LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA
Klinik Dokter Keluarga FK UWKSNo Berkas:Berkas Pembinaan
KeluargaNo RM:4885Puskesmas PorongNama KK:Tn.Z
Tanggal kunjungan pertama kali 30 Oktober 2013,Nama pembina
keluarga pertama kali : DM Kukuh ATabel 1. Catatan Konsultasi
Pembimbing (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan
)TanggalTingkatPemahamanParafPembimbingParaf Keterangan
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga :
Tn.ZAlamat lengkap : Desa Juwetkenongo RT 10/ RW03Tabel 2. Daftar
Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNoNamaKedudukan dalam
keluargaL/PUmurPendidikanPekerjaanPasien klinik (Y/T)Ket
1Tn.ZKKL38SMPWiraswastaT-
2Ny.WIstriP35SMPWirswastaT-
3An.RAnakL12SDPelajarYPx Asma
4An.PAnakP10SDPelajarT-
Sumber : Data Primer, November 2013
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB ISTATUS PENDERITAA. Pendahuluan Laporan ini diambil
berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita asma,
berjenis kelamin laki laki dan berusia 12 tahun, dimana penderita
merupakan salah satu dari pasien asma yang berada di wilayah
Puskesmas Porong, Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan
yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di
masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Porong, Kabupaten Sidoarjo
beserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang asma terutama masalah mencari factor pencetus.
Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan
dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai
pengalaman di lapangan.
B. Identitas PenderitaNama:An.RUmur:12 tahunJenis kelamin:Laki
LakiPekerjaan:Pelajar Pendidikan:SDAgama:IslamAlamat:Desa
Juwetkenongo RT 10/ RW 03Suku :JawaTanggal periksa: 30 Oktober
2013C. Anamnesis 1. Keluhan Utama:Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien mengatakan sesak nafas
sering kambuh terutama pada pagi hari atau dalam keadaan udara
dingin. Sesak nafas disertai oleh suara mengi dan juga batuk, batuk
berdahak. Sesak nafas di rasakan sejak 2 hari yang lalu dan dirasa
semakin hari semakin berat. 3. Riwayat Penyakit Dahulu:Sejak 2
tahun yang lalu pasien mengidap penyakit asma dan sering control ke
puskesmas Riwayat kontak dengan penderita TB: ( - ) Riwayat batuk
lama : ( - ) Riwayat batuk darah : ( - ) Riwayat MRS: ( + ) Riwayat
Imunisasi : ( + ) Riwayat sakit gula : ( - ) Riwayat asma : ( + )
Riwayat alergi obat/makanan : ( - ) Riwayat penyakit jantung : ( -
)
4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluarga dengan penyakit
serupa: disangkal Riwayat keluarga sakit batuk berdarah : disangkal
Riwayat sakit sesak nafas : disangkal Riwayat hipertensi :
disangkal Riwayat sakit gula : disangkal
5. Riwayat Kebiasaan Riwayat merokok : ( - ) Riwayat Ayah/ibu
merokok: ( Ayah ) Riwayat olah raga: Jarang Riwayat pengisian waktu
luang dengan berbincang bincang dengan keluarga sering, berekreasi
jarang Riwayat kebiasaan batuk, pilek dan meludah sembarangan
disangkal
6. Riwayat Sosial EkonomiPenderita tinggal disebuah rumah yang
berpenghuni 4 orang (penderita, ayah dan ibu serta adik ).
Penderita masih sekolah. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari
ayah , dengan total penghasilan rata-rata perbulan Rp.
1000000,-.
7. Riwayat Gizi.Penderita makan sehari-harinya biasanya antara
2-3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti telur,
tahu-tempe, kerupuk, dan kadang dengan daging. nafsu makan
penderita cukup baik.
D. Anamnesis Sistem1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit
gatal (-)2. Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala
tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)3.
Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-)4.
Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5. Telinga: pendengaran menurun
(-), berdengung (-), keluar cairan (-)6. Mulut: sariawan (-), mulut
kering (-), lidah tidak terasa pahit7. Tenggorokan: sakit menelan
(-), serak (-)8. Pernafasan : sesak nafas (+), batuk lama (- ) ,
mengi (+), batuk darah (-)9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-),
nyeri dada (-), ampeg (-)10. Gastrointestinal : mual (-), muntah
(-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB tidak
ada keluhan11. Genitourinaria : BAK normal 12. Neuropsikiatri :
Neurologik: kejang (-), lumpuh (-)Psikiatrik: emosi stabil, mudah
marah (-)13. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki
(-), nyeri otot (-)14. Ekstremitas:Atas: bengkak (-), sakit
(-)Bawah: bengkak (-), sakit (-)
E. Pemeriksaan Fisik1. Keadaan UmumTampak tidak sakit ,
kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi baik.2. Tanda
Vital dan Status Gizi Tanda VitalNadi : 86 x/menit,
regulerPernafasan : 28x/menitSuhu : 36,5 C Tensi : 120/80 mmHg
Status gizi ( BMI ) :BB:39 kgTB:1.1 mTB/U x 100% : 0,09 %BB/U x
100% : 3,25 %BB/TB x 100% :35,5 %
3. KulitWarna:Sawo matang, ikterik (-), sianosis
(-)Kepala:Bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. Temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula
(-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)4. MataConjunctiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek kornea (+/+),
warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-),
deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)6.
MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil
lidah atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)7.
TelingaNyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran menurun
(-), cuping telinga dalam batas normal8. TenggorokanTonsil membesar
(-), pharing hiperemis (-)9. LeherJVP tidak meningkat, trakea
ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), lesi pada kulit (-)10. ThoraksSimetris, retraksi interkostal
(-), retraksi subkostal (-)Cor:I:ictus cordis tak tampakP:ictus
cordis kuat angkatP:batas kiri atas:SIC II Linea Para Sternalis
Sinistrabatas kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra batas
kiri bawah:SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistrabatas kanan
bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextrabatas jantung kesan tidak
melebarA:S1 S2 tunggal , bising (-)-Pulmo:Statis (depan dan
belakang)I:pengembangan dada kanan sama dengan kiriP:fremitus raba
kiri sama dengan kananP:sonor/sonorA:suara dasar vesikuler
(+/+)suara tambahan Ronkhi (-/-), whezing (-/-)Dinamis (depan dan
belakang)I:pergerakan dada kanan sama dengan kiriP:fremitus raba
kiri sama dengan kananP:sonor/sonorA:suara dasar vesikuler
(+/+)suara tambahan Ronkhi (-/-), whezing (-/-)11. AbdomenI:dinding
perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)P:supel, nyeri
tekan (-), hepar dan lien tak terabaP:timpani seluruh lapang
perutA:peristaltik (+) normal12. Ektremitas:palmar
eritema(-/-)akral dinginoedem- -- -- -- -
13. Sistem genetalia: dalam batas normal14. Pemeriksaan
NeurologikFungsi motorik: T N N RF + + RP - - N N + + - -15.
Pemeriksaan PsikiatrikPenampilan:sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran:kualitatif tidak berubah; kuantitatif
composmentisAfek:appropriatePsikomotor:normoaktifProses
pikir:bentuk:realistikisi:waham (-), halusinasi (-), ilusi
(-)arus:koherenInsight:baik
F. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan bakteriologis:biakan
sputum/dahak negatifPemeriksaan rontgen thoraks:kesan normal
G. ResumeSeorang anak laki laki dengan umur 12 tahun mengeluhkan
sesak nafas sejak 3 hari yang lalu,suara nafas mengi dan sering
dirasakan memberat pada saat pagi atau udara dingin. Sebenarnya
sesak nafas ini dirasakan sudah sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
sering control di puskesmas.Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum tampak tidak sakit, compos mentis, status gizi kurang.
Tanda vital T:120/80 mmHg, N: 86 x/menit, Rr: 28 x/menit, S:36,50C,
BB:39kg, TB:1,1 m. Pada pemeriksaan penunjang radiologi kesan
normal.H. Patient Centered DiagnosisDiagnosis Biologis1. Asma
bronkial
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya1. Penyakit mengganggu
aktifitas sehari-hari.2. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak
sehat.
I. PenatalaksanaanNon Medika mentosa1. Bed Rest tidak
totalDiharapkan agar penderita mengurangi aktivitas berat yang
dapat mengurangi daya tahan tubuh penderita serta banyak
istirahat.2. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) Diharapkan
agar penderita makan makanan yang bergizi tinggi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya
tidak menurun/meningkat, yang merupakan indikator kesembuhan
pasien. Contoh tinggi kalori seperti nasi, jagung, dan roti. Untuk
tinggi protein seperti telur, tahu, tempe, daging dan ikan
laut.
3. Olah raga Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan
tubuhnya dengan melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari
di lingkungan sekitar.4. Mengurangi stress tertentuDiharapkan
penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk
kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak
meluangkan waktu untuk berbincang-bincang, bermain bersama keluarga
dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa.MedikamentosaSalbutamol 3x1 (tiap kali serangan)
J. FOLLOW UPTanggal 30 Oktober 2013 S : sesak turun jika minum
obat, namun sudah berkurang. Batuk (-) Pilek (-)nafsu makan baikO :
KU cukup, compos mentis, gizi cukupTanda vital : T : 120/80mmHg R
:28 x/menitN : 86 x / menit S :36,5CStatus Generalis : dalam batas
normalStatus Neurologis : dalam batas normalStatus Mentalis : dalam
batas normalA : Asma BronkhialeP : Salbutamol 3x1 (tiap kali
serangan)Tanggal 31 Oktober 2013S : sesak turun jika minum obat,
sudah berkurang. Batuk (-) Pilek (-)nafsu makan baikO : KU cukup,
compos mentis, gizi cukupTanda vital : T : 110/70mmHg R :24 x/menit
N : 84 x / menit S :36,5CStatus Generalis : dalam batas
normalStatus Neurologis : dalam batas normalStatus Mentalis : dalam
batas normalA : Asma BronkhialeP : Salbutamol 3x1 (tiap
serangan)Tanggal 1 November 2013S : Sesak (-), Batuk (-), Pilek (-)
O : KU baik, compos mentis, gizi cukupTanda vital : T : 110/70mmHg
R :20 x/menit N : 85 x / menit S :36,5CStatus Generalis : dalam
batas normalStatus Neurologis : dalam batas normalStatus Mentalis :
dalam batas normalA : Asma BronkhialeP : -
FLOW SHEET Nama:An. R Diagnosis: asma bronkialTabel
3.NOTGLTensimmHgBB
KgTB
CmStatus GiziFotoRontgenThoraksKET
1
30/10/13120/8039110Gizi cukuptidak dilakukanSalbutamol
3x1(setiap serangan)
231/10/13110/7039110Gizi cukupTidak dilakukanSalbutamol 3x1
(setiap serangan)
31/11/13120/8039110Gizi cukupTidak dilakukan-
BAB IIIDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Keluarga1. Fungsi Biologis.Penderita waktu lahir
ditolong bidan. Penderita tinggal disebuah rumah yang berpenghuni 4
orang (penderita, ayah dan ibu serta adik). Penderita masih
sekolah. 2. Fungsi Psikologis.Hubungan keluarga mereka terjalin
cukup akrab, terbukti dengan permasalahan-permasalahan yang dapat
diatasi dengan baik dalam keluarga ini. Hubungan diantara mereka
cukup dekat antara satu dengan yang lain. Permasalahan yang timbul
dalam keluarga dipecahkan secara musyawarah dan dicari jalan
tengah, serta dibiasakan sikap saling tolong menolong baik fisik,
mental, maupun jika ada salah seorang di antaranya yang menderita
kesusahan. Meskipun penghasilan mereka pas pasan namun mereka tetap
hidup bahagia dan memasrahkan semuanya kepada Tuhan. 3. Fungsi
SosialPenderita senang bergaul dengan tetangga sekitar rumahnya.
