Top Banner
HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN KESEHATAN MENTAL PADA SINGLE MOTHER Fakiah Rachmi Jufrie, Sugiarti A. Musabiq Program Ekstensi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental pada single mother. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian sebanyak 47 single mother, yaitu perempuan yang sudah bercerai, baik cerai hidup ataupun mati dan masih mempunyai tanggungan anak. Keberfungsian keluarga diukur dengan Family Assessment Device, sementara kesehatan mental diukur dengan Mental Health Inventory. Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan teknik non-probability sampling sebagai metode pengambilan sampel. Hasil pengolahan data menunjukan adanya hubungan yang negatif antara keberfungsian keluarga dan psychological distress pada single mother, dan hubungan positif antara keberfungsian keluarga dan psychological well-being pada single mother Kata Kunci : Keberfungsian keluarga, kesehatan mental, single mother ABSTRACT This research is aimed to examine the relationship between family functioning and mental health in single mother. This quantitative study assessed 47 women who were divorce and have a dependent children. Family Assessment Device is used to measure family functioning while another instrument, namely Mental Health Inventory is used to measure mental health. The research design is field study, with non- probability sampling technique. Data analysis shown that there is a positive relationship between family functioning and mental health in single mother. Key words: family functioning, mental health, single mother PENDAHULUAN Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara nasional mendata sebanyak 53.816.633 kepala keluarga (86,26%) berstatus kawin, dan sisanya sebanyak 8.574.168 kepala keluarga (13,74%) berstatus janda atau duda atau belum kawin (BKKBN, 2011). Data ini menunjukan cukup banyaknya orang tua tunggal di masyarakat. Menurut Sager et al. (dalam Duval dan Miller, 1985) orang tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak tanpa Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013
15

HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

Nov 08, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGADAN KESEHATAN MENTAL PADA SINGLE MOTHER

Fakiah Rachmi Jufrie, Sugiarti A. Musabiq

Program Ekstensi, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsiankeluarga dengan kesehatan mental pada single mother. Penelitian ini menggunakanpendekatan kuantitatif dengan subjek penelitian sebanyak 47 single mother, yaituperempuan yang sudah bercerai, baik cerai hidup ataupun mati dan masihmempunyai tanggungan anak. Keberfungsian keluarga diukur dengan FamilyAssessment Device, sementara kesehatan mental diukur dengan Mental HealthInventory. Desain penelitian ini adalah studi lapangan dengan menggunakan tekniknon-probability sampling sebagai metode pengambilan sampel. Hasil pengolahandata menunjukan adanya hubungan yang negatif antara keberfungsian keluarga danpsychological distress pada single mother, dan hubungan positif antarakeberfungsian keluarga dan psychological well-being pada single mother

Kata Kunci : Keberfungsian keluarga, kesehatan mental, single mother

ABSTRACT

This research is aimed to examine the relationship between family functioningand mental health in single mother. This quantitative study assessed 47 women whowere divorce and have a dependent children. Family Assessment Device is used tomeasure family functioning while another instrument, namely Mental Health Inventoryis used to measure mental health. The research design is field study, with non-probability sampling technique. Data analysis shown that there is a positiverelationship between family functioning and mental health in single mother.

Key words: family functioning, mental health, single mother

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil pendataan keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) secara nasional

mendata sebanyak 53.816.633 kepala keluarga (86,26%) berstatus kawin, dan

sisanya sebanyak 8.574.168 kepala keluarga (13,74%) berstatus janda atau duda

atau belum kawin (BKKBN, 2011). Data ini menunjukan cukup banyaknya orang tua

tunggal di masyarakat. Menurut Sager et al. (dalam Duval dan Miller, 1985) orang

tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak tanpa

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya. Ketika terjadi keluarga

orang tua tunggal maka hak untuk mengasuh anak seringkali jatuh kepada ibu,

sehingga umumnya banyak ditemui ibu yang secara sendirian membesarkan anak

dan mengurus rumah tangganya tanpa kehadiran, dukungan, atau tanggung jawab

pasangannya (suami) atau disebut juga dengan single mother.

