i HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL CONTAGION DENGAN LOOTING BEHAVIOR PADA SUPORTER SEPAK BOLA DI SEMARANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh Handika Gusni Rahmulya 1511411143 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
50
Embed
HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL CONTAGION DENGAN ...lib.unnes.ac.id/30431/1/1511411143.pdfsepakbola di Semarang berada pada kategori tinggi dengan presentase 61,9%. Aspek yang paling menonjol
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
HUBUNGAN ANTARA EMOTIONAL CONTAGION DENGAN LOOTING BEHAVIOR PADA SUPORTER SEPAK BOLA
DI SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Handika Gusni Rahmulya
1511411143
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Waktu yang diisi keluh akan berisi keluh, waktu yang berkeringat karena kerja
akan melahirkan serdadu-serdadu kebijaksanaan (Wiji Thukul)
Bunga mawar tidak mempropogandakan harum semerbaknya, dengan sendirinya
harum semerbaknya itu tersebar di sekelilingnya (Soekarno)
Imagine, Feel, Believe (Erix Soekamti)
Persembahan :
Untuk Ibu dan Bapak,
terimakasih atas segenap
kesabaran dan doa yang
dipanjatkan untuk anak-
anaknya. Karya sederhana ini
saya persembahkan untuk
panjenengan berdua
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Allah SWT mengijinkan saya menuntaskan skripsi dengan
judul “Hubungan Emotional Contagion Dengan Looting Behavior Pada Suporter
Sepak Bola di Semarang”
Dalam perjalanannya, penelitian ini sering saya tinggalkan untuk
melakukan banyak hal yang menantang dan saya sukai. Termasuk berjumpa dan
berdisukusi dengan kawan-kawan baru yang selalu bersemangat untuk selalu
mendiskusikan problem bangsa, dan terkadang juga problem hati.
Skripsi, bagi saya, adalah kristalisasi kegalauan dari medan perasaan
sampai medan perjuangan yang saya lalui bertahun-tahun. Proses kristalisasi ini
bertambah cepat dengan bantuan langsung maupun tak langsung dari banyak
orang. Untuk itu, saya mesti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang
3. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.Si. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang
4. Anna Undarwati S.Psi., M.A. dosen penguji yang memberikan kritikan tajam
dan mengena ketika pendadaran. Dari pendadaran ini saya belajar bahwa
seorang intelektual harus selalu bersikap rendah hati sejak dalam pikiran.
vi
5. Nuke Martiarini S.Psi., M.A., Dosen pembimbing I yang membuka ruang
lebar untuk berpikir. Proses komunikasi yang ganjil dengan Ibu justru
membuat saya semakin terpacu untuk menuntaskan skripsi ini sebaik-
baiknya.
6. Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar dan bertanggungjawab telah
membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf di Jurusan Psikologi yang telah
berkenan membagikan ilmu dan pengalaman kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Angkatan 2011 psikologi UNNES. Terimakasih,
atas segala gegap gempita selama bersama kalian.
9. Agus Prabowo Setyo Budi, Terimakasih telah menjadi Ayah juara 1 seluruh
dunia
10. Eny Indrieastuti, Terimakasih atas segala kasih sayang dan kesabaranya yang
tak terhingga selama lebih dari 24 tahun ini, semuanya tak akan bisa
persahabatanya, semoga kesuksesan selalu bersama kalian.
12. Aldy, Ryan, Agil, Yanuar, Adit, maturnuwun atas dialektika yang
mencerahkan! Semoga bisa berjumpa di ruang yang membuat kita leluasa
menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk republik!.
13. Citra Desi Deriya, terimakasih telah menemani dari awal sampai akhir
pengerjaan Skripsi ini. Setiap hari mimpi itu semakin nyata dek!
