i HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN KETAATAN IBADAH SHALAT DHUHUR ANAK DI MADRASAH PADA SISWA KELAS V MI KENTENG TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. P. dI) Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Di susun Oleh SRI ASFIYATUN NIM 073111552 FAKULTAS TARBIYAH INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN
ORANG TUA DENGAN KETAATAN IBADAH
SHALAT DHUHUR ANAK DI MADRASAH
PADA SISWA KELAS V MI KENTENG TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. P. dI)
Dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Di susun Oleh
SRI ASFIYATUN
NIM 073111552
FAKULTAS TARBIYAH
INSITITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHPROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU RA DAN MADRASAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Fax.7615387 Semarang
PENGESAHAN
Nama : Sri Asfiyatun
NIM : 073111552
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul : Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang Tua Dengan Ketaatan
Ibadah Shalat Dhuhur Anak Di Madrasah Pada Siswa Kelas V MI Kenteng
Kecamatan Bandungan Tahun 2010.
Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus pada tanggal :
26 Maret 2011
Dan dapat diterima sebagai syarat memenuhi gelar sarjana Strata I (S-I ) tahun Akademik
2010 / 2011.
Semarang, 26 Maret 2011
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
M. Ridwan, M. Ag Lift Anis Ma’shumah, M. Ag
NIP.196301061997031001 NIP.197209281997032001
Penguji I Penguji II
Drs. Abdul wahid, M. Ag Dr. Saifudin Zuhri, M. Ag
NIP. 196911141994031003 NIP. 195808051987031002
iii
KEMENTERIAN AGAMAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAHPROGRAM KUALIFIKASI S.1 GURU RA DAN MADRASAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Telp. (024) 7601295 Fax.7615387 Semarang
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 9 eksemplar Semarang, Maret 2011Hal : Naskah skripsi a.n. Sri Asfiyatun NIM : 073111552
“Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. ( Q.S. Al Anfal : 28).*
* Departemen Agama RI, Al Qur an dan Terjemahnya Al-Jumanatul Ali, (Bandung : CV.J-Art, 2005,)Ed. Refisi, hlm. 181.
v
DEKLARASI
Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 12 Maret 2011
Deklarator,
Sri AsfiyatunNIM 073111552
vi
ABSTRAK
Sri Asfiyatun (NIM: 073111552). “ Hubungan Antara Bimbingan Keagamaan Orang TuaDengan Ketaatan Ibadah Shalat Dhuhur Anak Di Madrasah Pada Siswa Kelas V MI KentengKecamatan Bandungan Tahun 2010”. Skripsi. Semarang: Program Strata I JurusanPendidikan Agama Islam IAIN Walisongo 2010.
Tujuan yang menjadi penelitian ini yaitu: 1) Mengetahui bimbingan keagamaan orang tuapada siswa kelas V MI Kenteng Kecamatan Bandungan Tahun 2010. 2)Mengetahui ketaatanibadah shalat dhuhur anak di madrasah pada siswa kelas V MI Kenteng KecamatanBandungan Tahun 2010. 3) Mengetahui hubungan antara bimbingan keagamaan orang tuadengan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah pada siswa kelas V MI KentengKecamatan Bandungan Tahun 2010.
Penelitian ini adalah kuantitatif jenis korelasi di mana penulis ingin mengetahui hubunganantara bimbingan keagamaan orang tua dengan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak dimadrasah pada siswa kelas V MI Kenteng Kecamatan Bandungan Tahun 2010. Datadiperoleh dari hasil angket yang penulis berikan dan hasil observasi langsung yang penulislakukan pada responden yang berjumlah 15 anak. Data yang telah diperoleh lalu dianalisisdengan analisis statistik menggunakan rumus korelasi product moment. Setelah hasil r(koefisien korelasi) diketahui, maka untuk mengetahui dapat dan tidaknya hipotesis diterimalalu dikonsultasikan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment sehinggadapat diketahui bahwa nilai rxy dengan r tabel signifikan atau tidak.
Hasil penelitian menunjukkan : 1) Nilai bimbingan keagamaan orang tua siswa kelas V MIKenteng terendah 41, nilai tertinggi 89 dan nilai rata-rata 69,2. Hal ini menunjukkan bahwabimbingan keagamaan orang tua siswa kelas V MI Kenteng termasuk kategori sedang. 2)nilai ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah terendah 12, nilai tertinggi 25 dan nilairata-rata 19,47. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasahpada siswa kelas V MI Kenteng termasuk kategori sedang. 3) Sesuai hasil perhitungandengan menggunakan rumus korelasi product moment diperolen nilai rxy sebesar 0,96 laludikonsultasikan dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment denganresponden sebanyak 15 anak pada taraf signifikan 5 % adalah 0.514 sedangkan nilai rxy yangdiperoleh ( ro ) adalah 0.96 maka dengan demikian ro > rt berarti signifikan. Maka hipotesiskerja yang berbunyi "ada hubungan yang positif antara bimbingan keagamaan orang tuadengan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah dapat diterima kebenarannya.
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi paramahasiswa, orang tua, tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan.
vii
PERSEMBAHAN
Karya yang sederhana ini penulis persembahkan kepada :
1. Suami tercinta yang senantiasa memberi dorongan dan semangat kepada penulis.
2. Calon anak pertama yang masih dalam kandungan, yang senantiasa menambah semangat
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak dan ibu serta mertua tercinta yang senantiasa memberikan do’a kepada penulis.
4. Teman-teman terkasih yang telah memberikan semangat kepada penulis.
5. IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
Semoga amal dan perbuatan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah Yang
Maha Kuasa. Amin.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat
dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad saw beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa mengikutinya
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, penulis sampaikan bahwa skripsi ini
tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima
kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :
1. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah
memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama masa penelitian.
2. Dr. Hj. Sukasih, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
bimbingan kepada peneliti untuk meningkatkan ilmu.
4. Thoyib, S. Ag. selaku kepala sekolah MI Kenteng Kecamatan Bandungan yang telah
memberikan izin penelitian.
5. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada semuanya, penulis mengucapakan terima kasih disertai do’a semoga budi
baiknya diterima oleh Allah swt, dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah
swt. Amin.
Kemudian peneliti mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan dalam
menyusun skripsi ini, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat konstriktif, evaluative
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada umumnya
Semarang, 12 Maret 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………….. ii
HALAMAN OERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO……………………………………………………………... iv
HALAMAN DEKLARASI………………………………………………….......... v
HALAMAN ABSTRAK………………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………... vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Penegasan Istilah…………………………………………………... 4
C. Rumusan Masalah…………………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………. 6
BAB II BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN KETAATAN IBADAH
SHALAT DHUHUR ANAK
A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua
1. Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua………………… 8
2. Dasar Bimbingan Keagamaan Orang Tua……………………… 10
3. Peranan Orang Tua Dalam Mendidik Anak……………………. 11
4. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua………………………… 12
5. Pentingnya Bimbingan Keagamaan Orang Tua kepada Anak…. 14
B. Ketaatan Anak Dalam Ibadah Shalat Dhuhur
1. Pengertian Ketaatan Dalam Ibadah Shalat Dhuhur…………….. 17
6. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketaatan Ibadah Anak…. 24
C. Hubungan Bimbingan Keagamaan Orang Tua Dengan Ketaatan Ibadah Anak
Dalam Ibadah Shalat Dhuhur
D. Kajian Penelitian yang Relevan…………………………………….. 27
E. Pengajuan Hipotesis………………………………………………… 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 30
B. Subjek Penelitian………………………………………………... 30
C. Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………… 30
D. Variabel Penelitian………………………………………………. 31
E. Metode Penelitian………………………………………………. 32
F. Populasi dan Sampel……………………………………………. 32
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 33
H. Teknik Analisis Data……………………………………………. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………… 37
B. Analisis Hasil penelitian……………………………………….. 39
C. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………... 43
D. Keterbatasan Penelitian………………………………………… 43
BAB V PENUTUP
A. Simpulan………………………………………………………... 44
B. Saran – saran……………………………………………………. 45
C. Kata Penutup…………………………………………………..... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seorang anak ketika pertama kali lahir ke dunia dan melihat apa yang ada di
dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah
gambaran kehidupan. Bagaimana awalnya dia harus bisa melangkah dalam hidupnya
di dunia ini. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa
saja yang datang mempengaruhinya. Al Ghazali dalam bukunya Ihya ‘Ulumuddin
telah menyebutkan : “perlu diketahui bahwa jalan untuk melatih anak-anak termasuk
urusan yang paling penting dan harus mendapat prioritas yang lebih dari lainnya”.
Anak merupakan amanat di tangan kedua orang tuanya dan kalbunya yang masih
bersih merupakan permata yang sangat berharga.Jika ia dibiasakan melakukan
kebaikan, niscaya dia akan tumbuh menjadi baik dan menjadi orang yang bahagia di
dunia dan akhirat. Sebaliknya jika ia dibiasakan dengan keburukan serta
diterlantarkan, niscaya ia akan menjadi orang yang celaka dan binasa.1
Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar atas terselenggaranyapendidikan anak. Bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak ini dapatterselenggara.2 Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat At Tahrimayat 6.
“Maka dirikanlah shalat, Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan
waktunya atas orang – orang yang beriman”.( Q.S. An Nisa’ : 103)7
Di samping firman Allah tersebut, kewajiban shalat secara khusus disampaikan
secara langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad melalui proses mi’raj tanpa
perantara malaikat Jibril. Hal ini berbeda dengan kewajiban ritual ibadah yang lain
seperti zakat, puasa, haji dan lain – lain. Dengan melaksanakan shalat dengan baik
dan benar serta khusyu’, niscaya akan diharapkan terbentuknya pribadi yang sehat dan
berakhlak mulia,sehingga akan terhindar dari dari segala kemaksiatan, kejahatan serta
4 Ibid., hlm. 237.5 Khatib Ahmad Santhut, Menumbuhkan Sikap Sosial, Moral dan Spiritual dalam Keluarga
Muslim, terj. Ibnu Burdah ( Yogyakarta : Mitra Pustaka, 1998 ), Cet. I, hlm. 16.6 _________________, Psikologis Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga, ( Jakarta : BPK. Gunung
Mulia ), hlm. 24 – 25.7 Departemen Agama RI, op. cit., hlm. 96.
3
3
dapat menjadikan masyarakat yang mempunyai mental yang kuatdan sanggup
membentengi didinya dari nafsu – nafsu yang sekedar menuruti kesenangan pribadi.
Untuk melaksanakan dan mewujdkan harapan di atas tidaklah mudah. Sebaiknya
pendidikan agama ditanamkan sejak dini, yaitu melalui latihan – latihan keagamaan
seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan membaca Al Qur’an.Shalat jamaah harus
dibiasakan sejak kecil sehingga lama – lama akan tumbuh rasa senang untuk
melakukan ibadah tersebut.8
Orang tua yang memberikan pendidikan agama kepada anak terutama dalam
beribadah melalui perhatian, pembiasaan dan keteladanan akan lebih mudah diterima
oleh anak daripada anak dididik dengan kekerasan dan orang tua sama sekali tidak
memberikan pembiasaan dan keteladanan, maka anak akan rajin dan taat hanya waktu
di rumah ketika dalam pengawasan orang tua. Setelah di luar rumah maka anak akan
seenaknya dalam menjalankan ibadah.
Dengan pembiasaan dan keteladanan orang tua dalam mengerjakan ibadah, baik
itu sholat, berpuasa, membaca Al-Qur’an, shodaqoh (infaq, zakat) dan lain
sebagainya, maka anak akan dengan sendirinya taat dalam beribadah. Taat bukan
berarti mengerjakan kebaikan (ibadah) jika ada orang tua atau orang yang ditakuti
akan tetapi mengerjakan ibadah sadar dengan sendirinya, dengan hati nuraninya dan
dengan niat ikhlas.
