BAB I
PAGE 19
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang
Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
dengan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Malaria dapat
ditemui hampir di seluruh dunia, terutama Negara-negara beriklim
tropis dan subtropics. Setiap tahunnya ditemukan 300-500 juta kasus
malaria yang mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian terutama di
negara-negara benua Afrika.(1,2,3)Upaya penanggulangan di Indonesia
telah sejak lama dilaksanakan, namun daerah endemis malaria
bertambah luas, bahkan menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2001, terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap
tahunnya. Dari 295 kabupaten/kota yang ada di Indonesia, 167
kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria.(3)
Beberapa upaya dilakukan untuk menekan angka kesakitan dan
kematian akibat malaria, yaitu melalui program pemberantasan
malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini,
pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vector yang
kesemuanya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan
malaria.(3)B. Tujuan 1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien Malaria
dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari tanggal 16-17
Desember 2014
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga,
dan siklus keluarga) dari keluarga pasien Malaria. b. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah kesehatan pada
pasien Malaria dan keluarganya.c. Mendapatkan pemecahan masalah
kesehatan pasien Malaria dan keluarganyaC. Manfaat 1. Bagi
PenulisMenambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga,
serta penatalaksanaan malaria dengan pendekatan kedokteran
keluarga.
2. Bagi Tenaga KesehatanSebagai bahan masukan kepada tenaga
kesehatan agar setiap memberikan penatalaksanaan kepada pasien
malaria dilakukan secara holistik dan komprehensif serta
mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses penyembuhan
3. Bagi Pasien dan KeluargaMemberikan informasi kepada pasien
dan keluargamya bahwa keluarga juga memiliki peranan yang cukup
penting dalam kesembuhan pasien.BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Definisi
Malaria merupakan suatu penyakit akut maupun kronik, yang
disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi klinis
berupa demam, anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli
lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut maupun kronik
yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan
gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.(4)B.
Epidemiologi Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin
lebih berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang
lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan dapat
maningkatkan resiko malaria. Ada beberapa faktor yang turut
mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah (5,6):1. Ras atau
suku bangsaPada penduduk benua Afrika prevalensi Hemoglobin S (HbS)
cukup tinggi sehingga lebih tahan terhadap infeksi P. falciparum
karena HbS dapat menghambat perkembangbiakan P. falciparum.2.
Kekurangan enzim tertentuKekurangan terhadap enzim Glukosa 6
Phosphat Dehidrogenase (G6PD) memberikan perlindungan terhadap
infeksi P. falciparum yang berat. Defisiensi terhadap enzim ini
merupakan penyakit genetik dengan manifestasi utama pada wanita.3.
Kekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu mengancurkan
Plasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.
C. EtiologiMalaria disebabkan oleh protozoa darah yang termasuk
ke dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini merupakan protozoa
obligat intraseluler. Pada manusia terdapat 4 spesies yaitu
Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan
Plasmodium ovale. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk
betina Anopheles ataupun ditularkan langsung melalui transfusi
darah atau jarum suntik yang tercemar serta dari ibu hamil kepada
janinnya.(6,7)Malaria vivax disebabkan oleh P. vivax yang juga
disebut juga sebagai malaria tertiana. P. malariae merupakan
penyebab malaria malariae atau malaria kuartana. P. ovale merupakan
penyebab malaria ovale, sedangkan P. falciparum menyebabkan malaria
falsiparum atau malaria tropika. Spesies terakhir ini paling
berbahaya, karena malaria yang ditimbulkannya dapat menjadi berat
sebab dalam waktu singkat dapat menyerang eritrosit dalam jumlah
besar, sehingga menimbulkan berbagai komplikasi di dalam
organ-organ tubuh.(3,7)D. Siklus Hidup PlasmodiumParasit malaria
memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk anopheles betina.(7)1. Silkus Pada Manusia
Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia,
sporozoit yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke
dsalam peredaran darah selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu
sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000
sampai 30.000 merozoit hati. Siklus ini disebut siklus
eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Pada
P. vivak dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang memjadi bentuk dorman
yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam
sel hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu
saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh).(3,7)Merozoit yang berasal dari skizon
hati yang pecah akan masuk ke dalam peredaran darah dan menginfeksi
sela darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit).
Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi skizon) pecah dan merozoit yang keluar
akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang
disebut dengan siklus eritrositer. Setelah 2-3 siklus skizogoni
darah, sebagian merozoit yang meninfeksi sel darah merah dan
membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.(3,7)2.
Siklus Pada Nyamuk Anopheles BetinaApabila nyamuk Anopheles betina
menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk,
gamet jantan dan gamet betina melakukan pembuahan menjadi zigot.
Zigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding
lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet akan menjadi
ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit yang nantinya akan
bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.(3,7)
Masa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis
yang ditandai dengan demam bervariasi, tergantung dari spesies
Plasmodium. Sedangkan masa prepaten atau rentang waktu mulai dari
sporozoit masuk sampai parasit dapat dideteksi dalam darah dengan
pemeriksaan mikroskopik.(3,7)E. Patogenesis MalariaPatogenesis
malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada terjadinya
peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi
intravaskuler. Oeleh karena skizogoni menyebabkan kerusakan
eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding
dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit selain
yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin
malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian
eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain
yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya
antibodi terhadap eritrosit.(6)Limpa mengalami pembesaran dan
pembendungan serta pigmentasi sehingga mudah pecah. Dalam limpa
dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi hyperplasia dari
retikulosit diserta peningkatan makrofag.(6)
Pada malaria beratm mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan
invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit
yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur
danmbiomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit.
Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport
membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan
resetting(8).Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit
yang telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian
endotelium venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat
melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk
roset. (4).
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah
eritrosit yang mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh
sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentu
seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan
darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi.(4,8)Menurut pendapat ahli lain,
patogenesis malaria adalah multifaktorial dan berhubungan dengan
hal-hal sebagai berikut:1. Penghancuran eritrositFagositosis tidak
hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia
dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat
dapat terjadi hemoglobinuria (black white fever) dan dapat
menyebabkan gagal ginjal(9).2. Mediator endotoksin-makrofagPada
saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag
yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator.
Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit malaria
sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang merupakan
suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan hewan
yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan
demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit pernapasan pada orang
dewasa(9).3. Sekuestrasi eritrosit yang terlukaEritrosit yang
terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk tonjolan-tonjolan
(knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen dan
bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas
eritrosit yang mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat
dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam.
Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk
gumpalan yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia
dan edema jaringan(9).F. Patologi Malaria
Sporozoit pada fase eksoeritrosit bermultiplikasi dalam sel
hepar tanpa menyebabkan reaksi inflamasi, kemudian merozoit yang
dihasilkan menginfeksi eritrosit yang merupakan proses patologi
dari penyakit malaria. Proses terjadinya patologi malaria serebral
yang merupakan salah satu dari malaria berat adalah terjadinya
perdarahan dan nekrosis di sekitar venula dan kapiler. Kapiler
dipenuhi leukosit dan monosit, sehingga terjadi sumbatan pembuluh
darah oleh roset eritrosit yang terinfeksi(4,10).G. Manifestasi
Klinis
Malaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit atau
skizon), pengaruh GPI (glycosyl phosphatidylinositol) atau
terbentuknya sitokin atau toksin lainnya. Pada beberapa penderita,
demam tidak terjadi (misalnya pada daerah hiperendemik) banyak
orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran karakteristik dari
malaria ialah demam periodic, anemia dan
splenomegali(4,8,10,11).Manifestasi umum malaria adalah sebagai
berikut:
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari
spesies parasit (terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga
untuk P. malariae), beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya
atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara infeksi
yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi
(misalnya transfuse darah yang mengandung stadium
aseksual)(4,12).2. Keluhan-keluhan prodromal
Keluhan-keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya
demam, berupa: malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang,
nyeri pada tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare
ringan dan kadang-kadang merasa dingin di punggung. Keluhan
prodromal sering terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedangkan P.
falciparum dan P. malariae keluhan prodromal tidak jelas(12).3.
