LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN KELUARGA
Laporan Home VisitNo Berkas:
Berkas Pembinaan KeluargaNo RM:
Puskesmas KrembungNama KK:Tn. S
Tanggal kunjungan pertama kali 12 September 2013,
Nama pembina keluarga pertama kali : Kristina Paskalita Kero,
S.KedTabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali
selesai satu periode pembinaan )
TanggalTingkat
PemahamanParaf
PembimbingParaf Keterangan
KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga: Tn. SAlamat lengkap : Desa Grajakan, Candi
Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo
Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNo.
NamaKedudukan dalam keluargaL/PUmur Pendidikan PekerjaanPasien
klinik (Y/T)Ket
1.Tn. SKKL41Tamat SDPedagangT-
2. Ny. PIstri P30Tamat SMAIRTT-
3.An. MAnak L11SD kelas 4Pelajar T-
4.An. AAnak P2--YDiare
Sumber : Data Primer, September 2013LAPORAN KASUS KEDOKTERAN
KELUARGA
BAB I
STATUS PENDERITAA. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita diare, berjenis kelamin perempuan, berusia 2 tahun,
dimana penderita merupakan anak kedua dari dua bersaudara.
Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya
di daerah Puskesmas Krembung, Kecamatan Krembung, Kabupaten
Sidoarjo oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk
memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya
sebagai pengalaman di lapangan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama:An. AUmur:2 tahun
Jenis kelamin:PerempuanPekerjaan:-Pendidikan:- Agama:Islam
Alamat:Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII, Kecamatan
Krembung, Kabupaten SidoarjoSuku :Jawa
Tanggal periksa:12 September 2013C. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama:Tidak ada keluhan 2. Riwayat Penyakit
Sekarang:
Pasien sekarang tidak ada keluhan. Tidak mencret, tidak muntah.
Nafsu makan normal. BAB dan BAK tidak ada keluhan.3. Riwayat
Penyakit Dahulu: Kurang lebih 2 hari sebelum pasien dirawat di
Puskesmas Porong (4 hari), pasien mencret lebih dari 5 kali dalam
sehari, mencret bersifat encer, sedikit ampas, tidak disertai darah
atau lendir, tidak berbau amis, warna kuning. Pasien juga muntah
kurang lebih 3 sampai 4 kali dalam sehari setiap kali minum susu.
Muntah tidak berisi makanan hanya cairan tidak disertai darah atau
lendir. Menurut ibu pasien, 1 hari sebelumnya pasien makan buah
klengkeng, kemudian pasien langsung mecret disertai dengan muntah.
Pasien tidak panas, cuma lemas Pasien baru pertama kali mencret dan
muntah seperti ini Riwayat alergi makanan (-)
Riwayat alergi susu (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat alergi makanan (-)5.
Riwayat Sosial EkonomiPasien adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakak. Ayah pasien bekerja
sebagai pedagang buah dan pengantar buah untuk supermarket di
Surabaya. Ibu pasien bekerja sebagai buruh pabrik di Pndaan. Kakak
pasien berusia 11 tahun, sekarang duduk di kelas 4 SD. Pasien
selalu berada di bawah pengawasan kedua orang tuanya, walaupun
kedua orang tua pasien mempunyai kesibukan masing-masing.6. Riwayat
Gizi.
Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan
sekali makan hanya 5-6 sendok. Pasien biasanya makan dengan lauk
pauk seperti ikan mujair dan ikan lele, pasien tidak terlalu suka
mengkonsumsi sayur, tetapi pasien suka mengkonsumsi buah-buahan.
Pasien termasuk anak yang susah makan, sehingga ibu pasien
membelikan vitamin penambah nafsu makan. Kesan status gizi
cukup.
D. ANAMNESIS SISTEM1. Kulit : warna kulit sawo matang, turgor
kulit normal2. Kepala: rambut kepala tidak rontok, 3. Mata: anemis
(-), mata cowong (-)4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5.
