HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITY PADA KARYAWAN KONTRAK DI PERUSAHAAN SWASTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Rosa Devi Sukmaningrum 139114138 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Embed
HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITYrepository.usd.ac.id/31345/2/139114138_full.pdf · dalam tim Akasa Hotel, semoga Tuhan senantiasa memberkati usaha Om Dedi 21. Panti
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITY
PADA KARYAWAN KONTRAK DI PERUSAHAAN SWASTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Rosa Devi Sukmaningrum
139114138
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Yohanes 15 : 5b
sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa
“Tuhan, terimakasih atas campur tanganMu.
WaktuMu bukan waktuku,
namun waktuMu sungguh sempurna”
“Sematkan pada benakmu,
maka semesta akan membawamu ke sana – jika tujuanmu jelas”
“Hapinness is detach from everything”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HUBUNGAN ANTARA EMPLOYABILITY DAN JOB INSECURITY
PADA KARYAWAN KONTRAK DI PERUSAHAAN SWASTA
Rosa Devi Sukmaningrum
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara employability dan job
insecurity. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan
signifikan antara employability dan job insecurity. Metode pengambilan data dilakukan melalu i
skala Likert yang disebar kepada karyawan kontrak sebanyak 128 orang yang bekerja di Perusahaan
Swasta yang berdomisili di DIY dan Jateng. Skala job insecurity diadaptasi dari De Witte (2000),
sedangkan skala employability disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada teori milik
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004). Reliabilitas skala employability dan job insecurity diukur
dengan Alpha Cronbach : 0,965 (emp) dan 0,737 (ji). Uji asumsi normalitas tidak terpenuhi,
sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik non parametrik yaitu korelasi Spearman’s rho.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara
employability dan job insecurity dengan koefisien korelasi sebesar -0,395. Artinya, kenaikan tingkat
employability pada karyawan kontrak diikuti dengan penurunan tingkat job insecurity pada
karyawan kontrak. Sumbangan efektif dari hubungan antar kedua variabel sebesar 10,7%, sehingga
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui variabel moderator apa saja yang mampu
memperkuat hubungan antar kedua variabel.
Kata kunci: employability, job insecurity, karyawan kontrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE RELATION BETWEEN EMPLOYABILITY AND JOB
INSECURITY AMONG CONTRACT EMPLOYEES IN PRIVATE
COMPANIES
Rosa Devi Sukmaningrum
ABSTRACT
The purpose of this research was to investigate the relationship between employability and
job insecurity. We hypothesized negative and significant relationship between employability and job
insecurity. Survey data were collected with Likert scale among 128 contract employees in Daerah
Istimewa Yogyakarta and Jawa Tengah’s private companies. The job insecurity scale was adapted
from De Witte (2000), while the employability scale was composed by researcher based on the
theory from Fugate, Kinicki, and Ashforth (2004). Reliability of employability and job insecurity’s
scales were measured by Alpha Cronbach: 0.965 (emp) and 0.737 (ji). Normality assumption test
was not fulfilled, so the hypothesis test was done through non parametric statistic test that was
Spearman's correlation rho. The result of this research indicated there were negative and significant
relationship between employability and job insecurity with a correlation coefficient -0.395. That
was, the increased of employability rates on contract employees followed by a decreased of job
insecurity rates on contract employees. The effective contribution of the relationship between the
two variables was 10.7%, so further research is needed to find out what moderator variables are
able to strengthen the relationship between the two variables.
yang berada pada interval 7-10, yaitu sebanyak 71 orang. Sebanyak 30 subjek
berada pada interval skor 11-14. Subjek yang berada pada interval skor terendah
yaitu sebanyak 25 orang, sedangkan hanya terdapat 2 subjek yang memperoleh
interval skor tertinggi pada rentang skor 15-18.
Tabel di bawah menyajikan data skor terendah (Min), skor tertinggi
(Max), rata-rata skor subjek (Mean), skor yang paling sering muncul (Modus),
dan skor standar deviasi (Std.Deviation). Berikut tabel hasil analisis deskriptif
dari 128 subjek :
Tabel 4.7. Hasil Analisis Deskriptif
Var. N
Min
emp.
Max
emp.
Mean
Empiris
Min
teo.
Max
teo.
Mean
Teoritik
Modus
Std.
