Top Banner
HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA Diajukan pada: PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IKABI TAHUN 2012 Bali, 12-14 Juli 2012 Oleh : dr. RIANTO NOVIADY RAMLI Pembimbing: dr. ROSADI SESWANDHANA, Sp. B, Sp. BP BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
35

HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

Jan 27, 2016

Download

Documents

HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS
DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN

ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA

Diajukan pada:

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IKABI TAHUN 2012Bali, 12-14 Juli 2012

Oleh :

dr. RIANTO NOVIADY RAMLI

Pembimbing:dr. ROSADI SESWANDHANA, Sp. B, Sp. BP

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA2012

Page 2: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN

ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA

Diajukan pada:

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN IKABI TAHUN 2012Bali, 12- 14 Juli 2012

Oleh :

dr. RIANTO NOVIADY RAMLI

Pembimbing:

_______________________________________dr. ROSADI SESWANDHANA, Sp. B, Sp. BP

Page 3: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR KORBAN

ERUPSI MERAPI YANG DIRAWAT DI RSUP DR SARJITO YOGYAKARTA

Rianto Noviady Ramli * Rosadi Seswandhana***Residen bedah umum, FK UGM/RSUP DR. Sardjito Yogyakarta

**Bagian Bedah FK UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta, FK UGM/ RS Dr. Sardjito

Abstrak

Latar Belakang:Luka bakar adalah terpaparnya tubuh manusia oleh zat yang bersuhu tinggi

(heat) atau yang dapat memicu suhu tinggi, baik karena reaksi kimia maupun reaksi fisika. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.

Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit (inbalance elektrolit), kegagalan organ, dan masalah distress pernapasan. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui komplikasi luka bakar berupa gagal ginjal akut pada korban erupsi merapi yang dirawat di RS DR Sardjito Yogyakarta. Metode:

Desain penelitian adalah analitik dengan menggunakan uji korelasi Lambda. Data diambil dari rekam medis. Rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dicatat menurut umur, jenis kelamin, luas luka bakar, derajat luka bakar, dan laju filtrasi glomerulus. Kemudian dimasukan dalam tabel dan dianalisis menggunakan uji korelasi Lambda untuk mengetahui korelasi antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUD Sarjito.Hasil:

Subyek penelitian adalah semua pasien luka bakar korban erupsi Gunung Merapi yang datang ke UGD serta dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010. Total semua pasien adalah 43 orang dengan jenis kelamin pria adalah 27 orang dan perempuan 16 orang. Pada penelitian ini, didapatkan pasien usia 0-18 tahun berjumlah 8 pasien (18,6%), usia 19-60 tahun berjumlah 31 pasien (72,1%), dan usia > 60 tahun berjumlah 4 pasien (9,3%).Pada penelitian ini, luka bakar grade II sebanyak 5 pasien (11,63%), luka bakar grade II-III sebanyak 33 pasien (76,74%), dan luka bakar grade III sebanyak 5 pasien (11,63%). Pada penelitian ini,

Page 4: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

didapatkan pasien dengan luas luka bakar < 20% sebanyak 10 pasien (23,26%), dan pasien dengan luas luka bakar >20 % sebanyak 33 pasien (76,74%). Dengan menggunakan uji korelasi lambda, untuk mengetahui hubungan antara laju filtrasi gromerulus dan mortalitas pada pasien luka bakar, didapatkan hasil kekuatan korelasi = 0,857 yang artinya kekuatan korelasinya sangat kuat. Hasil yang didapatkan untuk nilai P adalah 0,00 yang artinya terdapat korelasi yang bermakna antara penurunan laju filtrasi glomerulus dengan kematian.Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 21 pasien meninggal yang berbanding lurus dengan peningkatan stadium laju filtrasi gromerulus. Hal ini dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang berat serta dapat menyebabkan kematian, meskipun banyak hal yang menjadi komplikasi luka bakar yang dapat menyebabkan kematian.

Dalam observasi didapatkan juga adanya peningkatan kadar kreatinin serum di hari ke-5 dari onset kejadian luka bakar dan mulai terlihat penurunan kembali kadar kreatinin mulai hari ke-7 dari onset kejadian luka bakar, tentunya hal ini menjadikan kita lebih waspada pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7 untuk kejadian gagal ginjal yang dapat memberikan mortalitas pada pasien luka bakar.

