HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Aroasih Tri Naimah F 100 100 193 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN
KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh:
Aroasih Tri Naimah
F 100 100 193
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN
KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh :
Aroasih Tri Naimah
F 100 100 193
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ii
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DENGAN
KEDISIPLINAN DALAM PENGGUNAAN WAKTU
Aroasih Tri Naimah Lisnawati Ruhaena
[email protected] Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi: Remaja dituntut untuk pandai dalam mengatur penggunaan waktu. Adanya
kepedulian terhadap penggunaan waktu dapat mengantarkan keberhasilan seseorang. Kedisiplinan dalam penggunaan waktu adalah kemampuan menggunakan waktu dengan baik sehingga target yang diinginkan bisa tercapai. Keberhasilan seorang anak dalam hal penggunaan waktu karena adanya suatu arahan dari orang tua melalui pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis menjadikan anak berperilaku lebih terkontrol, mampu mematuhi peraturan dan lebih memperhatikan kebutuhan sendiri. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu. Subjek penelitian adalah siswa SMA Al Azhar 7 Solo Baru dan SMA Al Firdaus Surakarta dengan ciri-ciri remaja dengan rentang usia 15-18 tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta tinggal bersama. Jumlah subjek pada penelitian ini berjumlah 90 siswa. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Analisis data menggunakan teknik regresi linier sederhana. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu dapat dilihat pada nilai korelasi (r) sebesar 0,422 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil kategorisasi diketahui bahwa variabel kedisiplinan dalam penggunaan waktu memiliki rerata empirik sebesar 87,11 dan rerata hipotetik sebesar 77,5 yang berarti tergolong sedang. Variabel pola asuh demokratis memiliki rerata empirik sebesar 38,14 dan rerata hipotetik sebesar 30 yang berarti tergolong tinggi. Sumbangan pola asuh demokratis terhadap kedisiplinan dalam penggunaan waktu sebesar 17,8%, sisanya sebesar 82,2% dipengaruhi oleh faktor lain di luar pola asuh demokratis. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan kedisiplinan dalam penggunaan waktu.
Kata Kunci : pola asuh demokratis, kedisiplinan dalam penggunaan waktu
v
1
PENDAHULUAN
Remaja adalah generasi penerus
bangsa, penerus perjuangan demi
kemajuan bangsa. Masa remaja adalah
masa perpindahan dari masa kanak-kanak
menuju dewasa. Pada masa remaja banyak
sekali permasalahan yang dihadapi oleh
remaja, salah satunya adalah masalah
kedisiplinan yang merujuk pada
kedisiplinan dalam penggunaan waktu
(Sarwono, 2012).
Pada hakikatnya waktu adalah
barang yang mahal, suatu hal yang
mampu mengantarkan seseorang menuju
kesuksesan. Banyak semboyan yang
berkaitan dengan waktu. Ada yang
mengatakan waktu adalah pedang. Waktu
adalah emas. Waktu adalah kunci
kesuksesan. Memang benar kesuksesan
berawal dari pemanfaatan waktu yang
baik. Menggunakan waktu sesuai dengan
kebutuhan akan mengantarkan seseorang
pada keberhasilan. Penggunaan waktu
yang tepat sering diartikan sebagai
disiplin dalam penggunaan waktu.
Seseorang dikatakan bisa berdisiplin
waktu manakala orang tersebut mampu
memanfaatkan seluruh waktu dengan
baik, memanfaatkan untuk hal-hal yang
positif dan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat. Sehingga hasilnya sesuai
dengan harapan-harapan yang diinginkan
dan tanpa ada sisa waktu terbuang sia-sia
(Arianto, 2013).
Salah satu unsur kualitas dari
sumber daya manusia adalah kedisiplinan
(Astuti, 2004). Menurut Astuti remaja
harus mampu memanfaatkan seluruh
waktunya dengan baik untuk hal-hal yang
positif agar apa yang menjadi harapan
bisa tercapai.
Akan tetapi pada kenyataannya
masih banyak ditemui kasus-kasus
kurangnya pemanfaatan waktu dengan
baik, seperti kasus-kasus yang ditemui di
masyarakat dan penelitian sebelumnya
yang melibatkan subjek remaja.