MI Kenteng merupakan sebuah sekolah yang mengacu pada kurikulum dari
Kementrian Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Dalam kegiatan pembelajaran di
MI Kenteng sama dengan sekolah dasar (SD) pada umumnya, namun masih ditambah
dengan mata pelajaran agama yang lebih lengkap, dengan tujuan para peserta didik
terbiasa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari – hari baik saat di sekolah, di
rumah, maupun di masyarakat.
Dengan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul " HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN
ORANG TUA DENGAN KETAATAN IBADAH SHALAT DHUHUR ANAK DI
8 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT. Bulan Bintang, 1996), Cet. XV, hlm.63.
4
4
MADRASAH PADA SISWA KELAS V MI KENTENG KECAMATAN
BANDUNGAN TAHUN 2010.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami judul di atas, maka perlu adanya
pembatasan dan penjelasan istilah terlebih dahulu dengan judul tersebut. Adapun
istilah-istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut:
1. Bimbingan Keagamaan Orang Tua.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak- anak, remaja,
maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan
dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana
yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma- norma yang yang berlaku.9
Keagaamaan berasal dari kata "agama" yang berarti prinsip kepercayaan
kepada Tuhan dengan aturan-aturan syariat tertentu. 10 Sedangkan keagamaan
berarti hal yang berkaitan dengan agama. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bimbingan keagamaan berarti suatu usaha memimpin yang mengharap
pada hal-hal yang bersifat agama.
Orang tua adalah ayah ibu kandung, orang yang sudah berumur,orang yang
usianya sudah banyak,ayah dan ibu, orang yang sudah lama hidup dan
sebagainya.11Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ayah dan ibu.
Yang dimaksud bimbingan keagamaan orang tua pada penelitian ini adalah
usaha yang dilakukan orang tua dalam mengarahkan anak agar menjadi anak yang
selalu taat menjalankan ibadah yang diajarkan agama, yaitu terutama ibadah
shalat. Adapun yang menjadi indikator bimbingan agama Islam dalam keluarga :
9 Prayitno dan Erman Amti, Dasar- dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2004 ), hlm. 99.
10 Em Zul fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkapr Bahasa Indonesia, Cet. III, ( DifaPublisher, 2009), hlm. 23
11 Ibi.,, hlm. 602
5
5
a. Membimbing dalam belajar agama Islam:
1. Membimbing anak untuk melaksanakan sholat
2. Membimbing anak untuk membaca Al-Qur’an
3. Membimbing anak tentang akhlak yaitu dengan :
- Memberikan keteladan..
- Membimbing perilaku yang baik.
4. Membimbing anak untuk melaksanakan puasa wajib dan sunah.
b. Memberi pujian atau hadiah pada anak apabila:
1. Rajin dalam mengerjakan ibadah sholat, puasa dan rajin
dalam membaca Al-Qur’an.
2. Mengerjakan hal-hal yang positif, yang baik.
3. Memberi hukuman secara bertahap apabila anak melakukan kesalahan.
c. Menyediakan fasilitas, yaitu dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
yang berkaitan dengan keagamaan.
2. Ketaatan Ibadah Shalat Dhuhur Anak Di Madrasah
Ketaatan berasal dari kata taat yang artinya patuh menuruti perintah secara
ikhlas; tidak berlaku curang, setia; shalih, kuat iman, rajin mengamalkan ibadah.12
Taat juga berarti senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dsb); patuh.
Ketaatan berarti kepatuhan, kesetiaan, kesalehan. 13 Ibadah adalah hal
memperhambakan diri kepada Allah sengan taat melaksanakan perintah dan
anjuranNya serta menjauhi laranganNya karena Allah semata, baik dalam bentuk
kepercayaan, perkataan, maupun perbuatan.14
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ibadah adalah amalan yang
diniatkan untuk berbakti kepada Allah yang pelaksanaaannya diatur oleh syariat;
ketaatan menjauhi larangan Tuhan dan menjalankan perintahNya.15
Shalat secara lughat berarti do’a. sedangkan menurut istilah syara’ shalat
adalah ibadah yang terdiri dari beberpa perbuatan dan perkataan tertentu yang di
mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, menurut cara- cara dan syarat-
12 Ibid., hlm. 78213 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 111614, M. Abdul Mujieb, et. al., Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 109.15 Em Zul Fajri, op.cit., hlm. 367.
6
6
syarat serta rukun yang telah ditentukan oleh syara’.16 Sedangkan shalat dhuhur
merupakan shalat wajib yang dikerjakan pada siang hari yaitu dimulai dari saat
tergelincir matahari dari pertengahan langit dan di ketika bayangan sesuatu
(seperti sapu lidi ditegakkan) sama panjang, selain bayangan yang rebah ke
sebelah timur.17
Yang dimaksud ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di sekolah dalam
penelitian ini adalah ketaatan anak (siswa kelas V MI Kenteng) dalam
menjalankan kewajiban ibadah shalat dhuhur yang dilakukan di sekolah ( MI
Kenteng ). Adapun yag menjadi indikator ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di
sekolah adalah :
a. Aktif mengikuti kegiatan shalat dhuhur di madrasah.
b. Berwudhu
c. Hafal bacaan shalat.
d. Tepat dan tertib dalam gerakan shalat.
e. Serius menjalankan shalat dhuhur.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fokus masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana bimbingan keagamaan orang tua pada siswa kelas V MI Kenteng
Kecamatan Bandungan Tahun 2010 ?
2. Bagaimana ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah pada siswa kelas V
MI Kenteng Kecamatan Bandungan Tahun 2010 ?
3. Bagaimana hubungan bimbingan keagamaan orang tua dengan ketaatan ibadah
shalat dhuhur anak di madrasah pada siswa kelas V MI Kenteng Kecamatan
Bandungan Tahun 2010 ?
16 M. Abdul Mujieb, et.al., op. cit., hlm. 313.17 Tengku Muhammad hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, ( Semarang : PT. Pustaka Rizki
Putra, 2001 ), hlm. 24.
7
7
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan, pemikiran dan
pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi penulis khususnya dan bagi
dunia Islam pada umumnya.
