1 HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN ETOS KERJA PADA KARYAWAN ALIH DAYA DI BALI SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi I GEDE AYANA WIRIA PARTHA TUBAN 1002205016 Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2015
111
Embed
HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN ETOS KERJA … · 2 lembar pengesahan skripsi hubungan antara ketidakamanan kerja dan etos kerja pada karyawan alih daya di bali oleh i gede
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN ETOS KERJA PADA KARYAWAN ALIH DAYA DI BALI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
I GEDE AYANA WIRIA PARTHA TUBAN 1002205016
Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN ETOS KERJA PADA KARYAWAN ALIH DAYA DI BALI
Oleh
I GEDE AYANA WIRIA PARTHA TUBAN
NIM : 1002205016
Telah disetujui oleh :
Tanggal, ..............
Pembimbing Skripsi,
Komang Rahayu Indrawati, S.Psi, M.Si
3
Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Skripsi Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Pada Tanggal:
……………..
Mengesahkan
Program Studi Psikologi
Fakulltas Kedokteran
Universitas Udayana
Dekan,
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp. OT(K), M.Kes.
Panitia Penguji :
Tim Penilai Tanda Tangan
1. Komang Rahayu Indrawati, S.Psi, M.Si. Psikolog
2. Dr. Ni Made Swasti Wulanyani, M.Erg
3. L. K. Pande Ary Susilawati, S.Psi, M.Si. Psikolog
4. Naomi Vembriati, S.Psi, M.Psi. Psikolog
4
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Yang bertanda tangan dibawah ini, Saya, I Gede Ayana Wiria Partha Tuban, dengan
disaksikan oleh tim penguji skripsi, dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh derajat kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi manapun. Dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis/diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
kecuali, dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan
isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan ini dicabut.
Denpasar, ………….
Yang menyatakan,
I Gede Ayana Wiria Partha Tuban
(1002205016)
5
HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN ETOS KERJA PADA KARYAWAN ALIH DAYA DI BALI
I Gede Ayana Wiria Partha Tuban Komang Rahayu Indrawati
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
ABSTRAK
Salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi dan kinerja perusahaan adalah memanfaatkan karyawan alih daya untuk mengurangi jumlah karyawan tetap. Perusahaan menggunakan karyawan alih daya bertujuan untuk memaksimalkan pekerjaan pokok perusahaan dan tidak dibebani oleh pekerjaan pendukung. Dari tahun 2005-2012, jumlah perusahaan alih daya yang tercatat di Kabupaten Badung sebanyak 42 perusahaan. Penggunaan karyawan alih daya menyebabkan perusahaan lebih fokus pada pekerjaan pokok, sedangkan kerja pendukung sepenuhnya dikelola oleh perusahaan alih daya. Sistem kerja alih daya pada umumnya menguntungkan perusahaan dan merugikan karyawan alih daya. Hal ini dikarenakan tidak adanya jenjang karir dan kejelasan masa depan kerja karyawan alih daya. Ketidakjelasan jenjang karir karyawan alih daya dan masa depan kerja tidak menentu membuat karyawan alih daya berpotensi mengalami ketidakamanan kerja. Berbagai pengaruh yang diakibatkan oleh ketidakamanan kerja menyebabkan karyawan alih daya merasa dipandang sebelah mata oleh perusahaan dan merasa tidak adil dengan status pekerjaannya sebagai karyawan alih daya. Hal ini menyebabkan karyawan alih daya tidak ingin meningkatkan etos kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketidakamanan kerja dan etos kerja pada karyawan alih daya di Bali.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Responden dalam penelitian ini adalah karyawan alih daya yang bekerja di Kabupaten Badung sebanyak 116 karyawan. Alat ukur dalam penelitian ini adalah menggunakan skala ketidakamanan kerja dengan jumlah 37 item dan skala etos kerja dengan jumlah 76 item. Koefisien reliabilitas skala ketidakamanan kerja adalah 0,928 dan skala etos kerja adalah 0,960.
Penelitian ini menggunakan analisis data regresi linier sederhana dengan menggunakan bantuan bantuan program SPSS 15 for windows. Hasil dari penelitian diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,282 dengan nilai probabilitas sebesar 0,001 (p>0,001). Sehingga dapat dinyatakan terdapat hubungan yang negatif antara ketidakamanan kerja dengan etos kerja. Koefisien determinasi (R2) diperoleh sebesar 0,079 yang bermakna 7,9% dari etos kerja dapat dijelaskan oleh variabel ketidakamanan kerja, sedangkan sisanya sebesar 92,1% dapat dijelaskan oleh faktor yang lain.
Kata kunci: karyawan alih daya, ketidakamanan kerja, dan etos kerja.
6
CORELATION BETWEEN JOB INSECURITY AND W ORK ETHOS AT OUTSOURCING EMPLOYEES IN BALI
I Gede Ayana Wiria Partha Tuban Komang Rahayu Indrawati
Psychology Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University [email protected]
ABSTRACT One of the efforts to improve the efficiency and performance of the company is occupying outsourcing employees to reduce the number of permanent employees. The company use outsourcing employee to maximize the core works and are not burdened by the non-core works. The number of outsourcing companies from 2005 to 2013 is recorded as many as 42 companies in Badung District. The use of outsourcing employee caused the company is more focused on the core works, while non-core works are fully managed by outsourcing companies. Outsourcing work system is generally profitable for companies but unprofitable for outsourcing employees. This due to no clear career path and work future of outsourcing employees. There is no clear career path of outsourcing employee and the uncertain of work future make outsourcing employees potentially experiencing of job insecurity. Various influences by job insecurity caused the outsourcing employees feel despised by the company and feel unfair about the employment status as an outsourcing employee. These cause the outsourcing employees feel it is not necessary to increase their work ethos. This research is aimed to find out the corelation between job insecurity and work ethos of the outsourcing employees in Bali.
This research is a quantitative research using cluster sampling. Respondents in this research is outsourcing employees who work in Badung regency. The number of respondents is 116 people. Scales in this research is job insecurity scale that is accomodated in 37 items of questionaires dan work ethos scale is loaded in 76 items. The reliability coefficient of job insecurity scale is 0,928 and work ethos scale is 0,960.
This research uses a simple linear regression analysis with SPSS 15 for windows program. The results of this research showed a coefficient corelation is -0,282 and the probability is 0,001 (p>0,001). As conclusion is, there is a negative corelation between job insecurity with work ethos. The coefficient determination (R2) is 0,079 which means is 7,9% of work ethos can be explained by job insecurity variable, and the rest of 92,1% can be explained by other factors. Keyword: outsourcing employee, job insecurity, work ethos
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-
Nya penelitian skripsi yang berjudul “ Hubungan Antara Ketidakamanan Kerja dan Etos Kerja
Pada Karyawan Alih Daya Di Bali” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya, antara lain kepada :
1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas restu dan karunia-Nyalah penulis dapat
meyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
2. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT(K), M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
3. Dra. Adijanti Marheni, M.Si. selaku ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
4. Nicholas Simarmata, S.Psi, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang dengan
sabar membimbing saya sedari saya memulai perkuliahan hingga mencapai jenjang
dan Ariesta yang selama kuliah selalu memberikan canda tawa yang dapat
menghilangkan rasa jenuh selama kuliah. Kita dipertemukan saat kita mengenal
bangku perkuliahan, kita mungkin saat ini sudah berpisah dan menjalani hidup masing-
masing, akan tetapi ingatlah hari dimana kita duduk bersama, tertawa bersama, dan
saling mengenalkan diri satu sama lain ketika diawal kita berjumpa.
13. Sahabat-sahabat saya sedari SMP dan SMA yang selalu meluangkan waktu untuk
berkumpul bersama, dan bercerita satu sama lain serta saling memberikan dukungan
disaat kita menghadapi sebuah permasalahan.
14. Pemiliki kedai PSK, Yoga Janumerta dan istrinya Novi Listiya yang memberikan saya
fasilitas dalam mengerjakan skripsi. Terimakasih atas ide dan motivasi dalam
mengerjakan skripsi.
15. Teman-teman yang menemani saya selalu, Sapari Surya, I Gusti Agung Wipandika,
Agus Wiradnyana, Ari Saskara Pranata, Dwi Ariana, dan Ngurah Hendra baik dalam
suka maupun duka. Terimakasih atas waktu kalian untuk berkumpul bersama, tertawa
bersama selalu.
9
Peneliti meminta maaf kepada mereka yang telah banyak membantu dalam pengerjaan
skripsi ini tetapi tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu. Akhir kata penulis mengucapkan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi informasi, serta dapat memunculkan ide-ide
dan inspirasi baru kepada pembaca.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan. Diharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk penyempurnaan skripsi ini mengingat skripsi yang dibuat peneliti ini jauh
dari kata sempurna.