Single mother yang mengasuh anaknya sendirian mau tidak mau harus

menggantikan peran ayah sebagai kepala keluarga, dengan kata lain single mother

harus menjalankan dua peran secara bersamaan. Banyak single mother mengeluh

tentang masalah dan tantangan yang harus mereka hadapi dalam mengurus

keluarga dan anak. Dibandingkan dengan ibu yang masih menikah, single mother

harus bekerja lebih lama sehingga lebih rentan terhadap depresi dan kurang

mendapatkan dukungan emosional dalam menjalankan perannya sebagai orang tua

(Walsh, 2003). Hal ini menyebabkan single mother mengalami gangguan psikologis,

seperti, stress, mudah marah, depresi, kecemasan, kesepian, dan gangguan

psikologis lainnya.

Perubahan status dari ibu rumah tangga menjadi orang tua tunggal adalah

bentuk adaptasi yang harus dijalani oleh seluruh single mother. Penelitian pada

orang tua tunggal menyatakan bahwa terdapat beberapa masalah adaptasi yang

dialami orang tua, seperti, bertambahnya beban dan tugas sebagai orang tua,

berkurangnya dukungan emosional, dan menurunnya kondisi ekonomi keluarga.

Masalah adaptasi tersebut berakibat pada menurunnya kesejahteraan psikologis dan

meningkatnya pengkonsumsian alkohol, tembakau dan obat-obatan terlarang (Walsh

2003). Tekanan psikologis yang dialami single mother merupakan penyebab

menurunnya kesejahteraan psikologisnya. Segala bentuk gangguan psikologis

seperti yang dijelaskan di atas merupakan gambaran dari psychological distress

yang dialami oleh single mother.

Menurut Veit & Ware ( 1983) psychological distress merupakan hasil akhir dari

faktor-faktor yang menghalangi seseorang untuk dapat mengaktualisasikan diri dan

berhubungan dengan orang lain. Hal yang berperan dalam meningkatnya

psychological distress pada single mother adalah tingkat stres yang sangat tinggi

yang harus mereka alami setiap hari dan kurangnya bantuan dalam menyelesaikan

masalah. Tidak terdistribusinya tugas dan tanggung jawab rumah tangga dengan

baik berdampak pada kesejahteraan psikologis single mother, karena ia merasa

sendirian dalam mengurus keluarganya. Kondisi ini selain mengganggu kesehatan

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

mental single mother juga mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, terutama

anak dan anggota keluarga lainnya. Single mother yang mengalami psychological

distress umumnya akan mengembangkan pola hubungan yang kaku dan keras,

sehingga ketika berinteraksi dengan anak atau anggota keluarga lainnya ia merasa

orang lain tidak dapat memahami keinginannya yang pada akhirnya membuat single

mother merasa tidak mendapat bantuan dari orang lain.

Namun begitu, banyak juga dijumpai single mother yang mampu menghadapi

masalah dan menangani gangguan psikologis dengan baik. Mereka mampu bangkit

dari masalah psikologis yang sebelumnya dialami bahkan dapat mengembangkan

diri. Beberapa penelitian menemukan bahwa setelah berpisah, beberapa individu

melaporkan peningkatan dalam otonomi, kebahagiaan, keterlibatan sosial, dan

peningkatan dalam karir. Diketahui pula resiliensi pada orang tua tunggal meningkat

ketika ia mengembangkan perencanaan dan pemecahan masalah yang efektif, dan

mencari dukungan sosial. Selain itu, dukungan lingkungan sangat membantu single

mother dalam mengelola rumah tangga. Kondisi-kondisi psikologis diatas menurut

Veit & Ware (1983) merupakan bagian dari psychological well-being. Psychological

well-being adalah sebuah konsep dinamis yang mencakup dimensi subjektif, sosial,

dan psikologis serta kesehatan yang berhubungan dengan perilaku (Ryff, 1995).

Menurut Ryff (1995) psychological well-being dapat digambarkan melalui beberapa

komponen, antara lain, penerimaan diri, pengembangan pribadi, tujuan hidup,

penguasaan lingkungan, kemandirian, dan hubungan yang positif dengan orang lain.