2. Penelitian ini diharapkan dapan memberikan pemahaman kepada masyarakat pada
umumnya dan bagi orang tua pada khususnya tentang pentingnya bimbingan
keagamaan orang tua bagi ketaatan ibadah shalat dhuhur anak.
3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan PAI pada khususnya.
8
8
BAB II
BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DAN KETAATAN
IBADAH SHALAT DHUHUR ANAK DI MADRASAH
A. Bimbingan Keagamaan Orang Tua
1. Pengertian Bimbingan Keagamaan Orang Tua
Secara etimologis kata bimbingan merupakan tejemahan dari kata “ guidance “
berasal dari kata kerja “ to guide “ yang berarti menunjukkan, membimbing,
menuntun atau membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara terminologi
yaitu antara lain sebagai berikut :
- Bimbingan adalah sustu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan
sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri
dengan lingkungan.1 ( Muh. Surya, 1988: 12)
- Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang ( individu )
atau sekelompok orang agara mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-
pribadi yang mandiri.2( Prayitno , 1983: 2 dan 1987 : 35 )
- “Guidance is a process of helping individual thorough their own effort to
discover and develop their potentialities both for personal happiness and social
usefulness” atau bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui
usaha sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social.3(Year’s Book of
Education 1995)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah,( Jakarta : PT. RinekaCipta,1995 ), hlm. 2
2 Ibid.3Hallen A, Bimbingan dan Konseling, ( Jakarta : Ciputat Pers, 2002 ), hlm. 3
9
9
“Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang dibewrikan kepada individu
atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan –
kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individi –
individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.4
Keagamaan berasal dari kata agama yang jika dalam bahasa Inggris disebut
religion atau religi.
Menurut A.S. Homby and E.C. Parnwell agama adalah :
a. Kepercayaan kepada Tuhan Sebagai pencipta dan pengawas dalam semesta.
b. Sistem kepecayaan dan penyembahan didasarkan atas keyakinan tertentu.5
Keagaamaan berasal dari kata "agama" yang berarti prinsip kepercayaan
kepada Tuhan dengan aturan-aturan syariat tertentu. Sedangkan keagamaan
berarti hal yang berkaitan dengan agama.6
Pengertian bimbingan keagamaan sebagaimana dikemukakan oleh H.M.
Arifin, M. Ed yaitu usaha pemberian bantuan terhadap seseorang yang
mengalsmi kesulitan baik lahiriah maupun batiniah, yang menyangkut
kehidupan di masa kini dan mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan di
bidang mental dan spiritual, dengan maksud agar orang yang bersangkutan
mampu mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya
sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.7
Orang tua adalah orang yang sudah tua,dalam artian ayah dan ibu yang
diharuskan untuk mendidik anak yang mereka asuh dengan disertai
penuhtanggung jawab.
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa bimbingan
keagamaan orang tua adalah usaha orang tua dalam memberikan bimbingan
4Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995 ), Cet.III,hlm. 4
5Nasruddin Razak, Dienul Islam, ( Bandung : Al- Ma’arif, 1989 ), hlm. 606 Em Zul fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkapr Bahasa Indonesia, Cet. III, ( Difa
Publisher, 2009), hlm. 23
7M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, ( Jakarta : PT. GoldenTerayon Press, tth ), hlm. 2
10
10
atau pembinaan keagamaan kepada anaknya agar terbiasa hidup sesuai dengan
ajaran Islam.
2. Dasar Bimbingan Keagamaan
Al Qur’an dan hadits adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan
konseling Islam. Dari kedua sumber tersebut gagasan, tujuan dan konsep-
konsep bimbingan konseling Islam bersumber. Dasar yang menjadi isyarat
kepada manusia untuk memberi petunjuk atau bimbingan kepada orang lain (
“Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak menghargai Allah terhadap apayang diperinthkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yangdiperintahkan”. (Q.S. At Tahrim : 6)8
b. Sabda Nabi Muhammad SAW
-
: ,
, : :
8 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul ‘Ali, (Bandung : CV.J-Art,2005,) Ed. Refisi, hlm. 561.
11
11
,
.
“Perintahkanlah kepada anak-anak kalian untuk mengerjakan Shalatketika mereka ber usia tujuh tahun dan pukulah mereka apabilaameninggalkan shalat ketika mereka berusia sepuluh tahun dan pisahlahtempat tidurnya di antara mereka”. (H.R.Abu Daud)9
3. Peranan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Di dalam keluarga, mula-mula anak menerima pendidikan secara langsung
dari orang tuanya. Karena pendidikan anak dalam keluargabersifat kodrat maka
dalam hal ini menjadi fundamen bagi pendidikan yang diterima di luar rumah.
Dengan demikian pendidikan keluarga harus menjadi dasar bagi pendidikan
anak. Jadi orang tua berkewajiban mengasuh, mendidik serta mengarahkan
agar nantinya anak menjadi pribadi yang shalih atau shalihah serta berakhlak
mulia.
Sabda Nabi SAW
)
()10(
“Diceritakan dari abu hurairah ra, nabi Muhammad saw bersabda tidak adasatupun bayi yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah maka kedua orang tualah yang menjadikan dia yahudi, nasrani ataupun majusi sebagaimana seekor
9 Abi Daud Sulaiman Bin Al Asy’ats Al Sajstani, Sunan Abi Daud, Juz. I, hlm. 12710Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhori, Matn Bukhori Masykul,(Beirut:Dar Al
Ma’rifah,tth), Juz I,hlm. 235
12
12
binatang yang dilahirkan oleh induknya dalam keadaan sempurna. Apakah kalianmelihat binatang itu dalam keadaan cacat?kemudian abu hurairah berkata:”Allah yang dengan kekuasaannya membersihkan manusia dari kecacatan”. (H.RImam Bukhori).
Seorang ayah menjadi kepala keluarga mempunyai peranan penting untuk
memimpin, memberikan bimbingan pendidikan, perlindungan serta memberikan
nafkah kepada keluarganya. Dalam bidang pendidikan seorang ayah harus mampu
bertindak sebagai guru dan pemimpin bagi istri dan anak-anaknya. Untuk itulah
orang tua harus memenuhi kewajiban-kewajiban terhadap amanat Allah yang
dititipkan kepadanya, maka orang tualah yang menjadi sentral figur bagi anak serta
yang akan tampil paling depan sebagai panutan anak dimana orang tua yang
pertama mereka kenal sebelum memasuki bangku sekolah ataupun pondok
pesantren.