14. Intan Gusni Virgilia, terimakasih telah menjadi kakak yang baik.
vii
15. Suporter Sepak Bola di Semarang yang telah bersedia menjadi informan
penelitian sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tas segala
bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kritik dan saran dari semua pihak diterima dengan senang hati. Akhirnya
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Semarang, Februari 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Handika Gusni Rahmulya. 2017. “Hubungan Emotional Contagion dengan
Looting Behavior Pada Suporter Sepak Bola di Semarang”. Skripsi, Jurusan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Dosen
Pembimbing I: Nuke Martiarini, S.Psi., M.A. dan Dosen Pembimbing II: Dr. Drs.
Edy Purwanto, M.Si.
Kata Kunci: Emotional Contagion, Looting Behaviour dan Suporter Sepakbola
Suporter sepakbola yang menampilkan perilaku menjarah juga merupakan
dampak dari adanya emotional contagion yang negatif. Hal tersebut menunjukkan
bahwa emotional contagion yang negatif dapat berdampak pada anggota suporter
sepakbola yang melakukan penjarahan (looting behaviour) kepada pedagang atau
masyarakat sekitar yang dilewatinya. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk
mengetahui gambaran looting behaviour pada suporter sepakbola; (2) Untuk
mengetahui gambaran emotional contagion pada suporter sepakbola dan (3) untuk
mengetahui hubungan emotional contagion dengan looting behaviour pada
suporter sepakbola di Semarang.
Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif dengan desain penelitian
korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota suporter PSIS.
Teknik sampel yang digunakan adalah insidental sampling sehingga jumlah
sampel yang diambil sebanyak 97 suporter. Metode pengumpulan data
menggunakan skala looting behaviour dan skala emotional contagion. Angket
skala looting behaviour terdapat 48 aitem dengan 42 aitem yang valid dan 6 aitem
yang gugur sedangkan angket emotional contagion terdapat 15 aitem dan seluruh
aitem sudah valid. Reliabilitas skala looting behaviour dengan koefisien sebesar
0,910 dan skala emotional contagion diperoleh koefisien sebesar 0,753. Analisis
data menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi dan korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) looting behaviour pada suporter
sepakbola Semarang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 44,3%.
Aspek yang paling menonjol terhadap looting behaviour suporter yaitu
ketersediaan barang-barang untuk dijarah; (2) emotional contagion pada suporter
sepakbola di Semarang berada pada kategori tinggi dengan presentase 61,9%.
Aspek yang paling menonjol terhadap emotional contagion suporter adalah aspek
ketakutan; dan (3) ada hubungan positif antara emotional contagion dengan
looting behaviour pada suporter PSIS Semarang dengan koefisien korelasi (r)
sebesar 0,825 dan signifikansi (p) = 0,000 .
Saran yang diberikan adalah subyek memiliki tingkat emotional contagion
yang tinggi, karena ketakutan yang tinggi. Oleh karena itu, suporter sepakbola
PSIS Semarang perlu mengurangi ketakutan pada diri sendiri terhadap berita-
berita negatif tentang suporter agar dapat menghilangkan emotional contagion
yang negatif. Bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian serupa sebaiknya
perlu menambahkan variabel lain seperti solidaritas kelompok, fanatisme atau
empati para suporter sepakbola sehingga dapat melengkapi hasil penelitian ini.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERNYATAAN................................................................................................. ii
PENGESAHAN.................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
ABSTRAK.......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
rasa dekat, (6) bakti, (7) hormat, (8) kasmaran dan (9) kasih sayang. Emosi
cinta (rasa cinta) juga mengikat perasaan seseorang dengan masyarakat,
keluarga, teman maupun tanah airnya. Cinta dapat menimbulkan atau
melahirkan motivasi untuk rela berkorban membela keluarga, masyarakat,
teman dan juga tanah airnya, baik itu secara material maupun secara
spiritual.
25
2) Kebahagiaan
Kebahagiaan atau rasa senang merupakan emosi yang paling
mendasar. Kebahagian ini dapat berupa (1) kepuasan hati karena beberapa
orang menganggap kebahagiaan dapat diraih dengan kesenangan tanpa
melihat materi, dan (2) merasa tidak punya masalah, bagi sebagian yang
lain, kebahagiaan adalah saat dimana tidak ada sedikitpun masalah yang
hadir dalam hidupnya.
