Top Banner
HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN REGULASI EMOSI SISWI DI BOARDING SCHOOL SMPIT NURUL ISLAM TENGARAN OLEH ALIN CHANDRA 802013101 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi. Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
31

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

Mar 19, 2019

Download

Documents

truonghanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN

REGULASI EMOSI SISWI DI BOARDING SCHOOL

SMPIT NURUL ISLAM TENGARAN

OLEH

ALIN CHANDRA

802013101

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi.

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti
Page 3: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti
Page 4: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti
Page 5: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti
Page 6: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti
Page 7: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN

REGULASI EMOSI SISWI DI BOARDING SCHOOL SMPIT

NURUL ISLAM TENGARAN

Alin Chandra

Rudangta Arianti Sembiring

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

i

Abstrak

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan untuk

mengetahui signifikansi hubungan antara Peer Attachment dengan Regulasi

Emosi Siswi di Boarding School SMPIT Nurul Islam Tengaran. Penelitian ini

dilakukan pada siswi kelas VIII dan kelas IX SMPIT Nurul Islam Tengaran,

dengan mengggunakan teknik sampling jenuh. Metode penelitian yang dipakai

dalam pengumpulan data dengan menggunakan Skala Adolescent Emotion

Regulation Questionnaire (AERQ) dari Phillips dan Power (2007) yang

dikembangkan dari berbagai aspek menurut Gross & John 2003, Gratz &

Roemer, 2004, dan Shields & Cicchetti, 1997 yang terdiri dari pengabungan

empat domain respon-respon dari Garber dan Dogde (1991) dan Skala Inventory

of Parent and Peer Attachment (IPPA). Teknik analisa data menggunakan

Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini diperoleh koefisien korelasi r =

0,432, N = 188, p > 0,05, one tails. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan

positif yang signifikan antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja

yang menjadi siswi di Boarding School SMPIT Nurul Islam Tengaran.

Kata kunci : Peer Attachment, Regulasi emosi, Boarding school

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

ii

Abstract

This type of research is correlational research that aims to determine the

significance of the relationship between Peer Attachment with Emotion

Regulation in Boarding School Students SMPIT Nurul Islam Tengaran. Research

was conducted on students of class VIII and IX class SMPIT Nurul Islam

Tengaran, by using a saturated sampling technique. The research methods used in

data collection by using Scale Adolescent Emotion Regulation

Questionnaire (AERQ) of Phillips and Power (2007), which developed from

various aspects according to Gross & John, 2003, Gratz & Roemer, 2004, Shields

& Cicchetti, 1997 consisting of merging four domains responses from Garber and

dogde (1991) and Scale Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA). Data

analysis using Pearson Product Moment. The results of this study the correlation

coefficient r = 0.432, N = 188, p> 0.05, one tails. These results indicate a

significant positive relationship between Peer Attachment with Emotion

Regulation Teens who become students at the Boarding School SMPIT Nurul

Islam Tengaran.

Keywords: Peer Attachment, Emotion regulation, Boarding school

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

1

PENDAHULUAN

Sekolah memiliki pengaruh yang besar bagi anak dan remaja. Di sekolah,

remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti guru,

teman sebaya, petugas tata usaha, dan lain-lain yang berasal dari beragam latar

belakang yang berbeda sosial. Ada berbagai macam jenis sekolah di Indonesia,

salah satunya adalah SMPIT (Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu) Nurul

Islam, sekolah IT atau Islam Terpadu dengan berbasis Boarding School yang di

dalamnya menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan

pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum.

Sekolah Islam Terpadu memberikan tantangan tersendiri bagi para

siswinya, terlebih yang berbasis boarding school selain menyediakan berbagai

fasilitas penginapan untuk siswanya, sistem yang di dalamnya juga berbeda

dengan sekolah pada umumnya. Sekolah Islam Tepadu berbasis boarding school

mengajarkan pendidikan umum pada siang harinya, kemudian pada malam hari di

isi dengan pendidikan agama. Setiap harinya, para siswa melakukan kegiatan

rutin, dimulai dari bangun tidur hingga malam hari. Hal tersebut menuntut siswa

yang berada di dalam sekolah tersebut harus mampu mengatur jadwal serta

mengelola emosi di dalam dirinya (Bamford, dalam Miranti 2012).