Jadi jelas bahwa peran orang tua yang sangat dibutuhkan oleh anak. Jika
ayah dan ibunya membiasakan anak berlatih, bertindak, bersikap sopan dan
menghormati orang lain, mengajari tentang tata cara melaksanakan ibadah sholat,
membiasakan untuk berdo'a dan membaca Al-Qur'an dan mengajarinya
bershadaqah untuk menumbuhkan ketaatan anak dalam beribadah.
4. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua
Orang tua sebagai manusia yang lebih dewasa adalah merupakan pendidik
utama dan pertama bagi anaknya.Dari orang tuanyalah anak menerima
pendidikan pertama baik langsung maupun tidak langsung. Di samping itu
pendidikan tersebut memepunyai pengaruh terhadap kehidupan anak di
kemudian hari.
Pada tahun-tahun pertama, orang tua memegang peranan utama dalam
memikul tanggung jawab pendidikan anak. Pada saat ini pemaliharaan dan
pembiasaan sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.11
11Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia,1997), hlm.237
13
13
Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat besar dalam
membimbing dan mendidik anaknya dengan kebaikan dasar-dasar agama.
Di sini akan diuraikan mengenai tugas dan tanggung jawab orang tua.
a. Orang tua sebagai pelindung dan pemelihara
Orang tua berkewajiban untuk melindungi dan memelihara
keselamatan keluarga. Anak terlahir dengan membawa bakat-bakat sebagai
karunia Allah, maka kewajiban orang tua adalah memelihara, membimbing
dan mengarahkan kepada hal- hal yang positif.
b. Orang tua sebagai pendidik
Mendidik adalah kewajiban orang tua. Sejak kecil anak harus sudah
dididik kea rah kebaikan agar kelak menjadi anak yang sholeh dan
bertanggung jawab dalam kehidupannya.Tugas orang tua dalam mendidik
anak adalah untuk memupuk perkembangan dan melatih mental serta
potensi yang tersimpan dalam diri anak.
Di samping itu orang tua harus membekali anak dengan pendidikan
dan bimbingan keagamaan sebagai dasar kepribadian mereka. Pendidikan
agama bukanlah sekedar menyampaikan pengetahuan agama dan melatih
keterampilan dalam melaksanakan ibadah. Akan tetapi pendidikan jauh
lebih luas dari pada itu ia pertama-tama bertujuan untuk membentuk
kepribadian anak sesuai dengan ajaran agama. Pembunaan sikap mental
dan akhlak jauh lebih penting dari pada pandai menghafal dalil-dalil dan
hukum-hukum agama yang tidak diresapi dan dihayatinya dalam hidup.12
c. Orang tua sebagaipemimpin
Orang tua selain sebagai pelindung dan pendidik, juga sebagai
pemimpin bagi anak-anaknya. Memimpin merupakan kegiatan pengarahan
dan pengandalian orang lain kea rah tujuan yang telah ditentukan. Oleh
karena itu sebagai orang tua berkewajiban mempengaruhi, mengarahkan
dan mengendalikan anak agar mereka melaksanakan ajaran-ajaran sesuai
dengan syari’at Islam.
12Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), Cet. 13, hlm. 107
14
14
5. Pentingnya Bimbingan Keagamaan Orang Tua kepada Anak
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan-latihan yang dilakukan pada masa kecilnya dulu. Anak
yang waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada
masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam
hidupnya. Sebaliknya, jika orang yang waktu kecilnya mempunyai
pengalaman-pengalaman agama, misalnya bapak-ibunya adalah orang-orang
yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup
menjalankan agama, ditambah pula pendidikan agama secara sengaja di
rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang itu akan dengan sendirinya
cenderung hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah,
takut melakukan larangan-larangan agama,serta dapat merasakan betapa
nikmatnya hidup beragama.13
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anak agar menjadi orang
baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan taat beribadah serta berakhlak
terpuji. Semua itu dapat diusahakan melalui pendidikan, baik yang formal (di
sekolah ) maupun yang informal (di rumah oleh orang tua).14
Di sini akan diuraikan beberapa metode yang efektif untuk membimbing anak
supaya terbentuk pribadi yang shalih atau shalihah.
a. Bimbingan dengan keteladanan
Orang tua sebagai pembimbing dan pendidik merupakan contoh ideal
dalam pandangan anak. Segala tingkah laku dan perbuatannya akan
terrekam dan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri
dan perasaannya baik dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Keteladanan mengandung konsekuensi apa yang disampaikan ke
anak-anak bukan sekedar kata-kata saja, namun harus ditopang oleh
perbuatan atau sikap nyata. Nasihat-nasihat dari orang tua akan. Cepat
hilang, sedangkan teladan akan tertancap kuat di benak sang anak.15
13Ibid., hlm. 3514Ibid.,hlm. 5615Abi M. F. Yaqin, Mendidik Secara Islami, ( Jombang: Lintas Media, tth), hlm.30
“Dan semua kisah dari rasul- rasul yang Kami ceritakan kepadamu ialahkisah- kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat initelah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagiorang- orang yang beriman”.17(Q.S. Huud : 120)
c. Bimbingan dengan imbalan dan sanksi yang tepat
Merujuk pada sikap Al qur’an yang memberikan imbalan dan sanksi
yang berimbang, maka orang tuapun harus memberikan imbalan dan
sanksi dalam porsi yang adil. Hukuman yamg diberikan usahakan tidak
berupa hukuman fisik, cacian, atau kritikan. Prinsip dasar pemberian
hukuman itu harus memberikan manfaat pada anak.18
16Deprtemen Agama RI,op. cit., hlm.55217Ibid., hlm. 236.18Abi M. F. Yaqin, Op. cit., hlm. 43.
