Page 1
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA
DAN IKLAN MEROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA
SISWA SMA NEGERI 1 SAMATIGA ACEH BARAT
SKRIPSI
NANA SARINDA
NIM : 09C10104122
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2014
Page 2
ABSTRAK
Nana Sarinda Hubungan AntaraDukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan
Merokok Dengan Perilaku Merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga.
Dibawah bimbingan Baharuddin, SKM, M.Kes dan Maiza Duana, SKM.
Merokok merupakan masalah yang sangat sulit diselesaikan hingga saat ini. Pada
siswa SMA Negeri 1 Samatiga dengan jumlah siswa169 orang dengan siswi
berjumla 74 orang serta siswanya berjumlah 94 orang yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 66 orang dimana sebagiannya merokok
baik pada saat jam istirahat sekolah maupun jam pulang sekolah. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan anatara orang tua, teman sebaya
dan iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga
Aceh Barat.
Popilasi berjumlah 66 dengan sampel dalam penelitian ini adalah 66 siswa SMA
Negeri 1 Samatiga Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan metode Total Sampling.
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 34 responden dukungan orang tuanya baik
61,8% tidak merokok sedangkan dari 32 responden yang dukungan orang tuanya
tidak baik 68,8% merokok dengan peluang nilai OR 3,554. Dari 33 responden
yang teman sebayanya baik 69,7% tidak merokok, sedangkan dari 33 responden
yang temansebanya tidak baik 75,8% merokok dengan nilai OR7,188. Dari 36
responden yang iklan merokoknya baik 61,1% tidak merokok, sedangkan dari 30
responden yang iklan merokoknya tidak baik 70% merokok dengan nilai
OR7,3,667.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan semua variabel independen (orang tua,
teman sebaya, iklan merokok) mempunyai hubungan dengan perilaku merokok
dimana Pvalue < α (0,05).
Kepada SMA Negeri 1 Samatiga agar dapat mengadakan pendidikan khusus
tentang bahayanya merokok dan kepada siswi SMA Negeri 1 Samatiga agar lebih
meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan menghindari
merokok.
Kata Kunci: Orang Tua, Teman Sebaya, Iklan Merokok dan Perilaku Merokok
Page 3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi/tugas akhir berjudul “Hubungan Antara
Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya Dan Iklan Merokok Dengan Perilaku
Merokok Pada Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat”. Skripsi ini adalah
untuk memenuhi slah satu syarat kelulusan dalam meraih derajat Kesehatan
Masyarakat Universitas Teuku Umar.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi/tugas akhir ini, penulis tidak
luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis inin
sampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya
1. Kepada Bapak Dr.Prof Jasman J. Ma’ruf, MBA. Selaku Rektor Universitas
Teuku Umar Meulaboh
2. Kepada Bapak Sufyan Anwar, SKM, MARS, selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh
3. Kepada dewan pemimbing yaitu Bapak Baharuddin, SKM, M.Kes. selaku
pemimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulis
dalam menyusun skripsi ini dan kepada Ibu Maiza Duana, SKM, selaku
pemimbing II, yang telah membantu penulis menyusun skripsi ini
4. Kepada Ibu Marniati, SKM, M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar.
Page 4
melakukan di dalam perkarangan sekolah karena aturan sekolah melarang
merokok bagi para siwa, dan peraturan tersebut tidak membuat para siswa
berhenti merokok namun ada saja yang merokok di luar perkarangan sekolah.
1.2. Rumusan Maslah
Dari latar belakang diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana
hubungan Anatara Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya dan Iklan Rokok Dengan
perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk melihat bagaimana hubungan anatara dukungan orang tua, teman
sebaya dan iklan rokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri
Samatiga Aceh Barat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara dukungan orang tua,
dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh
Barat.
2. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara teman sebaya Dengan
perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat.
3. Untuk melihat apakah ada hubungan anatara iklan rokok Dengan
perilaku merokok pada siswa SMA Negeri Samatiga Aceh Barat
Page 5
ternyata lebih dari 11persen menggap aspek-aspek ini penting buat
mereka.
5) Faktor Farmokologis
Nikotin mencapai otak dalam singkat, mungkin pada menit pertama
sejak dihisap. Cara kerja bahan komplek. Pada dosis sama dengan yang
di dalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan
si suatu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini tergantung
bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada
suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah
atau takut, efeknya dalah menenangkan. Tetapi dalam keadaaan lelah
atau bosan, bahan ini akan merangsang dan memacu semangat. Dalam
pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood
dalam situasi stress.
2.2 Rokok
2.2.1 Pengertian
Rokok adalah hasil olahan terbungkus yang mengandung nikotin dan tar
dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silender dari kertas berukuran
panjang 70 hungga 120 mm (bervariasi tergantung Negara) dengan diameter
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Sitopoe,
2000).
2.2.2 Komposisi Rokok
Satu-satunya Negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan
baku tembakau dan cengkeh hanyalah Indonesia, dengan sebutan rokok
kretek dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 ; 40. Sedangkan
Page 6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok
dengan nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,025 dan nilai OR
3,554.
2. Adanya hungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok dengan
nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,001 dan nilai OR 3,554.
3. Adanya hungan antara iklan merokok dengan perilaku merokok dengan
nilai Pvalue lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,023 dan nilai OR 3,554.
5.3 Saran
1. Kepada SMA Negeri 1 Samatiga agar dapat mengadakan pendidikan
khusus tentang bahaya merokok dan dapat mengadakan seminar dan
persentasi kepada siswa tentang merokok dan bahaya merokok bagi
kesehatan.
