
Foto Bersama dengan Sampel Penelitian SMK Muhammadiyah 5 Surakarta