Veit & Ware (1983) menyatakan bahwa psychological distress dan well-being

merupakan struktur dari kesehatan mental. Kesehatan mental adalah kondisi

emosional, psikologis, dan kesejahteraan sosial yang mempengaruhi bagaimana kita

berpikir, merasa, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari (David, 1978).

Kesehatan mental merupakan hal penting pada setiap tahap kehidupan, mulai dari

masa kanak-kanak, remaja, hingga dewasa. Demikian juga pada sejumlah partisipan

single mother dalam penelitian ini, ketika telah menjadi orang tua tunggal maka

mereka akan dihadapkan pada peran baru sebagai orang tua dengan berbagai

permasalahannya, kemampuan single mother dalam beradaptasi terhadap situasi

baru mampu mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Kondisi yang dialami single mother terkait dengan perubahan peran tentunya

akan mempengaruhi struktur keluarganya. Perubahan struktur keluarga ini

sebenarnya dapat menjadi kunci sukses single mother apabila ia mampu melakukan

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

penyesuaian antara lain dengan pembagian peran dan tanggung jawab dalam

keluarga yang adil (Shofiati, 2008). Pembagian peran dan tanggung jawab serta

saling mendukung antara anggota keluarga adalah beberapa contoh dari

keberfungsian keluarga yang dapat terwujud apabila keluarga tersebut dapat

berfungsi dengan baik. Ketika sebuah keluarga dapat berfungsi dengan baik, maka

keluarga tersebut dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan

yang terjadi di dalamnya.

Keluarga mempunyai tugas dan fungsi yang harus dipenuhi untuk dapat terus

bertahan dan bersatu. Menurut Goldenberg & Goldenberg (1980) fungsi dari

keluarga antara lain memberikan tujuan hidup untuk masing-masing anggotanya,

sebagai tempat belajar bersosialisasi dan menempatkan diri sebelum terjun ke

masyarakat, serta menjamin kesinambungan rasa persahabatan antar anggota

keluarga. Westley dan Epstein (1969, dalam Epstein, Baldwin, & Bishop, 1983)

menyatakan bahwa keberfungsian keluarga lebih terkait pada karakteristik

transaksional dan sistematik yang ada di dalam sistem keluarga daripada

karakteristik intrapsikis dari anggota keluarga secara perseorangan. Hal yang

berperan dalam keberfungsian keluarga adalah peran di dalam keluarga. Begitu juga

pada single mother, peran yang berubah tentu saja disertai dengan pengharapan

dari keluarganya. Bila sebelumnya ia hanya berperan untuk mengasuh anak, maka

ketika menjadi orang tua tunggal ia juga harus berperan sebagai pemimpin keluarga.

Hal ini sulit dilakukan karena ia harus melakukannya seorang diri, sehingga

terkadang single mother mengalami kelelahan yang dapat menyebabkan

menurunnya kondisi psikologis.

Membentuk keluarga yang memiliki peran yang jelas dan fleksibel merupakan

kunci dalam keberhasilan keberfungsian keluarga. Keluarga yang melakukan peran

dengan jelas dan fleksibel bukan saja dapat menjalani kehidupan berkeluarga sehari-

hari dengan baik, tetapi juga dapat menangani krisi yang tak terduga di dalam

keluarga. Dengan peran yang jelas dan fleksibel setiap individu dalam keluarga

tersebut akan menerima tanggung jawab dari peran-peran tersebut dengan sungguh-

sungguh (Peterson, 2009).

Sebuah penelitian tentang single mother yang dilakukan oleh Kalil & Eccles

(1995) menemukan hubungan antara peran orang tua tunggal dengan berkurangnya

kesejahteraan orang tua dan keberfungsian keluarga. Dalam penelitian tersebut

dikemukakan bahwa single mother memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap depresi,

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

kecemasan, dan masalah-masalah kesehatan dibanding wanita dalam kelompok

menikah (Belle, 1990; McLanahan & Adams, 1987; McLoyd, 1990, dalam Kalil &

Eccles, 1995). kesejahteraan pada single mother dapat berkurang dikarenakan oleh

beban tugas dan tanggung jawab yang harus ia jalani setiap hari.

