HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA DAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA Oleh: RIZKI FAUZIAH 106070002300 Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
114
Embed
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA DAN KONSEP … · anak tunadaksa itu adalah konsep diri yang negatif. Sebaliknya, dengan adanya penerimaan terhadap kenyataan ini akan mengubah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN ORANGTUA
DAN KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI
REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
Oleh:
RIZKI FAUZIAH
106070002300
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh
gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan suatu periode penting dalam seluruh rentang
kehidupan manusia. Sebagaimana masa yang lain dalam kehidupan, masa remaja
memiliki sesuatu yang unik, yang berperan penting bagi individu dalam
menghadapi masa-masa mendatang. Segala sesuatu yang terjadi pada masa ini
akan berdampak pula pada kehidupannya di masa itu dan juga terhadap kehidupan
selanjutnya. Para ahli menggambarkan masa remaja sebagai suatu masa transisi
dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan dalam aspek fisik, psikis, tingkah laku, dan interaksi sosial
(Hurlock, 1980: h. 206).
Sebagai masa transisi menuju masa dewasa, banyak hal yang harus
dipersiapkan oleh remaja. Perubahan yang terjadi pada masa ini pun sebenarnya
merupakan suatu persiapan untuk memasuki masa dewasa. Remaja dituntut untuk
mempersiapkan kemandirian – belajar bertanggung jawab, yang tidak terbatas
pada tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, tetapi juga tanggung jawab yang
lebih luas, yaitu tanggung jawab kepada keluarga dan tanggung jawab sosial
sebagai anggota masyarakat.
Di Indonesia, remaja baik laki-laki maupun perempuan adalah generasi
penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan sumber daya insani potensial yang tak
ternilai harganya bagi pembangunan bangsa. Sehingga bangsa Indonesia menaruh
1
harapan besar pada remajanya untuk memiliki rasa tanggung jawab dan
mengusahakan agar bangsa dan negara ini mencapai kondisi yang lebih baik dari
yang sudah dimiliki saat ini. Oleh karena itu, dalam pembinaan dan
pengembangan generasi muda termasuk pemupukan rasa tanggung jawab,
merupakan tugas semua pihak (orangtua, keluarga, masyarakat, para pendidik,
pemerintah). Namun sebenarnya bagaimanapun juga sumber rasa tanggung jawab
adalah dari individu itu sendiri. Upaya pembinaan dari berbagai pihak tidak akan
membawa hasil bila tidak ada kesadaran atau keinginan dari remaja itu sendiri.
Dengan demikian, sangat diharapkan munculnya rasa tanggung jawab dari diri
sendiri untuk terus berusaha mencapai hasil yang lebih baik dari saat ini.
Kalau kita bicara tentang dorongan atau keinginan untuk mencapai suatu
hasil yang lebih baik, maka kita akan bicara tentang motivasi untuk berprestasi.
Pengertian motivasi berprestasi adalah suatu keinginan atau kecenderungan untuk
mengatasi rintangan, melatih kekuatan, berusaha mengerjakan sesuatu yang sulit
sebaik dan secepat mungkin (Murray seperti dikutip Franken, 2002 dalam Muhtar,
2005). Dalam rangka adanya motivasi berprestasi, tingkah laku individu akan
dibandingkan dengan suatu standar keunggulan, baik yang menyangkut prestasi
diri maupun orang lain. Tinggi rendahnya motivasi berprestasi menunjukkan
perbedaan kecenderungan individu dalam berupaya untuk meraih suatu hal yang
lebih baik dari yang sudah pernah dicapai oleh diri sendiri atau orang lain.