Gejala-gejala umum
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria
(malaria proxym) secara berurutan:
a. Periode dingin
Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita
sering membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat
menggigil, sering seluruh badan gemetar, pucat sampai sianosis
seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur(4,11,`2).b.
Periode panas
Wajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi
cepat dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai 40oC atau lebih,
penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala,
nyeri retroorbital, muntah-muntah dan dapat terjadi syok. Periode
ini berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai 2 jam atau
lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat(4,11,12).c. Periode
berkeringat
Penderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh
tubuh, penderita merasa capek dan sering tertidur. Bial penderita
bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan
biasa(4,12).Anemia merupakan gejala yang sering ditemui pada
infeksi malaria, dan lebih sering ditemukan pada daerah endemik.
Kelainan pada limpa akan terjadi setelah 3 hari dari serangan akut
dimana limpa akan membengkak, nyeri dan hiperemis(4,12).Hampir
semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. pada
infeksi P. falciparum dapat meimbulkan malaria berat dengan
komplikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut
WHO didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual
dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut:(4,12)1. Malaria
serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.2.
Anemia berat (Hb1:20 dinyatakan positif. I. Pengobatan Malaria
Obat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain
klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kina, primakuin, serta derivate
artemisin. Klorokuin merupakan obat antimalaria standar untuk
profilaksis, pengobatan malaria klinis dan pengobatan radikal
malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan malaria,
sulfadoksin-pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal
penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Kina merupakan obat
anti malaria pilihan untuk pengobatan radikal malaria falciparum
tanpa komplikasi. Selain itu kina juga digunakan untuk pengobatan
malaria berat atau malaria dengan komplikasi. Primakuin digunakan
sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis, pengobatan
radikal dan pengobatan malaria berat. Artemisin digunakan untuk
pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten
multidrugs.(14).Beberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai
antimalaria. Khusus di Rumah Sakit, obat tersebut dapat digunakan
dengan kombinasi obat antimalaria lain, untuk mengobati penderita
resisten multidrugs. Obat antibiotika yang sudah diujicoba sebagai
profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah derivate
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin,
sulfametoksazol-trimetoprim dan siprofloksasin. Obat-obat tersebut
digunakan bersama obat anti malaria yang bekerja cepat dan
menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina(14).1.
Pengobatan malaria falciparumLini pertama:
Artesunat+Amodiakuin+Primakuindosis artesunat= 4 mg/kgBB (dosis
tunggal), amodiakuin= 10 mg/kgBB (dosis tunggal), primakuin= 0,75
mg/kgBB (dosis tunggal).
Apabila pemberian dosis tidak memungkinkan berdasarkan berat
badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur. Dosis makasimal penderita dewasa yan dapat diberikan
untuk artesunat dan amodiakuin masing-masing 4 tablet, 3 tablet
untuk primakuin.Tabel 1. Pengobatan Lini Pertama Malaria Falciparum
Menurut Kelompok Umur(3).
HariJenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln2-11 bln1-4 th5-9 th10-14 th15 th
IArtesunat1234
Amodiakuin1234
Primakuin--1 22-3
IIArtesunat1234
Amodiakuin1234
IIIArtesunat1234
Amodiakuin1234
Kombinasi ini digunakan sebagai pilihan utama untuk pengobatan
malaria falciparum. Pemakaian artesunat dan amodiakuin bertujuan
untuk membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin
bertujuan untuk membunuh gametosit yang berada di dalam
darah(3).