Dev
EMP
128 58 148 117,67 37 148 92,5 115 13,614
JI
128 4 18 8,95 4 20 12 9 2,609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Skor terendah yang dapat diperoleh dari skala employability adalah
sebesar 37, sedangkan skor tertinggi yang dapat diperoleh adalah sebesar 148.
Subjek penelitian yang telah mengisi skala employability memperoleh skor
terendah sebesar 58, sedangkan skor tertinggi yang dapat diperoleh subjek
adalah sebesar 148. Mean teoritik pada variabel employability adalah sebesar
92,5, sedangkan mean empiris yang diperoleh subjek adalah sebesar 117,67.
Mean empiris lebih besar daripada mean teoritik, berarti subjek memiliki skor
employability yang cenderung tinggi. Hasil tersebut juga diperkuat dengan uji t
terlampir yang menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikans i
(0,000 < 0,05) tersebut menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
mean empiris dan mean teoritik. Modus pada skor employability adalah 115,
artinya skor tersebut paling sering diperoleh subjek.
Skor setiap aitem pernyataan pada skala job insecurity berkisar antara 1-
5. Skor terendah teoritik yang dapat diperoleh subjek sebesar 4, sedangkan
penghitungan skor tertinggi teoritik pada variabel job insecurity sebesar 20.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa skor terendah yang diperoleh subjek pada
variabel job insecurity adalah sebesar 4, sedangkan skor tertinggi yang dicapai
subjek adalah 18. Kemudian, subjek memiliki mean empiris yang lebih rendah
dari mean teoritik. Mean empiris yang diperoleh subjek adalah sebesar 8,95,
sedangkan mean teoritik pada variabel job insecurity adalah sebesar 12. Hal
tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki skor job insecurity yang
cenderung rendah. Hal ini juga diperkuat dengan uji t terlampir yang
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi (0,000 < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
tersebut berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean empiris dan
mean teoritik. Modus pada skor job insecurity adalah 9.
Subjek juga dikategorisasikan berdasarkan model distribusi normal. Hal
tersebut bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
yang terpisah secara berjenjang dan terukur (Azwar, 1999). Skala employability
terdiri dari 37 aitem dan masing-masing aitem diberi skor 1, 2, 3, dan 4,
sedangkan skala job insecurity terdiri dari 4 aitem yang masing-masing diberi
skor 1 sampai dengan 5. Berikut hasil kategorisasi subjek di kedua variabel :
Tabel 4.8. Tabel Kategorisasi Skor Subjek
Variabel Skor Kategori Jumlah Subjek
Employability ≤ 73
74 – 111
≥ 112
Rendah
Sedang
Tinggi
2
36
90
Job Insecurity ≤ 8
9 – 15
≥ 16
Rendah
Sedang
Tinggi
53
73
2
Tabel di atas menunjukkan bahwa subjek yang memiliki skor kategori
rendah sebanyak 2 orang. Sebanyak 36 orang dikategorikan memilik i
employability sedang. Subjek yang tergolong memiliki employability kategori
tinggi sebanyak 90 orang. Hal ini berarti mayoritas subjek yang terlibat dalam
penelitian ini memiliki tingkat employability yang cenderung tinggi.
Berdasarkan tabel 4.8. terdapat 53 orang yang tergolong memiliki tingkat
job insecurity yang rendah. Subjek yang memiliki job insecurity kategori
sedang sebanyak 73 orang, sedangkan subjek yang tergolong memiliki job
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
insecurity rendah hanya sebanyak 2 orang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
yang terlibat dalam penelitian ini memperoleh skor job insecurity yang
tergolong sedang.
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Peneliti melakukan uji normalitas menggunakan SPSS versi 23.
Hasil dari analisis statistik menunjukkan dua sumber data, yaitu dengan
metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Peneliti mengacu
hasil data dari metode Kolmogorov-Smirnov sehingga menghasi lka n
data sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov - Smirnov
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Emp. .107 128 .001
JI .094 128 .007
Kita akan membandingkan hasil uji normalitas di atas dengan angka
probabilitas sebesar 0,05 sebagai acuan (Singgih, 2012). Tabel di atas
menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001 pada variabel
employability yang adalah kurang dari 0,05, maka data skor
employability pada karyawan kontrak tidak mengikuti distribusi normal.