3) Takut
Ketakutan adalah karakteristik emosi ketika merasa takut akan suatu
ancaman bahaya atau suatu kejahatan, dan sifatnya spesifik pada beberapa
objek atau pengalaman tertentu. Ketakutan memiliki fungsi protektif
karena dapat memotivasi untuk menghindari dan mendorong individu
untuk menjauhi atau menghindari sesuatu yang membahayakan. Maka rasa
takut seseorang dapat dilihat dari (1) adanya ancaman bahaya atau suatu
kejahatan, dan (2) menjauhi atau menghindari sesuatu yang
membahayakan.
4) Marah
Kemarahan dapat berbentuk dari (1) perasaan frustasi karena ada
sesuatu yang mengganggu, dan (2) mengekpresikan kemarahan kedalam
bentuk tertentu. Perasaan frustrasi dapat terjadi karena ada sesuatu hal
yang mengganggu dalam pencapaian tujuan atau maksud seseorang.
Kemudia mengekpresikan kemarahan, kemarahan yang ditumpuk bisa
menjadi pupuk bagi kemarahan itu sendiri dan justru akan lebih
26
meningkatkan potensi untuk marah, yang nantinya akan memunculkan
berbagai masalah, seperti masalah kesehatan atau kerenggangan dalam
hubungan antar individu.
5) Kesedihan.
Secara relatif, kesedihan bersifat lembut, dangkal, dan seringkali
merupakan ungkapan emosi yang singkat dari penderitaan. Kesedihan ini
dapat berbentuk (1) duka cita terasa tajam dan dalam, (2) rasa kehilangan
yang begitu lama. Meskipun pada dasarnya tidak ada seorangpun yang
merasa nyaman saat bersedih, namun kesedihan ternyata memiliki fungsi
adaptif, yaitu sebagai pembangkit semangat seseorang untuk merubah
hidupnya.
2.2.11 Proses Terjadinya Emotional Contagion
Penularan emosi dipandang sebagai komponen tertentu dari empati yang
orang tidak hanya memiliki kemampuan untuk berbagi perasaan orang lain, tetapi
juga memiliki kemampuan merasa sebagai orang lain merasa (Hatfield, Rapson, &
Le, 2009 dalam Englert, 2014). Penularan emosi sebagai sebagai proses ada dua
langkah yaitu pertama meniru orang dan kedua adalah perubahan suasana hati
melalui berpura-pura. Peniruan tampaknya menjadi salah satu dasar dari gerakan
emosional antara orang.
27
Hatfield dan Rapson (2010) dalam Englert, (2014) mengusulkan bahwa ada
tiga cara dalam proses penularan emosi yaitu sebagai berikut:
1) Dalam percakapan, orang secara otomatis dan terus menerus meniru dan
menyinkronkan atau menyamakan ekspresi wajah, suara, postur, gerakan
dan perilaku dengan orang lain.
2) Pengalaman emosional subyektif dipengaruhi peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi menjadi umpan balik seperti ekspresi mimik yang sama.
3) Akibatnya, orang cenderung, dari waktu ke waktu untuk "menangkap"
emosi orang lain.
2.2.12 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emotional Contagion
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi emotional contagion seperti
menurut Savira (2010) adalah sebagai berikut:
1) Atensi individu terhadap informasi eksternal terutama informasi emosional
individu lain. Atensi individu terutama dipengaruhi oleh kesadaran
terhadap informasi internalnya seperti ingatan dan pengalaman tertentu,
serta kemampuan untuk memberikan kontrol menyeleksi stimulus yang
menjadi sumber perhatian. Informasi emosional dapat diperoleh melalui
pengamatan terhadap ekspresi wajah, postus dan gerakan tubuh, serta
verbal dan intonasi suara.
2) Emosi, yang mempengaruhi individu untuk lebih peka terhadap satu atau
beberapa informasi emosional saja yang serupa atau mirip dengan keadaan
emosi pasien pada saat itu, atau yang dianggap lebih penting daripada
stimulus yang lain.