Pengobatan lini kedua malaria falciparum diberikan bila
pengobatan lini pertama tidak efektif.Lini kedua:
Kina+Doksisiklin/Tetrasiklin+Primakuin
Dosis kina=10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), doksisiklin=
4 mg/kgBB/hr (dewasa, 2x/hr selama 7 hari), 2 mg/kgBB/hr (8-14 th,
2x/hr selama 7 hari), tetrasiklin= 4-5 mg/kgBB/kali (4x/hr selama 7
hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita, pemberian obat dapat diberikan berdasarkan
golongan umur.Tabel 2. Pengobatan Lini Kedua Untuk Malaria
falciparum
HariJenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-11 bln1-4 th5- 9 th10-14 th 15 th
IKina*3x3x13x3x2-3
Doksisiklin---2x1**2x1***
Primakuin-122-2
II-VIIKina*3x3x13x3x2-3
Doksisiklin---2x1**2x1***
*: dosis diberikan per kgBB**: 2x50 mg doksisiklin
***: 2x100 mg doksisiklin2. Pengobatan malaria vivax dan malaria
ovaleLini pertama: Klorokuin+PrimakuinKombinasi ini digunakan
sebagai piliha utama untuk pengobatan malaria vivax dan ovale.
Pemakaian klorokuin bertujuan membunuh parasit stadium aseksual dan
seksual. Pemberian primakuin selain bertujuan untuk membunuh
hipnozoit di sel hati, juga dapat membunuh parasit aseksual di
eritrosit(3).
Dosis total klorokuin= 25 mg/kgBB (1x/hr selama 3 hari),
primakuin= 0,25 mg/kgBB/hr (selama 14 hari).
Apabila pemberian dosis obat tidak memungkinkan berdasarkan
berat badan penderita obat dapat diberikan berdasarkan golongan
umur, sesuai dengan tabel.Tabel 3. Pengobatan Malaria vivax dan
Malaria ovale
HariJenis obatJumlah tablet menurut kelompok umur (dosis
tunggal)
0-1 bln2-11 bln1-4 th5-9 th10-14 th15 th
IKlorokuin1233-4
Primakuin--1
IIKlorokuin1233-4
Primakuin--1
IIIKlorokuin1/8112
Primakuin--1
IV-XIVPrimakuin--1
Pengobatan efektif apabila sampai dengan hari ke 28 setelah
pemberian obat, ditemukan keadaan sebagai berikut: klinis sembuh
(sejak hari keempat) dan tidak ditemukan parasit stadium aseksual
sejak hari ketujuh(3). Pengobatan tidak efektif apabila dalam 28
hari setelah pemberian obat:(3) Gejala klinis memburuk dan parasit
aseksual positif, atau
Gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang atau timbul kembali setelah hari ke-14.
Gejala klinis membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali
antara hari ke-15 sampai hari ke-28 (kemungkinan resisten, relaps
atau infeksi baru).
Pengobatan malaria vivax resisten klorokuin
Lini kedua: Kina+Primakuin
Dosis kina= 10 mg/kgBB/kali (3x/hr selama 7 hari), primakuin=
0,25 mg/kgBB (selama 14 hari).
Dosis obat juga dapat ditaksir dengan menggunakan tabel dosis
berdasarkan golongan umur sebagai berikut:
Tabel 4. Pengobatan Malaria vivax Resisten Klorokuin
HariJenis obatJumlah tablet perhari menurut kelompok umur
0-1 bln2-11 bln1-4 th5-9 th10-14 th 15 th
1-7Kina**3x3x13x23x3
1-14Primakuin--1
*: dosis diberikan per kgBBPengobatan malaria vivax yang
relaps
Sama dengan regimen sebelumnya hanya dosis primakuin yang
ditingkatkan. Dosis klorokuin diberikan 1 kali perhari selama 3
hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB dan primakuin diberikan selama
14 hari dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari. Dosis obat juga dapat
ditaksir dengan menggunakan tabel dosis berdasarkan golongan
umur(3).Tabel 5. Pengobatan Malaria vivax yang Relaps
HariJenis obatJumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln2-11 bln1-4 th5-9 th10-14 th 15 th
1Klorokuin1233-4
Primakuin--112
2Klorokuin-233-4
Primakuin--112
3Klorokuin1/8112
Primakuin--112
14-14Primakuin--112
3. Pengobatan malaria malariaeKlorokuin 1 kali perhari selama 3
hari, dengan dosis total 25 mg/kgBB. Klorokuin dapat membunuh
parasit bentuk aseksual dan seksual P. malariae. Pengobatan dapat
juga diberikan berdasarkan golongan umur penderita(3).Tabel 6.