Seperti temuan Rideout,dkk
(Santrock, 2012) yang menemukan kaum
remaja di AS masih menghabiskan
waktunya untuk kesenangan pribadi
seperti menggunakan waktu lebih dari 6
jam untuk sosial media, 3 jam untuk
menonton televisi, dan hanya 50 menit
untuk belajar. Ketidakdisiplinan yang
dilakukan remaja indonesia antara lain
terlambat masuk sekolah, membolos,
terlambat pulang ke rumah, bermain di
luar kelas ketika guru terlambat masuk
kelas, menghabiskan waktu di warnet
untuk bermain game online maupun
chatting dan menghabiskan waktu untuk
mengobrol dengan teman (Rahman,
2008). Hal ini mengindikasikan bahwa
memang terjadi penurunan kedisiplinan di
kalangan remaja khususnya kedisiplinan
dalam penggunaan waktu. Berdasarkan
data di atas perlu kiranya dilakukan
2
sebuah penelitian mengenai faktor apa
saja yang bisa mempengaruhi kedisiplinan
pada remaja. Dalam penelitian ini
menyoroti dari pola asuh demokratis yang
diterapkan oleh orang tua.
Lysenko dkk (2013)
mengelompokkan ketidakdisiplinan ke
dalam perilaku antisosial. Hal tersebut
terjadi akibat pola asuh orang tua yang
salah. Sedangkan Cope dan Lorraine
(2008) menyatakan bahwa munculnya
kedisiplinan karena ada latihan dan
meniru perilaku orang lain.
Harriman (1995) menyatakan
bahwa disiplin merupakan cara
pengendalian sosial dimana seorang
individu melaksanakan wewenang atas
perintah orang lain. Feldman, dkk (2009)
merumuskan kata disiplin sebagai metode
pembentukan karakter serta pengajaran
kontrol diri dan perilaku yang dianggap
pantas. Melakukan hal yang baik untuk
sosialisasi dengan tujuan mengembangkan
disiplin diri.
Kohlberg (Widodo, 2013)
menyatakan bahwa kedisiplinan pada
hakikatnya tidak hanya merupakan suatu
kepatuhan pada norma yang berasal dari
luar, melainkan kemampuan
mengendalikan diri yang didasarkan pada
keinginan untuk menciptakan keteraturan
dan ketertiban di dalam kehidupan
pribadi.
Ancok (2004) mendefinisikan
kedisiplinan dalam penggunaan waktu
sebagai rencana atau jadwal seseorang
yang mampu dikerjakan dengan baik,
sehingga semua rencana yang dibuat
diprioritaskan untuk dipenuhi targetnya.
Perquin & Gufron (Nanik, 2007)
mengaitkan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu dengan belajar yaitu
ketika seseorang mampu mengikuti
seluruh proses belajar di sekolah secara
tepat waktu. Mampu berdisiplin
menggunakan jadwal belajar di rumah
baik siang, malam maupun di hari libur.
Seorang siswa juga diharapkan mampu
membagi waktu antara belajar dan
membantu orang tua, agar waktu untuk
belajar tidak keteteran.
Seorang anak yang mempunyai
disiplin waktu yang tinggi mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: menggunakan
seluruh waktunya dengan baik untuk hal-
hal yang positif; melakukan pekerjaan
apapun dengan sungguh-sungguh dan
tidak membiarkan waktu luangnya
terbuang dengan sia-sia; mempunyai
jadwal yang teratur untuk kegiatan sehari-
hari yang akan dilakukan; Dapat
menggunakan waktu yang baik antara
waktu untuk belajar dan membantu orang
lain.
Aspek-aspek yang berpengaruh
terhadap kedisiplinan dalam penggunaan
waktu adalah tanggung jawab, kontrol diri
3
(Tasmara, 1999). Kohlberg
(Widodo,2013) menambahkan mengenai
taat dan patuh pada peraturan serta dapat
dipercaya. Faktor-faktor yang
berpengaruh adalah pola asuh, peraturan,
fasilitas (Lestari, 2012). Feldman
menambahkan mengenai reward dan
punishment dan astuti (2004)
menambahkan mengenai tipe kepribadian.
Anak-anak dalam kategori remaja
masih berada di bawah tanggung jawab
orang tua, sehingga dalam masalah
ketidakdisiplinan, orang tua akan
mendapat sorotan pertama sebagai salah
satu penyebabnya (Astuti, 2004).