2. Kepada siswa SMA Negeri 1 Samatiga agar lebih meningkatkan
kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan menghindari rokok dan
meningkatkan pengetahuan mengenai tentang bahaya merokok bagi
kesehatan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Page 7
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y., 2008. Adminitrasi Rumah Sakit. UI Press. Jakarta
Asrosuddin, M., 2006. Kalbar Sehat Tanpa Rokok. Jurnal Kesehatan.
Kalimantan Barat.
Aulia Sani, 2004. Pelayanan Tiga Tahun Pelayanan Klinik Berhenti Merokok.
Yayasan Indonesia. Jakarta.
Baradja, F., 2008. Pelajar Jangan Mencoba Merokok. Pelita. Jakarta.
Budiarto, E, 2001. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. EGC. Jakarta
Bustaman, M. M., 2000. Eidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rieneka Cipta.
Jakarta.
Caroline, 2008. Akibat Merokok. Fransisi. Jakarta.
Depkes RI, 2005. Pendekatan Dan Penanganan Pada Remaja Beresiko Tinggi.
Jakarta.
Imsar. 2008. Kampanye Anti Rokok di Indonesia. Jurnal Universitas Indonesia.
Jakarta.
Istiqomah. I., 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC. Jakarta.
Komasari, D & Helmi, A.F., 2000. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok
Pada Remaja Jurnal Psikologi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Mu’tadin Zainul, 2002. Remaja dan Rokok. Wordpress. Jakarta.
Mustafa. RulliA., 2005. Waspadai Bahaya Merokok. www.combat 2005.
Glogdrive.com
Nawi, N. et al., 2007. “if I don’t smoke, I’m not a real man”- Indonesia
teenager boys view about smoking, Health Education Research. Oxford
Journal.
Nasution. IK., 2007. Strees Pada Remaja. USU. Medan
Notoatmodjo. S., 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rieneka
Cipta. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehata.
Rineka Cipta. Yogyakarta.
Pitaloka. A., 2006. Moral Exclusion dan Rokok. EGC. Jakarta.
Page 8
Sari. F., 2003. Kanker Payudara Pada Perempuan. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol. 51 No. 6
Sitopoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Jakarta. Grasindo
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sangung
Seto. Jakarta.
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Sukendro, Suryo, 2007. Filosofi Rokok. Pinus Book Publisher. Yogyakarta.
Sustani, dkk. 2006. Kebiasaan Merokok. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Triyanti, 2006. Kebiasaan Merokok. Bayumedia. Malang.
Wismanto, Y.B, & B, Sarwo. 2007. Strategi Penghentian Perilaku Merokok.
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang
YKI. 2008. Hentikan Merokok. Yayasan Kanker Indonesia. Depok Jakarta.
Yusuf, S., 2006. Psiklogi Perkembangan Anak dan Remaja. PT. Remaja
Rosdakarya. Bandung
Zulkifli, 2008. Pedoman Riset Operasi. Jurnal Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Page 9
b. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatic polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapt menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adlah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok dan bahan organic lain yang terbakar(Pemerintah RI, 2003
dalam Sukendro, 2007).
c. Karbon monoksida (CO)
kabon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
bewarna, zat yang mengikat hegmolobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Kandungannya didalam asap rokok 2-6%. Karbon
monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin
(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen(O2) dengan
hemoglobin (Hb). Membuatdarah tidak mampu mengikat oksigen
(pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
2.2.4 Dampak Rokok Pada Remaja
Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, diantaranya
adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenetik. Rokok
memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang setah dibakar 25 persennya akan
masuk kedalam darah. Namun, jumlah kecil ini hanya menumbuhkan waktu 15
detik untuk sampai ke otak.
Page 10
Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar)
menambah sel lender sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko
P Value = 0,023 ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang
signifikan antara iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Dilihat dari nilai OR 3,667 maka dapat diartikan bahwa iklan merokok
yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada ikalm merokoknya
tidak baik.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok
Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara dukungan orang tua
dengan perilaku merokok terlihat dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value =
0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hbungan yang
signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014 ini disebabkan orang tua yang
merokok anaknya juga merokok sebagai orang tuaseharusnya menjadi panutan,
seseorang anak elihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan masih kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak.
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian
dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur
Page 11
sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok
yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir
perokok (Istiqomah, 2004).
Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun
bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-
hal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau.
Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada
orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui
sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat
sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah
satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku
remaja.pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obat
terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan dukungan orang tua dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan orang tua, maka semakin tinggi perilaku
merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku merokok
siswa ditinjau dari dukungan orang tua. Pada dukungan orang tua tidak mendukung
perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (86%) dari 7
responden dengan dukungan orang tua tidak mendukung. Kelompok dengan
dukungan orang tua kurang mendukung terdapat 12 responden dan memiliki perilaku
merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (50%), selanjutnya sedang
sebanyak 4 responden (33%), dan tinggi sebanyak 2 responden (17%).
4.3.2. Pengaruh Teman Sebaya Dengan Perilaku Meroko
Page 12
Setelah dilakukan penelitian pada SMA Negeri 1 Samatiga diketahui dari
33 responden yang teman sebayanya baik 61,8% tidak merokok sedangkan 33
responden yang teman sebayanya tidak baik 75,8% merokok. Semakin banyak
temannya yang baik maka semakin banyak siswa yang tidak merokok begitu juga
sebaliknya. Pengaruh teman sangatlah besar dimana di dalam satu kelompok
pertemanan mereka ditunjuk harus memiliki perilku yang sama maka dari itu
banyak dari SMA Negeri 1 Samatiga siswanya merokok karena mengikuti teman
dan tidak dianggap keren jika tidak mengikuti teman yang merokok.
