HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles) S k r i p s i Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Oleh: Dima Wuenta Caesaria NIM: 049114102 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
154
Embed
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES …1].pdf · HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA
KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
PT. Industri Karet Nusantara
PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Dima Wuenta Caesaria
NIM: 049114102
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
iii
iv
“Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.”
(Amsal 21:30)
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
(Filipi 2:6)
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal.” (Mazmur 139:23)
“Belajarlah untuk melihat ke atas dan ke bawah secara seimbang. Melihat ke atas untuk semangat dan optimisme. Melihat ke bawah
untuk hati yang bersyukur dan kepekaan mengasihi.” (Penulis)
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus,
Nek Karo (di Surga,)
Papa & Mama,
Semua saudara,
Sahabat-sahabat,
Seluruh pribadi yang penulis temui.
v
vi
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI
PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
Dima Wuenta Caesaria
ABSTRAK
Stres kerja menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena stres kerja berpengaruh
pada kepuasan kerja. Banyak cara untuk mereduksi stres, salah satunya dengan adanya dukungan sosial yang dirasakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja. Subjek penelitian adalah 61 orang karyawan pabrik bagian produksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. Kriteria subjek penelitian adalah bekerja pada perusahaan yang sama, masa kerja minimal satu tahun dan karyawan tetap pada suatu pabrik. Alat ukur penelitian adalah Skala Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Skala Stres Kerja. Penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows versi 17.00 untuk menganalisis data penelitian. Seleksi item pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan korelasi item total. Setelah analisis item, Skala Dukungan Sosial memiliki 30 item, sedangkan Skala Stres Kerja memiliki 20 item. Skala Stres Kerja memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,917 dan Skala Dukungan Sosial memiliki nilai reliabilitas (α) sebesar 0,912. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas kedua alat ukur ini tinggi karena angka koefisien reliabilitasnya mendekati 1.Pengujian hipotesis yang digunakan untuk melihat hubungan kedua variabel adalah Product-Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara Dukungan Sosial yang Dirasakan dan Stres kerja. Hasil ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi rxy = -0,506 dengan koefisien signifikansi p = 0,00, p < 0,05. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dengan stres kerja.
Kata Kunci : stres kerja, dukungan sosial, karyawan pabrik bagian produksi
vii
The Relationship Between Social Support and Work Stress on Factory Production Area’s Employee at PT. Industri Karet Nusantara
PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles)
Dima Wuenta Caesaria
ABSTRACT
Work stress become an important things to be observe because it give an influence to job satisfaction. There is so many way to reduce work stress, one of them is the presence of perceived social support. The aim of this research was to investigate the relationship between perceived social support and work stress. The research subject were 61 factory production area’s employee of PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan. The subject criteria for the research were the employee who working in the same company, minimum work period is one year and permanent employee in a factory. This research used SPSS for Windows verse 17.00 program to analized research’s data. Item selection in the research were qualitative analysis and intem-total correlation. After item selection, Social Support Scale had 30 items and Work Stress Scale has 20 items. The reliability coefficient (α) for Work Stress Scale was 0.880 and for Social Support Scale was 0.912. This coefisient indicate that both measuring instrument had a high reliability because of the value of reliability coefficient (α) almost reach 1.The hypothesis testing that used to saw the relationship between that two variable was Pearson Product-Moment. The result indicate that there was a significant negative correlation between social support and work stress. This result shown by correlation coefficient value rxy = -0.506 with probability coefficient value p = 0.00 , p < 0,05. Based on the description above could be it concluded that there was a negative significant correlation between perceived social support and work stress.
Keyword : work stress, social support, factory production area employee.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bapa dan Teman yang terbaik
yang selalu memberikan rahmat, berkat, kekuatan, perlindungan, pembelajaran,
pembentukan karakter dan membuka-bukakan jalan sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik pada waktu yang terindah yang penulis alami.
Karya penulis yang sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna ini dapat
penulis selesaikan dengan bantuan baik moril maupun materil dari setiap pribadi
yang penulis jumpai. Pada kesempatan yang teristimewa ini, penulis dengan
kerendahan hati hendak mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Bagaimana pengaruh dukungan sosial yang dirasakan dengan stres
dapat dilihat dari bagaimana seseorang merasa aman. Individu yang merasa
aman dan tidak aman sangat berbeda dalam harapan mereka pada umumnya
tentang ketersediaan orang-orang terdekat dan cara merespon mereka terhadap
kebutuhan sebagaimana harapan mereka tentang penerimaan dan penolakan
mereka harus mempengaruhi untuk membedakan cara mereka memproses
informasi tentang
Terdapat beberapa sumber dukungan sosial. Dukungan sosial dapat
bersumber dari pasangan (suami atau isteri) atau rekan, kerabat, sahabat, rekan
kerja dan koneksi dengan komunitas (Kim, Sherman dan Taylor, 2008).
Sedikit berbeda Ganster, Fusilier dan Mayes (Rohman, Prihartanti dan Rosyid,
1997) menyatakan bahwa terdapat tiga sumber dukungan sosial yaitu
keluarga, rekan sekerja dan supervisor (penyelia). Berdasarkan penjelasan di
atas maka sumber dukungan sosial antara lain, keluarga, rekan sekerja,
penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas.
3. Manfaat Dukungan Sosial
Seseorang mencari dukungan sosial tentu saja karena terdapat manfaat
dari adanya dukungan sosial tersebut. Johnson dan Johnson (Toifur dan
Prawitasari, 2003) menyebutkan terdapat beberapa manfaat yaitu :
30
a. Meningkatkan produktivitas bila dihubungkan dengan pekerjaan.
Dukungan sosial dapat mengurangi stres. Stres yang berkurang
secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas kerja, karena stres
yang berlangsung terus menerus walaupun dalam tingkat yang rendah akan
menurunkan produktivitas kerja (Robbins, 1996)
b. Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri dengan
menumbuhkan rasa memiliki, memperjelas identitas diri, meningkatkan
harga diri dan mengurangi stres.
Adanya empati menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara
positif oleh lingkungannya. Rogers (dalam Rohman, Prihartanti dan
Rosyid, 1997) mengatakan bahwa ketika seseorang merasakan dirinya
dapat diterima secara positif oleh lingkungannya maka ia akan cenderung
untuk mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih
menerima dan menghargai dirinya sendiri. Keadaan ini tentu saja
membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi stres yang
dialaminya.
c. Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik. Jika dukungan sosial yang
dirasakan tinggi maka dapat meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam
ini berkaitan dengan tereduksinya stres kerja, sebaliknya jika dukungan
sosial yang dirasakan rendah maka akan menurunkan kesejahteraan
seseorang bahkan diasosiasikan dengan peningakatan ketidaksehatan
jantung dan kematian pada pasien penyakit jantung koroner.
(http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106). Hasil penelitian
31
Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) mengungkap bahwa dukungan
sosial meningkatkan kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada
umumnya.
d. Pengelolaan konstruktif terhadap stres dengan menyediakan pelayanan,
perawatan, sumber-sumber informasi dan umpan balik yang diperlukan
untuk menghadapi stres dan tekanan. Dukungan sosial ini yang kemudian
membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi stresor
dalam lingkungan kerjanya (Smet,1994).
C. Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja
Pada saat seseorang bekerja maka pasti akan terdapat sumber-sumber
stres (stresor) pada tempat ia bekerja tersebut. Stresor tersebut dapat berupa
stresor dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial dan pribadi individu itu
sendiri. Stresor tersebut dapat berfungsi sebagai sumber eustres maupun
sumber disstres. Pada saat stresor menghampiri seseorang maka orang tersebut
akan berusaha untuk beradaptasi. Namun jika pada kenyataannya seseorang
tidak dapat beradaptasi dengan stresor tersebut maka orang tersebut akan
mengalami apa yang dinamakan dengan stres kerja.
Stres kerja merupakan tekanan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan gangguan fisik yang dapat menghambat kinerja
seseorang. Dampak buruk dari stres kerja dapat berupa emosi yang labil,
mudah lupa sampai kepada gangguan fisik seperti sakit penyakit. Adanya
dampak buruk ini tentu saja akan menghambat kinerja seseorang dalam
32
bekerja. Melihat adanya dampak buruk stres pada kinerja seseorang maka stres
ini harus diatasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres adalah ada tidaknya dukungan
sosial (Smet,1994). Menurut Smet dukungan sosial dapat berupa dukungan
emosional, dukungan penghargaan, instrumental dan informatif. Dimana
dukungan sosial tersebut dapat diperoleh seseorang dari keluarga, rekan
sekerja, penyelia, sahabat dan koneksi dengan komunitas. Dukungan sosial ini
yang kemudian membantu seseorang untuk mengurangi stres dan menghadapi
stresor dalam lingkungan kerjanya.
Aspek pertama dari dukungan sosial adalah aspek emosional. Sebagaimana
kita ketahui bahwa seseorang membutuhkan empati dari orang lain. Adanya
empati ini menyebabkan seseorang merasa dirinya diterima secara positif oleh
lingkungannya. Rogers (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997) mengatakan
bahwa ketika seseorang merasakan dirinya dapat diterima secara positif oleh
lingkungannya maka ia akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif
terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri.
Keadaan ini tentu saja membantu seorang karyawan untuk dapat mereduksi
stres yang dialaminya.