Dalam masyarakat penderita sebagai anggota masyarakat biasa, tidak
mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam
kesehariannya penderita bergaul akrab dengan masyarakat di
sekitarnya seperti halnya dengan teman teman seusianya.
Kegiatan-kegiatan yang harus mengeluarkan biaya terlalu tinggi
merupakan faktor penghambat lain bagi keluarga ini untuk aktif
dalam kegiatan sosial, selain karena merasa kurang mampu baik dari
materi maupun status sosial.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanPenghasilan keluarga
berasal dari membuat jajanan pasar ayahnya dengan total penghasilan
sebesar Rp 1.000.000,00 perbulannya.Penghasilan tersebut juga
digunakan untuk membiayai penderita. Untuk biaya hidup sehari-hari
seperti makan, minum, biaya sekolah atau iuran membayar listrik
mengandalkan uang yang ada. Untuk kebutuhan air dengan menggunakan
sumur. Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-hari lauk
pauk, buah dan frekuensi makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada
keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas, dan penderita sudah
mempunyai kartu sehat.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan
BeradaptasiPenderita termasuk seorang yang terbuka sehingga bila
mengalami kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada
ayah dan ibunya.
B. Apgar ScoreADAPTATIONSelama ini dalam menghadapi masalah
keluarga, pasien selalu pertama kali membicarakannya kepada ayahnya
dan mengungkapkan apa yang diinginkannya dan menjadi keluhannya.
Penyakitnya ini kadang mengganggu aktivitasnya sehari-hari pada
pergaulannya dengan teman teman. Dukungan dari keluarga dan petugas
kesehatan yang sering memberi penyuluhan kepadanya, sangat
memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, karena
penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia
mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh dan
tidak sampai terjadi putus obat agar tidak terjadi relaps atau
kambuh kembali. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam
mengkonsumsi obat.
PARTNERSHIPAn.R merupakan anak pertama. Ayah dan ibunya serta
adiknya meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi
antar anggota keluarga masih berjalan dengan baik.GROWTHAn. R sadar
bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya walaupun kadang
menganggunya terutama dalam hal saat berkumpul dengan teman teman
dan aktivitas di sekolag.AFFECTIONAn. R merasa hubungan kasih
sayang dan interaksinya dengan ayah dan ibunya cukup meskipun
akhir-akhir ini ia sering menderita sakit. Bahkan perhatian yang
dirasakannya bertambah.RESOLVEAn. R merasa cukup puas dengan
kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari keluarganya walaupun
waktu yang tersedia tidak banyak karena ayahnya harus bekerja.
APGAR An. R Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baikAn. R masih
bersekolah, jadi punya banyak waktu untuk berada di rumah.
APGAR Tn. Z Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baikTn.Z juga
bekerja sebagai penjual jajanan di pasar yang dekat rumah jadi
punya banyak waktu untuk berada di rumah.
APGAR Ny. W Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baikNy.W sebagai
ibu rumah tangga jadi punya banyak waktu untuk berada di rumah.
APGAR An.P Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
Total poin = 10, fungsi keluarga dalam keadaan baikAn.P sebagai
pelajar jadi punya banyak waktu untuk berada di rumah.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An.R adalah
40, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga An.R adalah 10. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An.R dan
keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam
keluarga tersebut terjalin baik.
C. Screem
SUMBERPATHOLOGYKET
SosialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat cukup meskipun
banyak keterbatasan._
CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun
di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.Jarang
mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan. Menggunakan
bahasa jawa, tata krama dan kesopanan_
ReligiusAgama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk
ketenangan individu yang tidak didapatkan dari yang lainPemahaman
agama cukup. Penderita dan keluarga rajin sholat lima waktu.-
EkonomiEkonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan
primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan
sekunder rencana ekonomi tidak memadai.-
EdukasiTingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua cukup karena
tamat SMP. Pasien masih pelajar berserta adiknya. +
MedicalPelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderitaTidak mampu membiayai pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
biasanya menggunakan kartu jamkesmas._
Keterangan : Edukasi (+) artinya keluarga An. R juga menghadapi
permasalahan di bidang pendidikan karena ayah dan ibu penderita
lulusan SMP sehingga mempengaruhi pola pikir keluarga.
D. Karakteristik Demografi KeluargaAlamat lengkap: Desa Kemuning
RT 10/ RW 03Diagram 1. Genogram Keluarga An.RDibuat tanggal 6
November 2013
12
34
Sumber : Data Primer, 30 Oktober 2013
Keterangan :1. Tn.Z 38 tahun, Ayah2. Ny. W 35 tahun, ibu3. An. R
12 tahun, anak pertama, pasien4. An. P 10 tahun, anak kedua
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga
1
32
4
Keterangan:1. Penderita2. Ny. W : Ibu3. An. P: Adik4. Tn.z :
Ayah5. : hubungan baik6. : hubungan tidak baik Hubungan antara
An.R, ayah dna ibu serta adik, baik dan dekat. Dalam keluarga ini
tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota
keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang
harus dilakukan oleh orang tua?Jawab :Orang tua merawat penderita
dan menyiapkan kebutuhan penderita.2. Ketika Orang tuua bertindak
seperti itu apa yang dilakukan oleh keluarga?Jawab :Keluarga akan
mendukung yang dilakukan oleh kedua orang tua.3. Kalau butuh
dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?Jawab :Keputusan bisa
diambil oleh kepala keluarga Tn.Z4. Siapa anggota keluarga yang
terdekat dengan penderita?Jawab :Anggota keluarga yang dekat dengan
penderita saat ini adalah ayah dan ibu. 5. Selanjutnya siapa?Jawab
:Selanjutnya adalah adik.6. Siapa yang secara emosional jauh dari
penderita ?Jawab : Tidak Ada 7. Siapa yang selalu tidak setuju
dengan pasien?Jawab :Tidak ada.8. Siapa yang biasanya tidak setuju
dengan anggota keluarga lainnya?Jawab :Tidak ada.