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada
remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer socialization, dengan arah pengaruh
berasal kelompok sebaya, artinga ketika remaja bergabung dengan kelompok
sebaya maka seorang remaja akan dituntut berperilau sama dengan kelompoknya,
sesui dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tdin, 2002).
Remaja pda umumnya bergaul dengan sesame mereka, karakteristik
persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin, dan ras.
Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh kuat
dalam pemilihan teman (Yusuf, 2006).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan teman sebaya dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan teman sebaya, maka semakin tinggi
perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku
merokok siswa ditinjau dari dukungan teman sebaya. Pada dukungan teman
sebaya tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 14
responden (93%) dari 15 responden dengan dukungan teman sebaya tidak
Page 13
mendukung. Kelompok dengan dukungan teman sebaya kurang mendukung
terdapat 10 responden dan memiliki perilaku merokok terbanyak adalah rendah
sebanyak 5 responden (50%) dan sedang sebanyak 5 responden (30%).
4.3.3 Pengaruh Iklan Merokok Dengan Perilaku Merokok
Di SMA Negeri 1 Samatiga menurut hasil penelitian diketahui dari 36
responden yang iklan merokoknya baik 61,1% tidak merokok sedangkan dari 30
responden yang iklan merokoknya tidak baik 70% merokok. Di perkuat dengan
hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,023 dan ini lebih kecil dari α= 0,05
sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara iklan merokok dengan perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014. Iklan
dimasa sekarang ini sangatlah membuat konsumen tertarik iklan televisi misalnya
hampir sepanjang hari ditayangkan iklan merokok maka dari itu tidak ada batasan
bagi mereka untuk merokok karena ketertarikan terhadap iklan di Televisi yang
membuat mereka tertarik untuk merokok.
Menutut ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut
sebagai duatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut
sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku
penggunaan tembakau yangmenetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok
per hari, dengan adanya tambahan distress yang disebabkan oleh kebutuhan akan
tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga dideinikan sebagai
aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur
melalui intnsitas merokok, waktu merokok, dan funsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari (Komalasari Helmi, 2000).
Page 14
Banyaknya iklanmmerokok di media cetak, elektronik, dan media luar
ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok
mempunyai tujuanuntuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok
untuk mencoba merokok dan setelahmencoba merokok akan terus berkelanjutan
sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan iklan merokok dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan iklan rokok , maka semakin tinggi
perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku
merokok siswa ditinjau dari dukungan iklan rokok . Pada dukungan iklan rokok
tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah dan sedang masing-
masing sebanyak 2 responden (50%). Kelompok dengan dukungan iklan rokok
kurang mendukung terdapat 16 responden dan memiliki perilaku merokok
terbanyak adalah rendah sebanyak 13 responden (81%) dan sedang sebanyak 3
responden (19%).
Page 15
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai odd ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya“Continuity Correction (a)”
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan
uji“Pearson Chi-Square”
d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya
digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).
Page 16
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki
2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian
dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur
sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat Celcius untuk ujung rokok
yang dibakar, dan 30 derajat Celcius untuk ujung rokok yang terselip di antara
bibir perokok (Istiqomah, 2003).
Munculnya perilaku dari organisme ini dipengaruhi oleh faktor stimulus
yang diterima, baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Seperti halnya
perilaku lain, perilaku merokok pun muncul karena adanya faktor internal (faktor
biologis dan faktor psikologis, seperti perilaku merokok dilakukan untuk
mengurangi stres) dan faktor eksternal (faktor lingkungan sosial, seperti
terpengaruh oleh teman sebaya). Sari dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku
merokok adalah aktivitas menghisap atau menghirup asap rokok dengan
menggunakan pipa atau rokok.
Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut
sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai
tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan
Page 17
7
tembakau yang menetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok per hari,
dengan adanya tambahan distres yang disebabkan oleh kebutuhan akan tembakau
secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga didefinisikan sebagai
aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur
melalui intensitas merokok, waktu merokok, dan fungsi merokok dalam
kehidupan sehari-hari (Komalasari & Helmi, 2000).
Intensitas merokok sebagai wujud dari perilaku merokok menurut
(Bustan, M.N., 2000) rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan
perokok atu asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif (active smoker) adalah orang
yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
Menurut Wardoyo (1996) dalam Komalasari & Helmi (2000). Perokok
pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive
Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.
Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif dari pada perokok aktif. Asap
rokok sigaret kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan
perokok, terutama di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok
aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon
monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.
Sedangkan menurut (Mu’tadin, 2002) perilaku merokok berdasarkan
intensitas merokok membagi jumlah rokok yang dihisapnya setiap hari, yaitu:
Page 18
8
a) Perokok sangat berat adalah perokok yang mengkomsumsi rokok sangat
sering yaitu merokok lebih 31 batang tiap harinya dengan selang merokok
lima menit setelah bangun tidur pagi hari.
b) Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang rokok
setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah
bangun tidur pagi hari.
c) Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok cukup yaitu
11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60 menit mulai bangun
tidur pagi hari.
d) Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang yaitu
sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari bangun tidur
pagi.
Menurut Tomkins cit Wismanto dan Sarwo (2007) ada 4 tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
a) Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Dalam hal ini dibagi
dalam 3 sub tipe:
1. Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok
setelah minum kopi atau makan.
2. Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3. Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa.
Page 19
9
Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan
tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu
beberapa menit saja atau perokok lebih senang berlama-lama
memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum dia
menyalakan dengan api.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila
marah, cemas ataupun gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat.
c) Perilaku merokok yang adiktif (psychological addiction). Bagi yang sudah
adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah
efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi
keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena benar-benar sudah kebiasaan rutin. Pada tipe orang seperti ini
merokok merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis.
