DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
KELAS 3B
NO. ABSEN 17-33
Perawatan Home Care Pada Pasien Hipertensi
BAB I
.PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat dengan misi membuat rakyat sehat. Guna
mewujudkan visi dan misi tersebut berbagai program kesehatan telah
dikembangkan termasuk pelayanan kesehatan di rumah.
Pelayanan kesehatan di rumah merupakan program yang sudah ada
dan perlu dikembangkan, karena telah menjadi kebutuhan masyarakat,
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dan memasyarakat
serta menyentuh kebutuhan masyarakat yakni melalui pelayanan
keperawatan Kesehatan di rumah atau Home Care. Berbagai faktor yang
mendorong perkembangannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat yaitu
melalui pelayanan keperawatan kesehatan di rumah.
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 %
menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 %
mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan,
serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah
memerluka ijin oprasional.
Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan
keperawatan kesehatan dirumah atara lain : Kebutuhan masyarakat,
perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang
mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Home care ini sangat cocok jika diberikan kepada pasien dengan
penyakit kronis yang tak kunjung sembuh.
Salah satu penyakit kronis yang di diderita oleh masyarakat dan
membutuhkan waktu yang lama untuk proses kesembuhannya adalah
penyakit hipertensi. Penyakit ini banyak diderita masyarakat dan
membutuhkan perawatan yang intensif. Tentu saja akan membutuhkan
biaya yang sangat besar, mulai dari biaya transportasi hingga biaya
untuk perawatan di rumah sakit.
Berdasarkan hal di atas penulis tartarik untuk menyusun makalah
tentang rencana perawatan homecare pada penderita hipertensi.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas masalah yang akin di bahas
dalam makalah ini adalah
1.2.1 bagaimana konsep home care ?
1.2.2 bagaimana konsep hipertensi ?
1.2.3 bagaimana konsep home care pada penderita hipertensi ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah
1.3.1 Menjelaskan tentang konsep homecare
1.3.2 Menjelaskan tentang konsep hipertensi
1.3.3 Menjelaskan tentang konsep homecare pada penderita
hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Home Care
2.1.1 Pengertian Home Care
Perawatan kesehatan di rumah merupakan salah satu jenis dari
perawatan jangka panjang (Long term care) yang dapat diberikan oleh
tenaga profesional maupun non profesional yang telah mendapatkan
pelatihan. Perawatan kesehatan di rumah yang merupakan salah satu
bentuk pelayanan kesehatan adalah suatu komponen rentang pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada
individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang bertujuan untuk
meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan kesehatan serta
memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari
penyakit termasuk penyakit terminal. Pelayanan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien individual dan keluarga, direncanakan,
dikoordinasi dan disediakan oleh pemberi pelayanan yang diorganisir
untuk memberi home care melalui staf atau pengaturan berdasarkan
perjanjian atau kombinasi dari keduanya (Warhola C, 1980).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah
sebagai bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat
mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan
kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah
sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge
planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit.
Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah
sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien
berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan
di rumah.
Menurut American of Nurses Association (ANA) tahun 1992
pelayanan keseatan di rumah adalah perpaduan perawatan kesehatan
masyarakat dan ketrampilan teknis yang terpilih dari perawat
spesialis yang terdiri dari perawat komunitas, perawat gerontologi,
perawat psikiatri, perawat maternitas dan perawat medikal bedah.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan perawatan kesehatan
di rumah adalah :
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan
memandirikan klien dan keluarganya,
Pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal klien dengan
melibatkan klien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut
berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan,
Pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek
administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai
kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di
bidang kesehatan maupun non kesehatan (Depkes, 2002).
2.1.2 Pelayanan keperawatan Home Care Meliputi :
Pelayanan keperawatan yang diberikan meliputi pelayanan primer,
sekunder dan tersier yang berfokus pada asuhan keperawatan klien
melalui kerjasama dengan keluarga dan tim kesehatan lainnya.
Perawatan kesehatan di rumah adalah spektrum kesehatan yang luas
dari pelayanan sosial yang ditawarkan pada lingkungan rumah untuk
memulihkan ketidakmampuan dan membantu klien yang menderita
penyakit kronis (NAHC, 1994).
2.1.3 Perkembangan Perawatan Kesehatan di Rumah
Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal
masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat
inap dan rawat jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang
menderita sakit karena berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di
rumah dan tidak dirawat inap di institusi pelayanan kesehatan.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan di
rumah adalah :
Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak
efisien lagi apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan.
Misalnya pasien kanker stadium akhir yang secara medis belum ada
upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang
relatif lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya
kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.