Pengobatan Malaria Malariae
HariJenis obatJumlah tablet menurut kelompok golongan umur
0-1 bln2-11 bln1-4 th5-9 th10-14 th 15 th
IKlorokuin1233-4
IIKlorokuin1233-4
IIIKlorokuin1/8112
4. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi
malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat.
Kemoprofilaksis ini ditujukan kepada orang yang bepergian ke daerah
endemis malaria dalam waktu yang tidak terlalu lama, seperti turis,
peneliti, pegawai kehutanan dan lain-lain. Untuk kelompok atau
individu yang akan bepergian atau tugas dalam jangka waktu yang
lama, sebaiknya menggunakan personal protection seperti pemakaian
kelambu, kawat kassa, dan lain-lain(3).
Oleh karena P. falciparum merupakan spesies yang virulensinya
cukup tinggi maka kemoprofilaksisnya terutama ditujukan pada
infeksi spesies ini. Sehubungan dengan laporan tingginya tingkat
resistensi P. falciparum terhadap klorokuin, maka doksisiklin
menjadi pilihan. Doksisiklin diberikan setiap hari dengan dosis 2
mg/kgBB selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Kemoprofilaksis untuk
P. vivax dapat diberikan klorokuin dengan dosis 5 mg/kgBB setiap
minggu. Obat tersebut diminum 1 minggu sebelum masuk ke daerah
endemis sampai 4 minggu setelah kembali.(3).Tabel 7. Dosis
Pengobatan Pencegahan Dengan Klorokuin
Golongan umur (thn)Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal,
1x/minggu)
142
J. Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan
ketepatan diagnosis serta pengobatan(3).
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas
yang dilaporkan pada anak-anak 15%, dewasa 20% dan pada kehamilan
meningkat sampai 50%.
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ
lebih baik daripada gangguan 2 atau lebih fungsi organ(3).
a. Mortalitas dengan gangguan 3 fungsi organ adalah 50%.
b. Mortalitas dengan gangguan 4 atau lebih fungsi organ adalah
75%.
c. Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas
yaitu:
1) Kepadatan parasit 1%.
3) Kepadatan parasit >500.000/L, maka mortalitas >5%.BAB
III
KUNJUNGAN RUMAH
A. Tinjauan kasus
Tanggal kunjungan: 15 Desember 2014
Kelurahan Puday RT 1/RW 1, Kecamatan AbeliB. Data identitas
pasienNama Penderita: Tn. NasruddinUmur : 34 Tahun
Pendidikan : SMPPekerjaan: Pencari plasma gaharuSuku: Bugis
Agama: IslamTabel 8. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam
1 rumahNo.Nama anggotaUmur
L/PHubungan keluargaPendidikan/ pekerjaanKeadaan fisik
1.Tn. DarwisL/57 tahunKKSD/Nelayan Sehat
2.Ny. MusniaP/55TahunIstriSD/ IRTSehat
3.Tn. NasruddinL/ 34 tahunAnakSMP/WiraswastaSakit
4.Tn. JohnL/28 TahunAnak SMP/WiraswastaSehat
5.Ny. JusniaP/29 tahun Menantu SMP/IRTSehat
6.Muh. AkbarL/10 tahunCucuSDSehat
7.Muh. RyanL/7 tahunCucuSDSehat
C. Genogram keluargaGambar 1. Genogram keluarga pasien
Keterangan:
: Penderita
: istri
: perempuan
: Laki-lakiD. Anamnesis
1. Keluhan utama : Demam sejak 3 bulan yang lalu 2. Riwayat
penyakit sekarang
Sejak 3 bulan sebelum datang ke puskesmas, pasien mengeluh
demam, demam naik turun, terjadi pada siang hari maupun malam hari.
Pasien mengeluh demam diawali dengan menggigil, lamanya kira-kira
15 menit. Dan ketika demam turun pasien berkeringat banyak dan
badan terasa lebih baikan. Pasien juga mengeluh badan terasa
pegal-pegal dan kepala pusing, mual (+), muntah (+) dengan isi apa
yang dimakan, nyeri ulu hati (+) dan nafsu makan berkurang. BAK
tidak ada keluhan, warna kuning pekat jernih, darah(-), nyeri (-).