Angka signifikansi pada kolom job insecurity adalah sebesar 0,007. Jika
melihat angka probabilitas, maka angka signifikansi tersebut kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
dari 0,05 yang berarti data tingkat job insecurity pada karyawan kontrak
tidak memiliki distribusi yang normal.
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas dilakukan dalam penelitian ini dengan bantuan
SPSS versi 23. Santoso (2010) menyatakan bahwa uji linear itas
merupakan salah satu uji asumsi untuk mengetahui hubungan garis lurus
antarvariabel yang hendak diteliti. Berikut ini merupakan hasil
penghitungan uji linearitas menggunakan program SPSS :
Tabel 4.9.1. Hasil Uji Linearitas
F Sig.
Emp. * JI Between
Groups
Linearity 15.895 .000
Deviation from
Linearity
1.144 .296
Tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi pada baris linearity
sebesar 0,000 (F < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel
employability dan job insecurity memiliki hubungan yang linie r.
Santoso (2010) juga menyatakan bahwa garis linier pada kedua variabel
nantinya dapat memberikan penjelasan yang baik mengenai hubungan
antara kedua variabel di tahap pengujian hipotesis.
2. Uji Hipotesis
Data dalam penelitian ini memenuhi satu dari dua uji asumsi. Hasil
pengolahan statistik menghasilkan data yang linear namun tidak
terdistribusi normal. Data yang linear meskipun tidak mengikuti distribus i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
normal masih dapat dilakukan uji hipotesis hubungan. Uji hipotesis
dilakukan dengan metode statistik nonparametrik korelasi Spearman
dengan bantuan SPSS versi 23, sehingga menghasilkan data sebagai berikut:
Tabel 4.9.2. Hasil Uji Korelasi Spearman
Emp. JI
Spearman's rho
Emp. Correlation Coefficient 1.000 -.359
Sig. (2-tailed) . .000
N 128 128
JI Correlation Coefficient -.359 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 128 128
Tabel di atas memperlihatkan tingkat signifikansi sebesar 0,000.
Jika kita mengacu angka probabilitas sebesar 0,05, maka 0,000 kurang dari
0,05 yang berarti H0 ditolak atau dengan kata lain variabel employability dan
job insecurity memiliki hubungan yang signifikan satu dengan yang lain (Ha
diterima). Koefisien korelasi (rs) di tabel 4.9.2. adalah sebesar -0,359. Hal
tersebut menunjukkan hubungan yang bersifat kebalikan atau negatif,
artinya semakin tinggi tingkat employability maka semakin rendah tingkat
job insecurity.
Widhiarso (2011) menambahkan tahap kedua setelah penelit i
mengetahui nilai signifikansi antara dua variabel, yaitu ukuran efek atau
sumbangan efektif yang dapat menjelaskan seberapa besar kekuatan sebuah
hubungan antarvariabel. Berikut hasil penghitungan sumbangan efektif
melalui program SPSS 23 :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.9.3. Nilai Sumbangan Efektif Employability terhadap Job Insecurity
R R2 Adjusted R2 Std.Error
.327a .107 .100 2.475
Tabel di atas menunjukkan nilai R2 sebesar 0,107 dan nilai adjusted R2
sebesar 0,100. Peneliti mengacu pada nilai R2, karena penelitian ini tidak
bertujuan untuk menggeneralisasikan subjek ke populasi yang lebih luas
(Widhiarso, 2011). Nilai tersebut dapat diartikan bahwa variabel
employability memiliki kontribusi sebesar 10,7% pada variabel job
insecurity. Kontribusi 89,3% berasal dari variabel prediktor lain yang
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
E. Pembahasan
Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang negatif
antara employability dan job insecurity dengan koefisien korelasi sebesar -
0,359. Angka koefisien negatif memiliki arti bahwa hubungan keduanya saling
berkebalikan. Jika terdapat kenaikan tingkat employability, maka diikuti
penurunan tingkat job insecurity. Hal tersebut berlaku sebaliknya jika terdapat
penurunan tingkat employability, maka diikuti pula dengan kenaikan tingkat
job insecurity. Hasil ini sejalan dengan penelitian milik Cuyper, Bernhard -
Oettel, Berntson, De Witte, dan Alarco (2008) yang menyatakan bahwa
employability memiliki hubungan yang negatif dengan job insecurity.