Aspek kedua adalah dukungan penghargaan yang meliputi ungkapan
hormat (penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan
dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu
dengan orang-orang lain, seperti misalnya orang-orang yang kurang mampu
atau lebih buruk keadaannya. Setiap manusia membutuhkan kehangatan,
33
penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta dari orang lain yang
dinamakan sebagai need of positive regard (Rogers dalam Rohman,
Prihartanti dan Rosyid, 1997). Pada saat seseorang mengalami stres, dukungan
dalam bentuk ini akan membantu ia untuk membangun harga diri, kompetensi,
merasa berharga, meningkatkan kepercayaan diri dan konsep diri
(Sarafino,1997). Dengan demikian dukungan ini akan membantu seseorang
untuk menghadapi perasaan tertekan yang ia alami.
Aspek ketiga dari dukungan sosial adalah aspek instrumental. Aspek ini
meliputi bantuan dalam hal benda-benda yang dibutuhkan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan sebuah pekerjaan, secara langsung membantu
pelaksanaan pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu. Pemberian dalam
bentuk instrumental ini membantu kelancaran seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Jika sebuah pekerjaan dapat berjalan dengan lancar tentunya akan
secara langsung membantu seseorang untuk mereduksi stresnya.
Aspek terakhir adalah dukungan informasi. Aspek ini berkaitan dengan
pemberian informasi yang berguna untuk mengatasi masalah pribadi maupun
pekerjaan yang meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan keterangan-
keterangan yang dibutuhkan tentu saja kepada seeorang yang
membutuhkannya (Cohen dan Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti
dan Rosyid, 1997). Pemberian informasi ini dapat membantu seseorang untuk
mereduksi stres yang dialami baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun
permasalahan pribadi.
34
Hal yang penting dari adanya dukungan sosial adalah bagaimana
dukungan sosial tersebut dirasakan oleh seseorang. Dukungan sosial yang
dapat dirasakan oleh seseorang dinamakan dengan dukungan sosial yang
dirasakan. Jika dukungan sosial yang dirasakan tinggi maka dapat
meningkatkan kesejahteraan seseorang dalam ini berkaitan dengan
tereduksinya streskerja, sebaliknya jika dukungan sosial yang dirasakan
rendah maka akan menurunkan kesejahteraan seseorang bahkan diasosiasikan
dengan peningakatan ketidaksehatan jantung dan kematian pada pasien
penyakit jantung koroner. (http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106).
Sarason (Toifur dan Prawitasari, 2003) mengungkapkan bahwa dukungan
sosial dari lingkungan sekitar membuat seseorang merasa aman dan
dimengerti. Individu yang mendapatkan dukungan yang tinggi akan
mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai harga diri, serta
konsep diri yang tinggi dan memiliki kecemasan yang rendah. Selain itu
individu akan memiliki pandangan yang optimis terhadap hidupnya karena
seseorang yakin akan kemampuannya dalam mengendalikan situasi
dibandingkan dengan individu yang mendapatkan dukungan sosial yang
rendah. Sebaliknya, individu yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah
atau tidak mendapatkannya cenderung akan merasa tidak puas dengan
hidupnya. Sikap optimis ini memampukan individu untuk dapat mengatasi
stres yang ia hadapi dengan lebih baik atau mereduksi stres yang ada.
Berdasarkan penelitian beberapa ahli yang dimuat dalam Kim,Sherman
dan Taylor (2008) dinyatakan bahwa dukungan sosial secara efektif mereduksi
35
disstres psikologis seperti depresi atau kecemasan selama masa-masa stres,
dan hal tersebut diasosiasikan dengan berbagai keuntungan terhadap kesehatan
mental, meliputi efek positif pada penyakit jantung koroner, diabetes, penyakit
paru-paru, penyakit jantung, radang sendi dan kanker. Selain itu dukungan
sosial juga mengurangi kemungkinan terkena pernyakit, mempercepat
pemulihan penyakit, dan mengurangi kemungkinan kematian akibat sakit yang
serius.
Hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) melakukan
penelitian untuk melihat bagaimana efek dukungan sosial pada saat seseorang
mengalami stres, terutama yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
Hasil penelitiannya mengungkap bahwa dukungan sosial meningkatkan
kemampuan beradaptasi terhadap stresor pada umumnya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial yang dirasakan dan
stres kerja.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif yang signifikan
antara dukungan sosial dengan stres kerja. Sehingga jika dukungan sosial
tinggi maka stres kerja akan rendah. Sebaliknya jika dukungan sosial rendah
maka stres kerja akan tinggi.
36
Gambar 1 Kerangka Alur Pemikiran Penelitian
Dukungan Sosial dari: - keluarga - rekan sekerja - penyelia, - sahabat - koneksi dengan
komunitas
Aspek Dukungan Sosial - Emosional - Instrumental - Penghargaan - Informasi
Karyawan yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi
Karyawan yang kurang atau tidak mendapatkan dukungan sosial.
- Mendapatkan bantuan fisik
- Mendapatkan Informasi
- Mendapatkan cinta, perhatian
- Mendapatkan Pengakuan
- Tidak mendapatkan bantuan fisik
- Tidak mendapatkan informasi
- Tidak mendapatkan cinta dan perhatian
- Tidak mendapatkan pengakuan
Merasa dicintai, diakui, diterima, didukung, dihargai dan dipercaya, merasa tenang dan santai
Merasa tidak dicintai, tidak diakui, ditolak, sendirian, tidak dihargai dan tidak dipercaya, merasa tegang
Tingkat Stres Rendah Tingkat Stres Tinggi
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Korelasional. Usman dan
Akbar (2004) mengatakan bahwa penelitian korelasional adalah penelitian
yang bermaksud untuk mendeteksi sejauh mana variasi-wariasi pada suatu
faktor berhubungan dengan variasi-variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasinya. Sebagaimana defenisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti ingin
mengetahui hubungan antara konflik kerja antar karyawan dengan stres kerja.
B. Identifikasi Variabel
Terdapat dua jenis variabel dalam penelitian ini, yaitu :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial.
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah stres kerja.
C. Definisi Operasional
Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Stres kerja
Stres kerja adalah keadaan kurang nyaman di tempat kerja yang
menyebabkan karyawan merasa tertekan yang bersumber dari hal-hal yang
38
terdapat di lingkungan kerja yang kemudian mempengaruhi kondisi
fisik, emosi, kognisi dan aspek perilaku seseorang. Aspek-aspek stres yang
dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah disebutkan di atas merupakan
aspek-aspek stres berdasarkan Sarafino (1994) dan Anoraga (1992)yang
dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani (Munandar, 2001) serta George
dan Jones (2005) yang dikaitkan dengan faktor-faktor stres kerja dari Riggio
(2003).
Aspek-aspek stres kerja dapat dibagi sebagai berikut :
a. Aspek biologis/fisik
Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari
reaksi fisik yang dimunculkan seseorang seperti keringat dingin, tangan
bergetar, detak jantung lebih cepat, sakit kepala sebelah dan gangguan
fisik lainnya.
b. Aspek emosi
Aspek emosi berkaitan dengan bagaimana stres dapat dilihat dari
reaksi emosi yang dimunculkan seseorang seperti ketakutan, mudah
marah, cemas dan kondisi emosi yang kurang baik lainnya.
c. Aspek kognisi
Aspek ini berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat dari
reaksi kognisi seseorang seperti kesulitan mengingat, kesalahan dalam
memahami informasi penting atau bahkan pengabaian pada informasi
penting.
39
d. Aspek perilaku
Aspek perilaku berkaitan dengan bagaimana stress dapat dilihat
dari reaksi perilaku seseorang seperti kurang suka bergaul, sikap
bermusuhan, kurang sensitif pada orang lain, kurang dapat memberikan
perhatian, ketidakhadiran, pindah kerja dan perilaku-perilaku yang kurang
baik lainnya.
Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya stres kerja dapat
dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek berdasarkan
skor skala Stres Kerja dengan metode skala Likert. Semakin tinggi skor yang
diperoleh, subjek maka semakin tinggi pula stres kerja subjek, sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula stres kerja
subjek.
2. Dukungan sosial
Dukungan sosial adalah dukungan yang dirasakan oleh karyawan pada
saat mengalami kesulitan atau sedang dalam masalah yang diperoleh melalui
hubungan interpersonalnya dengan orang lain. Dukungan sosial ini memiliki
empat aspek yaitu aspek dukungan emosional, aspek dukungan instrumental,
aspek dukungan informatif dan aspek dukungan penghargaan. Adapun aspek-
aspek dukungan sosial yang dipakai dalam penelitian ini seperti yang telah
disebutkan di atas merupakan aspek-aspek dukungan sosial berdasarkan teori
House (Smet,1994).
40
Aspek dukungan sosial dapat dibagi menjadi
a. Aspek dukungan emosional
Aspek dukungan emosional yang berkaitan dengan bantuan-
bantuan yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang seperti ungkapan
empati, kepedulian dan perhatian.
b. Aspek dukungan instrumental
Aspek ini berkaitan dengan sesuatu yang memperlancar jalannya
suatu pekerjaan seperti meyediakan alat-alat yang dibutuhkan saat bekerja,
membantu melakukan pekerjaan secara langsung dan memberikan peluang
waktu untuk melakukan pekerjaan.
c. Aspek dukungan informatif
Aspek ini berkaitan dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan pada saat seseorang bekerja baik dalam bentuk nasihat,
petunjuk, saran dan umpan balik atas pekerjaan yang telah dilakukan.
d. Aspek dukungan penghargaan
Aspek ini berkaitan dengan adanya penghargaan positif terhadap
hasil kerja seseorang, memberi dorongan untuk tetap maju, menyetujui
gagasan dan perasan seseorang dan perbandingan positif orang tersebut
dengan orang lain.