Kata Kunci: Luka bakar, mortalitas,laju filtrasi gromerulus

Page 5: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

CORELATION BETWEEN THE RATE OF FILTRATION GROMERULUS WITH MORTALITY IN BURN PATIENTS VICTIMS IN

MERAPI ERUPTION ARE TREATED AT DR SARJITO HOSPITAL YOGYAKARTA

Rianto Noviady Ramli*Rosadi Seswandhana**

*Residence of SurgeryFaculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta

**Division of Surgery Faculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito Hospital Sub-Division of Plastic Surgery Faculty of Medicine of UGM/Dr. Sardjito

Hospital

Abstract

BackgroundThe burn is the exposure of the human body by a substance of high temperature (heat) or which can lead to high temperatures, either due to chemical reactions and physical reactions. The burn is a type of injury, tissue damage or tissue loss resulting from the heat source or cold temperatures are high, the source of electricity,chemicals, light , radiation and friction.Types of injuries can be diverse and have different treatment depending on the type of tissue affected by burns, severity, and complications from the injury. Burns can destroy muscle tissue, bone, blood vessels and epidermal tissue damage resulting in a deeper place than the end of the neural system. A burn victim may experience a variety of potentially fatal complications including shock conditions, infections, electrolyte imbalance (electrolyte inbalance), organfailure, respiratory distress.PurposeTo know the complications of severe burns on victims of acute renal failure treated Merapi eruption in DR Sardjito Hospital Yogyakarta..MethodAnalytical research design was used to test correlation with Lambda. Data retrieved from medical records. Medical records of patients who meet the criteria noted by age, sex, area of burns, degrees of burns, and the glomerular filtration rate. Then included in the tables and analyzed using a Lambda correlation test to determine the correlation between filtration rate gromerulus with mortality in burn patients treated victims of Merapi eruption at Sarjito Hospital.ResultsSubjects were all patients of burns victims eruption that comes into the ER and treated in the department of Dr. Sardjito in 2010. Total of all patients were 43 men with male gender was 27 men and women 16. In this study, found patients aged 0-18 years, amounting to 8 patients (18.6%), aged 19-60 years amounted to 31 patients (72.1%), and age> 60 years amounted to 4 patients (9.3%) . In this study, grade II burns were 5 patients (11.63%), burns grade II-III of 33 patients

Page 6: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

(76.74%), and grade III burns were 5 patients (11.63%). In this study, found patients with extensive burns <20% of 10 patients (23.26%), and patients with extensive burns> 20% of 33 patients (76.74%). By using lambda correlation test, to determine the relationship between filtration rate gromerulus and mortality in burn patients, showed the strength of correlation = 0.857, which means the correlation is very strong force, with P value 0,000 which mean significant correlation.ConclusionIn this study it was found that 21 patients who died directly proportional to the increase in the rate of filtration stages gromerulus. This can decrease blood flow to the kidneys and cause renal dysfunction and can cause death, although a lot of things to be a complication of burns that can cause death.The observation also found an increase in serum creatinine levels on day 5 of the onset of the burn incident and began to look back creatinine levels decreased from day-7 of the onset of the burn incident, this should make us more vigilant on day 5 to with day-to-7 for kidney failure events that can provide mortality in burn patients.

Keywords: burn injury, mortality, filtration glomerulus rate

Page 7: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

BAB I

PENDAHULUAN

Awal November 2010 di Yogyakarta telah terjadi bencana alam berupa

erupsi Merapi yang banyak menelan korban jiwa. Salah satu penyebab kematian

adalah luka bakar. Luka bakar merupakan patologi yang serius, serta berkaitan

dengan aspek perawatan bedah dan intensif pengobatan. Pasien luka bakar

mengalami situasi klinis tertentu di mana perawatan intensif menjadi sangat

penting. Kegagalan memperbaiki kondisi pasien dengan tepat dapat memperburuk

prognosis dan membuka jalan untuk terjadinya komplikasi.

Respon inflamasi lokal dan sistemik terhadap luka bakar sangat kompleks,

sehingga baik kerusakan jaringan terbakar secara lokal dan efek sistemik terjadi

pada semua sistem organ lain yang jauh dari daerah terbakar itu sendiri. Perhatian

pertama pada penatalaksanaan luka bakar adalah pemeliharaan sirkulasi.