Pengolahan emosi dibutuhkan oleh para remaja mengingat remaja muda

dapat merasa seperti orang yang paling bahagia di suatu saat dan kemudian

merasa sebagai orang yang paling malang di saat lain. Remaja muda dapat

merajuk, tidak mengetahui bagaimana caranya mengekspresikan perasaan mereka

secara cukup. Agar emosi-emosi tersebut tidak meluas secara berlebihan maka

diperlukan pengolahan emosi yang disebut dengan regulasi emosi.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

2

Beberapa contoh masalah dalam mengelola emosi dapat dilihat dari

kutipan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu pengasuh di boarding

school SMPIT Nurul Islam Tengaran,’’Rata-rata pada betah disini, mungkin

memang kelas 7 itu memang perlu proses. Tapi hal-hal kayak gitu wajar ketika

kelas 8 atau kelas 9 kadang ingin keluar itu wajar, cuma yang melatarbelakangi

mereka ingin keluar kadang tidak kuatnya itu kadang tugas yang terlalu banyak,

kan macam-macam ini harus tahfidz (menghafal Al-qur’an) karna harus mencapai

target, kadang juga karena masalah pribadi’’.

Pengurus juga mengungkapkan,‘’Rata-rata tidak betah karena masalah

pribadi biasanya, kalau untuk karena sistem asrama tidak pernah. Kalau pribadi

mungkin sama temannya atau dia yang kurang bisa bersosialisasi sehingga

membuat dia itu agak minder jadi pendiam.’’(Wawancara pribadi, September

2016). Penggalan wawancara selanjutnya dengan anak-anak kelas 8 dan 9 :

‘’Saya pernah merasa sedih, sering bosan saat di asrama. Terkadang saya

susah mengungkapkan perasaan saya Kak. Apalagi kalau lagi banyak tugas, saya

pendam aja. Tapi teman deket saya biasanya bertanya kalau saya keliatan tidak

semangat gitu. Jadi ya saya langsung cerita sama dia.’’Ada juga yang

mengungkapkan,‘’Saya kalau bosen atau sedih gitu baca novel atau kalau tidak

masak mie. Kalau tidak, saya sering buat keseruan di kamar, becandaain temen

saya, jahilin temen saya. Kadang sih Kak, sampai nangis karena saya

menyembunyikan barangnya (tertawa).’’

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa siswi kesulitan

mengeskpresikan emosi, kesulitan bersosialisasi, dan kesulitan mengelola emosi

selama berada di boarding school. Kemampuan mengelola dan mengekspresikan

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

3

emosi merupakan salah satu bagian dari kemampuan regulasi emosi seseorang,

selain proses monitoring dan evaluasi reaksi terhadap emosi (Thompson, 1994;

Zimmerman, 2001).

Telah dikembangkan sebuah regulasi emosi untuk remaja yang disebut

The Regulation of Emotions Questionnaire (AERQ) dari Phillips dan Power

(2007). The Regulation of Emotions Questionnaire (AERQ) ini menggunakan

struktur empat domain respon konseptualisasi pengaturan emosi dari Garber dan

Dogde (1991) yaitu (a). Domain Kognitif, domain ini mengacu pada setiap

aktivitas mental yang digunakan untuk mengatur intensitas atau durasi emosional.

Aktivitas mental dapat mencakup keyakinan, persepsi, imajinasi dan pikiran yang

timbul dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain di masa lalu, masa

sekarang dan masa depan. (b). Domain Behavioral, domain ini mengacu pada

tindakan yang dilibatkan dalam mengatur intensitas atau durasi emosional yang

tidak memiliki komponen interaksional atau sosial yang jelas, seperti misalnya

membaca, menonton tv dan mendengarkan musik. (c). Domain Fisiologis, domain

ini mengacu pada setiap sensasi tubuh, perasaan, tanggapan atau fungsi (misalnya,

bernafas atau berkeringat) yang berperan dalam mengatur intensitas atau durasi

emosional. (d). Domain Sosial, domain ini mengacu pada bagaimana interaksi

atau tanggapan seseorang dengan orang lain yang mengatur intensitas atau durasi

emosional. Fokus dari domain ini adalah dampak interpersonal terhadap

kemampuan untuk mengatur emosi. Hal ini dapat tercermin dalam pikiran dan

perilaku, namun ditempatkan dalam konteks sosial atau interaktif.

Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Regulasi Emosi seorang

remaja diantaranya yaitu (a). Hubungan Antara Orangtua dan Anak, hubungan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

4

remaja dengan orangtua sangat penting pada masa perkembangan remaja. Remaja

menginginkan pengertian yang bersifat simpatis, telinga yang peka dan orangtua

yang dapat merasakan anak-anaknya memiliki sesuatu yang berharga untuk

dibicarakan (Rice, 1999). Menurut Rice, affect yang berhubungan dengan emosi

atau perasaan yang ada di antara anggota keluarga bisa bersifat positif ataupun

negatif. Affect yang positif antara anggota keluarga merujuk pada hubungan yang

digolongkan pada emosi seperti kehangatan, kasih sayang, cinta dan sensitivitas

(Felson & Zielinski dalam Rice, 1999). (b). Umur dan jenis kelamin, selain itu

juga ada umur dan jenis kelamin. Seorang gadis yang berumur 7-17 tahun lebih

dapat melupakan tentang emosi yang menyakitkan daripada anak-anak laki-laki

yang juga seumuran dengannya (Salovery & Sluyter, 1997). Salovery & Sluyter,

(1997) menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih banyak mencari dukungan