16
16
Menurut Al Ghazali pemberian imbalan mempengaruhi hasil belajar.
Beliau adalah salah seorang ulama yang juga memahami bahwa hukuman
haruslah mendidik. Hukuman untuk anak haruslah memiliki karakteristik
tersendiri yang didasarkan pada tujuan kemaslahatan, bukan untuk
menghancurkan perasaan anak, menyepelekan harga dirinya, atau
menghinakan martabatnya.19
d. Bimbingan dengan adat kebiasaan
Orang tua membimbing anak tidak cukup hanya melalui suruhan,
tetapi orang tua dituntut untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya.
Mengajarkan kepada mereka akhlakul karimah kepada sesama manusia
dan makhluk yang lain serta mengerjakan ibadah kepada Allah. Orang tua
membiasakan mengajak anak-anaknya untuk shalat berjamaah, dibiasakan
berdo'a dan membaca Al-Qur'an, berbicara yang baik, menghormati orang
tua dan bersikap sopan kepada orang lain.
Para orang tua hendaknya mengajarkan kepada anak-anak mereka
tetang hukum-hukum halal dan haram.20 Disini orang tua dituntut melatih
anak-anaknya mengerjakan perintah-perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-larangan-Nya. Jika orang tua (pendidik) mendapat anaknya
berbuat dosa atas kemungkaran seperti mencuri, berbicara kotor, maka
orang tua harus mengingatkan bahwa yang dilakukan itu adalah perbuatan
makruh, bahwa perbuatan itu haram. Dan jika orang tua (pendidik)
mendapati anaknya berbuat baik atau positif, seperti mengeluarkan
shadaqah atau menolong orang lain, maka orang tua juga harus
mendorong supaya lebih rajin lagi dan mengatakan bahwa hal yang
dilakukan itu perbuatan baik dan halal.
e. Bimbingan dengan nasihat
Diantara metode dan cara-cara mendidik yang efektif didalam
upaya membentuk keimanan anak, mempersiapkannya secara moral, psikis,
dan sosial adalah mendidiknya dengan memberi nasihat. Sebab, nasihat
sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat,
menghiasinya dengan moral mulia, dan mengajarinya tentang prinsip
Islam.21
Seorang ayah dan ibu diharapkan memiliki waktu luang untuk
berkumpul bersama anak-anaknya dan diisi dengan bercerita tentang kisah-
kisah dan hikmah yang berintikan nasihat, dengan cara yang tidak
membosankan, dan variatif sehingga tujuan membentuk rohani, jiwa, dan
akhlak mereka akan tercapai. Dalam menyampaikan nasihat hendaknya
orang tua menggunakan bahasa yang baik dan lemah lembut.
B. Ketaatan Ibadah Shalat Dhuhur Anak
1. Pengertian Ketaatan Ibadah Shalat Dhuhur Anak
Ketaatan berasal dari kata taat yang artinya patuh menuruti perintah secara
ikhlas; tidak berlaku curang, setia; shalih, kuat iman, rajin mengamalkan
ibadah.22 Taat juga berarti senantiasa tunduk (kepada Tuhan, pemerintah, dsb);
patuh. Ketaatan berarti kepatuhan, kesetiaan, kesalehan.23Ibadah adalah hal
memperhambakan diri kepada Allah sengan taat melaksanakan perintah dan
anjuranNya serta menjauhi laranganNya karena Allah semata, baik dalam
bentuk kepercayaan, perkataan, maupun perbuatan.24
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ibadah adalah amalan yang
diniatkan untuk berbakti kepada Allah yang pelaksanaaannya diatur oleh
syariat; ketaatan menjauhi larangan Tuhan dan menjalankan perintahNya.25
Ibadah adalah hal memperhambakan diri kepada Allah dengan taat
melaksanakan segala perintah dan anjuranNya, serta menjauhi segala
laranganNya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan,
21Abi M. F. Yaqin, Op. cit., hlm. 65-66.22 Em Zul fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkapr Bahasa Indonesia, Cet. III, ( Difa
Publisher, 2009), hlm. 782.23 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 111624, M. Abdul Mujieb, et. al., Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 109.25 Em Zul Fajri, op.cit., hlm. 367.
18
18
maupun perbuatan.26Ibadah juga diartikan sebagai penyembahan seseorang
hamba terhadap TuhanNya yang dilakukan dengan merendahkan diri serendah-
rendahnya,dengan hati yang ikhlas menurut cara-cara yang ditentukan oleh
agama.27
Menurut bahasa shalat berarti doa, sedangkan menurut syara’ artinya
bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan
takbir dan diakhiri dengan salam.28
Adapun pengertian shalat dhuhur adalah:
:
29
Shalat dhuhur adalah shalat yang dikerjakan setelah tergelincir matahari
dari pertengahan langit sampai bayang - bayang sesuatu telah sama dengan
panjangnya, selain dari bayang - bayang yang ketika matahari menonggak
(tepat di atas ubun - ubun).
Shalat terbagi atas shalat fardhu dan sunah. Shalat fardhu terdiri atas
Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya’ dan Subuh. Sedangkan shalat sunah banyak
macamnya. Antara lain, Shalat Dhuha, Tahajud, Tarawih, Rawatib dan lain-
lain.
2. Dasar kewajiban shalat
Yang menjadikan dasar kewajiban ibadah shalat antara lain :
1. Q. S. Al Hajj : 77
26M. Abdul Mujieb, et. al., op. Cit., hlm. 10927 Slamet Abidin dan Moh. Suyono, Fiqih Ibadah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), hlm. 1128 Ibid., hlm. 6129 Al Imam Taqiyyuddin Abi Bakar Bin Muhammad Al Husaini, Kifayatul Akhyar Fi Halli
Ghayatil Ikhtishar, Juz. I (Surabaya: Darul Abidin, tth), hlm. 77
“Hai orang- orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu,sembahlah Tuhanmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamumendapat kemenangan”. (Q.S. Al Hajj : 77)30
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu’ yaitu Al Kitab (AlQur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mebcegah dari(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnyamengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim Nabibersabda “Allah tidak menerima shalat seseorang di antara kamu apabilaberhadas hingga ia berwudhu.”36
a. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Mudassir ayat 4:
y7t/$ u‹ÏO urö• ÎdgsÜsùÇÍÈ
“Dan pakaianmu bersihkanlah”. ( Q. S. Al Mudassir : 4)37
b. Menutup aurat.