2
Mungkin hal tersebut akan lebih mudah jika dilakukan oleh kebanyakan
remaja pada umumnya, akan tetapi bagaimana dengan para remaja yang
berkebutuhan khusus seperti penyandang tunadaksa? Remaja dengan gangguan
fisik atau tunadaksa ini adalah remaja yang memiliki salah satu kelainan yang
sifatnya gangguan dari fungsi otot dan urat syaraf yang disebabkan adanya
kerusakan otak atau bagian tubuh lainnya. Tunadaksa ditujukan kepada mereka
yang memiliki anggota tubuh yang tidak sempurna, seperti adanya gangguan
koordinasi motorik, tangan satu, kaki satu, tanpa mempunyai kaki atau tangan,
dan lainnya (Sujarwanto, 2004). Ketidakmampuan anggota tubuh untuk
melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota
tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka (kecelakaan),
penyakit, atau pertumbuhan yang tidak sempurna. Karakteristik fisik inilah yang
membedakan remaja penyandang tunadaksa dengan remaja lainnya. Kondisi fisik
yang seperti ini menyebabkan remaja penyandang tunadaksa dapat langsung
dikenali oleh masyarakat awam, sehingga ketidaksempurnaan fisik ini dapat
mempengaruhi seorang remaja penyandang tunadaksa dalam pembentukan
konsep dirinya.
Menurut Sunaryo dikutip oleh Noviantari (2008) pada umumnya bagi
penyandang tunadaksa sulit untuk mencapai prestasi, baik dalam bidang
pendidikan maupun bidang lainnya. Hal ini sering menimbulkan masalah
psikologis, karena dengan kekurangan fisiknya itu remaja penyandang tunadaksa
akan merasa dirinya tidak berdaya dan tidak berguna sebagai anggota masyarakat.
Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat pada prestasi dibutuhkan adanya
3
motivasi berprestasi yang tinggi untuk mencapai suatu keberhasilan. Dengan
adanya motivasi berprestasi yang tinggi, remaja mempunyai keinginan untuk
meraih sukses, memiliki tanggung jawab, berani mengambil keputusan dan
menanggung segala resikonya, memiliki tujuan yang realistik, dan selalu mencari
kesempatan untuk mewujudkan cita-cita. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif
(studi kasus) tentang “Motivasi Berprestasi Remaja Penyandang Tunadaksa” oleh
Noviantari (2008), diketahui bahwa subjek (remaja penyandang tunadaksa) yang
diteliti memiliki motivasi berprestasi tinggi. Hal ini didukung oleh karakteristik
orang yang mempunyai motivai berprestasi tinggi ada pada diri subjek serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam motivasi berprestasi
tingkah laku individu dibandingkan dengan suatu standar keunggulan tertentu.
Penetapan standar ini bersifat subjektif, tergantung pemahaman individu yang
bersangkutan tentang sampai dimana individu tersebut sadar akan kemampuan
atau potensi yang dimilikinya. Jika kita bicara tentang kemampuan yang dimiliki
individu, ada suatu konsep yang dapat menjelaskan hal tersebut, yaitu ‘konsep
diri’. “Siapakah saya?” merupakan pertanyaan yang sangat mendasar dalam
kehidupan seseorang. Siapa saya bagi diri saya sendiri? Siapa saya bagi orang
lain? Apa dan bagaimana lingkungan memandang saya? Jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan itulah yang kemudian dikenal dengan istilah konsep diri. Sehingga
dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan penilaian mengenai diri sendiri
oleh individu yang bersangkutan.
4
Setiap manusia dilahirkan unik dan istimewa. Salah satu keunikan
manusia adalah adanya kebutuhan pengakuan akan keberadaan dirinya dan
pemahaman individu tersebut tentang segala kelebihan serta kekurangannya.
Penilaian dan pemahaman yang tepat akan menghasilkan rasa mampu yang tepat
pula. Selanjutnya ketepatan ini akan sangat bermanfaat bagi penetapan standar
yang realistis dalam motivasi berprestasi. Oleh karena itulah bagaimana cara
seseorang memandang dirinya sendiri inilah yang akan mempengaruhi orang
tersebut dalam berinteraksi dengan orang lain dan juga mempengaruhi tingkah
lakunya dalam kehidupan sehari-hari (Harter dalam Papalia, 2001; Dusek, 1996
seperti dikutip Moniaga, 2003, h: 2).
Seseorang akan mendeskripsikan dirinya dengan cara tertentu, bisa
berdasarkan fisik, kepribadian, maupun dengan cara berhubungan dengan orang
lain. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa komponen yang paling
penting pada remaja dalam mendeskripsikan dan mengevaluasi dirinya adalah
penampilan fisik (Simmons dan Blyth; Zumpf dalam Dusek seperti dikutip
Moniaga, 2003). Ketika remaja menaruh perhatian yang besar pada penampilan
fisik, maka remaja yang memiliki gambaran fisik yang tidak memuaskan akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dan merasa tidak bahagia. Jadi,
penampilan fisik merupakan salah satu faktor penting pada remaja dalam
pembentukan konsep dirinya.