BAB IIIIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku Dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga Penderita sebagai pelajar, keluarga
sadar pentingnya kebersihan lingkungan yang berhubungan erat dengan
penyakit penderita. Menurut semua anggota keluarga ini, yang
dimaksud dengan sehat adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu
yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini menyadari
pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, mereka menjadi
tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis pendapatan keluarga akan
berkurang dan menjadi beban anggota keluarga lainnya. Keluarga ini
meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari
guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,
atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.Walaupun
perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun Keluarga ini berusaha
menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu
rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.2.
Faktor Non PerilakuDari total semua penghasilan tersebut keluarga
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan
dapat terpenuhi terutama kebutuhan tertier. Rumah yang dihuni
keluarga ini cukup memadai walaupun masih ada kekurangan dalam
pemenuhan standar kesehatan. Lantai sebagian diubin,sebagian lagi
porselin, pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang. Pembuangan
limbah keluarga belum memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah
keluarga tidak dialirkan melainkan hanya dibiarkan keluar dari
rumah ke belakang rumah dan dibiarkan meresap, serta belum adanya
got pembuangan limbah keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat
pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan
yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas Porong.
B. Identifikasi Lingkungan RumahGambaran LingkunganKeluarga ini
tinggal di sebuah rumah berukuran 8 x 6 m2 yang berdempetan dengan
rumah tetangganya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas.
Terdiri dari ruang tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang
keluarga dan menonton TV, ruang makan dan dapur. Tiga kamar tidur,
dan kamar mandi. Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan
dan 1 pintu belakang. Jendela ada 5 buah, 1 diruang tamu dan
disetiap kamar tidurnya namun semuanya jarang dibuka,2 di dapur.
Lantai rumah sebagian besar terbuat dari porselin. Ventilasi dan
penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng.
Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding
rumah terbuat dari batu bata dan semen yang sudah di cat. Perabotan
rumah tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya
keluarga ini menggunakan sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah
masih kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor
gas.
Denah Rumah
Ruang tamuRuang keluargadapurKamar tidur 1Kamar tidur 2Km/wc
Teras
BAB IVDAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :a. Asma bronkialb. Pengetahuan keluarga yang
kurang tentang penyakit penderitac. Resiko penularan pada anggota
keluarga yang lain2. Faktor resiko :a. Lingkungan dan tempat
tinggal yang tidak sehat
DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN(Menggambarkan hubungan antara
timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko
yang ada dalam kehidupan pasien)
Lingkungan rumah yang tidak sehat
Tingkat pendidikan penderita dan keluarga masih rendah
P H B S
An.R 12 tahun
Resiko penularan pada anggota keluarga yang lainBAB VPATIENT
MANAGEMENT
A. Patient Centered Management1. Suport PsikologisPasien
memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri. Antara lain dengan
cara :a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang
dihadapi.b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.d.
Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran
dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari
dokter.Pendekatan Spiritual, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa
dan memohon hanya kepada Tuhan YME.Dukungan psikososial dari
keluarga dan lingkungan merupakan hal yang harus dilakukan. Bila
ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial, dapat
dijadikan titik tolak program terapi psikososial.2. Penentraman
HatiMenentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah
tentang penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang
dialami akibat penyakitnya, dengan memberikan edukasi tentang
penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit turunan dan
dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya
adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter.
Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi tinggi
meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa
berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya,
dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya.3. Penjelasan, Basic Konseling
dan Pendidikan PasienDiberikan penjelasan yang benar mengenai
persepsi yang salah tentang TB. Pasien TB dan keluarganya perlu
tahu tentang penyakit, pengobatannya, pencegahan dan penularannya.
Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol
dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh petugas
Yankes.Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang
dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap
berbagai masalah penderita termasuk akibat penyakitnya asma
terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika
dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan tentang pentingnya
menjaga diet TKTP yang benar dalam rangka mencapai berat badan
ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan sebagainya.4.
Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri
sendiriDokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada
diri pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan
penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab
terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol,
keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu
dihindari serta yang perlu dilakukan.5. PengobatanMedika mentosa
dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam penatalaksanaan.6.
Pencegahan dan Promosi KesehatanHal yang tidak boleh terlupakan
adalah pencegahan dan promosi kesehatan berupa perubahan tingkah
laku (tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut jika batuk),
lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan
penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga
pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah
yang bersih dengan disapu 2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh
dengan cara diet makanan bergizi dan olah raga yang teratur. Dengan
demikian paradigma yang salah tentang penyakit TB di masyarakat
dapat diluruskan.
BAB VITINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut
berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan
seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan
Faktor-faktor resiko lingkungan(penyebab)
Asma
Obstruksi jalan napasHiperesnposif jalan napas
Gejala Pencetus
Mekanisme dasar kelainan asma
Klasifikasi AsmaSebenarnya derajat berat asma adalah suatu
kontinum,yang berarti bahwa derajat berat asma persisten
dapatberkurang atau bertambah. Derajat gejala eksaserbasi
atauserangan asma dapat bervariasi yang tidak tergantung
dariderajat sebelumnya.