Denpasar, ………………
Penulis
10
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iii HALAMAN MOTO ....................................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................................ vi ABSTRAK ..................................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7 C. Keaslian Penelitian ............................................................................................. 7 D. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 12 E. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 15
A. Variabel Bebas .................................................................................................... 15 1. Ketidakamanan Kerja .................................................................................. 15
a. Definisi Ketidakamanan kerja .............................................................. 15 b. Dimensi Ketidakamanan Kerja ............................................................. 17 c. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakamanan Kerja.............................. 19
B. Variabel Tergantung ........................................................................................... 21 1. Etos Kerja .................................................................................................... 21
a. Definisi Etos Kerja ............................................................................... 21 b. Dimensi Etos Kerja ............................................................................... 23 c. Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja ............................................... 25
C. Dinamika Antar Variabel .................................................................................... 26 1. Hubungan Antara Ketidakamanan Kerja dan Etos Kerja Pada Karyawan Alih Daya
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................. 30
A. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................................... 30 1. Variabel Bebas ............................................................................................. 30 2. Variabel Tergantung .................................................................................... 30
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 30 1. Definisi Operasional Variabel Bebas Ketidakamanan Kerja ....................... 31 2. Definisi Operasional Variabel Tergantung Etos Kerja ................................ 31
C. Subjek Penelitian ................................................................................................ 31 D. Metode Pengambilan Sampel ............................................................................. 32 E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 33
1. Skala Pengukuran Variabel Bebas ............................................................... 34 2. Skala Pengukuran Variabel Tergantung ...................................................... 35
F. Validitas dan Reliabilitas .................................................................................... 36 1. Validitas ....................................................................................................... 37 2. Reliabilitas ................................................................................................... 37
G. Metode Analisis Data ......................................................................................... 38 H. Uji Asumsi Data Penelitian ................................................................................ 40
BAB IV PERSIAPAN, LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................ 42
A. Persiapan Penelitian ............................................................................................ 42 1. Persiapan Uji Coba Alat Ukur Penelitian .................................................... 42
a. Subjek Uji Coba Penelitian................................................................... 42 b. Uji Coba Alat Ukur .............................................................................. 43
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ...................................................... 43 a. Uji Validitas Item Pada Skala Ketidakamanan Kerja ........................... 45 b. Uji Reliabilitas Item Pada Skala Ketidakamanan Kerja ....................... 47 c. Uji Validitas Item Pada Skala Etos Kerja ............................................. 48 d. Uji Reliabilitas Item Pada Skala Etos Kerja ......................................... 50
B. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................................ 51 C. Analisis Data dan Hasil Penelitian ..................................................................... 52
1. Karakteristik Responden .............................................................................. 52 2. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 55 3. Kategorisasi Skor Tiap Variabel .................................................................. 56
a. Kategorisasi Skor Variabel Ketidakamanan Kerja ............................... 57
12
b. Kategorisasi Skor Variabel Etos Kerja ................................................. 58 D. Uji Asumsi .......................................................................................................... 60
F. Uji Beda Karakteristik Demografis .................................................................... 69 G. Pembahasan ........................................................................................................ 75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 85 A. Kesimpulan ......................................................................................................... 85 B. Saran ................................................................................................................... 85
1. Saran Praktis ................................................................................................ 85 a. Kepada Perusahaan Pengguna Tenaga Kerja Alih Daya ...................... 86 b. Kepada Perusahaan Penyedia Tenaga Kerja Alih Daya ....................... 86 c. Kepada Karyawan Alih Daya ............................................................... 87 d. Kepada Pemerintah ............................................................................... 88
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya................................................................... 89 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 91
13
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Dinamika Antar Variabel .............................................................................. 29 Gambar 2. Gambar Grafik Normal P-P Plot of Regression Standarized Residual ........ 68 Gambar 3. Gambar Grafik Scatterplot ........................................................................... 69
14
DAFTAR TABEL Tabel 1. Sebaran Item Variabel Bebas Skala Ketidakamanan Kerja (Sebelum Melakukan Uji Validitas) ........................................................................................................................ 35 Tabel 2. Sebaran Item Variabel Tergantung Skala Etos Kerja (Sebelum Melakukan Uji Validitas) ........................................................................................................................ 36 Tabel 3. Nomor Item Gugur Pada Skala Ketidakamanan Kerja (setelah melakukan uji validitas) ......................................................................................................................... 46 Tabel 4. Sebaran Item Skala Ketidakamanan Kerja (setelah melakukan uji validitas) .. 47 Tabel 5. Deskripsi Koefisien Validitas dan Reliabilitas Skala Ketidakamanan Kerja ... 48 Tabel 6. Nomor Item Gugur Pada Skala Etos Kerja (setelah melakukan uji validitas) . 49 Tabel 7. Sebaran Item Skala Etos Kerja (setelah melakukan uji validitas) .................... 50 Tabel 8. Deskripsi Koefisien Validitas dan Reliabilitas Skala Etos Kerja ..................... 51 Tabel 9. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin .......................... 53 Tabel 10. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Usia (Tahun) .......................... 53 Tabel 11. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Status Perkawinan ................. 54 Tabel 12. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan................ 54 Tabel 13. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Masa Kerja (Tahun)............... 55 Tabel 14. Deskripsi Statistik Data Penelitian ................................................................. 55 Tabel 15. Rumus Kategorisasi Skor ............................................................................... 56 Tabel 16. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Ketidakamanan Kerja ................... 57 Tabel 17. Hasil Kategorisasi Skor Responden pada Variabel Ketidakamanan Kerja .... 58
15
Tabel 18. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Etos Kerja ..................................... 58 Tabel 19. Hasil Kategorisasi Skor Responden pada Variabel Etos Kerja ...................... 59 Tabel 20. Hasil Uji Normalitas ....................................................................................... 61 Tabel 21. Hasil Uji Linieritas ......................................................................................... 62 Tabel 22. Descriptive Statistics ...................................................................................... 63 Tabel 23. Correlations .................................................................................................... 63 Tabel 24. Variables Entered/Removed(b) ...................................................................... 64 Tabel 25. Model Summary(b) ......................................................................................... 64 Tabel 26. Anova(b) ......................................................................................................... 65 Tabel 27. Coefficients(a)................................................................................................. 65 Tabel 28. Hasil Uji Perbedaan Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Jenis Kelamin . 70 Tabel 29. Hasil Perbedaan Secara Statistik Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Jenis Kelamin .......................................................................................................................... 70 Tabel 30. Hasil Uji Perbedaan Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Usia ................. 71 Tabel 31. Hasil Uji Perbedaan Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Masa Kerja ...... 71 Tabel 32. Hasil Uji Perbedaan Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Status Perkawinan 72 Tabel 33. Hasil Uji Perbedaan Ketidakamanan Kerja Pada Kelompok Tingkat Pendidikan 72 Tabel 34. Hasil Uji Perbedaan Etos Kerja Pada Kelompok Jenis Kelamin ................... 73 Tabel 35. Hasil Uji Perbedaan Etos Kerja Pada Kelompok Usia ................................... 73 Tabel 36. Hasil Uji Perbedaan Etos Kerja Pada Kelompok Masa Kerja ........................ 74
16
Tabel 37. Hasil Uji Perbedaan Etos Kerja Pada Kelompok Status Perkawinan............. 74 Tabel 38. Hasil Uji Perbedaan Etos Kerja Pada Kelompok Tingkat Pendidikan ........... 74
17
DAFTAR LAMPIRAN Daftar lampiran ............................................................................................................... 95 Lampiran 1. Data try-out ketidakamanan kerja dan etos kerja ........................................................... 96 Lampiran 2. Data penelitian skala ketidakamanan kerja dan etos kerja ............................................. 129 Lampiran 3. Output try-out ketidakamanan kerja dan etos kerja ........................................................ 184 Lampiran 4. Output data penelitian ..................................................................................................... 193 Lampiran 5. Kuisioner try-out ............................................................................................................ 201 Lampiran 6. Kuisioner penelitian ........................................................................................................ 213 Lampiran 7. Surat-surat penelitian ...................................................................................................... 223
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, pasar tenaga kerja terdapat dua jenis pekerjaan yaitu pekerjaan sektor
formal dan pekerjaan sektor informal. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Iqbal
(2012) mencatat bahwa pada bulan Februari 2010, jumlah tenaga kerja formal mencapai 30,72
juta jiwa sedangkan tenaga kerja informal mencapai 76,6 juta jiwa. Pekerjaan formal adalah
pekerjaan yang diatur berdasarkan undang-undang atau peraturan ketenagakerjaan seperti
karyawan, pegawai, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan lain-lain, sedangkan untuk
pekerjaan informal adalah pekerjaan yang dilakukan dengan membuka usaha sendiri atau
wiraswasta dan tidak diatur dalam peraturan ketenagakerjaan (Puspa, 2012).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013, mengatur secara detail
mengenai sistem ketenagakerjaan di Indonesia termasuk juga pekerjaan sektor formal
(Umbara, 2013). Undang-Undang ketenagakerjaan, pekerja formal dibedakan menjadi dua
yaitu sistem kerja tetap dan sistem kerja kontrak. Sistem kerja tetap adalah karyawan yang
bekerja pada pekerjaan yang menetap dan waktu bekerja hingga masa pensiun, sedangkan
sistem kerja kontrak adalah bentuk hubungan kerja yang termasuk kategori precarious work
yaitu karyawan yang bekerja memiliki batasan kerja dan jangka waktu kerja tertentu sesuai
dengan kontrak antara karyawan dengan perusahaan tempat karyawan bekerja, bekerja secara
lepas, tidak terjamin atau tidak aman dan tidak pasti yang biasa disebut dengan istilah
ketidakamanan kerja sebagai ketidakberdayaan seseorang untuk mempertahankan
keberlanjutan dalam bekerja dari situasi kerja yang mengancam. Gaunt and Benjamin (dalam
Cetin, 2013) menjelaskan bahwa ketidakamanan kerja adalah sebuah proses yang
mencerminkan perubahan mendasar yang terjadi di luar permintaan karyawan berdasarkan
persepsi pribadi dari situasi kerja berkelanjutan.