Karakteristik fisik dan keterbatasan dalam melakukan berbagai aktivitas
motorik pada remaja penyandang tunadaksa menyebabkan orang lain, termasuk
orangtua, guru, teman, dan lingkungan sekitar cenderung mempunyai persepsi
5
negatif tentang remaja penyandang tunadaksa karena keterbatasannya tersebut.
Mereka menganggap bahwa segala keterbatasannya dapat menyulitkan orang-
orang di sekelilingnya. Sebaliknya jika mereka menerima keberadaan remaja
penyandang tunadaksa dengan apa adanya, maka persepsi-persepsi negatif pun
dapat diminimalisir. Oleh karena itu, persepsi seseorang tentang remaja
penyandang tunadaksa akan mempengaruhi sikap dan tindakannya terhadap
remaja tersebut. Cooley dan Mead (dalam Pope, McHale, dan Craighead, 1988)
seperti dikutip Moniaga (2003), menyatakan bahwa seseorang memandang
dirinya berdasarkan bagaimana mereka diperlakukan dan dipandang oleh orang
lain. Hal-hal tersebutlah yang membebani mereka karena kondisi yang tidak
sempurna seperti remaja-remaja yang lain. Jadi persepsi dan tindakan orang lain
juga akan mempengaruhi remaja penyandang tunadaksa dalam membentuk
konsep dirinya.
Hal tersebut memang nyata, wawancara pada studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada tiga remaja penyandang tunadaksa di Yayasan Anak Cacat
Nusantara, Kecamatan Beji, Kota Depok, menghasilkan gambaran bahwa
mereka akan tumbuh dan berkembang dengan baik sejalan dengan sikap dan
pandangan orang-orang di sekelilingnya. Memang pada awalnya mereka merasa
rendah diri karena kecacatan yang dimiliki akan menjadi sebuah penghambat bagi
dirinya untuk melakukan banyak hal, terutama hal-hal yang membutuhkan
interaksi dengan orang lain. Namun, jika orang-orang tersebut mampu melihat
bahwa mereka memiliki suatu kemampuan yang lebih, maka mereka akan
semakin tegar dan semakin bersemangat untuk menunjukkan bahwa mereka
6
memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dan patut diakui keberadaannya dan
janganlah melihat mereka dari segi kekurangannya saja. Oleh karena itu,
pengertian dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk dapat mengerti keadaan
mereka agar segala konsep buruk tentang diri mereka tadi bisa dirubah sehingga
tidak menambah beban psikis mereka maupun keluarga, terutama orangtua.
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, salah satu yang berpengaruh
pada remaja dalam mempersepsikan dirinya adalah orangtua. Michaelis (1980),
menyatakan bahwa ada sesuatu yang sangat indah dan menyenangkan ketika
mempunyai seorang anak, tapi ini akan berbeda jika anak yang lahir tersebut
adalah anak cacat. Orangtua dari anak cacat menghadapi hal-hal yang tidak
menyenangkan. Menjadi orangtua bagi seorang anak yang cacat adalah
menyulitkan, dan sering membingungkan dan merupakan tugas yang
membingungkan (Wentworth dalam Gargiulo, 1985, h: 13).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Desember 2009,
kepada lima orangtua yang memiliki anak penyandang tunadaksa, tiga dari lima
orangtua dengan anak penyandang tunadaksa atau cacat fisik mengalami reaksi
dalam menghadapi keadaan anaknya saat pertama kali adalah perasaan shock,
mengalami goncangan batin, terkejut, dan tidak mempercayai kenyataan
kecacatan yang diderita anaknya. Selain itu, orangtua akan merasa kecewa, sedih,
dan mungkin merasa marah ketika mengetahui realita yang dihadapinya tersebut.