Telinga: keluar cairan (-)6. Mulut: mulut kering (-)7. Tenggorokan:
dalam batas normal8. Pernafasan : dalam batas normal9.
Kadiovaskuler : dalam batas normal10. Gastrointestinal : mual (-),
muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-),
BAB tidak ada keluhan11. Genitourinaria : BAK lancar
12. Neuropsikiatri : Neurologik: kejang (-), lumpuh
(-)Psikiatrik
: tidak menangis saat diperiksa13. Muskuloskeletal: kaku sendi
(-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas:Atas: bengkak (-), sakit (-)
Bawah: bengkak (-), sakit (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak cukup baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status
gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi Tanda Vital
Nadi
:100 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu
:36,8 oC
Tensi
:tidak dilakukan Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB:9,5 kg
TB:55 cm
Status Gizi ( Gizi cukup3. Kulit
Warna:Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala:rambut tidak mudah dicabut4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(3mm/3mm), reflek pupil (+/+)5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah
atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-) 8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-)
9. Thoraks
Simetris, retraksi (-)
-Cor:S1S2 tunggal-Pulmo:
I:simetris, jejas (-)
P:nyeri tekan (-)
P:sonor (+/+)
A:suara nafas dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan Rh (-/-), wh (-/-)10. Abdomen
I:dinding perut sejajar dengan dinding dada, jejas (-)
P:supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P:timpani seluruh lapang perut
A:peristaltik (+) normal
11. Ektremitas:akral dingin oedem
- -- -
- -- -
F. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan darah lengkap:tidak
dilakukan
Pemeriksaan feses:tidak dilakukanG. RESUME
Pasien anak perempuan usia 2 tahun dengan keluhan utama mencret.
Pasien mencret kurang lebih 5 kali dalam sehari, encer, disertai
dengan muntah kurang lebih 3-4 kali dalam sehari.Pasien sudah
dirawat di Puskesmas Porong selama 4 hari dan diperbolehkan pulang
karena keadaan sudah membaik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cukup
baik, compos mentis, status gizi kesan cukup. Tanda vital, N: 100
x/menit, RR: 24 x/menit, S:36,80C, BB: 9,5 kg, TB: 55 cm, status
gizi ( kesan cukup. H. PATIENT CENTERED DIAGNOSISDiagnosis
Biologis1. Post Gastroenteritis Akut Dehidrasi Sedang
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
1. Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.2. Kondisi
lingkungan dan rumah bersih dan sehat.
I. PENATALAKSANAANNon Medika mentosa
1. Bed Rest tidak total
Pasien diharapkan dapat beristirahat dengan cukup2. Diet Tinggi
Kalori Tinggi Protein (TKTP) Diharapkan agar penderita makan
makanan yang bergizi tinggi, juga minum susu untuk meningkatkan
daya tahan tubuh sehingga mempercepat kesembuhan dan berat badannya
akan meningkat.Medikamentosa
Pasien mendapat Zink dari puskesmas dan vitamin dari
Puskesmas.BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari ayah (Tn. S, 41 tahun), ibu (Ny. P, 30
tahun), kakak (An. H, 11 tahun), pasien (An. A, 2 tahun). Pasien
tinggal serumah dengan kedua orangtua dan kakak.
2. Fungsi Psikologis.
An. A tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakak. Hubungan
keluarga mereka secara umum terjalin sangat baik, hal ini terbukti
dengan permasalahan permasalahan yang ada diatasi dalam keluarga
ini. Pasien selalu berada dibawah pengawasan orang tuanya, walaupun
kedua orang tuanya mempunyai kesibukan masing-masing. Sikap pasien
sangat aktif dan interaksi dengan keluarga dan lingkungan sekitar
sangat baik. Hubungan antar anggota keluarga ini sangat dekat, hal
itu terlihat ketika pasien sakit, ibu dan ayah pasien cuti bekerja
untuk menjaga pasien di Puskesmas. 3. Fungsi Sosial
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, baru berusia 2
tahun. Pasien belum mempunyai kedudukan yang penting dalam keluarga
atau masyarakat. Pasien tidak rewel ketika diperiksa.