Mohr, van Vuuren (dalam Witte, 2012) memaparkan ketidakamanan kerja dapat
disamakan dengan perasaan terancam saat bekerja serta dapat didefinisikan sebagai
kekhawatiran tentang kelangsungan dari pekerjaan saat ini. Hal serupa dipaparkan oleh
Sulistyawati, Nurtjahjanti, dan Prihatsanti (2012) yang mengungkapkan bahwa ketidakamanan
kerja sangat berkaitan dengan ketidakberdayaan dalam menghadapi situasi kerja yang
mengancam. Situasi kerja yang mengancam dapat diartikan sebagai berbagai faktor yang
menyebabkan seseorang merasa terancam dalam bekerja. Faktor yang menyebabkan seseorang
merasa terancam dalam bekerja seperti mendapat surat pemberhentian kerja, situasi kerja yang
tidak kondusif, tidak adanya tunjangan dalam bekerja, persaingan kerja yang tidak sehat dan
lain sebagainya. Setiawan (2008) menjelaskan bahwa ketidakamanan kerja sebagai kondisi
33
yang dialami seorang pekerja yang disebabkan oleh (faktor eksternal) seperti perubahan
lingkungan dan (faktor internal) seperti watak atau kepribadian serta mental seseorang yang
mengalami kondisi tersebut.
Witte (2012) menyebutkan bahwa ketidakamanan kerja juga dikatakan sebagai persepsi
subjektif dari seseorang, sehingga setiap orang akan menginterpretasikan berbeda dari setiap
situasi kerja yang mengancam. Persepsi subjektif merujuk pada perbedaan pendapat pada
setiap orang dalam menginterpretasikan sesuatu. Sependapat dengan Witte (2012), Burchell
(2002) menjelaskan bahwa ketidakamanan kerja di definisikan sebagai perasaan subjektif
tentang risiko kehilangan seuatu pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan tersebut. Witte
(2012) juga menjelaskan bahwa situasi objektif yang sama dapat ditafsirkan secara berbeda
oleh setiap karyawan. Beberapa karyawan merasa takut tentang suatu saat dirinya
diberhentikan dari pekerjaan, sedangkan karyawan lainnya merasa yakin tentang pekerjaan
mereka, sementara ada kemungkinan kuat bahwa mereka akan diberhentikan.
Pearce (dalam Sverke, 2006) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki
kecenderungan mengalami ketidakamanan kerja adalah karyawan tidak tetap atau karyawan
yang bekerja sementara (kontrak) atau outsourcing. Sependapat dengan Nopiando (2012)
menyebutkan bahwa golongan pekerja yang rentan mengalami ketidakamanan kerja salah
satunya adalah karyawan kontrak, karena ketidakpastian untuk bekerja jika kontrak sudah
habis maka karayawan merasa tidak berdaya.
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa ketidakamanan kerja adalah harapan seseorang
tentang kontinuitas dalam bekerja (Davy, Kinicki, & Scheck, 1997) dalam (Sverke, 2006);
perhatian menyeluruh tentang masa depan dalam pekerjaan (Rosenblatt & Ruvio, 1996) dalam
34
(Sverke, 2006); Persepsi karyawan terhadap potensi terjadinya ancaman yang dapat
mempengaruhi kelangsungan dalam pekerjaannya saat ini (Heaney, Israel, & House, 1994)
dalam (Sverke, 2006); dan perbedaan antara tingkat keamanan berdasarkan pengalaman
seseorang (Hartley et al, 1991) dalam (Sverke, 2006).
Berdasarkan definisi dari ketidakamanan kerja yang telah dipaparkan diatas, dapat
disimpulkan definisi ketidakamanan kerja yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini
mengacu pada teori dari Burchell (2002) yaitu perasaan subjektif tentang risiko kehilangan
seuatu pekerjaan yang dirasakan oleh karyawan tersebut.
b. Dimensi Ketidakamanan Kerja
Menurut Greenhalg & Rosenblatt (1984), terdapat dua dimensi dasar dari ketidakamanan
kerja yaitu:
1) perceived severity of threat (persepsi terhadap tingkat ancaman)
2) perceived powerlessness to resist threats (persepsi ketidakberdayaan untuk
melawan ancaman).
Burchell (2002) membagi ketidakamanan kerja keadalam dua diemensi yaitu:
1) Losing The Job Itself : Persepsi karyawan mengenai ketakunan yang dirasakan
ketika kehilangan pekerjaan. Pada komponen ini ketakunan yang dirasakan
karyawan ketika kehilangan pekerjaan dikarenakan oleh redundancies, lay-off,
sackings, dan bullying/harassment. Adapun penjelasan dari masing-masing aspek
adalah sebagai berikut:
a) redundancies : suatu keadaan dimana ketika suatu perusahaan atau organisasi
secara keseluruhan melakukan perampingan atau downsizing ketika perusahaan
35
mengalami merger atau di akuisisi dan ketika pekerjaan dari karyawan tidak
lagi diperlukan lagi oleh perusahaan (Armstrong, 2009)
b) lay-off : kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menekan cost atau
biaya perusahaan dengan memberhentikan sejumlah karyawan (Gomez, 2010).
Karyawan yang di layoff merasa ketakutan akan masa depan kerja yang tidak
pasti.
c) sackings : suatu keadaan dimana karyawan dipecat oleh perusahaan karena
suatu alasan seperti kinerja karyawan yang buruk, kualitas kerja yang rendah
atau perusahaan tidak menginginkan karyawan tersebut bekerja di perusahaan
lain. Karyawan yang mendapat lay-off atau di PHK tidak dapat bekerja di
perusahaan tersebut kembali dan akan digantikan dengan karyawan lain.
d) bullying/harassment : suatu keadaan dimana karyawan mendapat perlakukan
yang tidak mendapat menyenangkan atau mendapat perundungan dari
karyawan lain. Karyawan yang mendapat perundungan memiliki potensi untuk
pindah bekerja ke perusahaan lain karena tidak tahan dengan perlakuan yang
tidak menyenangkan dari karyawan lain.
2) Losing Valued Job Features : persepsi karyawan mengenai ketakutan yang
dirasakan ketika kehilangan aspek-aspek yang menyertai dalam bekerja. Pada
komponen ketakutan yang dirasakan ketika kehilangan aspek-aspek yang
menyertai dalam bekerja seperti, kehilangan kesempatan mendapat promosi,
kehilangan kontrol atas pekerjaan yang dilakukan, kehilangan kemampuan untuk
36
menyelesaikan keseluruhan pekerjaan, tidak mendapat kenaikan upah, dan
kehilangan kemandirian dalam bekerja.
Dalam penelitian ini, dimensi dari ketidakamanan kerja yang digunakan oleh peneliti
mengacu pada teori dari Burchell (2002) yaitu, Losing The Job Itself, dan Losing Valued Job
Features.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakamanan Kerja
Adanya ketidakamanan kerja tidak lepas dari faktor-faktor yang turut menyertai
kemunculan ketidakamanan kerja. Adanya perubahan dalam organisasi seperti merger,
pengurangan jumlah karyawan atau downsizing, reorganisasi, penggunaan teknologi baru dan
bahaya yang memberikan ancaman fisik adalah sumber dari ancaman yang dirasakan
karyawan sehingga timbul perasaan tidak aman dalam bekerja (Ashford, Lee, & Bobko, 1989).
Menurut Brockner (1988) dalam Ashford, Lee, & Bobko (1989) menggarisbawahi layoffs
sebagai penyebab langsung dari ketidakamanan kerja yang terjadi pada karyawan ketika
karyawan berusaha untuk menghindari diistirahatkan dalam bekerja. Schweiger & Ivancevich
(1985) dalam Ashford, Lee, & Bobko (1989) berpendapat bahwa mergers dalam perusahaan
berhubungan secara negatif dengan kemunculan ketidakamanan dan ketidaktentuan dalam
bekerja.
Adapun role ambiguity atau ketidakjelasan peran memberikan ancaman terhadap kontrol
pada karyawan dan dengan demikian memungkinkan menyebabkan persepsi dari
ketidakamanan kerja (Ashford, Lee, & Bobko, 1989). Faktor dalam diri yaitu, locus of control
juga berperan penting memunculkan perasaan tidak aman dalam bekerja (Ashford, Lee, &
37
Bobko, 1989). locus of control secara langsung berhubungan dengan perasaan tidak berdaya
ketika terdapat ketidakamanan dalam bekerja (Ashford, Lee, & Bobko, 1989).
Faktor karakteristik demografis juga dapat mempengaruhi munculnya ketidakamanan
kerja. Karakteristik demografis yang dapat mempengaruhi ketidakamanan kerja meliputi usia,
jenis kelamin, masa kerja, status pernikahan, dan tingkat pendidikan. Menurut Kinnunen,
Mauno, Natti, & Happonen (2000); Naswall, & De Witte (2003) dalam Irene (2008)
menjelaskan bahwa pria memiliki tingkat ketidakamanan kerja yang lebih tinggi dibandingkan
wanita karena berkaitan dengan peran pria sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga,
sehingga pria akan lebih tegang ketika menghadapi kehilangan pekerjaan. Usia memiliki
hubungan yang positif dengan ketidakamanan kerja dimana semakin tinggi usia seseorang,
ketidakamanan kerja yang dirasakan semakin tinggi pula. Sebaliknya, tingkat pendidikan dan
masa kerja berhubungan negatif dengan ketidakamanan kerja, yaitu semakin rendah tingkat
pendidika dan semakin pendek masa kerja, maka semakin tinggi ketidakamanan kerja yang
dirasakan.