Kegagalan sirkulasi pada masa yang lalu atau kuatir pada terjadinya yang

menakutkan kebanyakan orang yang menghadapi luka bakar. Kegagalan atau

ketidakmampuan menghadapi secara memadai masalah ini akan menyebabkan

kegagalan ginjal dan sering menyebabkan meninggal awal.1

Ketidaknormalan fungsi ginjal terlihat pada penderita luka bakar, terutama

berhubungan dengan perubahan volume sirkulasi plasma dan curah jantung.

Dalam fase hipermetabolik, kreatinin meningkat menunjukkan bahwa kedua aliran

darah dan GFR dibangkitkan, tetapi fungsi tubular terganggu. Darah berkurang

volumenya dan menyebabkan penurunan cardiac output, aliran darah ginjal dan

laju filtrasi glomerulus. Jika tidak diobati, maka oliguria yang dihasilkan dapat

Page 8: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

berlanjut ke gagal ginjal akut. Walaupun penurunan aliran plasma ginjal yang

lama dapat menimbulkan curah yang tinggi atau kegagalan ginjal pada penderita

luka bakar, resusitasi cairan yang tepat waktu dan cukup besar dapat

menghilangkan keadaan ini2.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui komplikasi luka bakar berupa gagal ginjal akut pada korban

erupsi merapi yang dirawat di RS DR Sardjito Yogyakarta.

Manfaat Penelitian

Untuk memberikan informasi berupa komplikasi gagal ginjal akut merupakan

salah satu penyebab kematian pada pasien luka bakar dan memberikan informasi

pentingnya menjaga kondisi aliran darah ke ginjal tetap baik sebagai pencegahan

terjadinya komplikasi gagal ginjal akut pada luka bakar yang dapat menyebabkan

kematian pada khususnya kita sebagai dokter yang merawat.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Epidemiologi Luka Bakar 

Sekitar 250.000 orang di Amerika Serikat menderita luka bakar setiap

tahunnya. Dari angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan

tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di

Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan

bertambahnya jumlah penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut semakin

meningkat3.

Insiden puncak luka bakar pada orang dewasa muda terdapat pada umur

20-29 tahun, diikuti oleh anak umur 9 tahun atau lebih muda. Luka bakar jarang

terjadi pada umur 80 tahun ke atas. Sekitar 80 % luka bakar terjadi di rumah. Pada

anak di bawah umur 3 tahun, penyebab luka bakar paling umum adalah

kecelakaan jatuh pada kepala. Pada umur 3-14 tahun, penyebab paling sering

adalah dari nyala api yang membakar baju. Dari umur ini sampai 60 tahun, luka

bakar paling sering disebabkan oleh kecelakaan industri. Setelah umur ini, luka

bakar biasanya terjadi karena kebakaran di rumah akibat rokok yang membkar

tempat tidur atau berhubungan dengan lupa mental2.

Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter.

Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

dibandingkan cedera oleh sebab lain. Luka bakar menyebabkan hilangnya

Page 10: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

integritas kulit dan juga menimbulkan efek sistemik yang sangat kompleks. Luka

bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka

bakar. Beratnya luka tergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Selain beratnya

luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi prognosis3,4.

Jejas sel mulai pada suhu 440C. Makin tinggi suhu naik di atas angka ini

makin cepat kerusakan terjadi. Sedangkan kerusakan ini memerlukan beberapa

menit bila suhu 440C, dan akan memerlukan beberapa detik bila suhu 1000C atau

lebih. Jelas bahwa derajat dan luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu,

besarnya agen pembakar dan lamanya pemaparan. Pengaliran panas melalui

jaringan juga penting dan faktor-faktor lokal dapat mempengaruhi ini. Perfusi

jaringan pada saat kecelakaan merupakan faktor yang lain. Daerah yang

perfusinya kurang akan mendapat kerusakan lebih berat daripada daerah yang

penuh persediaan darah1,2.

Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi, pembuluh kapiler di

bawahnya, are sekitarnya, dan area yang jauh sekali pun akan rusak dan

menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan

intrakapiler ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung

banyak elektrolit. Dengan cara apa pun cedera termal menyebabkan koagulasi

jaringan, sehingga sel mati dan sel rusak. Sasaran dari kerusakan sel yang

menonjol adalah endotel kapiler. Semua luka bakar menyebabkan kerusakan

kapiler dan ini merupakan penyebab terjadinya kehilangan cairan yang sangat

Page 11: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

banyak. Kapiler yang rusak menjadi bocor. Air, elektrolit dan protein plasma

hilang1,3.

