Top Banner
HIPPOCRATIC OATS DAN SUMPAH DOKTER INDONESIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM (KH-12) Oleh : Dr. Burlian Abdullah 1
69

Hippocratic Oats Baru

Oct 21, 2015

Download

Documents

ajengdwinta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HIPPOCRATIC OATS DAN SUMPAH DOKTER INDONESIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM(KH-12)

    Oleh : Dr. Burlian Abdullah

    *

  • Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi : Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya209). Allah berfirman : Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? Mereka menjawab : Kami mengakui. Allah berfirman : kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu.(Q.S.3/81).*

  • Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini Tuhanmu?. Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan : Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).(Q.S.7/172)*

  • PENDAHULUAN

    Profesi kedokteran adalah profesi yang luhur dan mulia yang berhubungan dengan tugas kemanusiaan, lebih-lebih yang dihadapi adalah penderita yang sangat mengharapkan perto-longan bagi kesembuhan penyakit yang di-deritanya. Seorang dokter akan berhadapan dengan sesama manusia dengan berbagai karkter (watak) yang tidak hanya mempunyai fisik (raga) tetapi juga jiwa dengan seluruh aspeknya seperti emosi (perasaan) dan nilai-nilai keagamaan.*

  • Karenanya tidak hanya dituntut bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sesuai dengan profesinya yang luhur dan mulia memperhatikan hal-hal lain seperti tanggung jawab dan kesungguhan kerja.

    *

  • Sebagai manusia tentu seorang dokter memiliki berbagai kelemahan dan keku-rangan, yang tidak hanya mengikuti per-kembangan ilmu pengetahuan dan tek-nologi semata, tetapi juga memerlukan aturan atau panduan yang normatif dan payung hukum, lebih-lebih dalam mela-kukan tindakan medis yang beresiko tinggi (high risk).*

  • Semakin tinggi tingkat pendidikan masya-rakat dapat berdampak positif (menambah kepercayaan) atau negatif (berkurangnya kepercayaan) terhadap profesi kedokteran bahkan tidak sedikit timbulnya tuntutan hu-kum yang dilakukan masyarakat yang di indentikkan dengan kegagalan upaya penyembuhan oleh dokter.*

  • Profesi Kedokteran dan dokter sebagai tenaga kesehatan secara normatif dan hukum telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.*

  • Dan lebih khusus lagi diatur dalam KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA OLEH MA-JELIS KEHORMATAN ETIK KEDOKTER-AN (MKEK) IKATAN DOKTER INDONESIA (IDI)*

  • KEDUDUKAN SUMPAH DALAM ISLAM. Seorang dokter muslim tentunya ia terikat dengan ajaran islam yang dianut dan diyakininya yang sekaligus merupakan jalan hidup dan panduan dalam seluruh aktifitas amal karyanya (amal saleh)*

  • Setiap muslim senantiasa menempatkan dirinya atau prilaku dalam tiga kerangka dasar Islam yaitu : 1) keimanan yang tangguh (istiqamah), 2) Menata hubungan yang intens dengan Allah (hablun minallah), dan 3) Menata hubungan yang harmonis dengan sesama dan lingkungannya (hablun minannas) (Q.S 41/30 : 3/112). *

  • Tiga kerangka dasar inilah yang menjadi kemitmen seorang muslim dalam mewujudkan ajaran Islam yang rahmatan lilalamin. Untuk lebih memperkuat dan kesungguhan serta tanggung jawab melaksanakan tugas pengabdian maka di perkuat dengan sumpah yang dalam lingkungan pemerintahan disebut sumpah jabatan.*

  • Sumpah atau janji dalam Islam terkait erat dengan sifat amanah dan kejujuran (shiddiq). Dan sebaliknya melanggar sumpah / janji atau sumpah palsu adalah khianat dan kedustaan. Iman Ghazali k.a. dalam Ihyanya menempatkan sumpah palsu setara dengan sifat dusta, yang merupakan karakteristik orang-orang munafik. *

  • Alquran dan Sunnah Rasul banyak mengungkap masalah sumpah palsu, dusta dan kemunafikan : Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam, dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya; dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasulnya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. *

  • Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan di akhirat; dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (Q.S.9/74)*

  • Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata : Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu mengetahui bahwa sesungguhnya benar-benar Rasul Allah. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya ; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.*

  • Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka di kunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti*

  • Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai di palingkan (dari kebenaran) (Q.S.63/1-4)*