Salah satu cara yang digunakan
orang tua untuk menanamkan kedisiplinan
dalam penggunaan waktu adalah melalui
pola asuh demokratis.
Pola asuh demokratis yaitu pola
asuh yang mendorong anak agar mampu
mandiri tetapi masih menetapkan batas-
batas dan pengendalian atas tindakan-
tindakan anak. Kondisi orang tua
memungkinkan untuk melakukan
musyawarah verbal (tatap muka) dan
orang tua menunjukkan kehangatan dan
kasih sayang kepada anak. Biasanya anak
yang diasuh dengan pola asuh demokratis
mempunyai kompetensi sosial yang
tinggi, percaya diri, dan bertanggung
jawab secara sosial (Santrock, 2002).
Menurut Gunarsa & Gunarsa
(1986), pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang memberikan kebebasan
terkontrol, bimbingan penuh pengertian,
keinginan dan pendapat anak
diperhatikan. Dengan demokratis anak
akan tumbuh tanggung jawab dan
kepercayaan diri.
Pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang mendorong anak untuk mampu
mandiri, memberikan kebebasan yang
terkontrol. Orang tua menunjukkan
kehangatan dan kasih sayang (Santrock,
2004). Hurlock (2004) menekankan aspek
pendidikan dalam membimbing anak
sehingga orang tua lebih sering
memberikan pengertian, penjelasan, dan
penalaran.
Aspek-aspek yang berpengaruh
terhadap pola asuh demokratis adalah
kasing sayang, kontrol orang tua,
komunikasi dan tuntutan kedewasaan
(Baumrind, 1991). Faktor-faktor yang
berperan adalah jenis kelamin orang tua,
ketegangan orang tua, pengaruh orang tua
dibesarkan, lingkungan tempat tinggal,
sub kultur budaya dan status sosial
ekonomi (Mussen, 1994).
Apabila dilihat dari fenomena yang
telah dipaparkan di atas dapat dirumuskan
suatu permasalahan yaitu apakah pola
asuh demokratis akan mempengaruhi
kedisiplinan dalam penggunaan waktu?.
Selanjutnya judul dari penelitian ini
adalah “Hubungan Antara Pola Asuh
4
Demokratis dengan Kedisiplinan Dalam
Penggunaan Waktu”.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk :
1. Mengetahui hubungan antara pola
asuh demokratis dengan kedisiplinan
dalam penggunaan waktu
2. Mengetahui tingkat kedisiplinan
dalam penggunaan waktu
3. Mengetahui tingkat pola asuh
demokratis
4. Mengetahui sumbangan efektif pola
asuh demokratis terhadap kedisiplinan
dalam penggunaan waktu.
Dari tujuan yang diajukan diatas,
maka diharapkan penelitian ini
memberikan manfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan
pengetahuan baru dalam bidang
psikologi perkembangan dan
psikologi pendidikan
b. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan rujukan referensi
bagi peneliti selanjutnya
2. Manfaat Praktis
a. Orang tua: agar para orang tua
menerapkan pola asuh
demokratis pada anak sehingga
anak mampu mengembangkan
sikap disiplin
b. Subjek Penelitian: dapat
mengoptimalkan kemampuan
dalam mendisiplinkan diri
apabila orang tua menerapkan
pola asuh demokratis
c. Guru Sekolah: bagi para guru
dapat menggunakan pendekatan
demokratis dalam membimbing
siswa-siswinya untuk mendorong
terbentuknya kedisiplinan dalam
penggunaan waktu.
METODE PENELITIAN
Variabel yang digunakan untuk
penelitian ini adalah variabel tergantung
(kedisiplinan dalam penggunaan waktu),
variabel bebas (pola asuh demokratis).
Subjek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa SMA Islam Al
Azhar 7 Solo Baru dengan jumlah 25
siswa dan SMA Al Firdaus Surakarta
dengan jumlah 65 siswa yang berasal dari
kelas X, XI, dan XII. Total subjek pada
penelitian 90 siswa. Kriteria pemilihan
subjek adalah remaja rentang usia 15-18
tahun, masih memiliki ayah dan ibu serta
tinggal bersama.