2.1.2 Tahap-tahap Perilaku Merokok
Laventhal dan Pitaloka (2006) mengungkapkan empat tahap dalam
perilaku merokok, yaitu :
a) Tahap Preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan, sehingga
menimbulkan niat untuk merokok.
Page 20
10
b) Tahap Initiation
Tahap perintisan merokok, yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c) Tahap Becoming A Smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per
hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d) Tahap Maintaining Of Smoking
Pada tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh
efek yang menyenangkan.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi (2000), perilaku merokok selain
disebabkan dari faktor dalam diri (internal) juga disebabkan faktor dari
lingkungan (eksternal).
a) Faktor Diri (internal)
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Merokok juga memberi image
bahwa merokok dapat menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan
menunjukkan kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat
menghilangkan stres (Nasution, 2007).
Remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis psikososial
yang dialami pada perkembangannya yaitu pada masa ketika mereka sedang
mencari jati dirinya (Komalasari dan Helmi, 2000).
Page 21
11
b) Faktor Lingkungan (eksternal)
Menurut soetjiningsih (2004), faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku merokok remaja adalah keluarga atau orang tua, saudara
kandung maupun teman sebaya yang merokok, dan iklan rokok.
1) Dukungan Orang Tua
Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun
bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif
dalam hal-hal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura
bahkan mengacau. Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas
ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian
sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Pada masa ini
hubungan keluarga yang dulu sangat erat sekarang tampak terpecah.
Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola
asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja. Pola asuh
keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan
obat-obat terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
2) Teman Sebaya
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada
remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer sosialization, dengan arah
pengaruh berasal kelompok sebaya, artinya ketika remaja bergabung
dengan kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut untuk
berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan norma yang
dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tadin, 2002).
Page 22
12
Remaja pada umumnya bergaul dengan sesama mereka, karakteristik
persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan
ras. Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat
berpengaruh kuat dalam pemilihan teman. (Yusuf, 2006).
3) Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang
telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan
rokok mempunyai tujuan mensponsori hiburan bukan untuk menjual
rokok, dengan tujuan untuk mengumpulkan kalangan muda yang belum
merokok untuk mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan
terus berkelanjutan sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).
Menurut Hansen dalam Wismanto dan Budi (2007), mengungkapkan
bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok yaitu:
1) Faktor Psikologis
Individu merokok untuk mendapatkan kesenangan, kenyamanan, merasa
lepas dari kegelisahan dan juga untuk mendapatkan rasa percaya diri. Oleh
karena itu individu perokok yang bergaul dengan perokok lebih sulit untuk
berhenti merokok, daripada perokok yang bergaul atau lingkungan sosialnya
menolak perilaku merokok.
2) Faktor Biologis
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa semakin tinggi kadar nikotin
dalam darah, maka semakin besar pula ketergantungan seorang terhadap
rokok.
Page 23
13
Menurut Baradja (2008), mengungkapkan faktor-faktor penyebab
merokok dapat dibagi dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktor-
faktor itu saling berkaitan satu sama lain :
1) Faktor Genetik
Beberapa studi menyebut faktor genetik sebagai penentu dalam
timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan menderita
kanker, serta tendensi untuk merokok adalah faktor yang diwarisi
bersama-sama. Studi menggunakan pasangan kembar membuktikan
adanya pengaruh genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan
terpisah, akan memiliki pola kebiasaan merokok yang sama bila
dibandingkan dengan kembar non-identik. Akan tetapi secara umum,
faktor genetik ini kurang berarti bila dibandingkan dengan faktor
lingkungan dalam menentukan perilaku merokok yang akan timbul.
2) Faktor Kepribadian (personality)
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok. Tetapi
studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar antara
pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-tes
kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah seseorang
akan menjadi perokok. Lebih bermanfaat adalah pengamatan dan studi
observasi dilapangan.
Anak sekolah yang merokok menganggap dirinya, seperti orang lain
juga memandang dirinya, sebagai orang yang kurang sukses dalam
pendidikan. Mereka biasanya memiliki prestasi akademik kurang, tanpa
minat belajar dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah secara
Page 24
14
konsisten ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan dengan
yang tidak merokok, mereka lebih impulsif, haus sensasi, gemar
menempuh bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. Mereka
minum teh dan kopi dan sering juga menggunakan obat termasuk
alkohol. Mereka lebih mudah bercerai, beralih pekerjaan, mendapat
kecelakaan lalulintas, dan enggan mengenakan ikat pinggang
keselamatan dalam mobil.
Banyak dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert dan
antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan merokok.
3) Faktor Kejiwaan (psikodinamik)
Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu adalah suatu
kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral yang dini atau
adanya suatu rasa rendah diri yang tak nyata. Ahli lainnya berpendapat
bahwa merokok adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak
dipenuhi semasa bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai
pengganti merokok pada mereka yang sedang mencoba berhenti
merokok.
4) Faktor Sensorimotorik
Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang
membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau
farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil dan
memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap, mengeluarkan
sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga bunyinya semua
berperan dalam terciptanya kebiasaan ini. Dalam suatu penelitian
Page 25
15
ternyata lebih dari 11 persen menganggap aspek-aspek ini penting buat
mereka.
5) Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada menit pertama
sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks. Pada dosis sama dengan
yang didalam rokok, bahan ini dapat menimbulkan stimulasi dan rangsangan
di satu sisi tetapi juga relaksasi di sisi lainnya. Efek ini tergantung
bukan saja pada dosis dan kondisi tubuh seseorang, tetapi juga pada
suasana hati (mood) dan situasi. Oleh karena itu bila kita sedang marah
atau takut, efeknya adalah menenangkan. Tetapi dalam keadaan lelah
atau bosan, bahan itu akan merangsang dan memacu semangat. Dalam
pengertian ini nikotin berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood
dalan situasi stress.
2.2 Rokok
2.2.1 Pengertian
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah silinder dari
kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara)
dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah (Sitopoe, 2000).
2.2.2 Komposisi Rokok
Satu-satunya negara di dunia yang menghasilkan rokok dengan bahan
baku tembakau dan cengkeh hanyalah indonesia, dengan sebutan rokok kretek
dengan perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60 : 40. Sedangkan
Page 26
16
pembungkusannya, rokok digulung dengan berbagai jenis pembungkus, ada yang
menggunakan kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih, daun nipah, pelepah
tongkol jagung atau disebut rokok klobot, dan dengan tembakau sendiri disebut
rokok cerutu. Lapisan pembungkus rokok kretek dibuat dua lapis sehingga
minyak cengkih ditahan oleh lapisan paling dalam, sedangkan pembungkus
lapisan luar tidak tembus oleh minyak cengkeh sehingga warna rokok tetap putih.
Rokok biasanya terdiri dari rokok dengan atau tanpa filter. Filter digunakan untuk
menyaring bahan-bahan yang berbahaya yang didalam asap rokok yang dihisap
(Sitepoe, Mangku, 2000).
2.2.3 Racun pada Rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya
2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok,
yaitu:
a. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paru-paru dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh bagian
otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh bagian tubuh
dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir (Pemerintah RI,
2003 dalam Sukendro, 2007).
Page 27
17
b. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan kanker.
Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang berhubungan
dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh,
pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar (Pemerintah RI, 2003
dalam Sukendro, 2007)
c. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak
mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-6%. Karbon
monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan hemoglobin
(Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen (O2) dengan
hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat oksigen
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
2.2.4 Dampak Rokok Pada Remaja
Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, diantaranya
adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok
memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin, yang setelah dibakar 25 persennya akan
masuk kedalam darah. Namun, jumlah kecil ini hanya membutuhkan waktu 15
detik untuk sampai ke otak.
Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar),
menambah sel lendir sehingga menghambat oksigen ke paru-paru sampai resiko
Page 28
18
delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang hidup sehat
tanpa rokok (Zulkifli, 2008).
Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok
yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun memberikan perokok
potensi yang lebih besar. Beberapa diantaranya antara lain:
1) Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke penis
berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
2) Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkut oksigen
darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga
lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 persen lebih lama untuk
penyembuhan.
3) Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan
dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Resiko
keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon
monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
4) Jantung koroner
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di indonesia.
Sekitar 40 persen kematian akibat serangan jantung yang terjadi sebelum
umur 65 tahun buasanya berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Page 29
19
5) Sistem Pernapasan
Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah kemampuan
rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) di saluran pernapasan. Ini
adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan untuk jangka panjang
berupa kanker paru, emphycema atau hilangnya elasitas paru-paru, dan
bronkitis kronis.
2.3. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Dari kerangka teori yang menjadi masalah perilaku merokok pada lokasi
penelitian adalah pengaruh dari orang tua, teman sebaya dan iklan merokok, maka
dari itu penulis mengambil orang tua, teman sebaya dan iklan merokok sebagai
variable independen untuk melihat pengaruh terhadap perilaku merokok.
Komalasari dan Helmi (2000)
1. Faktor diri
2. Faktor lingkungan
- Orang tua
- Teman sebaya
- Iklan merokok
Husen dalam Wismanto dan
Budi (2007)
1. Faktor psikologis
3. Faktor biologis
- Genetik
- Kepribadian
- Kejiwaan
- Sensorimotorik
- Farmakologis
Perilaku Merokok
Page 30
20
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori Komalasari dan Helmi (2000), maka penelitian ini
dikembangkan dengan kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Orang Tua
Teman Sebaya
Iklan Merokok
Perilaku Merokok
Page 31
21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif Analitik dengan desain Cross
Sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orang tua,
teman sebaya dan iklan merokok dengan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 1 Smagatiga Aceh Barat (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Smagatiga Aceh Barat dan
penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 sampai 19 Mei Tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA
Negeri 1 Smagatiga Kelas X dan XI yang berjumlah 66 orang.
3.3.2 Sampel
Populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 dalam Notoatmodjo (2005)
apabila populasi kurang dari 100 maka tehnik dalam penentuan sampel
menggunakan total sampling dimana keseluruh keseluruhan populasi
dijadikan sampel yaitu sebanyak 66 siswa. Berikut penjabaran sampel
berdasarkan kelas :
Page 32
22
Tabel 3.1. Jumlah Sampel Perkelas
No Kelas Jumlah Populasi
1 X-1 13
2 X-2 9
3 X-3 13
4 XI-IPA 1 5
5 XI-IPA2 5
6 XI-IPS 1 11
7 XI-IPS 2 10
JUMLAH 66
Sumber : data sekunder dari SMAN 1 Samatiga
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data primer
Diperoleh dengan melaksanakan metode wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak sekolah SMA
Negeri 1 Samatiga yang berhubungan dengan jumlah siswa di sekolah
tersebut.
