BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Minat Belajar Elektronika Dasar A. Belajar Beberapa ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang ‘belajar’. sering kali rumusan dan tafsiran mereka berbeda satu sama lain. Menurut pendapat yang tradisional, belajar dianggap sebagai ; pengumpulan sejumlah ilmu saja, seperti yang diungkapkan oleh S.Nasution M.A di dalam buku “Asas-asas Kurikulum” sebagai berikut : “Menurut pendapat yang tradisional belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan” 1 . Pendapat ini sudah terlampau sempit dan hanya terpusat kepada mata pelajaran belaka. Belajar itu sendiri adalah suatu proses aktivitas yang dapat membawa perubahan pada individu. Seperti yang dikatakan oleh Hergenhehn dan Olson (1993:159) dalam bukun “Agus Mahendra” sebagai berikut : “Belajar adalah perubahan yang bersifat menetap dalam perilaku 1 Rostiyah, Masala-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 141. [Type text] Page 5
33
Embed
“Hubungan antara Motivasi Belajar Elektronika Dasa dengan Hasil Belajar Elektronika Dasar di SMK Perguruan Cikini.”
“Hubungan antara Motivasi Belajar Elektronika Dasa dengan Hasil Belajar Elektronika Dasar di SMK Perguruan Cikini.” PTK BAB II AGUS R
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1. Minat Belajar Elektronika Dasar
A. Belajar
Beberapa ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang ‘belajar’.
sering kali rumusan dan tafsiran mereka berbeda satu sama lain. Menurut pendapat yang
tradisional, belajar dianggap sebagai ; pengumpulan sejumlah ilmu saja, seperti yang
diungkapkan oleh S.Nasution M.A di dalam buku “Asas-asas Kurikulum” sebagai berikut :
“Menurut pendapat yang tradisional belajar itu hanya menambah dan mengumpulkan
sejumlah ilmu pengetahuan”1. Pendapat ini sudah terlampau sempit dan hanya terpusat
kepada mata pelajaran belaka. Belajar itu sendiri adalah suatu proses aktivitas yang dapat
membawa perubahan pada individu.
Seperti yang dikatakan oleh Hergenhehn dan Olson (1993:159) dalam bukun “Agus
Mahendra” sebagai berikut : “Belajar adalah perubahan yang bersifat menetap dalam
perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dan pengalaman dan tidak dicirikan
oleh keadaan-keadaan diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit,
kelelahan, atau obat-obatan. Belajar merupakan sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman-pengalaman tertentu mendahului perubahan perilaku, sehingga belajar hanya
berstatus sebagai intervening variabel. Artinya suatu proses teoritis yang dianggap
berlangsung diantara stimulus dan responnya.
Hal ini yang di kemukakan oleh Crow bersaudara sebagai berikut : “ belajar adalah
perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap”2. Dalam definisi dikatakan
1 Rostiyah, Masala-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h. 141.2 Crow, Educational Phscology, terjemahan Z. Kasiyah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h.28.
[Type text] Page 5
bahwa seseorang belajar kalau ada perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dalam menguasai
ilmu pengetahuan. Belajar disini merupakan proses dimana guru terutama melihat apa yang
terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif, untuk mencapai tujuan. Whiterington,
dalam bukunya Educational Psychology, Belajar adalah suatu perubahan di dalam
keperibadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian3.
Beranjak dari pengertian diatas bahwa belajar itu adalah perubahan kelakuan, maka
pendidik didalam proses mengajar akan menghadapi tiga hal4:
1. Ia harus menentukan, perilaku apakah yang diharapkan dari peserta didik.
2. Ia harus mengetahui sampai manakah perkembangan perilaku peserta didik.
3. Ia harus menyediakan kesempatan dan syarat-syarat yang sebaik-baiknya.
B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu usaha pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan
atau diharapkan pada diri siswa setelah melalui proses belajar mengajardalam bentuk tingkah
laku atau pola sikap5, bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi
mengerti.
Perubahan tingkah laku atau pola waktu itu diwujudkan dalam bentuk ,
penguasaan,penggunaan, dan penilaian terhadap sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan
kecakapan yang terdapat dalam bidang studi dan lebih luas lagi dalam aspek kehidupan.
Tujuan pengajaran pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan
terjadi pada diri siswa. Pada tujuan pengajara terdapat deskripsi tentang penampilan tingkah
laku ( performance ) siswa yang diharapkan setelah siswa menjalani proses belajar mengajar.
3 Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), h. 934 A. Tabrani Rustam, Pendekatan Proses Belajar Mengajar, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1987), h.10.5 Nana Sudjana, Penilitian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992), h.2.
