BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu masalah kesehatan utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkanya hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot jantung. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang. Hipertensi primer meliputi kurang lebih 90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya. Sekitar 50% dari 1
91
Embed
Hipertensi, Konstipasi, Dislipidemia, Hiperurisemia Pada Lansia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyakit hipertensi di negara-negara industri merupakan salah satu
masalah kesehatan utama, di Indonesia hipertensi juga merupakan masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan oleh dokter yang bekerja pada pelayanan
kesehatan primer karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka
panjang yang ditimbulkanya hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan
tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ,
seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung
dan otot jantung.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu
hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Di Indonesia banyaknya penderita
hipertensi diperkirakan 15 juta orang. Hipertensi primer meliputi kurang lebih
90% dari seluruh pasien hipertensi dan 10% lainnya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Sekitar 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui
penyebabnya dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki
kelainannya. Sekitar 50% dari golongan hipertensi primer tidak menyadari
sebagai penderita hipertensi sehingga cenderung untuk menjadi hipertansi berat
karena ketidaktahuan akan faktor resiko dari hipertensi.
Prevalensi hipertensi terkontrol hanya 4% padahal biaya pengobatan
hipertensi yang tidak terkontrol jauh lebih besar daripada biaya yang dibutuhkan
untuk pencegahannya, karena itu selain memberikan terapi farmakologis dokter
juga mempunyai kewajiban untuk mengedukasi pasien untuk berubah prilaku,
pola makan dan gaya hidup sehat untuk menunjang pengobatannya.
Praktek dokter keluarga ialah praktek kedokteran dalam pelayanan primer
atau kontak pertama yang dijalankan secara paripurna atau komprehensif.
Pelayanan yang diberikan harus meliputi pelayanan promosi kesehatan (promotif),
1
pencegahan penyakit (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif).
B. Profil Puskesmas Wirobrajan
Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang
pelayanan kesehatan yang berada dalam garda terdepan dan mempunyai misi
sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan
pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk
masyarakat di suatu wilayah kerja yang telah ditentukan secara mandiri dalam
menentukan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Visi yang dibangun oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat
menuju Indonesia sehat. Yang dimaksud kecamatan sehat adalah gambaran
kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni
masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan misi
puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan, yang dimaksud unit pelaksanaan Teknis
Dinas Kesehatan adalah yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah
kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan
di Indonesia.
Di kecamatan Wirobrajan terdapat satu Puskesmas yaitu Puskesmas
Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan
terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kecamatan Tegalrejo
Sebelah Timur : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron
Sebelah Selatan : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul
Sebelah Barat : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.
Luas Wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan pembagian
kelurahan menjadi 3 kelurahan yang terdiri dari :
Kelurahan Pakuncen : Terletak di bagian utara, 58 RT dan 12 RW
2
Kelurahan Wirobrajan: Terletak di bagian tengah 56 RT dan 12 RW
Kelurahan Patangpuluhan: Terletak di bagian selatan 51 RT dan 10 RW
Jumlah penduduk kecamatan Wirobrajan 30.512 jiwa, dengan perincian
penduduk laki-laki 15.179 jiwa dan penduduk perempuan 15.333 jiwa
berdasarkan profil kesehatan puskesmas Wirobrajan tahun 2006. Dengan jumlah
kepala keluarga 8.075, 165 RT, 32 RW dan 36 posyandu.
Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada
indikator Indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu :
Derajat kesehatan
Keadaan lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat
Pelayanan kesehatan
Perbaikan Gizi Masyarakat
Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi fasilitas rawat inap, namun sudah
terdapat fasilitas ambulans dan UGD yang setiap saat dapat digunakan. Kegiatan
pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi
(BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit puskesmas keliling, UKS, konseling gizi,
kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan poli lansia, konseling PHBS,
konseling berhenti merokok.
Untuk mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan seperti
tersebut diatas, dokter keluarga juga dapat berperan didalamnya. Pelayanan dokter
keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan
pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, yang mana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.
Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penapis
(gate keeper) di tingkat pelayanan primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan
sekunder, rumah sakit rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan yang
bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga pada posisi yang
sangat strategis dalam pembangunan kesehatan.
3
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan dokter keluarga adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga dan masyarakat yang bermutu
namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.
Tabel. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas
Periode Bulan Maret 2012
No Kode Diagnosis Jumlah1 J06 Infeksi Salauran Pernafasan Atas 5362 110 Hipertensi Primer 3533 J00 Common cold/Nasofaringitis akut 2484 K04 Penyakit pulpa dan jaringan
periapikal173
5 E11 Diabetes melitus tipe 2 (NIDDM) 1456 KTR2 KONTROL IBU HAMIL 1167 R51 Nyeri kepala hebat (headache) 1138 E78 Gangguan metab lipid&lipoprotein
(hipergliseridemi)106
9 R50 Febris/Demam 9810 KTR3 KONTROL BAYI SEHAT 87
(sumber : Puskesmas Wirobrajan)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah
yang dapat dirumuskan adalah :
1. Faktor resiko yang ditemukan pada pasien.
2. Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran
keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial,
fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan
kebutuhan.
3. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
D. Tujuan Penulisan
1. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini
bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan
4
klinik di bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan
kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita
penyakit. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya
hidup apakah telah mendukung pengobatan farmakologi atau tidak. Selain
itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik berat agar pasien dan
keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang hipertensi sehingga
dapat diminimalisir terjadinya komplikasi yang terjadi.
E. Manfaat Penulisan
1. Manfaat untuk puskesmas
Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan
umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan
peran puskesmas.
2. Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai saran ketrampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan
kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
A. Definisi
Menurut Joint National Committee 7 (2003), hipertensi didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi adalah
tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama atau
melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti
hipertensi.
B. Etiologi
Menurut Yogiantoro et al (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat
dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik,
lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem reninangiotensin, dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta
polisitemia.
2. Hipertensi sekunder. Adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain.
C. Epidemiologi
Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi menurut Elsanti dan Salma
(2006) terdiri dari :
6
1. Person (orang)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari
segi orang :
a. Umur
Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominan berumur (31-
55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah
cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang
pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat
khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun
keatas.
b. Jenis kelamin
Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa
premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki
penyebabnya sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit
kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun
setelah menopause.
c. Status gizi
Keadaan zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak. Kekurangan atau
kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit.
Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia
dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar
tercapai kondisi kesehatan yang prima. Dimana ini merupakan faktor penting
sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan
mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau
tumbuh-tumbuhan (nabati). Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu
menyiapkan makanan khusus serta mengingatkan kepada penderita, makanan
yang harus dihindari/dibatasi.
7
d. Faktor psikokultural
Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psiko-kultural, tetapi
belum dapat diambil kesimpulan. Namun pada dasarnya dapat berpengaruh
apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tiba-tiba
yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hipertensi dan
merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan.
2. Place (tempat)
Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi
adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan.
Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap
penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau
berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak
mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
3. Determinan
Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi
adalah :
a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam
lingkungan dan kebiasaan makan yang sama.
b) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data penelitian pada
daerah-daerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi
tinggi
c) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan
hipertensi
D. Klasifikasi dan Manifestasi klinis
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National
Comitte (JNC) 7 tahun 2003 adalah sebagai berikut:
8
Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stadium II ≥160 atau ≥ 100
Manifestasi klinis hipertensi : Peninggian tekanan darah kadang-kadang
merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah
terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering
ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga
mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan
pusing.
E. Faktor Resiko
Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau
dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya :
1. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang
Suara jantung : Bunyi jantung S1 S2 murni, bising (-)
Perut :
Inspeksi : datar, sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltic usus (+) normal
Palpasi : turgor normal, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : tungkai lengan
Kanan kiri kanan kiri
Deformitas (-) (-) (-) (-)
Edema (-) (-) (-) (-)
42
Hangat (+) (+) (+) (+)
Nadi teraba cukup (+) (+) (+) (+)
Tophus (-) (-) (-) (-)
D. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 16 April 2012
Cholesterol : 290
Trigliserida : >600
Asam urat : 7,8
GDS : 80
E. Diagnosis
Hipertensi esensial grade 1 dengan konstipasi, dislipidemia, dan
hiperurisemia
F. Diagnosis Banding
- Hipertensi sekunder
- Irritable Bowel Syndrome
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Captopril 2 x 12,5 mg
Gemfibrozil 1 x 300 mg
Allupurinol 1 x 100 mg
Laxatab 1 x 2 tab (malam)
2. Non farmakologis
Pasien diberi edukasi tentang penyakit hipertensi, bahwa hipertensi dapat
tidak diketahui sebabnya, dimana genetik memegang peranan penting,
namun dapat pula disebabkan akibat penyakit dari organ yang lain.
Penyakit hipertensi perlu penanganan berkelanjutan, sehingga dokter dan
pasien diharapkan dapat bekerja sama dalam menghindari komplikasi
dari hipertensi seperti stroke, hipertensive heart disease, dll.
43
Pengaturan pola makan. Pengaturan pola makan sangat penting dalam
usaha mengontrol hipertensi, apalagi pada pasien juga disertai dengan
dislipidemia. Pengaturan pola makan untuk hipertensi diantaranya adalah
pembatasan konsumsi Na atau garam. Dimana konsumsi garam untuk
penderita hipertensi dibatasi ½ sampai 1 sendok teh dalam sehari.
Pengendalian faktor – faktor psikologis. Hal ini dapat diberikan dengan
cara pemberian konseling kepada pasien. Dengan cara ini diharapkan
pasien dapat mengatasi setiap permasalahan psikologis dengan baik
sehingga tidak menyebabkan kondisi hipertensi memburuk.
Penghindaran faktor resiko. Pengendalian faktor resiko yang
dimaksudkan untuk mengurangi kejadian komplikasi. Diantara
komplikasi yang dapat terjadi adalah stroke, hipertensive heart disease,
dll.
Program aktivitas fisik, seperti bersepeda maupun jalan santai. Aktivitas
fisik untuk penderita hipertensi sebaiknya dilakukan secara teratur 3 kali
seminggu dengan durasi minimal kurang lebih 30 menit setiap
beraktivitas.
Memberikan obat yang mudah penggunaaanya. Dalam artian pada lansia
kerap terjadi lupa minum obat, dengan pemberian obat yang mudah
semisal, dalam sehari hanya satu kali minum akan mempermudah pasien
dalam meminum obat.
Kebutuhan Kalori Pasien ini dengan umur 61 tahun, BB = 53 kg dan TB = 152
cm, adalah :
1. Berat Badan Ideal = 0,9 x (165-100) = 46,8 kg
Kebutuhan Kalori Basal = 25 kal x 46,8 = 1170 kal
2. Aktivitas Sedang = 20% x 1170 = 234 kal
3. Umur > 60 tahun = 10% x 1170 = 117 kal
Jadi kebutuhan kalori pasien ini per hari adalah
= 1170 kal + 234 kal – 117 kal = 1287 kal
44
Contoh menu yang dapat diberikan :
Waktu Menu makanan Takaran Berat (gram) Kalori (kal)
Sarapan (07.00)
Nasi 1/2 gelas 66,7 116,7ayam tanpa kulit ½ ptg sedang 25 47,5Sup jagung ½ gelas 50 70
Selingan (10.00)
Pisang 1 buah 50 90
Makan siang (12.00)
Nasi ¾ gelas 100 175Ikan sungai biasa 1 ptg 50 95Tempe goreng 1 ptg besar 100 125Sayur labu 1 gls 100 50Jambu air 1 ptg 100 40
Selingan (15.00)
Manga 1 bh bsr 100 80
Makan malam (19.00)
Nasi ¾ gelas 100 175Daging sapi tanpa lemak ½ potong sedang 25 47,5Sayur pare 1 gls 100 50Jeruk manis 2 bh 100 40
Selingan (20.00)
Pisang 1 bh 50 90
Konsumsi air putih 8-10 gelas per hariJumlah kalori 1291,7
45
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Dari hasil anamnesis pada saat kunjungan pasien ke puskesmas
pada tanggal 5 Juni 2012 dan kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 7
dan 11 Juni 2012 didapatkan informasi bahwa pasien menderita hipertensi
dan konstipasi yang merupakan penderita hiperurisemi dengan
dislipidemia kurang lebih 6 tahun. Pasien kontrol ke puskesmas khususnya
jika terdapat keluhan.
B. Hasil kunjungan rumah
1. Kondisi pasien
Kunjungan pertama ke rumah pasien dilakukan pada tanggal 7 Juni
2012. Pasien terlihat sedang mengasuh cucunya yang menangis dan
mengeluh nyeri kepala dari kemaren.
2. Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien merupakan sarjana muda.
3. Keadaan rumah
a. Lokasi : rumah terletak di Jalan S. Parman no. 127 dan terletak
pada pemukiman biasa. Jarak dengan rumah yang lainnya
berdempetan pada kedua sisi kecuali bagian depan dan samping
kanan. Dalam satu rumah dihuni oleh total 5 orang.
b. Kondisi rumah : kondisi rumah kokoh, tidak lembab, bangunan
tidak bertingkat, dinding tembok, lantai ruang tamu, kamar, dapur
dan kamar mandi terbuat dari keramik, sedangkan tembok terbuat
46
dari semen, atap genting, dan terdapat eternit. Kondisi rumah cukup
bersih dan tertata rapi.
c. Luas : luas tanah ± 81m2. Jumlah orang dalam satu rumah ada 5
orang
d. Lantai rumah : seluruh lantai rumah terbuat dari keramik.
e. Dinding rumah : terbuat dari semen
f. Atap rumah : dari genting dengan platform.
g. Pembagian ruangan : terdapat ruang tamu ukuran 5 x 5,5 meter,
ruang keluarga ukuran 5 x 3 meter, 3 kamar tidur dengan ukuran
masing-masing 2,5 x 3 meter, 2,5 x 3 meter, juga 3 x 3 meter. 2
kamar mandi ukuran 2 x 2 meter serta dapur berukuran 2,5 x 3
meter.
h. Jendela rumah : terdapat dua jendela di ruang tamu, berukuran 0,5
x 0,75 meter. Dua jendela di ruang keluarga, serta setiap kamar
terdapat jendela berukuran 1 x 0,5 meter.
i. Pencahayaan : cahaya yang masuk ke ruang tamu, kamar, dapur
dan ruang keluarga dirasa cukup.
j. Ventilasi : terdapat ventilasi pada tiap ruang.
k. Listrik : daya listrik 900 watt dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
l. Kebersihan dan tata letak barang dalam rumah : kebersihan dalam
rumah cukup dan tata letak barang-barang dalam rumah tertata rapi.
m. Sanitasi dasar :
1) Sumber air minum dan kamar mandi :
a) Persediaan air bersih : sumber air minum dan memasak berasal
dari PAM yang diendapkan terlebih dahulu,
b) Kamar mandi : terdapat 2 buah kamar mandi ukuran 2 x 2
meter. Air untuk mandi dan mencuci berasal dari sumur yang
dihubungkan dengan pompa.
c) Jamban keluarga : memiliki jamban keluarga di dalam rumah
berupa WC jongkok berbentuk leher angsa.
47
2) Tempat pembuangan sampah : terdapat tempat pembuangan
sampah di dapur rumah yang tidak tertutup, berupa ember
tempat sampah yang dilapisi plastik, sampah diambil oleh
petugas kebersihan tiap sore hari.
3) Kandang : terdapat 1 buah akuarium berisi ikan hias yang
dikuras tiap sebulan sekali, terlihat cukup bersih
n. Kepemilikan rumah dan barang : rumah merupakan rumah sendiri,
keluarga pasien memiliki 3 motor, 2 sepeda, tempat tidur terdapat
pada tiap kamar satu buah. Perlengkapan elektronik berupa televisi
21 inch dua buah, radio, kulkas.
4. Keadaan lingkungan sekitar rumah
1) Sarana pembuangan air limbah : limbah kamar mandi dan dapur
dialirkan ke dalam saluran tempat pembuangan limbah masyarakat.
2) Jalan di depan rumah : lebar 5 meter dan terbuat dari aspal
Kesan kebersihan lingkungan : bersih
C. Analisis Kedokteran Keluarga
1. Nilai APGAR Keluarga
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur
sehat atau tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen,
Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat
kesehatan keluarga, yaitu :
a. Adaptasi (adaptation).
Penilaian : dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang dibutuhkan.
b. Kemitraan (patnership).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi
dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
c. Pertumbuhan (growth).
48
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan
yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan
kedewasaan semua anggota keluarga.
d. Kasih Sayang (affection).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih
sayang serta interaksi emosional yang berlangsung.
e. Kebersamaan (resolve).
Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap
kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas
keluarga.
1. Skor APGAR
Kriteria Pertanyaan
Respon
Hampir selalu
(2)
Kadang (1)
Hampir tidak
pernah (0)
Adaptasi
Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
√
Kemitraan
Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi
√
Pertumbuhan
Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki
√
Kasih sayingSaya puas dengan kehangatan / kasih sayang yang diberikan keluarga saya √
KebersamaanSaya puas dengan waktu yang disediakan keluarga untuk menjalin kebersamaan √
Total 9
Klasifikasi8-10 = fungsi keluarga baik4-7 = disfungsi keluarga sedang0-3 = disfungsi keluarga berat
KesimpulanBerdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam fungsi keluarga baik
49
72 thn
2. SCREEM Keluarga
Aspek Sumber Daya Patologi
SocialPasien hidup ditengah-tengah masyarakat dengan hubungan yang baik. Didalam masyarakat biasa dan tidak menonjol.
CulturalPasien tidak percaya takhayul dan tidak percaya pada dukun untuk mengobati penyakitnya
ReligiousPasien dan keluarganya beragama islam dan fungsi religi pada keluarga berfungsi dengan baik
EconomyPasien seorang pensiunan yang tiap bulan mendapat dana gaji pensiun.
EducationPengetahuan pasien kurang tentang sakitnya, dan kurang peduli untuk mengendalikan penyakitnya.
MedicalPasien menggunakan pelayanan kesehatan yaitu dan di puskesmas.
3. Daftar Anggota Keluarga dan Genogram
Tanggal 7 Juni 2012
50
Keterangan:
: perempuan: laki-laki: pasien: bread winner: tinggal serumah: hipertensi: pengambil keputusan
Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan1. Ny. S Pasien P 61 th Pensiunan PNS2. Ny. M Anak Pasien P 32 th Guru SD3. Tn. D Menantu Pasien L 34 th Guru SMK4. Sdr. A Anak Pasien L 28 th Jual Pulsa telepon5. An. A Cucu Pasien P 6 th -
D. Identifikasi Fungsi Keluarga
1. Fungsi biologis dan reproduksi
Pasien memiliki 3 orang anak. Anak pertama berusia 36 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, telah menikah dan mempunyai dua orang anak berusia 9
dan 5 tahun. Anak kedua berjenis kelamin perempuan berusia 32 tahun
telah menikah dan mempunyai anak berusia 6 tahun. Anak ketiga berusia
28 tahun dan belum menikah
2. Fungsi afektif/psikologik
Komunikasi dengan seisi rumah baik, tetapi sehari-hari pasien ditinggal
oleh anak-anak dan menantunya yang tinggal serumah untuk bekerja
sehingga hanya bersama dengan cucunya dari anak kedua semenjak
suaminya meninggal.
3. Fungsi ekonomi
Pasien sebagai seorang pensiunan tiap bulan mendapatkan dana pensiun
kurang lebih 1 juta.
4. Fungsi pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah sarjana muda. Pendidikan terakhir anak
pertama D3, anak kedua D3, dan anak terakhir adalah SMA.
5. Fungsi religious
51
Pasien selalu mengerjakan sholat lima waktu dan terkadang bangun malam
untuk sholat.
6. Fungsi sosial dan budaya
Pasien dalam pergaulan dengan teman dan tetangga di sekitar tempat
tinggal tidak mengalami masalah dan cukup mudah bergaul.
E. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
No Indicator / pertanyaanJawaban
Ya Tidak1. Persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatanAda balita Ditolong nakes
Tidak ditolong NakesTidak ada balita -
2. Pemberian ASI eksklusif pada usia 0-6 bulan
Ada bayi usia 0-6 bulan
Eksklusif Tidak eksklusif
Tidak ada bayi usia 0-6 bulan -3. Menimbang berat
badan balita setiap bulan
Ada bayi/balita Ditimbang Tidak ditimbang
Tidak ada bayi / balita -4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat √5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun √6. Menggunakan jamban sehat √7. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan lingkungan √8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari √9. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga √10. Tidak merokok √
Kategori : tidak sehatBerdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong
keluarga tidak sehat.
F. Tahapan dan Siklus Keluarga
Tahapan Siklus Kehidupan
Tugas-tugas Perkembangan Implikasi pada Kesehatan
Keluarga usia jompo (aging
family members)
1. Mengatasi penuaan fisik2. Menangani peran anak yang lebih
besar dalam mengatur keluarga besar3. Menangani kehilangan karena
kematian pasangan dan teman-teman4. Mempersiapkan kematian, kilas balik
kehidupan dan integrasi
Penurunan kondisi tubuh
Perubahan siklus harian
52
G. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, Perilaku)
1. Perawatan Tumbuh Kembang
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia
2. Gizi keluarga
Tingkat ekonomi keluarga pasien cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Tetapi dalam prakteknya pemenuhan gizi sehari-hari pasien masih kurang
3. Pola makan keluarga
Pasien makan teratur, seringkali beli di warung dan tidak pernah memasak.
Pasien sering makan seorang diri dan jarang makan sayur, serta memiliki
daftar kandungan kolesterol pada makanannya.
4. Perilaku kesehatan keluarga
Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah
membawa ke puskesmas. Pasien kontrol penyakit ke puskesmas bila obat
habis atau bila ada keluhan, tetapi pasien sendiri terkadang lupa untuk
meminum obatnya ataupun meminum obat hanya bila ada keluhan. Pasien
juga memiliki pendanaan kesehatan berupa ASKES PNS.
5. Hygiene dan sanitasi
Keadaan rumah pasien cukup nyaman. Ventilasi rumah yang cukup
menyebabkan udara dalam rumah tidak terasa pengap dan lembab.
Pencahayaan di dalam rumah cukup.
6. Pencegahan penyakit
Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah
periksa ke layanan kesehatan, baik puskesmas, dokter praktek, ataupun
rumah sakit.
H. Gizi Seimbang
No 13 Pedoman Gizi Seimbang Ya Tidak 1. Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi kecukupan
stok energy dalam tubuh√
2. Makanlah semua ragam aneka makanan √3. Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung, kentang,
umbi-umbian, tebu, gandum, dll, setengah dari kebutuhan energy√
4. Batasi konsumsi lemak atau minyak berlebih √
53
5. Gunakan garam beriodium √6. Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di sayuran yang
daunnya hijau dan buah-buahan√
7. Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan -8. Biasakan untuk makan pada pagi hari √9. Minumlah air putih yang bersih, aman dan cukup jumlahnya √10. Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10 menit
setiap pagi√
11. Say NO to alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang √No 13 Pedoman Gizi Seimbang Ya Tidak 12. Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan makanan tersebut
aman di pencernaan√
13. Bacalah label pada kemasan makanan, pastikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya
√
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa hanya 5 poin sudah
dilaksanakan oleh pasien dan keluarga. Hal ini berarti 38% dari total 13
pedoman gizi seimbang telah dipenuhi oleh keluarga pasien yang berarti
kurang baik untuk pemenuhan gizi pada pasien dan keluarga.
I. Skor Rumah Sehat
No Variabel Skor Skor rumah pasien1. Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 √
b. Rawan banjir 12. Kepadatan rumah a. Tidak padat (>8m2/orang) 3
b. Padat (<8m2/orang) 1 √3. Lantai a. Semen ubin, keramik, kayu 3 √
b. Tanah 14. Pencahayaan a. Cukup 3 √
b. Tidak cukup 15. Ventilasi a. Ada 3 √
b. Tidak ada 16. Air bersih a. Air dalam kemasan 3
b. Ledeng/PAM 3 √c. Mata air terlindung 2d. Sumur pompa tangan 2e. Sumur terlindung 2 √f. Sumur tidak terlindung 1g. Mata air tidak terlindung 1h. Lain-lain 1
7. Pemb. Kotoran (kakus)
a. Leher angsa 3 √
b. Plengsengan 2
54
c. cemplung/cubluk 2d. kolam ikan/sungai/kebun 1e. Tidak ada 1
8. Septic tank a. jarak > 10 meter dari sumber air minum
3 √
b. Lainnya 19. Kepemilikan WC a. Sendiri 3 √
b. Bersama 2c. Tidak ada 1
No Variabel Skor Skor rumah pasien10. SPAL a. Saluran tertutup 3 √
b. Saluran terbuka 2c. Tanpa saluran 1
11. Saluran got a. Mengalir lancer 3 √b. Mengalir lambat 2c. Tergenang 1d. Tidak ada got 1
12. Pengelolaan sampah
a. Diangkut petugas 3 √
b. Ditimbun 2c. Dibuat kompos 3d. Dibakar 2e. Dibuang ke kali 1f. Dibuang sembarangan 1g. Lainnya 1
13. Polusi udara a. Tidak ada 3 √b. Ada gangguan 1
14. Bahan bakar masak
a. Listrik, gas 3 √
b. Minyak tanah 2c. Kayu bakar 1d. Arang/batubara 1
Jumlah 42Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berkut :
1. Baik : skor 35- 42 ( > 83%)
2. Sedang : skor 29-34 ( 69-83%)
3. Kurang : skor < 29 ( < 69%)
Dari tabel diatas terlihat bahwa total skor adalah 42, hal ini berarti rumah
pasien termasuk dalam kategori rumah sehat.
55
J. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga
1. Peta penunjuk rumah
56
UTARA
2. Denah rumah
Skala 1 : 100
K. Pelaksanaan Program
No Waktu Kegiatan Hasil
1.7 Juni 2012
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
2. Identifikasi fungsi keluarga yang meliputi anggota keluarga dan kondisi lingkungan baik di dalam dan diluar rumah
1. Pada saat anamnesis dan saat dilakukan pemeriksaan fisik, pasien cukup kooperatif, pasien mengelun nyeri kepala.
2. PHBS pasien dan keluarganya baik3. Pengetahuan tentang penyakit yang
diderita pasien kurang baik. Pasien memiliki catatan hasil lab serta daftar diet sesuai penyakitnya tetapi untuk ketaatan minum obat pada pasien kurang.
2. 11 Juni 2012
1. Follow up pasien2. Memberikan edukasi
dan motivasi kepada pasien
1. Pasien tidak terdapat keluhan2. Pasien lebih memahami pentingnya
diet 3. Pasien lebih mematuhi untuk
57
Utara
5,5 cm4,5 cm
1,5 cm
5 cm
2,5 cm
meminum obat
L. Daftar Masalah Keluarga
No Masalah yang dihadapi Rencana pembinaanSasaran
pembinaan
1.
2.
3.
Pasien tidak mematuhi diet untuk penyakitnyaPasien tidak teratur minum obatKurangnya aktifitas fisik
Konseling dan edukasi pasien tentang diet untuk hipertensi, konstipasi, hiperurisemi dan dyslipidemia, juga aktifitas fisik yang teratur
Pasien
M. Diagnosis Kedokteran Keluarga
1. Diagnosis :
Hipertensi Esensial Grade 1 dengan konstipasi, dyslipidemia, dan
hiperurisemia
2. Bentuk keluarga :
Keluarga besar
3. Fungsi keluarga yang terganggu :
Keluarga dengan fungsi yang baik
4. Pengetahuan, sikap, dan perilaku keluarga
Aktifitas fisik, diet, dan kepatuhan minum obat pada pasien kurang
5. Diagnosis kedokteran keluarga :
Hipertensi esensial grade 1 dengan konstipasi, dyslipidemia, dan
hiperuricemia pada wanita lansia dengan aktifitas fisik, diet, dan
kepatuhan minum obat yang kurang.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kunjungan rumah pasien penderita hipertensi yang berdomisili di
wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien adalah Hipertensi Esensial
grade I terkontrol dengan konstipasi, dyslipidemia, dan hiperurisemia.
2. Keluarga pasien tergolong dalam fungsi keluarga baik.
59
3. Pasien membutuhkan konseling dan motivasi yang berkelanjutan untuk
dapat mematuhi diet serta program-program yang terkait dengan penyakit
yang dideritanya termasuk melakukan aktifitas fisik yang teratur dan
keteraturan dalam meminum obat.
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa
permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya
Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat
2. Bagi Puskesmas
Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
Hendaknya terus menindaklanjuti kasus dengan pendekatan kepada
masyarakat terutama lansia dengan program-program khusus lansia sehingga
pasien dapat terus terkontrol.
3. Bagi Pasien
Hendaknya dipertahankan terus sikap positif dalam menghadapi penyakit
yang diderita, disertai dengan patuh terhadap pelaksanaan aktifitas fisik, diet
dan meminum obat serta program yang diberikan sehingga mampu
menghidari komplikasi komplikasi yang dapat terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andra, 2007. Ancaman Serius Hipertensi di Indonesia. (http