Metode pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan dua
skala yaitu skala kedisiplinan dalam
penggunaan waktu dan skala pola asuh
demokratis.
a. Skala kedisiplinan dalam
penggunaan waktu hasil
modifikasi dari skala yang dibuat
5
Widiyanti (2012) dengan
modifikasi sebaran nomor aitem
dan daftar pertanyaan agar lebih
sesuai dengan kondisi penelitian.
Skala ini mempunyai daya beda
aitem berkisar antara 0,638-0,892,
p<0,05, dan koefisien reliabilitas
alat ukur sebesar 0,943.
b. Skala Pola Asuh Demokratis
hasil modifikasi dari skala yang
dibuat Widiasworo (2013) dengan
modifikasi sebaran nomor aitem
dan daftar pertanyaan agar lebih
sesuai dengan kondisi penelitian.
Skala ini mempunyai daya beda
aitem antara 0,287-0,724 dengan
p<0,05, koefisien reliabilitas
sebesar 0,892.
Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi linier sederhana.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis regresi
diperoleh nilai koefisien korelasi r =
0,422, sig 0,000 (p<0,05) yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif
yang signifikan dan searah antara pola
asuh demokratis dengan kedisiplinan
dalam penggunaan waktu. Artinya
naiknya nilai pola asuh demokratis maka
akan diikuti oleh naiknya nilai
kedisiplinan dalam penggunaan waktu dan
turunnya nilai pola asuh demokratis akan
diikuti oleh turunnya nilai kedisiplinan
dalam penggunaan waktu. Sehingga
hipotesis yang diajukan diterima, yaitu
ada hubungan positif antara pola asuh
demokratis dengan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu.
Perilaku yang dimunculkan
seseorang merupakan kumpulan dari
pengalaman yang telah didapatnya. Sama
halnya dengan perilaku kedisiplinan
dalam penggunaan waktu, tidak terlepas
dari peran orang lain salah satunya adalah
orang tua. Hal tersebut sesuai dengan teori
kognitif sosial yang menyatakan bahwa
seseorang belajar melalui pengamatan
terhadap orang lain atau modelling.
Kemampuan kognitif seseorang mampu
untuk mengamati perilaku-perilaku yang
diamati sehingga suatu saat perilaku yang
diamati akan dimunculkan oleh pengamat
(Cervone dan Lawrence, 2012). Menurut
teori observational learning dari Bandura
(Hill, 2011) suatu perilaku berubah
melalui situasi sosial dan interaksi sosial
dengan orang lain. Terbentuknya perilaku
didasarkan dari pengamatan, meniru atau
mencontoh orang yang berada di
sekitarnya.
Proses mengamati berlangsung
secara terus menerus baik yang di sadari
maupun yang tidak di sadari dan
pengamat mencoba berulang-ulang untuk
menghasilkan suatu perilaku yang lebih
6
baik dari sebelumnya. Hal ini sejalan
dengan teori belajar asosiatif yang
dikemukan oleh Pavlov yang menyatakan
bahwa perilaku dapat dibentuk melalui
kondisioning atau kebiasaan. Lebih jauh,
Thorndike dalam memandang
kemunculan perilaku pada seseorang
didasarkan pada tiga hukum yaitu hukum
kesiapan, hukum latihan dan hukum efek
(Hill,2011).
Secara sadar atau tidak sadar pola
asuh yang diterapkan orang tua terhadap
anak-anaknya akan turut menentukan
perilaku anak ketika di lingkungan luar
rumah. Orang tua merupakan makhluk
sosial pertama yang ditemui anak
sehingga apa pun yang diajarkan orang
tua pada anak akan turut menentukan
perilaku anak ketika berada di luar rumah.
Salah satu penyebab munculnya perilaku
pada seseorang adalah bagaimana
seseorang dididik atau diasuh berdasarkan
pengalaman dalam keluarga dan
lingkungan sosial (Cervone dan
Lawrence, 2012).
Kategorisasi variabel kedisiplinan
dalam penggunaan waktu menghasilkan
rerata empirik (RE) sebesar 87,11 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang
berarti kedisiplinan dalam penggunaan
waktu tergolong sedang.
Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Widodo
(2013), dalam mencapai kedisiplinan
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari
luar dan dalam diri individu. Dari luar
misalnya pola asuh, pengaruh teman
sebaya dan aturan lingkungan individu
berada. Faktor dari dalam diri individu
misalnya kemampuan mengendalikan diri
(self control), dan kemampuan membuka
diri (self disclosure). Seorang individu
yang memiliki pengendalian diri yang
baik dan memiliki keterbukaan diri akan
memiliki perilaku yang positif, terarah
dan sesuai aturan dalam hal apapun.