Misalnya pasien pasca stroke yang mengalami komplikasi kelumpuhan
dan memerlukan pelayanan rehabilitasi yang membutuhkan waktu
relatif lama,
Manajemen rumah sakit yang berorientasi pada profit, merasakan
bahwa perawatan klien yang sangat lama (lebih 1 minggu) tidak
menguntungkan bahkan menjadi beban bagi manajemen,
Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat
menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan
aturan-aturan yang ditetapkan,
Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi
sebagian klien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit,
sehingga dapat mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).
2.1.4 Tujuan Perawatan Kesehatan Home Care
Perawatan kesehatan di rumah bertujuan :
1. Membantu klien memelihara atau meningkatkan status kesehatan
dan kualitas hidupnya,
2. Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada
anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan,
3. Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar keluarga,
4. Membantu klien tinggal atau kembali ke rumah dan mendapatkan
perawatan yang diperlukan, rehabilitasi atau perawatan
paliatif,
5. Biaya kesehatan akan lebih terkendali.
2.1.5 Ruang Lingkup Keperawatan Home Care
Secara umum lingkup perawatan kesehatan di rumah dapat di
kelompokkan sebagai berikut :
1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang
terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada
perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca
perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di
komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit
adalah:
Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
Klien dengan penyakit gagal jantung,
Klien dengan gangguan oksigenasi,
Klien dengan perlukaan kronis,
Klien dengan diabetes,
Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
Klien dengan post partum,
Klien dengan gangguan kesehatan mental,
Klien dengan kondisi usia lanjut,
Klien dengan kondisi terminal.
2.1.6 Pembiayaan dan Pola Tarif Kebijaksanaan Tarif dalam
Perawatan Kesehatan di rumahMengacu pada prinsip-prinsip yang
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai berikut :Pemerintah
dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.Tarif pelayanan kesehatan Perawatan
Kesehatan di Rumah harus memperhatikan kemampuan keuangan dan
keadaan sosial ekonomi masyarakat.Penetapan tarif pelayanan
kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah meskipun dimungkinkan untuk
mencari laba namun harus secara seimbang memperhatikan kepentingan
masyarakat berpenghasilan rendah dengan azas gotong royong.Tarif
pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan di Rumah untuk golongan
masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin (asuransi
kesehatan, JPKM,dll) ditetapkan atas dasar saling membantu melalui
suatu ikatan tertulis.Tarif pelayanan kesehatan Perawatan Kesehatan
di Rumah harus mencakup seluruh unsur pelayanan secara
proporsional.Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif dalam Perawatan
Kesehatan di RumahSelain memperhatikan kebijakan yang telah
disebutkan, penetapan tarif ditetapkan berdasarkan pertimbangan
antara lain kategori tindakan dari yang sederhana sampai dengan
yang kompleks/canggih. Selain itu pertimbangan klasifikasi
pelayanan dari yang biasa atau sederhana sampai dengan yang dapat
dikategorikan mewah. Semua itu dapat dijadikan pertimbangan dalam
memperhitungkan tarif yang layak.
Jenis Pelayanan yang dikenakan tarif meliputi :Jasa pelayanan
kesehatan dan non kesehatan.Adalah imbalan yang diterima
pelaksanaan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada klien dalam
rangka pelayanan meliputi :1). Pelayanan medik meliputi :
konsultasi dan tindakan medik2). Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan meliputi konsultasi asuhan dan tindakan keperawatan serta
tindakan medik yang dilimpahkan.3). Pelayanan Penunjang Medik
(Laboratorium, Radiologi, Fisioterapis, Terapi wicara,
refraksionis, dll) meliputi konsultasi dan tindakan penunjang
medik.4). Pelayanan Penunjang Non Medik meliputi konsultasi oleh
petugas sosial profesional dan pelayanan psikologi dan jiwa.Jasa
pelayanan sarana/prasaranaAdalah imbalan-imbalan yang diterima oleh
pengelola atas pemakaian sarana, fasilitas, alat kesehatan, obat
dan bahan habis pakai yang digunakan langsung terhadap klien baik
dengan sistem sewa maupun membeli. Kegiatannya meliputi sewa
peralatan medik, peralatan keperawatan dan alat kesehatan lainnya,
transportasi klien, konsultasi per telepon dan sarana komunikasi
lainnya, tindakan perbaikan lingkungan dalam rangka menciptakan
lingkungan terapeutikContoh daftar tarif jasa perawatan
TINDAKAN TARIF 1 X TINDAKAN1 Rawat luka 45.000 60.0002
Nebulizier 35.00003 Angkat jahitan 45.0004 Penanganan nyeri 50.0005
Pemantauan KKP 50.0006 Pemantauan Hipertensi 35.0007 Pemantauan CVA
50.0008 Pemantauan DM 30.000 50.000
Contoh Rincian biaya Perawatan luka gangren
Bahan habis pakai Alat/bahan Jasa perawat