Penelitian tersebut menguraikan mengenai kondisi karyawan yang memilik i
tingkat employability yang tinggi cenderung lebih jarang merasakan job
insecurity. Peneliti melakukan pengukuran sumbangan efektif untuk
mengetahui kekuatan hubungan antarvariabel. Korelasi yang diukur dalam
penelitian ini menghasilkan kontribusi variabel bebas terhadap variabel
tergantung sebesar 10,7%.
Karyawan kontrak dalam penelitian ini memiliki employability yang
tinggi karena karyawan kontrak mampu membentuk identitas karir yang baik.
Fugate, Kinicki, dan Ashforth (2004) mengungkapkan bahwa orang yang
memiliki identitas karir yang baik mampu menciptakan pengalaman karirnya
sendiri secara sadar sehingga menghasilkan karir yang lebih berguna dan
bermakna di masa mendatang. Joosten (2016) menjelaskan bahwa karyawan
yang memiliki employability yang tinggi memiliki banyak alternatif pekerjaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sehingga karyawan memiliki keberanian untuk mengubah karirnya (dalam
Cuyper, et al., 2008). Jika dikaitkan dalam konteks penelitian ini, maka
karyawan kontrak yang memiliki employability yang tinggi memiliki banyak
alternatif pekerjaan, sehingga karyawan kontrak tidak memiliki kekhawatiran
apabila diputus kontraknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Forrier dan Sels
(2003) mengenai fungsi employability yang dapat berguna sebagai kompensasi
atas perasaan job insecurity. Hall, et al. (1997) juga menjelaskan bahwa
karyawan yang memahami identitas karirnya mampu meningka tkan
kesejahteraan psikologis karena karyawan tersebut memiliki nilai-nila i
personal yang kuat bagi motivasi karirnya (dalam Gowan, 2012). Gowan
(2012) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa karyawan yang memilik i
employability yang tinggi dapat mempertahankan kesejahteraan psikologisnya
ketika menghadapi peristiwa kehilangan pekerjaan.
Adaptabilitas personal merupakan unsur penting dalam employability
yang mampu meredam tingkat job insecurity pada diri karyawan kontrak.
Fugate, et al. (2004) mendefinisikan adaptabilitas personal melalui atribut
optimisme, internal locus of control, dan efikasi diri.
Karyawan yang memiliki optimisme yang tinggi dapat membantu
karyawan mengatasi job insecurity dalam pekerjaannya. Bosman, Buitendach,
dan Rothman (2005) dalam penelitiannya menjelaskan mengenai karakteristik
orang dengan optimisme yang tinggi mampu melihat pengalaman stress dari
kacamata positif. Berntson dan Folkman (2007) menyatakan bahwa karyawan
dengan employability yang tinggi melihat turbulensi perusahaan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sebuah tantangan. Karyawan kontrak yang menjadi subjek penelitian ini
memiliki optimisme yang tinggi. Karyawan kontrak tidak memandang status
kontrak sebagai hal yang mengkhawatirkan, namun karyawan kontrak justru
melihatnya sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuannya dalam
pekerjaan.
Employability yang tinggi juga dikaitkan dengan tipe locus of control.
Korelasi antara internal locus of control dan job insecurity menghasilkan
hubungan yang negatif dan signifikan (Bosman, et al., 2005). Karyawan
memiliki rasa percaya diri untuk mencapai performansi kerja yang baik agar
karyawan tersebut memperoleh penghargaan di tempat kerja (Salter, 1999;
Spector, 1998 dalam Bosman et al., 2005). Karyawan kontrak dalam penelit ian
ini memiliki tipe internal locus of control, sehingga karyawan kontrak tidak
terlalu terpengaruh oleh faktor dari luar dirinya seperti statusnya sebagai
karyawan kontrak. Karyawan kontrak lebih berfokus bagaimana mencapai
kinerja yang maksimal. Karyawan kontrak dengan tipe locus of control internal
juga memiliki kekuatan untuk mengontrol lingkungan pekerjaannya sehingga
karyawan tersebut lebih merasa aman berada di lingkungan pekerjaannya.
Unsur terakhir dari adaptabilitas personal merupakan efikasi diri. Kriteria
orang dengan employability yang tinggi berarti memiliki efikasi diri yang
berguna untuk menciptakan perasaan kontrol dalam diri seseorang untuk
meredam perasaan job insecurity (Adebayo, 2006). Karyawan kontrak dalam
penelitian ini memiliki employability yang tinggi dengan kriteria memilik i
efikasi diri. Adebayo (2006) mengungkapkan bahwa efikasi diri mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
membantu karyawan memberikan respon yang positif ketika menghadap i
situasi penuh tekanan dalam pekerjaan. Hal ini dapat menjelaskan hasil temuan
dalam penelitian ini, bahwa karyawan kontrak mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang dialami dengan respon yang adaptif.