Dalam penelitian ini, penentuan tinggi rendahnya dukungan sosial
dapat dilihat dari tinggi dan rendahnya skor total yang diperoleh subjek
berdasarkan skor skala Dukungan sosial yang Dirasakan dengan metode skala
Likert. Semakin tinggi skor yang diperoleh, subjek maka semakin tinggi pula
41
dukungan sosial subjek, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka
semakin rendah pula dukungan sosial subjek.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 61 orang karyawan pabrik bagian
produksi. Kharakteristik subjek yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Bekerja pada perusahaan yang sama
Kriteria ini ditentukan mengingat bahwa lingkungan kerja yang
berbeda akan memungkinkan perbedaan tingkat stres dan ketersediaan
dukungan sosial. Sehingga jika menggunakan karyawan dari perusahaan yang
berbeda memungkinkan data yang muncul kurang reliable dan kurang valid
serta memungkinkan munculnya error penelitian.
2. Masa kerja minimal 1 tahun
Kriteria ini ditentukan mengingat stres kerja dapat diakibatkan oleh
kondisi dimana seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan
kerjanya. Pekerja yang baru saja bekerja di suatu tempat akan menjalani
proses adaptasi dan kurangnya pengalaman yang dapat mengakibatkan stress
kerja yang tinggi pada mereka. Peneliti menilai bahwa waktu 1 tahun
merupakan waktu yang cukup untuk beradaptasi. Sehingga dengan memilih
subjek dengan masa kerja minimal 1 tahun diharapkan stress kerja yang
nantinya akan terukur benar-benar stress kerja yang berasal dari pekerjaan dan
42
bukan stress kerja yang berasal dari ketidakmampuannya dalam beradaptasi
atau kurangnya pengalaman dalam melakukan pekerjaannya.
3. Karyawan tetap pada suatu pabrik
Kriteria ini ditentukan mengingat dukungan sosial dan stres kerja
antara karyawan tetap dengan karyawan outsourcing dapat berbeda. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yang berkaitan dengan pekerjaan seperti
tunjangan pada karyawan outsourcing ditentukan oleh perusahaan asal
karyawan bukan perusahaan tempat ia bekerja.
E. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hadi
(1991) menjelaskan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel didasarkan
pada adanya tujuan tertentu dimana subjek yang diambil adalah subjek yang
benar-benar memiliku ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang
merupakan ciri-ciri pokok populasi.
F. Alat Pengambilan Data
Alat pengambilan data adalah skala dengan metode Skala Likert yang
dibuat oleh peneliti.
1. Judul Instrumen
Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini, yaitu
a. Skala Dukungan sosial
43
Skala Dukungan Sosial merupakan skala yang disusun oleh peneliti
berdasarkan teori House (Smet, 2004).Bueprint Skala Dukungan sosial
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Blue print Skala Dukungan sosial
NO Aspek yang hendak diukur Pernyataan
% Favorable Unfavorable Jumlah
1 Dukungan emosional 1,9,17,25 2,10,18,26 8 25%
2 Dukungan bantuan instrumental 3,11,19,27 4,12,20,28 8 25%
3 Dukungan pemberian informasi 5,13,21,29 6,14,22,30 8 25%
4 Dukungan penghargaan 7,15,23,31 8,16,24,32 8 25%
JUMLAH KESELURUHAN 16 16 32 100%
b. Skala Stres Kerja
Skala StresKerja adalah skala yang disusun oleh peneliti
berdasarkan teori Sarafino (1994) dan Anoraga (1992) yang dilengkapi
oleh pendapat Everly dan Girdani (dalam Munandar 2001) serta George
dan Jones (2005), yang kemudian dikaitkan dengan faktor-faktor stres
kerja dari Riggio (2003). Blueprint Skala Stres Kerja adalah sebagai
berikut :
44
Tabel 2. Blue print Skala StresKerja
NO Aspek yang hendak diukurPernyataan
% Favorable Unfavorable Jumlah
1 Aspek biologis 1,9,17,25 2,10,18,26 8 25%
2 Aspek emosi 3,11,19,27 4,12,20,28 8 25%
3 Aspek kognitif 5,13,21,29 6,14,22,30 8 25%
4 Aspek perilaku 7,15,23,31 8,16,24,32 8 25%
JUMLAH KESELURUHAN 16 16 32 100%
2. Cara Merespon
Responden merespon instrumen yang dibuat peneliti dengan cara
memilih salah satu dari jawaban, yaitu SS untuk Sangat Setuju, S untuk
Setuju, TS untuk Tidak Setuju dan STS untuk Sangat Tidak Setuju.
Peneliti menghilangkan kategori jawaban ragu-ragu yang memiliki
nilai skala di tengah berdasarkan pendapat Hadi (1991) sebgai berikut :
a. Kategori jawaban ragu-ragu (undecided) mempunyai arti ganda, dapat
diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga
diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu.
Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi-intepretable) ini tentu
saja tidak diharapkan dalam suatu instrumen.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke
tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas
arah kecenderungan jawaban, ke arah setuju atau ke arah tidak setuju.
45
c. Maksud kategorisasi Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS) terutama untuk melihat kecenderungan pendapt
responden, apakah ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Jika tersedia
kategori jawaban di tengah, hal itu akan menghilangkan banyak data
penelitian sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari
responden
3. Cara Skor
Pemberian skor dibedakan sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai Skala Kategori
PernyataanNilai Skala Kategori
SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
4. Arti Skor Total
Rentang skor total untuk Skala Dukungan sosial adalah antara 32
sampai 128, demikian pula rentang skor total untuk Skala Stress Kerja adalah
antara 32 sampai 128, dengan kategori sebagai berikut:
a. Rendah
(x-3SD) s/d (x-SD)
46
Jika skor seseorang termasuk ke dalam kategori ini maka dapat
dikatakan bahwa dukungan sosial dan stres kerja yang dialami tergolong
rendah.
b. Sedang
(x-SD) s/d (x+SD)
Jika skor seseorang termasuk ke dalam kategori ini maka dapat
dikatakan bahwa dukungan sosial dan stres kerja yang dialami tergolong
rata-rata.
c. Tinggi
(x+SD) s/d (x+3SD)
Jika skor seseorang termasuk ke dalam kategori ini maka dapat
dikatakan bahwa dukungan sosial dan stres kerja yang dialami tergolong
tinggi.
G. Pertanggung-jawaban Mutu Alat Ukur
1. Validitas
Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dikatakan memiliki
validitas yang tinggi jika alat tes tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya
atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar,
1997).
Untuk validitas istrumen, maka digunakan pendekatan validitas isi
(Azwar, 2004). Dalam hal ini instrument yang disusun berguna untuk
47
mengungkapkan suatu sifat tanpa hendak melakukan prediksi terhadap sifat
tersebut. Validitas alat ukur diukur melalui pengujian terhadap isi tes dengan
analisis rasional atau professional judgement. Suatu tes akan dikatakan valid
jika isi dari tes tersebut komperhensif serta memuat isi yang relevan dan tidak
keluar dari batasan tujuan ukur. Pengukuran validitas ini tergantung pada
penilaian subjektif karena tidak melibatkan penghitungan statistik sehingga
ada kemungkinan setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda
mengenai validitas suatu tes (Azwar, 1997). Professional jugdement yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian yang berasal dari seorang yang
telah berkompeten dalam hal ini yaitu dosen pembimbing.
2. Seleksi Item
Seleksi item pertama dilakukan berdasarkan evaluasi kualitatif.
Evaluasi ini dilakukan dengan melihat apakah item telah disusun berdasarkan
blue print yang berisi aspek-aspek yang hendak diteliti, apakah telah sesuai
dengan kaidah penulisan yang benar serta apakah item tersebut memiliki
social desirability (kecenderungan subyek memilih berdasarkan apa yang
dianggap baik oleh sosial) yang rendah atau bahkan sama sekali tidak
memiliki social desirability.
Seleksi berikutnya adalah secara empiris berdasarkan data uji coba
pada kelompok uji coba yang memiliki kharakteristik yang sama dengan
subjek penelitian. Kualitas item menggunakan analisis butir dengan
menggunakan parameter daya beda item. Parameter daya beda item yang
48
berupa korelasi item total memperlihatkan adanya kesesuaian fungsi item
dengan fungsi skala dalam mengungkapkan perbedaan individual. Sehingga
korelasi item total dapat menjadi dasar seleksi item.
Koefisien korelasi item total dapat bergerak dari angka 0 sampai
dengan 1 dengan tanda positif maupun negatif. Semakin mendekati angka 1
yang bertanda positif maka semakin baik daya diskriminasi item tersebut.
Adapun kriteria yang dipakai untuk seleksi item berdasarkan korelasi item
total adalah rix > 0,30, sehingga item-item dengan korelasi item total minimal
0,30 dianggap layak menjadi sebuah item. Jika dengan batasan ini, jumlah
item yang diperlukan tidak tercukupi maka dapat dipertimbangkan
menurunkan batas kriteria menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diperlukan
terpenuhi (Azwar, 1999). Perhitungan untuk seleksi item dalam penelitian ini
menggunaka SPSS for Windows versi 17.00.