Jika ditinjau dari karakteristik pekerjaan, hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Pearce (dalam Sverke, 2006) menjelaskan bahwa karyawan yang bekerja sementara atau
karyawan kontrak memiliki kecenderungan mengalami ketidakamanan kerja. Sependapat
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pearce (dalam Sverke, 2006), menurut Nopiando
(2012) menyebutkan bahwa golongan pekerja yang rentan mengalami ketidakamanan kerja
salah satunya adalah karyawan kontrak.
38
Peneliti pun menyimpulkan dari faktor-faktor yang dipaparkan diatas bahwa faktor yang
mempenharuhi kemunculan dari ketidakamanan kerja adalah perubahan dalam organisasi, role
ambiguity, locus of control, karakteristik demografis, dan karakteristik pekerjaan.
B. Variabel Tergantung
1. Etos Kerja
a. Definisi Etos Kerja
Seorang karyawan selain meningkatkan kinerja di dalam perusahaan, hendaknya
memunculkan etos kerja untuk menunjang kinerja sehingga menjadi lebih baik serta
meningkatkan produktivitas dalam bekerja.
Pemikirian mengenai etos kerja pada mulanya muncul pada akhir abad 20an oleh Max
Weber yang menjelaskan bahwa etos kerja berasal dari kata etos yang artinya bertindak
rasional, berorientasi pada kesuksesan, tidak mengumbar kesenangan, hemat, dan bersahaja
(Sinamo, 2013). Secara etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani yang berarti adat istiadat
atau kebiasaan (Sinamo, 2013).
Geertz dalam Saputra (1996) menjelaskan bahwa etos adalah sikap mendasar terhadap
diri dan dunia dan etos merupakan aspek evaluatif yang bersifat menilai. Lubis (2008) menilai
etos merupakan sebuah pemahaman dan keyakinan terhadap nilai mendasar yang
mempengaruhi hidup manusia, menjadi prinsip pergerakan, dan cara berekspresi yang unik
pada sekelompok orang dengan budaya dan keyakinan yang sama.
Makna etos terdapat di berbagai hal salah satunya adalah etos kerja. Definisi dari etos
kerja atau semangat kerja merupakan sikap yang muncul atas kehendak sendiri dan
karakteristik pribadi yang dipengaruhi oleh budaya (Saputra, 1996). Berbeda dengan Anoraga
39
(2009) dalam Lubis (2008) yang menjelaskan bahwa etos kerja adalah pandangan dan sikap
suatu umat terhadap kerja.
Menurut Sunarsa, Made, Ketut (2013) di dalam jurnalnya menyebutkan bahwa etos kerja
adalah sikap terhadap kerja, sehingga dalam diri seseorang akan menyikapi paradigma kerja
menjadi positif, dan negatif serta tinggi, dan rendah. Menurut Soekaji dalam Sukiyah (2010)
mendefinisikan etos kerja sebagai norma dan penilaian seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan.
Etos kerja didefinisikan beragam oleh berbagai sumber. Definisi etos kerja menurut
bapak etos kerja Indonesia, Jansen Sinamo (2013) menjelaskan bahwa etos kerja merupakan
seperangkat perilaku kerja yang bernilai positif dan memiliki mutu yang tinggi, yang
berdasarkan pada kesadaran diri dan keyakinan yang kuat terhadap konsep utama dari suatu
pekerjaan yang holistik.
Pada sebuah perusahaan, etos kerja pada dasarnya memiliki perbedaan dengan etika
kerja, bahkan ada yang menyebutkan etos kerja dan etika kerja adalah sama (Djajendra, 2013).
Etika kerja mudah dimengerti oleh karyawan yang bekerja di suatu perusahaan, karena terkait
dengan hal-hal penting dalam menjalankan sebuah perusahaan, memiliki petunjuk yang detail
dan kode etik yang jelas serta dapat dengan mudah diukur dan diawasi. Etos kerja memiliki
ukuran interpretatif atas nilai perusahaan, semangat kerja dengan sepenuh hati (Djajendra,
2013).
Berdasarkan definisi dari etos kerja yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
definisi etos kerja yang akan menjadi batasan dalam penelitian ini mengacu pada teori etos
kerja dari Jansen Sinamo (2013) yaitu perilaku seseorang yang memiliki kualitas dalam
40
bekerja dan penuh kesadaran diri tentang konsep dari suatu pekerjaan serta memiliki semangat
terhadap pekerjaan dan keyakinan yang kuat terhadap konsep utama dari suatu pekerjaan.
b. Dimensi Etos Kerja
Sinamo (2013) menjelaskan bahwa terdapat delapan dimensi dari etos kerja yang disebut
sebagai delapan etos kerja profesional yaitu,
1) Kerja adalah rahmat
Bekerja dengan tulus dan penuh rasa syukur. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
merupakan berkah atau rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dalam bekerja
hendaknya selalu bersyukur, tidak menghitung untung ataupun rugi, dan bekerja dengan
tulus ikhlas.
2) Kerja adalah amanah
Bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa
bekerja merupakan sebuah ikatan moral yang harus dilaksanakan penuh tanggung jawab
dengan baik dan benar.
3) Kerja adalah panggilan
Bekerja sampai tuntas dan penuh integritas. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
merupakan panggilan suci dari dalam diri sesuai kemampuan yang dimiliki. Dalam
melaksanakan kerja diharuskan sampai tuntas agar membangun integritas dalam diri.
4) Kerja adalah aktualisasi
Bekerja keras dan penuh semangat. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
merupakan mengembangkan potensi yang ada dalam diri seseorang. Aktualisasai adalah
41
proses dari mengubah potensi menjadi realita kemudian menjadi kinerja dan menjadi
sebuah prestasi.
5) Kerja adalah ibadah
Bekerja dengan serius dan penuh kecintaan. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
merupakan harus dilakukan layaknya seperti beribadah; taat, dan penuh kecintaan
terhadap pekerjaan.
6) Kerja adalah seni
Bekerja dengan cerdas dan penuh kreativitas. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
merupakan pengembangan dari diri seseorang dalam bekerja dalam menumbuhkan
kesenian dalam bekerja sehingga memunculkan gairah dalam bekerja yang dapat
meningkatkan produktivitas kerja.
7) Kerja adalah kehormatan
Bekerja dengan tekun dan penuh keunggulan. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa bekerja
dapat meningkatkan suatu kehormatan bagi seseorang. Maka seseorang hendaknya
bekerja dengan penuh ketekunan agar mencapai kehormatan dalam bekerja.
8) Kerja adalah pelayanan
Bekerja secara paripurna dan penuh kerendahan hati. Pada dimensi ini dijelaskan bahwa
kemuliaan datang dari pelayanan yang dilakukan seseorang dalam bekerjaan. Sehingga
seseorang yang bekerja hendaknya selalu rendah hati dalam memberikan suatu layanan
dalam bekerja.
42
c. Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi etos kerja yaitu:
1) Agama
Dasar pemikiran diawali pada tahun 1905 oleh Max Weber dalam Sinamo (2013)
menemukan hubungan hubungan yang rasional antara etos kerja dan suatu masyarakat
Protestan di Eropa.
2) Budaya
Menurut Samuel Huntington pada tahun 1997 dalam Sinamo (2013) menyebutkan
bahwa pada tahun 1960-an data-data ekonomi dan pendapatan per-kapita antara
penduduk Korea Selatan dengan penduduk Ghana relatif sama serta tingkat
kesejahteraan pun sama. Tetapi 30 tahun kemudian kedua Negara tersebut sangat
berbeda dalam hal pertumbuhan ekonomi. Sehingga Huntington menyebutkan satu-satu
nya alasan adalah perbedaan budaya. Sependapat dengan Huntington, Kahl (1968)
dalam Saputra (1996) menyebutkan kaitan antara etos kerja dengan nilai budaya sangat
erat sekali. Etos kerja individu atau suatu kelompok masyarakat sangat dipengaruhi oleh
nilai budaya yang berlaku. Secara fungsional sistem nilai budaya mendorong individu
untuk berprilaku seperti apa yang ditentukan.
3) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu faktor dari kemunculan etos kerja. Menurut
Widigdo (2010) tidak terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara wanita dan
pria. Secara khusus sekalipun terdapat perbedaan etos kerja antara wanita dan pria, hal
ini juga tidak terlalu signifikan.
43
4) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan memberikan kontribusi dalam memunculkan etos kerja. Fatmawati
(2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat perbeedan etos kerja ditinjau
dari tingkat pendidikannya. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka etos
kerja yang dimunculkan akan semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
5) Masa kerja
Masa kerja seseorang juga berpengaruh terhadap etos kerja yang dimunculkan.
Fatmawati (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat perbedaan etos
kerja ditinjau dari masa kerjanya. Masa kerja yang rendah cenderung memunculkan etos
kerja yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
Peneliti pun menyimpulkan dari faktor-faktor yang dipaparkan diatas bahwa faktor yang
mempenharuhi kemunculan dari etos kerja adalah agama, budaya, jenis kelamin, tingkat
pendidikan dan masa kerja.
C. Dinamika Antar Variabel
1. Hubungan Antara Ketidakamanan Kerja dan Etos kerja Pada Karyawan Alih Daya
Pada pemaparan pembahasan di latar belakang menjelaskan bahwa salah satu faktor
yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah adanya rasa tidak aman dalam bekerja.
