LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN AKNE VULGARIS DENGAN SINDROM DEPRESI SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Oleh: CUT SHELFI OKTARINA HARNOLD 0907101050077 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Maret 2013 Dosen Pembimbing I dr. Nanda Earlia, Sp. KK Nip. 19750619 200212 2 002 Dosen Pembimbing II dr. Subhan Rio Pamungkas Sp.KJ Nip. 19791112 200604 1 001 ii
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN AKNE VULGARIS DENGAN SINDROM DEPRESI
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas danmemenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
CUT SHELFI OKTARINA HARNOLD0907101050077
Mahasiswa Program Studi Pendidikan DokterFakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, Maret 2013
Dosen Pembimbing I
dr. Nanda Earlia, Sp. KKNip. 19750619 200212 2 002
Dosen Pembimbing II
dr. Subhan Rio Pamungkas Sp.KJNip. 19791112 200604 1 001
Mengetahui,Dekan Fakultas Kedokteran Unsyiah
Dr. dr. Mulyadi, Sp. P
ii
Nip. 19620819 199002 1 001
iii
ABSTRAK
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang terlihat dengan adanya komedo, papula, pustula dan kista pada daerah predileksi. Akne vulgaris sering terjadi pada remaja yang menyebabkan sindrom depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan akne vulgaris dengan sindrom depresi. Penelitian ini dilakukan secara analitik dengan rancangan cross sectional, pada bulan Oktober 2012 – Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi (P <0,05). Penatalaksanaan akne vulgaris yang tepat perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal.
kata kunci : Akne Vulgaris, Sindrom Depresi
4
4
ABSTRACT
Acne Vulgaris is a chronic inflamation of the pilosebaceous follicles, which seem in the presence area of blackheads, papules, pustules and cyst on the predilection area. Acne Vulgaris often occurs in adolescent causing depression syndrome. The purpose of this study is to determine the relationship beetwen acne vulgaris with depression syndrome. This study was done analitically using cross sectional design from October 2012 to December 2012. The result of this study research shows the relationships between acne vulgaris with depression syndrome (p<0,05). The proper management of acne vulgaris is necessary to obtain the optimal results.
keywords : Acne Vulgaris, Depression Syndrome
5
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, kekuatan serta mengajarkan arti kesabaran dan kesyukuran. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat.
Skripsi penelitian dengan judul “Hubungan Akne Vulgaris dengan Sindrom Depresi” ini adalah suatu karya yang diusahakan penulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran. Penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka melalui kata pengantar ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Mulyadi Sp.P sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
2. dr. Nanda Earlia Sp.KK dan dr. Subhan Rio Pamungkas Sp. KJ sebagai
pembimbing yang dengan sabar dan telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. dr. Syahrial Sp.KJ dan dr. Mimi Maulida Sp.KK selaku penguji yang telah
memberikan saran untuk kebaikan dalam penulisan skripsi ini.
4. Dr. dr. Arti Lukita sari, Sp.M sebagai dosen wali yang telah membimbing
penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala.
5. dr. Dina Lidadari Sp.KK, dr. Siti Hajar Sp.KK, dr.Vara Marijz, dr. Fira
staf Klinik Nayla Skin Care, staf Klinik Jeulila dan Staf Klinik Titik Skin
Care yang telah banyak membantu dan membimbing saya selama
penelitian berlangsung.
6
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Unsyiah yang telah
memberikan disiplin ilmu kepada penulis. Serta Segenap karyawan RSUD
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang telah membantu kelancaran dalam
administrasi penelitian dan tersusunnya skripsi ini.
7. Ketua Tim Pengelola Skripsi , dr. Imran Sp.S dan seluruh staf Ully, Afit
Munandar, Ira Amalia, dan Ummi Kalsum membantu kelancaran dalam
administrasi penelitian dan tersusunnya skripsi ini.
8. Penghormatan dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta dr. Harnold Harun Sp.KJ dan Cut Anitha Rahman serta kakanda
dan adinda dr. Shifani Harnold, dr. Shefina Pyeloni Harnold, dan Cut
Shofira Harnold atas semua pengorbanan, semangat, kasih sayang, dan doa
restu yang selalu terucap dalam setiap sujud shalat untuk keberhasilan
penulis dalam menyelesaikan studi.
9. Daniel Kurniawan dan Sanak saudara Dra. Harnijah Harun Wisnu
Heryanto ST, Wiwied Handayani SE, Willy Herryandi SE, Wahyu
Permana dan Wirya hadinata SE atas semua pengorbanan, bantuan, kasih
sayang yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan studi.
M.Haikal ST, Ninegirls dan rekan angkatan 2009 yang telah memberi
semangat.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan tulisan ini di masa mendatang.