Penting untuk diketahui bahwa sekalipun korelasi item total yang
tinggi dapat berperan dalam meningkatnya tigginya reliabilitas, namun tidak
serta merta meningkatkan validitas skala, bahkan kadang kala dapat
menurunkan validitas isi skala tersebut. Sehingga parameter daya diskriminasi
item janganlah dijadikan satu-satunya patokan dalam menyeleksi item.
Pertimbangan lain yang dapat digunakan adalah tujuan pembuatan skala dan
komposisi aspek-aspek seperti yang terdapat dalam blueprint (Azwar, 1999).
Dalam penelitian ini langsung digunakan uji coba terpakai dengan
alasan terbatasnya subyek penelitian yang disebabkan oleh perusahaan hanya
memberikan izin satu kali untuk disebarnya angket skala. Selain itu waktu
49
penelitian juga terbatas dan telah dilakukannya professional jugdement oleh
dosen untuk mengukur validitas isi.
Hasil seleksi item dan reliabilitas pada 32 item pada Skala Dukungan
Sosial, menunjukkan rentang korelasi item-total seluruh item adalah -0,02
sampai 0,764. Adapaun batasan kriteria daya beda yang digunakan adalah 0,25
sehingga item-item yang gugur adalah item-item dengan daya beda lebih kecil
daripada 0,25. Berdasarkan kriteria tersebut terdapat 2 item yang terbuang
yaitu item nomor 3 dan 31. Item nomor 3 berasal dari aspek dukungan bantuan
instrumental, sedangkan item nomor 31 berasal dari aspek dukungan
penilaian. Sehingga terdapat 30 item yang valid. Distribusi item Skala
Dukungan sosial setelah seleksi item dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Item Skala Dukungan Sosial Setelah Seleksi Item
NO Aspek yang hendak diukur Pernyataan
% Favorable Unfavorable Jumlah
1 Dukungan emosional 1,9,17,25 2,10,18,26 8 26,7%
2 Dukungan bantuan instrumental 11,19,27 4,12,20,28 7 23,3%
3 Dukungan pemberian informasi 5,13,21,29 6,14,22,30 8 26,7%
4 Dukungan penghargaan 7,15,23 8,16,24,32 7 23,3%
JUMLAH KESELURUHAN 14 16 30 100%
Sedangkan hasil seleksi item dan reliabilitas pada 32 item Skala
Stress Kerja, menunjukkan rentang daya beda seluruh item adalah -0,031
sampai 0,676. Batasan kriteria daya beda yang digunakan adalah 0,25,
50
sehingga item dengan daya beda dibawah 0,25 akan gugur. Berdasarkan
kriteria tersebut dan evaluasi kualitatif, terdapat 12 item yang gugur yaitu item
nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 20, 22, 26, 28 dan 30. Item nomor 8 berasal dari
aspek perilaku, sedangkan item nomor 10 berasal dari aspek biologis.
Sehingga terdapat 30 item yang valid. Distribusi item Skala Stres Kerja
setelah selekti item dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 5. Distribusi Item Skala Stres Kerja Setelah Seleksi Item
NO Aspek yang hendak diukur Pernyataan
% Favorable Unfavorable Jumlah
1 Aspek biologis 1,9,17,25 18 5 25%
2 Aspek emosi 3,11,19,27 - 4 20%
3 Aspek kognitif 5,13,21,29 - 4 20%
4 Aspek perilaku 7,15,23,31 16,24,32 7 35%
JUMLAH KESELURUHAN 16 4 20 100%
3. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, keakuratan atau ketelitian
sebuah instrumen penelitian. Reliabilitas mengungkapkan apakah instrumen
tersebut secara konsisten memberikan hasil ukuran yang sama tentang variable
yang diukur pada waktu yang berlainan (Hasan, 2002). Reliabilitas dinyatakan
dalam koefisien reliabilitas (rxx) yang memiliki rentang dari 0 sampai dengan
1, dimana semakin koefisien korelasi mendekati 1 maka semakin tinggi
51
reliabilitasnya, demikian sebalinya semakin mendekati 0 maka semakin
rendah pula reliabilitasnya.
Untuk mengetahui reliabilitas instrument, koefisien korelasi yang
digunakan adalah koefisien koelasi alpha dengan pendekatan yang akan
digunakan adalah pendekatan konsistensi internal. Pendekatan ini bertujuan
untuk melihat konsistensi antar item atau antar bagian dalam tes itu sendiri.
Hanya diperlukan satu kali uji coba alat ukur pada sekelompok subyek,
sehingga dapat terhindar dari efek latihan dan dari kesulitan membuat tes
pararel (Azwar, 2004).
Azwar (1997) menyatakan bahwa sebuah skala dianggap memiliki
reliabilitas yang memuaskan jika memiliki koefisien Alpha lebih besar dari
0,90. Koefisien Alpha yang lebih besar dari 0,90 mengandung arti bahwa
perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tes tersebut mampu mencerminkan
90% dari variasi yang terjadi pada skor murni subjek, sehingga hanya 10%
dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi error pengukuran.
Pada penelitian ini uji reliabilitas skala menggunakan teknik Alpha dari
program SPSS for Windows versi 17.00.
Skala Dukungan sosial memiliki Koefisien Alpha sebesar 0,912.
Hasil ini mengungkapkan bahwa Skala Dukungan Sosial memiliki tingkat
kepercayaan sebesar 91,20%, dengan demikian terdapat variasi eror sebesar
8,80%. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan Skala Dukungan
sosial memiliki reliabilitas yang baik karena memiliki Koefisien Alpha lebih
besar dari 0,9.
52
Skala Stres Kerja memiliki Koefisien Alpha sebesar 0,880.
Berdasarkan hasil tersebut maka Skala Stres Kerja memiliki tingkat
kepercayaan sebesar 88%, dengan demikian memiliki variasi eror sebesar
12%. Sehingga dapat dikatakan bahwa Skala Stres Kerja memiliki reliabilitas
yang cukup baik karena memiliki Koefisien Alpha mendekati 0,9.
H. Prosedur Pengambilan Data
Prosedur pengambilan data pada penelitian ini menggunakan uji coba
terpakai sehingga peneliti hanya melakukan sekali saja proses pengambilan
data. Pengambilan data dilakukan di PT. Industri Karet Nusantara PRTRA
(Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Adapun subjek yang
digunakan adalah karyawan tetap bagian produksi pada perusahaan tersebut.
Peneliti menyebarkan angket kepada 75 orang karyawan tetap bagian
produksi, namun angket yang kembali kepada peneliti berjumlah 61, dengan
demikian jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 61 orang.
Pada penelitian ini subjek penelitian mengisi dua jenis angket skala
yaitu Skala Dukungan Sosial dan Skala Stres Kerja secara bersama-sama.
Skala Dukungan Sosial adalah skala yang disusun oleh peneliti berdasarkan
teori House (Smet,1994). Sedangkan Skala Stress Kerja adalah skala yang
disusun peneliti berdasarkan Sarafino (1994) dan Anoraga (1992) yang
dilengkapi oleh pendapat Everly dan Girdani (Munandar, 2001) serta George
dan Jones (2005). Masing-masing skala terdiri dari 32 item pernyataan yang
53
direspon subjek penelitian dengan memilih salah satu dari 4 pilihan jawaban
yaitu SS, S, TS dan STS.
Setelah data diperoleh, peneliti melakukan seleksi item yang bertujuan
untuk menggugurkan item-item yang memiliki daya beda yang kurang baik.
Proses seleksi item yang dilakukan menggugurkan dua item pada Skala
Dukungan Sosial dan 12 item pada Skala Stres Kerja, sehingga Skala
Dukungan sosial memiliki 30 item, sedangkan Skala Stres Kerja memiliki 20
item. Peneliti lalu melakukan analisis yang berupa uji asumsi dan uji hipotesis
berdasarkan data item-item yang telah lulus seleksi tersebut.
I. Analisis Data
Seluruh analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS
for Windows versi 17.00. Peneliti melakukan uji asumsi telebih dahulu
sebelum uji hipotesis. Analisis data dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan One-Sample
Kolmogrov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas digunakan untuk melihat
distribusi variable terhadap suatu sample.
b. Uji Linearitas
Pada penelitian ini uji linearitas menggunakan Anova. Hasil
penghitungan Anova digunakan untuk melihat apakah hubungan antara
variable-variable penelitian mengikuti fungsi linear atau tidak
54
2. Uji Hipotesis
Hasil penelitian akan diuji dengan Korelasi Pearson Product
Moment. Pada penelitian ini. Apabila nilai r yang didapat positif, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat hubungan positif diantara variabel yang diukur.
Sehingga jika satu variabel meningkat maka variabel yang lain juga
meningkat. Demikian juga sebaliknya, jika nilai r yang didapat negatif, maka
dapat dikatakan bahwa terapat hubungan negatif diantara variabel yang
diukur. Sehingga jika satu variabel naik maka variabel yang lain akan
meningkat.
