HUBUNGAN ANDROPAUSE DENGAN DEPRESI PADA GURU DAN KARYAWAN SMA NEGERI 1 SUKOHARJO Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : BERTY DENNY HERMAWATI G0006057 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 SKRIPSI
55
Embed
HUBUNGAN ANDROPAUSE DENGAN DEPRESI PADA GURU …/Hubungan... · Fitriyah drg. Suhanantyo, M.Si. Med NIP ... pernah diajukan untuk memperoleh gelar ... Semua pihak yang telah membantu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN ANDROPAUSE DENGAN DEPRESI PADA GURU DAN
KARYAWAN SMA NEGERI 1 SUKOHARJO
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
OLEH :
BERTY DENNY HERMAWATI
G0006057
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
SKRIPSI
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul : Hubungan Andropause dengan Depresi pada Guru dan
Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo
Berty Denny Hermawati, G0006057, Tahun 2010
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari.................., Tanggal..............
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Endang GIE Sahir, M.Sc, A.And Dr. Nining Sri Wuryaningsih, dr., Sp. PK
NIP : 195001071979032001 NIP : 194602211976092001
Penguji I Penguji II
Dra. Fitriyah drg. Suhanantyo, M.Si. Med
NIP : 195206241980032002 NIP : 19510606198611001
Tim Skripsi
Diding Heri Prasetyo, dr., M.Si.
NIP : 196804291999031001
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta,
Berty Denny Hermawati
NIM. G0006057
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR …………………………………………………………... vi DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. viii DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….. x DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. xi BAB 1 : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………
5 B. Kerangka Pemikiran …………………………………………...……
26 C. Hipotesis …………………………………………………………….
27
BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ……………………………………………………...
28 B. Lokasi Penelitian ……………………………………………………
28 C. Subjek Penelitian ……………………………………………………
28 D. Teknik Sampling ……………………………………………………
29 E. Rancangan Penelitian ……………………………………………….
30 F. Identifikasi Variabel Penelitian ……………………………………..
31 G. Definisi Operasional Variabel ………………………………………
31 H. Intrumen Penelitian …………………………………………………
33
I. Teknik Analisis Data ………………………………………………. 34
BAB IV : HASIL PENELITIAN ………………………………………………... 36 BAB V : PEMBAHASAN ……………………………………………………… 40 BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 46
A. Simpulan …………………………………………………………… 46 B. Saran ……………………………………………………………….. 46
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 47 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Jumlah Skor dan Derajat Depresi ........................................................... 16 Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Andropause yang Diteliti ………………….
26
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Andropause dengan Depresi pada Guru dan
Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo
………………………………………………………... 27
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Data Primer Hasil Penelitian Lampiran 3. Hasil Analisis Data Program OpenEpi, Version 2, open source calculator—TwobyTwo Lampiran 4. Perhitungan Statistik Lampiran 5. Tabel chi square Lampiran 6. Surat ijin Penelitian dan Pengambilan Data Lampiran 7. Surat Keterangan Ethical Clearance
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Andropause dengan Depresi pada Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” yang merupakan persyaratan guna menyelesaikan program studi S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terlaksananya skripsi ini berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A. A. Subiyanto, dr., MS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Dra. Endang GIE Sahir, M.Sc, A.And selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta saran hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Nining Sri Wuryaningsih, dr., Sp. PK selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan masukan dan bimbingan demi penyempurnaan skripsi ini.
4. Dra. Fitriyah selaku Penguji Utama yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan saran sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Drg. Suhanantyo, Msi. Med selaku Anggota Penguji yang telah memberikan masukan-masukan.
6. Sri Wahyono, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi. 7. Bapak, ibu, serta kakak tercinta yang tidak pernah berhenti membantu
serta mendukung penulis. 8. Darmadi Joko Sumarah yang selalu menyalakan semangat bagi penulis
serta banyak memberikan uluran tangan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Keluarga besar SMA Negeri 1 Sukoharjo yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan data.
10. Teman-teman PBL D5 : Udin, Bheta, Cyntia, Devi, Sandra, Wulan, Nurcah, Danus, Ryan, dan Reza atas persahabatan, semangat, kerjasama, keceriaan, serta kenangan yang tak terhapus waktu.
11. Teman –teman angkatan 2006, adik serta kakak tingkat penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
12. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan skripsi ini. Semoga amal baik dari berbagai pihak tersebut mendapat balasan setimpal
dari Allah SWT.Amin. Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharap adanya saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini bermanfaat terutama dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam masyarakat luas.