28
3) Behaviour synchrony/perilaku menyesuaikan, faktor ini dapat
memudahkan individu untuk mengidentifikasi emosi individu lain secara
lebih akurat. Individu yang memiliki kecenderungan untuk melakukan
behaviour synhrony akan lebih mudah mengalami penularan emosi.
Banyak faktor yang dapat berkontribusi untuk bagaimana seseorang
mengalami penularan emosi. Coenen dan Broekens (dalam Englert, 2014)
mengungkapkan bahwa terdapat tiga kelompok besar yaitu perbedaan individu,
faktor interpersonal, dan lain-lain. Contoh dari perbedaan individu adalah emosi
yang terkait sifat yang membahas bagaimana orang-orang yang rentan terhadap
penularan emosi adalah mereka yang memperhatikan emosi orang lain 'daripada
mereka yang berkomunikasi emosi mereka kepada orang lain. Dengan faktor-
faktor interpersonal, bukti menunjukkan bahwa penularan emosi adalah kuat di
dalam-kelompok dibandingkan keluar-kelompok. Di bawah kategori lain-lain
melibatkan ada suasana di mana bukti yang lemah menunjukkan bahwa orang
yang paling rentan terhadap penularan emosi saat mereka senang.
2.3 Hubungan Antara Emotional Contagion dengan Looting Behaviour
Anggota kelompok seperti suporter sebagai pelaku kekerasan atau
penjarahan dapat bertindak sedemikian rupa, meskipun pada dasarnya jika mereka
berada di luar kelompok merupakan individu-individu yang baik dan tidak pernah
melakukan penjarahan, kekerasan atau berbuat kriminal. Alasan-alasan utama
bagi anggota kelompok dapat melakukan penjarahan dan kekerasan adalah (1)
terjadi penularan emosi negatif diantara anggota kelompok; (2) penegakkan
hukum dipersepsi tidak adil sehingga mereka sendiri yang harus menciptakan
29
keadilan sendiri; (3) ada ketidak adilan dalam masyarakat dan mereka adalah
korban dari ketidak adilan itu; dan (4) terjadi identifikasi ke dalam mob sehingga
kesadaran mereka sebagai individu digantikan oleh kesadaran bahwa mereka
merupakan bagian dari kelompok (Abidin, 2007).
Hasil penelitian Barsade (2002) menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
signifikan dari proses penularan emosi pada sikap individu dengan kelompok.
Seperti yang diperkirakan, penularan emosi positif pada anggota kelompok akan
berdampak pada peningkatan kerjasama, penurunan konflik, dan peningkatan
kinerja yang dirasakan juga.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka hubungan
antara emotional contagion dengan looting behaviour seperti di bahwa ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir Hubungan Emotional Contagion dengan Looting Behaviour
Emosi Anggota
Suporter PSIS
Faktor-faktor penyebab Looting Behaviour
1. Penularan emosi negatif; 2. Penegakkan hukum yang tidak adil 3. Ada ketidak adilan dalam masyarakat 4. Adanya kesadaran sebagai bagian dari kelompok
Faktor-faktor penyebab Emotional Contagion
1. Atensi
2. Emosi
3. Behaviour synchrony
Emotional Contagion Looting Behaviour
Kriminalitas Suporter PSIS
30
2.4 Hipotesis
Berdasarkan konsep teori diatas maka hipotesis yang diajukan adalah: “ada
hubungan antara emotional contagion dengan looting behaviour pada suporter
PSIS Semarang”. Hubungan bersifat positif, berarti semakin tinggi emotional
contagion maka akan semakin tinggi looting behavior. Sebaliknya, jika semakin
rendah emotional contagion maka akan semakin rendah pula looting behavior.
93
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Looting behaviour pada suporter sepakbola Semarang berada pada
kategori sangat tinggi dengan presentase 44,3%. Aspek yang paling
menonjol terhadap looting behaviour suporter yaitu ketersediaan barang-
barang untuk dijarah.
2. Emotional contagion pada suporter sepakbola di Semarang berada pada
kategori tinggi dengan presentase 61,9%. Aspek yang paling menonjol
terhadap emotional contagion suporter adalah aspek ketakutan.