Aurat laki- laki yaitu antara pusat sampai lutut, sedangkan aurat
perempuan yaitu seluruh badan kecuali muka dan telapak tangan.
“ (Mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembiradan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagimanusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Danadalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. ( Q. S. AnNisa’ : 165)44
f. Jaga.
Orang yang tidur tidak wajib shalat, begitu pula orang yang lupa.
Hal ini sebagaimana sabda Rosulullah SAW yang artinya “Yang terlepas
dari hukum ada tiga macam: kanak- kanak hingga ia dewasa, orang tidur
hinga ia bangun, orang gila hingga ia sembuh.”( H. R. Abu Daud dan Ibnu
Majah)
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan beribadah anak
Anak adalah amanat bagi orang tuanya yang harus dijaga, dibimbing
(dididik) dan diarahkan kepada kebaikan agar anak nantinya tidak terjerumus
kepada kemaksiatan dan perbuatan zalim. Orang tua mengharapkan anak-
anaknya menjadi anak yang shaleh dan shalikhah, mempunyai kepribadian
yang kuat, sikap mental yang sehat, akhlak terpuji, serta selalu taat dalam
menjalankan ibadah.
43 Teuku Muhammad Hasbiy Ash Shidieqiy, op cit., hlm. 20.44 Departemen Agama RI, op cit., hlm. 105.
24
24
Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya dukungan, baik dari keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
ketaatan anak beribadah adalah faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern yaitu yang ada pada diri anak tersebut dan sudah melekat
dalam hatinya. Dalam mengerjakan ibadah anak tidak menunggu suruhan dari
orang tua. Anak mengerjakan dengan niat ikhlas.
Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar, antara lain: faktor
keluarga, faktor sekolah, lingkungan dan faktor masyarakat.
a. Faktor keluarga
Keluarga merupakan faktor pertama yang mempengaruhi ketaatan
anak dalam beribadah. Rumah merupakan tempat yang pertama dan utama
dimana anak mendapatkan bimbingan keagamaan dan juga berkewajiban
mendidik, membimbing dan mengarahkannya secara sungguh-sungguh
supaya anak taat dalam menjalankan ibadahnya, baik shalat, membaca Al-
Qur'an, bedoa, zakat, shadaqah, taat dan berbakti kepada orang tua dan
menghormati serta berperilaku baik kepada orang lain. Hal ini tidak lepas
dari kondisi orang tua itu sendiri, jika orang tua di rumah selalu
menjalankan shalat dengan selalu berjamaah, berdoa setelah shalat, rajin
membaca Al-Qur'an, menghormati orang lain, berbicara yang baik,
berzakat, senang bershadaqah, maka anak dengan sendirinya akan
mengikuti seperti apa yang dikerjakan orang tuanya.
b. Faktor sekolah dan lingkungan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang disediakan masyarakat
untuk mendidik generasi penerus, menyiapakan mereka bagi kehidupan
masyarakat. Di tempat inilah anak menghabiskan sebagian besar waktunya.
Pendidikan di sekolah dimulai setelah pendidikan di rumah. Sekolah
meneruskan pendidikan yang telah diterima di dalam keluarganya agar
pertumbuhan dan perkembangan baik kepribadian dan sikap keagamaanya
sesuai dengan harapan.
25
25
Sekolah dalam usahanya untuk memberikan ilmu pengetahuan terhadap
siswa dan sebagai lembaga pendidikan formal, harus memfungsikan
pendidikannya dalam hal yang benar, yaitu dapat mempengaruhi sikap dan
tingkah laku anak didiknya ke arah yang sesuai dengan ajaran agama Islam.
Secara singkat sekolah mempunyai peranan penting dalam usaha
membentuk kepribadian anak untuk masa depannya, terutama yang berciri
khas agama, dimana kurikulumnya diajarkan pendidikan tentang akhlak
dan bagaimana melaksanakan ibadah dengan baik.
Faktor lain yang mempengaruhi anak rajin dan taat menjalankan ibadah
selain guru yang mengarahkan dan membimbingnya adalah adanya fasilitas
di sekolah yang mendukung (masjid) dan teman-temannya. Dengan
adanya fasilitas masjid, guru dan siswa dapat memanfaatkannya untuk
shalat berjamaah, tadarus, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Teman di sini juga sangat mempengaruhi anak. Jika temannya di sekolahan
cuek-cuek saja dalam melaksanakan kegiatan ibadah, maka anak juga akan
terpengaruh cuek. Dan sebaliknya jika temannya rajin shalat, berpuasa,
bertutur kata sopan, menghormati orang lain, maka kemungkinan besar
anak juga akan berperilaku yang baik dan taat menjalankan ajaran agama
sesuai dengan syari'at Islam.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan yang lebih besar dari pada
lingkungan keluarga dan sekolah, masyarakat di sini kita sebut saja teman
pergaulan, media massa, tempat-tempat rekreasi dan orang sekitar yang
bergaul dengannnya.
Apabila anak tinggal di masyarakat yang kehidupan keberagamaannya
masih kuat dan selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan agama maka anak
juga akan melaksanakan kehidupannya dengan cara Islami. Begitu juga
sebaliknya, jika masyarakat hidup dalam lingkungan yang acuh tak acuh
26
26
dalam melaksanakan ajaran agama maka anak juga akan menjalankan
ajaran agama secara acuh tak acuh.
Masyarakat terbentuk dari kumpulan keluarga yang semakin banyak,
karena itu dalam perkembangan anak pandangan dan sikap hidup orang-
orang yang dikagumi akan berpengaruh terhadap perkembangan pribadi
anak, dan tidak jarang keadaan masyarakat atau organisasi dalam
masyarakat juga merupakan faktor penting dalam proses pembentukkan
perilaku anak.45
D. Hubungan Bimbingan Keagamaan Orang Tua Dengan Ketaatan Ibadah
Shalat Dhuhur Anak.