Surakarta, Penulis
ABSTRAK
Hubungan Andropause dengan Depresi Pada Guru dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo
Berty Denny Hermawati *), Endang GIE Sahir *), Nining Sri
Wuryaningsih*), Fitriyah*), Suhanantyo*)
Dalam memasuki usia tua, pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda, dan keluhan mirip wanita menopause. Pada pria, sindroma ini sering disebut sebagai andropause. Akan terjadi berbagai manifestasi yang berkaitan dengan andropause ini, salah satunya adalah depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional dan subjek penelitian sejumlah 36 orang guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan alat penelitian berupa kuesioner. Hasil uji statistik menggunakan chi square didapatkan X2 hitung = 6,959 sedangkan X2 tabel = 3, 841 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Hasil analisis data menggunakan program OpenEpi Version 2 didapatkan OR = 12,7 ; P = 0,016. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara andropause dan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Kata kunci : andropause - depresi *)Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
The Relation between Andropause and Depression On Teachers and Staff at SMA Negeri 1 Sukoharjo
Berty Denny Hermawati *), Endang Gie Sahir *), Nining Sri Wuryaningsih *), Fitriyah *), Suhanantyo *)
In entering old age, men often experience various symptoms, signs, and similar complaints of menopausal women. In men, the syndrome is often referred to andropause. There will be a variety of manifestations associated with andropause, one of that is depression. This study aims to determine the relationship between andropause and depression on teachers and staff at SMA Negeri 1 Sukoharjo. This research is an analytic observational study with cross sectional approach and research the subject of some 36 teachers and staff SMA Negeri 1 Sukoharjo who meet the criteria of inclusion and exclusion by means of a questionnaire study. Test results using chi-square statistics obtained X2 = 6.959, while table X2 = 3, 841 with a significance level α = 0.05. The results of data analysis using OpenEpi program Version 2 obtained OR = 12.7; P = 0.016. From this research can be concluded that there is a significant relationship between andropause and depression on teachers and staff at Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sukoharjo. Keywords:andropause-depression *) Medical Faculty of 11 th March University Surakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penuaan adalah proses fisiologis yang akan dialami oleh seluruh makhluk
hidup, jika makhluk itu diberi kesempatan berumur panjang. Terjadinya berbeda
dan kecepatan usia mulai proses juga berbeda. Dalam memasuki usia tua, seorang
pria seringkali mengalami berbagai gejala, tanda, dan keluhan mirip wanita
menopause. Kumpulan gejala, tanda, dan keluhan tersebut umumnya disebut
dengan satu kata yaitu sindroma. Sindroma pada pria menua ini sering disebut
sebagai sindroma Partial Androgen Deficiency in Aging Male (PADAM) atau
andropause (Wibowo, 2003). Tapi tidak seperti menopause, dimana tanda-
tandanya dapat diamati dengan gejala khas berhentinya haid, proses andropause
pada pria usia lanjut terjadi penurunan fungsi testis secara perlahan, bertahap,
sedikit demi sedikit sehingga terjadi penurunan kadar total testosteron dan
perubahan irama sekresi sirkadian testosteron (Soewondo, 2006). Hormon yang
turun pada andropause ternyata tidak hanya testosteron saja, melainkan penurunan
multihormonal yaitu penurunan hormon dehydroepiandrosteron (DHEA),
dehydroepiandrosteron sulphate (DHEAS), melantonin, growth hormone, dan
insulin like growth factors (IGFs ) (Setiawan, 2007).
Data di negara barat menyebutkan bahwa sindroma andropause ini dialami
oleh sekitar 15 % pria umur 40-60 tahun, sebagian lagi telah dialami dan dimulai
pada umur sekitar 30 tahun dengan penderita kurang dari 5 %. Data di negara
Indonesia sampai saat ini belum ada, walaupun UNDIP telah melakukan
penelitian, tetapi dengan population base study saja (Wibowo, 2003). Menurut
laporan Massachussets Male Aging (1991) dan Vermeulen (1992), mulai usia 40
tahun pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 1,2 %
per tahun dan setelah mencapai usia 70 tahun pria akan mengalami penurunan
kadar testosteron darah aktif sebanyak 35 % dari kadar semula (Hidayati, 2006).