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.5 Definisi Operasional
No Variabel Definisis Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 Dukungan
Keluarga
Sikap orang tua
dan membimbing
serta dorongan
orang tua kepada
siswa
Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50%
2. Tidak baik <
50%
Ordinal
2 Teman
Sebaya
Perilaku teman
siswa dan
pergaulannya
Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50%
2. Tidak baik <
50%
Ordinal
Page 33
23
3 Iklan
Merokok
Pengaruh iklan
baik dimedia cetak
maupun elektronik
yang berdampak
pada psikis atau
dorongan siswa
atas
ketertarikannya
pada iklan dan
ingin mencobanya.
Wawancara Kuesioner 1. Baik > 50%
2. Tidak Baik <
50%
Ordinal
Variabel Dependen
4 Perilaku
Merokok
Aktifitas seseorang
yang merupakan
ransangan dari luar
yaitu factor-faktor
yang mendorong
siswa untuk
merokok
Wawancara Kuesioner 1. Tiadak ada >
50%
2. Ada < 50%
Ordinal
3.6 Aspek Pengukuran Variabel
1. Dorongan Orang Tua
a. Kategori Baik jika nilai > 50%
b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50%
2. Teman Sebaya
a. Kategori Baik jika nilai > 50%
b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50%
3. Iklan Merokok
a. Kategori Baik jika nilai > 50%
b. Kategori Tidak Baik jika nilai < 50%
4. Perilaku Merokok
a. Kategori Tidak Kejadian jika nilai > 50%
b. Kategori Kejadian jika nilai < 50%
Page 34
24
3.7 Tehnik Pengumpulan Data
Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu : penulis memeriksa kembali data-data yang diperoleh baik dari
hasil wawancara maupun laporan yang didapat untuk menilai tingkat
kesesuaian.
2. Coding, yaitu : pengkodean data yakni untuk mempermudah dalam
pengolahan dan menganalisis data memberikan kode dalam bentuk angka.
3. Transfering yaitu menyusun total nilai dari variabl –variabel penulisan yang
diberikan.
4. Tabulating, yaitu : data yang telah terkumpul ditabulasikan dalam bentuk
master tabel.
3.8 Tenik Analisis Data
3.8.1 Analisis Univariat
Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui distribusi dari variabel-
variabel yang diteliti.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan
hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen
(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square (X2) (Budiarto,
2001).
Page 35
25
Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut
akan dihitung nilai odd ratio (OR).
Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :
a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah“Fisher’s Exact Test”
b. Bila tabel 2 x 2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai
sebaiknya“Continuity Correction (a)”
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3, dsb, maka digunakan
uji“Pearson Chi-Square”
d. Uji“Likelihood Ration” dan “Linear-by-Linear Asscaiton”, biasanya
digunakan untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis stratifikasi pada
bidang epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel
katagori, sehingga ke dua jenis ini jarang digunakan.
Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk
membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak)
sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto, 2001).
Page 36
26
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Sekolah SMA Negeri 1 Samatiga berdiri pada tangga 24 Juli 1981
dengan status sekolah Negeri yang beralamatkan di Jalan T. Daud Suak Timah,
Kecamatan Samatiga Aceh Barat. Jumlah guru di SMA Negeri 1 Samatiga
berjumlah 37 tenaga pengajar dimana 33 orang (98%) berstatus PNS dan 4 orang
(2%) lagi berstatus guru honorer. Jumlah siswa pada tahun 2013/2014 berjumlah
152 siswa.
Tahun Kelas Jumlah
X XI XII
2009/2010 82 86 104 272
2010/2011 66 88 104 228
2011/2012 129 112 85 326
2012/2013 115 108 75 298
2013/2014 42 52 59 152
4.1.1 Visi dan Misi SMA Negeri 1 Samatiga
4.1.1.1 Visi Sekolah
Visi Sekolah : “Mantap Dalam Keimanan Dan Ketaqwaan, Berakhlak
Mulia, Meningkat Dalam Prestasi, Terampil Dalam Berbudaya, Serta
Menguasai Iptek”.
4.1.1.2 Misi Sekolah
Untuk melanjutkan Visi diatas dirumuskan beberapa misi sekolah sebagai
berikut:
1. Mendorong setiap siswa melaksanakan ajaran agama yang dianut
sehingga menjadi pedoman berbangsa dan bernegara.
Page 37
27
2. Mengupayakan percept peningkatan mutu pendidikan baik pendidikan
agama maupun umum.
3. Mendorong setiap warga sekolah mancapai hasil kerja yang optimal
sehingga mampu bersaing untuk melanjutkan kependidikan kejenjang
yang lebih tinggi
4. Membutuhkan semangat inovasi secara insentif kepada seluruh warga
sekolah
5. Menerapkan pemanfaatan laboratorium sebagai sarana pemecah
masalah keilmuan
6. Menerapkan manajemen partisipasif melibatkan seluruh warga sekolah
dan komite sekolah
7. Menumbuhkan kesadaran serta rasa cinta siswa terhadap kesenian dan
budaya daerah.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tangga 16-19 Mei 2014
di SMA Negeri Samatiga, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Data Distribusi Dukungan Orang Tua Pada Siswa SMA Negeri 1
Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 34 51,5
2 Tidak Baik 32 48,5
Total 66 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Page 38
28
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 responden dukungan orang tua
baik sebanyak 34 (51,5%) dan dukungan orang tuanya tidak baik sebanyak 32
(48,5%).
Tabel 4.2 : Data Distribusi Teman sebaya Pada Siswa SMA Negeri 1
Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 33 50,0
2 Tidak Baik 33 50,0
Total 66 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 teman sebaya responden teman
sebaya baik sebanyak 33 (50%) dan teman sebayanya tidak baik sebanyak 33
(50%).