  • Tiga perkara siapa yang memilikinya maka ia seorang munafik meskipun ia berpuasa, mengerjakan sholat dan ia menduga bahwa ia Muslim yaitu : apabila ia berbicara ia dusta, apabila ia berjanji, maka ia mengingkari dan apabila ia di percaya maka ia berkhianat. (H.R.Bukhari dan Muslim)*

  • Khianat terbesar bahwa kamu berbicara dengan temanmu suatu pembicaraan di mana ia mem-benarkanmu dengan pembicaraan itu, tetapi kamu berdusta kepadanya. (H.R. Bukhari, Abu Daud, dll). Tiga orang tidak di ajak bicara oleh Allah pada hari kiamat dan tidak memandangnya yaitu : Orang yang menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang membelanjakan barangnya dengan sumpah palsu dan orang yang menurunkan dengan sumpah palsu dan orang yang menyeret-nyeret sarungnya. (H.R.Muslim)*

  • Disamping larangan sumpah palsu atau ingkar janji maka Islam mewajibkan mematuhi sumpah atau memenuhi janji, seperti firman Allah dalam Al-Quran : Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Di halalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesugguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang di kehendaki-Nya. (Q.S.5/1)*

  • Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu disebabkan (sumpahmu) yang di sengaja (untuk bersumpah) oleh hatimu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun). (Q.S.2/225)*

  • Allah tidak menghukum kamu di sebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak di maksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu di sebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. *

  • Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). *

  • Bahwasannya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar. (Q.S.48/10)*

  • Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Q.S.48/18)*

  • SUMPAH DOKTER INDONESIA Pada tahun 1948, IKATAN DOKTER SEDUNIA menetapkan lafal sumpah dokter berdasarkan Declaration of Geneva 1948. Pada tanggal 05 Agustus 1959, di Aula Universitas Indonesia, dilangsungkan untuk pertama kalinya upacara penyumpahan dan pemberian ijazah kepada lulusan / wisudawan / wisudawati dokter angkatan pertama pada Fakultas Kedokteran Indonesia dalam sisitim pendidikan baru, dengan membaca lafal sumpah dokter berdasarkan Declaration of Geneva 1948 tersebut. *

  • Sumpah Dokter dan sejarahnya, di bahas secara mendalam oleh DR.MED.AHMAD RAMALI, Ketua Majelis Pertimbangan Kesehatan dan Syara (MPKS), kementerian Kesehatan RI dengan judul Sumpah Dokter dan Susila Kedokteran (Lafal, Tafsir dan sejarahnya) yang diterbitkan oleh Penerbit Jembatan tahun 1960. *

  • Pada dasarnya Sumpah Dokter, secara historis diambil dari sumpah HIPPOCRATES (460-355 SM) yang dianggap sebagai Bapak Ilmu Kedokteran dan Susila Kedokteran yang untuk pertama kalinya mengatakan seni kedokteran (art of medicine), yang rasional terlepas dari anasir tenaga gaib, agama, mistik dan falsafat. *

  • Adapun sumpah HIPPOCRATES tersebut berbunyi : Saya bersumpah kepada dewa penyembuh APOLLO, kepada dokter luhur ASKLEPIOS, kepada HYGIEIA, kepada PANAKEIA, dan kepada dewa-dewi ; dan saya menyebut nama mereka sebagai saksi, bahwa saya akan memegang teguh sumpah ini sepenuh kesanggupan saya dan saya akan melaksanakan tugas yang berikut ;*

  • Saya akan mencintai sebagai ibu-bapak saya sendiri, beliau-beliau yang telah menuntun saya dalam seni kedokteran ;Saya akan membagi harta-benda saya dengan beliau-beliau tersebut dan apabila perlu saya akan menyokong beliau-beliau itu dalam keperluan-keperluan penghidupan ;*

  • Saya akan memperlakukan anak-anak beliau-beliau itu sebagai saudara kandung saya sendiri ;Saya akan mengajarkan seni kedokteran kepada mereka apabila mereka itu menghendakinya dengan tidak mengharapkan upah atau perjanjian ;*

  • Saya akan mengajarkan seni kedokteran itu hanya kepada anak-anak saya sendiri, dan kepada anak-anak guru saya itu dan kepada murid-murid yang terikat dengan sumpah, dengan jalan pengajaran atau dengan jalan lain yang lazim, dan kepada orang-orang lain ;Saya akan senantiasa mempergunakan cara pengobatan yang menurut pengetahuan dan pendapat saya adalah yang terbaik untuk pasien-pasien saja ;*