Telah diuarikan di atas, mengenai masalah bimbingan keagamaan orang tua
terhadap anak-anaknya. Dari berbagai pembinaan orang tua di dalam mengarahkan
anak-anaknya terhadap pelaksanaan ajaran Islam. Orang tua membimbing anak
dalam ibadahnya sejak dini supaya anak tersebut taat kepada Allah, selalu
mengerjakan segla perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-
larangannya.
Pembinaan keagamaan terhadap anak akan berhasil apabila orang tua
memperhatikan perkembangan jiwa anak dan berusaha menciptakan suasana
harmonis dalam keluarga. Orang tua memberikan contoh, keteladanan yang baik
bagi anak-anaknya dan berpegang teguh pada syariat Islam. Karena dengan cara
tersebut, disamping anak dapat menerima mengenai bimbingan keagamaan yang
diberikan, secara pengalaman dan praktek, mereka dapat merasakan nikmatnya
beribadah dan semakin lama anak akan menjadi semakin taat dalam beribadah.
Tanggung jawab orang tua dalam mendidik agama terhadap anak-anaknya
merupakan sunnatullah yang harus dilaksanakan. Al-Qur'an dengan tegas telah
menandaskan mengenai pentingnya bimbingan keagamaan orang tua dalam upaya
mendidik anak-anaknya taat beribadah dan berakhlak mulia. Orang tua
45 Zakiyah Daradjat, Op.Cit, hlm. 143.
27
27
membimbing dan mendidik anak-anaknya melalui adat kebiasaan dan keteladan
pengalaman-pengalaman keagamaan akan membekas dalam diri anak. Orang tua
memberikan bimbingan keagamaan supaya anak menjadi orang yang beriman,
beramal shaleh dan menjadi bekal hidup di dunia dan akhirat.
Kewajiban orang tua dalam memberikan bimbingan keagamaan pada anak
harus dilakukan secara terus menerus, sehingga anak akan terbiasa untuk
mengerjakan kebaikan.
E. Kajian Penelitian Yang Relevan
Dalam tinjauan pustaka ini peneliti akan mendeskripsikan beberapa penelitaian
yang dilkukan terdahulu dan memiliki relefansi dengan judul skripsi ini. Adapun
karya- karya skripsi tersebut adalah :
1. Skripsi karya Kasdi, NIM 3103024 yang berjudul “Pengaruh Bimbingan
Keagamaan Orang Tua Terhadap Akhlak Anak Di Masyarakat Nelayan,
Kelurahan Klidang Lor Kec. Batang, Kab. Batang.” Dari hasil koefisien korelasi
ternyata terdapat hubungan yang positif antara pengaruh bimbingan keagamaan
orang tua terhadap akhlak anak di masyarakat nelayan, Kelurahan Klidang Lor
Kec. Batang, Kab. Batang. Ditunjukkan dari hasil koefisien korelasi rxy = 0,409
> 0,403 pada taraf 1% berarti signifikan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sunarti NIM. 073111361 yang berjudul “Usaha
Orang Tua Dalam Membiasakan Pengamalan Ibadah Shalat Siswa kelas V MI
Ma’arif Blongkeng Ngluwar Magelang Tahun 2008/2009.” Hasil penelitian
menunjukkan :
a. Pembelajaran shalat dalam keluarga adalah :
§ Memberi contoh atau teladan.
§ Dengan pembiasaan
b. Pengamalan ibadah shalat siswa kelas V MI Ma’arif Blongkeng Ngluwar
Magelang Tahun 2008/2009 rata- rata cukup yaitu tiga kali sehari.
c. Motivasi orang tua terhadap pelaksanaan abadah anak yaitu :
§ Penanaman keimanan sejak dini.
28
28
§ Pengawasan melekat.
§ Memberi hadiah maupun sanksi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sugimin NIM. 073111612 yang berjudul “
Hubungan Antara Perilaku Keberagamaan Orang Tua Dengan Perilaku
Keberagamaan Anak ( Studi pada siswa kelas V ) MI Darul Ulum Pedurungan
Semarang Tahun Ajaran 2008 / 2009 “. Isinya menjelaskan bahwa antara
perilaku keberagamaan orang tua denga perilaku keberagamaan anak tedapat
hubungan yang positif dan signifikan.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nanik Nurmilatin NIM. 073111287 yang
berjudul “Analisis Instrumen Tes Multiple Choice Dalam Tingkat Kognitif
(Buatan Guru Rumpun PAI Kelas V Semester 1 Di MI Kenteng Kecamatan
Badungan Tahun 2008/2009)”. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V
MI Kenteng Kecamatan Bandungan.
Dari beberapa penelitian di atas mempunyai relefansi baik dari segi isi
maupun subyek dengan penelitian yang sedang dilakukan. Jadi, beberapa
penelitian di atas dapat dijadikan rujukan bagi peneliti.
F. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi
problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut
merupakan kebenaran yang sifatnya sementara , yang akan diuji kebenarannya
dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian. Dengan kedudukannya itu
maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang
sebagai kebenaran.46
Berdasarkan deskripsi teori tentang bimbingan keagamaaan orang tua dan
ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah maka penulis mempunyai
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama :Thoyib, S. Ag NIP :195012311967121168 Jabatan : Kepala Madrasah Ibtidaiyah Kenteng
Menerangkan bahwa, Nama : Sri Asfiyatun NIM : 073111552 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
Telah melaksanakan penelitian di Mi Kenteng dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul“HUBUNGAN ANTARA BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DENGANKETAATAN IBADAH SHALAT DHUHUR ANAK DI MADRASAH PADA SISWAKELAS V MI KENTENG TAHUN 2010”.Adapun pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 30 hari yaitu antara bulan Oktobersampai dengan Nopember Tahun 2010.Demikian surat ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bandungan, 13 Desember 2010 Kepala Madrasah
Thoyib,S. Ag NIP. 195012311967121168
Pearson Product- Moment Correlation Coefficient Table Of Critical Values