B. APGAR SCORE
Terwujudnya keluarga sejahtera adalah cita-cita semua pihak.
Karena apabila keluarga sejahtera terwujud maka berarti telah
terwujud pula keluarga yang sehat. untuk dapat mengukur sehat atau
tidak nya suatu keluarga menurut Rosen, Geyman dan Layton, 1980,
dikembangkanlah suatu metoda penilaian sederhana yang dikenal
dengan nama APGAR Keluarga.Pada metoda ini dilakukanlah terhadap
lima fungsi pokok keluarga, yang kemudian tergantung dari
pelaksanaan kelima fungsi keluarga tersebut dapat diketahui tingkat
kesehatan keluarga yang dinilai. Kelima fungsi keluarga yang
dinilai pada APGAR keluarga adalah:1. Adaptation (A) adaptasi (
tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkannya dari anggota keluarga lainnya.
2. Partnership (P) kemitraan ( tingkat kepuasan anggota keluarga
terhadap berkomunikasi, urun rembug dalam mengambil suatu keputusan
dan atau menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi dengan
anggota keluarga lainnya.
3. Growth (G) pertumbuhan ( tingkat kepuasaan anggota keluarga
terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan
pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga.
4. Affection (A) kasih sayang ( tingkat kepuasaan anggota
keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang
berlangsung dalam keluarga.
5. Resolve (R) kebersamaan ( tingkat kepuasan anggota keluarga
dalam kebersamaan membagi waktu dan ruang antar anggota
keluarga.
Setiap aspek diberi skor 0-2, kemudian dijumlahkan.Lima hal
tersebut dituangkan dalam sistem skoring, jika jawaban anggota
keluarga terhadap pertanyaan adalah sering/selalu maka diberi skor
2, jawaban kadang-kadang diberi skor 1 dan jawaban tidak pernah
diberi skor 0. Dengan demikian, penilaian terhadap fungsi keluarga
bersifat kuantitatif dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jumlah skor 7-10 disebut highly functional family. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis keluarga berjalan dengan baik
sehingga dapat dikatakan keluarga tersebut sehat dan saling
mendukung satu sama lain.
2. Jumlah skor 4-6 disebut moderately functional family
menunjukkan adanya beberapa fungsi keluarga yang tidak berjalan
dengan baik. Jika sebuah keluarga berada pada skor ini, maka perlu
dilakukan family therapy untuk memperbaiki fungsi fisiologis
keluarga.
3. Jumlah skor 0-3 disebut severely functional family. Hal ini
menandakan fungsi fisiologis suatu keluarga tidak berjalan
sebagainama mestinya. Family therapy harus segera diakukan pada
keluarga yang berada pada skor ini.
Tabel 2.1. APGAR An. A APGAR An. A Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama
Total poin = Sulit dievaluasi, disebabkan oleh pasien masih
berusia 2 tahunTabel 2.2. APGAR Tn. SAPGAR Tn. S Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah(
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya(
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru(
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll(
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama(
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Tn. S bekerja sebagai kepala keluarga yang sehari-hari bekerja
sebagai pedagang buah-buahan dan mengantarkan buah-buahan ke
supermarket di Surabaya, sehingga waktu untuk bersama keluarganya
tidak banyak.
Tabel 2.3. APGAR Ny. PAPGAR Ny. P Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah(
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya(
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru(
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll(
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama(
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
Ny. P adalah ibu pasien yang sehari-harinya bekerja sebagai
buruh pabrik di Pandaan, kadang-kadang mendapat shift jaga sore
sampai pagi, sehingga jarang berkumpul dengan keluarga.