Kassa steril 2 box Pinset anatomi Jasa perawat dan transportH2O2
1 btl Pinset cirurgie Na Cl 1 fls Gunting verban Verban roll 2 bj
Gunting nekrotomi Spuit 5 cc 2 bj Bak instrumen Handscoen 1 ps
Biaya perawatan alat Rp 10.000,- Rp 30.000,- Rp 50.000,-Biaya
keseluruhan untuk perawatan luka gangren 1 kali tindakan sebesar Rp
90.000,-
Contoh daftar tarif sewa alat :
No Alat Tarif1 Set rawat luka 30.000-40.0002 Nebulizier 40.0003
Set angkat jahitan 35.0004 Set hipertensi 10.000 20.0005 Set
oksigen + isi 1 m3 60.0006 Set DM 20.000 30.000
Contoh daftar tarif transport
No Transport Tarif1 Dalam kota Pasuruan 5.000 25.0002 Luar Kota
Pasuruan 30.000/km
2.1.7 Jenis Institusi Pelayanan Homecare
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan
homecare antara lain Institusi pemerintah Di Indonesia pelayanan
home care yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk
perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita
maupun lansia) yang dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas
(digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas
biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini
dilakukan oleh visiting nurse. Institusi sosial yang melaksanakan
pelayanan home care dengan sukarela dan tidak memungut biaya
Biasanya dilakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan
penyandang dananya dari donatur, misalnya bala keselamatan yang
melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai
wujud pengabdian pada Tuhan. Institusi swasta dalam bentuk praktik
mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan
pelayanan home care dengan menerima imbalan jasa baik secara
langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ketiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehtan swasta tentu
tidak berorientasi not for profit services.Hospital home care.
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat di rumah
sakit, keluarga masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan di rumah. 2.1.8 Bagaimana Merencanakan Institusi
Homecare Swasta
Institusi home care swasta baik didirikan secara individu maupun
kelompok, baik untuk satu jenis layanan maupun layanan yang
bervariasi. Untuk itu diperlukan perencanaan yang berdasarkan
kebutuhan pasar. Perencanaan berdasarkan kebutuhan pasar
mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan
internal.
Analisa eksternal memperhitungkan kecenderungan kebutuhan pasar
mengharuskan kita untuk melakukan analisa eksternal dan
internal.Analisa eksternal memperhitungkan kecenderungan kebutuhan
pasar baik jenis maupun jumlahnya. Misalnya bila kita berada di
daerah yang penduduknya kebanyakan berusia produktif, maka sudah
dapat diperkirakan bahwa pasar membutuhkan layanan keperawatan yang
berhubungan dengan masalah reproduksi, bayi serta balita. Analisa
eksternal juga harus melihat pesaing yang ada di sekitar daerah
tersebut baik jumlah, jenis maupun kondisinya.
Analisa internal memperhitungkan tentang ketersediaan sumber
(alam, manusia, dana ) baik yang aktual maupun potensial. Selain
ketersediaan dana juga perlu dianalisa komitmen personal yang ada
terhadap rencana pembentukan institusi home care. Komitmen personal
merupakan persyaratan mutlak yang harus dimiliki untuk mengawali
suatu bisnis baru.
Agar pelanggan loyal terhadap suatu institusi home care maka
home care harus memperhatikan hal berikut :
1. Kemudahan meliputi kemudahan untuk dihubungi, untuk
mendapatkan informasi, dan kemudahan untuk membuat janji.
2. Selalu tepat janji, sangat penting untuk membina hubungan
saling percaya antara masyarakat dengan institusi home care
swasta
3. Sesuai standar yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan ciri
profesionalBersifat responsif terhadap keluhan, kebutuhan dan
harapan klien.
4. Mengembangkan hubungan kerjasama secara internal dan
eksternal untuk memperbaiki kualitas layanan.
2.1.9 MEKANISME PERAWATAN KESEHATAN DI RUMAH
Pasien/ klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah
dapat merupakan rujukan dari klinik rawat jalan, unit rawat inap
rumah sakit, maupun puskesmas . namun pasien/ klien dapat langsung
menghubungi agensi pelayanan keperawatan di rumah atau praktek
keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan.Mekanisme yang
harus di lakukan adalah sebagai berikut:
1. Pasien / klien pasca rawat inap atau rawat jalan harus
diperiksa terlebih dahulu oleh dokter untuk menentukan apakah
secara medis layak untuk di rawat di rumah atau tidak.
2. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak
dirawat di rumah, maka di lakukan pengkajian oleh koordinator kasus
yang merupakan staf dari pengelola atau agensi perawatan kesehatan
dirumah, kemudian bersama-sama klien dan keluarga, akan menentukan
masalahnya, dan membuat perencanaan, membuat keputusan, membuat
kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan diterima oleh klien,
kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan, dan
jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan.
3. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana
pelayanan keperawatan dirumah baik dari pelaksana pelayanan yang
dikontrak atau pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan
dirumah. Pelayanan dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator
kasus, setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga pelaksana
pelayanan harus diketahui oleh koordinator kasus.
4. Secara periodic koordinator kasus akan melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai
dengan kesepakatan.
2.1.10 Fase- Fase Keperawatan Home Care
1.fase persiapan
Struktur organisasi, yang didalamnya ada pimpinan home care,
manager administrasi, manager pelayanan, koordinator kasus dan
pelaksana pelayanan.
Perizinan
Mekanisme perizinan pendirian home care sebagai berikut :
Berbadan hukum yg ditetapkan dlm akte notaris Mengajukan ijin usaha
Home care kpd Dinkes Kab/Kota setempat dg melampirkan :a.
Rekomendasi dari PPNIb. Ijin lokasi bangunanc. Ijin lingkungand.
ijin usahae. Persyaratan tata ruang bangunan meliputi :
- ruang direktur- ruang menajemen pely- gudang sarana dan
peralatan- sarana komunikasi- sarana transportasi
f. Ijin persyaratan tenaga meliputi ijin praktek profesi dan
sertifikasi home careDaftar tarif dibuat berdasarkan dengan
memperhatikan standar harga di wilayah tempat berdirinya home care
dengan memperhatikan golongan ekonomi lemah Sarana dan Prasarana,
meliputi set alat yang sering dipakai seperti perawatan luka,
perawatan bayi, nebulizier, aksigen, suction dan juga peralatan
komputer dan perlengkapan kantor.
Format askep, meliputi format register, pengkajian, tindakan,
rekap alat/bahan yang terpakai, evaluasi dari perawat ataupun dari
pasien/keluarga.Form informed consent, meliputi persetujuan
tindakan dari pasien dan keluarga, persetujuan pembiayaan dan
keikutsertaaan dalam perawatan.
Surat Perjanjian kerjasama antara profesi lain seperti misalnya
fisioterapi, dokter, laboratorium, radiologi dan juga dinas
sosial.Transportasi terutama untuk perawat home care dan juga
transportasi pasien bila sewaktu-waktu perlu rujukan ke rumah sakit
atau tempat pelayanan lainnya. Sistem gaji/upah personil home care.
Sistem ini harus lebih berorientasi pada kepentingan perawat
pelaksana bukan keuntungan manajemen semata. Sistem penggajian bisa
dalam bentuk bulanan atau dibuat dalam setiap kali selesai merawat
pasien.
2. Fase implementasi
Case manager menugaskan surveyor untuk melakukan pengkajian
kebutuhan klien dan perawat pelaksana untuk merawat klien. Hasil
pengkajian awal sebagai referensi untuk merencanakan kebutuhan
klien selanjutnya dan dibuat kesepakatan dengan keluarga (waktu,
biaya dan sistem perawatan yg dipilih). Surveyor memantau
pelaksanaan pelayanan keperawatan oleh perawat pelaksana.
3.Fase terminasiPerawat menyelesaikan tugas sesuai kontrak yg
disepakati surveyor menyerahkan rekap peralatan dan biaya selama
perawatan. Kolektor melak kunjungan ke klg untuk penyelesaian
administrasi.
4. Fase pasca kunjunganEvaluasi pelayanan home care pada
pasien/keluarga dengan - angket - pertelepon- lewat email-
KunjunganMengenai : pely perawtan, komunikasi, sarana, dll2.2
Hipertensi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140
mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen,
1996).Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG
(Luckman Sorensen,1996).Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan
tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison
1997)Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari 90 mmHg.
2.2.2 Etilogi. Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab
yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan
cardiac output atau peningkatan tekanan perifer
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau
kelainan eksresi atau transport Na.b. Obesitas: terkait dengan
level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah
meningkat.c. Stress Lingkungand. Hilangnya Elastisitas jaringan
and arterisklerosis pada orang tua serta pelabaran
pembuluh darah.Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi
2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)Penyebab tidak diketahui namun
banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan,
hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin,
efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi SekunderDapat diakibatkan karena penyakit parenkim
renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil.
Gangguan endokrin dll.2.2.3 Patofisiologi
Menurunnya tonus vaskuler meransang saraf simpatis yang
diterukan ke sel jugularis. Dari sel jugalaris ini bias
meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal,
maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat
meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
Peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ organ seperti jantung.
2.2.4 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada klien dengan
hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg,
sakit kepala, epistaksis, pusing/migrain, rasa berat ditengkuk,
sukar tidur, mata berkunang kunang, lemah dan lelah, muka pucat
suhu tubuh rendah.