Hubungan antara dukungan sosial dan stres kerja dinyatakan dengan
koefisien korelasi (rxy). Hipotesis akan diterima jika koefisien korelasi (rxy)
bertanda negatif atau lebih kecil dari r tabel dengan p<0,05.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian yang peneliti lakukan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan skala untuk mengukur dukungan sosial dan stres kerja
pada subjek penelitian.
2. Mengurus perijinan kepada PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik
Rubber Thread &Rubber Articles), Medan. Dalam mengurus perijinan
peneliti mendapat surat keterangan dari Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dengan No. : 90
a./D/KP/Psi/USD/VII/2009 tertanggal 20 Agustus 2009. Surat keterangan
tersebut mendapat tanggapan dari PT. Industri Karet Nusantara PRTRA
(Pabrik Rubber Thread &Rubber Articles), Medan malalui surat izin
dengan NO. : IKN.PUM/X/25/2009 tertanggal 28 September 2009.
3. Melakukan penelitian dengan skala yang telah disusun.
B. Orientasi Kancah
PT. Industri Karet Nusantara adalah badan usaha milik negara
(BUMN) yang bergerak pada bidang perkebunan dan pengolahan karet.
Perusahaan ini memproduksi beberapa macam produk yang berbahan dasar
karet seperti Rubber Article, Dock Fender, Conveyer Belt dan Benang Karet.
56
PT. Industri Karet Nusantara didirikan oleh Yayasan Dana Tanaman
Keras (DATAK) pada tahun 1965, dengan nama Pabrik Ban Sepeda TAVIP.
Kemudian pada tahun 1968 pengelolaan perusahaan ini beralih ke PTP-II
dengan nama Industri Karet TAFIKA. Pada tahun 1971 pengelolaan
perusahaan ini beralih ke PT. Perkebunaan-III. Pengelolaan perusahaan
kembali berpindah ke KPB,PNP/PTP I-IX Sumut Aceh pada tahun yang sama.
Kemudian pada tahub 1978 pengelolaan perusahaan kembali lagi ke PTP-III.
Pada tahun 1982 nama perusahaan beralih menjadi Proyek Industri
Karet PT. Perkebunan-III dengan jabatan pimpnan dirangkap oleh Kepala
Bagian Pengolahan PT. Perkebunan-III. Pada tahun 1989 ditetapkanlah
jabatan Pimpinan Proyek Industri Karet PT. Perkebunan-III yang kemudian
pada tahun 1991 ditetapkan bahwa Proyek Industri Karet PT. Perkebunan-III
dipimpin oleh seorang Manager.
Pada 14 Februari 1996 diadakan Peleburan PT. Perkebunan-III,IV dan
IV menjadi PTP-Nusantara-III maka Pabrik Industri Karet menjadi unit dari
PTP-Nusantara-III. Pada tahun 2003 Pabrik Industri Karet PTP.Nusantara-III
mengurangi dua unit usahanya yaitu Pabrik Rubber Glove dan Rubber Band.
PTPN-III sebagai perusahaan induk melakukan pengolahan dari bahan
lateks dan karet kering dari tanaman kebun sendiri, kebun plasma dan dari
pihak lain dimana hasilnya menjadi bahan baku PT. Industri Karet Nusantara.
Adapun lateks digunakan untuk memproduksi Rubber Thread (Benang
Karet), Karet RSS dan SIR untuk memproduksi Rubber Articles, Conveyer
57
Belt, Dock Fender, dll serta Karet RSS yang digunakan untuk memproduksi
Resiprene.
Pada Januari 2005 Pabrik Industri Karet PTP. Nusantara-III berubah
nama menjadi PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Article) PTPN-III.
Pada 1 Juli 2006 PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Article) berubah
nama menjadi PRTRA (Pabrik Rubber Thread Rubber Article) dan PRPNE
(Pabrik Resiprene) PT. Industri Karet Nusantara yang merupakan anak
perusahaan PT. Perkebunan Nusantara-III yang kemudian menghasilkan
Rubber Article, Rubber Thread dan Resiprene.
PT. Industri Karet Nusantara memiliki pernyataan visi yaitu menjadi
perusahaan industri karet yang dengan tata kelola bisnis terbaik, berdaya saing
tinggi dan fokus pada pelanggan. Visi tersebut kemudia diwujudkan dalam
misi sebagai berikut
1. Memberikan nilai tambah dan margin bagi Stake Holder.
2. Mengembangkan indusri hilir karet berbasis teknologi dan berorientasi
pasar secara berkesinambungan.
3. Menjadikan perusahaan terpilih yang menarik bagi mitra bisnis dan
inverstor.
4. Mengembangkan inovasi untuk meraih pasar/pelanggan.
5. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
Visi dan misi perusahaan tersebut didukung pula dengan tata nilai yang
ada di perusahaan, dimana perusahaan memiliki komitmen untuk menjunjung
58
tinggi integritas professional dan melaksanakan tata nilai yang berbasis team
work, innovation, excellence, proactivity dan resposibility.
Prestasi yang diraih perusahaan yaitu :
1. Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 : 2000)
2. Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001 : 2004)
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Permenaker
05/1996)
Saat ini baik PRTRA dan PRPNE memiliki manajemen yang terpisah
dan pabrik yang terpisah pula. PRTRA PT. Industri Karet Nusantara memiliki
pabrik di Jln. Medan-Tanjung Morawa KM. 9.5, Medan 20148 sedangkan
PRPNE PT. Industri Karet Nusantara memiliki pabrik di daerah Tebing
Tinggi.
Mengingat jarak antara kedua pabrik yang cukup jauh, maka peneliti
memfokuskan penelitian pada PRTRA PT. Industri Karet Nusantara. PRTRA
PT. Industri Karet Nusantara memiliki sejumlah pabrik pada lokasi yang
berdekatan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pabrik RA (Rubber Article) dengan luas pabrik 31x34M yang
memproduksi Rubber Article, Dock Fender dan Conveyer Belt.
2. Pabrik Rubber Band dengan luas pabrik 44x48M yang memproduksi karet
gelang.
3. Pabrik DPF (Sarung Tangan) dengan luas 30x65M yang menghasilkan
Sarung Tangan Karet.
59
4. Pabrik Rubber Thread dengan luas 51x165M (6,25 HA) yang
memproduksi Benang Karet (Rubber Thread)
Meskipun memiliki empat pabrik, dua pabrik perusahaan ini yaitu
Pabrik Rubber Band dan Pabrik DPF (Sarung Tangan) saat ini tidak lagi
berproduksi. Sehingga saat ini pabrik yang masih aktif berproduksi adalah
Pabrik RA (Rubber Article) dan Pabrik Rubber Thread.
Bagian produksi pada perusahaan ini memiliki sekitar 75 karyawan
tetap. Disamping karyawan tetap tersebut perusahaan juga mempekerjakan
136 tenaga kerja out sourcing yang sebagian besar dipekerjakan hanya pada
saat perusahaan mengadakan produksi. Mengingat bahwa hasil penelitian
dapat sangat berbeda antara karyawan tetap dengan karyawan out sourcing
maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian pada karyawan tetap
saja.
C. Pelaksanan Penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 28 September 2009-11 Oktober
2009. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan pabrik bagian produksi
yang merupakan karyawan tetap pabrik tersebut, sebanyak 75 orang. Seluruh
karyawan tetap pada bagian produksi yang bekerja di perusahaan ini
memenuhi kharakteristik subjek penelitian yaitu bekerja pada karyawan yang
sama, masa kerja lebih dari 1 tahun dan merupakan karyawan tetap.
Pengambilan data dilakukan dengan peneliti mendatangi subjek satu
persatu dan menunggu mereka mengisikan instrumen penelitian. Hal ini
60
peneliti lakukan agar memudahkan proses pengambilan data jika terdapat
pertanyaan dari subjek. Meskipun peneliti ingin menunggu subjek mengisi
angket namun beberapa subjek memilih untuk angket ditinggalkan untuk
diambil beberapa hari kemudian.
Peneliti menyebarkan 75 angket yang berisi Skala Dukungan sosial
dan Skala Stres Kerja. Angket yang kembali pada peneliti berjumlah 61 buah.
D. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Penelitian
Berikut in disajikan mean teoritik, Xmin teoritik dan Xmax teoritik
dari kedua variable.
Tabel 6. Data Teoritik Dukungan sosial dan Stres Kerja
Variable Xmin Xmax Mean
Dukungan Sosial 30 120 75
Stres Kerja 20 80 50
Deskripsi statistik data penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Deskripsi Statistik Dukungan sosial dan
Stres Kerja
Variable N Xmin Xmax Mean SD
Dukungan Sosial 61 79 120 103,2459 11,56958
Stres Kerja 61 40 79 64,1148 9,16169
61
2. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan sebelum uji hipotesis. Dalam penelitian ini
dilakukan dua jenis uji asumsi, yaitu :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan One-Sample
Kolmogrov-Smirnov Test, untuk melihat distribusi variable terhadap suatu
sample. Hasil uji normalitas Dukungan sosial memperoleh nilai koefisien
Kolmogrov-Smirnov (z) sebesar 0,934 dengan probabilitas (p) sebesar
0,347, sedangkan uji mormalitas Stres Kerja memperoleh nilai koefisien
Kolmogrov-Smirnov (z) sebesar 0,940 dengan probabilitas (p) sebesar
0,340. Pertimbangan yang digunakan adalah jika p > 0,05 maka sebaran
suatu sampel dapat dikatakan normal. Melihat hasil uji normalitas pada
kedua variable tersebut maka dapat dikatakan bahwa sebaran suatu sample
pada kedua variabel di atas adalah normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dengan menggunakan Anova. Hasil penghitungan
Anova digunakan untuk melihat apakah hubungan antara variable-variable
penelitian mengikuti fungsi linear atau tidak. Uji linearitas pada pada
kedua variabel menghasilkan F sebesar 20,282 dengan probabilitas (p)
sebesar 0,000. Pertimbangan yang digunakan adalah p < 0,05. Melihat
hasil uji linearitas tersebut maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara
dukungan sosial dengan stres kerja mengikuti fungsi linear.