Banda Aceh, Februari 2013
7
Penulis
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pemahaman depresi menurut orang awam ialah kemurungan, patah semangat
atau kesedihan yang bisa menandakan adanya gangguan kesehatan. Hal ini berbeda
dalam medis yakni merujuk pada kondisi mental yang di dominasi oleh penurunan
mood dan sering disertai oleh berbagai gejala penyerta terutama anxietas, agitasi,
perasaan diri tidak berharga, ide bunuh diri, hipobulia, retardasi psikomotor, berbagai
gejala somatik, dan disfungsi fisiologik (misalnya insomnia). Gejala atau sindrom
depresi merupakan gambaran utama yang bermakna dalam berbagai kategori penyakit
(WHO, 1997).
Gangguan depresi pada penduduk dewasa di Amerika dilaporkan sekitar 16,2%
atau sekitar 32.6-35.1 juta orang (Kessler, 2003). Menurut Chiu (2004), penelitian
tentang epidemiologis depresi di Asia masih sangat langka, namun hasil yang ada
menunjukan bahwa prevalensi depresi di Asia khususnya kawasan Asia Pasifik lebih
rendah daripada negara Barat.
Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan tahun
2007 didapatkan prevalensi nasional gangguan jiwa anxietas dan depresi sebesar
11,6% dari populasi 24.708.000 orang. Prevalensi gangguan mental emosional
(termasuk depresi) di Aceh adalah 14,1% dengan prevalensi berkisar antara 4,8-
32,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan prevalensi nasional (12.36%) (Riskesdas
Prov.Aceh, 2007).
8
Pada pasien dengan akne vulgaris didapatkan beberapa laporan adanya
gangguan mental seperti kecemasan, depresi, agresi, harga diri rendah, upaya bunuh
diri serta didapatkan juga peningkatan prevalensi kecemasan pada pasien dengan
tingkat keparahan akne yang tinggi. Sebuah penelitian pada penyakit kulit ditemukan
bahwa diantara enam belas dari pasien akne dilaporkan tujuh kasus melakukan bunuh
diri (Golchai et al., 2010).
Laporan dari asosiasi penyakit kulit mental health, akne vulgaris merupakan
penyakit kulit yang sering mempengaruhi remaja di seluruh dunia. Pertumbuhan akne
pada remaja menyebabkan tejadinya pengembangan rasa identitas dan harga diri
sehingga berpotensi rentan terhadap psikologis yang merugikan (Purvis,2006).
Menurut hasil dari database PharMetrics didapatkan 65,2% , dengan ratio 1.9
perempuan : 1 laki-laki , mencari pengobatan untuk akne vulgaris dan sekitar dua kali
lebih banyak perempuan mengalami depresi, rasio 10,6% perempuan : 5,3% laki-laki.
Depresi terjadi 8,8% pada pasien akne vulgaris di seluruh negara. Sebagian besar
kasus depresi yang dilihat dari pemanfaatan terapi anti depresi lebih banyak pada
pasien berusia 18 tahun keatas dengan presentase tertinggi pada kelompok usia 36-64
dan penggunaan pengobatan anti akne (baik topikal, oral, atau keduanya)
berhubungan dengan prevalensi rendahnya pemanfaatan anti depresi dibandingkan
pasien yang tidak mengalami pengobatan akne. (Uhlenhake,2010).
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa antara kondisi
kulit dengan depresi saling mempengaruhi. Kondisi gangguan kulit khususnya akne
vulgaris berpeluang untuk mengalami sindrom depresi. Sampai saat ini peneliti belum
mendapatkan adanya data mengenai depresi yang timbul akibat akne vulgaris di
Banda Aceh oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan
antara akne vulgaris dengan sindrom depresi.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
9
a. Mengetahui hubungan akne vulgaris dengan sindrom depresi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan gradasi akne dengan tingkat keparahan depresi.
b. Mengetahui hubungan durasi akne dengan tingkat keparahan sindrom depresi.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam melakukan
penelitian di bidang riset kedokteran khususnya di bidang Dermatologi dan
Psikiatri sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di masa
yang akan datang.
b. Bagi masyarakat
Dapat menambah pengetahuan tentang pentingnya menjaga kulit dan dapat
melakukan pemeriksaan pada kasus Dermatologi khususnya akne vulgaris untuk
kepentingan kesehatan psikis.
c. Instalasi Rumah sakit dan Klinik-Klinik dokter Spesialis
Sebagai bahan masukan pengambilan dan penentuan kebijakan demi peningkatan
kualitas dan kuantitas pelayanan serta sebagai masukan dalam pengembangan
ilmu kedokteran.
1.5 Hipotesis Penelitian
Adanya hubungan antara akne vulgaris dengan sindrom depresi di Kota Banda
Aceh.
10
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Akne Vulgaris
2.1.1 Definisi
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang terlihat
terutama pada masa remaja ditandai dengan terdapatnya komedo, papula, pustula dan
kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas
superior, dada dan punggung. (Strauss & Thiboutot, 2012). Akne vulgaris merupakan
kondisi kulit umum, yang dapat mempengaruhi sekitar 85-100% dari populasi pada
beberapa periode kehidupan. Akne vulgaris tidak mendiskriminasi prevalensi
menurut umur dan paling sering terjadi pada masa remaja, masa pubertas, pada orang
tua dengan usia 45 tahun dan juga masih dapat terjadi pada bayi yang baru lahir
(Michael & Jonathan, 2010).