1. Klasifikasi Menurut EtiologiBanyak usaha telah dilakukan
untuk membagi asmamenurut etiologi, terutama dengan bahan
lingkungan yangmensensititasi. Namun hal itu sulit dilakukan antara
lain olehkarena bahan tersebut sering tidak diketahui.Klasifikasi
Menurut Derajat Berat AsmaKlasifikasi asma menurut derajat berat
berguna untukmenentukan obat yang diperlukan pada awal
penangananasma. Menurut derajat besar asma diklasifikasikan
sebagaiintermiten, persisten ringan, persisten sedang dan
persistenberat.2. Klasifikasi Menurut Kontrol AsmaKontrol asma
dapat didefinisikan menurut berbagai cara.Pada umumnya, istilah
kontrol menunjukkan penyakit yang tercegah atau bahkan sembuh.
Namun pada asma, hal itutidak realistis; maksud kontrol adalah
kontrol manifestasipenyakit. Kontrol yang lengkap biasanya
diperoleh denganpengobatan. Tujuan pengobatan adalah memperoleh
danmempertahankan kontrol untuk waktu lama denganpemberian obat
yang aman, dan tanpa efek samping.3. Klasifikasi Asma Berdasarkan
GejalaAsma dapat diklasifikasikan pada saat tanpa serangandan pada
saat serangan. Tidak ada satu pemeriksaan tunggalyang dapat
menentukan berat-ringannya suatu penyakit,pemeriksaan gejala-gejala
dan uji faal paru berguna untukmengklasifikasi penyakit menurut
berat ringannya. Klasifikasiitu sangat penting untuk
penatalaksanaan asma. Berat ringanasma ditentukan oleh berbagai
faktor seperti gambaran klinissebelum pengobatan (gejala,
eksaserbasi, gejala malam hari,pemberian obat inhalasi -2 agonis,
dan uji faal paru) sertaobat-obat yang digunakan untuk mengontrol
asma (jenisobat, kombinasi obat dan frekuensi pemakaian obat).
Asmadapat diklasifikasikan menjadi intermiten, persisten
ringan,persisten sedang, dan persisten beratSelain klasifikasi
derajat asma berdasarkan frekuensiserangan dan obat yang digunakan
sehari-hari, asma jugadapat dinilai berdasarkan berat ringannya
serangan. GlobalInitiative for Asthma (GINA) melakukan pembagian
derajat serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji
fungsiparu, dan pemeriksaan laboratorium. Derajat
seranganmenentukan terapi yang akan diterapkan. Klasifikasi
tersebutadalah asma serangan ringan, asma serangan sedang, danasma
serangan berat. Dalam hal ini perlu adanya pembedaanantara asma
kronik dengan serangan asma akut. Dalammelakukan penilaian berat
ringannya serangan asma, tidakharus lengkap untuk setiap pasien.
Penggolongannya harusdiartikan sebagai prediksi dalam menangani
pasien asma yangdatang ke fasilitas kesehatan dengan keterbatasan
yang ada.
Patogenesis AsmaAsma merupakan inflamasi kronik saluran napas.
Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel
limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor lingkungan
dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus
inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat
pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma
persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma
seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang
dicetuskan aspirin. a) Inflamasi AkutPencetus serangan asma dapat
disebabkan oleh sejumlah faktor antara lain alergen, virus, iritan
yang dapat menginduksi respons inflamasi akut yang terdiri atas
reaksi asma tipe cepat dan pada sejumlah kasus diikuti reaksi asma
tipe lambat.Reaksi alergi tipe cepatAlergen akan terikat pada IgE
yang menempel pada sel mast dan terjadi degranulasi sel mast
tersebut. Degranulasi tersebut mengeluarkan preformed mediator
seperti histamin, protease dan newly generated mediator seperti
leukotrin, prostaglandin dan PAF yang menyebabkan kontraksi otot
polos bronkus, sekresi mukus dan vasodilatasi.Reaksi fase
cepatReaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+,
neutrofil dan makrofag.b) Inflamasi KronikBerbagai sel terlibat dan
teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah limfosit T,
eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot
polos bronkus. Limfosit T Limfosit T yang berperan pada asma ialah
limfosit T-CD4+ subtipe Th2). Limfosit T ini berperan sebagai
orchestra inflamasi saluran napas dengan mengeluarkan sitokin
antara lain IL-3, IL-4,IL-5, IL-13 dan GM-CSF. Interleukin-4
berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan bersama-sama IL-13
menginduksi sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta GM-CSF
berperan pada maturasi, aktivasi serta memperpanjang ketahanan
hidup eosinofil. Epitel Sel epitel yang teraktivasi mengeluarkan
a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita asma. Sel epitel dapat
mengekspresi membran markers seperti molekul adhesi, endothelin,
nitric oxide synthase, sitokin atau khemokin. Epitel pada asma
sebagian mengalami sheeding. Mekanisme terjadinya masih
diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma,
eosinophil granule protein, oxygen free-radical, TNF-alfa,
mast-cell proteolytic enzym dan metaloprotease sel
epitel.EosinofilEosinofil jaringan (tissue eosinophil)
karakteristik untuk asma tetapi tidak spesifik. Eosinofil yang
ditemukan pada saluran napas penderita asma adalah dalam keadaan
teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis
sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa
serta mediator lipid antara lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3,
IL-5 dan GM-CSF meningkatkan maturasi, aktivasi dan memperpanjang
ketahanan hidup eosinofil. Eosinofil yang mengandung granul protein
ialah eosinophil cationic protein (ECP), major basic protein (MBP),
eosinophil peroxidase (EPO) dan eosinophil derived neurotoxin (EDN)
yang toksik terhadap epitel saluran napas. Sel Mast Sel mast
mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross-linking
reseptor IgE dengan factors pada sel mast mengaktifkan sel mast.