Ada dua masalah yang menonjol pada awal perawatan penderita dengan

luka bakar. Pertama adalah shok, terjadi melalui kerusakan kapiler. Pada

kebanyakan keadaan shok berhenti menjadi masalah sesudah sekitar 5hari, pada

saat itu bantalan kapiler efisiensi fungsionalnya telah kembali. Kedua adalah

infeksi yang terjadi melalui berbagai macam massa sel-sel mati yang menjendal.

Jendalan ini tidak hancur dengan mudah selama ada kerusakan kapliler dan tetap

berbahaya sampai semua jaringan dibunag atau terserap1.

Adanya kegagalan atau ketidakmampuan dalam pemeliharaan sirkulasi

pada pasien luka bakar akan menyebabkan kegagalan ginjal akut. Gagal ginjal

akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus secara

mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkanterjadinya

retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.Terdapat tiga kondisi

yang dapat menyebabkan GGA:

a. GGA Prarenal

GGA prarenal diakibatkan oleh hipoperfusi ginjal (dehidrasi, perdarahan,

penurunan curah jantung, luka bakar dan hipotensi oleh sebab lain)

b. GGA Renal

GGA renal diakibatkan kerusakan akut parenkim ginjal (obat, zat

kimia/toksin,iskemia ginjal, dan penyakit glomerular)

Page 12: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

c. GGA Pascarenal

GGA pascarenal diakibatkan obstruksi akut traktus urinarius (batu saluran

kemih,hipertrofi prostat, keganasan ginekologis), ureter terjahit5,6.

Selama fase akut luka bakar, aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus

(GFR), yang diukur dengan pengeluaran kreatinin, menurun. Kemampuan ginjal

menyaring darah dinilai dengan perhitungan Laju FiltrasiGlomerulus (LFG) atau

juga dikenal dengan Glomerular Filtration Rate (GFR).Kemampuan fungsi ginjal

tersebut dihitung dari kadar kreatinin (creatinine) dankadar nitrogen urea (blood

urea nitrogen/BUN) di dalam darah. Kreatinin adalahhasil metabolisme sel otot

yang terdapat di dalam darah setelah melakukan kegiatan,ginjal akan membuang

kretinin dari darah ke urin. Bila fungsi ginjal menurun, kadarkreatinin di dalam

darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam darah adalah0,6-1,2

mg/dl5,7.

LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan kemampuanfungsi

ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2. Untuk menilai LFG,

memakai formula Cockcroft-Gault.Untuk perempuan : LFG = nilai pada pria x

0,85. Untuk pria : LFG = (140−umur ) x( BB

kg)

72 x kretainin serum (mg %).Insiden gagal ginjal akut

(ARF) pada pasien luka bakar berkisar 1,3-38% dan komplikasi ini selalu

dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi (73 sampai 100%)5,7,8.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

BAB III.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat analitik. Data diambil dari rekam medis. Data

dikelompokkan menurut usia, luas luka bakar, grade luas luka bakar, mortalitas

dan laju filtrasi gromerulus. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui

hubungan antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar

korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUP Dr. Sarjito.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2012.C.

Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita luka

bakarakibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan dirawat di RSUP Dr.

Sardjito.

D. Kriteria Pasien

Pasien luka bakar akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan

dirawat di RSUP Dr. Sarjito.

E. Besar Sampel

Dalam penelitian ini tidak dilakukan pencuplikan sampel karena semua

kasus pasien luka bakar akibat erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dan

dirawat di RSUP Dr. Sarjitodiikutkan dalam penelitian ini.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

F. Cara Pengumpulan Data

Rekam medis pasien yang memenuhi kriteria dicatat hasil menurut usia,

luas luka bakar, grade luas luka bakar, mortalitas dan laju filtrasi gromerulus.

G. Variabel Penelitian

1. Variabel tergantung (Out come) : Mortalitas

2. Variabel bebas : Laju filtrasi gromerulus

H. Definisi Operasional

Luka bakar adalah cedera pada jaringan yang disebabkan oleh panas,

gesekan, listrik, radiasi, atau bahan kimia.

Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) adalah mengukur berapa banyak filtrat

yang dapat dihasilkan oleh gromerulus. Untuk menilai LFG, memakai formula

Cockcroft-Gault8 :

Untuk perempuan : LFG = nilai pada pria x 0,85.