62
3. Uji Hipotesis
Uji Korelasi
Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan Korelasi Pearson Product
Moment. Hasil penghitungan dengan menggunakan SPSS for Windows versi
17.00, diperoleh korelasi dukungan sosial dengan stres kerja (rxy) sebesar -
0,506 dengan signifikansi (p) sebesar 0,00 dimana p < 0,05.Melihat hasil uji
hipotesis tersebut maka dapat dikatakan bahwa H0 ditolak jadi hipotesis
nihilnya ditolak dan hipotesis alternatifnya diterima. Sehingga dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dukungan sosial dan
stres kerja. Sehingga semakin tinggi dukungan sosial maka stres kerja semakin
rendah, sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka stres kerja semakin
tinggi. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian diterima.
Hasil uji hipotesis juga didukung oleh perbandingan antara mean
teoritis dan mean empirik. Mean teoritis Dukungan Sosial adalah 75,
sedangkan mean empirik adalah 103,2459, serta selisih antara mean teoritis
dan mean empirik yaitu sebesar 28,2459 lebih besar daripada SD = 11,56958.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dukungan sosial tinggi.
Demikian pula dengan Stres Kerja, mean teoritis Stres Kerja adalah 50,
sedangkan mean empirik adalah 64,1148, serta selisih antara mean teoritis
dengan mean empirik yaitu 14,1148 lebih besar daripada SD = 9,16169.
Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa stres kerja tinggi. Meskipun
kedua variable dinyatakan tinggi namun dukungan sosial jauh lebih tinggi
daripada stres kerja, karena selisih mean teoritis dan mean empirik dukungan
63
sosial lebih tinggi dibanding dengan selisih mean teoritis dan mean empiris
stres kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial berada lebih
jauh di atas rata-rata dibandingkan dengan stres kerja.
E. Pembahasan
Berdasarkan uji korelasi antara dukungan sosial dan stres kerja
diperoleh korelasi yang negatif (rxy -0,506) antara kedua variable tersebut. Hal
ini menujukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah
stres kerja yang dialami, demikian juga sebaliknya, semakin rendah dukungan
sosial yangh dirasakan maka semakin tinggi stres kerja. Hasil yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial maka stres kerja akan
semakin rendah, menunjukkan bahwa karyawan yang mendapatkan dukungan
sosial, kemampuannya untuk beradaptasi dengan stresor pada umumnya, yang
pada akhirnya akan membuat stres yang dirasakan semakin rendah. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Bolger, Zuckerman dan Kessler (2000) yang
mengungkap bahwa dukungan sosial meningkatkan kemampuan beradaptasi
terhadap stresor pada umumnya.
Kontribusi dukungan sosial untuk mereduksi stres dapat dilihat dari
kontribusi aspek-aspek dukungan sosial tersebut untuk mereduksi stres.
Dukungan sosial memiliki empat aspek yaitu aspek dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif.
Pada saat karyawan merasakan bahwa dirinya didukung secara emosi, maka
karyawan dapat mereduksi stres kerja yang dirasakan. Dukungan emosional
64
ini berkaitan dengan pernyataan empati pada saat seseorang mengalami
kesulitan (Smet, 1994).Rogers (Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997)
menyatakan adanya pernyataan empati menyebabkan seseorang merasa
diterima secara positif di lingkungannya. Pada saat seseorang merasa diterima
secara positif oleh ligkungannya, maka akan cenderung mengembangkan
sikap positif terhadap dirinya dan lebih menerima serta menghargai dirinya
sendiri. Keadaan inilah yang kemudian memapukan karyawan untuk
mereduksi strs kerja yang ia alami.
Selain didukung secara emosi, bentuk dukungan lain yang dapat
dirasakan oleh karyawan adalah dukungan penghargaan. Dukungan
penghargaan meliputi ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk orang itu,
dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan
perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain, seperti misalnya
orang-orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (Smet, 1994).
Setiap manusia membutuhkan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan dan cinta dari orang lain yang dinamakan sebagai need of
positive regard (Rogers dalam Rohman, Prihartanti dan Rosyid, 1997). Pada
saat seseorang mengalami stres, dukungan dalam bentuk ini akan membantu
untuk membangun harga diri, kompetensi, merasa berharga, meningkatkan
kepercayaan diri dan konsep diri (Sarafino,1997). Dengan demikian dukungan
ini akan membantu seseorang untuk menghadapi perasaan tertekan yang
dialami.
65
Dukungan sosial juga dapat berupa dukungan instrumental. Aspek
ketiga dari dukungan sosial adalah aspek instrumental. Aspek ini meliputi
bantuan dalam hal benda-benda yang dibutuhkan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan sebuah pekerjaan, secara langsung membantu pelaksanaan
pekerjaan, termasuk memberi peluang waktu (Smet,1994). Pemberian
dukungan dalam bentuk instrumental ini membantu kelancaran seseorang
dalam melaksanakan tugasnya dan memampukan seseorang mengerjakan
pekerjaannya tanpa tergesa-gesa. Pada saat seseorang dibantu secara langsung
mengerjakan pekerjaannya ataupun diberikan waktu yang lebih lama untuk
mengerjakan pekerjaannya, maka beban kerjanya akan semakin ringan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa beban kerja yang berlebihan adalah sumber
stres (Riggio, 2003), sehingga jika beban kerjanya semakin ringan, maka
kemungkinan untuk mengalami stres juga akan berkurang. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pada saat seseorang merasa didukung secara instrumental
maka stres yang dirasakan akan tereduksi.
Selain ketiga hal tersebut, dukungan sosial juga dapat berupa
dukungan informatif. Dukungan informatif ini berkaitan dengan pemberian
informasi yang berguna untuk mengatasi masalah pribadi maupun pekerjaan
yang meliputi pemberian nasihat, pengarahan dan keterangan-keterangan yang
dibutuhkan tentu saja kepada seeorang yang membutuhkannya (Cohen dan
Syme serta House dalam Rohman, Prihatanti dan Rosyid, 1997). Pada saat
seseorang mendapatkan pengarahan dan informasi mengenai pekerjaan
maupun masalah pribadi, maka karyawan akan mengerti dengan baik tentang
66
pekerjaannya dan bagaimana perannya di dalam perusahaan. Dengan
mengetahui benar pekerjaan dan peran dalam perusahaan, maka seseorang
akan terhindar dari konflik peran dan ketidakpastian kerja. Ketidakpastian
kerja dan konflik peran sendiri menjadi faktor yang dapat menyebabkan stres
kerja(Hurrel dkk. dalam Munanadar, 2001 dan Riggio, 2003). Jika karyawan
terhindar dari ketidakpastian kerja dan konflik peran maka karyawan akan
terhindar dari stres kerja yang mungkin dialami. Berdasarkan penjelasan di
atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian dukungan informasi ini dapat
membantu seseorang untuk mereduksi stres yang dialami baik yang berkaitan
dengan pekerjaan maupun permasalahan pribadi.
Hasil uji korelasi tersebut didukung pula dengan perbandingan mean
empirik dengan mean teoritis serta perbandingan selisih mean empirik dan
mean teoritis dengan standard deviasi pada variable dukungan sosial dan stres
kerja. Pada dukungan sosial diperoleh Mean Empirik sebesar 103,2459,
sedangkan Mean Teoritis sebesar 75, dengan selisih antara mean teoritis dan
mean empirik yaitu sebesar 28,2459 lebih besar daripada SD = 11,56958.
Perolehan Mean Empirik yang lebih besar dari Mean Teoritik dengan selisih
Mean Empirik dan Mean Teoritik yang lebih besar dari pada Standard Deviasi
menunjukkan bahwa adanya dukungan sosial yang tinggi. Sedangkan pada
Stres Kerja, diperoleh Mean Empirik adalah 64,1148, dengan Mean Teoritis
sebesar 50, serta selisih antara mean teoritis dengan mean empirik yaitu
14,1148 lebih besar daripada SD = 9,16169. Perolehan Mean Empirik yang
lebih besar daripada Mean Teoritis dengan selisih Mean Empirik dengan
67
Mean Teoritik yang lebih besar dari pada Standard Deviasi menunjukkan
adanya stres pada tingkat yang tinggi juga. Meskipun kedua variable dapat
dikatakan tinggi, namun dapat kita lihat bahwa dukungan sosial lebih tinggi
daripada stres kerja. Hal ini dapat dilihat dari selisih mean teoritis dan mean
empirik dukungan sosial lebih tinggi dibanding dengan selisih mean teoritis
dan mean empiris stres kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan
sosial berada lebih jauh di atas rata-rata dibandingkan dengan stres kerja.
Korelasi yang negatif (r = -0,506) antara dukungan sosial dan stres
kerja dapat terjadi meskipun kedua variabel berada pada kategori tinggi.