Berdasarkan penjelasan Kalil & Ecless (1995) bahwa terdapat hubungan antara

peran sebagai orang tua tunggal dengan berkurangnya kesejahteraan orang tua dan

keberfungsian keluarga, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara

keberfungsian keluarga dengan kesehatan mental dilihat dari sudut pandang single

mother. Masalah yang dikemukakan dalam penelitia ini adalah (1) Apakah terdapat

hubungan antara keberfungsian keluarga dan psychological distress pada single

mother? (2) Apakah terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dan

psychological well-being pada single mother? Sementara tujuan penelitian ini adalah

untuk menguji hubungan antara keberfungsian keluarga dan kesehatan mental pada

single mother. Peneliti membangun hipotesis bahwa terdapat hubungan antara

keberfungsian keluarga dan kesehatan mental pada single mother. Penelitian sendiri

akan dikhususkan pada single mother yang pernah menikah dan masih memiliki

anak usia sekolah. Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memperkaya

pengetahuan tentang keluarga serta membantu keluarga, terutama keluarga single

mother, untuk lebih siap menghadapi kondisi-kondisi psikologis yang muncul demi

mendukung keberfungsian keluarga yang efektif.

TINJAUAN TEORITIS

Keberfungsian Keluarga

Keluarga bukanlah sekedar sekumpulan individu yang tinggal bersama,

melainkan sebuah sistem sosial alami dengan karakteristik yang unik, dilengkapi

rangkaian aturan, peran, struktur kekuasaan, bentuk komunikasi, serta cara

bernegosiasi dan penyelesaian masalah agar berbagai macam tugas dapat

terlaksana secara efektif. Keluarga dapat dikatakan memiliki sistem yang baik atau

sehat jika unit-unit tersebut berfungsi dengan optimal. Menurut Epstein, Bishop, dan

Levin (1983) keberfungsian keluarga didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah

keluarga dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan tetap dapat mengupayakan

kesejahteraan dan perkembangan sosial, fisik, dan psikologis masing-masing

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

anggotanya. Keluarga yang berfungsi dengan baik mampu menjalankan tugas-tugas,

seperti pemecahan masalah dan menjaga kesehatan sosioemosional dari

anggotanya untuk mencapai tujuan keluarga. Keberfungsian keluarga yang optimal

mempertunjukan sikap berafiliasi yang kuat terhadap sesama anggota keluarga.

Oleh karena itu, mereka mengharapkan hubungan transaksional yang saling

memperhatikan, terbuka, empatik, dan percaya dengan satu sama lainnya

(Goldenberg & Goldenberg, 1980).

Dalam perkembangannya, keberfungsian keluarga dapat terdiri dari berbagai

macam konstruk yang berbeda-beda, oleh karenanya muncul berbagai macam

model keberfungsian keluarga. Model-model ini sangat berguna sebagai kerangka

berpikir dalam menganalisa sebuah keluarga dan bagaimana keluarga yang sehat

dapat berfungsi secara efektif sehingga dapat dibedakan dari keluarga yang

bermasalah. Salah satu model keberfungsian keluarga adalah The McMaster Family

Assessment Device. McMaster Family Assessment Device (FAD) adalah model teori

keberfungsian keluarga yang dihasilkan dari studi penelitian klinis selama hampir 20

tahun terhadap unit-unit keluarga berdasarkan teori sistem keluarga (Family System

theory). MMFF terdiri dari tujuh dimensi yang dianggap dapat menggambarkan

keberfungsian suatu keluarga, yaitu: problem solving, communication, roles, affective

responsiveness, affective involvement, behaavioral control, dan general functioning.

Keberfungsian keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah

kesehatan mental anggota keluarga. Peneliti memilih McMaster Family Assessment

Device dibandingkan dengan model keberfungsian keluarga lainnya dikarenakan

fokus utama FAD yang mengukur dimensi-dimensi keberfungsian keluarga yang

berdampak paling besar pada kesehatan, baik mental maupun fisik, anggota

keluarga.