dan perlindungan dari orang lain untuk meregulasi emosi negatif mereka

sedangkan laki-laki menggunakan kekuatan fisik untuk meregulasi emosi negatif

mereka. (c). Hubungan interpersonal, salovery dan sluyter (1997) juga

mengemukakan bahwa hubungan interpersonal dan individual juga memengaruhi

regulasi emosi. Keduanya berhubungan dan saling memengaruhi sehingga emosi

meningkat bila individu yang ingin mencapai suatu tujuan berinteraksi dengan

lingkungan dan individu lainnya. Biasanya emosi positif meningkat bila individu

mencapai tujuannnya dan emosi negatif meningkat bila individu kesulitan dalam

mencapai tujuannya. Faktor-faktor lainnya menurut Salovery dan Sluyter (1997)

adalah permainan yang mereka mainkan, program televisi yang mereka tonton,

dan teman bermain mereka dapat memengaruhi perkembangan regulasi mereka.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

5

Dari ketiga faktor tersebut hubungan interpersonal menjadi faktor yang

berkaitan dengan hasil wawancara dan pengalaman pribadi peneliti yang juga

pernah menjadi siswi di SMPIT Nurul Islam di mana hubungan dengan teman

menimbulkan masalah selama di asrama. Banyak konflik yang muncul dari

pertemanan yang melibatkan emosi. Selama di asrama interaksi yang banyak

terjadi adalah dengan teman, sehingga faktor hubungan interpersonal sangat

penting.

Memasuki masa remaja hingga dewasa, teman menjadi figur yang lebih

signifikan dibandingkan orangtua. Kelekatan antara individu dengan teman ini

dinamakan peer attachment. Menurut Youniss dan Smollar, Mueller dan Cooper

dalam Mönks (1992) menunjukkan betapa perlunya hubungan dengan peer dan

teman-teman bagi perkembangan anak (peer atau teman setingkat dalam

perkembangannya). Pada remaja awal kata peer biasanya berarti teman sebaya

karena remaja awal secara khusus berhubungan dengan mereka yang memiliki

usia yang sama.

Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan oleh seorang

psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama Bowlby. Kemudian formulasi

yang lebih lengkap dikemukakan oleh Ainsworth pada tahun 1969. Kelekatan

merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui

interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya,

biasanya orang tua (Mc Cartney & Dearing, 2002)

Armsden & Greenberg (2007) menyusun IPPA (Inventory of parent and

peer Attachment) scales yang di dalamnya terdapat aspek komunikasi

(communication), aspek kepercayaan (trust) dan aspek keterasingan (alienation).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

6

Ketika usia remaja, individu akan membentuk ikatan lebih erat dengan teman

sebayanya. Ikatan erat dengan teman-teman terbentuk karena adanya jalinan

komunikasi yang baik (Armsden, 1987; Armsden & Greenberg, 2007). Selain

komunikasi, kepercayaan juga merupakan suatu produk dari suatu hubungan yang

kuat, dimana kedua belah pihak merasa bisa bergantung satu sama lain (Armsden

& Greenberg, 2007).

Seperti data wawancara yang peneliti dapat, bahwa anak-anak sering cerita

dengan teman dekatnya maupun pengurus bila sedang merasa sedih atau bosan

saat di asrama. Hal ini membuktikan bahwa ada keterkaitan dengan relasi teman

sebaya dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan (attachment).

Hasil penelitian Buhrmenster dikuatkan oleh temuan Nickerson & Nagle (2005)

bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua

berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan

kelekatan (attachment). Remaja juga membutuhkan afeksi dari remaja lainnya,

dan membutuhkan kontak fisik yang penuh rasa hormat. Remaja juga

membutuhkan perhatian dan rasa nyaman ketika mereka menghadapi masalah,

butuh orang yang mau mendengarkan dengan penuh simpati, serius dan

memberikan kesempatan untuk berbagi kesulitan dan perasaan seperti rasa marah,

takut, cemas dan keraguan (Cowie & Wallace, 2000). Remaja akan perlu

bergantung pada orang lain seperti rekan, saudara atau guru untuk memenuhi

kebutuhan kelekatan mereka ketika akses ke sosok kelekatan yang utama mereka

(orang tua) diblokir. Dalam hal ini pula saat mereka bersekolah, apalagi

bersekolah asrama (Boarding School) dan secara fisik dipisahkan dari orang tua

mereka.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

7

Pada jurnal terdahulu yang juga membahas mengenai hubungan antara

peer attachment dengan regulasi emosi remaja yang menjadi siswa di boarding

school SMA 10 Samarinda menunjukkan hasil terdapat hubungan antara kedua

variabel namun dengan hasil korelasi yang rendah. Peneliti melakukan penelitian

dengan topik yang sama namun memiliki fenomena yang berbeda dari jurnal

terdahulu. Fenomena yang didapatkan oleh peneliti sekarang seperti yang sudah

dijelaskan pada data wawancara di atas. Pemilihan fenomena juga didapatkan dari

pengalaman pribadi peneliti yang pernah menjadi siswi di boarding school

SMPIT Nurul Islam di mana salah satu teman, memiliki banyak masalah selama

di boarding school terkait dengan pengendalian emosi dan pertemanan.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan, peneliti

tertarik untuk mengangkat hubungan antara peer attachment dengan regulasi

emosi remaja yang menjadi siswi di boarding school SMPIT Nurul Islam. Bahkan

dalam penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa strategi regulasi emosi

yang berbeda memiliki hubungan dengan tipe kelekatan seseorang individu

(Magai, 1999; Mikulincer et al., 2003; Shaver & Mikulincer, 2002 ; Crugnolaet.,

2011 dalam Miranti ). Ketika remaja, hubungan orangtua-remaja mulai

merenggang, hal ini disebabkan oleh pubertas yang mengakibatkan penalaran

logis yang berkembang, pemikiran idealis yang meningkat, harapan yang tidak

tercapai, perubahan di sekolah, rekan sebaya, persahabatan, pacaran dan keinginan

untuk memperoleh kebebasan (Santrock, 2003).

Hipotesis

Berdasarkan tinjauan yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

8

antara peer attachment dengan regulasi emosi remaja yang menjadi siswi di

Boarding School SMPIT Nurul Islam Tengaran.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel dalam penelitian adalah :

1. Variabel terikat (Y) : Regulasi emosi

2. Variabel bebas (X) : Peer Attachment

Partisipan

Di dalam penelitian ini partisipan dipilih dengan menggunakan teknik

sampling jenuh, teknik sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel dengan

mengambil semua anggota populasi menjadi sampel penelitian (Soegiyono, 2009).

Maka partisipan yang digunakan adalah siswi SMPIT Nurul Islam Tengaran yang

duduk di kelas VIII dan kelas IX yang jika ditotal berjumlah 188 siswi. Dengan

jumlah siswi Jumlah siswi kelas VIII berjumlah 90 siswi dan kelas IX berjumlah

98 siswi.

Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu melakukan

tryout alat ukur skala yaitu skala Adolescent Emotion Regulation Questionnaire

(AERQ) dan Skala Peer Attachment yang dilaksanakan pada tanggal 1 November

2016 kepada siswi SMPIT Nurul Islam Tengaran yang dimana dikarenakan

keterbatasan subjek yang menjadi siswi boarding school maka peneliti melakukan

tryout dengan partisipan. Pembagian angket dilakukan dengan menitipkan angket

ke pihak asrama sehingga hasil yang didapat setelah dihitung oleh peneliti tidak

begitu bagus dimana dari keempat domain terdapat satu domain yakni domain

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

9

behavioral memiliki besaran reliabilitas sebesar 0,461, dimana angka ini

menunjukkan reliabilitas yang kecil.

Di dalam proses awal tryout alat ukur penelitian ini, diakui bahwa

kurangnya pengawasan terhadap partisipan saat pengisian angket, sehingga ada

beberapa item yang kemungkinan membingungkan dan para partisipan tidak

memiliki akses untuk bertanya pada peneliti mengenai makna item tersebut.

Sehingga peneliti harus melakukan pengambilan data tryout yang kedua untuk

menaikan angka reliabilitas salah satu domain yang rendah.

Pengambilan data tryout yang kedua peneliti lakukan pada tanggal 7

Februari 2017 di SMPN 1 Salatiga, dengan jumlah partisipan sebanyak 70 siswa

kelas IX. Setelah melakukan perhitungan salah satu domain dengan reliabilitas

yang semula rendah dapat naik sebesar 0,681 dimana angka ini menunjukkan

reliabilitas cukup. Sehingga peneliti dapat melakukan penyebaran data asli yang

dilakukan pada tanggal 13 April 2017 dengan partisipan siswi SMPIT Nurul Islam

Tengaran yang berjumlah 188 siswi berjalan dengan lancar walaupun hanya ada

beberapa partisipan yang aktif bertanya mengenai beberapa item yang

membingungkan.

Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

angket atau skala pengukuran psikologi. Angket atau skala merupakan kumpulan

dari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan yang diajukan secara

tertulis kepada responden untuk menjawabnya (Sugiyono, 2012).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala yaitu :

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

10

1. Skala Adolescent Emotion Regulation Questionnaire (AERQ)

Skala yang digunakan merupakan alat ukur yang dikembangkan

untuk regulasi emosi pada remaja dari berbagai aspek menurut Gross &

John 2003, Gratz & Roemer, 2004, dan Shields & Cicchetti, 1997 yang

terdiri dari penggabungan empat domain respon dari Garber dan Dogde

(1991) : Domain Kognitif, Domain Perilaku, Domain Fisiologis dan

Domain Sosial dari Phillips dan Power.

Skala AERQ ini menggunakan model skala Likert yang terdiri dari

80 item yang dikembangkan melalui kombinasi dari empat domain respon

(kognitif, perilaku, fisiologis, durasi), dua fitur emosional (intensitas,

durasi), dan dua valances emosional (menyenangkan, tidak

menyenangkan) dengan 5 pilihan jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), Sesuai

(S), Kadang-kadang (KK), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai

(STS).

Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah

menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga keempat skala

AERQ menunjukkan reliabilitas internal yang dapat diterima dengan

koefisien alpha berkisar 0,70-0,89. Hal ini berarti skala AERQ reliable,

karena suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach>

0,05 (Azwar, 2001)

2. Skala Peer Attachment

Skala Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) adalah

skala yang digunakan untuk mengukur kelekatan orang tua dan peer

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

11

attachment (Armsden, Mc Cauley, Greenberg, Burke, Mitchell 1991).

Peneliti hanya mengambil skala Peer Attachment pada IPPA.

Skala Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA).

Menggunakan skala likert yang terdiri dari 25 item dan menyediakan 5

pilihan jawaban, antara lain : S (Sangat Setuju), S (Setuju), KK (Kadang-

Kadang), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju).

Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah

menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan

koefisien Alpha pada skala peer attachment 0,92.

Teknik Analisis Data

Perhitungan penelitian ini menggunakan bantuan program statistik SPPS

versi 16.00for windows untuk menguji validitas item pada penelitian ini

menggunakan Pearson Product Moment (Hasan, 1999). Sedangkan untuk menguji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Cronbach Alpha. Pengujian

normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, untuk uji

linearitas digunakan ANOVA table of linearity, sedangkan pengujian hipotesisnya

dan korelasi antara hubungan peer attachment dan regulasi emosi menggunakan

Pearson Product Moment.

HASIL ANALISIS DATA

Analisis Deskriptif

Untuk keperluan analisis deskriptf variabel Peer Attachment dan Regulasi

Emosi, maka total jawaban partisipan dikategorikan berdasarkan nilai mean dan

standar deviasi (SD) sebagai berikut:

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

12

Tabel 1

Norma Statistika Deskriptif

Tinggi (X) > Mean + 0,75SD

Sedang Mean - 0,75SD ≤ X ≤ Mean + 0,75SD

Rendah (X) > Mean - 0,75SD

Menurut Riwidikdo (dalam Ritonga, 1997), aturan normatif yang

menggunakan mean dan standar deviasi di atas hanya berlaku untuk kategorisasi 3

kelas norma. Di bawah ini adalah penjabaran analisa deskripstif untuk masing-

masing variabel yang digunakan di dalam penelitian :

1. Peer Attachment

Dari hasil penelitian diperoleh kategorisasi data untuk variabel Peer

Attachment

sebagai berikut:

Tabel 1

Kategorisasi Pengukuran Variabel Peer Attachment

Interval Kategori N Presentase Mean SD

X > 83,56 Tinggi 31 16,49%

73,19

9,62 65,98 ≤ X ≤ 83,56 Sedang 120 63,83%

X < 65,98 Rendah 37 19,68%

Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas siswi memiliki peer attachment

dalam kategori sedang sejumlah 120 orang (63,82%). Sementara siswi yang

memiliki peer attachment rendah sebanyak 37 orang (19,68%) dan sebanyak 31

siswi (16,48%) pada kategori tinggi.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

13

2. Regulasi Emosi

Dari hasil penelitian diperoleh kategorisasi data untuk variabel Regulasi

Emosi sebagai berikut:

Tabel 2

Kategorisasi Pengukuran Variabel Regulasi Emosi per domain

Domain Interval Kategori N Presentase Mean SD

Kognitif X > 71,90 Tinggi 43 22,87%

65,63

8,37

59,36 ≤ X≤ 71,90 Sedang 97 51,60%

X < 59,36 Rendah 48 25,53%

Behavioral X > 44,50 Tinggi 37 19,68%

40,05

5,93 35,61≤ X ≤ 44,50 Sedang 103 54,78%

X< 35,61 Rendah 48 25,54%

Fisiologis X > 56,69 Tinggi 37 15,96%

51,92

6,37 47,15≤ X ≤ 56,69 Sedang 124 65,96%

X < 47,15 Rendah 34 18,08%

Sosial X > 14,83 Tinggi 35 18,62%

69,96

8,01 12,73 ≤ X ≤ 14,83 Sedang 112 59,57%

X < 12,73 Rendah 41 21,81%

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas siswi

mempunyai domain variabel regulasi emosi berada pada kategori sedang, dengan

rincian yakni sebanyak 97 siswi (51,60%) pada domain Kognitif, 103 siswi

(54,78%) pada domain Behavioral, 124 siswi (65,96%) pada domain Fisiologis

dan 112 siswi (59,57%) pada domain Sosial.

Analisis Data

Berikut adalah hasil pehitungan dari kedua skala yang digunakan yaitu

skala pertama Adolescent Emotion Regulation Questionnaire (AERQ) dan Skala

kedua yaitu Skala Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA). Dengan

melakukan uji coba alat ukur terlebih dahulu pada kedua skala tersebut didapatkan

hasilnya seperti berikut:

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

14

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas pada skala AERQ menghasilkan reliabilitas untuk ke

empat domainnya masing-masing yaitu domain kognitif sebesar 0,812, domain

behavioral sebesar 0,681, domain fisiologis sebesar 0,831 dan domain sosial

sebesar 0,821.

Pengujian reliabilitas tersebut menyisakan 62 item dengan item gugur

berjumlah 18 item dari item yang awalnya yang berjumlah 80 item dengan

masing-masing domain memiliki 20 item dan menyisakan hasil item perdomain

seperti yang terlihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4

Reliabilitas Skala AERQ

Domain Alpha Cronbach Item

Kognitif 0,812 18 buah

Fisiologis 0,831 14 buah

Behavioral 0,681 12 buah

Sosial 0,821 18 buah

Pada skala peer attachment didapatkan realibilitas sebesar r = 0,916, p <

0,05 dengan item gugur sebanyak 5 item yaitu item 5, 10, 22, 4, dan 11 sehingga

item yang tersisa adalah 20 item. Sehingga kedua skala tersebut menunjukan hasil

reliabilitas yang dapat diterima dengan koefisien alpha di atas 0,05 karena suatu

alat ukur dikatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach> 0,05 (Azwar, 2001).

Uji Normalitas

Selanjutnya dilakukan uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji normalitas, uji linearitas dan uji korelasi. Pada uji normalitas yang

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dilakukan berdistribusi

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

15

normal atau tidak dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment.

Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat hasil uji Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5

Rangkuman Hasil Uji Normalitas Peer Attachment dengan Regulasi Emosi

Variabel K-S-Z Sig

Peer Attachment 0,1277 0,77

Regulasi Emosi 0,762 0,607

Berdasarkan uji normalitas di atas, kedua variabel memiliki signifikansi

p>0,05. Variabel Regulasi Emosi memiliki K-S-Z sebesar 0,762 dengan

probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,607 (p>0,05). Variabel Peer

Attachment memiliki K-S-Z sebesar 0,1277 dengan probabilitas atau signifikansi

sebesar 0,77. Dengan demikian kedua variabel berdistribusi normal.

Uji Linearitas

Pada penggujian linearitas dimana dilakukan untuk mengetahui dua

variabel yang sudah ditetapkan memiliki hubungan yang linear atau tidak. Uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan SPPS seri 16.00 for windows. Dari

hasil uji linearitas diperoleh nilai sig. sebesar 0,386 seperti yang terlihat di Tabel 6

di bawah ini:

Tabel 6

Rangkuman Hasil Uji Linearitas Peer Attachment dengan Regulasi Emosi

Variabel Deviation From

Linearity

Peer Attachment dengan Regulasi

Emosi

0,386

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

16

Uji Korelasi

Setelah melakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji

linieritas. Maka dilakukan uji korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara kedua variabel yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7

Hasil Uji Korelasi Peer Attachment dan per domain Regulasi Emosi

Variabel

R

Signifikansi

N X Y

Peer

Attachment

Kognitif 0,421 0,000

188 Fisiologis 0,194 0,008

Behavioral 0,430 0,000

Sosial 0,477 0,000

Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara Peer

Attachment dan Regulasi Emosi sebesar r = 0,432, N = 188, p > 0,05, one tails

yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara peer attachment dan

regulasi emosi pada remaja yang menjadi siswi Boarding School. Hasil uji

korelasi peer attachment dengan empat domain seperti tabel di atas dapat dilihat

bahwa korelasi per domain dengan variabel peer attachment terbesar dimiliki oleh

domain sosial dengan didapatkan (r = 0,477, p < 0,05, one tails). Selanjutnya

domain behavior sebesar (r = 0,430 p < 0,05, two tails) kemudian domain kognitif

sebesar (r = 0,421 p < 0,05, one tails) dan domain fisiologis sebesar (r = 0,194 p <

0,05, one tails).