Tabel 4.3 : Data Distribusi Iklan merokok Pada Siswa SMA Negeri 1
Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Baik 36 54,5
2 Tidak Baik 30 45,5
Total 66 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 iklan rokok responden iklan
merokok baik sebanyak 36 (54,5%) dan iklan merokoknya tidak baik sebanyak 30
(45,5%).
Tabel 4.4 : Data Distribusi Perilaku merokok Pada Siswa SMA Negeri 1
Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
No Pengetahuan Frekuensi %
1 Tidak Ada 31 47,0
2 Ada 35 53,0
Total 66 100
Sumber: dari data primer (diolah tahun 2014)
Page 39
29
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 66 perilaku merokok responden
yang merokok sebanyak 35 (53%) sedangkan yang tidak merokok sebanyak 31
(47%).
4.1.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan
dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang
bermakna secara statistik jika diperoleh nilai Pvalue < α (0,05).
4.2.2.1 Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok
Tabel 4.5. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Perilaku merokok Pada
Siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Sumber: data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 34 responden yang dukungan
orang tuanya baik 21 (61,8%) tidak merokok sedangkan dari 32 responden yang
dukungan orang tuanya tidak baik 22 (68,8%) merokok. Dari hasil uji chi square
di dapat nilai P Value = 0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga
terdapatnya hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Dilihat dari nilai OR 3,554 maka dapat diartikan bahwa dukungan orang
tua yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada dukungan orang
tuanya tidak baik.
Dukungan
Orang Tua
Keracunan Pestisida
Total
P
Tidak ada Ada
n % n % n % OR
Baik 21 61,8 13 38,2 34 100 0,025 3,554
Tidak baik 10 31,3 22 68,8 32 100 (1,284-9,840)
Jumlah 31 47,0 35 53,0 66 100
Page 40
30
4.2.2.2 Teman sebaya Dengan Perilaku Merokok
Tabel 4.6. Hubungan Teman sebaya dengan Perilaku merokok Pada Siswa
SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Sumber: data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 33 responden yang teman
sebayanya baik 23 (69,7%) tidak merokok sedangkan dari 33 responden yang
teman sebayanya tidak baik 25 (75,8%) merokok. Dari hasil uji chi square di
dapat nilai P Value = 0,001 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya
hubungan yang signifikan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada
siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Dilihat dari nilai OR 7,188 maka dapat diartikan bahwa teman sebaya yang
baik memiliki peluang 7 kali tidak merokok dari pada teman sebayanya tidak baik.
4.2.2.3 Iklan rokok Dengan Perilaku Merokok
Tabel 4.7. Hubungan Iklan rokok dengan Perilaku merokok Pada Siswa
SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014.
Sumber: data primer (diolah tahun 2014)
Dari tabel di atas di ketahui bahwa dari 36 responden yang iklan rokoknya
baik 22 (61,1%) tidak merokok sedangkan dari 30 responden yang iklan rokoknya
tidak baik 21 (70%) merokok. Dari hasil uji chi P Value = 0,023 ini lebih kecil
Teman
sebaya
Keracunan Pestisida
Total
P
Tidak ada Ada
n % n % n % OR
Baik 23 69,7 10 30,3 33 100 0,001 7,188
Tidak baik 8 24,2 25 75,8 33 100 (2,420-21,347)
Jumlah 31 47,0 35 53,0 66 100
Iklan rokok Keracunan Pestisida
Total
P
Tidak ada Ada
n % n % n % OR
Baik 22 61,1 14 38,9 36 100 0,023 3,667
Tidak baik 9 30,0 21 70,0 30 100 (1,310-10,260)
Jumlah 31 47,0 35 53,0 66 100
Page 41
31
dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hubungan yang signifikan antara iklan merokok
dengan perilaku merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun
2014.
Dilihat dari nilai OR 3,667 maka dapat diartikan bahwa iklan merokok
yang baik memiliki peluang 4 kali tidak merokok dari pada ikalm merokoknya
tidak baik.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pengaruh Dukungan Orang Tua Dengan Perilaku Merokok
Pada lokasi penelitian terdapat hubungan antara dukungan orang tua
dengan perilaku merokok terlihat dari hasil uji chi square di dapat nilai P Value =
0,025 dan ini lebih kecil dari α= 0,05 sehingga terdapatnya hbungan yang
signifikan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok pada siswa SMA
Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014 ini disebabkan orang tua yang
merokok anaknya juga merokok sebagai orang tuaseharusnya menjadi panutan,
seseorang anak elihat apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan masih kurangnya
pengawasan orang tua terhadap anak.
Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respon
orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.
Sedangkan menurut Istiqomah merokok adalah membakar tembakau kemudian
dihisap, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Temparatur
sebatang rokok yang tengah dibakar adalah 90 derajat celcius untuk ujung rokok
yang dibakar, dan 30 derajat celcius untuk ujung rokok yang terselip diantara bibir
perokok (Istiqomah, 2004).
Page 42
32
Perilaku remaja memang sangat menarik dan gaya mereka pun
bermacam-macam. Ada yang atraktif, lincah, modis, agresif dan kreatif dalam hal-
hal yang berguna, namun ada juga remaja yang suka hura-hura bahkan mengacau.
Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas ketergantungan kepada
orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui
sebagai orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu sangat erat
sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat berperan pada masa remaja, salah
satunya adalah pola asuh keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku
remaja.pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan perilaku yang
menyimpang seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obat
terlarang dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan dukungan orang tua dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan orang tua, maka semakin tinggi perilaku
merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku merokok
siswa ditinjau dari dukungan orang tua. Pada dukungan orang tua tidak mendukung
perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (86%) dari 7
responden dengan dukungan orang tua tidak mendukung. Kelompok dengan
dukungan orang tua kurang mendukung terdapat 12 responden dan memiliki perilaku
merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 6 responden (50%), selanjutnya sedang
sebanyak 4 responden (33%), dan tinggi sebanyak 2 responden (17%).