2.2.5 Komplikasi Organ organ tubuh sering terserang akibat
hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan retina bahkan
gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung, gagal ginjal,
pecahnya pembuluh darah otak.
2.2.6 Penatalaksanaan Medis Penanggulangan hipertensi secara
garis besar dibagi menjadi dua jenis penatalaksanaan:a.
Penatalaksanaan Non Farmakologis.1. Diet Pembatasan atau
pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan tekanan
darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar
adosteron dalam plasma.2. Aktivitas. Klien disarankan untuk
berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis
dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda
atau berenang.b. Penatalaksanaan Farmakologis. Secara garis
besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:1. Mempunyai
efektivitas yang tinggi.2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang
ringan atau minimal.3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.4.
Tidak menimbulakn intoleransi.5. Harga obat relative murah sehingga
terjangkau oleh klien.6. Memungkinkan penggunaan jangka
panjang.Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan
hipertensi seperti golongan diuretic, golongan betabloker, golongan
antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
Test diagnostic.a. Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.b. BUN / kreatinin : memberikan
informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.c. Glucosa : Hiperglikemi
(DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
pengeluaran kadar ketokolamin.d. Urinalisa : darah, protein,
glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.e. CT Scan :
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopatif. EKG : Dapat menunjukan
pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.g. IUP :
mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.h. Poto dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi
pada area katup, pembesaran jantung.
2.2.7 Asuhan Keperawatan Hipertensi
2.2.7.1Pengkajiana. Aktivitas/ Istirahat. Gejala : kelemahan,
letih, nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :Frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.b. Sirkulasi Gejala
:Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda :Kenaikan TD,
Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.c. Integritas Ego. Gejala :Riwayat
perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan. Tanda :Letupan
suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.d. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup
makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun)
Riwayat penggunaan diuretic Tanda: Berat badan normal atau
obesitas,, adanya edema, glikosuria.f. Neurosensori Genjala:
Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi
saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa
jam) Gangguan
penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). Tanda:
Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses
piker, penurunan keuatan genggaman tangan.g. Nyeri/
ketidaknyaman Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.h. Pernafasan Gejala: Dispnea yang berkaitan
dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda:
Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis. i. Keamanan Gejala:
Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural. j.
Pembelajaran/Penyuluhan Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi,
aterosporosis, penyakit jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti:
orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone
lain, penggunaan alcohol/obat. Rencana pemulangan : bantuan dengan
pemantau diri TD/perubahan dalam terapi
obat.
2.2.7.2 Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 .Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan vasokontriksi pembuluh darah.Kriteria Hasil :Klien
berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien.Intervensi1. Observasi tekanan darah
(perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).2. Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek
dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium,
perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).4. Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya
pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).5. Catat
adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskuler).6. Berikan lingkungan yang nyaman,
tenang, kurangi aktivitas / keributan ligkungan, batasi jumlah
pengunjung dan lamanya tinggal. (membantu untuk menurunkan
rangsangan simpatis, meningkatkan relaksasi).7. Anjurkan teknik
relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan
rangsangan yang menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga
akan menurunkan tekanan darah).8. Kolaborasi dengan dokter dlam
pembrian therafi anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan
darah).
Dignosa 2Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.Kriteria
Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan
/ diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.Intervensi1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas
frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada,
kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan.
(Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja /
jantung).2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh :
penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
(Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).3. Dorong memajukan aktivitas /
toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung).4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan
sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).5.
Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas
dan mencegah kelemahan).
Diagnosa 3Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.Kriteria Hasil
:Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol,
mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti
regiment farmakologi yang diresepkan.Intervensi1. Pertahankan tirah
baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan
relaksasi).2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan
sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan
vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).3.
Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan
membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral).4.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan
penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien).5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien
itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard
sehubungan dengan kerja pencernaan).6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
(Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis).
Diagnosa 4Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya,
pola hidup monoton.Kriteria Hasil :klien dapat mengidentifikasi
hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan
pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara
individu.Intervensi1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah
resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa
tumbuh).2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan
kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan
yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan
garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).3. Tetapkan keinginan
klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan
adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil).4. Kaji
ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).5.
Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya
: penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan
kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).6. Dorong klien untuk
mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana
makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol
perubahan).7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat ,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju,
telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning
telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak
jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis).8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
(Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual).Diagnosa 5 Inefektif koping individu berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistic.Kriteria Hasil :Mengidentifikasi perilaku
koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan
koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi
stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya.Intervensi1. Kaji keefektipan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan
dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
(Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).2. Catat laporan gangguan
tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk
mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping
maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).3. Bantu klien
untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).4.
Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.5. Dorong klien untuk mengevaluasi
prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang
anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian
klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien
tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk
kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal).6. Bantu klien untuk mengidentifikasi
dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk
menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga.
(Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
Diagnosa 6Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya
berhubungan dengan kurangnKriteria hasil 1. Menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.2. Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.Intervensi3.
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum
alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh
stress. (Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal).4.
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu,
maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).5. Kaji tingkat
pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudahj dalam menentukan intervensi).6. Jelaskan pada klien
tentang proses penyakit hipertensi (pengertian,penyebab,tanda dan
gejala,pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut) melalui penkes.
(Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang proses
penyakit hipertensi).
2.2.7.3 Evaluasi Keperawatan Resiko penurunan jantung tidak
terjadi, intoleransi aktivitas dapat teratasi, rasa sakit kepala
berkurang bahkan hilang, klien dapat mengontrol pemasukan / intake
nutrisi, klien dapat menggunakan mekanisme koping yang efektif dan
tepat, klien paham mengenai kondisi penyakitnya.
2.2.3 Rencana Perawatan Home Care Hipertensi
2.2.3.1 Fase Persiapan
Struktur organisasi
Pimpinan homecare:
Manajer adminstrasi: 1.
2.
Manajer Pelayanan: 1.
2.
Koordinator kasus: 1.
2.
Pelaksana Pelayanan:1.
2.
Format askep home care
No register:
Nama pasien:
Umur:
1. Pengkajiana. Aktivitas/ Istirahat. Gejala : kelemahan, letih,
nafas pendek, gaya hidup monoton. Tanda :Frekuensi jantung
meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.b. Sirkulasi Gejala
:Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi. Tanda :Kenaikan TD,
Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi,
murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler
mungkin lambat/ bertunda.c. Integritas Ego. Gejala :Riwayat
perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
hubungan,
keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan. Tanda :Letupan
suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan
meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.d. Eliminasi Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti
obstruksi atau riwayat penyakit ginjal
pada masa yang lalu.)
e. Makanan/cairan Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup
makanan tinggi garam, lemak serta
kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun)
Riwayat penggunaan diuretic Tanda: Berat badan normal atau
obesitas,, adanya edema, glikosuria.f. Neurosensori Genjala:
Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi
saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa
jam) Gangguan
penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis). Tanda:
Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,
efek, proses
piker, penurunan keuatan genggaman tangan.g. Nyeri/
ketidaknyaman Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung),sakit kepala.h. Pernafasan Gejala: Dispnea yang berkaitan
dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea, batuk
dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok. Tanda:
Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi
nafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis. i. Keamanan Gejala:
Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural. j.
Pembelajaran/Penyuluhan Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi,
aterosporosis, penyakit jantung, DM. Faktor faktor etnik seperti:
orang Afrika-amerika, Asia Tenggara, penggunaan pil KB atau hormone
lain, penggunaan alcohol/obat. Rencana pemulangan : bantuan dengan
pemantau diri TD/perubahan dalam terapi
obat.
2. Diagnosa, Kriteria hasil dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 .Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan
dengan vasokontriksi pembuluh darah.Kriteria Hasil :Klien
berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah /
beban kerja jantung , mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan norma dan frekwensi jantung stabil
dalam rentang normal pasien.Intervensi1. Observasi tekanan darah
(perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan / bidang masalah vaskuler).2. Catat
keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer (Denyutan
karotis,jugularis, radialis dan femoralis mungkin teramati /
palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek
dari vasokontriksi (peningkatan SVR) dan kongesti vena).3.
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas. (S4 umum terdengar pada
pasien hipertensi berat karena adanya hipertropi atrium,
perkembangan S3 menunjukan hipertropi ventrikel dan kerusakan
fungsi, adanya krakels, mengi dapat mengindikasikan kongesti paru
sekunder terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).4. Amati
warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler. (adanya
pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mencerminkan dekompensasi / penurunan curah jantung).5. Catat
adanya demam umum / tertentu. (dapat mengindikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskuler).6. Anjurkan teknik relaksasi,
panduan imajinasi dan distraksi. (dapat menurunkan rangsangan yang
menimbulkan stress, membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan
tekanan darah).7. Kolaborasi dengan dokter dlam pembrian therafi
anti hipertensi,deuritik. (menurunkan tekanan darah).
Dignosa 2Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.Kriteria
Hasil :Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan
/ diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang
dapat diukur.Intervensi1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
dengan menggunkan parameter : frekwensi nadi 20 per menit diatas
frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea, atau nyeridada,
kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan.
(Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress,
aktivitas dan indicator derajat pengaruh kelebihan kerja /
jantung).2. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh :
penurunan kelemahan / kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
(Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual).3. Dorong memajukan aktivitas /
toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada.
Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada
kerja jantung).4. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan
penggunaan kursi mandi, menyikat gigi / rambut dengan duduk dan
sebagainya. (teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen).5.
Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas.
(Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas
dan mencegah kelemahan).
Diagnosa 3Gangguan rasa nyaman nyeri : sakit kepela berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.Kriteria Hasil
:Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan tulang / terkontrol,
mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan, mengikuti
regiment farmakologi yang diresepkan.Intervensi1. Pertahankan tirah
baring selama fase akut. (Meminimalkan stimulasi / meningkatkan
relaksasi).2. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan
sakit kepala, misalnya : kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher serta teknik relaksasi. (Tindakan yang menurunkan tekanan
vaskuler serebral dengan menghambat / memblok respon simpatik,
efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya).3.
Hilangkan / minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang,dan
membungkuk. (Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan
sakit kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral).4.
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan. (Meminimalkan
penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat
kondisi klien).5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien
itirahat selama 1 jam setelah makan. (menurunkan kerja miocard
sehubungan dengan kerja pencernaan).6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
(Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf
simpatis).
Diagnosa 4Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi in adekuat, keyakinan budaya,
pola hidup monoton.Kriteria Hasil :klien dapat mengidentifikasi
hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, menunjukan perubahan
pola makan, melakukan / memprogram olah raga yang tepat secara
individu.Intervensi1. Kaji pemahaman klien tentang hubungan
langsung antara hipertensi dengan kegemukan. (Kegemukan adalah
resiko tambahan pada darah tinggi, kerena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan masa
tumbuh).2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan
batasi masukan lemak,garam dan gula sesuai indikasi. (Kesalahan
kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan
yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya,
misalnya, stroke, penyakit ginjal, gagal jantung, kelebihan masukan
garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak
ginjal yang lebih memperburuk hipertensi).3. Tetapkan keinginan
klien menurunkan berat badan. (motivasi untuk penurunan berat badan
adalah internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil).4. Kaji
ulang masukan kalori harian dan pilihan diet. (mengidentivikasi
kekuatan / kelemahan dalam program diit terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan inividu untuk menyesuaikan / penyuluhan).5.
Tetapkan rencana penurunan BB yang realistic dengan klien, Misalnya
: penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. (Penurunan masukan
kalori seseorang sebanyak 500 kalori per hari secara teori dapat
menurunkan berat badan 0,5 kg / minggu. Penurunan berat badan yang
lambat mengindikasikan kehilangan lemak melalui kerja otot dan
umumnya dengan cara mengubah kebiasaan makan).6. Dorong klien untuk
mempertahankan masukan makanan harian termasukkapan dan dimana
makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan. (memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang
dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana pasien telah / dapat mengontrol
perubahan).7. Intruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat ,
hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju,
telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning
telur, produk kalengan,jeroan). (Menghindari makanan tinggi lemak
jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan
aterogenesis).8. Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
(Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual).Diagnosa 5 Inefektif koping individu berhubungan dengan
mekanisme koping tidak efektif, harapan yang tidak terpenuhi,
persepsi tidak realistic.Kriteria Hasil :Mengidentifikasi perilaku
koping efektif dan konsekkuensinya, menyatakan kesadaran kemampuan
koping / kekuatan pribadi, mengidentifikasi potensial situasi
stress dan mengambil langkah untuk menghindari dan
mengubahnya.Intervensi1. Kaji keefektipan strategi koping dengan
mengobservasi perilaku, Misalnya : kemampuan menyatakan perasaan
dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.
(Mekanisme adaptif perlu untuk megubah pola hidup seorang,
mengatasi hipertensi kronik dan mengintegrasikan terafi yang
diharuskan kedalam kehidupan sehari-hari).2. Catat laporan gangguan
tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsangan, penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk
mengatasi / menyelesaikan masalah. (Manifestasi mekanisme koping
maladaptive mungkin merupakan indicator marah yang ditekan dan
diketahui telah menjadi penentu utama TD diastolic).3. Bantu klien
untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi
untuk mengatasinya. (pengenalan terhadap stressor adalah langkah
pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stressor).4.
Libatkan klien dalam perencanaan perwatan dan beri dorongan
partisifasi maksimum dalam rencana pengobatan. (keterlibatan
memberikan klien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan.
Memperbaiki keterampilan koping, dan dapat menigkatkan kerjasama
dalam regiment teraupetik.5. Dorong klien untuk mengevaluasi
prioritas / tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti : apakah yang
anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?. (Fokus perhtian
klien pada realitas situasi yang relatif terhadap pandangan klien
tentang apa yang diinginkan. Etika kerja keras, kebutuhan untuk
kontrol dan focus keluar dapat mengarah pada kurang perhatian pada
kebutuhan-kebutuhan personal).6. Bantu klien untuk mengidentifikasi
dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Bantu untuk
menyesuaikan ketibang membatalkan tujuan diri / keluarga.
(Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistic untuk
menghindari rasa tidak menentu dan tidak berdaya).
Diagnosa 6Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya
berhubungan dengan kurangnKriteria hasil 1. Menyatakan pemahaman
tentang proses penyakit dan regiment pengobatan.2. Mengidentifikasi
efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan. Mempertahankan TD dalam parameter normal.Intervensi3.
Bantu klien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko
kardivaskuler yang dapat diubah, misalnya : obesitas, diet tinggi
lemak jenuh, dan kolesterol, pola hidup monoton, merokok, dan minum
alcohol (lebih dari 60 cc / hari dengan teratur) pola hidup penuh
stress. (Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal).4.
Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
(kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal klien / orang
terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan dan prognosis. Bila
klien tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan kontinu,
maka perubahan perilaku tidak akan dipertahankan).5. Kaji tingkat
pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut. (mengidentivikasi
tingkat pegetahuan tentang proses penyakit hipertensi dan
mempermudahj dalam menentukan intervensi).
6. Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian,penyebab,tanda dan gejala,pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui penkes. (Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan klien tentang proses penyakit hipertensi).
3. REKAP ALAT / BAHAN YANG TERPAKAI
1. Tensi meter
2. Stetoskop
3. Penimbang berat badan
4. Spuit
5. Infus set
6. Obat-obatan
Dll.
4. EVALUASI
1. Evalusi Perawat
2. Evaluasi pasien / keluarga
FORMAT INFORM CONCENT
Persetujuan dari pasien dan keluarga
Persetujuan pembiayaan dan keikutsertaaan dalam perawatan
Persetujuan sistem gaji/upah personil home care.
2.2.3.2. Fase implementasi
Rencana kebutuhan klien
Waktu :
Biaya:
Pemantauan Hipertensi 35.000 1 x tindakan
Daftar tarif sewa alat
Set hipertensi 10.000 20.000
Set oksigen + isi 1 m3 60.000
Penanganan nyeri 50.000
Tarif transportasi
1 Dalam kota kepanjen 1.500 15.000
2 Luar Kota kepanjen 20.000/km
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasn di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa, home
care merupakan bagian integral dari pelayanan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan
masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang mereka hadapi. Pelayanan keperawatan Home care
terdiri dari tiga yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Institusi home care dibedakan menjadi dua. Pertama adalah
hospital home care yang dikelola oleh rumah sakit dan kebanyakan
pasien yang dilayani adalah pasien pasca rawat di rumah sakit
tersebut. Kedua adalah home care swasta (agency) yang dikelola oleh
swasta atau suatu agency dan didirikan oleh yayasan atau lembaga
lain yang sudah disyahkan dengan akta notaris.Keduanya merupakan
bentuk pelayanan kesehatan masa depan karena dengan home care,
pasien dapat dirawat dirumahnya sendiri dengan ditemani oleh
anggota keluarga yang lain sehingga kecemasan pasien dapat
diminimalkan. Perawatan di rumah selain dapat mengurangi kecemasan
juga dapat menghemat biaya dari beberapa segi misal biaya kamar,
biaya transpor dan biaya lain-lain yang terkait dengan penjaga yang
sakit.Tetapi perlu diingat bahwa pasien yang dapat layananhome care
adalah pasien yang secara medis dinyatakan aman untuk dirawat di
rumah dengan kondisi rumah yang memadai.
Pada kasus penyakit hipertensi kebanyakan pasien aman untuk
untuk di rawat, penderita hipertensi memerlukan pengawasan tekanan
darah, pembatasan diet dan panorama BB, dan pengawasan keteraturan
minum obat.
3.2 Saran
Bagi perawat
Perawat yang menjalankan perawatan home care hendaknya sudah
memiliki SIP, harus kompeten dalam bidangnya, bertanggung jawab
terhadap tugasnya.
Bagi pasien dan keluarga
Hendaknya pasien dan keluarga dapat bersifat terbuka terhadap
perawat home care, manicotti anjuran dari perawa, membantu dalam
proses tindakan keperawatan, dan dapat bersifat kooperatif dalam
menerima informasi dari perawat.
http://www.e-bookspdf.org/view/aHR0cDovL2VwcmludHMudW5kaXAuYWMuaWQvMTQ5OTcvMi9IQUxBTUFOX0RFUEFOLnBkZg==/UGVuZ2FsYW1hbiBLZWx1YXJnYSBEZW5nYW4gTHVrYSBEaWFiZXRpayBZYW5nIERpbGFrdWthbg==http://www.e-bookspdf.org/?s=PERAWATAN+LUKA+DM+DI+RUMAH