Tabel 2.4. APGAR An. HAPGAR An. H Terhadap
KeluargaSering/selaluKadang-kadangJarang/tidak
ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah(
PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi
masalah dengan saya(
GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru(
ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian
dll(
RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu
bersama-sama(
Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik
An. H adalah kakak dari pasien yang sedang duduk di kelas 4
SD.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. R adalah
29 (APGAR pasien tidak termasuk), sehingga rata-rata APGAR dari
keluarga An. A adalah 9,67. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi
fisiologis yang dimiliki keluarga An. A dan keluarganya dalam
keadaan baik. Hubungan antar individu terjalin baik.C. SCREEMTabel
2.5. SCREEM Keluarga An.ASUMBERPATHOLOGYKET
SosialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga begitu
juga dengan tetangga dan di masyarakat cukup baik._
CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun
di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan_
Religius
Agama menawarkan pengalaman spiritual yang baik untuk ketenangan
individu yang tidak didapatkan dari yang lainPemahaman agama cukup
baik, pendrita dan keluarganya rajin menjalankan solat 5
waktu.-
EkonomiEkonomi keluarga ini tergolong cukup, untuk kebutuhan
primer sudah bisa terpenuhi.-
EdukasiPasien belum bersekolah.-
Medical
Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian khusus
terhadap kasus penderitaDalam mencari pengobatan, pasien dan
keluarganya langsung mencari layanan kesehatan ke puskesmas, dokter
atau Rumah Sakit_
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap:Desa Grajakan, Candi Wangkal RT XIV RW VIII,
Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo
Gambar 2.1. Genogram Keluarga An. A
Sumber : Data Primer, 12 September 2013E. INFORMASI POLA
INTERAKSI KELUARGA
Gambar 2.2. Pola Interaksi Keluarga An. ADalam keluarga ini
tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota
keluarga.
F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh
ibu?Jawab :
Ibu merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita.2.
Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah?
Jawab :
Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Selain itu ayah
bekerja untuk mendapatkan penghasilan dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dalam keluarga.
3. Ketika ayah dan ibu seperti itu apa yang dilakukan anggota
keluarga yang lain?
Jawab :
Ikut membantu dan mendukung dalam upaya kesembuhan penderita
dari penyakitnya.
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab :
Keputusan ayah sebagai kepala keluarga.
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu
penderita.6. Selanjutnya siapa?Jawab :
Selanjutnya adalah ayah dan kakak penderita.
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab :
Tidak ada8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab :
Tidak ada.
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga
lainnya?Jawab :
Tidak ada
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
An. A adalah anak kedua dari dua bersaudara. Pasien tinggal
bersama kedua orang tuanya dan kakaknya yang sekarang sedang
menempuh pendidikan Sekolah Dasar (kelas 4).
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi
aktivitas sehari-hari. Keluarga ini mempercayakan pemeriksaan atau
pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang
terletak dekat dengan rumah.Keluarga ini berusaha menjaga
kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan menyapu rumah dan
halaman. Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga
sehingga apabila ingin membuang hajatnya penderita dan keluarga
tidak perlu ke kali dahulu. Untuk melakukan kegiatan mencuci dan
mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air yang ada di
rumah.
2. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini tergolong
berpenghasilan cukup. Ayah pasien bekerja pedagang buah-buahan dan
mengantarkan buah-buahan ke supermarket di Surabaya. Ibu pasien
bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik di Pandaan. Ayah dan ibu
pasien secara bergantian mengawasi pasien jika salah satu
bekerja.Rumah yang dihuni keluarga cukup memadai dan hampir
memenuhi standar kesehatan. Lantai sudah berkeramik, tetapi
pencahayaan ruangan kurang, ventilasi kurang. Sampah keluarga
dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah.
Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika
sakit adalah Puskesmas Porong dan Puskesmas Krembung.B.