Ketidakamanan dalam bekerja terdiri dari berbagai hal yang dapat mengancam dan
menganggu kinerja karyawan terutama karyawan alih daya. Karyawan alih daya yang
memiliki ketidakjelasan jenjang karir dan masa depan kerja merupakan golongan pekerja yang
paling rentan merasakan ketidakamanan kerja (Pearce, 1999) dalam (Sverke, 2006) dan
(Nopiando, 2012).
44
Ketidakamanan kerja yang dirasakan karyawan alih daya menimbulkan ancaman yang
menyebabkan rasa tidak aman dan merasa terancam dalam bekerja. Rasa tidak aman muncul
karena ketidakjelasan jenjang karir karyawan alih daya yang nantinya setelah selesai masa
kontrak kerja apakah kontrak diperpanjang atau pindah kerja ke perusahaan lain. Selain itu
juga pemecatan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu dapat menyebabkan karyawan merasa
khawatir tentang masa depan kerjanya.
Ketidakamanan kerja muncul dari beberapa aspek yaitu, pentingnya aspek-aspek dalam
bekerja, kemungkinan kehilangan aspek-aspek pekerjaan, pentingnya kejadian negatif dalam
bekerja, kemungkinan munculnya kejadian negatif dalam bekerja, dan rasa ketidakberdayaan.
Ketidakamanan kerja berpengaruh pada menurunnya kinerja seorang karyawan atau
mungkin dapat di PHK (Leung, 2009) dan dapat menurunkan kepuasan kerja, komitmen
organisasi juga menurun serta meningkatnya intensitas turnover (Suppayah, 2010). Dengan
berbagai pengaruh yang ditimbulkan oleh ketidakamanan kerja, sehingga karyawan cenderung
bekerja seadanya dan lupa dalam meningkatkan kualitas dalam bekerja (Djajendra, 2013).
Kualitas kerja sangat identik dengan etos kerja yang berakar pada ketekunan dalam
bekerja, bekerja keras, memiliki loyalitas,tanggung jawab, disiplin, mampu berkomunikasi,
dan memiliki semangat kerja yang tinggi (Djajendra, 2011). Dapat dikatakan bahwa karyawan
yang merasakan ketidakamanan kerja cenderung bekerja seadanya dan lupa meningkatkan etos
kerja.
Etos kerja terdiri dari beberapa aspek yaitu, kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah,
kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja
adalah kehormatan, dan kerja adalah pelayanan. Etos kerja sangat penting dimiliki oleh setiap
45
karyawan khususnya karyawan alih daya agar dapat meningkatan kinerja dan produktivitas
kerja. Menurut Djajendra (2013) sudah banyak karyawan alih daya yang diangkat menjadi
karyawan tetap hanya dengan memunculkan etos kerja yang unggul dalam perusahaan
sehingga mampu bersaing dengan karyawan tetap.
Dengan adanya ketidakamanan kerja dalam perusahaan, karyawan khususnya alih daya
berpengaruh terhadap menurunnya kualitas kerja atau etos kerja, sedangkan karyawan alih
daya dituntut mampu meningkatkan etos kerja agar dapat bersaing dengan karyawan tetap dan
dapat diangkat menjadi karyawan tetap.
Dari paparan penjelasan tersebut, diasumsikan bahwa ketidakamanan kerja memiliki
hubungan dengan etos kerja. Kondisi kerja yang tidak aman atau memiliki tingkat
ketidakamanan kerja yang tinggi, menyebabkan etos kerja seorang karyawan alih daya
menurum, sebaliknya kondisi kerja yang aman atau memiliki tingkat ketidakamanan kerja
yang rendah, menyebabkan etos kerja karyawan alih daya meningkat.
Berikut ini adalah bagan yang dapat menjelaskan dinamika hubungan antara
ketidakamanan kerja dan etos kerja.
46
Gambar 1. Dinamika Antar Variabel
2. Hipotesis Penelitian
Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ketidakamanan kerja dengan etos
kerja pada karyawan alih daya di Bali.
Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara ketidakamanan kerja dengan etos kerja pada
karyawan alih daya di Bali.
Karyawan Alih Daya
- Tidak aman dalam bekerja - Perasaan tidak berdaya - Situasi kerja yang mengancam - Perasaan khawatir dan cemas
Ketidakamanan kerja (job insecurity)
- Ketidakpastian jenjang karir - Masa depan kerja tidak menentu - Tiba-tiba PHK - Kesenjangan gaji antara karyawan tetap dan alih daya - Pemotongan upah
Etos kerja
- Loyalitas dalam bekerja
- Disiplin - Semangat kerja
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data, hendaknya perlu ditentukan terlebih dahulu
variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Variabel didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek suatu pengamatan atau penelitian (Suryabrata, 2000).
Variabel didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai (Kerlinger,
2006).
Variabel penelitian dapat pula dinyatakan sebagai faktor yang memiliki peran dalam
suatu peristiwa yang akan diteliti (Suryabrata, 2000). Variabel penelitian dibagi menjadi dua
jenis yaitu variabel bebas (independen) dan variabel tergantung (dependen).
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang dipandang sebagai sebab dari kemunculan variabel
bebas (Kerlinger, 2006) atau variabel yang mempengaruhi variabel tergantung. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah ketidakamanan kerja yang disimbolkan
dengan huruf (X).
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung adalah variabel yang keadaannya bergantung pada variabel bebas
atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Suryabrata, 2000). Dalam penelitian ini
yang menjadi variabel tergantung adalah etos kerja yang disimbolkan dengan huruf (Y).
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Penyusunan definisi operasional dilakukan guna menunjuk alat pengambilan data yang
sesuai untuk digunakan. Definisi operasional adalah definisi dari variabel yang didasarkan atas
48
sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Suryabrata, 2000). Definisi operasional
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Definisi Operasional Variabel Bebas Ketidakamanan Kerja
Ketidakamanan kerja adalah perasaan subjektif seorang karyawan saat merasakan
ketidakberdayaan, khawatir, cemas, gelisah dalam menghadapi risiko munculnya ancaman
dalam bekerja seperti hilangnya aspek-aspek dalam bekerja dan kemungkinan kehilangan
pekerjaan tersebut. Ketidakamanan kerja diungkap dengan skala yang disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan dimensi dari teori ketidakamanan kerja Burchell (2002) yaitu, Losing
The Job Itself, dan Losing Valued Job Features.
2. Definisi Operasional Variabel Tergantung Etos Kerja
Etos kerja adalah suatu sifat dalam diri seseorang yang bernilai positif dan memiliki
mutu tinggi terhadap suatu pekerjaan serta memiliki semangat kerja dan keyakinan yang kuat
terhadap konsep suatu pekerjaan. Etos kerja diungkap dengan skala yang disusun sendiri oleh
peneliti berdasarkan dimensi dati teori etos kerja Jansen Sinamo (2013) yaitu, Kerja adalah
rahmat, Kerja adalah amanah, Kerja adalah panggilan, Kerja adalah aktualisasi, Kerja adalah
ibadah, Kerja adalah seni, Kerja adalah kehormatan, dan Kerja adalah pelayanan
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sebagian orang yang diambil dalam satu populasi yang
nantinya akan menjadi fokus dalam penelitian. Populasi merupakan suatu wilayah generalisasi
yang terdiri dari subyek maupun obyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2013). Untuk itu populasi dari penelitian yang
dilakukan adalah karyawan alih daya di Bali.
49
Subjek penelitian dapat dikatakan sampel. Sampel adalah sebuah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sehingga sampel yang
diambil dalam populasi harus bersifat representatif. Jadi, subyek penelitian yang digunakan
oleh peneliti adalah karyawan alih daya yang bekerja di Bali. Adapun juga data demografi dari
subjek tersebut antara lain usia subjek, jenis kelamin, masa kerja, status perkawinan dan
tingkat pendidikan.
D. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel merujuk pada metode yang digunakan dalam pengambilan
sampel. Sampel adalah bagian dari Sampel adalah sebuah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Dalam pengambilan sampel hendaknya
sangat memperhatikan karakteristik agar dapat mewakili dari sebuah populasi (Sugiyono,
2013).
Metode pengambilan sampel yang dilakukan peneliti menggunakan metode probability
sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan memberikan
peluang sama pada setiap anggota populasi untuk diambil sebagai sampel (Sugiyono, 2013).
Dalam probability sampling terdapat berbabagi macam teknik, dan yang digunakan oleh
peneliti adalah teknik cluster sampling. Teknik cluster sampling atau area sampling menjadi
pilihan peneliti karena digunakan untuk menentukan sampel yang jangkauannya cukup luas
(Sugiyono, 2013).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan alih daya yang tersebar di seluruh
Kabupaten dan Kotamadya di Bali yang bekerja sebagai karyawan alih daya di berbagai
perusahaan di Bali. Selanjutnya, populasi dibagi kedalam sembilan kluster yaitu, Kabupaten
50
Singaraja, Kabupaten Negara, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Bangli, Kabupaten
Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Badung dan Kotamadya
Denpasar. Setelah melakukan pengundian kluster, terpilih Kabupaten Badung sebagai
pemilihan kluster tempat karyawan alih daya bekerja.
Menurut Azwar (2013) menjelaskan bahwa jumlah sampel lebih dari 60 orang dapat
dikatakan cukup memadai dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
besaran sampel menurut (Azwar, 2013) sehingga peneliti menggunakan 60 orang karyawan
alih daya sebagai sampel.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merujuk pada cara yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh secara langsung dan dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama
(Suryabrata, 2000).
Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mengumpulkan data primer dengan cara
menyebar kuisioner kepada karyawan alih daya. Kuisioner adalah instrumen penelitian yang
berisi serangkaian daftar pertanyaan atau pernyataan yang mengharuskan subjek menelitian
menjawab sendiri tanpan bantuan orang lain. Dalam kuisioner ini, peneliti akan menggunakan
model pertanyaan tertutup yaitu bentuk pertanyaan dimana subjek hanya memilih jawaban
yang telah tersedia dalam kuisioner tersebut.
Terdapat dua data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yang
pertama adalah kuisioner ketidakamanan kerja dan kuisioner yang kedua adalah kuisioner etos
kerja. Instrumen penelitian tersebut terdapat skala pengukuran yang merupakan kesepakatan
51
yang digunakan sebagai acuan dalam menentukan interval yang terdapat dalam alat ukur
sehingga jika alat ukur tesebut digunakan akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono,
2013). Selanjutnya, terdapat dua skala dalam penelitian ini yaitu, skala ketidakamanan kerja
dan skala etos kerja yang mana kedua skala tersebut telah disusun oleh peneliti berdasarkan
teori yang relevan dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Sistem penilaian kedua skala tersebut menggunakan model skala likert. Skala likert
digunakan oleh peneliti guna mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang mengenai kejadian sosial (Sugiyono, 2013). Skala likert memiliki gradasi
dari yang bersifat positif hingga negatif (Sugiyono, 2013). Gradasi tersebut terdiri dari Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor
untuk item yang bersifat positif atau favorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan
Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Sedangkan untuk item yang bersifat negatif atau
unfavorable dilakukan dengan urutan sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai
(S) diberi skor 2, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor
4. Item yang bersifat positif atau favorable adalah item yang berisi konsep prilaku yang sesuai
dan mendukung atribut yang hendak diukur, sedangkan item yang bersifat negatif atau
unfavorable adalah item yang bersifat menentang dari item favorable (Azwar, 2013).
1. Skala Pengukuran Variabel Bebas
Pengukuran ketidakamanan kerja menggunakan skala yang telah disusun sendiri oleh
peneliti, selanjutnya akan dilakukan try out untuk menguji validitas dan reliabilitas skala
ketidakamanan kerja. Berikut ini adalah blueprint dari kuisioner ketidakamanan kerja,
52
Tabel 1 Sebaran Item Variabel Bebas Skala Ketidakamanan Kerja (Sebelum Melakukan Uji Validitas) No. Aspek Indikator Nomor item Jumlah
jumlah total item yang valid adalah 76 item. Selanjutnya dilakukan uji validitas kembali
dengan menggunakan item yang valid sejumlah 76 item dan koefisien validitas bergerak dari
0.303 hingga 0.730. Berikut adalah tabel yang memuat nomor item baru setelah nomor lama
mengalami penyortiran (dibuang).
67
Tabel 7 Sebaran Item Skala Etos Kerja (setelah melakukan uji validitas) No. Aspek Indikator Nomor item Jumlah
Favorable unfavorable 1 Kerja adalah rahmat Bekerja dengan tulus
ikhlas 1(1), 2(2) 49(35), 50(36),
51(37) 5
Bekerja penuh rasa syukur
52(38), 53(39), 54(40)
6 (3) 4
2 Kerja adalah amanah Bekerja dengan benar 7(4), 8(5), 9(6) 55(41), 56(42), 57(43)
6
Bekerja dengan penuh tanggung jawab
58(44), 59(45), 60(46)
10(7), 11(8), 12(9)
6
3 Kerja adalah panggilan
Bekerja sampai tuntas 13(10), 14(11) 61(47), 62(48), 63(49)
5
Bekerja dengan penuh integritas
64(50), 65(51), 66(52)
16(12), 18(13) 5
4 Kerja adalah aktualisasi
Bekerja keras 19(14), 20(15), 21(16)
67(53), 68(54), 69(55)
6
Bekerja penuh semangat 70(56), 71(57), 72(58)
22(17), 23(18), 24(19)
6
5 Kerja adalah ibadah Bekerja dengan serius 25(20)
73(59), 74(60), 75(61)
5
Bekerja dengan penuh kecintaan
77(62) 28(21), 29(22), 30(23)
4
6 Kerja adalah seni Bekerja dengan cerdas 32(24) 80(63), 81(64) 3 Bekerja penuh kreativitas
82(65), 84(66) 34(25), 35(26) 4
7 Kerja adalah kehormatan
Bekerja dengan tekun 37(27), 38(28), 39(29)
85(67), 87(68) 6
Bekerja dengan penuh keunggulan
88(69), 89(70), 90(71)
41(30), 42(31) 5
8 Kerja adalah pelayanan
Bekerja secara paripurna 43(32), 45(33) 91(72), 92(73), 93(74)
5
Bekerja dengan rendah hati
95(75), 96(76) 47(34) 3
Jumlah 76 Keterangan: nomor item yang diberi tanda kurung ( ) dan dihitamkan adalah nomor baru untuk item valid skala ketidakamanan kerja d. Uji Reliabilitas Item Pada Skala Etos Kerja
Uji reliabilitas pada skala etos kerja dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
SPSS 15 for windows dengan melihat analisis dari Cronbach’s Alpha. Dalam pengujian ini
68
didapat hasil yang menyatakan bahwa nilai koefisien alfa (α) pada skala etos kerja adalah
sebesar 0.950 (dengan jumlah item yang belum valid sebanyak 96 item). Setelah dilakukan uji
reliabilitas dengan menghilangkan item yang gugur, didapat hasil koefisien alfa (α) sebesar
0.960, sehingga nilai koefisien alfa (α) sebesar 0.960 menunjukan bahwa skala ini dapat
menggambarkan variasi yang terjadi pada skor murni subjek sebanyak 96% Terkait dengan
hal tersebut, maka disimpulkan bahwa skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel
yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu ketidakamanan kerja. Berikut adalah tabel berisi
deskripsi terkait validitas dan reliabilitas skala ketidakamanan kerja.
Tabel 8 Deskripsi Koefisien Validitas dan Reliabilitas Skala Etos Kerja
menyebutkan bahwa ketidakamanan kerja memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat
pendidikan. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, maka ketidakamanan kerja yang
dirasakan semakin tinggi, begitu pula sebaliknya.
Pembahasan selanjutnya yaitu mengenai perbedaan antara variabel etos kerja dengan
masing-masing karakteristik demografis responden penelitian. Peneliti pun melakukan uji
perbedaan antara etos kerja dengan kelompok jenis kelamin. Hasil dari uji perbedaan
menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi ( 0,332>0,05 ). Hal ini
diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara etos kerja dengan kelompok jenis kelamin.
100
Sependapat dari penelitian yang dilakukan Widigdo (2010) yang menjelaskan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan bahwa wanita lebih baik bekerja daripada laki-laki, karena
pengelolaan pendapatan umumnya dijadikan satu.
Hasil yang sama juga didapat setelah peneliti melakukan uji perbedaan etos kerja pada
kelompok usia yaitu nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi ( 0,232>0,05 ).
Dengan nilai probabilitas lebih tinggi dari tingkat signifikansi, maka tidak terdapat perbedaan
antara etos kerja dengan kelompok usia. Tidak adanya perbedaan usia dengan etos kerja yang
dimunculkan karena etos kerja merupakan sikap yang muncul atas kehendak diri dan
karakteristik yang dipengaruhi oleh budaya (Saputra, 1996). Hidup seseorang adalah sebuah
eksistensi dan bekerja merupakan konsekuensi dari eksistensi tersebut (Sinamo, 2013). Dapat
dikatakan etos kerja merupakan perilaku yang diturunkan dari anak-anak hingga dewasa
sehingga konsep dari etos kerja berakar dalam diri setiap manusia.
Selanjutnya peneliti melakukan uji perbedaan etos kerja dengan kelompok masa kerja.
Peneliti juga menemukan kesamaan dengan uji perbedaan sebelumnya yaitu nilai probabilitas
lebih besar dari tingkat signifikansi ( 0,447>0,05 ). Hal tersebut berarti bahwa tidak terdapat
perbedaan antara etos kerja dengan kelompok masa kerja. Hasil dari uji perbedaan etos kerja
dengan kelompok masa kerja bertentangan dengan hasil yang didapatkan oleh Fatmawati
(2013), yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan etos kerja dengan masa kerja. Semakin
lama masa kerja, etos kerja yang dimunculkan semakin rendah. Perbedaan hasil antara yang
didapat peneliti dengan Fatmawati (2013) dikarenakan perbedaan responden penelitian.
Peneliti melakukan penelitian dengan responden karyawan alih daya yang memiliki masa
kerja tidak menentu dan tidak jelasnya jenjang karir, sedangkan Fatmawati (2013) melakukan
101
penelitian dengan responden guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang memiliki jenjang
karir yang jelas. Dilihat dari status perkawinan, uji beda yang dilakukan dengan etos kerja
menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari tingkat signifikan ( 0,279>0,05 ). Maka hal ini
diartikan bahwa tidak terdapat perbedaan antara etos kerja dengan kelompok status
perkawinan.