3. Ada hubungan positif antara emotional contagion dengan looting
behaviour pada suporter PSIS Semarang dengan koefisien korelasi (r)
sebesar 0,825 dan signifikansi (p) = 0,000 .
93
94
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
a. Bagi Subyek Penelitian (Suporter Sepakbola PSIS Semarang)
1. Subyek memiliki tingkat emotional contagion yang tinggi, karena
ketakutan yang tinggi. Oleh karena itu, subyek atau suporter sepakbola
PSIS Semarang perlu mengurangi ketakutan pada diri sendiri terhadap
berita-berita negatif tentang suporter agar dapat menghilangkan emotional
contagion yang negative.
2. Looting behaviour yang tinggi pada aspek ketersediaan orang-orang yang
potensial untuk menjarah sangat tinggi, maka suporter sepakbola PSIS
Semarang perlu berhati-hati dan berusaha mengontrol diri untuk tidak
melakukan aksi menjarah penjarahan. Tidak adanya larangan merupakan
aspek terendah maka sebaiknya anggota suporter sepakbola PSIS
Semarang saling mengingatkan atau melarang untuk melakukan
penjarahan.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik dengan penelitian serupa sebaiknya peneliti
perlu menambahkan variabel lain seperti solidaritas kelompok, fanatisme atau
empati para suporter sepakbola sehingga dapat melengkapi hasil penelitian
ini. Selain itu, peneliti selanjutnya hendaknya memperbaiki aitem khususnya
pada skala looting behavior sehingga menggambarkan aspek-aspek looting
behavior secara lebih detail.
95
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal. 2007. Teori-Teori Psikologi Sosial Tentang Kekerasan Kolektif. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.hlm: 1-19
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Barsade, Sigal G. 2002. The Ripple Effect: Emotional Contagion and Its Influence
on Group Behavior. Administrative Science Quarterly, Vol. 47, No. 4, pp.
644-675
Berkowitz, L. 2003. Agresi: Sebab Akibat. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
Christopher K. Hsee, et all. 1990. The Effect of Power on Susceptibility to Emotional Contagion. Cognition And Emotion Journal. Vol. 4, No.4,pp.
327-340
Cottingham, Marci D. 2012. Interaction Ritual Theory and Sports Fans:Emotion, Symbols, and Solidarity. Sociology of Sport Journal. Vol.1,No. 29,pp.168 -
185
Dayakisni, T. H & Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. Malang:Universitas
Muhammadiyah Malang Press
Deborah Platts-Fowler. 2013. ‘Beyond the loot’ Social disorder and urban unrest. Papers from the British Criminology Conference, Vol. 13. pp.17-32
Doherty, R. W. 1997. The Emotional contagion scale: A measure of individual differences. Journal of Nonverbal Behavior, 21, pp. 131-154.
Englert, Lauren. 2014. The Impact of Emotional Contagion and its Relationship to Mood. pp.1-19 dalam https://www.mckendree.edu
Goleman, D. 2007. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hatfield, E., Cacioppo, J. L. & Rapson, R. L. 1994. Emotional contagion. Current Directions in Psychological Sciences.Vol. 2, pp.96-99
Helmi, Avin Fadilla dan Soedardjo. 1998. Beberapa Perspektif Perilaku Agresi. Buletin Psikologi. Vol 4, No. 2.hlm:9-15
J Tsai, et all. 2012. A Study of Emotional Contagion with Virtual Characters.
Journal University if Southern California.pp.81-88
Krahe, Barbara. 2005. Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Lucky, Novie dan Setyowati, Nanik. 2013. Fenomena Perilaku Fanatisme Suporter Sepak Bola (Studi Kasus Komunitas Suporter Persebaya Bonek Di
96
Surabaya). Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan. No 1, Vol 1. hlm:
180-195
Palinoan, Erick Lolang. 2015. Pengaruh Konformitas Dengan Agresivitas Pada Kelompok Geng Motor di Samarinda. Ejournal Psikologi. Vol 4, No