Serta dua orangtua lainnya dari awal kelahiran hingga kini, sudah menerima
dengan ikhlas kondisi sang anak karena mereka yakin anak adalah titipan Tuhan,
apapun yang Tuhan berikan itulah yang terbaik untuk mereka. Namun tidak dapat
7
dipungkiri mereka yang memiliki anak tunadaksa atau kecacatan lainnya akan
merasa bahwa dirinya berbeda dengan orangtua lainnya yang tidak memiliki anak
dengan hambatan fisik. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan yang dimiliki si
anak, seperti tidak dapat mengikuti rutinitas dan aturan yang ada dalam
kehidupannya sehari-hari.
Penelitian yang dilakukan Hermiati seperti dikutip Ismartini (2001)
terhadap sejumlah orangtua menyatakan bahwa sebagian besar orangtua telah
dapat menerima keadaan anaknya yang cacat, terbukti dalam caranya bersikap
wajar pada anaknya, akan tetapi masih ada pula sikap orangtua yang ragu-ragu
atau bahkan menolak anaknya. Hal ini bertentangan dengan fakta yang
diberitakan Kompas (Wajib, 1999 dan Mashuri, 2000 dalam Ismartini, 2001),
yaitu masih banyak orangtua dan masyarakat yang sulit menerima kondisi anak
dengan kecacatan yang bentuknya terlihat jelas seperti tunadaksa ini.
Menurut Jourard dan Remy (1955); Helper (1955) dalam Burns (1993),
orangtua sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri anak. Konsep diri
anak-anak tampaknya serupa dengan pandangan dari orangtua mereka kepadanya
seperti yang mereka yakini. Pola orangtua membesarkan anak yang akan
membentuk konsep diri yang positif pertama kali diteliti oleh Stott dalam Burns
(1993), yang melakukan penelitian pada 1800 anak remaja. Dia menemukan
bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang memiliki penerimaan, rasa
saling percaya dan kecocokan di antara orangtua dan anak, lebih baik penyesuaian
dirinya, lebih mandiri dan berpandangan lebih positif tentang diri mereka sendiri.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep diri bertumbuh dari kehangatan dan
8
penerimaan orangtua, dan kesuksesan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang
berada di dalam batas-batas kemampuan anak tersebut.
Untuk meningkatkan konsep diri remaja, orientasi kita harus pada proses
terbentuknya konsep diri itu sendiri. Sikap orangtua terhadap remaja merupakan
salah satu faktor yang mempunyai peranan penting terhadap pembentukan dan
perkembangan konsep diri. Sikap orangtua yang mempunyai anak yang cacat
seperti telah diungkapkan di atas adalah kecewa dan sedih. Sikap dan perasaan ini
akan mempengaruhi penilaiannya terhadap anak itu. Sikap orangtua di sini dapat
berupa penolakan, tidak memperhatikan, dan lain-lain yang akan sangat
berpengaruh pada proses pembentukan konsep diri anak tunadaksa tersebut. Jika
sikap penolakan dari orangtua terus terjadi, maka konsep diri yang terbentuk pada
anak tunadaksa itu adalah konsep diri yang negatif. Sebaliknya, dengan adanya
penerimaan terhadap kenyataan ini akan mengubah penilaiannya terhadap sang
anak, sehingga dengan adanya penilaian yang positif terhadap anak tunadaksa
tersebut maka akan mempengaruhi pembentukan konsep diri yang positif pula
pada anak itu.
Tentunya setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya
walaupun si anak menyandang tunadaksa. Namun dalam proses ke arah sana
orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat menerima keadaan anaknya
dengan apa adanya secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan atau penilaian,
selain itu juga tetap menghargai dan memahaminya sebagai individu yang berbeda
dan mendukung perkembangannya karena penerimaan orangtua ini akan sangat
berpengaruh terhadap keadaan psikologis mereka. Menerima anak berarti
9
menyadari anak sebagai seorang individu yang memiliki perasaan, keinginan
(cita-cita), dan kebutuhan yang sama dengan anak-anak normal lainnya.
Melihat kenyataan di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut mengenai keterkaitan penerimaan orangtua dengan konsep diri pada anak
penyandang tunadaksa atau cacat fisik khususnya pada remaja dan pembentukan
konsep diri yang seperti apa juga berpengaruh pada pembentukan motivasi
berprestasi pada remaja tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti tertarik
untuk meneliti bagaimana penerimaan diri orangtua dapat mempengaruhi
pembentukan konsep diri pada remaja penyandang tunadaksa dan bagaimana
motivasi berprestasi mereka bisa terbentuk, serta bagaimana pengaruh keluarga,
khususnya orangtua pada terbentuknya atau berkembangnya motivasi berprestasi
yang dimiliki oleh para remaja penyandang tunadaksa melalui penelitian dengan
judul “Hubungan antara Penerimaan Orangtua dan Konsep Diri dengan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ke-5. Alih Bahasa: Istiwidayati dan Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga.