Cepat atau lambatnya proses andropause dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal bisa dari dalam tubuhnya sendiri atau faktor
genetik, bisa juga disertai sindroma metabolik misalnya darah tinggi, kolesterol
tinggi, obesitas, dan kencing manis. Faktor eksternal dapat berasal dari
lingkungan, polusi, kebisingan, stres, gaya hidup tidak sehat, merokok, pola tidur,
dan pola makan tidak seimbang (Isnawati, 2008).
Akan terjadi berbagai manifestasi yang lazim berkaitan dengan andropause
yaitu mudah letih, lesu, lemah, kaku pada otot, sendi dan tulang, mengalami
osteoporosis, rambut rontok, kulit kering, gairah seksual menurun, bahkan bisa
terjadi impotensi, dan masalah sirkulasi darah. Akibat manifestasi tersebut pada
seorang pria, akan timbul rasa cemas, kurang percaya diri, sulit tidur, mudah
marah, yang berlanjut dengan depresi (Zainal, 2001).
Berkaitan dengan depresi yang dapat timbul sebagai manifestasi dari
andropause, penelitian yang akhir-akhir ini dipublikasikan menyatakan bahwa
kadar testosteron yang rendah berhubungan dengan gejala depresi disertai
gangguan psikologis lainnya. Beberapa laporan menyatakan efek dari rendahnya
kadar testosteron dapat menyebabkan kehilangan kemampuan dalam
berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah, merasa rendah
diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya kemampuan
intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan hipokondriasis.
Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski, 2009).
Depresi merupakan suatu kelainan jiwa yang bisa dialami siapa saja. Data
dari berbagai penelitian epidemiologi psikiatri menunjukkan sekitar 5 %
penduduk Indonesia pernah mengalami depresi pada suatu masa tertentu. Dan,
sekitar 25 % penduduk Indonesia pernah mengalami depresi semasa hidupnya
(Etty, 2001). Sedangkan untuk depresi berat yang merupakan suatu penyakit
serius, diderita 5% populasi pria pertahun, serta 17% pria selama kehidupannya.
Frekuensi depresi berat meningkat sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih
sering setelah usia 40 tahun, sebanding dengan penurunan kadar testosteron
(Bexton, 2001).
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti apakah terdapat
hubungan antara andropause dengan depresi.
B. Perumusan Masalah
Adakah hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan
SMA Negeri 1 Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Utama
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan
andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1
Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1
Sukoharjo, sehingga dapat menjadi dasar dalam pemahaman serta penanganan
andropause.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan bukti-bukti empiris tentang hubungan teoritis
andropause dengan depresi, sehingga memberikan informasi bagi
pengembangan ilmu kedokteran dan kesehatan reproduksi pria.
2. Manfaat Aplikatif
Memberikan pemahaman kepada masyarakat umum, khususnya kaum pria
mengenai hubungan andropause dengan depresi, sehingga dapat menjadi
masukan dalam usaha pencegahan serta dalam menghadapi andropause untuk
mempertahankan kualitas hidup yang sehat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Andropause
a. Definisi Andropause
Kata andropause diambil dari bahasa Yunani, yaitu andro yang berarti
pria dan pause yang artinya penghentian. Jadi, secara harfiah andropause
dapat diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria
(Setiawati&Juwono, 2006). Akan tetapi, beberapa ahli masih memperdebatkan
digunakannya istilah andropause pada pria karena tidak ada proses fisiologik
yang terhenti. Profesor Eberhard Nieschlag, ahli fertilitas dari Universitas
Munster, Jerman, adalah salah satu pakar yang menolak penggunaan istilah
andropause untuk kaum pria. Nieschlag mengatakan, pada perempuan
menopause ditandai berhentinya produksi sel telur yang dapat dilihat dengan
gejala khas yaitu berhentinya siklus menstruasi. Sementara pada kaum pria,
sepanjang hayatnya hormon testosteron tetap diproduksi meski kadarnya
semakin menurun. Sejumlah ahli lebih sepakat untuk menggunakan istilah
Partial Androgen Deficiency in Aging Male atau PADAM. Istilah ini dirasa
lebih tepat karena menjelaskan bahwa pengurangan kadar testosteron hanya
terjadi sebagian, bukan seluruhnya. Tetapi, penurunan kadar testosteron pada
pria ini terlanjur dikenal dengan istilah andropause sehingga istilah ini tetap
diterima sebagai istilah baku.