BAB tidak ada keluhan, warna kuning kecoklatan, darah (-), lendir
(-). Pasien mengaku 4 bulan yang lalu ke Timika Papua dan tinggal
di dalam hutan untuk mencari plasma gaharu selama 2,5 bulan. Pasien
dalam 2 minggu tinggal di dalam hutan, selama 3 hari ke kota untuk
membeli bahan makanan, dan selanjutnya masuk lagi ke hutan. Pasien
menggambarkan bahwa masyarakat yang tinggal di dalam hutan tidak
menjaga kebersihan dengan baik. Sampah berserakan dan berkumpul di
mana-mana, bahkan pola kebersihan diri tidak terjaga. Pasien
mengaku tinggal di sebuah pondok bambu kecil yang mereka dirikan di
dekat kali. 2 bulan setelah tinggal di dalam hutan, pasien
merasakan gejala tersebut di atas, kemudian memeriksakan diri ke
dokter. Pasien kemudian dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil
Malaria Tropikana (++). Pasien kemudian diberi obat (Kina) dan
mengonsumsinya selama 2 hari. Merasa lebih baik, pasien tidak lagi
mengonsumsi obat. Namun gejala tersebut terjadi kembali 3 minggu
kemudian, sehingga pasien kembali ke Kendari dan memeriksakan
diri.3. Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat sakit dengan keluhan yang sama sebelumnya disangkal.
Riwayat berpergian ke luar daerah sebelum sakit (+). Riwayat
transfuse darah sebelum sakit (-).4. Riwayat kebiasaan pasien
Pasien seorang perokok yang menghabiskan 1 bungkus rokok dalam 2
hari. Pasien mengonsumsi alkohol sudah dalam waktu yang lama
Pasien pengguna sabu-sabu sejak 3 bulan yang lalu5. Riwayat
penyakit keluarga
Ayah menderita katarak Ibu menderita hipertensi
6. Riwayat Kontak
Diakui pasien bahwa teman yang berangkat bersamanya ke Timika
Papua juga mengalami hal yang sama, namun gejala mereka timbul
hampir bersamaan.
E. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum
1. Keadaan sakit
: tampak sakit sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
3. Suhu
: 36,4C
4. Tekanan darah
: 110/70 mmHg
5. Nadi
: 92 x/menit
6. Pernafasan
: 18 x/menit
Pemeriksaan Organ
1. KepalaBentuk : normocephal
2. Mata
Exopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva: anemis (+/+)
Sklera: ikterik (-/-)
Kornea: normal
Pupil: bulat, isokor, reflex cahaya +/+Lensa: normal, keruh
(-)
3. Hidung: tak ada kelainan
4. Telinga : tak ada kelainan
5. Mulut dan Lidah: putih kotor/ulkus (-)
6. LeherKGB: tak ada pembesaranKel.tiroid: tak ada
pembesaran
7. Thorak:
Paru :
Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
Palpasi: Fremitus kiri dan kanan normal
Perkusi: Sonor
Auskustasi: suara nafas vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba 1 jari LMCS RIC V
Perkusi: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-)
8. Abdomen:
Inspeksi: datar, venektasi (-), jaringan parut (-) Auskultasi:
BU (+) normal Palpasi: Nyeri tekan epigastrium (+), hepar dan lien
tidak teraba, tugor kulit baik. Perkusi: Timpani, nyeri CVA (-)9.
Ektremitas: Akral hangat, edema (-), petechi (-), uji torniquet
(-), Reflek fisiologis +/+, Reflek Patologis -/-,
CRT < 2 detik.
F.Pemeriksaan penunjang yang diperlukan1. Pemeriksaan darah
rutin2. Pemeriksaan Urin rutin
3. Pemeriksaan darah tepi (apusan darah tebal, apusan darah
tipis)
4. P-F Test / Rapid test
GAlasan diperlukan pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin bertujuan untuk mengetahui anemia,
leukopeni, monositosis, dll.2. Pemeriksaan urin rutin bertujuan
untuk mengetahui adanya albimuria/proteinuria, adanya hialin atau
Kristal yang granuler, dll.3. Pemeriksaan apusan darah tebal dan
tipis untuk mengetahui : Ada/tidaknya parasit malaria.