Employability mampu menurunkan tingkat job insecurity karena
kekuatan sosial yang dimiliki individu. Fugate, Kinicki, dan Asforth (2004)
menjelaskan kekuatan sosial dengan melihat seberapa banyak seseorang
memiliki jaringan pertemanan yang mampu menambah daya pengaruh dan
perolehan informasi. Adler dan Kwon (2002) menyatakan bahwa daya
pengaruh dan informasi yang dimiliki seseorang mampu membukakan jalan
pada kesempatan karir (dalam Fugate, et al., 2004). Tomaka, Blascovich,
Kibler, dan Ernest (1997) menyatakan bahwa seseorang yang mampu
menyadari kesempatan karirnya dapat melihat peristiwa kehilangan pekerjaan
justru sebagai kesempatan untuk berubah dan berkembang ke arah yang lebih
baik (dalam Fugate, et al., 2004). Lattack (1995) menambahkan bahwa
seseorang dengan employability yang tinggi mampu menghadapi pasar kerja
yang dinamis dengan coping yang lebih adaptif. Jika dikaitkan dalam konteks
penelitian ini, maka karyawan kontrak mampu mengandalkan kekuatan
pertemanannya dalam memperoleh kesempatan karir, sehingga karyawan
kontrak tidak merasa khawatir apabila harus kehilangan pekerjaannya di masa
mendatang.
Subjek yang terlibat dalam penelitian ini yang memiliki masa kerja lebih
dari 2 tahun, yaitu sebanyak 42 orang. Hal tersebut berarti mayoritas subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
telah memiliki pengalaman dalam bekerja. Lubit (2001) menyatakan bahwa
pengalaman kerja sangat penting dalam meningkatkan kemahiran
menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan. Fugate et al. (2004) menyatakan bahwa
pengalaman merupakan unsur penting yang mampu mendukung karyawan
dalam beradaptasi secara individu maupun di tingkat organisasi. Hal tersebut
mampu menjelaskan hubungan negatif antara employability dan job insecurity.
Karyawan kontrak yang memiliki employability yang tinggi mampu
mengantisipasi peristiwa kehilangan pekerjaannya dengan menciptakan
peluang-peluang dalam karirnya. Kanfer, Wanberg, dan Kantrowitz (2001)
juga menjelaskan bahwa orang dengan employability yang tinggi memilik i
kepercayaan diri untuk menggunakan modalitas yang dimiliki dirinya seperti
kualitas kepribadian, optimisme, efikasi diri, dan tingkat pendidikan (dalam
Fugate, et al., 2004). Modalitas diri tersebut membuat individu lebih jarang
merasakan kekhawatiran mengenai karirnya di masa mendatang.
Masa kerja karyawan kontrak yang melebihi ketentuan aturan kontrak
juga dapat menjadi analisa tambahan bagi peneliti. Hal tersebut mampu
memengaruhi dinamika hubungan antara employability dan job insecurity yang
dijelaskan dengan Teori Motivasi milik McClleland. Subjek dalam penelit ian
ini yang memiliki masa kerja sebagai karyawan kontrak selama ≥ 2 tahun
sebanyak 42 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa selesainya masa kontrak
diputuskan oleh pihak perusahaan dalam waktu yang tidak menentu. Teori
reinforcement yang diungkapkan McClleland menyatakan bahwa perilaku
seseorang dimotivasi atau didorong oleh konsekuensi yang seseorang prediksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(Riggio, 2008). Jika dikaitkan dengan model jadwal reinforcement, maka
pengaturan masa kontrak yang tidak menentu merupakan jenis jadwal variabel-
rasio. Jadwal variabel-rasio memunculkan reward atau dalam hal ini
perpanjangan kontrak yang tidak terprediksi oleh karyawan kontrak sehingga
mampu menimbulkan perilaku yang bertahan lama. Hal tersebut membuat
karyawan kontrak tidak lagi merasa khawatir apabila kehilangan pekerjaannya
dan merasa secure selama bekerja. Brown, Hesketh, dan Williams (2003) juga
menyatakan bahwa pekerja juga dipengaruhi oleh motivasi nonfinansial, yaitu
motivasi untuk meredam tingkat job insecurity (dalam Cuyper et al., 2008).