Identifikasi Lingkungan Rumah
Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6x15 m2, memiliki
taman di depan rumah dan terdapat pagar pembatas yang membatasi
rumah penderita dengan rumah tetangga. Terdiri dari ruang kamar
tamu, ruang keluarga dan tempat menonton TV, 3 kamar tidur, satu
kamar makan yang sering digunakan, dapur yang cukup luas, 1 ruangan
kecil untuk sholat, dan kamar mandi yang sudah memilki fasilitas
jamban keluarga sehingga penderita dan keluarga tidak harus ke kali
terlebih dahulu untuk membuang hajat.Terdiri dari 2 pintu keluar
(depan dan belakang), jendela dikamar tamu dan disetiap kamar
tidurnya namun semuanya jarang dibuka. Di depan rumah terdapat
teras. Lantai rumah sebagian besar sudah dikeramik. Ventilasi dan
penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan
sebagian besar belum ditutup langit-langit. Masing-masing kamar
memiliki dipan untuk meletakan kasur. Dinding rumah terbuat dari
batubata yang sebagian besar sudah dicat. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan mesin pompa air.
Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas. Menurut
Keputusan Menkes RI No. 829/MENKES/SK/VII/19991, rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
saran pembinaan keluarga. Menurut WHO, rumah adalah tempat untuk
tumbuh dan berkembang baik secara jasmani, rohani maupun sosial.
Adapun beberapa persyaratannya adalah sebagai berikut (Kesman,
2005) :1. Bangunan rumah
a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat yang
membahayakan kesehatan, misalnya:
1) Debu total tidak > 150g/m3
2) Asbes bebas tidak > 0,5 fiber/m3/4 jam
b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat berkembang
biaknya miroorganisme patogen.2. Komponen dan penataan ruang
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding, ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan lubang
ventilasi.
c. Dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air serta
mudah dibersihkan
d. Dinding rumah harus dapat mencegah kebisingan dari luar,
rumah yang baik kebisingannya < 50 dB
e. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan
f. Bubungan rumah yang memiliki tinggi > 10m harus dilengkapi
dengan penangkal petir
g. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai
ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, dapur, kamar
mandi dan ruang main anak.
h. Ruang dapur harus dilengkapi sarana pembuangan asap
3. Pencahayaan, alam atau buatan, langsung atau tidak langsung,
dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan
tidak menyilaukan
4. Kualitas udara
a. Suhu udara nyaman berkisar antara 18-30.
b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%.
c. Konsentrasi gas SO2 tidak >0.10 ppm/24 jam.
d. Pertukaran udara 5 kaki kubik / menit/ penghuni.
e. Konsentrasi gas CO2 tidak > 100 ppm/8 jam.
f. Konsentrasi gas formaldehid tidak > 120 mg/m3.
5. Ventilasi
a. Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal
10% dari luas lantai
b. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit langit
minimal 0.35% dari luas ruang yang bersangkutan
6. Binatang penular penyakit, tidak ada tikus yang bersarang di
dalam rumah.
7. Air
a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60
liter/hari/orang.
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
8. Tersedianya sarana penyimpanan makanan yang aman
9. Limbah
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber
air, tidak menimbulkan bau, tidak mencemari tanah
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau dan
pencemaran terhadap tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian
a. Tidak padat hunian adalah bila luas seluruh ruangan termasuk
kamar mandi dan jamban dibagi jumlah penghuni 10 m2/jiwa.
b. Luas ruang tidur minimal 8 m2 untuk 2 orang, kecuali anak
yang berusia < 5 tahunDenah Rumah:
Gambar 3.1. Denah RumahUkuran rumah: 6 x 15 m
BAB IVDAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
a. Diare lebih dari 5 kali dalam sehari b. Penderita muntah
kurang lebih 3-4 kali setiap kali minum susu2. Faktor resiko :
a. Kebersihan pribadi penderitaDIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN
(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang
ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan
pasien)
Gambar 4.1. Diagram Permasalahan PasienBAB V
PATIENT MANAGEMENT
A. Patient Centered Management
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan pada orang tuanya maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang
dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. c.
Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Memantau kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari
dokter.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan
evaluasi kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi
psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dan keluarga.