Andropause merupakan suatu istilah yang menjelaskan gejala kompleks
pada pria menua yang mempunyai kadar testosteron rendah karena penurunan
bertahap pada sekresinya (Verma et al., 2006). Andropause ditandai sebagai
suatu sindrom dengan perubahan fisik dan intelektual yang berkaitan serta
dapat dikoreksi dengan androgen (Djuwantoro, 2006). Beberapa istilah yang
digunakan oleh berbagai literatur sebagai sinonim dari andropause yaitu
klimakterium pada pria, Androgen Deficiency in Aging Male (ADAM),
Partial Testosterone Deficiency in Aging Male (PTDAM), Partial Androgen
Deficiency in Aging Male (PADAM), adrenopause (deficiency
dehydroapiandrosteron/DHEA dan DHEA Sulphate/ DHEAS), somatopause
(deficiency growth hormon/GH dan Insulin like Growth Factor 1/IGF-1,
penopause, dan viropause (Wibowo, 2003).
Hormon yang turun pada andropause tidak hanya testosteron saja,
melainkan penurunan multihormonal yaitu penurunan hormon DHEA
Skala kebohongan L-MMPI dimana jika jawaban ”tidak” lebih dari
sepuluh atau sama dengan sepuluh maka dinyatakan gugur.
3. Kuesioner ADAM dan AMS
Andropause ditetapkan berdasarkan kuesioner baku ADAM Test berisi
10 pertanyaan ‘ya/tidak’ yang dijawab oleh subjek penelitian.
Sedangkan AMS test pertanyaannya berjumlah 17 buah dan mencakup
ranah gangguan psikologis, somatik dan seksual.
X2 = N (ad-bc)2
(a+b)(c+d)(a+c)(b+d)
Andropause
4. Hamilton Rating Scale for depression (HRS-D)
Untuk memperoleh variabel derajat depresi digunakan instrumen
HRS-D yang telah dibuat dalam bentuk daftar pertanyaan yang telah
dibakukan oleh laboratorium jiwa. HRS-D terdiri atas 17 item yang
diskala antara 0, 1, 2, 3, 4 kemudian nilai seluruh item dijumlahkan.
I. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan :
1. Uji Statistik
Uji statistik chi square untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan di
depan yaitu untuk mengetahui hubungan 2 variabel. Taraf signifikansi yang
dipakai pada penelitian ini α = 0,05 atau dalam tabel interval kepercayaan
95%.
Tabel data yang diperoleh dinyatakan sebagai berikut :
Ya Tidak
Ya a b
Tidak c d
Dengan rumus :
Depresi
2. Ukuran Hubungan
Menggunakan Odds ratio yang disingkat dengan OR. Odds adalah istilah
bahasa Inggris yang artinya kemungkinan suatu peristiwa untuk terjadi
dibandingkan peristiwa itu untuk tidak terjadi (Murti, 2006).
OR = ad
bc
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada hari Selasa 19
Januari 2010 dan hari Rabu 20 Januari 2010, setelah mendapat ijin untuk
mengadakan penelitian dari Kepala SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Data diperoleh dengan membagikan kuesioner pada guru dan karyawan
SMA Negeri 1 Sukoharjo yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 40 orang. Dari
40 data kuesioner yang terkumpul, terdapat 3 data kuesioner yang tidak sesuai
dengan kriteria eksklusi dan terdapat 1 data kuesioner yang tidak memenuhi
kriteria tingkat kebohongan yang rendah. Sehingga subjek penelitian yang dipakai
sejumlah 36 saja. Didapatkan variabel bebas yaitu andropause dan variabel
tergantung yaitu depresi.
Dari hasil penelitian didapatkan 36 subjek penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, 30 orang di antaranya mengalami andropause dengan
distribusi umur sebagai berikut :
Tabel 2. Distribusi Umur Penderita Andropause yang Diteliti
No. Kelompok Umur ( Tahun) Jumlah Persentase
1. 30 – 40 6 20%
2. > 40 – 60 24 80%
30 100%
Dari tabel 2 diatas dapat diketahui distribusi umur guru dan karyawan
SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami andropause. Pada kelompok umur 30
sampai 40 tahun terdapat sebanyak 6 orang (20%) yang menderita andropause.
Sedangkan pada kelompok umur lebih dari 40 tahun sampai 60 tahun terdapat
sebanyak 24 orang (80%) yang menderita andropause.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Andropause dengan Depresi pada Guru
dan Karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.