Untuk pria : LFG = (140−umur ) x (BB

kg )72 x kretaininserum ( mg% )

I. Analisis Data

Data karakteristik pasien dikelompokkan menurut usia, luas luka bakar,

grade luka bakar, disajikan dalam bentuk diagram. Gambaran laju filtrasi

gromerulus dan mortalitas pada pasien luka bakaryang telah terkumpul dianalisis

menggunakan uji korelasi Lamda, untuk mengetahui korelasi antara mortalitas

dan laju filtrasi gromerulus pada pasien luka bakar9.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Subyek penelitian adalah semua pasien luka bakar korban erupsi Gunung

Merapi yang datang ke UGD serta dirawat di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2010.

Total semua pasien adalah 43 orang dengan jenis kelamin pria adalah 27 pasien

dan perempuan 16 pasien.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Pasien menurut umur

No Usia n Prosentase (%)

1 0-18 tahun 8 18,6

2 19-60 tahun 31 72,1

3 60 tahun 4 9,3

Jumlah 43 100

Diagram 1. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Usia

Page 16: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

18,6%

72,1%

9,3%

Distribusi Karakteristik Pasien menurut usia0-18 tahun 19-60 tahun > 60 tahun

Pada penelitian ini, didapatkan pasien usia 0-18 tahun berjumlah 8 pasien

(18,6%), usia 19-60 tahun berjumlah 31 pasien (72,1%), dan usia > 60 tahun

berjumlah 4 pasien (9,3%). Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang

ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka

bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan

penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Bayi dan orang usia

lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar digolongkan ke

dalam golongan berat3.

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Grade Luka Bakar

No Grade Luka Bakar n Prosentase (%)

1 Grade I 0 0

2 Grade II 5 11,63

3 Grade II-III 33 76,74

4 Grade III 5 11,63

Page 17: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

Jumlah 43 100

Diagram 2. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Grade Luka Bakar

11.63%

76.74%

11.63%

Distribusi Karakteristik Pasien menurut Grade Luka Bakar

Grade IGrade IIGrade II-IIIGrade III

Page 18: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

Pada penelitian ini, luka bakar grade II sebanyak 5 pasien (11,63%), luka

bakar grade II-III sebanyak 33 pasien (76,74%), dan luka bakar grade III sebanyak

5 pasien (11,63%).

Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, dua, dan tiga. Luka

bakar derajat satu hanya mengenai epidermis luar dan tampak sebagai daerah

hiperemia dan eritema. Tampak merah dan agak menonjol dari kulit normal di

sekitarnya. Ia terasa nyeri dan sering disertai sensasi ‘menyengat’. Biasanya

sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari3,4.

Luka bakar permukaan derajat dua tampak dengan lepuh kulit dan eritema

serta nyeri bila disentuh. Bila lepuh, pecah, luka tampak basah dan mengeluarkan

serum. Luka bakar derajat dua yang lebih dalam mungkin disertai lepuh, tetapi

setelah lepuh pecah, luka tampak putih dan kering. Penderita luka bakar dermis

yang dalam akan berkurang sensasi raba atau tusuk pada daerah luka, sehingga

butuh perhatian khusus agar tidak berubah menjadi luka dengan seluruh ketebalan

kulit. Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada

elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal,

kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa

epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu3,4.

Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin

subkutis, atau organ yang lebih dalam. Tidak ada lagi epitel hidup yang tersisa

yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka, biasanya diikuti dengan

terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein

jaringan kulit. Oleh karena itu, harus dilakukan skin grafting untuk mendapatkan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

kesembuhan. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atua hitam, dengan permukaaan

lebih rndah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak

terasa nyeri3.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar

No Luas Luka Bakar n Prosentase (%)

1 < 20 % 10 23,26

2 > 20% 33 76,74

Jumlah 43 100

Diagram 3.Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar

23.26%

76.74%

Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Luas Luka Bakar

Luas luka bakar < 20%Luas luka bakar >20%

Pada penelitian ini, didapatkan pasien dengan luas luka bakar < 20%

sebanyak 10 pasien (23,26%), dan pasien dengan luas luka bakar >20 % sebanyak

33 pasien (76,74%).

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.