Kategorisasi tinggi yang kita tentukan berdasarkan pada perbandingan mean
teoritik dan mean empirik. Sedangkan dalam menghitung korelasi yang
digunakan adalah mean empirik. Data empirik kedua variabel memang berada
di atas rata-rata mean teoritik, namun jika kita melihat pasangan nilai-nilai
empirik sampel penelitian kedua variabel maka hubungan negatif dapat
tergambarkan. Korelasi negatif dapat terjadi karena nilai dukungan sosial yang
tinggi berpasangan dengan nilai stres kerja yang rendah pada sample yang
digunakan. Hal yang sebaliknya juga terjadi, nilai dukungan sosial yang
rendah berpasangan dengan nilai stres kerja yang tinggi pada kelompok
sample. Pasangan nilai-nilai tersebut kemudian berkaitan satu sama lain pada
tiap subjek pada sample. Sehingga jika subjek pertama memiliki nilai
dukungan sosial yang lebih tinggi daripada subjek kedua, maka ia akan
memiliki nilai stres kerja yang lebih rendah daripada subjek kedua. Hal ini
menyebabkan korelasi negatif seperti yang didapatkan oleh peneliti.
68
Meskipun tidak menghilangkan stres kerja sama sekal, PT. Industri
Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles), Medan
harus tetap memperhatikan dukungan sosial yang terdapat dalam organisasi
karena dukungan sosial dapat mereduksi stres kerja. Dengan mengurangi stres
kerja maka secara tidak langsung perusahaan akan meningkatkan
produktivitas karyawan, karena stres yang berlangsung terus menerus
walaupun dalam tingkat yang rendah akan menurunkan produktivitas kerja
(Robbins, 1996)
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah terdapar hubungan
negatif yang signifikan dengan r = -0,506 dan p = 0,00, p < 0,05 antara
dukungan sosial dengan stres kerja pada karyawan pabrik bagian produksi PT.
Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread & Rubber Articles).
Semakin tinggi dukungan sosial maka akan semakin rendah stres kerja,
demikian juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial maka akan
semakin tinggi pula stres kerja yang dialami oleh karyawan pabrik bagian
prouksi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread
&Rubber Articles).
B. Saran
1. Bagi PT. Industri Karet Nusantara PRTRA (Pabrik Rubber Thread
&Rubber Articles)
Dukungan sosial dapat mereduksi stres kerja pada karyawan pabrik
bagian produksi. Sehingga dengan meningkatnya dukungan sosial, maka stres
kerja akan tereduksi. Jika stres tereduksi maka produktifitas kerja akan
meningkat. Berdasarkan pernelasan tersebut maka penting bagi perusahaan
untuk memperhatikan keberadaan dukungan sosial pada karyawan pabrik
bagian produksi. Dukungan sosial sendiri dapat berupa dukungan emosional,
70
bantuan instrumental, pemberian informasi dan dukungan penilaian.
Dukungan sosial dapat diungkapkan melalui pengungkapan empati pada saat
karyawan mengalami masalah, menyediakan perlengkapan dan peralatan kerja
yang baik, menyediakan informasi yang lengkap mengenai tugas yang harus
karyawan lakukan dengan cara menyediakan bahan bacaan yang cukup
mengenai tugas dan pendelegasian tugas yang baik bagi karyawan serta
memberikan reward pada saat karyawan bagian produksi melakukan sebuah
prestasi.
Dukungan sosial sendiri tak hanya diberikan oleh perusahaan namun
juga diberikan oleh sesama karyawan. Melihat hal ini, sangat perlu
diperhatikan relasi interpersonal yang dapat dilihat dari kerja tim dan interaksi
sehari-hari. Dengan relasi interpersonal yang baik, secara tidak langsung
kepedulian untuk memberikan dukungan sosial kepada rekan kerja akan
meningkat dan pada akhirnya dukungan sosial yang terdapat dalam
perusahaan akan meningkat juga. Kondisi kerja dengan dukungan sosial yang
meningkat akan mengurangi stres yang dirasakan oleh karyawan pabrik bagian
produksi.
2. Bagi Para Karyawan Pabrik Bagian Produksi
Pentingnya bagi seseorang untuk mendapatkan dukungan sosial dari
lingkungannya, karena dukungan sosial akan mereduksi stres kerja. Dukungan
sosial sendiri didapatkan melalui relasi interpersonal dengan orang lain.
Sehingga penting bagi karyawan pabrik bagian produksi untuk memiliki
71
hubungan interpersonal yang baik dengan orang-orang yang berada di
lingkungannya. Semakin baik relasi interpersonal seseorang dengan orang-
orang yang berada dalam lingkungan, maka kemungkinan mendapatkan
dukungan sosial juga akan semakin besar. Dengan demikian stres kerja akan
menurun. Stres kerja yang menurun akan meningkatkan produktivitas kerja.
3. Bagi Penelitian selanjutnya
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga masih
membuka kemungkinan untuk dikembangkan. Pengembangan yang dapat
dilakukan salah satunya adalah berkaitan dengan penyataan pada Skala Stres
Kerja. Peneliti berikutnya perlu memperhatikan skala unfavorable pada Skala
Stres Kerja, sehingga diperoleh pernyataan unfavorable yang tepat.
72
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, R dan Subekti,E.M.A. 2004. INSAN Vol. 6 No. 1, April 2004,
“Pengaruh Persepsi Mengenai Kondisi Lingkungan Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Tingkat Burnout pada Perawat IRD RSUD dr.Soetomo Surabaya” .
Anoraga, P. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta. Ari 2009. Sebelum Terjun, Hensi Sayat Tangannya Pakai Pisau, (online),
(http://kompas.co.id/read/xml/2009/02/04/16003321/sebelum.terjun.hensi.sayat.tangannya.pakai.pisau, diakses 12 Maret 2009)
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. -----------. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. -----------. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bolger,N., Zuckerman,A. dan Kessler, R.C. 2000. Invisible Support and
Adjustment to stress. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 79 No. 6, Desember 2000.
Budd, A., Buschman, C. dan Esch, L. The Correlation of Self-Esteem and
Perceived Social Support, (online), (http://www.kon.org/urc/v8/budd.html, diakses 17 Juni 2009)
Collins, N.L. dan Feeney, B.C. 2004. Working Models of Attachment Shape
Perceptions of Social Support: Evidence From Experimental and Observational Studies. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 87 No. 3, September 2004.
George, M.J. dan Jones, G.R. 2005. Understanding and Managing Organizational
Behavior Internatiional Edition, 4th Edition. New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Gibson, dkk. 2006. Organization : Behavior, Structure, Processes. New York :
The McGraw-Hill Companies. Greenberg, J.S. 2004. Comprehensive Stres Management. New York : The
Handoko, H.T. 2001. Manajemen Personalia dan Suber Daya Manusia. Edisi
Kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Hasan, M.I., 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta : Ghalia
Indonesia Anggota IKAPI. Kim,H.S., Shereman,D.K. dan Taylor,S.E. 2008. Culture and Social Support.
American Psycologist : Journal of The American Psychological Association Vol. 63 No. 6, September 2008.
Landy, F.J dan Conte,J.M. 2004. An Introduction to Industrial and Organizational
Psychology. New York : Mc. Graw-Hill. Luthans, F. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh. Terjemahan Vivin
Andika Yuwona. 2006. Yogyakarta : Andi Offset. Martino, Vittorio di. 2003. Relationship between work stress and work violence in
the health sector, (online), (http://www.ilo.org/public/english/dialogue/sector/papers/health/stress-violence.pdf, diakses 12 Desember 2009).
Muchlas, M. 2005. Perilau Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. Munandar. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universita
Indonesia. Pakalns Ph.D, Gail. 1990. Perceived Social Support and Psychological Well-
Being in Working Mothers, (online), (http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_storage_01/0000019b/80/22/b1/2e.pdf, diakses 17 Juni 2009)
Riggio, Ronald E. 2003. Introduction to Industrial/Organizational Psychology 4th
Edition. Amerika : Prentice Hall. Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior, Concept, Controversies.
Application 7th Edition. Amerika : Prentice Hall International Inc. Robbins, Stephen P. 1998. Organizational Behavoir: Concept, Cotroversies,
Applications, 8th Edition. Amerika : Prentice Hall International Inc. Rogers, Dr.T dan Graham, F. 1999. Mengatasi Stres. Terjemahan Kusnandar.
2001. Jakarta : Penerbit Pt. Elex Media Komputindo.
74
Rohman,T.N, Prihartanti,N. dan Rosyid,H.F. 1997. PSIKOLOGIKA No.4 Tahun II, 1997, “Hubungan Antrara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat Putri di Rumah Sakit Swasta”.
Sarafino, E.P. 1994. Health Psychology : Biopsychosocial Interactions 2nd
Edition. Canada : John Wiley & Sons, Inc. Shulman,L. 1991. Interactional Social Work Practice : Toward An Empirical
Theory. Illinois : FE Peacock Publisher,Inc. Smet,B. 1994. Psikologi Kesehatan. Indonesia : Grasindo (Penerbit PT Gramedia
Ilmu. Spector, Paul. E. 2008. Industrial and Organizational Psychology 5th Edition. Toifur dan Prawitasari,J.E. 2003. SOSIOHUMANIKA Vol. 16A No.3, September
2003, ”Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi, Orientasi Religius dan Dukungan Sosial dengan Burnout Pada Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Cilacap”.