Andropaus
Ya (%)
Tidak (%)
Jumlah (%)
OR X2 P
Ya
Tidak
Jumlah
22 (61,11%)
1 (2,78%)
23 (63,89%)
8 (22,22%)
5 (13,89%)
13 (36,11%)
30 (83,33%)
6 (16,67%)
36 (100%)
12.65 6.959 0.01608
Dari tabel 3 terlihat hasil guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo
yang mengalami andropause sejumlah 30 orang dan yang tidak mengalami
andropause sejumlah 6 orang. Dari 30 guru dan karyawan SMA Negeri 1
Sukoharjo yang mengalami andropause, 22 orang (61,11%) mengalami depresi
dan 8 orang (22,22%) lainnya tidak mengalami depresi. Dari 6 guru dan karyawan
SMA Negeri 1 Sukoharjo yang tidak mengalami andropause, terdapat 1 orang
(2,78%) dengan depresi dan terdapat 5 orang (13, 89%) yang tidak mengalami
depresi.
Data penelitian diuji dengan rumus chi square. Berdasarkan data pada
tabel 2 diatas, diperoleh nilai X2 hitung sebesar 6,959. Dengan menetapkan taraf
signifikansi α = 0,05 dan derajat kebebasan (db) = 1, diperoleh nilai X2 tabel
sebesar 3, 841.
Sehingga diperoleh nilai X2 hitung lebih besar X2 tabel, dengan demikian
hipotesis nol (H₀) yang berbunyi “tidak terdapat hubungan andropause dengan
depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” ditolak. Dengan kata
lain terdapat hubungan andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA
Negeri 1 Sukoharjo.
Dari hasil analisis data menggunakan program OpenEpi, Version 2
didapatkan OR = 12,65 ; P = 0,01608. Hal ini berarti pria dengan andropause
memiliki resiko (probabilitas kemungkinan) untuk mengalami depresi 13 kali
lebih besar daripada yang tidak andropause dan hubungan secara statistik
signifikan ( OR = 12,7 ; P = 0,016).
Depres
BAB V
PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sukoharjo pada 19-20 Januari
2010 menghasilkan data yang telah disajikan dalam tabel-tabel pada bab IV.
Dari 36 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan
hasil yaitu guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami
andropause sejumlah 30 orang, sedangkan yang tidak mengalami andropause
sejumlah 6 orang.
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Umur Penderita Andropause
Dari 30 orang yang mengalami andropause, berdasarkan distribusi
umurnya didapatkan hasil yaitu pada kelompok umur 30 sampai 40 tahun terdapat
6 orang (20%) yang menderita andropause. Sedangkan pada kelompok umur lebih
dari 40 tahun sampai 60 tahun terdapat sebanyak 24 orang (80%) yang menderita
andropause. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa yang terdiagnosa
mengalami andropause terbanyak adalah kelompok umur lebih dari 40 tahun
sampai 60 tahun (80%). Hal ini berhubungan dengan penurunan kadar testosteron
bebas rata-rata 1% pertahun antara umur 40-70 tahun. Penurunan ini semakin
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
30-40 tahun >40-60 tahun
pers
enta
se
umur penderita andropause
Persentase
diperjelas dengan kenaikan konsentrasi dari SHBG kira-kira 1,2 % per tahun
(Bexton, 2001). Penelitian lainnya dengan multiple cross sectional dan
longitudinal, menunjukkan produksi testosteron mulai meningkat pesat pada saat
pubertas dan setelah umur 40 tahun terdapat penurunan yang lambat pada kadar
testosteron plasma yaitu 1-2% pertahun (Verma et al., 2006)
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Andropause dengan Depresi
Dari 30 guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo yang mengalami
andropause, 22 orang (61,11%) mengalami depresi dan 8 orang (22,22%) lainnya
tidak mengalami depresi. Dari 6 guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo
yang tidak mengalami andropause, terdapat 1 orang (2,78%) dengan depresi dan
terdapat 5 orang (13, 89%) yang tidak mengalami depresi.
Berdasarkan analisa data didapat nilai X2 hitung sebesar 6,959 dengan
derajat kebebasan (db) = 1 dan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh nilai X2 tabel
sebesar 3,841. Sehingga diketahui bahwa X2 hitung lebih besar dari X2 tabel,
dengan demikian hipotesis nol (H₀) yang berbunyi “tidak terdapat hubungan
andropause dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo”
Andropause Tidak Andropause
depresi 61.11 2.78
tidak depresi 22.22 13.9
0
10
20
30
40
50
60
70
Per
sent
ase
ditolak. Dengan kata lain H1 yang berbunyi “terdapat hubungan andropause
dengan depresi pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo” diterima.