Diketahui pula bahwa nilai r2

korelasi ini adalah sebesar 0,186. Hal ini

berarti peer attachment memberikan kontribusi terhadap regulasi emosi sebesar

18,66% sedangkan 81,34% dipengaruhi oleh faktor lain.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

17

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara regulasi emosi remaja

yang menjadi sisiwi di Boarding School SMPIT Nurul Islam Tengaran,

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara peer attachment dengan

regulasi emosi. Dengan demikian peer attachment memberikan pengaruh terhadap

regulasi emosi seseorang. Sekalipun hasil koefisien korelasi kedua variabel hanya

sebesar 0,432 hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi peer attachment akan

memengaruhi peningkatan regulasi emosi dalam taraf yang cukup dimana

menurut Sarwono (2006) koefisien korelasi sebesar 0,432 termasuk kedalam

kategori korelasi cukup (0,25-0,5).

Selanjutnya, dari ke empat domain di dalam variabel regulasi emosi salah

satu domain memberikan pengaruh yang lebih besar dari domain yang lainnya

dengan peer attachment yaitu domain sosial. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

ketika seorang remaja mempunyai peer attachment yang baik maka akan

meningkat hubungan sosial yang dimiliki.

Ketika remaja, seseorang akan mengalami periode kritis hubungan

mereka dengan kelekatanya (Nelis & Rae, 2008). Walaupun demikian, pada usia

tersebut seseorang akan memulai membangun hubungan dengan teman

terdekatnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (2001) yang

menganalisa bahwa seseorang remaja yang mampu menjalin hubungan dengan

temannya akan mampu bekerja dengan baik saat memecahkan masalah ketika

mereka merasa binggung dan frustasi.

Neufeld (2004) berpendapat bahwa peer attachment merupakan ikatan

yang melekat yang terjadi antara seorang anak dengan teman-temannya, baik

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

18

dengan seseorang maupun dengan kelompok sebayanya. Remaja yang memiliki

peer attachment yang baik akan mampu mengkomunikasikan secara terbuka

emosi negatif yang ia rasakan.

Ketika remaja individu cenderung mencari kedekatan dan kenyaman

dalam bentuk saran atau nasihat kepada teman sebayanya ketika mereka merasa

membutuhkannya (hasan, 2009 dalam Miranti). Selain itu dengan memiliki peer

attachment komunikasi dan kepercayaan juga akan tumbuh bersama hubungan

tersebut, dimana kedua belah pihak merasa bisa saling bergantung (Armsden &

Greenberg, 2007).

Ketika hal tersebut terjadi maka akan timbul kemampuan komunikasi yang

nyaman ketika ada sebuah masalah. Ketika individu dapat mengutarakan perasaan

dan masalah yang dialami, mereka memiliki emosi yang lebih stabil dan mampu

meregulasi emosinya.

Dari hasil analisis deskriptif, siswi SMPIT Nurul Islam memiliki tingkat

peer attachment dan regulasi emosi yang tergolong tinggi yaitu 45,21% dan

46,80%. Diperoleh pula dari hasil penelitian bahwa peer attachment memberikan

kontribusi terhadap regulasi emosi sebesar 18,66% sedangkan 81,34%

dipengaruhi oleh faktor lain. Beberapa faktor di luar peer attchment yang dapat

berpengaruh terhadap regulasi emosi remaja yang menjadi siswi di Boarding

School SMPIT Nurul Islam Tengaran antara lain adalah perbedaan individu dalam

meregulasi emosinya yang dipengaruhi oleh temperamenya, perbedaan gaya

attachment dan working models, dan hubungan dengan orangtua yang dapat

memengaruhi pola hubunganya dengan teman sebayanya seperti dalam penelitian

yang dilakukan Arkincon dan Tardif tahun 2001 (dalam shaffer, 2002) didapatkan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

19

hasil bahwa remaja yang memiliki pola insecure attachment atau kelekatan tidak

aman dengan orantua di masa kanak-kanak menunjukkan ketidakmampuan

menjalin hubungan dengan teman sebaya, memiliki sedikit teman dekat dan

menunjukkan perilaku menyimpang. Apabila remaja pada masa lalunya mendapat

pola insecure attachment maka hal ini bisa berpengaruh terhadap interaksinya

dengan teman (Rothbart, Ahadi & Evans 2000 dalam Miranti).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pada

penelitian ini dapat diterima. Dimana ada hubungan positif antara peer attachment

dengan regulasi emosi remaja yang menjadi siswi di Boarding school SMPIT

Nurul Islam Tengaran. Setiap domain pada variabel regulasi emosi menunjukkan

adanya korelasi dengan peer attachment dengan demikian maka peer attachment

memberikan pengaruh terhadap kognitif, behavioral, fisiologis dan sosial

seseorang dalam kerangka regulasi siswi di boarding school SMPIT Nurul Islam.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan masih

banyaknya variabel yang dapat dilihat seperti melihat secure dan

insecure terkait peer attachment karena nanti akan dapat melihat pola

kelekatan aman dan tidak aman di dalamnya.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