Kesehatan Mental

Sehat (health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara

penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak

hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU

Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat

secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup

produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO,

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan

yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk

mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan

menghasilkan, dan berperan serta di komunitasnya. Seperti halnya kesehatan fisik,

kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. Individu yang sehat

mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya

gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat

mental.

Veit & Ware (1983) menyatakan bahwa kesehatan mental adalah kumpulan

afeksi positif dan negatif, bukan hanya keluhan somatik dan status fungsional saja,

yang dialami setiap orang sehari-hari. Afeksi positif pada perkembangannya disebut

dengan psychological well-being, sementara afeksi negatif disebut dengan

psychological distress. Kesehatan mental terdiri dari kumpulan konstruk psikologis,

seperti anxiety, depression, positive well-being and self control over behavior,

feelings, dan thoughts (Veit & Ware, 1983).

Berdasarkan pada pandangan tersebut, maka Veit dan Ware (1983) mulai

melakukan penelitian mengenai kesehatan mental pada populasi umum yang disebut

dengan Mental Health Inventory (MHI). Berdasarkan tujuannya MHI diciptakan untuk

mengukur kesehatan mental pada general population, oleh karena itu, struktur yang

ada didalam MHI mengukur aspek positif dari kesehatan mental (psychological well-

being) seperti, kebahagiaan, ketertarikan dan kenikmatan dalam menjalani hidup,

sebagaimana juga mengukur aspek negatif dari kesehatan mental (psychological

distress) seperti, kecemasan dan depresi. MHI terdiri dari 38 item, dimana pada

setiap item terdapat deskripsi tentang gejala atau state of mind tertentu, subjek dapat

mengindikasikannya dalam skala dimana mereka mengalami gejala ini dalam

beberapa bulan, yang diukur dalam bentuk frekuensi atau insensitas (Veit & Ware,

1983).

Single mother

Hamner dan Turner (1990, dalam Zakiah, 2007) menyatakan bahwa orang tua

tunggal adalah keluarga orang tua tunggal yang terdiri dari satu orang tua yang

masih memiliki tanggungan anak yang tinggal dalam satu rumah. Dari hal ini dapat

dijelaskan bahwa orang tua tunggal terjadi bila hanya ada satu orang tua yang masih

memiliki tanggungan anak dan tinggal bersama anak-anaknya dalam satu keluarga

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

dan di dalam satu rumah. Menurut Sager, dkk (dalam Duval dan Miller, 1985) orang

tua tunggal adalah orang tua yang secara sendirian membesarkan anak tanpa

kehadiran, dukungan atau tanggung jawab pasangannya. ada beberapa sebab

mengapa seseorang menjadi orang tua tunggal, yaitu karena kematian suami atau

istri, perpisahan atau perceraian, mempunyai anak tanpa menikah, pengangkatan

atau adopsi anak oleh wanita atau pria lajang. Untuk keperluan penelitian ini, definisi

orang tua tunggal hanya dikenakan pada mereka yang pernah menikah. Alasan

memilih orang tua tunggal yang pernah menikah karena di Indonesia umumnya

orang tua yang statusnya berubah menjadi orang tua tunggal, sebelumnya pernah

menikah. Selain itu alasan lainnya mengapa penelitian ini spesifik hanya pada orang

tua tunggal yang pernah menikah karena pada orang tua tunggal yang pernah

menikah terjadi perubahan dalam tugas membesarkan dan mengasuh anak, yang

mana sebelumnya mereka dapat berbagi tugas dengan pasangannya.

Menurut Beal (1980) single mother lebih sulit dan lebih mengalami tekanan

daripada orang tua tunggal pria. Mengenai kesulitan menjadi orang tua tunggal,

Boyce et al. (1995) menyatakan bahwa umumnya masalah yang dihadapi keluarga

single mother adalah dalam perannya sebagai orang tua. Tidak adanya ayah atau

suami menuntut wanita untuk dapat menjalankan peran ayah atau suami sebaik ia

menjalankan perannya sebagai ibu atau istri. Masalah utama yang dihadapi single

mother adalah keharusan menjadi ibu sekaligus menjadi ayah bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan

memiliki kontribusi bagi kesulitan yang dialami ibu dalam mengasuh anak dan pada

akhirnya juga memberikan akibat yang kurang menguntungkan bagi anak.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan single mother dalam

penelitian ini adalah ibu yang menjadi orang tua tunggal disebabkan karena berpisah

dengan atau meninggalnya suami dan memiliki anak yang masih bergantung pada

dirinya.