Dari hasil analisis data menggunakan program OpenEpi, Version 2
didapatkan OR = 12,65 ; P = 0,01608. Hal ini berarti pria dengan andropause
memiliki resiko (probabilitas kemungkinan) untuk mengalami depresi 13 kali
lebih besar daripada yang tidak andropause dan hubungan secara statistik
signifikan ( OR = 12,7 ; P = 0,016).
Melihat hasil pengujian statistik dengan chi square serta hasil pengukuran
hubungan dengan odds ratio, berarti pada penelitian ini terdapat hubungan yang
signifikan antara andropause dan depresi. Hal ini sesuai dengan teori sebelumnya
yang menyebutkan bahwa andropause merupakan gejala kompleks pada pria
menua yang mempunyai kadar testosteron rendah karena penurunan bertahap pada
sekresinya (Verma et al., 2006). Kadar testosteron yang rendah berkaitan dengan
gejala depresi dan gangguan psikologis lainnya. Beberapa laporan menyatakan
efek dari rendahnya kadar testosteron dapat menyebabkan kehilangan kemampuan
dalam berkonsentrasi, perubahan suasana hati, emosional, mudah marah, merasa
rendah diri, merasa lemah, gangguan memori, kelelahan, berkurangnya
kemampuan intelektual, berkurangnya minat terhadap keadaan sekitar, dan
hipokondriasis. Kesemuanya merupakan gejala klinik dari depresi (Pazuchowski,
2009).
Hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan pendapat Anita dan Moeloek
(2002) yang menyatakan bahwa pada pria hipotestosteronemia akan terjadi
tekanan jiwa yang secara signifikan berhubungan dengan turunnya konsentrasi
bioavailabilitas testosteron pada pria usia lanjut. Beberapa studi longitudinal
menunjukkan bahwa pria hipotestosteronemia terdapat gejala-gejala depresi,
mudah marah, sedih, nervous dan fatig. Serta sesuai dengan pendapat Taylor
(2008) yang menyatakan depresi yang menyertai andropause dapat disebabkan
oleh penurunan tingkat testosteron sehingga rendahnya tingkat testosteron dapat
menyebabkan banyak gejala depresif.
Selain itu, hasil penelitian ini bersesuaian juga dengan pendapat Bexton
(2001) dalam jurnalnya yang menyebutkan frekuensi depresi berat meningkat
sesuai pertambahan umur dan menjadi lebih sering setelah usia 40 tahun,
sebanding dengan penurunan kadar testosteron.
Penanganan andropause bertujuan untuk memulihkan parameter metabolik
ke dalam kondisi normal, meningkatkan massa, kekuatan, fungsi neuropsikologis
serta meningkatkan kualitas hidup.
Pemberian testosteron pada pria andropause secara teratur di atas usia 40
tahun dapat meningkatkan kualitas hidup pada masa lansia. Saat ini telah tersedia
long acting testosterone undecanoate Nebido, yaitu suatu terapi injeksi testosteron
yang aman, efektif, dan nyaman yang biasanya diberikan 4 kali dalam setahun.
Terapi ini memberikan harapan baru bagi pria karena menyediakan dosis
testosteron yang stabil dan konstan bagi tubuh dalam durasi yang panjang.
Beberapa penelitian bahwa terapi ini dapat mempertahankan tingkat testosteron
dalam darah pada tingkat yang normal selama kurang lebih 3 bulan (Hidayati,
2006).
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian tentang hubungan andropause dengan depresi pada
guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo, dapat ditarik simpulan sabagai
berikut :
Terdapat hubungan yang signifikan antara andropause dan depresi
pada guru dan karyawan SMA Negeri 1 Sukoharjo.
B. Saran
1. Perlu diadakan komunikasi, informasi, serta edukasi terhadap masyarakat
khususnya kaum pria mengenai andropause dan depresi agar masyarakat dapat
memahami, mencegah, serta menangani dengan tepat keadaan tersebut,
sehingga meningkatkan kualitas hidup.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih banyak
dan teknik yang lebih baik serta mempertimbangkan variabel lain yang
berpengaruh dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain yang dapat
menjadi efek dari andropause.