Cuyper, Sulea, Philippaers, Fischmann, Iliescu, dan De Witte (2014)
menemukan bahwa karyawan yang jarang merasakan job insecurity memilik i
tingkat employability yang tinggi dan tidak akan menarik diri dari perusahaan.
Hal tersebut senada dengan penelitian ini yang menghasilkan pengukuran
employability yang tinggi sekaligus job insecurity yang cenderung rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi antara variabel
employability dan job insecurity sebesar 0,395. Hubungan kedua variabel juga
memperlihatkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan penghitungan
korelasi dapat disimpulkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara variabel employability dan job insecurity pada karyawan kontrak di
perusahaan swasta yang berdomisili di DIY dan Jateng. Employability sebagai
variabel bebas menyumbangkan kontribusi sebesar 10,7% dalam memengaruhi
job insecurity sebagai variabel tergantung. Artinya, peningkatan employability
akan diikuti penurunan job insecurity pada karyawan kontrak.
B. Saran
1. Bagi Karyawan Kontrak
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesadaran pada
karyawan kontrak bahwa mereka tidak perlu berfokus pada kekhawatiran
kerja yang mereka alami. Hasil penelitian ini menunjukkan meskipun
karyawan sedang berada dalam masa kontrak, namun mereka memiliki job
insecurity yang rendah. Sebaliknya, tingkat employability pada karyawan
kontrak menunjukkan hasil yang tergolong tinggi. Karyawan perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mengoptimalkan kemampuan adaptasi di lingkungan kerjanya agar
mampu melewati masa kontrak tanpa kekhawatiran yang berlebihan.
2. Bagi Perusahaan Swasta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan kontrak memilik i
tingkat employability yang tinggi. Hal tersebut berhubungan dengan
penurunan tingkat job insecurity di kalangan karyawan kontrak. Penelit ian
ini menunjukkan bahwa karyawan kontrak sebenarnya memiliki potensi
besar untuk mencapai kinerja yang baik, apabila pihak perusahaan
bersedia memberikan kesempatan bagi peningkatan karirnya. Wagenaar et
al. (2011) mengungkapkan bahwa pekerja sementara diasosiakan dengan
autonomi yang rendah. Langkah awal yang mampu dilakukan pihak
perusahaan, yaitu memberikan otonomi tugas yang lebih besar bagi
karyawan kontrak.
3. Saran Penelitian Selanjutnya
Data yang digunakan dalam penelitian ini tidak mengikuti distribus i
normal. Hal tersebut berarti peneliti tidak dapat melakukan generalisas i
hasil penelitian dalam cakupan populasi. Widhiarso (2010) menyatakan
bahwa semakin besar sampel yang dilibatkan dalam penelitian, maka data
tersebut akan semakin mendekati distribusi normal. Penelitian ini hanya
melibatkan 128 subjek dan terbatas pada 4 perusahaan di DIY dan Jateng.
Apabila ingin menggambarkan keadaan populasi karyawan kontrak,
penelitian selanjutnya perlu melibatkan jumlah subjek yang lebih banyak
dan berasal dari sektor perusahaan swasta yang bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil penelitian ini menghasilkan hubungan yang signifikan antara
variabel employability dan job insecurity. Nilai sumbangan efektif variabel
employability yang memengaruhi kenaikan dan penurunan job insecurity
tergolong kecil, yaitu sebesar 10,7%. Hal tersebut berarti perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut variabel bebas lain yang juga mampu memengaruhi
tingkat job insecurity. Penelitian selanjutnya juga perlu mencari tahu
mengenai variabel moderator apa saja yang mampu memperkuat
hubungan antara employability dan job insecurity.
Hasil kajian pustaka menyatakan pekerja sementara dikaitkan
dengan job insecurity (Naswall & De Witte, 2003), namun Connelly dan
Gallagher (2004) mengungkapkan bahwa setiap tipe kontrak
menghasilkan heterogenitas dari tekanan kerja yang berbeda. De Cuyper
et al. (2008) menambahkan bahwa tipe kontrak sementara mampu
menghasilkan respon penerimaan job insecurity yang berbeda pula
tergantung gender, usia, suku, dan level pendidikan (Wagenaar et al.,
2011). Penelitian selanjutnya perlu mencari tahu tipe-tipe karyawan
kontrak dan menetapkan kriteria tertentu bagi subjek yang terlibat dalam
penelitian. Peneliti selanjutnya juga dapat melibatkan karyawan tetap
sebagai subjek penelitian untuk mengetahui perbedaan job insecurity
antara karyawan kontrak dan karyawan tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, D.O. (2006). The moderating effect of self-efficacy on job insecurity and
organizational commitment among Nigerian public servants. Journal of
Psychology in Africa, 16(1), 35 – 43.
Amelia, M. (2016, Mei). Puluhan ribu buruh akan kepung istana. Detik News. Diakses 11 April, 2018, dari https://news.detik.com/ berita/3134667/puluhan-ribu-buruh-akan-kepung- istana-sabtu-6-februari-
dilarang- long-march
Ashford, S.J., Lee, C., & Bobko, P. (1989). Content, causes, and consequences of job insecurity: a theory-based measure and substantive test. The Academy of Management Journal, 32(4), 803 – 829.
Pelajar Badan Pusat Statistik. (2016, Mei). Five plans to upskill Indonesia’s workforce. The
Jakarta Post. Diakses 12 Maret, 2018, dari http://www.thejakartapost.com/adv/2016/05/04/five-plans-to-upskill-
indonesias-workforce.html Borg, I., & Elizur D. (2007). Job insecurity: correlates, moderators and
measurement. International Journal of Manpower, 13(2), 13 – 26.
Bosman, J., Buitendach, J.H., & Rothman, S. (2005). Work locus of control and dispositional optimism as antecendents to job insecurity. SA Journal of Industrial Psychology, 31(4), 17 – 23.
De Cuyper, N., Bernhard-Oettel, C., Berntson, E., De Witte, & Alarco, B. (2008).
Employability and employees well-being: mediation by job insecur ity. Applied Psychology an International Review, 57(3), 488 – 509.
De Cuyper, N., De Witte, H., Kinnunen U., & Natti J. (2010). The relationship between job insecurity and employability and well-being among finish
temporary and permanent employees. International Studies of Management & Organization, 40(1), 57 – 73.
De Cuyper, N., Sulea, C., Philippaers, K., Fischmann G., Iliescu, D., & De Witte, H. (2014). Perceived employability and performance: moderation by felt job
insecurity. Personnel Review, 43(4), 536 – 552. De Witte, H. (2005). Job insecurity: review of the international literature on
definitions, prevalence, antecedents and consequences. SA Journal of Industrial Psychology, 31 (4), 1 – 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
De Witte, H., & Naswall, K. (2003). Objective vs. subjective job insecurity:
consequences of temporary work for job satisfaction and organizationa l commitment in four European countries. Economic and Industrial Democracy, 24, 149 – 188.
Elst, T.V., De Witte, H., & De Cuyper, N. (2014). The job insecurity scale: a
psychometric evaluation across five European countries. European Journal of Work and Organizational Psychology, 23(3), 364 – 380.
Fanggidae, V. (2016, September). Indonesia’s workforce in need of total overhaul. The Jakarta Post. Diakses 11 April, 2018, dari
Forrier, A., and L. Sels. (2003). Temporary employment and employability: training opportunities and efforts of temporary and permanent employees in
Belgium. Work, Employment and Society, 17(4), 641 – 666. Forrier, A., and L. Sels. (2003). The concept employability: a complex mosaic.
International journal human resource Development and Management, 3(2), 103 – 124.
Fugate, M., Kinicki, A.J., & Ashforth B.E. (2004). Employability: a psycho-social
construct, its dimensions, and applications. Journal of Vocational Behavior,
65, 14 – 38.
Fullerton A.S., Long M.A., & Anderson, K.F. (2016). Job insecurity and substance use in the United States: stress, strain, and the gendering of precarious employment. Research in the Sociology of Work . 241 – 271.
Gowan, M.A. (2012). Employability, well-being and job satisfaction following a
job loss. Journal of Managerial Psychology, 27(8), 780 – 798. Hawass, H.H. (2015). Ethical leadership and job insecurity: Exploring
interrelationships in the Egyptian public sector. International Journal of Commerce and Management, 25(4), 557 – 581.