Menentramkan hati penderita terutama ibu penderita dengan
memberikan edukasi tentang penyakit penderita. Faktor yang paling
penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani
pengobatan sesuai petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan
makan makanan yang bergizi tinggi dan seimbang meskipun sederhana,
istirahat yang cukup. Jika penderita menolak makanan yang
diberikan, sebaiknya ibu penderita membuat makan menjadi semenarik
mungkin.3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Diberikan penjelasan yang benar mengenai faktor yang menyebabkan
diare. Mengajarkan pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan dari
rumah yang bergizi tinggi dan seimbang.4. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.
5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak jajan sembarangan,
selalu makan masakan rumah), lingkungan (tempat tinggal yang tidak
boleh lembab dengan penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian
genteng kaca sehingga pencahayaan cukup dan kebersihan lingkungan
rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu 2x/hari). BAB
VITINJAUAN PUSTAKA
DIAREA. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cair atau setengah cair dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K,
2009).Diare merupakan suatu gejala dari suatu penyakit, dan bukan
suatu penyakit tersendiri. Banyak penderita diare yang sering
mengeluh karena diare bahkan ada diantaranya yang keluhan utamanya
ialah mencret-mencret. Pada umumnya timbulnya diare karena passage
bolus makanan terlalu cepat dan terganggunya resopsi air dalam usus
besar, sehingga menyebabkan sering berak-berak (Hadi, 2002).B.
TANDA DAN GEJALA1. Diare (mencret)
2. Muntah
3. Mual
4. Demam
5. Nyeri abdomen
6. Membran mukosa mulut dan bibir kering
7. Fontanel cekung
8. Kehilangan berat badan
9. Tidak nafsu makan
10. Badan terasa lemah
11. Tinja yang berbentuk encer
12. BAB lebih dari 3 kali sehari atau bisa kurang dari 3 kali
sehari tetapi yang keluar kebanyakan air (Price, 2005)
C. ETIOLOGI
Etiologi diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi
(gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare.
Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:1. Infeksi
oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio
cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya
berlebihan dan patogenik seperti pseudomonas.2. Infeksi basil
(disentri)3. Infeksi virus rotavirus,4. Infeksi parasit oleh cacing
(Ascaris lumbricoides),
5. Infeksi jamur (Candida albicans),6. Infeksi akibat organ
lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan,
dan7. Keracunan makanan.D. KLASIFIKASI DIARE
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan (Simadibrata,
2009):
1) Lama waktu diare; akut atau kronik
2) Mekanisme patofisologis; osmotik atau sekretorik
3) Berat ringan diare; kecil atau besar
4) Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau non-infektif
Penyebab organik atau tidak: organik atau fungsionalAda lima
jenis klinis penyakit diare :
1) Diare akut bercampur dengan air. Gejala akut memiliki gejala
yang dating dengan tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari.
Bila mengalami diare akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan
penurunan berat badan jika tidak diberikan makan dan minum yang
cukup. Diare akut ini termasuk juga penyakit kolera.2) Diare
kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari yang
disebabkan oleh infeksi yang ditimbulkan oleh virus, bakteri dan
parasit maupun non infeksi.3) Diare akut bercampur darah. Selain
intensitas buang air besar yang meningkat, diare akut ini dapat
menyebabkan kerusakan usus halus, sepsis yaitu infeksi bakteri
dalam darah, malnutrisi atau kurang gizi dan dehidrasi.4) Diare
persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari. Dengan
bahaya utama adalah kurang gizi. Infeksi serius tidak hanya dalam
usus tetapi menyebar hingga ke luar usus halus. Diare dengan kurang
gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang lainnya, karena
mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau menyeluruh yang
berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral. Bahkan bisa
mengakibatkan gagal jantung (Mansjoer, 2000).Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penyakit Diare:a. Faktor SosiodemografiDemografi
adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan
perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan
komponenkomponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian,
migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin tertentu. Dalam pengertian yang
lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai karakteristik
individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan
demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi.
Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur,
status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi:
tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi Karakteristik ekonomi
meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra,
2000).
1. Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam
kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan
mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan
sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular,
diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan,
menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit
menular (Sander, 2005).
2. Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,
status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera
atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan
juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan terpapar yang
khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor
status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja
(Widyastuti, 2005).b. Faktor lingkungan
1. Sumber air minum
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar
55- 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%
dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat
kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan
sebagainya. Di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia tiap
orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara
kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah
kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan
masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut
tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang
tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian
kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral.
Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan
atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum,
jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang
dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).
2. Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan
lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui
tinja antara lain penyakit diare. syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah (Notoatmodjo, 2003) :
a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,
b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,
d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai
tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit
lainnya,
e) Tidak menimbulkan bau,
f) Pembuatannya murah, dan
g) Mudah digunakan dan dipelihara.
3. Jenis lantai rumah
Syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai rumah
dapat terbuat dari: ubin atau semen, kayu, dan tanah yang disiram
kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat
menimbulkan sarang penyakit (Notoatmodjo, 2003).c. Faktor
nutrisi
Beberapa makanan diketahui dapat menjadi penyebab dari diare.
Pada beberapa orang, makanan pedas juga dapat menyebabkan diare.
Hal ini terkait capcaisin yang terkandung dalam cabai yang dapat
mengiritasi mukosa usus. Keadaan mukosa yang teriritasi dapat
menyebabkan pengeluaran cairan yang berlebihan ke lumen usus
sehingga pasien mengalami diare.E. TERAPITabel 6.1. Pedoman
Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Diare Akut
Indikasi Pemberian Antibiotik Pilihan Antibiotik
Demam (suhu oral >38,50C), bloody stools,leukosit,
laktoferin, hemoccult, sindroma disentri Kuinolon 3 5 hari
Kotrimoksazole 3 5 hari
Travelers diarrhea Kuinolon 1 5 hari
Diare persisten (kemungkinan Giardiasis) Metronidazole 3x500 mg
selama 7 hari
Shigellosis Kotrimoksazole selama 3 hari
Kuinolon selama 3 hari
Intestinal Salmonellosis Kloramfenikol/Kotrimoksazole/Kuinolon
selama 7 hari
Campylobacteriosis Eritromisin selama 5 hari
EPEC Terapi sebagai Febrile Dysentry
ETEC Terapi sebagai Travelers diarrhea
EIEC Terapi sebagai Shigellosis
EHEC Peranan antibiotik belum jelas
Vibrio non kolera Terapi sebagai febrile dysentery
Aeromonas diarrhea Terapi sebagai febrile dysentery
Yersiniosis Umumnya dapat di terapi sebagai febrile
dysentri.Pada kasus berat : Ceftriaxon IV 1 g/6 jam selama 5
hari
Giardiasis Metronidazole 4 x 250 mg selama 7 hari.