Kedisiplinan dalam penggunaan
waktu sering diartikan sebagai kepatuhan
terhadap waktu, menggunakan seluruh
waktunya untuk kegiatan positif dan tidak
membuang waktu secara sia-sia. Hal ini
sesuai dengan pendapatnya Semiawan
(2008) yang menyatakan bahwa disiplin
waktu adalah kepatuhan terhadap waktu,
kebiasaan mengatur waktu dalam aktivitas
sehari-hari.
Kedisiplinan dalam penggunaan
waktu subjek tergolong sedang. Hal ini
bisa disimpulkan berdasarkan teori yang
sudah dipaparkan sebelumnya bahwa
subjek kurang memiliki kepatuhan
terhadap apa yang menjadi tanggung
jawab. Kurang memiliki perencanaan
untuk kegiatan yang akan dilakukan
sehingga target yang ingin dicapai kurang
optimal. Belum menyadari manfaat dari
kedisiplinan dalam penggunaan waktu.
7
Kategorisasi variabel pola asuh
demokratis mempunyai rerata empirik
(RE) sebesar 38,14 dan rerata hipotetik
(RH) sebesar 30 yang berarti pola asuh
demokratis tergolong tinggi.
Hal ini menginformasikan bahwa
orang tua mempunyai penerapan pola
asuh yang tepat yaitu pola asuh
demokratis. Orang tua mengetahui
dampak-dampak positif yang akan terjadi
pada anak ketika orang tua menerapkan
pola asuh demokratis salah satunya adalah
anak mampu berdisiplin diri. Hal ini
sesuai dengan pendapatnya Santrock
(2012) dan Gunarsa & Gunarsa (1986)
yaitu seorang anak yang dibesarkan
dengan pola asuh demokratis akan
mempunyai kemampuan sosial yang
tinggi, percaya diri, dan bertanggung
jawab secara sosial. Santrock (2011)
menambahkan anak yang dididik dengan
pola asuh demokratis akan menunjukkan
sikap-sikap positif, salah satunya adalah
mampu berdisiplin.
Orang tua demokratis akan
mendorong anak-anaknya menuju
perkembangan yang lebih baik, sesuai
tahap perkembangan dan kesadaran diri
pada anak lebih berkembang. Seseorang
yang mampu mengelola diri dengan baik
perilakunya akan berkembang ke arah
yang lebih positif dan terarah. Mampu
bertanggung jawab penuh dan
mengerjakan sesuatu sesuai aturan, sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Hal
ini sesuai dengan pendapatnya Berk
(2012) orang tua yang memberikan kasih
sayang cukup, pendekatan kepada anak
hangat, bersedia melakukan diskusi
dengan anak, bersikap tegas, mengawasi
keberadaan dan aktivitas yang dilakukan
anak menjadikan anak merasa dihargai
dan dipedulikan. Anak mempunyai
pemikiran yang terbuka terhadap aturan
yang ada dan memiliki pengelolaan diri
tinggi.
Hasil ini dikuatkan oleh penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Rahman
(2008) pola asuh yang paling ideal untuk
menerapkan kedisiplinan pada remaja
adalah pola asuh demokratis. Lingkungan
terbaik untuk membentuk kepribadian
anak adalah lingkungan keluarga yang
kondusif, terbuka dan demokratis.
Sumbangan efektif pola asuh
demokratis terhadap kedisiplinan dalam
penggunaan waktu sebesar 17,8%. Hal ini
dapat dilihat pada koefisien determinan
sebesar 0,178. Artinya masih ada
82,2% faktor lain yang mempengaruhi
kedisiplinan dalam penggunaan waktu
selain pola asuh demokratis diantaranya
adalah peraturan, fasilitas, reward dan
punishment serta tipe kepribadian.