METODE PENELITIANPartisipan dalam penelitian ini adalah single mother (n = 47, 47% cerai hidup

dan 53% cerai mati) yang masih memiliki anak usia sekolah dengan rentang usia

antara 18 sampai 58 tahun. Latar belakang pendidikan partisipan dalam penelitian ini

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

bervariasi mulai dari lulusan SD hingga jenjang S2. Lama perceraian partisipan

dalam penelitian ini bervariasi mulai kurang dari 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun,

sebagian besar partisipan dalam penelitian ini mempunyai 1 orang anak, sebagian

lainnya memiliki 2 orang anak, dan sisanya memiliki 3 sampai dengan 7 orang anak.

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel keberfungsian keluarga

dan variabel kesehatan mental. Instrumen untuk mengukur keberfungsian keluarga,

yaitu The McMaster Family Assessmen Device (FAD) yang disusun oleh Nathan B.

Epstein et al. dengan menggunakan skala interval (Likert). Dalam kuesioner FAD

terdapat 53 pernyataan yang akan mengukur keenam dimensi MMFF (Problem

Solving, Communication, Roles, Affective Responsiveness, Affective Involvement,

dan Behavior Control) dan satu dimensi tambahan yang mengukur keberfungsian

keluarga secara umum (General Functioning). Dalam mengisi kuesioner ini,

partisipan diminta untuk menilai seberapa sesuaikah setiap pernyataan yang ada

dengan kondisi keluarganya dengan merespon melalui empat kategori skala Likert

(sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Untuk mengukur

kesehatan mental instrumen yang digunakan adalah Mental Health Inventory (MHI)

disusun oleh Veit & Ware, yang juga menggunakan skala interval (Likert). MHI terdiri

dari dua skala, yakni psychological distress dan psychological well-being, yang

didalamnya terdiri dari tiga subskala untuk psychological distress, yaitu anxiety,

depression, loss of behavioral / emotional control, dan dua sub skala untuk

psychological well-being, yaitu general positive affect dan emotional ties. Dalam

mengisi kuesioner ini, partisipan diminta untuk menilai seberapa sesuaikah setiap

pernyataan dengan kondisi mental mereka dalam beberapa bulan terakhir, yang

diukur dalam bentuk frekuensi atau intensitas (selalu, sangat sering, agak sering,

kadang-kadang, hampir tidak pernah, dan tidak pernah).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian

keluarga dan kesehatan mental single mother. Peneliti akan melakukan perhitungan

statistik deskriptif pada setiap subskala FAD dan MHI untuk mengetahui gambaran

keberfungsian keluarga dan kesehatan mental single mother. Pada bagian hasil

utama penelitian, peneliti akan melakukan perhitungan korelasi antara dimensi FAD

dan subskala MHI dengan menggunakan partial correlation. Setelah itu untuk

menjawab pertanyaan penelitian maka akan dilakukan perhitungan korelasi antara

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

skor total keberfungsian keluarga dengan skala kesehatan mental, yaitu

psychological distress dan psychological well-being.

HASIL PENELITIAN

Guna mengetahui hubungan antara keberfungsian keluarga dengan

kesehatan mental pada single moher, maka digunakan teknik analisis partial

correlation. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Hubungan antara keberfungsian keluarga dan psychological distresspada single moher

Correlations

Control Variables P.D FF

P.WB

P.D Correlation 1.000 -.093

Significance (2-tailed)

. .001

df 0 44

FF Correlation -.093 1.000

Significance (2-tailed)

.001 .

df 44 0

Dari hasil analisis korelasi parsial didapat hubungan antara keberfungsian

keluarga dengan psychological distress dimana psychological well-being

dikendalikan (dibuat tetap) dengan hasil -0,093. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang lemah antara keberfungsian keluarga dengan psychological distress.

Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin

tinggi keberfungsian keluarga maka psychological distress semakin rendah. Oleh

karena nilai P = 0.01 < 0,05, maka Ha diterima, dengan kata lain terdapat hubungan

antara keberfungsian keluarga dengan psychological distress pada single moher.

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

Tabel 2. Hubungan antara keberfungsian keluarga dan psychological well-being pada single moher

Correlations

Control Variables FF P.WB

P.D FF Correlation 1.000 .438

Significance (2-tailed)

. .002

df 0 44

P.WB Correlation .438 1.000

Significance (2-tailed)

.002 .

df 44 0

Dari hasil analisis korelasi parsial didapat hubungan antara keberfungsian

keluarga dengan psychological well-being dimana psychological distress

dikendalikan (dibuat tetap) dengan hasil 0,438. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

hubungan yang lemah antara keberfungsian keluarga dengan psychological well-

being. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, artinya semakin

tinggi keberfungsian keluarga maka nilai psychological well-being juga semakin

tinggi. Oleh karena nilai P = 0.02 < 0,05, maka Ha diterima, dengan kata lain

terdapat hubungan antara keberfungsian keluarga dengan psychological well-being

pada single moher.

DISKUSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberfungsian

keluarga dan kesehatan mental single moher, dengan menggunakan instrumen

penelitian FAD untuk keberfungsian keluarga dan MHI untuk mengukur kesehatan

mental. Berdasarkan hasil penelitian dan interpretasi yang telah dipaparkan pada

bab sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat diamati. Hubungan negatif antara

keberfungsian keluarga dan psychological distrress menandakan bahwa semakin

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

tinggi tingkat keberfungsian keluarga maka semakin rendah psychological distress

yang dirasakan single moher. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Kalil & Ecless

(1995) yang menyatakan adanya hubungan antara peran sebagai orang tua tunggal

dengan berkurangnya kesejahteraan orang tua dan keberfungsian keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa para single moher mempunyai

keberfungsian keluarga yang cukup sehat dan efektif pada dimensi affective

involvement dan behavior control. Affective involvement yang cukup efektif

menandakan bahwa di dalam keluarga single moher tetap dapat saling menunjukan

perhatian dan kepeduliannya kepada anggota keluarga lainnya. Fakta bahwa

beberapa partisipan masih tinggal dengan keluarga besar serta memiliki pembatu

juga memberikan dampak pada hubungan ini, karena sebagian peran orang tua

dalam mengasuh dan mengurus keluarga dapat digantikan oleh anggota dari

keluarga besarnya, seperti, nenek, kakek, tante, om, maupun pembantu. Sesuai

dengan hasil penelitian dari Sarwono (dalam Roopnarine & Gielen, 2005) yang

menyatakan bahwa dalam budaya Indonesia, kakek dan nenek turut membantu

dalam proses pengasuhan anak selama orang tua bekerja.

Hasil lainnya didapat dari variabel kesehatan mental, hasil penelitian

menunjukkan bahwa subskala yang ada didalam psychological distress, yaitu

anxiety, depression, dan loss of behavioural/emotional control, pada single moher

berada dibawah patokan titik tengah, sedangkan subskala psychological well-being,

yaitu general positive affect dan emotional ties single moher berada diatas patokan

titik tengah. Hal ini menandakan bahwa tingkat psychological well-being single moher

cukup tinggi, berbanding terbalik dengan kondisi psychological distress single moher

yang ternyata cukup rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya nilai affective

involvement, dari variabel keberfungsian keluarga, yang dirasakan oleh single

moher. Kualitas ketertarikan anggota keluarga terhadap single moher sesuai dengan

pendapat yang diutarakan oleh Prinz & Miller (1994, dalam Walsh, 2003) yang

menyatakan bahwa sangatlah penting untuk meluangkan waktu dengan single

moher, karena terbukti bahwa dengan adanya perhatian terhadap kebutuhan orang

tua dapat meningkatkan ikatan dan keberhasilan orang tua tunggal. Behavior control

yang tinggi kemungkinan juga membantu terbentuknya sikap positif single moher.