  • Saya tidak akan memberikan obat kepada seorang perempuan untuk menggugurkan janin ;Saya akan melancarkan hidup saya dan jabatan saya dalam keadaan suci dan dalam keadaan sopan santun ;Saya tidak akan melakukan pembedahan pada seseorang yang menderita penyakit batu, tetapi saya akan menyerahkan orang itu kepada orang yang ahli dalam keadaan membedah ;*

  • Rumah siapapun juga yang saya datang, hanya akan saya masuki untuk kepentingan orang sakit, dan saya tidak akan melakukan suatu perbuatan yang berbahaya atau menodai;Saya tidak akan melakukan perbuatan menggoda orang lelaki atau perempuan, baik orang yang merdeka maupun orang hamba sahaya ;*

  • Saya tidak akan menyebarkan barang sesuatu yang mungkin saya dengan mungkin saya lihat dalam kehidupan pasien-pasien saya, baik di waktu menjalankan tugas jabatan saya, maupun di luar waktu menjalankan tugas jabatan itu, semua itu akan akan saya pelihara sebagai rahasia ;*

  • Selama sumpah ini saya pandang suci dan selama sumpah ini tidak saya nodai, selama itu pulalah mudah-mudahan saya akan mengecap kenikmatan hidup dan jabatan saya sepenuhnya seraya di hormati senantiasa oleh semua orang ;Tetapi apabila sumpah ini saya nodai, maka kebalikannyalah yang akan menjadi nasib saya.*

  • Sumpah HIPPOCRATES ini telah di terjemahkan dalam berbagai bahasa antara lain oleh DR.MED.RICHARD KAPPERED ke dalam Bahasa Jerman, dan WILL DURRANT ke dalam Bahasa Inggris ;*

  • Dalam kajian DR.MED.A.RAMALI, sumpah HIPPOCRATES ini mengundang 8 buah nasihat atau peringatan, yang merupakan dasar dari susila kedokteran, yaitu : 1.Mengajarkan ilmu kedokteran kepada mereka yang berhak menerimanya. 2.Mepraktekkan ilmu kedokteran hanya untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi pasien.

    *

  • 3. Tidak mengerjakan sesuatu yang berbahaya bagi pasien4. Tidak melakukan keguguran buatan yang bersifat kejahatan5. Menyerahkan pirasat-pirasat tertentu kepada teman-teman sejawat yang ahli dalam lapangan yang bersangkutan

    *

  • 6. Tidak mempergunakan kesempatan untuk melakukan kejahatan atau godaan yang mungkin timbul dalam mengerjakan praktek kedokteran..7. Hidup dalam keadaan suci dan sopan santun.8. Memelihara rahasia jabatan.

    *

  • Lafal sumpah dokter berdasarkan Declaration of Geneva th.1948 yang ditetapkan oleh Muktamar IKATAN DOKTER SEDUNIA (THE WORLD MEDICAL ASSOCIATION) adalah sebagai berikut :At the time of being admitted as member of the Medical Profession ;*

  • I Solemnly pledge my self to consecrate my kife to the services of humanity ;I will give to my teachers the respect and gratitude which is their due ; I will practice my profession with conscience and dignity ;The health of my patient will be my first consideration ;*

  • I will respect the secrets which are confident in me ;I will maintain by all the means in my power, the honour and noble traditions of the Medical profession ; My colleagues will be my brothers;*

  • I will not permit considerations of religion, nationality, race,party-politics or social standing to intervene between my duty and my patient ;I will maintain the utmost respect for human life, from the time of conception ;*

  • Even under threat, I will not use my medical knowledge contrary to the laws of humanity ;I make these promises solemnly and upon my honour ;*

  • Kemudian sumpah dokter ini diterjemah-kan ke dalam Bahasa Indonesia oleh MPKS Kementerian Kesehatan dan Panitia Guru Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 18 Juli 1959 sebagai berikut : Saya bersumpah bahwa :*

  • Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan ;Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya ;Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya ;*

  • Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan ;Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter ;Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat tradisi luhur jabatan kedokteran ;Teman sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung ;*

  • Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik, kepartaian atau kedudukan sosial ;Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan ;*

  • Sekalipun di ancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan ;Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya ;*