Terjadi degranulasi sel mast yang mengeluarkan preformed mediator
seperti histamin dan protease serta newly generated mediators
antara lain prostaglandin D2 dan leukotrin. Sel mast juga
mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4, IL-5 dan
GM-CSF.Makrofag Merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ
pernapasan, baik pada orang normal maupun penderita asma,
didapatkan di alveoli dan seluruh percabangan bronkus. Makrofag
dapat menghasilkan berbagai mediator antara lain leukotrin, PAF
serta sejumlah sitokin. Selain berperan dalam proses inflamasi,
makrofag juga berperan pada regulasi airway remodeling. Peran
tersebut melalui a.l sekresi growth-promoting factors untuk
fibroblast, sitokin, PDGF dan TGF- Airway Remodeling Proses
inflamasi kronik pada asma akan meimbulkan kerusakan jaringan yang
secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing
process) yang menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian selsel
mati/rusak dengan sel-sel yang baru. Proses penyembuhan tersebut
melibatkan regenerasi/perbaikan jaringan yang rusak/injuri dengan
jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang
rusak/injuri dengan jaringan peyambung yang menghasilkan jaringan
skar. Pada asma, kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses
penyembuhan dan inflamasi yang kemudian akan menghasilkan perubahan
struktur yang mempunyai mekanisme sangat kompleks dan banyak belum
diketahui dikenal dengan airway remodeling. Mekanisme tersebut
sangat heterogen dengan proses yang sangat dinamis dari
diferensiasi, migrasi, maturasi, dediferensiasi sel sebagaimana
deposit jaringan penyambung dengan diikuti oleh
restitusi/pergantian atau perubahan struktur dan fungsi yang
dipahami sebagai fibrosis dan peningkatan otot polos dan kelenjar
mukus.Pada asma terdapat saling ketergantungan antara proses
inflamasi dan remodeling. Infiltrasi sel-sel inflamasi terlibat
dalam proses remodeling, juga komponen lainnya seperti matriks
ekstraselular, membran retikular basal, matriks interstisial,
fibrogenic growth factor, protease dan inhibitornya, pembuluh
darah, otot polos, kelenjar mukus. Perubahan struktur yang terjadi
: 1. Hipertrofi dan hiperplasia otot polos jalan napas.2.
Hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. 3. Penebalan membran
reticular basal.4. Pembuluh darah meningkat. 5. Matriks
ekstraselular fungsinya meningkat. 6. Perubahan struktur parenkim.
7. Peningkatan fibrogenic growth factor menjadikan
fibrosis.Konsekuensi klinis airway remodeling adalah peningkatan
gejala dan tanda asma seperti hipereaktiviti jalan napas, masalah
distensibiliti/regangan jalan napas dan obstruksi jalan napas.
Sehingga pemahaman airway remodeling bermanfaat dalam manajemen
asma terutama pencegahan dan pengobatan dari proses
tersebut.EpidemiologiSurvei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Asma
merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan
rumah tangga (SKRT) 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5
dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan
bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis
kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di
seluruh Indonesia sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis kronik
11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
Faktor Resiko AsmaRisiko berkembangnya asma merupakan interaksi
antara faktor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor
pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk
berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi) ,
hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan
mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk
berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan
atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam faktor
lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok,
polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi
dan besarnya keluarga. Interaksi faktor genetik/ pejamu dengan
lingkungan dipikirkan melalui kemungkinan : pajanan lingkungan
hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma,
baik lingkungan maupun genetik masing-masing meningkatkan risiko
penyakit asma. Faktor lingkungan Alergen dan sensitisasi bahan
lingkungan kerja dipertimbangkan adalah penyebab utama asma, dengan
pengertian faktor lingkungan tersebut pada awalnya mensensitisasi
jalan napas dan mempertahankan kondisi asma tetap aktif dengan
mencetuskan serangan asma atau menyebabkan menetapnya gejala.
Diagnosis dan KlasifikasiStudi epidemiologi menunjukkan asma
underdiagnosed di seluruh dunia, disebabkan berbagai hal antara
lain gambaran klinis yang tidak khas dan beratnya penyakit yang
sangat bervariasi, serta gejala yang bersifat episodik sehingga
penderita tidak merasa perlu ke dokter. Diagnosis asma didasari
oleh gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak
napas, mengi, rasa berat di dada dan variabiliti yang berkaitan
dengan cuaca.Anamnesis yang baik cukup untuk menegakkan diagnosis,
ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal paru
terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan
nilai diagnostik.Riwayat penyakit / gejala : 1 .Bersifat episodik,
seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan 2. Gejala berupa
batuk , sesak napas, rasa berat di dada dan berdahak 3. Gejala
timbul/ memburuk terutama malam/ dini hari 4. Diawali oleh faktor
pencetus yang bersifat individu 5. Respons terhadap pemberian
bronkodilator Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat
penyakit : Riwayat keluarga (atopi) Riwayat alergi / atopi Penyakit
lain yang memberatkan Perkembangan penyakit dan pengobatan
Pemeriksaan Jasmani Gejala asma bervariasi sepanjang hari
sehingga pemeriksaan jasmani dapat normal. Kelainan pemeriksaan
jasmani yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi.