Menurut Walsh (2003) orang tua tunggal meyakini bahwa mereka tidak akan terlalu

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

stress jika anak mereka bersikap baik, dan orang tua tunggal pun tidak segan untuk

mengakui jika terjadi masalah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dari 47 partisipan, maka

didapatkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang negatif antara keberfungsian keluarga dan psychological

distress pada single moher. Oleh karena itu semakin tinggi nilai keberfungsian

keluarga, maka nilai psychological distress semakin rendah.

2. Berdasarkan analisis data penelitian disimpulkan juga bahwa terdapat

hubungan yang positif antara keberfungsian kelaurga dan psychological well-

being pada single moher. Oleh karena itu semakin tinggi nilai keberfungsian

keluarga, maka nilai psychological well-being juga semakin tinggi.

SARAN

Berdasarkan proses penelitian serta diskusi yang telah dilakukan, peneliti

menyarankan beberapa perbaikan untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut:

Karena topik mengenai keberfungsian keluarga dan kesehatan mental menyangkut

seluruh anggota keluarga, maka akan lebih sempurna apabila penelitian yang akan

datang lebih melibatkan seluruh anggota keluarga sebagai unit analisis sehingga

hasil yang didapatkan menjadi lebih kaya. Selainitu, agar mendapatkan data yang

lebih lengkap, sebaiknya jumlah sampel diperbesar agar hasil penelitian dapat

mencerminkan populasi dan lebih mudah digeneralisir. Untuk menghasilkan

penelitian yang lebih kaya dan mendalam, sebaiknya ditunjang dengan literatur-

literatur dari penelitian sebelumnya yang lebih lengkap. Diharapkan penelitian-

penelitian selanjutnya menggunakan gabungan metode kuantitatif dan kualitatif agar

data yang diperoleh dapat diolah dan dianalisa lebih mendalam lagi, selain itu akan

lebih dalam memberikan gambaran yang diperlukan sehingga dapat diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, beberapa item yang gugur dalam alat ukur

FAD yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya ditinjau kembali dan direvisi agar

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

dapat digunakan, sehingga akan mendapatkan nilai validitas dan reliabilitas yang

lebih baik lagi.

KEPUSTAKAAN

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2011). Profil Hasil

Pendataan Keluarga Tahun 2010. Direktorat Pelaporan dan Statistik.

David, H. P. (1978). Healthy Family Functioning: A Cross Cultural Apprasial. Geneva:

Buletin of The World Health Organization, 56 (3): 327 – 342.

Epstein, Baldwin, & Bishop. (1983). The Mcmaster Family Assesment Device.

Journal of marital and family Therapy, 9(2), 171-180.

Goldenberg, I., Goldenberg, H. (1980). Family Therapy: An Overview. California:

Wadsworth, Inc.

Kalil, Ariel., & Eccles, Jacquelynne. (1995). The Relationship Between Social

Support, Mental Health, and Family Functioning in Single Parent Black and

White Families. Indianapolis: University of Michigan.

Miller, I. W., Keitner, G. I., Bishop, D. S., & Epstein, N. B. (2000). The McMaster

family assessment device: Reliability and Validity. Journal of Marital and Family

Therapy, 11: 345-356.

Shofiati, T. N. (2008). Gambaran family functioning pada ibu bekerja di Jakarta

berdasarkan McMaster Model of Family Functioning. Depok: Pascasarjana

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Walsh, Forma. (2003). Normal Family Processes: Growing Diversity and Complexity,

3rd edition. New York: The Guilford Press

Westley, W. A., & Epstein, N. B. (1969). The Silent Majority. San Fransisco: Jossey-

Bass.

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KEBERFUNGSIAN KELUARGA DAN …

Veit, C. T., & Ware Jr, J. E. (1983). The Structure of Psychological Distress and Well-

Being in General Population. Journal of Consulting and Clinical Psychology, Vol.

51, No. 5, 730 – 742.

Zakiah, D. I. (2007). Self Management pada orang tua tunggal wanita dalam

pengasuhan anak. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Hubungan antara ..., Fakiah Rachmi Jufrie, FPSI UI, 2013