[Type text] Page 6
Dengan merumuskan tujuan pengajaran guru dapat dapat mengorganisasikan kegiatan-
kegiatan atau usaha-usaha dalam mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.
Proses belajar mengajar di SMK meliputi pengajaran teori dan pengajaran praktek.
Karena di SMK hasil belajar ditekankan pada aspek psikomotorik yaitu siswa diharapkan
mampu dan terampil di dalam menggunakan suatu alat, salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh siswa SMK Perguruan Cikini adalah penguasaan ilmu elektronika dasar.
Sebagai mata pelajaran pokok dan wajib di berikan pada SMK Khususnya elektronika
dasar, maka pelajaran elektronika adalah salah satu materi pokok dan penting bagi siswa
dalam melangkah kearah penguasaan kelistrikan.
Belajar elektronika dasar akan berlangsung dengan baik dan lancar bila mana
didorong tujuan tertentu. Dengan kata lain tujuan akan mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam pengajaran elktronika dasar tujuan yang hendak dicapai
dideskripsikan dalam bentuk perubahan sikap (kemampuan) setelah siswa mengalami proses
belajar elktronika dasar.
Adapun tujuan pembelajaran elektronika dasar sebagaimana yang terdapat dalam
GBPP. Siswa mampu memahami dasar-dasar elektronika dan komponen –komponen
elktronika
1. Macam – macam rangkian listrik
a. Seri
b. Paralel
2. Komponen-komponen elktronika
a. Aktif
b. Pasif
Dari praktek elktronika dasar siswa diharapkan dapat lebih mengerti dan memahami
konsep – konsep yang terdapat dalam elektronika dasar dan dapat menggunakan konsep –
[Type text] Page 7
konsep elketronika dasar kedalam praktek elektonika 1, elektronika2 dan elektronika 3. Pada
praktek elektonika dasar harus terlebih dahulu dapat merakit atau membuat rangkaian
elektronika untuk itu, banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain : mampu membaca
gambar, symbol, mampu menganilisa pekerjaan dan menetapkan langkah – langkah dari awal
sampai akhir, bekerja sesuai aturan teknis dan keselamatan kerja, terampil dalam pemakaian
alat dan bahan. Yang terpenting, siswa dapat menyimpulkan cara kerja rangkaian yang telah
di buat, sehingga dalam proses belajar mengajar praktek elektronika dasar siswa dapat
mengolah, menggunakan, menemukan, dan mengkomunikasikan yang di buatnya.
Selain itu perlu diperhatikan bahwa kegiatan praktek hendaklah dirancang secara
berjenjang dari yang mudah menuju yang lebih rumit sehinggga memberi motivasi belajar
siswa. Dari kegiatan belajar mengajar praktek elektronika dasar akan didapat hasil yang
tampak sebagai suatu prestasi yang ditunjukan oleh siswa terhadap apa yang telah
dipraktekkanya itu melalui evaluasi berupa pertanyaan, tugas, atau instruksi yang tertera pada
job sheel (Sumadi suryabrata).6 Dari kemampuannya di dalam menyelesaikan tugas – tugas
yang terdapat pada job sheet dapat diukur seberapa kemampuan daya serap belajar siswa
tersebut.
Untuk memperoleh data pembuktian yang menjelaskan tingkat kemampuan siswa
serta keberhasilannya dalam mencapai tujuan instruksional elektronika dasar, maka dilakukan
evaluasi. Bloom mendefinisikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis
untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya telah terjadi perubahan pada diri siswa dan
menetapkan seberapa jauh tingkat perubahan terjadi di dalam diri pribadi siswa.7
Evaluasi dalam pendidikan tidak dapat diukur secara langsung karena obyek yang
diukur dan dinilai adalah aspek psikologis, untuk itu diperlukan suatu alat yang dapat
digunakan untuk mengukurnya,yaitu tes. Alpa Cronbach mendefinisikan tes sebagai suatu
6 M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1990), h. 3.7 Ibid . h.6.
[Type text] Page 8
prosedur sistematis untuk mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seorang
dengan skala numerik atau sistem kategori.8
Untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan prestasi belajar siswa dalam kegiatan
belajar mengajar,dapat digunakan tes berikut :
a. Tes lisan
b. Tes tertulis yang meliputi tes essay dan tes objektif
c. Tes penampilan (Performance Test)
Untuk penilaian praktek elektronika dasar ditekankan pada aspek psikomotorik yang
lebih menekankan pada gerakan tangan dan kemampuan otak menganilisa. Aspek
psikomotorik antara lain berisi; menggunakan alat dan bahan secara tepat, ketelitian dan
kecermatan dalam melakukan praktek dan penyambungan yang tepat pada terminal –
terminalnya.