Pada sebagian penderita, auskultasi dapat terdengar normal walaupun
pada pengukuran objektif (faal paru) telah terdapat penyempitan
jalan napas. Pada keadaan serangan,kontraksi otot polos saluran
napas,edema dan hipersekresi dapat menyumbat saluran napas maka
sebagai kompensasi penderita bernapas pada volume paru yang lebih
besar untuk mengatasimenutupnya saluran napas. Hal itu meningkatkan
kerja pernapasan dan menimbulkan tanda klinis berupa sesak napas,
mengi dan hiperinflasi. Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar
pada waktu ekspirasi paksa. Walaupun demikian mengi dapat tidak
terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat, tetapi
biasanya disertai gejala lain misalnya sianosis, gelisah, sukar
bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu
napas.
Faal Paru Umumnya penderita asma sulit menilai beratnya gejala
dan persepsi mengenai asmanya , demikian pula dokter tidak selalu
akurat dalam menilai dispnea dan mengi; sehingga dibutuhkan
pemeriksaan objektif yaitu faal paru antara lain untuk menyamakan
persepsi dokter dan penderita, dan parameter objektif menilai berat
asma. Pengukuran faal paru digunakan untuk menilai: obstruksi jalan
napas kelainan faal paru variabiliti faal paru, sebagai penilaian
tidak langsung hiperes-ponsif jalan napas Banyak parameter dan
metode untuk menilai faal paru, tetapi yang telah diterima secara
luas (standar) dan mungkin dilakukan adalah pemeriksaan spirometri
dan arus puncak ekspirasi (APE).Pulse oximetryPengukuran saturasi
oksigen dengan pulse oximetry, perlu dilakukan pada seluruh pasien
dengan asma akut untuk mengeklusi hipoksemia. Pengukuran saturasi
oksigen diindikasikan saat kemungkinan pasien jatuh ke dalam gagal
napas dan kemudian memerlukan penatalaksanaan yang lebih intensif.
Analisa Gas darahKeputusan untuk dilakukan pemeriksaan AGD jarang
diperlukan pada awal penatalaksanaan. Karena ketepatan dan kegunaan
pulse oximetry hanya pasien yang diterapi oksigenasi yang saturasi
oksigennya tak membaik sampai >90%, perlu dilakukan pemeriksaan
AGD. Meskipun sudah diberikan terapi tetapi oksigenasi tetap tidak
adekuat perlu dipikirkan kondisi lain yang memperberat seperti
adanya pneumoniFoto toraksFoto toraks dilakukan hanya pada pasien
dengan tanda dan gejala adanya pneumotoraks pada pasien yang secara
klinis dicurigai adanya pneumoni atau pasien asma yang setelah 6-12
jam dilakukan pengobatan secara intensif tetapi tidak respon
terhadap terapi.
Peran Pemeriksaan Lain untuk Diagnosis Uji Provokasi Bronkus Uji
provokasi bronkus membantu menegakkan diagnosis asma. Pada
penderita dengan gejala asma dan faal paru normal sebaiknya
dilakukan uji provokasi bronkus.Pemeriksaan uji provokasi bronkus
mempunyai sensitiviti yang tinggi tetapi spesifisiti rendah,
artinya hasil negatif dapat menyingkirkan diagnosis asma persisten,
tetapi hasil positif tidak selalu berartibahwa penderita tersebut
asma.Hasil positif dapat terjadi pada penyakit lain seperti rinitis
alergik, berbagai gangguan dengan penyempitan jalan napas seperti
PPOK, bronkiektasis dan fibrosis kistik.Pengukuran Status Alergi
Komponen alergi pada asma dapat diindentifikasi melalui pemeriksaan
uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum. Uji tersebut
mempunyai nilai kecil untuk mendiagnosis asma, tetapi membantu
mengidentifikasi faktor risiko/ pencetus sehingga dapat
dilaksanakan kontrol lingkungan dalam penatalaksanaan. Uji kulit
adalah cara utama untuk mendiagnosis status alergi/atopi, umumnya
dilakukan dengan prick test. Walaupun uji kulit merupakan cara yang
tepat untuk diagnosis atopi, tetapi juga dapat menghasilkan positif
maupun negatif palsu. Sehingga konfirmasi terhadap pajanan alergen
yang relevan dan hubungannya dengan gejala harus selalu dilakukan.
Pengukuran IgE spesifik dilakukan pada keadaan uji kulit tidak
dapat dilakukan (antara lain dermatophagoism, dermatitis/ kelainan
kulit pada lengan tempat uji kulit, dan lain-lain). Pemeriksaan
kadar IgE total tidak mempunyai nilai dalam diagnosis alergi/
atopi.
Diagnosis BandingDiagnosis banding asma antara lain sbb : Dewasa
Penyakit Paru Obstruksi Kronik Bronkitis kronik Gagal Jantung
Kongestif Batuk kronik akibat lain-lain Disfungsi larings Obstruksi
mekanis (misal tumor) Emboli ParuAnak Benda asing di saluran napas
Laringotrakeomalasia Pembesaran kelenjar limfe Bronkiolitis
Stenosis trakea PenatalaksanaanPenatalaksanaan Asma Bertujuan: 1.
Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, agarkualitas hidup
meningkat2. Mencegah eksaserbasi akut3. Meningkatkan dan
mempertahankan faal paru seoptimalmungkin4. Mempertahankan
aktivitas normal termasuk latihanjasmani dan aktivitas lainnya5.
Menghindari efek samping obat6. Mencegah terjadinya keterbatasan
aliran udaraireversibel7. Meminimalkan kunjngan ke gawat darurat
Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter danpasien adalah hal
yang penting sebagai dasar penata-laksanaan. Diharapkan agar dokter
selalu bersedia mende-ngarkan keluhan pasien, itu merupakan kunci
keberhasilanpengobatan. Komponen yang dapat diterapkan
dalampenatalaksanaan asma, yaitu mengembangkan hubungandokter
pasien, identifikasi dan menurunkan pajanan terhadapfaktor risiko,
penilaian, pengobatan dan monitor asma sertapenatalaksanaan asma
eksaserbasi akut.