Pada orang dewasa digunakan rumus “9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,

punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas

Page 20: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri

masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu

untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada

anak dan bayi, digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala naka

lebih besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil

berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk

anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%,

ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstermitas bawah kanan dan

kiri masing-masing 15%. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,

mekanisme tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih

dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala yng khas, seperti gelisah,

pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan

produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah

delapan jam3.

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR

Stadium GFR ml/mnt Keterangan Jumlah

1 >90 Kerusakan ginjal dengan GFR

normal

7

2 60-89 Penurunan GFR ringan 16

3 30-59 Penurunan GFR sedang 10

4 15-29 Penurunan GFR berat 5

5 <15 Gagal ginjal 5

Page 21: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

Diagram 4. Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR

16.28%

37.21%23.25%

11.63%

11.63%

Distribusi Karakteristik Pasien Menurut Klasifikasi GFR

Stadium 1Stadium 2Stadium 3Stadium 4Stadium 5

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Pasien menurut Stadium GFR dan Mortalitas

Stadium GFR Meninggal Hidup Total

Stadium 1 1 7 8

Stadium 2 1 14 15

Stadium 3 7 1 8

Stadium 4 6 0 6

Stadium 5 6 0 6

Total 21 22 43

Laju Filtrasi Gromerulus (LFG) adalah mengukur berapa banyak filtrat

yang dapat dihasilkan oleh gromerulus. Ini adalah pengukuran yang paling baik

dalam menilai fungsi ekskresi. Manfaat klinis pemeriksaan LFG adalah untuk

Page 22: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

deteksi dini kerusakan ginjal, pemantauan progesifitas penyakit, pemantaun

kecukupan terapi ginjal pengganti, dan mengoptimalkan terapi dengan obat

tertentu8.

Pada penelitian ini, dilakukan uji korelasi untuk mengetahui adanya

hubungan antara laju filtrasi gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar

korban erupsi Merapi yang dirawat di RSUD Sarjito tahun 2010. Analisis

menggunakan Uji Korelasi Lambda dan diperoleh nilai korelasinya adalah 0,857,

yang artinya memiliki kekuatan korelasi yang sangat kuat antara laju filtrasi

gromerulus dengan mortalitas pada pasien luka bakar. Semakin tinggi stadium

laju filtrasi glomerulus, semakin tinggi mortalitas pasien. Hasil yang didapatkan

untuk nilai P adalah 0,00 yang artinya terdapat korelasi yang bermakna antara

penurunan laju filtrasi glomerulus dengan kematian.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada penelitian ini didapatkan bahwa 21 pasien meninggal yang

berbanding lurus dengan peningkatan stadium laju filtrasi gromerulus. Hal ini

dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal

yang berat serta dapat menyebabkan kematian, meskipun banyak hal yang

menjadi komplikasi luka bakar yang dapat menyebabkan kematian.

Dalam observasi didapatkan juga adanya peningkatan kadar kreatinin

serum di hari ke-5 dari onset kejadian luka bakar dan mulai terlihat penurunan

kembali kadar kreatinin mulai hari ke-7 dari onset kejadian luka bakar, tentunya

hal ini menjadikan kita lebih waspada pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-7

untuk kejadian gagal ginjal yang dapat memberikan mortalitas pada pasien luka

bakar.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi Laju filtrasi gromerulus pada pasien luka bakar.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA LAJU FILTRASI GROMERULUS  DENGAN MORTALITAS PADA PASIEN LUKA BAKAR

DAFTAR PUSTAKA

1.Dudley, H., 1992, Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi Kesebelas, Yogyakarta : UGM Press.

2. Sabiston, D.C., 1995, Buku Ajar Bedah Bagian I, Jakarta : EGC.

3. De Jong, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3, Jakarta : EGC.

4. Cameron, J.C., 1997, Terapi Bedah Mutakhir Jilid 2 Edisi Keempat, Jakarta : Bina Rupa Aksara.

5. Anonim, 2010, Gagal Ginjal, www.repository.usu.ac.id

6. Sinto, R., Nainggolan., 2010, Acute Kidney Injury : Pendekatan Klinis dan Tata Laksana, Majalah Kedoteran Indonesia Volum : 60 No : 2.

7. Laposata, M., 2010, Laboratory Medicine The Diagnosis of Disease in the Clinical Laboratory, USA : The Mc. Graw Hill Companies.

8. Sudoyo, A.W., et all, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: FK UI.

9. Sopiyudin, 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta : Slaemba Medika.