75
Ismartini, Uji Arum. (2001). Proses Penerimaan Ibu Anak Down Syndrome yang Berusia Kurang dari Lima Tahun. Tidak Diterbitkan. Depok: Fakultas Psikologi UI.
Jersild, et.al. (1975). Child Psychology. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
McClelland, David C. (1987). Human Motivation. USA: Cambridge Press University.
Moniaga, Grace T. (2003). Gambaran Konsep Diri pada Remaja Penyandang
Sindroma Down. Tidak Diterbitkan. Depok: Fakultas Psikologi UI. Morgan dan King. (1987). Introduction to Psychology 7th Ed. Singapore:
McGraw-Hill Book Co. Muhtar, Muhamad. (2005). Kontribusi Kebervariasian Pola Asuh, Konsep Diri,
dan Motivasi Berprestasi terhadap Kebervariasian Prestasi Belajar Santri Mukim dan Santri Non-mukim. Tidak Diterbitkan. Depok: Pascasarjana Fakultas Psikologi UI.
Nisfiannoor, Muhammad. (2009). Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu
Saya adalah mahasiswi semester IX Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Penerimaan Orangtua dan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Remaja
Penyandang Tunadaksa”. Dengan ini saya meminta partisipasi dari Anda untuk
mengisi form angket yang terlampir berikut ini. Atas perhatian dan kesediaan
Anda untuk berpartisipasi, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama (Inisial) :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
No. Telp/Hp :
Nama Orangtua :
Pekerjaan Orangtua :
Jenis Kecacatan :
Dialami sejak :
Penyebab Kecacatan :
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
_________________________
(Tanda tangan dan inisial nama)
Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi.
81
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap
pernyataan yang ada. Untuk setiap pernyataan terdapat 4 (empat) pilihan jawaban
(SS, S, TS, dan STS). Tugas Anda adalah memilih salah satu pilihan jawaban dari
masing-masing pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri,
dengan cara memberi tanda silang ( X ) di setiap kolom yang tersedia. Pilihan
jawaban tersebut adalah sebagai berikut:
SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan keadaan diri saya
S : jika pernyataan tersebut Sesuai dengan keadaan diri saya
TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya
STS : jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan keadaan diri saya
Perhatikan contoh di bawah ini:
No. Pernyataan SS S TS STS
1. Saya selalu riang gembira x
Berarti, pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri Anda, Anda memang
orang yang selalu riang gembira.
82
Lampiran 5 Contoh Pernyataan Alat Ukur Motivasi Berprestasi
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya lebih suka mengerjakan tugas-tugas yang
menantang
2
Setelah menyelesaikan tugas, saya ingin teman
menilai dan memberi tahu kesalahan yang saya
lakukan pada tugas tersebut
3 Saya lebih suka mengerjakan tugas yang mudah
4 Apabila tugas dinilai buruk oleh guru, saya akan
berusaha memperbaikinya
5 Saya tidak suka jika ada teman yang mengkritik
hasil tugas saya
83
Lampiran 6
Contoh Pernyataan Alat Ukur Penerimaan Orangtua No. Pernyataan SS S TS STS
1 Orangtua saya sangat tidak percaya atas
kecacatan yang saya derita sejak lahir
2 Ibu kecewa setiap kali saya tidak bisa mengikuti
pelajaran di sekolah
3 Ayah saya langsung percaya pada dokter bahwa
saya tidak akan pernah sehat
4 Ibu selalu tegar dan ikhlas mendampingi saya
dalam keadaan apapun
5 Ibu saya merasa tidak ada tempat bersandar untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya
84
Lampiran 7
Contoh Pernyataan Alat Ukur Konsep Diri No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memiliki tubuh yang sehat
2 Saya seorang yang menarik
3 Saya sering sakit-sakitan
4 Saya seorang yang periang
5 Saya tidak enak dipandang mata
85
Lampiran 8
86
Lampiran 9
87
Lampiran 10
88
Lampiran 11
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Motivasi Berprestasi
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 185.8857 155.7513 12.4800 60 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 182.9143 149.9042 .2720 .8073 VAR00002 182.8571 152.1261 .1367 .8112 VAR00003 182.3143 153.3395 .1521 .8100 VAR00004 182.2857 152.9748 .1806 .8095 VAR00005 182.8571 152.1261 .1367 .8112 VAR00006 182.4857 150.6101 .2733 .8074 VAR00007 182.4571 152.9025 .1840 .8094 VAR00008 182.3429 154.4672 .0456 .8127 VAR00009 182.9143 149.9042 .2720 .8073 VAR00010 182.7714 148.8874 .3399 .8056 VAR00011 183.6286 153.8874 .0491 .8139 VAR00012 182.6286 149.3580 .3447 .8057 VAR00013 183.4286 157.7227 -.1239 .8188 VAR00014 183.4857 151.3748 .2119 .8089 VAR00015 182.4857 153.5513 .0998 .8114 VAR00016 182.4857 150.6101 .2733 .8074 VAR00017 182.3143 153.3395 .1521 .8100 VAR00018 182.2857 152.9748 .1806 .8095 VAR00019 182.6286 149.3580 .3447 .8057 VAR00020 183.6286 153.8874 .0491 .8139 VAR00021 183.4571 148.6672 .3231 .8059 VAR00022 182.3429 154.4672 .0456 .8127 VAR00023 183.4571 148.6672 .3231 .8059
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Penerimaan Orangtua
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 178.6857 223.9866 14.9662 70 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 176.7429 216.0202 .2469 .8167 VAR00002 176.3429 220.5261 .1362 .8188 VAR00003 175.6857 205.9277 .6891 .8061 VAR00004 176.0857 213.5513 .3594 .8139 VAR00005 176.8000 224.5176 -.0488 .8220 VAR00006 176.3429 235.1731 -.3721 .8338 VAR00007 176.7429 216.0202 .2469 .8167 VAR00008 176.6857 213.2807 .4075 .8130 VAR00009 176.6571 214.9378 .2697 .8161 VAR00010 176.6571 214.9378 .2697 .8161 VAR00011 175.6000 213.9529 .4366 .8129 VAR00012 176.6857 213.2807 .4075 .8130 VAR00013 176.5429 209.2555 .5733 .8092 VAR00014 176.9714 217.9697 .2317 .8170 VAR00015 176.8857 218.0454 .2393 .8169 VAR00016 176.6857 221.6336 .0658 .8206 VAR00017 176.6571 213.4084 .4591 .8125 VAR00018 176.8857 220.8689 .0861 .8205 VAR00019 176.8000 224.5176 -.0488 .8220 VAR00020 175.8000 215.4588 .3207 .8150 VAR00021 175.2857 226.6807 -.1412 .8245 VAR00022 175.6000 213.9529 .4366 .8129 VAR00023 175.5429 222.7849 .0468 .8201
Lampiran 13 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Konsep Diri ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A) N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 185.4286 293.5462 17.1332 60 Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted VAR00001 182.2000 291.4588 .0521 .7297 VAR00002 182.4286 282.8992 .5675 .7197 VAR00003 182.2000 291.4588 .0521 .7297 VAR00004 182.3143 284.5748 .3283 .7224 VAR00005 182.4286 282.8992 .5675 .7197 VAR00006 182.3714 286.1227 .3245 .7234 VAR00007 182.3429 291.5261 .0706 .7290 VAR00008 182.3714 286.1227 .3245 .7234 VAR00009 182.1143 284.1630 .4223 .7214 VAR00010 182.3429 291.5261 .0706 .7290 VAR00011 181.8857 286.9866 .3288 .7240 VAR00012 182.4000 295.3059 -.1009 .7325 VAR00013 181.8857 286.9866 .3288 .7240 VAR00014 182.5714 294.2521 -.0498 .7336 VAR00015 182.4000 295.3059 -.1009 .7325 VAR00016 182.1714 282.2639 .4913 .7195 VAR00017 182.5143 289.9042 .1318 .7276 VAR00018 182.3143 284.5748 .3283 .7224 VAR00019 183.1143 283.5748 .3483 .7216 VAR00020 182.1714 282.2639 .4913 .7195 VAR00021 182.3143 289.8101 .1916 .7267 VAR00022 182.4000 287.9529 .1986 .7258 VAR00023 182.1143 284.1630 .4223 .7214 VAR00024 182.5714 290.7227 .0785 .7290 VAR00025 182.3143 289.8101 .1916 .7267 VAR00026 183.0286 287.4992 .1607 .7266
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan antara
Penerimaan Orangtua dan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Remaja
Penyandang Tunadaksa” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-
kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-
Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan
dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 7 September 2010
Rizki Fauziah 106070002300
iv
MOTTO
“Menyerahlah jika peluang benar-benar sudah
habis. Tapi selagi masih ada satu harapan, raihlah
dengan kerja keras dan anda pasti sukses”.
(Anonimous)
v
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi (B) Sepetember 2010 (C) Rizki Fauziah (D) Hubungan antara penerimaan orangtua dan konsep diri dengan
motivasi berprestasi remaja penyandang tunadaksa (E) xv + 98 halaman (F) Masa remaja merupakan masa transisi menuju dewasa dimana cukup
banyak tuntutan yang membuat remaja harus mencapai keberhasilan. Pada masa ini remaja dituntut untuk mandiri dan mampu bertanggung jawab bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga tanggung jawab mereka secara sosial. Hal ini tentu dapat mendorong remaja untuk mencapai keberhasilan dan untuk selalu melakukan yang terbaik, dibandingkan dengan yang sudah dicapai sebelumnya. Dorongan inilah yang disebut dengan motivasi berprestasi.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Penelitian ini mengangkat faktor penerimaan orangtua dan konsep diri yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi. Penelitian sebelumnya juga menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian ini, namun pada sampel yang berbeda yaitu para remaja penyandang tunadaksa. Penulis ingin melihat apakah dengan keterbatasan yang mereka miliki dapat diterima oleh orangtua mereka, sejak kecil hingga mereka beranjak remaja. Sehingga dengan penerimaan ataupun dengan penolakan yang mereka terima mampu membentuk gambaran mengenai diri mereka sendiri, yang disebut konsep diri. Dari konsep diri itulah akan menumbuhkan pula motivasi mereka untuk terus berprestasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah dan menganalisis bagaimana penerimaan orangtua yang dipersepsikan oleh anak bisa membentuk konsep diri dan mampu memotivasinya untuk berprestasi. Selain itu, ingin menelaah pula bagaimana konsep diri mereka bisa membentuk motivasi berprestasinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Populasi penelitian ini berjumlah 35 orang. Sampel penelitian ini juga berjumlah 35 orang yaitu 15 orang siswa binaan Panti Sosial Bina Daksa (PSBD) dan 20 orang siswa SLB-D Yayasan Pengembangan Anak Cacat (YPAC), dimana 18 orang adalah responden perempuan dan 17 orang responden laki-laki. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sensus. Alat ukur pengumpulan data yang digunakan adalah skala motivasi berprestasi yang terdiri dari 60 butir pernyataan. Alat ukur kedua adalah skala penerimaan orangtua yang terdiri dari 70 butir
vi
pernyataan. Dan alat ukur yang terakhir adalah skala konsep diri yang terdiri dari 60 butir pernyataan. Ketiga alat ukur tersebut menggunakan skala model Likert. Untuk menganalisis dan menelaah korelasi antara penerimaan orangtua dan konsep diri dengan motivasi berprestasi digunakan analisis regresi.
Dari hasil pengolahan data disimpulkan bahwa variabel penerimaan orangtua dan konsep diri memberikan sumbangan sebesar 11% yang berarti masih ada 89% variabel lain yang tidak terukur pada penelitian ini. Oleh karena itu, penulis ingin memberikan beberapa saran penelitian. Pertama, dukungan dari berbagai pihak (terutama orangtua dan pendidik) agar dapat menerima keberadaan remaja penyandang tunadaksa sesuai kekurangan dan kelebihan yang mereka miliki, agar mereka dapat terus menumbuhkan konsep diri yang baik dan dapat terus meraih prestasinya, baik prestasi di bidang akademik maupun di bidang olahraga, seni, dan keterampilan. Kedua, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sesuai kebutuhan mereka agar dapat mendukung setiap kegiatan yang dapat meningkatkan kemandirian dan terciptanya lingkungan yang baik untuk menumbuhkan konsep diri yang baik pula. Ketiga, secara metodologis saran penulis adalah penelitian masih bisa dikembangkan secara berkesinambungan agar hasil yang didapat nantinya lebih mendalam dan maksimal, terutama dalam pengambilan sampel dari para siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah inklusi.
(G) 21 buku + 4 skripsi + 1 laporan penelitian + 4 internet (1963 - 2009)
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah wasyukrulillah, hanya berkat rahmat Allah yang Maha
Rahman dan Maha Rahim sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan
Penerimaan Orangtua dan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Remaja
Penyandang Tunadaksa”, telah diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, semoga selalu dialirkan kepada nabi dan
rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, segenap sahabat dan
bahkan umat-Nya. InsyaAllah dan mudah-mudahan kita berada di dalamnya.
Amiin.
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi). Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
pembinaan, pedampingan, dan pengembangan anak didik, khususnya para remaja
penyandang tunadaksa.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung tersusunnya skripsi ini. Terima kasih ini penulis haturkan kepada:
1. Jahja Umar, Ph.D, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Agustyawati, M.Phil.SNE. dan Ibu Solicha, M.Si., selaku dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktunya untuk membimbing saya
dari awal penyerahan proposal hingga skripsi ini selesai. Terima kasih atas
dukungan, nasihat, dan kebaikan ibu.
viii
3. Orangtuaku, H. Achmad Fauzi, S.Pd. dan Hj. Sobrina Mochtar Nasution,
dan kakak, abang, serta adikku tersayang, terima kasih atas kasih sayang,
doa, dan dukungannya. Senyuman yang kalian tebarkan dan doa tulus
yang kalian selipkan dalam setiap sembah sujud kehadirat Illahi Rabbi
memberiku semangat dan tak pernah gentar untuk selalu berjuang. Semoga
Anggie bisa menjadi anak dan adik yang bermanfaat, tidak hanya untuk
diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Amiin.
4. Terima kasih untuk Bu Yunita, di tahun terakhir perkuliahan Kiki
diberikan kesempatan untuk menjadi salah seorang Mentor Akademis,
yang secara tidak langsung “membuka peluang” yang lebih besar lagi
untuk Kiki lebih mengenal alat-alat tes psikologi dan melakukan asesmen.
Terima kasih pula untuk Bu Desi, Bu Eva, Bu Mulia, Bu Yufi, Bu Neneng,
Bu Zulfa, Bu Rena, dan Bu Yanthi atas kerjasamanya selama ini di PLP.
Pengalaman memang guru yang terbaik. Kiki rasakan itu. Terima kasih.
5. Terima kasih untuk Agus Salim yang bersedia membantu dan tiada henti
untuk menyelipkan namaku ditiap doa yang kau panjatkan. Dan teruntuk
sahabat-sahabatku, B-6, kalian perlu tahu, walaupun kalian jauh di mata
tetapi selalu dekat di hati. Pasti ada satu hari indah yang akan membawaku
berkumpul kembali bersama kalian.
6. Terima kasih juga untuk Mbak Rini, yang selalu bersedia direpotkan. Ka
Agus yang menyediakan waktunya untuk mengajari SPSS. Serta Bu Nia
yang bersedia untuk berdiskusi tentang statistika. Alhamdulillah
bermanfaat.
ix
7. Untuk teman-teman angkatan 2006 kelas IV-D, khusunya Pi Pinasti,
Santo, Ami, Arumi, dan Samsul. Semoga kita selalu semangat dalam
menjalani hidup ini, demi menggapai cita dan cinta. Jangan pernah
berhenti bermimpi.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih kurang dari sempurna,
sehingga sangat diharapkan saran dan kritiknya. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, 07 Sepetember 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI.................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1. 1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. 2. Perumusan dan Pembatasan Masalah................................................. 10
1. 2. 1 Perumusan Masalah ............................................................... 10
1. 2. 2 Pembatasan Masalah .............................................................. 11
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 12
1. 3.1 Tujuan Penelitian..................................................................... 12