Tes penampilan adalah satu –satunya evaluasi dalam penilaian skill, yaitu siswa yang
hendak dinilai kemampuannya diharuskan menampilkan skill yang dimilikinya itu di bawah
persyaratan kerja tertentu.Agar penilaian dapat seobyektif mungkin, maka masing – masing
skill diuraiakan elemen skill.
Elemen skill dapat berwujud:9
1. Kemampuan membaca dan menggunakan gambar,symbol dan lain – lain.
2. Kemampuan menganalisa pekerjaan dan menetapkan langkah.
3. Bekerja sesuai aturan teknis dan keselamatan kerja.
4. Keterampilan dalam pemakaian alat dan bahan.
5. Kualitas pekerjaan dan ketepatan waktu.
8 Suke Silverus, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik,(Jakarta:Gramedia,1991),h.5.9 Soeharto,Desain Instruksional; sebuah pendekatan praktis untuk pendidikan teknologi dan kejuruan, (Jakarta: Departemen P dan K Direktoriat Pendidikan tinggi,1991), h.38
[Type text] Page 9
Pada akhirnya tujuan dari hasil belajar instalasi tenaga listrik yang terpenting adalah
sebagai berikut10 :
1. Siswa dapat memahami tentang prinsip – prinsip rangkaian seri
2. Siswa dapat memahami tentang prinsip – prinsip rangkaian paralel
3. Siswa dapat memahami tentang prinsip – prinsip komponen elektronika aktif
4. Siswa dapat memahami tentang prinsip – prinsip komponen elektronika pasif
5. Siswa dapat memahami dan mengenal macam – macam sakelar manual.
6. Siswa dapat menentukan alat – alat pengaman.
7. Siswa dapat memahami dan mengenal alat – alat bantu dan alat pengaman.
2.1.2 Motivasi Belajar Elektronika dasar
Pada umumnya motivasi merupakan salah satu faktor pembawaan yang terdapat pada
setiap diri siswa yang menjadi syarat untuk belajar. Motivasi adalah salah satu pernyataan
yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu
tujuan atau perangsang11.
Menurut Hewitt (1968) mengemukakan bahwa “ attentional set “ merupakan dasar
bagi perkembangan motivasi yakni yang bersifat sosial, artinya anak itu suka bekerja sama
dengan anak-anak lain dan dengan guru, ia mengharapkan penghargaan dari teman-temannya
dan mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya dikalangan kawan
sekelasnya12
Sedangkan menurut Ausubel bahwa motivasi yang dikaitkan dengan motivasi sosial
tidak begitu penting dibandingkan dengan motivasi yang bertalian dengan penguasaan tugas
dan keberhasilan. Motivasi serupa ini bersifat intrinsik dan keberhasilannya akan memberi
rasa kepuasan13.
10 Kismet Fadillah, Instalasi Motor – motor Listrik, (Bandung:Angkasa, 1997), h.70.11 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung : Remadja Karya CV.1986 ), h 70.12 Prof.Dr.S.Nasution,MA, Berbagai pendekatan dalam proses belajar dan mengajar. (Jakarta : Bumi Aksara. 1982), h 18113 Ibid. h. 181.
[Type text] Page 10
Motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai suatu tujuan. Motif ini akan
menjadi aktif bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Motivasi dapat diartikan daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motivasi murni apabila maksud cukup sehat dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan,
dan motivasi bukan lah suatu pemaksaan14.
Ada dua macam bentuk motivasi :
1. Motivasi dari dalam diri (instrinsik) dilakukan dengan cara menggairahkan perasaan ingin
tahu anak, keinginan untuk mencoba dan hasrat untuk belajar.
2. Motivasi dari luar diri (ekstrinsik) dilakukan dengan cara membangkitkan pujian dan
memberikan ganjaran.
Perwujudan motivasi belajar yang tinggi dalam bentuk tingkah laku yang bertujuan
kepada pekerjaan yang padat menurut kemampuan dan taraf upaya yang tinggi serta peranan
dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai rangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak
suka maka ia akan berusaha untuk menghilangkan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Jadi motivasi dapat dirangsang faktor-faktor dari dalam diri seseorang. Dalam kegiatan
belajar motivasi tumbuh dari keseluruhan diri, karena pada umumnya daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh siswa tercapai.
Motif mempunyai arti kata keseluruhan, karena ada beberapa motif yang bersama-
sama menggerakkan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang