TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIPERTENSIIstilah hipertensi diambil dari bahasa
Inggris hypertension. Kata hypertension itu sendiri berasal dari
bahasa latin, yakni hyper dan tension. Hyper berarti super atau
luar biasa dan tension berarti tekanan atau tegangan. Hypertension
akhirnya menjadi istilah kedokteran yang popular untuk menyebut
penyakit tekanan darah tinggi. Disamping itu, dalam bahasa Inggris
digunakan istilah high blood pressure yang berarti tekanan darah
tinggi.Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan
tekanan darah diastolic >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat
hipertensi.Dalam rekomendasi penatalaksanaan hipertensi yang
kesemuanya didasarkan atas bukti penelitian (evidence based) antara
lain dikeluarkan oleh The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evalution, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC-7), 2003, World Health
Organization/International Society of Hypertension (WHO-ISH), 1999,
British Hypertension Society, European Society of
Hypertension/European Society of Cardiology (ESH/ESC), definisi
hipertensi sama untuk semua golongan umur.
B. ETIOLOGI HIPERTENSIBerdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi
menjadi dua golongan, yaitu :1. Hipertensi PrimerHipertensi primer
adalah penyakit hipertensi yang tidak langsung disebabkan oleh
penyebab yang telah diketahui. Dalam bahasa sederhana atau menurut
istilah orang awam adalah hipertensi yang penyebabnya tidak atau
belum diketahui. Mereka yang menderita hipertensi primer, tidak
menunjukkan gejala apapun. Pada umumnya, penyakit hipertensi primer
baru diketahui pada waktu memeriksa kasehatan kedokteran.Hipertensi
primer juga disebut hipertensi esensial atau idiopatik dan
merupakan 95 % dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun
terakhir telah banyak penelitian untuk mencari
etiologinya.Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak
diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem
renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na & Ca
interselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alcohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi SekunderHipertensi sekunder adalah hipertensi yang
telah diketahui penyebabnya. Timbulnya penyakit hipetensi sekunder
sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi, dan kebiasaan
seseorang. Contoh kelainan yang menyebabkan hipertensi sekunder
adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi hal-hal berikut
: Akibat stres yang parah. Penyakit atau gangguan ginjal. Kehamilan
atau pemakaian pil pencegah hamil. Pemakaian obat terlarang seperti
heroin, kokain, atau jenis narkoba lainnya. Cedera dikepala atau
perdarahan diotak yang berat. Tumor diotak atau sebagai reaksi dari
pembedahan.Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat
sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui seperti
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma,
koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
dll.
C. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSIPeninggian tekanan darah
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala
baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak,
atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat
ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang, dan pusing.
D. FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSIa.ObesitasObesitas sangat erat
kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang. Di mana seseorang
lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan
serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar
melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan
lebih besar pada dinding arteri.Ada hubungan antara berat badan dan
hipertensi, bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal
maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi
juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi
pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung
dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara.Obesitas mempunyai korelasi
positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang mengalami
kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa
meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan
kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat
badan dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa
dijadikan langkah positif untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian penyakit jantung
dan stroke.
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat
dilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang
kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan
IMT adalah sebagai berikut: Berat Badan (kg)IMT =
------------------------------------------------Tinggi Badan (m) x
Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada
orang gemuk (obesity) 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.Katagorinya
:Kurus tingkat berat : < 17Kurus tingkat ringan : 17,0 18Normal
: 18,5 - 25,0Gemuk tingkat ringan : 25,0 - 27,0Gemuk tingkat berat
: > 27,0
b. Kadar Lemak TubuhKadar lemak tubuh di golongkan menjadi lemak
yang ada di jaringan bawah kulit, lemak yang menumpuk di jaringan
perut dan lain-lain, tergantung di mana lokasi lemak itu berada
pada tubuh. Kadar lemak di bawah jaringan kulit dan di perut yang
berlebihan mempunyai hubungan yang sangat erat terhadap munculnya
penyakit tertentu, seperti DM, hiperlipidemi dan penyakit jantung.
Tingginya kadar lemak yang ada pada tubuh seseorang, meningkatnya
kadar kolesterol sebagai faktor risiko terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Tingginya kadar lemak tubuh juga berpengaruh
terhadap lemahnya kemampuan insulin merubah glukosa menjadi
glikogen sehingga lama kelamaan kemampuan insulin akan terus
berkurang dan menyebabkan penyakit DM.Lemak dibawah kulit yang
berlebihan (>10) tidak hanya berada di sekeliling perut tetapi
juga di pinggul dan paha, hal ini diperkirakan dapat meningkatkan
risiko perlemakan di hati dan komplikasi penyakit lainnya. Untuk
mencegah munculnya penyakit tertentu adalah merupakan hal penting
dengan mengurangi kegemukan sampai pada tingkat normal. Kadar lemak
tubuh diukur dengan cara membagi massa lemak tubuh (kg) dengan
berat badan (kg) dikalikan 100, dengan nilai satuan persen. Kadar
lemak perut dikategorikan dengan normal, cenderung tinggi dan
tinggi, dengan nilai ambang batas 10. Selengkapnya hasil
perhitungan dapat diklasifikasikan seperti tertera di
bawah.Klasifikasi kadar lemak tubuh :Laki-Laki Klasifikasi
Perempuan25% / > Tinggi 35% / >20% - < 25% Cenderung
Tinggi 30% - < 35%10% - < 20% Normal 20% - < 30%< 10%
Rendah < 20%
Kadar lemak perut :Klasifikasi NilaiNormal 1 9Cenderung Tinggi
10 14Tinggi 15 ke atas
c. Konsumsi Lemak JenuhKebiasaan konsumsi lemak jenuh erat
kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya
hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang
bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan
makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan
darah.
d. Olahraga / Aktifitas FisikOlahraga banyak dihubungkan dengan
pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan
tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu.Pada kasus diabetes
mellitus, olah raga ringan dapat membantu pembakaran kalori
sehingga memacu insulin untuk metabolisme glukosa. Pada penderita
jantung, olah raga sangat bermanfaat karena dapat membakar lemak
sehingga risiko penumpukan kolesterol dapat dikontrol. Olahraga
juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang
melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas
dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya
hipertensi.Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita
DM dan hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja
lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot
jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
e. Kebiasaan MerokokHubungan antara rokok dengan peningkatan
risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
Selain dari lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar
tergantung pada jumlah rokok yang dihisap per hari. Seseorang lebih
dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada
mereka yang tidak merokok.Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin
dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam
aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri,
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.Nikotin dalam
tembakaulah penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah
isapan pertama. Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok,
nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil di dalam
paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik
nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan
memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah
dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang
lebih tinggi. Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan
sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg.Tekanan darah akan
tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan
darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok berat
tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.Secara
langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan
terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin
(adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan glukosa
mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah juga
meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan
meningkat.Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas,
berarti perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam
darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan dopamin
dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi. Selain
kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan perubahan
perilaku.
f. Konsumsi GaramReaksi orang terhadap asupan garam yang di
dalamnya mengandung natrium, berbeda-beda. Pada beberapa orang,
baik yang sehat maupun yang mempunyai hipertensi, walaupun mereka
mengkonsumsi natrium tanpa batas, pengaruhnya terhadap tekanan
darah sedikit sekali atau bahkan tidak ada. Pada kelompok lain,
terlalu banyak natrium menyebabkan kenaikan darah yang juga memicu
terjadinya hipertensi.Garam merupakan faktor penting dalam
patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan
pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam
kurang dari 3 gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan
asupan garam antara 5-15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat
menjadi 15-20%. Pengaruh asupan terhadap hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.Garam
meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena menarik cairan di
luar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan volume dan
tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan asupan
garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari yang
setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari. Asupan natrium
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah.g. StressStres adalah suatu kondisi disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari situasi dengan
sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang. Stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi,
fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan
kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus
dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari
luar itu. Stres adalah respon kita terhadap pengaruh-pengaruh dari
luar itu.Sudah lama diketahui bahwa stres atau ketegangan jiwa
(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih
kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stres berlangsung
cukup lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga
timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang
muncul berupa hipertensi atau penyakit maag. Stress juga diyakini
memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.
Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah
untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah
bisa normal kembali. Peristiwa yang mendadak yang menyebabkan stres
dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress berkelanjutan
yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.h.
Penggunaan JelantahJelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih
dari satu kali dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini
merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa
bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan
lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kendungannya
sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam
lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ). Dalam jumlah
kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak
bebas, lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang
menyebabkan berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung
sekitar 45,5% ALJ yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1%
ALTJ yang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut omega-9.
minyak kelapa mengadung 80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak
zaitun dan minyak biji bunga matahari hampir 90% komposisinya
adalah ALTJ.12,20 Jelantah dapat menyebabkan risiko hipertensi
sebesar 5,43 kali dibanding yang tidak mengkonsumsi
jelantah.Penggunaan minyak goreng sebagai media penggorengan bisa
menjadi rusak karena tidak tahan terhadap panas. Minyak goreng yang
tinggi kandungan ALTJ-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan
pertama saja, selebihnya minyak tersebut menjadi rusak. Bahan
makanan kaya omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah,
akan tidak berkasiat bila dipanaskan dan diberi kesempatan untuk
dingin kemudian dipakai menggoreng kembali, karena komposisi ikatan
rangkapnya telah rusak.Minyak goreng terutama yang dipakai oleh
pedagang goreng-gorengan pinggir jalan, dipakai berulang kali,
tidak peduli apakah warnanya sudah berubah menjadi coklat tua
sampai kehitaman. Alasan yang dikemukakan cukup sederhana yaitu
demi mengirit biaya produksi.Bagi mereka yang tidak menginginkan
menderita hiperkolesterolemi untuk membatasi penggunaan minyak
goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan
kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis
dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti
penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain.
E. PATOFISIOLOGI TERJADINYA HIPERTENSI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah
ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.Perubahan
struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri
besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
F. DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI HIPERTENSI
Diagnosis hipertensi didasarkan pada peningkatan tekanan darah
yang terjadi pada pengukuran berulang. Diagnosis digunakan sebagai
prediksi terhadap konsekuensi yang dihadapi pasien, jarang meliputi
pernyataan tentang sebab-akibat hipertensi.Penelitian-penelitian
epidemologis mengindikasikan bahwa resiko kerusakan ginjal, jantung
dan otak secara langsung berkaitan dengan peningkatan tekanan
darah. Bahkan hipertensi ringan ( tekanan darah lebih dari atau
sama dengan 140/ 90 mm Hg) pada orang dewasa muda dan setengah baya
pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kerusakan organ akhir/
sasaran. Risiko kerusakan organ akhir pada semua tingkat tekanan
darah/ tingkat umur adalah lebih besar pada orang-orang kulit
hitam, dan relatif jarang pada wanita premenepous dibandingkan pada
pria. Faktor-faktor risiko positif lainnya termasuk merokok,
hiperlipidemia, diabetes, manifestasi kerusakan organ akhir yang
terdeteksi pada saat diangnosis, dan riwayat keluarga dengan
penyakit kardiovaskuler.Perlu dicatat bahwa diagnosis hipertensi
bergantung pada pengukuran tekanan darah dan bukan pada gejalayang
dilaporkan pasien. Pada kenyataanya hipertensi lazimnya tanpa
gejala ( asimptomatis ) sampai segera terjadi kerusakan organ akhir
secara jelas atau bahkan telah terjadi kerusakan tersebut.
Klasifikasi HipertensiMenurut Dr. Marvin Moser dalam bukunya,
Lower Your Blood Pressure and Live Longer, sebenarnya yang
dinamakan tekanan darah normal atau tinggi, batasnya cukup luas.
Karenanya, masih banyak dokter yang tidak setuju dengan klasifikasi
batas tekanan darah normal dan batas mulainya hipertensi.1.
Klasifikasi Menurut The National Committee on the Detection and
Treatment of Hypertension.Klasifikasi hipertensi menurut The
National Committee on the Detection and Treatment of Hypertension
jilid keempat (1988) adalah tekanan darah untuk orang dewasa
berumur 18 tahun atau lebih. Pada umumnya orang yang berusia diatas
55 tahun akan menderita isolated systolic hypertension (hipertensi
sistolik terisolasi). Namun, jika hal ini terjadi pada orang yang
lebih muda, dapat diramalkan bahwa dikemudian hari orang itu akan
menderita hipertensi sistolik.2. Klasifikasi menurut WHOMenurut WHO
(World Health Organization), organisasi kesehatan dunia dibawah PBB
(Perserikatan Bangsa Bangsa), klasifikasi tekanan darah tinggi
sebagai berikut. Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang
atau sama dengan 140 dan diistolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141-149 dan diastolic
91-94 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolic lebih
besar sama dengan 95 mmHg.
G. KRISIS HIPERTENSIKrisis hipertensi adalah keadaan klinis yang
ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan
timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata
(retina), ginjal, jantung, dan pembuluh darah). Pada umumnya krisis
hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai
memakan obat antihipertensi.
KlasifikasiSecara praktis krisis hipertensi dapat
diklasifikasikan berdasarkan prioritas pengobatan, sebagai berikut
: 1. Hipertensi emergensi / emergency hipertension (darurat)
ditandai dengan TD Diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan
berat dari organ sasaran yang bersifat progresif yang disebabkan
oleh satu atau lebih penyakit/kondisi akut. Tekanan darah harus
diturunkan dengan segera (dalam menit sampai jam), keterlambatan
pengobatan akan menyebebabkan timbulnya sequele atau kematian.
Penderita perlu dirawat di ruangan intensive care unit.
2. Hipertensi urgensi / urgency hipertension (mendesak), TD
diastolik > 120 mmHg dan dengan tanpa kerusakan/komplikasi
minimum dari organ sasaran, sehingga penurunan tekanan darah dapat
dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).Dikenal
beberapa istilah berkaitan dengan Krisis hipertensi antara lain :1.
Hipertensi refrakter : respons pengobatan tidak memuaskan dan TD
> 200/110 mmHg, walaupun telah diberikan pengobatan yang efektif
(triple drug) pada penderita dan kepatuhan pasien.2. Hipertensi
akselerasi : TD meningkat (Diastolik) > 120 mmHg disertai dengan
kelainan funduskopi KW III. Bila tidak diobati dapat berlanjut ke
fase maligna.3. Hipertensi maligna : penderita hipertensi
akselerasi dengan TD Diastolik > 120 130 mmHg dan kelainan
funduskopi KW IV disertai papiledema,peninggian tekanan
intrakranial kerusakan yang cepat dari vaskular, gagal ginjal akut,
ataupun kematian bila penderita tidak mendapat pengobatan.
Hipertensi maligna, biasanya pada penderita dengan riwayat
hipertensi essensial ataupun sekunder dan jarang terjadi pada
penderita yang sebelumnya mempunyai TD normal.4. Hipertensi
ensefalopati : kenaikan TD dengan tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala yang sangat, perubahan kesadaran dan keadaan ini dapat
menjadi reversible bila TD diturunkan.Tingginya TD yang dapat
menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari tingkatan TD
aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan
TD, bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis
dapat mentolerir kenaikan TD yang lebih tinggi dibanding dengan
normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis,
jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140
mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada penderita
Hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat
timbul Hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD160/110 mmHg.
- Tampilan klinis pasien bisa bermacam-macam. Contoh Hipertensi
Emergensi:1. Hipertensi Encephalopathy, harus dibedakan dengan
Stroke/SAH2. Hypertensive Left Ventricular Failure (Acute Pulmonary
Oedema)3. Acute Aortic dissection4. Infark Myocard Acute (ACS)5.
Stroke (perdarahan atau Ischemic, Sub Arachnoid bleeding)6. Gagal
Ginjal Acute7. Eclampsi / Prae Eclampsi.8. Krisis
Phaechromocytoma9. Obat-obat rekreasi (Ectasy).
Contoh hipertensi urgency :1.Peningkatan Tekanan Darah dengan
perubahan retina (tanpa kerusakan end organ)2. Gagal Ginjal
Kronik.3. Pre Eclampsi.
H. FARMAKOLOGI DASAR OBAT-OBAT ANTI HIPERTENSIPengobatan
hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 1.
Pengobatan non obat (non farmakologis). 2. Pengobatan dengan
obat-obatan (farmakologis). Pada hipertensi esensial tidak dapat
diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Pengobatan non obat (non farmakologis) Pengobatan non
farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-
kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti
hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai
sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih
baik.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:1.
Menurunkan berat badannya sampai batas ideal.2. Merubah pola
makan.3. Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.4. Berhenti
merokok.
Pemberian obat-obatan (farmakologis) 1. Diuretik thiazide
biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang
akan mengurangi volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga
kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik
sangat efektif kepada penderita lanjut usia, kegemukan dan
penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun. 2. Penghambat
adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri darialf
a-blocker, beta-blockerda n alfa-beta-blocker labetalol, yang
menghambat efek sistem saraf simpatis. Dan beta-blocker efektif
kepada penderita usia muda, penderita yang pernah mengalami
serangan jantung, penderita dengan denyut jantung yang cepat,
angina pektoris (nyeri dada), sakit kepala migrain. 3.Angiotensin
converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor). Obat ini efektif
diberikan kepada penderita usia muda, penderita gagal jantung,
penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik dan pria yang
menderitaim pot e nsi sebagai efek samping dari obat yang lain.
4.Angiotensin-II-bloker 5.Antagonis kalsium sangat efektif
diberikan kepada penderita lanjut usia, penderita angina pektoris
(nyeri dada), denyut jantung yang cepat, sakit kepala migren. 6.
Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat
dari golongan ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap
obat anti- hipertensi lainnya. 7. Kedaruratan hipertensi (misalnya
hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah
tinggi dengan segera. Obat-obatan seprti Diazoxide, Nitroprusside,
Nitroglycerin, Labetalol bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat
dan sebagian besar diberikan secarai ntr av e na (melalui pembuluh
darah).
Contoh Kombinasi Obat pada Pengobatan Hipertensi: 1. Diuretic
{Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan
golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via
urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan
urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan. 2.
Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan
obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui
proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi)
pembuluh darah. 3. Calcium channel blockers {Norvasc
(amlopidine),Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah
satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau
Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga
memperlebar pembuluh darah.