20

2. Penelitian berikutnya juga dapat melihat dan meneliti strategi regulasi

terkait dengan strategi regulasi emosi sehingga dapat dilihat bagaimana

strategi individu dalam meregulasi emosinya.

3. Bagi peneliti yang akan mengunakan angket AERQ, saat melakukan

sebar data diharapkan untuk selalu mendampingi sehingga pemahaman

dalam mengartikan setiap pernyataan tidak akan salah ini pulalah yang

menjadi keterbatasan di dalam penelitian ini yang kemungkinan

mengakibatkan salah satu domain pada variabel regulasi emosi tidak

memiliki hubungan dengan variabel peer attachment

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

21

Daftar Pustaka

Armsden, G, C.,& Greenberg, M, T. (1987). The inventory of parent and peer

attachment: individual differences and their relationship to psychological

well-being in adolesence. Journal of Youth and Adolescence, 16, 21-26.

Alwi, H. (2003). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Azwar, S. (2012). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Burhanuddin, M. (2012). Koefisien Korelasi, Signifikansi, dan Determinasi.

Diakses September 21, 2016 dari:

https://alvinburhani.wordpress.com/2012/06/28/koefisien-korelasi-

signifikansi-determinasi/

Cowie, H., & Wallace, P. (2000). Peer support in action. London: Sage

Publications

Garber, J., & Dodge, K. (Eds.) (1991). The development of emotion regulastion

and dysregulation. Cambridge: Harvard University Press.

Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual Differences in two emotional

regulastion process implications for Affect, relationships, and well-being.

Journal of Personality and Social Psychology, 2, 348-362

Gunarsa, S., D. (2000). Psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga. Jakarta:

Gunung Mulia

Salovery, P. & Sluyter, D,J. (1997). Emotional development and emotional

intelligence. New Tork: Basic Books.

Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Kostinuk, L., M. (2011). Adolescent emotional questionnaire: development and

validation of a measure of emotion regulation for adolescents. Diakses

September,6 2016 dari https://

era.library.ualberta.ca/files/pk02cb10b/Kostiuk_Lynne_Fall%202011.pdf

Mc Cartney, K. & Dearing, E., (Ed). (2002). Child development. USA : Mc

Millan Refference.

Miranti, R. (2012). Hubungan antara peer attachment dengan regulasi emosi

remaja yang menjadi siswa di boarding school SMA negeri 10 Samarinda.

Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 8, 1-7

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13172/1/T1_802013101_Full... · remaja berinteraksi secara sosial dengan bermacam-macam orang, seperti

22

Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S.R. (2001). Psikologi Perkembangan:

Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Nisfiannoor, M.,& Kartika, Y. (2004). Hubungan antara regulasi emosi dan

penerimaan diri kelompok teman sebaya pada remaja. Jurnal Psikologi, 2,

11-15

Phillips, K.F.V.,& Power, M. J. (2007). A new self-report measure of emotion

regulation in adolescent: The regulastion of emotions questionnaire.

Clinical Psychology and Psychotherapy, 14, 145-156

Raichatul, M., J (2015). Regulasi emosi dalam menyelesaikan permasalahan pada

remaja. Journal Psychology, 4, 9-10

Rice, P., F. (1999). The adolescent: development, relationship and culture (9th

ed). Needham Heights, Allyn and Bacon, MA.

Ritonga, R. (1997). Statistika untuk penelitian psikologi dan penelitian. Jakarta:

Lembaga

Santrock, J., W. (2007). Remaja. penerjemah: benedictine widyasinta (Edisi 11).

Jakarta: Erlangga.

Shaffer, D., R.(2002). Childhood and adolescence: development psychology (6th

ed). USA:Wadsworth Group.

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&b. Bandung:

Alfabeta.

Thompson, G. (1994). Emotion Regulation: A theme In Search of Definition. New

York: John Willey & Son.

Umasugi, S., C. (2009). Hubungan anatar regulasi emosi dan religiusitas dengan

kecenderungan perilaku Bullying remaja. Diakses Desember, 23 2016

dari: http://www.academia.edu/8188074/Hubungan Antara Regulasi

Emosi Dan Religiusitas Dengan Kecenderungan Peilaku Bulliying Pada

Remaja.