  • Dalam sumpah HIPPOCRATES asli tidak dijumpai kalimat-kalimat yang berikut, yaitu 3 buah kalimat (yang semata-mata akibat kejahatan selama Perang Dunia ke-II 1939-1945) Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik, kepartaian atau kedudukan sosial.*

  • Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan ; Sekalipun di ancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.*

  • Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Oktober 1950, yang di akui sebagai Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusannya tanggal 18 Januari 1951 Nomor : JA 8/6/20, (tambahan berita negara tanggal 13 Februari 1951 Nomor 13), di terima sebagai anggota Ikatan Dokter Sedunia pada muktamarnya 1 September 1953 di negeri Belanda.*

  • DR.MED.A.RAMALI dalam kedudukannya selaku penasehat Kementerian Kesehatan RI dan Ketua MPKS Kementerian Kesehatan RI dengan suratnya tanggal 12 Oktober 1955 Nomor : 169/K/VI/VII/55, mengajukan kepada MPKS suatu pertanyaan : Apakah lafal sumpah dokter berdasarkan Declaration of Geneva 1948 itu dan Kode International Kedokteran (London, 1949), bertentangan ataukah sejalan dengan Hukum Islam, mengingat ummat islam adalah mayoritas, demikian juga anggota IDI sebagian besar beragama islam. *

  • Setelah mendapatkan penjelasan bahwa kedua ketentuan tersebut tidak bertentangan bahkan sejalan dengan ajaran islam. Atas dasar ini maka beliau dengan suratnya tanggal 1 Februari 1956 Nomor : 219/K/VII/56 mengajukan usul kepada semua Fakultas Kedokteran di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, Medan dan Bukit Tinggi untuk mengubah lafal sumpah dokter yang lama dan untuk merencanakan bersama tata cara dan upacara penyumpahan bagi para dokter yang beragama islam. *

  • Akhirnya Fakultas Kedokteran UI di Jakarta, dalam rapatnya tanggal 3 Juli 1959 memutuskan untuk menggunakan lafal sumpah dokter baru berdasarkan Declaration of Geneva 1948, dan selanjutnya dalam rapat bersama Panitia Dewan Guru Fakultas Kedokteran UI dan Pimpinan MPKS tanggal 4 dan 18 Juli 1959 untuk menyempurnakan dipergunakan ke dalam Bahasa Indonesia lafal sumpah dokter baru itu. *

  • Pada tanggal 5 Agustus 1959, di Aula Universitas Indonesia, lafal sumpah dokter baru itu dipergunakan untuk pertama kalinya dalam upacara penyumpahan dokter-dokter baru yang telah di didik dalam kurikulum baru selama 6 tahun penuh.*

  • LAFAL SUMPAH DOKTERBERDASARKAN DECLARATION OF GENEVA 1948 Saya bersumpah bahwa : Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan ; Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya ;*

  • Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya ; Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan ;*

  • Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter; Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran ; Teman sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung ;*

  • Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik, kepartaian atau kedudukan sosial ; Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan ;*

  • Sekalipun di ancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan ; Saya akan ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya.*

  • P E N U T U P :1.Profesi dokter yang mulia dan luhur, dalam melaksanakan tugas kemanusiaan memerlukan panduan dan payung hukum seperti yang telah di atur dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran.*

  • 2.Sumpah dokter yang diucapkan dalam upacara pelantikan dan penyumpahan lulusan / wisudawan / wisudawati dari Fakultas Kedokteran mengandung konsekwensi dan tanggung jawab dalam melaksanakan profesi dokter baik terhadap sesama manusia maupun terhadap Allah SWT.*

  • 3.Sumpah dokter yang didasarkan kepada Declaration of Geneva 1948 tidak bertentangan dengan ajaran atau hukum Islam. Karenanya setiap dokter Muslim diharapkan dapat memahami, menghayati dan mengamalkan dalam profesi dokternya sebagai wujud pengabdian yang utuh kepada Allah SWT.*

  • Bahan Bacaan :Ahmad Ramali, DR.MED.Sumpah Dokter dan Susila Kedokteran. Penerbit Jembatan, Jakarta 1960.Al.Ghazali,IhyaUlumuddin, terjemahan, CV.Asy Syifa, Semarang, 2003Burlian Abdullah,Dr.H,Ragam Perilaku Manusia menurut Al-Quran, Gunung Agung Jakarta, 1996

    *

  • Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran, MKEK-IDIUndang-undang Nomor 23 Tahun 1992, tentang PraktekUndang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

    *

  • *