Uji perbedaan yang terakhir dilakukan antara etos kerja dengan kelompok tingkat
pendidikan. Hasilnya menunjukkan kesamaan dengan uji perbedaan sebelumnya yaitu nilai
probabilitas lebih besar dari tingkat signifikansi ( 0,114>0,05 ), maka hal ini diartikan bahwa
tidak terdapat perbedaan antara etos kerja dengan kelompok tingkat pendidikan. Hasil dari uji
perbedaan etos kerja dengan kelompok tingkat pendidikan bertentangan dengan hasil yang
didapatkan oleh Fatmawati (2013), yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan etos kerja
dengan kelompok tingkat pendidikan. Semakin rendah tingkat pendidikan, etos kerja yang
dimunculkan relatif rendah dan semakin tinggi tingkat pendidikan, etos kerja yang
dimunculkan relatif tinggi.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah penelitian, peneliti melakukan analisis data yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel ketidakamanan kerja dengan variabel etos kerja.
Nilai koefisien korelasi sebesar -0,282 menunjukkan bahwa antara variabel ketidakamanan
kerja dan variabel etos kerja terdapat hubungan yang tidak kuat karena jauh dari angka 1.
Tanda negatif pada koefisien korelasi menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
ketidakamanan kerja maka semakin rendah tingkat etos kerja, begitu pula sebaliknya.
Variabel ketidakamanan kerja berkontribusi sebesar 7,9% kepada variabel etos kerja.
Pengaruh variabel ketidakamanan kerja yang kecil terhadap variabel etos kerja dikarenakan
ketidakamanan kerja yang dirasakan responden rendah sedangkan responden menunjukkan
etos kerja yang cenderung tinggi. Variabel etos kerja memiliki nilai standard deviation sebesar
21,461 yang lebih besar daripada nilai Standard error of estimate yang menunjukkan angka
20,683. Oleh karena standard deviation lebih besar dari Standard error of estimate, maka
variabel ketidakamanan kerja lebih baik dikatakan sebagai prediktor etos kerja. Variabel
ketidakamanan kerja dapat memprediksi variabel etos kerja. Hal tersebut dilihat dari
probabilitas yang berada dibawah 0,05 ( 0,002 < 0,05 ), sehingga koefisien regresi signifikan.
B. Saran
1. Saran Praktis
Berdasarkan kesimpulan yang yang telah peneliti buat, maka dapat disampaikan saran-
saran kepada beberapa pihak, yaitu:
103
a. Kepada Perusahaan Pengguna Tenaga Kerja Alih Daya
1) Perusahaan merekrut karyawan alih daya sesuai dengan keperluan perusahaan. Sebagai
contoh, jika perusahaan membutuhkan tenaga kerja untuk mengisi jabatan security atau
satpam, maka tenaga kerja alih daya yang direkrut harus memiliki latar belakang di
bidang satpam dan bukan merekrut dari latar belakang yang berbeda. Rasa tidak aman
dalam bekerja muncul ketika seorang karyawan merasa pekerjaan yang sedang
dilakukannya tidak sesuai dengan latar belakang dan skill yang dimiliki atau
ketidakjelasan peran ketika bekerja (Ashford, Lee, & Bobko, 1989). Karyawan yang
bekerja tidak sesuai dengan peran yang dimiliki akan cenderung berusaha untuk fokus
dengan peran barunya dan memungkinkan menurunnya etos kerja karyawan alih daya.
2) Perusahaan hendaknya merekrut karyawan baik itu karyawan tetap atau karyawan
kontrak sesuai dengan kebutuhan perusahaan, hal tersebut dilakukan guna mengurangi
dampak dari kelebihan karyawan yang bekerja. Ketika karyawan yang bekerja melebihi
dari kebutuhan perusahaan, maka perusahaan dapat membuat kebijakan dengan
melakukan pengurangan jumlah karyawan atau downsizing. Adanya pengurangan
jumlah karyawan dapat menimbulkan rasa tidak aman dalam bekerja karena karyawan
akan berpikir tentang masa depan kerjanya (Ashford, Lee, & Bobko, 1989).
b. Kepada Perusahaan Penyedia Tenaga Kerja Alih Daya
1) Dalam menyalurkan tenaga kerja alih daya ke perusahaan yang membutuhkan tenaga
kerja, diharapkan perusahaan menyalurkan tenaga kerja sesuai antara kemampuan dan
kompetensi yang dimiliki karyawan dengan kebutuhan dari perusahaan agar tidak salah
dalam menempatkan dan memperkerjakan karyawan. Menurut Ashford, Lee, & Bobko
104
(1989) rasa tidak aman dalam bekerja muncul ketika seorang karyawan merasa
pekerjaan yang sedang dilakukannya tidak sesuai dengan latar belakang dan skill yang
dimiliki atau ketidakjelasan peran ketika bekerja. Ketika karyawan alih daya memiliki
kemampuan dalam bidang cleaning service dan perusahaan alih daya menyalurkan
karyawan tersebut kepada user yang menginginkan jasa security, maka yang terjadi
adalah karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan peran yang dimiliki dan beresiko
mengalami ketidakamanan kerja.
2) Mengingat dalam hasil penelitian ini ketidakamanan kerja memiliki kontribusi yang
rendah, maka kiranya dapat melihat faktor lain yang berpengaruh pada etos kerja.
Adapun salah satu contoh faktor yang kiranya dapat dijadikan contoh adalah faktor
kepuasan gaji. Menurut Indartono, Widodo,. E., P., R. Budi, P. (2014) terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan terhadap gaji dengan etos kerja
dengan kepuasan terhadap gaji berkontribusi sebesar 30,3% terhadap etos kerja. Dengan
demikian perusahaan hendaknya tidaklah telat dalam menggaji karyawan alih daya dan
sesuai dengan hak yang seharusnya didapat. Apabila hal tersebut dilakukan, maka
diharapkan etos kerja karyawan alih daya akan meningkat.Sebagai contoh karyawan A
mendapatkan gaji Rp. 1,800,000.00 yang didapat setiap tanggal 3 perbulan. Perusahaan
tidak boleh mengurangi atau melebihkan nominal gaji dan pemberian gaji tidak boleh
telat dalam sebulan. Hal tersebut akan menimbulkan kepuasan gaji yang dirasakan
karyawan alih daya.
c. Kepada Karyawan Alih Daya
105
1) Karyawan alih daya hendaknya memiliki locus of control yang baik. Locus of control
dapat diartikan kemampuan dalam diri seseorang dalam mencapai keberhasilan atau
kepercayaan seseorang bahwa dirinya dapat menyelesaikan sesuatu. Hal ini yang perlu
ditingkatkan oleh karyawan alih daya mengingat Ashford, Lee, & Bobko (1989) dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa locus of control berhubungan secara negatif dengan
ketidakamanan kerja sebesar –0,17. Diharapkan karyawan alih daya dapat meningkatkan
locus of control agar dapat mereduksi ketidakamanan kerja yang dirasakan. Menurut
Ayudiati, S., E. (2010) locus of control berpengaruh secara positif dengan kinerja
karyawan. Hal ini menjelaskan bahwa locus of control yang baik berdampak pada
kinerja yang baik. Kinerja karyawan erat kaitannya dengan etos kerja. Dengan demikian
karyawan alih daya sangat penting meningkatkan locus of control.
d. Kepada Pemerintah
1) Pemerintah hendaknya mengawasi penggunaan tenaga kerja alih daya secara lebih ketat,
secara berkesinambungan dan sesuai dengan undang-undang yang berlaku, mengingat
masih banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan dalam penggunaan tenaga
kerja alih daya oleh perusahaan-perusahaan pengguna tenaga kerja alih daya, seperti
penempatan karyawan tidak sesuai dengan skill yang dimiliki karyawan sehingga dapat
menyebabkan role ambiguity yang memicu kemunculan ketidakamanan kerja (Ashford,
Lee, & Bobko, 1989). Pemerintah khususnya pemerintah daerah melalui dinas sosial dan
tenaga kerja hendaknya membuat semacam layanan pengaduan. Hal tersebut dilakukan
ketika terjadi pelanggaran, karyawan alih daya yang bersangkutan dapat melaporkan
kepada pihak dinas sosial dan tenaga kerja agar pihak dinas sosial dan tenaga kerja dapat
106
memberikan teguran atau sanksi kepada perusahaan alih daya yang terbukti melakukan
pelanggaran.
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Memperluas bidang kerja dari karyawan alih daya untuk dijadikan sampel penelitian
mengingat sampel dalam penelitian ini hanya karyawan alih daya yang bekerja di bidang
perhotelan. Pada penelitin ini, variabel ketidakamanan kerja berpengaruh kecil terhadap
variabel etos kerja. Hal ini terjadi mungkin karena subjek penelitian hanya terbatas pada
karyawan alih daya di bidang perhotelan. Hendaknya dalam penelitian selanjutnya
memperluas bidang kerja untuk dijadikan subjek penelitian. Menurut Yasar (2012) bidang
kerja alih daya meliputi usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyedia
makanan (catering), usaha tenaga pengamanan (security atau satpam), usaha angkutan
karyawan, usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, usaha penunjang
disektor perbankan (call center, receptionist, data entry, IT, penjualan), usaha jasa
penunjang di sektor telekomunikasi (IT, data entry, call center, penjualan), usaha dalam
bidang rekasaya (engineering) seperti (product development, technology development),
usaha bidang SDM (human resources) seperti (linier programming, job design, strategic
staffing), usaha bidang keuangan (portofolio management, capital budgeting, relevant
cost), usaha dalam bidang komunikasi (public relation) seperti (majalah internal, web
maintenance), dan usaha dalam bidang CSR. Dengan demikian diharapkan beragamnya
bidang kerja yang dijadikan subjek penelitian dapat memberikan pengaruh yang besar
antara ketidakamanan kerja dan etos kerja.