4.3.2. Pengaruh Teman Sebaya Dengan Perilaku Meroko
Setelah dilakukan penelitian pada SMA Negeri 1 Samatiga diketahui dari
33 responden yang teman sebayanya baik 61,8% tidak merokok sedangkan 33
responden yang teman sebayanya tidak baik 75,8% merokok. Semakin banyak
Page 43
33
temannya yang baik maka semakin banyak siswa yang tidak merokok begitu juga
sebaliknya. Pengaruh teman sangatlah besar dimana di dalam satu kelompok
pertemanan mereka ditunjuk harus memiliki perilku yang sama maka dari itu
banyak dari SMA Negeri 1 Samatiga siswanya merokok karena mengikuti teman
dan tidak dianggap keren jika tidak mengikuti teman yang merokok.
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko kesehatan pada
remaja dapat terjadi melalui mekanisme peer socialization, dengan arah pengaruh
berasal kelompok sebaya, artinga ketika remaja bergabung dengan kelompok
sebaya maka seorang remaja akan dituntut berperilau sama dengan kelompoknya,
sesui dengan norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut (Mu’tdin, 2002).
Remaja pda umumnya bergaul dengan sesame mereka, karakteristik
persahabatan remaja dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin, dan ras.
Kesamaan dalam menggunakan obat-obatan, merokok sangat berpengaruh kuat
dalam pemilihan teman (Yusuf, 2006).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan teman sebaya dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan teman sebaya, maka semakin tinggi
perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku
merokok siswa ditinjau dari dukungan teman sebaya. Pada dukungan teman
sebaya tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah sebanyak 14
responden (93%) dari 15 responden dengan dukungan teman sebaya tidak
mendukung. Kelompok dengan dukungan teman sebaya kurang mendukung
terdapat 10 responden dan memiliki perilaku merokok terbanyak adalah rendah
sebanyak 5 responden (50%) dan sedang sebanyak 5 responden (30%).
Page 44
34
4.3.3 Pengaruh Iklan Merokok Dengan Perilaku Merokok
Di SMA Negeri 1 Samatiga menurut hasil penelitian diketahui dari 36
responden yang iklan merokoknya baik 61,1% tidak merokok sedangkan dari 30
responden yang iklan merokoknya tidak baik 70% merokok. Di perkuat dengan
hasil uji chi square di dapat nilai P Value = 0,023 dan ini lebih kecil dari α= 0,05
sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara iklan merokok dengan perilaku
merokok pada siswa SMA Negeri 1 Samatiga Aceh Barat Tahun 2014. Iklan
dimasa sekarang ini sangatlah membuat konsumen tertarik iklan televisi misalnya
hampir sepanjang hari ditayangkan iklan merokok maka dari itu tidak ada batasan
bagi mereka untuk merokok karena ketertarikan terhadap iklan di Televisi yang
membuat mereka tertarik untuk merokok.
Menutut ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut
sebagai duatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut
sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai perilaku
penggunaan tembakau yangmenetap, biasanya lebih dari setengah bungkus rokok
per hari, dengan adanya tambahan distress yang disebabkan oleh kebutuhan akan
tembakau secara berulang-ulang. Perilaku merokok dapat juga dideinikan sebagai
aktivitas subjek yang berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur
melalui intnsitas merokok, waktu merokok, dan funsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari (Komalasari Helmi, 2000).
Banyaknya iklanmmerokok di media cetak, elektronik, dan media luar
ruang telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Iklan rokok
mempunyai tujuanuntuk mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok
Page 45
35
untuk mencoba merokok dan setelahmencoba merokok akan terus berkelanjutan
sampai ketagihan (Istiqomah, 2004).
Penelitian Hasanah (2011) terhadap hubungan iklan merokok dengan
perilaku merokok siswa Madrasah Aliyah Negeri 2 Boyolali menunjukkan adanya
kecenderungan semakin tinggi dukungan iklan rokok , maka semakin tinggi
perilaku merokok siswa. Kecenderungan tersebut terlihat dari distribusi perilaku
merokok siswa ditinjau dari dukungan iklan rokok . Pada dukungan iklan rokok
tidak mendukung perilaku merokok terbanyak adalah rendah dan sedang masing-
masing sebanyak 2 responden (50%). Kelompok dengan dukungan iklan rokok
kurang mendukung terdapat 16 responden dan memiliki perilaku merokok
terbanyak adalah rendah sebanyak 13 responden (81%) dan sedang sebanyak 3
responden (19%).
Page 47
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Adanya hungan antara dukungan orang tua dengan perilaku merokok
dengan nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,025 dan nilai OR
3,554.
2. Adanya hungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok dengan
nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,001 dan nilai OR 3,554.
3. Adanya hungan antara iklan merokok dengan perilaku merokok dengan
nilai P Value lebih kecil dari α= 0,05 yaitu 0,023 dan nilai OR 3,554.
5.3 Saran
1. Kepada SMA Negeri 1 Samatiga agar dapat mengadakan pendidikan
khusus tentang bahaya merokok dan dapat mengadakan seminar dan
persentasi kepada siswa tentang merokok dan bahaya merokok bagi
kesehatan.
2. Kepada siswa SMA Negeri 1 Samatiga agar lebih meningkatkan
kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan menghindari rokok dan
meningkatkan pengetahuan mengenai tentang bahaya merokok bagi
kesehatan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.