Haynie, J.J., Svyantek, D.J., Mazzei, M.J., & Varma V. (2016). Job insecurity and
compensation evaluations: the role of overall justice. Management
Decision, 54(3), 630 – 645.
Hellgren, J., Sverke, M., & Isaksson K. (1999). A two-dimensional approach to job insecurity: consequences for employee attitudes and well-being. European Journal of Work and Organizational Psychology, 8(2), 179 – 195.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
International Labour Organization. (2015, November). Tren sosial dan
ketenagakerjaan (terbaru). Jakarta: Tim Penulis. Jiang, L., & Probst, T.M. (2017). Job Insecurity, job loss, and reemployment:
implications for an aging workforce. The Aging Workforce Handbook , 399 – 417.
Kang, D., Gold, J., & Kim, D., (2012). Responses to job insecurity – the impact on
discretionary extra-role and impression management behaviors and the
moderationg role of employability. Career Development International, 17(4), 314 – 332.
Kinnunen, U., Mauno, S., Natti, J., & Happonen, M. (2000). Organizationa l
antecedents and outcomes of job insecurity: a longitudinal study in three
organizations in Finland. Journal of Organizational Behavior, 21(4), 443 – 459.
Klehe, U.C., Zikic J., van Vianen, A.E.M., Koen J., & Buyken M. (2015). Coping
proactively with economic stress: career adaptability in the face of job
insecurity, job loss, unemployment, and underemployment. The Role of the Economic Crisis on Occupational Stress and Well-Being, 10, 131 – 176.
Lastad, L., Elst, T.V., & De Witte, H. (2016). On the reciprocal relationship
between individual job insecurity and job insecurity climate. Career
Development International, 21(3), 246 – 261.
Mauno, S., Kinnunen, U., Makikangas A., & Natti, J. (2005). Psychologica l consequences of fixed-term employment and perceived job insecur ity among health care staff. European Journal of Work and Organizational
Psychology, 14(3), 209 – 237.
Veld, M., Semeijn, J., & van Vuuren, T. (2015). Enhancing perceived employability, an interactionist perspective on responsibilities of organizations and employees. Personnel Review, 44(6), 866 – 882.
Passer, M.W. & Smith R.E. (2012). Psychology: the science of mind and behaviour.
Australia: McGraw-Hill Ratya, P.R. (2017, April). Menaker: RI butuh 3,7 juta tenaga kerja terampil per
tahun. Detik News. Diakses 11 April, 2018, dari https://news.detik.com/news/berita/d-3474059/menaker-ri-butuh-37-juta-
tenaga-kerja-terampil-per-tahun Richter, A., Naswall K., Bernhard-Oettel, C., & Sverke, M. (2013). Job insecur ity
and well-being: the moderating role of job dependence. European Journal of Work and Organizational Psychology, 23(6), 816 – 829.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Riggio, R. E. (2008). Introduction to industrial/ organizational psychology 5th ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Roskies, E., & Louis-Guerin, C. (1990). Job insecurity in managers: antecedents and consequences. Journal of Organizational Behavior, 11, 345 – 359.
Santosa, A. (2010). Statistik untuk psikologi: dari blog menjadi buku. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Santosa, S. (2012). Aplikasi spss pada statistik non parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Schreurs, B., Guenter, H., Jawahar, I.M., & De Cuyper, N. (2015). Speaking up
when feeling job insecure. Journal of Organizational Change Management.
28(6), 1107 – 1128.
Suara Pembaruan. Pelayanan publik aktualitas hukum dan kriminalitas. Diakses 11 April 2018, dari http://www.beritasatu.com/megapolitan/411067-buruh-kbn-cakung-protes-praktik-pemutihan-perusahaan.html
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif dalam
psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Suryabrata, Sumadi. 1999. Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Dikti Wagenaar, A., Kompier, M., Houtman, I., Bossche, S., Smulders, P., & Waris, T.
(2011). Can labour contract differences in health and work-related attitudes be explained by quality of working life and job insecurity. Int Arch Occup
Environ Health’s Journal, 85, 763 – 773. Widhiarso, W. (2011, April). Hasil uji statistika yang tidak signifikan dan ukuran
efek kecil bukanlah sebuah kegagalan dalam penelitian. Diakses 5 Mei, 2018, dari http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/wp/
Widhiarso, W. (2011, Februari). Sumbangan efektif [Pesan 1]. Pesan dimuat dalam