DAFTAR PUSTAKA
Andropause : New Developments in diagnosis and Treatment of age-related hypogonadism. ICA News. No.5, June 15-19, 2001
Anita N., dan Moeloek N. 2002. Aspek Hormon Testosteron pada Pria Usia
Lanjut (Andropause). Majalah Andrologi Indonesia. 3: 81-87. Arsyad, K.M. 2002. Problema Pria Lansia dari Aspek Andrologi. Majalah
Andrologi Indonesia.1: 6. Bartnof. 2009. Andropause, Testosteron, & Male Menopause.
http://www.sfgate.com/cgi-bin/article.cgi?f=/c/a/2009/02/13/DDM015S8GH.DTL&hw=Bartnof&sn=001&sc=1000 . (3 Juli 2009).
Bexton, B. 2001. Andropause and Depression : A Perspective for The Clinician. J
Sex Repro Med. 1: 100 Budiarto, E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC, hal : 230. Cahyasiwi, T. I. 2002. Hubungan antara Kebisingan dengan Depresi pada
Karyawan Perusahaaan Penggilingan Padi P.T. Badri Sepat Masaran-Sragen. karya tulis, Surakarta, Fakultas Kedokteran UNS.
Djuwantoro, D. 2006. Andropause : Dilemma Klinis dan Terapi. Majalah Medika.
32: 750. Etty, M. 2001. Ketika Jiwa Penat. http://www.geocities.com/sukmaweb/skm
art/pshyco/ketika_jiwa_penat.doc.(24 Juli 2009). Gould DC, Rechar Petty. 2000. The Male Menopause- Doses It Exist. BMJ. 320:
858-861. Hidayati. 2006. Sindrom Defisiensi Testosteron pada Pria. Majalah Medika. 32:
774-775. Isnawati, A. 2008. Bugar dan Perkasa di Usia Senja. http://artikel-kesehatan-
online.blogspot.com/2008/06/bugar-dan-perkasa-di-usia-senja.html - 176k –. (21 juli 2009).
Kaplan, H. I., dan Sadock, B. J. 1995. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta:
Widya Medika.
Kaplan, H. I. dan Sadock, B.J. dan Grebb, J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri Jilid Satu Edisi Ketujuh Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara, hal: 779 -789.
Maramis,W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan kesembilan.
Surabaya: Airlangga University Press, hal: 270 – 273. Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, hal: 64 – 65. Murti, B. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta, Gadjahmada
University Press, hal : 82 -132.
Murti, B. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta, Gadjahmada University Press,hal : 68 - 136.
Pazuchowski, E. 2009. Andropause: Male Menopause.
www.drpaz.com/files/Download/ANDROPAUSE.pdf. (21 Juli 2009). Purba, J.S. 2006. Peran Neuroendokrin pada Depresi. Dexa Media. 3: 123. Setiawan, N. 2007. Pria dan Andropause. http://www.mail-
archive.com/[email protected]/msg13632.html. (5 Juli 2009). Setiawati, I. dan Juwono. 2006. Prevalensi Andropause pada Pria Usia Lebih dari
30 Tahun di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2005. Media Medika Muda MFDU. 3:
Sheilla. 2009. Pria dan andropause. http://migas-indonesia.net (21 Juli 2009). Soewondo, P. 2006. Menopause, Andropause,dan Somatopause Perubahan
Hormonal pada Proses Menua. In : Sudoyo (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, hal: 1989-1992.
Taylor, C. 2008. Depression & Andropause - Find Out How to Help Yourself.
http://ezinearticles.com. (12 Agustus 2009). Verma P., Mahajan K.K., Mittal S. 2006. Andropause - A Debatable
Physiological Process. JK SCIENCE. 2: 68. Whooley M.A., Simon G.E. 2000. Managing Depression in Medical Outpatients.
The New Journal of Medicine. 343: 1942. Wibowo, S. 2003. Andropause : Keluhan, Diagnosis, dan Penanganannya. Buku
Kumpulan Makalah The Concepts of Anti Aging, 11-12 Oktober 2003, hal: 11-35.
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=875&tbl=cakrawala. (21 juli 2009).
Zitzmann M., Faber S., Nieschlag E. 2006. Association of specific symptoms and metabolic risks with serum testosterone in older men. J Clin Endocrinol Metab. 91:4335-4343.