107
b. Mempertimbangkan subjek yang akan dijadikan penelitian. Mengingat pada proses try out
dan pengambilan data, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapatkan subjek dan
pengumpulan data try out dan data penelitian. Hal ini dikarenakan banyak perusahaan alih
daya yang tidak aktif, tidak terdaftar di dinas sosial dan tenaga kerja daerah, tidak adanya
karyawan, dan sulitnya menghubungi perusahaan alih daya terkait dengan pengambilan
data.
c. Meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi etos kerja karyawan dengan tujuan untuk
memperkaya literatur mengenai etos kerja karyawan, mengingat kontribusi variabel
ketidakamanan kerja etos kerja karyawan hanya sebatas 7,9% sementara sisanya
ditentukan oleh faktor lain.
d. Dalam menjabarkan indikator penelitian yang digunakan, hendaknya diperinci agar dapat
merumuskan item dengan tepat mengingat dalam proses try out banyak item yang gugur
pada variabel ketidakamanan kerja dan etos kerja, sekaligus juga mempertimbangkan
jumlah item agar tidak terlalu banyak.
108
DAFTAR PUSTAKA
Aliya, A. (2013). 700 Karyawan Kontrak dan Outsourcing PTDI Diangkat Jadi Tetap. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 di http://finance.detik.com/read/2013/11/18/110838/2415576/1036/700-karyawan-kontrak-dan-outsourcing-ptdi-diangkat-jadi-tetap
Armstrong, M. (2009). Armstrong’s Handbook of Human Resource Management Practice. United Kingdom: British Library Cataloguing-in-Publication Data
Ashford, S., J., Lee, C., Bobko P. (1989). Content, Causes, and Consequence of Job Insecurity: A Theory-Based Measure and Substantive Test. Academy of Management Review, vol. 32, No. 4, 803-829.
Azwar, S. (2013). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_______. (2010). Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ayudiati, S., E. (2010). Analisis Pengaruh Locus of Control Terhadap Kinerja Dengan Etika Kerja Islam Sebagai Variabel Moderating (studi pada karyawan tetap Bank Jateng Semarang). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang
Burchell, B., Ladipo, D., Wilkinson, F. (2002). Job Insecurity And Work Intensification. New York: Routledge
Cetin. C., Turan, N. (2013). The Relationship Between Qualitative Job Insecurity and Burnout. European Journal of Research on Education, Special Issue: Human Resource Management, 21-28.
Djajendra. (2011). Perbedaan Antara Etos Kerja Dengan Etika Kerja. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 di http://djajendra-motivator.com/?p=2714
________. (2013). Bosan Menjadi Karyawan Outsourcing. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 di http://djajendra-motivator.com/?p=7851
________. (2013). Etos Kerja Yang Kuat Akan Membahagiakan Lingkungan Kerja. Diakses pada tanggal 21 Maret 2014 di http://djajendra-motivator.com/?p=7824
Dwi. (2013). 316 Karyawan Outsourcing PT KAI Dipecat. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 di http://poskotanews.com/2013/07/10/316-karyawan-outsourcing-pt-kai-dipecat/
Fatmawati, V. (2013). Etos Kerja Guru Pendidikan Anak Usia Dini Di Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan Dan Masa Kerja. Jurnal Publikasi (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Ghozali, I . (2012). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
109
Gomez, L., R., Balkin, D., B., Cardy, R., L. (2010). Managing Human Resources. New Jersey: Pearson Education
Greenhalgh, L., Rosenblatt, Z. (1984). Job Insecurity: Toward Conceptual Clarity.Academy of Management Review, vol. 9, No. 3, 438-448.
Hadi, S. (2002). Statistik. Yogyakarta: Andi Offset
Hartono. (2013). Dilema Karyawan Outsourcing dan Kontrak: diakses pada tanggal 21 maret 2014 di http://www.pajak.go.id/content/article/dilema-karyawan-outsourcing-dan-kontrak
Herawati, R. (2010). Kontrak dan Outsourcing Harus Diwaspadai. Bandung: Yayasan AKATIGA dan FES.
Indartono, Widodo,. E., P., R. Budi, P. (2014). Hubungan Klepuasan Terhadap Gaji Dengan Etos Kerja Karyawan KPRI di Kota Semarang. Vol 3, No 4: Empati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.
Iqbal, S. (2012). Indonesia Decent Work Country Profile. Jakarta-Indonesia. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 di http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/presentation/wcms_181573.pdf
Irene, J. (2008). “Hubungan antara Occupational Self-Efficcacy dan Job Insecurity pada Tenaga Kerja Outsourcing”. Diambil pada 20 Mei 2015 dari www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125951-658...%20Literatur.pdf.
Kerlinger, F., N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS.
Leung. (2009). Job Security and Productivity: Evidence From Academics. Department of Economics, University of California, Berkeley.
Lubis, A. (2010). Outsourcing Kuasai Pekerja Indonesia. Diakses pada tanggal 1 April 2014 di http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=164092:outsourcing-kuasai-pekerja-indonesia&catid=18&Itemid=95
Lubis, S., H. (2008). Aspek-aspek Etos Kerja dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN). Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 di http://www.stan.ac.id/kategori/index/9/page/aspek-aspek-etos-kerja-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhinya
Nopiando, B. (2012). Hubungan Antara Job Insecurity Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Karyawan Outsourcing. Journal of Social and Industrial Psychology, 1-6.
Nusapala. (2010). Memaksimalkan Outsourcing di Indonesia. Jakarta-Indonesia. Diakses pada tanggal20 maret 2014 di
Praditya, I,. I. (2013). PLN Angkat 16 Ribu Pegawai Outsourcing Jadi Karyawan Tetap. Diakses pada 10 Mei 2014 di http://bisnis.liputan6.com/read/759187/pln-angkat-16-ribu-pegawai-outsourcing-jadi-karyawan-tetap
Puspa. (2009). Mengenali Dunia Kerja. Jawa Timur-Indonesia. Diakses pada tanggal 20 maret 2014 di http://www.infokerja-jatim.com/index.php/detail/artikel/14
Santrock, J., W. (2007). Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sari, N., V. (2013). Kisah Pegawai Outsourcing BUMN, 8 Tahun Digaji Dibawah UMP. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 di http://www.merdeka.com/uang/kisah-pegawai-outsourcing-bumn-8-tahun-digaji-di-bawah-ump.html
Saputra, S., D., Harsono, T., D., Nuh, M., I., Setiahati, D., Zakbah. (1996). Persepsi Tentang Etos Kerja: Kaitannya Dengan Nilai Budaya Masyarakat Riau (Kasus Kelurahan Pesisir Kotamadya Pekanbaru). Riau: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Riau.
Setiawan , R., Hadianto, B. (2008). Job Insecurity Dalam Organisasi. Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Vol. 7, No 2.
Sidabutar, M. (2009). Perbedaan Karyawan Tetap Dengan Karyawan Kontrak. Soroako-Indonesia. Diakses pada tanggal 20 maret 2014 di http://talent-effectiveness-institute.com/2009/07/21/perbedaan-karyawan-tetap-dengan-karyawan-kontrak/
Sinamo, J. (2013). 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Sukiyah. (2010). Etos Kerja Karyawan Wanita Bagian Revisi Pada Industri Kayu PT Waroeng Batok Industri Majenang Cilacap Jawa Tengah. Skripsi (tidak diterbitkan) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.
Sulistyawati, R., Nurtjahjanti, H., Prihatsanti, U. (2012). The Relationship Between Work Efficacy With Job Insecurity on Production Employees PT “X” Semarang. Vol 1, No 1, halaman 139-153.
Sunarsa, I., W., Made, Y., I., Ketut, A., S., I., G. (2013). Kontribusi Etos Kerja, Pengalaman Kerja, dan Intensitas Keterlibatan Guru pada Kegiatan MGMP Terhadap Kinerja Guru Matematika SMA Negeri Kabupaten Tabanan. Vol 4, no.1. Universitas Pendidikan Ganesha-Singaraja.
Suppayah, M. (2010). Effects of Job Insecurity on Job Satisfaction, Organizational Commitment and Turnover Intention. Universiti Sains Malaysia.
111
Suryabrata, S. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sverke, M., Hellgren, J., Naswall, K. (2006). Job Insecurity A Literature Review. Stockholm, Sweden: SALTSA
Umbara, C. (2013). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI Tahun 2012 Tentang Ketenagakerjaan. Bandung: Citra Umbara.
Widigdo, I. (2010). Etos Kerja Wanita Pengrajin Batik Tulis. Vol 1, no. 2. Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Wiguna, D., S. (2013). PLN Bali PHK 373 Karyawan ‘Outsourcing’. Diakses pada tanggal 10 Mei 2014 di http://m.antarabali.com/40843/pln-bali-phk-373-karyawan-outsourcing
Witte, H., D., Cuyper, N., D., Elst, T., V., Vanbelle, E., Niesen, W. (2012). Job insecurity: Review of Literature and a Summary of Recent Studies From Belgium. Romanian Journal of Applied Psychology. Vol 14, No 1, 11-17
Yasar, I. (2010). Menjadi Karyawan Outsourcing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
______. (2012). Outsourcing Tidak Akan Pernah Bisa Dihapus. Jakarta: Pelita Fikir Indonesia.