Hal ini sesuai dengan pendapatnya
Sanderi dkk (2013) yang menyatakan
bahwa dalam meningkatkan kedisiplinan
dalam penggunaan waktu pada remaja
8
selain dari pola asuh orang tua juga
tergantung pada lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat melalui peraturan
yang sudah ditetapkan serta fasilitas yang
memadai. Peraturan diartikan sebagai
suatu aturan, norma atau tata tertib yang
dibuat oleh suatu kelompok untuk di taati
bersama. Penerapan peraturan yang ada di
sekolah dan masyarakat membantu
seseorang menyesuaikan diri dengan baik,
bertanggung jawab, memiliki kepribadian
yang mantap serta berperilaku sesuai
dengan peraturan yang sudah ditetapkan.
Fasilitas yang dimaksud adalah
segala bentuk sarana dan prasarana yang
dibutuhkan seseorang untuk mendukung
keberhasilan yang maksimal. Sebagai
contoh lingkungan sekolah menyediakan
fasilitas bagi peserta didiknya agar peserta
didik memaksimalkan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu. Mengajar dengan
berbagai macam metode dan media agar
peserta didik tidak bosan, sehingga
mengurangi siswa yang membolos. Orang
tua di rumah menyediakan jaringan
internet agar anaknya tidak pulang ke
rumah terlambat dengan alasan pergi ke
warnet untuk mengerjakan tugas. Namun
dengan fasilitas ini orang tua juga
membutuhkan kontrol agar anak tidak
terhipnotis dengan internet sehingga
waktu belajarnya tidak terabaikan.
Penerapan reward dan punishment
di nilai sebagai suatu hal yang bisa
meningkatkan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu. Hal ini sesuai dengan
pendapatnya Feldman, dkk (2009) yang
mendefinisikan Reward sebagai suatu
imbalan yang diberikan pada anak.
Sedangkan punishment adalah suatu
hukuman yang diberikan pada anak ketika
anak tidak melakukan suatu perilaku yang
kita inginkan.
Astuti (2004) menambahkan
mengenai tipe kepribadian lah yang akan
meningkatkan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu.
Penelitian ini masih jauh dari
sempurna. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa kelemahan diantaranya adalah
penelitian ini hanya memfokuskan pada
lingkungan sekolah. Subjek yang
digunakan untuk penelitian hanya terdiri
dari dua sekolah Islam. Orientasi kancah
yang digunakan untuk penelitian kurang
komprehensif, peneliti kurang memahami
secara benar mengenai karakteristik lokasi
yang digunakan untuk penelitian,
sehingga apa yang menjadi harapan
peneliti kurang terpenuhi. Artinya pada
tahap awal peneliti kurang mengadakan
observasi untuk data awal guna
memahami karakteristik dari dua sekolah.
Penelitian yang melibatkan lebih dari satu
sekolah harus benar-benar dicari
kesamaan karakteristiknya agar hasil
penelitian benar-benar bisa mewakili
keadaan subjek yang sebenarnya dan
9
tujuan penelitian bisa tercapai Hal ini
meliputi karakteristik lokasi, keadaan
subjek dan fasilitas serta pengelolaan
lokasi sekolah (Putra, 2011).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Ada hubungan positif antara pola
asuh demokratis dengan kedisiplinan
dalam penggunaan waktu
2. Tingkat kedisiplinan dalam
penggunaan waktu tergolong sedang
3. Tingkat pola asuh demokratis
tergolong tinggi
4. Sumbangan efektif pola asuh
demokratis terhadap kedisiplinan dalam
penggunaan waktu sebesar 17,8%.
Artinya masih ada 82,2% faktor lain yang
berpengaruh terhadap kedisiplinan dalam
penggunaan waktu selain pola asuh
demokratis diantaranya adalah peraturan,
fasilitas, reward dan punishment serta tipe
kepribadian.
Saran – saran
1. Orang tua
Orang tau diharapkan mampu
mempertahankan pola asuh demokratis
dan diharapkan ada kerja sama dengan
pihak sekolah untuk meningkatkan
kedisiplinan dalam penggunaan waktu
pada anak
2. Subjek penelitian
Bagi subjek penelitian diharapkan
mampu meningkatkan kedisiplinan dalam
penggunaan waktu dengan adanya kontrol
diri dan tanggung jawab yang tinggi dan
membiasakan kedisiplinan serta
menyadari pentingnya kedisiplinan dalam
penggunaan waktu di masa yang akan
datang
3. Pihak Sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan bisa
memberikan contoh kedisiplinan dalam
penggunaan waktu pada peserta didik.