Usman,Husaini dan Akbar, Purnomo Setiadi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta : Bumi Aksara. http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/289/23/3106. Effects of Treating Depression
and Low Perceived Social Support on Clinical Events After Myocardial Infarction: The Enhancing Recovery in Coronary Heart Disease Patients (ENRICHD) Randomized Trial, (online) (diakses tanggal 16 Juni 2009).
75
LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN
76
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Karyawan Bagian Produksi
PT. Industri Karet Nusantara
Di
Medan
Dengan hormat,
Di tengah kesibukan Bapak dan Ibu karyawan bagian produksi pada saat
bekerja perkenankanlah saya memohon kesediaan Bapak dan Ibu untuk
meluangkan sedikit waktu guna mengisi angket yang saya sertakan sebagai
berikut.
Angket ini bertujuan untuk kepentingan ilmiah dalam memenuhi tugas
akhir kuliah saya, oleh karena itu jawaban yang Bapak dan Ibu berikan sangat
besar manfaatnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya psikologi.
Angket ini tidak ada kaitannya dengan status dan kedudukan Bapak dan Ibu dalam
perusahaan, selain itu jawaban dalam angket ini tidak mengandung unsur benar
dan salah oleh karenanya jawaban yang diharapkan adalah jawaban yang benar-
benar menggambarkan keadaan Bapak dan Ibu.
Saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan bantuan yang telah
Bapak dan Ibu berikan.
Hormat Saya
Dima Wuenta Caesaria
77
Nama ( Inisial ) : Usia : Lama Kerja :
Petunjuk Pengisian Skala
Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Saudara diminta untuk membaca dan memahami setiap pertanyaan dengan baik, kemudian memberikan respon terhadap pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Adapun pilihan jawaban tersebut adalah :
SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Saudara, karena tidak ada jawab yang dianggap salah Atas kerjasama dan bantuan yang telah diberikan, saya ucapkan terima kasih.
78
SKALA 1 NO Pernyataan SS S TS STS
1 Orang-orang di sekitar saya menyemangati saya ketika sedang menghadapi masalah di tempat kerja.
2 Teman-teman tidak memperhatikan saya pada saat saya menghadapi kesulitan dalam pekerjaan.
3 Ketika saya mengalami kesulitan dalam melakukan suatu tugas, rekan kerja membantu saya dalam melakukan tugas tersebut.
4 Rekan kerja tidak membantu mempersiapkan perlengkapan kerja,meskipun melihat saya mengalami kesulitan dalam mempersiapkan perlengkapan tersebut.
5 Teman-teman berbagi pengalaman mereka dalam menghadapi masalah di tempat kerja
6 Teman-teman tidak memberikan masukan untuk meningkatkan kemampuan saya dalam bekerja.
7 Atasan memberikan pujian pada saat saya mencapai target yang telah ditentukan.
8 Saya merasa sedih karena rekan kerja tidak menghargai hasil kerja saya.
9 Keluarga saya selalu mengingatkan bahwa saya tidak sendirian dalam melewati saat-saat sulit dalam pekerjaan.
10 Atasan saya tidak peduli dengan permasalahan di tempat kerja yang sedang saya hadapi.
11 Saat saya kesulitan dalam mempersiapkan perlengkapan bekerja, rekan kerja membantu saya dalam menyiapkannya.
12 Atasan tidak pernah membantu dalam melakukan pekerjaan yang sulit saya lakukan.
13 Ketika saya melakukan kesalahan dalam bekerja, teman-teman akan memberitahukan cara yang benar untuk melakukan pekerjaan tersebut.
14 Rekan kerja sering megatakan tidak tahu pada saat saya menanyakan sesuatu tentang pekerjaan yang tidak saya pahami.
15 Rekan kerja menghargai hasil kerja saya. 16 Atasan tidak menghargai keberadaan saya di tempat
kerja saya.
17 Keluarga menghibur saya ketika saya gagal dalam menyelesaikan suatu masalah dalam pekerjaan.
18 Rekan kerja bersikap tidak perhatian saat saya hendak menceritakan kesulitan saya dalam bekerja.
19 Atasan memberikan saya waktu yang cukup untuk mengerjakan pekerjaan.
79
20 Sekalipun saya dalam keadaan sakit, perusahaan sulit untuk memberikan izin kepada saya.
21 Atasan selalu memberikan informasi tentang cara melakukan tugas dengan benar.
22 Saya merasa bingung dalam bekerja karena atasan tidak memberikan informasi yang jelas tentang tugas saya.
23 Rekan kerja memberikan pujian pada saat saya mencapai target yang telah ditentukan.
24 Rekan kerja sering menyalahkan saya apabila ada pekerjaan yang tidak terlaksana dengan baik.
25 Rekan kerja mengatakan turut merasakan apa yang saya rasakan pada saat saya mengalami masalah.
26 Saya tidak bebas menceritakan masalah pekerjaan saya kepada keluarga saya.
27 Pada saat saya tidak memiliki uang untuk kebutuhan khusus, terdapat fasilitas peminjaman uang dari perusahaan.
28 Tidak terdapat fasilitas peminjaman uang dari perusahaan pada saat saya membutuhkan uang untuk keperluan khusus.
29 Saya banyak mendapatkan informasi dari rekan kerja tentang apa yang terjadi dalam lingkungan pekerjaan.
30 Rekan kerja tidak menjelaskan kepada saya bagaimana cara yang benar dalam melakukan suatu pekerjaan pada saat saya melakukan kesalahan.
31 Perusahaan memberikan bonus pada saat saya mencapai target yang telah ditentukan.
32 Keluarga tidak pernah mendorong saya untuk tetap maju dalam pekerjaan saya.
80
SKALA 2 NO Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa pusing setelah melakukan pekerjaan yang terlalu banyak.
2 Saya tidak mengalami gangguan kepala selama bekerja karena tahu pasti pekerjaan apa yang harus saya kerjakan.
3 Saya merasa cemas tidak dapat menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik karena pekerjaan yang diberikan terlalu banyak.
4 Saya yakin dapat menyelesaikan pekerjaan saya dengan baik karena pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya.
5 Saya sukar berkonsentrasi karena pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu banyak.
6 Saya mudah berkonsentrasi karena pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya.
7 Saya menjadi mudah melakukan kesalahan dalam bekerja karena pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu banyak.
8 Saya tetap dapat melakukan pekerjaan dengan benar walaupun pekerjaan yang diberikan kepada saya banyak.
9 Saya mudah lelah karena sirkulasi udara tempat kerja yang kurang baik.
10 Daya tahan tubuh saya baik karena pekerjaan saya sesuai dengan kemampuan saya.
11 Saya mudah marah karena relasi saya tidak baik dengan rekan kerja.
12 Lingkungan kerja yang nyaman membuat saya merasa senang dalam bekerja.
13 Saya sering salah memahami informasi yang penting karena lingkungan kerja saya tidak nyaman.
14 Saya mudah memahami informasi yang penting karena lingkungan kerja saya nyaman.
15 Saya mengalami kesulitan dalam bergaul dengan rekan kerja karena hubungan saya yang tidak baik dengan mereka.
16 Saya tetap mudah bergaul dengan rekan kerja walaupun hubungan saya dengan mereka tidak baik.
17 Nafsu makan saya menurun/meningkat karena saya tidak dapat bersikap tabah terhadap masalah dalam pekerjaan yang saya alami.
18 Sekalipun saya memiliki hubungan kurang baik dengan rekan kerja saya, saya tidak pernah mengalami masalah
81
dengan kesehatan saya. 19 Saya mudah bingung karena tidak terdapat kepastian
tentang benar atau salahnya pekerjaan saya.
20 Saya tidak merasakan perasaan bermusuhan dengan rekan kerja saya karena hubungan saya baik dengan mereka.
21 Saya sering mengabaikan informasi yang penting tentang pekerjaan karena saya tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan.
22 Saya tidak mengabaikan informasi yang penting tentang pekerjaan karena saya tahu bahwa pekerjaan yang saya lakukan benar ataupun salah.
23 Saya malas bekerja karena tidak terdapat kepastian tentang benar atau salahnya pekerjaan saya.
24 Saya tetap bekerja dengan semangat meskipun tidak terdapat kepastian tentang benar atau salahnya pekerjaan saya.
25 Otot saya tegang karena saya tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan.
26 Saya tidak mengalami gangguan tidur karena kebutuhan saya terpenuhi.
27 Saya merasa tidak nyaman karena sirkulasi udara di tempat kerja saya kurang baik.
28 Saya merasa tenang karena kebutuhan hidup saya terpenuhi.
29 Saya menjadi sukar mengingat informasi karena pekerjaan yang diberikan kepada saya terlalu banyak.
30 Saya tetap dapat mengingat informasi karena pekerjaan yang diberikan sesuai dengan kemampuan saya.
31 Saya tidak bersemangat melakukan pekerjaan karena kebutuhan hidup saya tidak terpenuhi.
32 Saya ingin tetap bekerja di tempat saya bekerja saat ini walaupun kebutuhan saya kurang terpenuhi.
82
LAMPIRAN B TABULASI DATA &
RELIABILITAS SKALA
SEBELUM SELEKSI ITEM
83
GET FILE='F:\SKRIPSI\ANALISIS DATA\Data DuSosial.sav'.