Spesies dan stadium Plasmodium Kepadatan parasite4. P-F
test/Rapid test : Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi
antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda
immunokromatografi dalam bentuk dipstik.
H.Hasil laboratorium
Berdasarkan pemeriksaan mikroskopik di Timika Papua, didapatkan
hasil pemeriksaan mikroskopik (++) untuk plasmodium falsiparum,
namun hasil pemeriksaan ada di Timika. Hasil pemeriksaan DR pada
9/12/2014 :
Eritrosit: 4.52 x 106 mm3 Leukosit : 5,4 x 103 mm3 Trombosit :
96 x 103 mm3 Hematokrit : 27,2 %
Hb
: 8,7 g/dL
I.Diagnosis kerja
Febris e.c Malaria klinis
J.Diagnosis Banding
Febris et causa MalariaFebris et causa DBD
Febris et causa Demam Dengue
K.Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Mengingat bahwa demam yang dirasakan oleh pasien lebih
disebabkan karena gigitan nyamuk, maka pasien dianjurkan untuk
membersihkan lingkungan disekitar rumah sehingga tidak menjadi
tempat nyamuk bersarang, serta mengubur barang-barang bekas. Tidur
menggunakan kelambu atau menggunakan obat nyamuk, menggunakan
jaring pada ventilasi agar nyamuk tidak masuk ke dalam rumah,
menguras bak mandi dan tempat-tempat panampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali, menjaga kebersihan dan
kerapihan rumah, salah satunya tidak sering menggantung atau
menumpuk baju yang akan menjadi tempat nyamuk bersarang, meminum
oabt yang teratur dan istirahat yang cukup, meningkatkan daya tahan
tubuh dengan mengatur pola makan yang bergizi untuk pemulihan
kesehatan tubuh pasien, pola hidup yang sehat dan bersih.
Selain itu, diketahui bahwa pasien adalah seorang yang merokok,
mengonsumsi alcohol dan shabu-shabu, maka dianjurkan kepada pasien
untuk menghindari hal tersebut. Merokok dikurangi secara
perlahan-lahan, sedangkan alcohol dan narkoba harus dihentikan.
Sebaiknya pasien perlu ke pusat rehabilitasi narkoba, sehingga
dapat bertahan dari kecanduan terhadap narkotika tersebut.
L.Pasien ini perlu dirujuk
Pasien ini perlu dirujuk apabila gejala yang ada semakin berat.
Selain itu, pasien juga perlu dirujuk untuk melakukan rehabilitasi
sebagai pengguna narkoba.
M.Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang
penyakit yang di derita
Adapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya
tentang penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang malaria,
penyebab dan faktor pencetusnya, komplikasi dan penatalaksanaannya.
Misalnya menjelaskan bahwa malaria itu merupakan suatu penyakit
akut maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium
dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Parasit malaria yang terdapat di Indonesia yaitu, Plasmodium
vivax yang menyebabkan Malaria tertiana dan Plasmodium falciparum
yang menyebabkan malaria tropikana. Plasmodium malariae juga pernah
dijumpai, tapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan di
Irian Jaya dan Pulau Owi (utara Irian Jaya). Terdapat daerah-daerah
dengan insiden malaria yang tinggi, seperti daerah Papua, umumnya
ditemukan infeksi malaria karena P. falciparum. Daur hidup parasit
malaria dimulai ketika nyamuk anopheles menggigit manusia. Parasite
ini kemudian menuju ke hati dan limpa, kemudian berinvasi ke dalam
sel darah merah dan menghancurkannya. Hal ini yang menyebabkan
pasien dengan malaria mengalami demam, kurang darah dan kadang
disertai pembesaran organ (limpa). Malaria apabila tidak diobati,
dapat menyebabkan komplikasi berupa malaria serebral, derajat
kesadaran menurun, anemia berat (Hb