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikanmenjadi 2
golongan yaitu:1. Penatalaksanaan Asma AkutSerangan akut adalah
keadaan darurat dan membu-tuhkan bantuan medis segera, Penanganan
harus cepat dansebaiknya dilakukan di rumah sakit/gawat darurat.
Ke-mampuan pasien untuk mendeteksi dini perburukan asmanyaadalah
penting, agar pasien dapat mengobati dirinya sendirisaat serangan
di rumah sebelum ke dokter. Dilakukan penilaianberat serangan
berdasarkan riwayat serangan, gejala,pemeriksaan fisis dan bila
memungkinkan pemeriksaan faalparu, agar dapat diberikan pengobatan
yang tepat. Padaprinsipnya tidak diperkenankan pemeriksaan faal
paru danlaboratorium yang dapat menyebabkan keter-lambatan
dalampengobatan/tindakan.2. Penatalaksanaan Asma KronikPasien asma
kronik diupayakan untuk dapat memahamisistem penanganan asma secara
mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik dan variasi
keadaan asma. Antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang yang
bertujuanmengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenalsebagai
pengontrol, Bronkodilator merupakan pengobatansaat serangan untuk
mengatasi eksaserbasi/serangan, dikenalpelega.Ciri-ciri asma
terkontrol:1. Tanpa gejala harian atau d 2x/minggu2. Tanpa
keterbatasan aktivitas harian3. Tanpa gejala asma malam4. Tanpa
pengobatan pelega atau d 2x/minggu5. Fungsi paru normal atau hampir
normal6. Tanpa eksaserbasiCiri-ciri asma tidak terkontrol1. Asma
malam (terbangun malam hari karena gejala asma)2. Kunjungan ke
gawat darurat, karena serangan akut3. Kebutuhan obat pelega
meningkat.Pengendalian asma bertujuan:1. Meningkatkan kemandirian
pasien dalam upayapencegahan asma2. Menurunkan jumlah kelompok
masyarakat yang terpajanfaktor risiko asma3. Terlaksananya deteksi
dini pada kelompok masyarakat berisiko asma4. Terlaksananya
penegakan diagnosis dan tatalaksana pasien asma sesuai
standar/kriteria5. Menurunnya angka kesakitan akibat asma6.
Menurunnya angka kematian akibat asma Untuk melaksanakan tujuan
tersebut, salah satu caradapat dilakukan dengan Komunikasi,
Informasi dan Edukasiyang meliputi:1. Penyuluhan bagi pasien dan
keluarga tentang pence-gahan dan penanggulangan asma.2.
Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi pasien dalam
pengendalian asma.3. Untuk merubah sikap dan perilaku pasien dalam
pengen-dalian asma.4. Meningkatkan kemandirian pasien dalam
ketrampilan penggunaan obat/alat inhalasi.Pelaksanaan KIE tentang
asma dan faktor risikonyadapat dilakukan melalui berbagai media
penyuluhan, sepertipenyuluhan tatap muka, radio, televisi dan media
elektroniklainnya, poster, leaflet, pamflet, surat kabar, majalah
danmedia cetak lainnya.
BAB VIIPENUTUP
A. Kesimpulan 1. Segi Biologis :a. An. R (12 tahun), menderita
penyakit asma bronkiaL b. Status gizi An.R berdasarkan BMI termasuk
dalam kategori Gizi cukup2. Segi Psikologis :a. Hubungan antara
anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup akrab,
harmonis, dan hangatb. Pengetahuan akan asma bronkial yang masih
kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih
rendahc. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut3. Segi Sosial :
Problem ekonomi tidaklah terlalu berpengaruh dalam keluarga ini
karena pendapatan di keluarga ini sudah cukup untuk memenuhi
kebutuhan primer sehari-hari. Namun rumah belum sesuai dengan
standart kesehatan.4. Segi fisik :Rumah dan lingkungan sekitar
keluarga An. R kurang sehat.
B. Saran1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :a.
Preventif : hindari dan cari faktor pencetus.b. Promotif : edukasi
penderita dan keluarga mengenai asma bronkial dan pengobatannya
oleh petugas kesehatan atau dokter yang menangani.c. Kuratif : saat
ini penderita memasuki pengobatan rumatan d. Rehabilitatif :
mengembalikan kepercayaan diri An. R sehingga tetap memiliki
semangat untuk sembuh.2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal
dan rumah yang tidak sehat dilakukan langkah-langkah :Promotif :
edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap
pagi, penggunaan genteng kaca, menjaga kebersihan dan lingkungan
rumah serta memperhatikan ventilasi rumah.3. Untuk masalah persepsi
mengenai penyakit, dilakukan langkah-langkah:Promotif: Memberikan
pengertian kepada penderita dan anggota keluarga mengenai penyakit
asma
DAFTAR PUSTAKA
1. www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf2. Bateman ED, Jithoo
A. Asthma and allergy - a global perspectivein Allergy. European
Journal of Allergy and Clinical Immunol-ogy.2007;62 (3).213-5.3.
Sudoyo, Aru.2007.Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam edisi
IV.Jakarta:EGC4. Global strategy for asthma management and
prevention. Na-tional Institutes of Health, 2007.5. Bernstein JA.
Asthma in handbook of allergic disorders. Philadel-phia: Lipincott
Williams & Wilkins, USA, 2003,73-102.
Lampiran Foto
Tampak depan
Ruang Tamu
Ruang Keluarga
Kamar Pasien
Dapur
Sumur
Kamar mandi dan WC
20