Atau Tinidazole 2 g single dose atau Quinacine 3 x 100 mg selama
7 hari
Ingtestinal Amebiasis Metronidazole 3 x 750 mg 5 10 hari +
pengobatan kista untuk mencegah relaps:
Diiodohydroxyquin 3 x 650 mg 10 hari atau Paramomycin 3 x 500 mg
10 hari atau Diloxanide furoate 3 x 500 mg 10 hari
Cryptosporidiosis Untuk kasus berat atau immunocompromised :
Paromomycin 3 x 500 selama 7 hari
Kotrimoksazole 2 x 160/800 7 hari
Terapi Supportif/Simtomatik : Selama periode diare, dibutuhkan
intake kalori yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi
dan membantu pemulihan enterosit yang rusak. Obat-obatan yang
bersifat antimotiliti tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma
disentri yang disertai demam. Beberapa golongan obat yang bersifat
simtomatik pada diare akut dapat diberikan dengan pertimbangan
klinis yang matang terhadap cost-effective. Kontroversial seputar
obat simtomatik tetap ada, meskipun uji klinis telah banyak
dilakukan dengan hasil yang beragam pula, tergantung jenis diarenya
dan terapi kombinasi yang diberikan. Pada prinsipnya, obat
simtomatik bekerja dengan mengurangi volume feses dan frekwensi
diare ataupun menyerap air. Beberapa obat seperti Loperamid,
Difenoksilat, Kaolin, Pektin, Tannin albuminat, Aluminium silikat,
Attapulgite, dan Diosmectite banyak beredar bahkan dijual bebas
(Wingate, 2001).F. PROGNOSISPrognosis diare kronik maupun diare
akut ini sangat tergantung pada penyebabnya. Pada SKI prognosis
adalah baik, Pada penyakit endokrin,prognosis tergantung pada
penyakit dasarnya. Pada penyebab obat-obatan,tergantung pada
kemampuan untuk menghindari pemakaian obat-obat tersebut. Pada
pasca bedah prognosis tergantung pada sejauh mana akibat tindakan
operasi pada penderita di samping faktor penyakit dasarnya sendiri
(Carpenitto, 2000).
BAB VIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Segi Biologis :
An. A (2 tahun), menderita diare ( sudah dirawat(sudah sembuh
Status gizi An.A termasuk dalam kategori gizi cukup
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny. H cukup sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab, harmonis, dan hangat
Pengetahuan ibu akan penatalaksanaan diare cukup baik3. Segi
Sosial :
Problem ekonomi tidak terlalu berpengaruh dalam keluarga ini
karena pendapatan keluarga ini cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. 4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny, H cukup sehat.
B. Saran
Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah :
Preventif : penderita harus dibiasakan untuk mengkonsumsi
makanan yang bergizi tinggi dan seimbang, serta tidak jajan
sembarangan
Promotif : edukasi penderita dan keluarga makananyang sehat
untuk dikonsumsi Kuratif : saat ini penderita sudah dinyatakan
sembuh Rehabilitatif : memberikan makanan yang bergizi tinggi dan
seimbang DAFTAR PUSTAKACarpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan
Aplikasi Pada Praktek Klinis Edisi 6. Jakarta : EGC
Depkes, R. I., 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare.
Jakarta : Ditjen PPM dan PL.
Hadi, Sujono. 2002. Gatroenterologi. Bandung : P.T. Alumni
BandungKesman, Soedjajadi. 2005. Kesehatan Perumahan dan Lingkungan
Pemukiman. Available from URL :
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-1-04.pdf. Diakses
pada tanggal 29 November 2011. Mantra, I. B., 2000. Demografi Umum.
Jakarta : Pustaka Pelajar.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Aesculapius
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi dalam Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Sander, M. A., 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan
Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo.
Jurnal Medika. Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005 : 163-193.
Simadibrata ,Marcellus dan daldiyono. 2009. Diare akut dalam
buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : internapublishing.
Widyastuti, P., (ed). 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, edisi
2. Jakarta : EGC.
Wingate D, Phillips SP, Lewis SJ, et al. 2001. Guidelines for
adults on self-medication for the treatment of acute diarrhoea,
Aliment Pharmacol Ther:15;771-82.
Ny. P, 30
Tn. S, 41
An. A, 11
Ny. P, 30
An. H, 11
Tn. S, 41
1. makanan yang tidak seimbang
3. PHBS
2. intoleransi makanan
An. A,
2 th
Teras
An. A, 2
An. H, 11
Kamar Tidur
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Ruang Keluarga
Kamar Tidur
Mushola Ruang Makan
Kamar MandiDapur
WC
Keterangan:
: hubungan baik
: hubungan tidak baik
Keterangan :
Tn. S: Ayah Pasien
Ny. P: Ibu Pasien
An. H: Kakak Pasien
An. A: Pasien
PAGE 25