Gejala akne hampir dijumpai pada setiap remaja, kasus yang berat hanya
kadang-kadang saja, terutama didapatkan pada pria. Akne yang berat dalam fase jiwa-
raga yang labil, dapat mengakibatkan efek psikososial yang hebat (Rassner, 1995).
Lima belas persen remaja yang menderita akne dengan diagnosis berat, kebanyakan
mendorong mereka untuk mendapatkan pengobatan ke dokter spesialis kulit
(Harahap, 2000).
2.1.2 Klasifikasi
Akne terbagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat, dan
berat. Tingkatan ditentukan berdasarkan jumlah akne yang ada pada wajah, dada dan
punggung, serta ukuran besar kecilnya akne atau peradangan kondisi akne. Selain itu
terdapat perbedaan jenis Akne menurut Strauss dan Thiboutot, (2012) :
a. Akne pada bayi baru lahir (newborn acne): Akne jenis ini menyerang sekitar
20% bayi baru lahir dan tergolong Akne ringan.
11
b. Akne pada bayi (infantil acne): Pada bayi berumur 3-6 bulan juga ditumbuhi
akne dan akan tumbuh kembali ada saat dewasa.
c. Akne vulgaris (acne vulgaris): Akne yang paling umum terjadi pada remaja dan
kaum muda menjelang dewasa, sekitar 12-24 tahun.
d. Akne konglobata (cystic acne): Akne yang terjadi pada pria muda, tergolong
serius tetapi jarang terjadi.
e. Akne halogen: Iodida dan Bromida mempengaruhi bentuk erupsi dari akne.
f. Akne tropikal: Akne yang terjadi di iklim tropis ditandai dengan berkembangnya
folikulitis.
g. Akne excoriee des jeunes filles: Akne ringan yang ditandai dengan ekskoriasi
yang panjang. Paling sering dialami oleh wanita dewasa muda.
2.1.3 Etiologi
Etiologi yang pasti tentang Akne belum diketahui, namun ada berbagai macam
faktor yang juga sangat berkaitan dengan patogenesis seperti :
a. Genetik, akne vulgaris merupakan penyakit genetik akibat adanya peningkatan
kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal. Diduga faktor
genetik ini berperan dalam menentukan bentuk dan gambaran klinis,
penyebaran lesi, dan durasi penyakit. Pada lebih dari 80% penderita mempunyai
minimal salah satu orang tua yang mengalami akne vulgaris (Strauss dan
Thiboutot, 2012).
b. Psikis, terjadinya stress psikis dapat memicu kegiatan kelenjar sebasea, baik
secara langsung atau melalui rangsangan kelenjar hipofisis (Strauss dan
Thiboutot,2012).
c. Makanan, kaitan antara akne vulgaris dan makanan masih diperdebatkan.
Saat ini belum ada bukti bahwa coklat, susu, seafood, atau makanan lain dapat
langsung menyebabkan akne. Pada dasarnya makanan-makanan tersebut dapat
mempengaruhi metabolisme tubuh. Namun dari hasil penelitian Suryadi (2009),
ditemukan adanya sebagian dari responden melaporkan bahwa terdapat
pengaruh dari makanan terhadap metabolisme kelenjar sebasea dan sebagian
12
lagi melaporkan tidak adanya pengaruh dari jenis makanan yang dikonsumsi
dengan peningkatan kelenjar sebasea.
d. Ras, ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris karena melihat dari
kenyataan, bahwa adanya ras-ras tertentu seperti mongoloid yang lebih jarang
menderita akne dibandingkan dengan kauscasian (Siregar,2001).
e. Usia, umumnya terjadi pada usia 10-17 tahun pada wanita, 14-19 tahun pada
pria (Strauss dan Thiboutot,2012).
f. Hormon endokrin, akne biasanya disebabkan oleh tingginya sekresi sebum.
Androgen merupakan perangsang sekresi sebum dan esterogen mengurangi
sekresi sebum (sylvia & lorraine, 2006).
g. Kebersihan wajah, meningkatkan prilaku kebersihan wajah dapat mengurangi
kejadian akne vulgaris pada remaja (Siregar, 2001).
h. Obat-obatan, kortikosteroid oral dan kronik yang dipakai untuk mengobati
penyakit lain (seperti lupus eritematosus sistemik atau transplantasi ginjal),
dapat menimbulkan pustula di permukaan kulit wajah, dada dan punggung.
Obat-obatan lain yang dapat menimbulkan akne ialah: bromida, yodida,
difenitoin, litium, dan hidrazid asam isonikotinat (sylvia & lorraine, 2006).
i. Kosmetika, pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu seperti, bedak dasar