Salah satu contohnya adalah guru tidak
membiarkan siswa–siswinya bermain di
luar kelas ketika guru sudah ada di kelas
dan menerapkan peraturan yang mendidik
agar peserta didik bisa berdisiplin dalam
penggunaan waktu
4. Peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya memfokuskan
pada lingkungan sekolah dan hanya di
lakukan di sekolah Islam, sehingga
diharapkan ada penelitian lanjutan di
lingkungan yang berbeda dan dengan
subjek yang lebih bervariasi. Sumbangan
efektif dari pola asuh demokratis 17,8%,
sehingga diharapkan ada penelitian
lanjutan yang menggali kedisiplinan
dalam penggunaan waktu selain pola asuh
demokratis.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. (2004). Psikologi Terapan. Yogyakarta: Darussalam.
Arianto. (2013). “Jam karet: Sebuah Budaya Indonesia yang Perlu Dilestarikan?”
(online) (http://www.forumsains.com/sastra-dan-budaya/jam-karet-sebuah-
budaya-indonesia-yang-perlu-
dilestarikan!!/?nowap;PHPSESSID=9qgrpt6od2vtsrdop8kttn0go1,
diunduh tanggal 16 Juli 2013, jam 22.26 Wib).
Astuti, K. (2004). “Pola Asuh, Kepribadian, dan Disiplin Remaja”. 2 (2):3-11. Insight:
Fakultas Psikologi Universitas Wangsa Manggala Yogyakarta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baumrind, D. (1991). The Influence of Parenting Style on Adolescence
Competence and Subtance Use. 11 (1): 556-95. The Journal of Early
Adolescence.
Berk, L. E. (2012). Development Life Span (Dari Prenatal Sampai Remaja, Transisi
Menjelang Dewasa). Penerjemah: Daryanto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 1). Jakarta:
Salemba Humanika.
Cervone, D., Lawrence, A.P. (2012). Kepribadian (Teori dan Penelitian Edisi 2). Jakarta:
Salemba Humanika.
Cope, C and Lorraine S. (2008). “Improving Student Learning About a Harsh Discipline
and Conduct Problems”. 22 (1): 197–214. Sode : Social Development.
Feldman, Papalia & Olds. (2009). Human Development. Jakarta: Salemba Humanika.
Gunarsa & Gunarsa. (1986). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Harriman, PL. (1995). Panduan untuk Memahami Istilah Psikologi. Jakarta: Restu
Agung.
Hill, N.F. (2011). Theories Of Learning (Teor-teori Pembelajaran Konsepsi, Komparasi
dan Signifikansi). Bandung: Nusa Media.
Hurlock, E.B. (2004). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Rahman, I.A. (2008). “Hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis ayah dan
ibu dengan perilaku disiplin remaja”. 11 (1): 69-82. Lentera Pendidikan.
11
Lysenko, Edward dan Sara. (2013). “Sex Differences in the Relationship between
Threshold Concept in the IS Discipline”. 1 (2): 349-364. Informing Science: the
International Journal of an Emerging Transdiscipline.
Putra, N. (2011). Research Development (Penelitian dan Pengembangan Suatu
Pengantar).
Sanderi, F., Marjohan., Indah, S. “Kepatuhan Siawa Terhadap Disiplin dan Upaya Guru
BK dalam Meningkatkannya Melalui Layanan Informasi”. 2 (2): 220-224.
Konselor: Jurnal Ilmiah Konseling.
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi 13
Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Semiawan, C. (2008). Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Prenhalindo.
Tasmara, T. (1999). Dimensi Doa dan Dzikir Menyelami Samudra Qolbu Mengisi
Makna Hidup. Yogyakarta: PT. Dana Bakti Primarsa.
Widiasworo, T. (2013). “Perilaku Agresi Siswa Ditinjau dari Pola Asuh Demokratis pada
Orang Tua Tunggal (Single Parent)”. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Surakarta:
Fakultas Psikologi UMS.
Widiyanti, S. (2012). “ Pengaruh Motivasi Belajar dan Kedisiplinan Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMAN Manyaran Tahun
Ajaran 2010/2011”. Skripsi. Surakarta: FKIP UMS.
Widodo, B. (2013). “Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek Pengendalian Diri (Self
Control) dan Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Pada Siswa SMK Wonoasri
Caruban Kabupaten Madiun”. 1(37): 140-151. Jurnal: Widya Warta