Top Banner
Yosephin Sri Sutanti, MD, MS, SpOk
61

hiperkes

Sep 17, 2015

Download

Documents

LusiaChristina

hiperkes tahun 2014
semoga bermanfaat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Yosephin Sri Sutanti, MD, MS, SpOk

  • DEFINISI Ilmu yang mempelajari perilaku manusia, dalam :

    Perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen

    Perannya sebagai seorang individu atau kelompok

    dengan tujuan agar temuannya dapat diterapkan dalam industri /organisasi, untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya dan organisasinya

  • Perilaku Manusia :

    Segala kegiatan yang dilakukan manusia, baik yang secara langsung dapat diamati (perilaku) maupun yang tidak dapat diamati secara langsung (pikiran, perasaan, motivasi)

    melalui observasi,

    wawancara,dsb

  • Stres di lingkungan kerja berkaitan dengan:

    Lingkungan kerja :fisika/kimia/biologi/ergonomi

    Beban kerja : secara fisik/mental

    Kapasitas kerja :status kesehatan, gizi

  • Gangguan stres akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena berbagai

    faktor seperti:

    stress di lingkungan kerja yang dialami

    coping mechanisme dan mekanisme pertahanan. (Coping mechanisms can be described as the sum total of ways in

    which we deal with minor to major stress and trauma)

    ;kepribadian

    KEMKES-PERDOKI 6

  • Contoh penyebab stres di lingkungan kerja :

    lingkungan fisik tempat kerja,

    bekerja dalam shift,

    beban kerja yang berlebihan,

    bekerja monotoni,

    mutasi dalam pekerjaan,

    tidak jelasnya peran kerja,

    konflik dengan teman kerja.

    KEMKES-PERDOKI 7

  • Penelitian yang dilakukan oleh Owen, 1975, pekerja-pekerja manufaktur yang bekerja di shift

    malam hari mengalami stres sebesar 43%.

    Penelitian Cherrys (1978), dari 1.415 pekerja yang mengalami stress tertinggi adalah pekerja

    white collar sebesar 57%. Sedangkan yang

    terendah adalah pekerja manual tanpa skill.

    Penelitian mahasiswa PPDS SpOk FKUI : stres akibat kerja 20 %

    KEMKES-PERDOKI 8

  • Tipe kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan

    waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian

    kinerja, selalu tergesa-gesa, tidak sabar disebut

    sebagai kepribadian tipe A.

    Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stres dan tegang dan mempunyai kecenderungan terkena

    penyakit jantung pada usia menengah.

    KEMKES-PERDOKI 9

  • Bennet (1983) : banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, di antaranya adalah jam kerja atau

    shift kerja.

    Willan (1990) : jam kerja (jadwal kerja) dalam satu hari 24 jam terbagi atas 3 (tiga) shift kerja yaitu pagi, sore dan

    malam.

    Monk &Tepas (1985) : kerja shift merupakan sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik

    Keluhan : kelelahan dan gangguan perut

    KEMKES-PERDOKI 10

  • Stres Akibat Kerja Stres dalam kesehatan kerja akibat

    ketidakseimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya.

    Stres merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian ekonomis (economic loss).

    KEMKES-PERDOKI 11

  • Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi

    dan kondisi ditempat kerja yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja

    Stres kerja mempunyai

    *aspek fisik,

    * aspek perilaku,

    * emosi

    KEMKES-PERDOKI 12

  • Klasifikasi Stres Hans Selye (guru besar emiritus dan penemu stres)

    membagi stres sbb.:

    Distress yang destruktif

    Eustress yang positif

    Hubungan antara Stres dan Unjuk Kerja :

    - Stres tingkat rendah dan tingkat tinggi dua-duanya menghasilkan unjuk kerja yg rendah

    - Stres yg meningkat sampai mencapai unjuk kerja optimal :merupakan eustress

  • u.kerja

    stres

  • Faktor Risiko dan Jenis Pekerjaan

    A. Desain tugas :

    Beban Kerja yg berat

    Jam Istirahat yg kurang

    Jam Kerja & Shift yg lama

    Rutinitas Pekerjaan

    KEMKES-PERDOKI 15

  • B. Gaya Manajemen

    Kurangnya Partisipasi Pekerja dlm pengambilan keputusan

    Komunikasi yg buruk di tempat kerja.

    Tidak ada/Kurangnya Kebijakan yg Peduli Keluarga

    KEMKES-PERDOKI 16

  • C. Hubungan interpersonal yaitu Lingkungan Sosial yg buruk

    D. Jenjang karir yang tidak jelas. Misalnya reorganisasi

    E. Kondisi Lingkungan : Sesak, Bising, Polusi udara, Masalah Ergonomik.

    F. Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan. Contohnya: Lingkungan pekerjaan yg isolatif sehingga tidak bisa berinteraksi dengan rekan kerja.

    KEMKES-PERDOKI 17

  • Penyebab Stres Kerja A. Faktor Psikososial /

    Faktor lingkungan

    Gaji/Upah

  • B. Faktor Individu

    Tidak punya kesempatan untuk belajar

    Bekerja terlalu lama (lebih dari jam kerja)

    Tidak ada waktu untuk rileks

    Tidak jelas tujuan yg akan dicapai

    Tipe Kepribadian

    KEMKES-PERDOKI 19

  • Jenis pekerjaan Industri dengan proses kerja monoton

    buruh

    sekretaris

    inspektur/supervisor

    teknisi laboratorium klinik

    manajer

    Waiter

    operator mesin

    Petani

    pekerja migas/ tambang

    tukang cat

    dokter

    KEMKES-PERDOKI 20

  • Neurophysiology Cortex

    Reticular Formation Muscle

    Autonomic Nervous System

    External Senses Gut

    +ve - ve

    +ve

    +ve +ve

    +ve

    +ve = excitatory input - ve = inhibitory input

    21 KEMKES-PERDOKI

  • Taksonomi

    Stress

    Catastrophic Events

    Everyday Hassles

    Disasters

    Life Changes

    Domestic Disharmony

    City Life

    Work

    Blue-Collar Stress

    White-Collar Stress

    22 KEMKES-PERDOKI

  • Kerangka Stres

    STRESSORS

    MEDIATING FACTORS

    STRESS (RESPONDEN)

    MEDIATING FACTORS

    STRESS-RELATED DISORDERS

    Peristiwa dalam kehidupan,

    pekerjaan, lingkungan

    Kepribadian, sikap, kemampuan,

    dukungan sosial, coping strategies

    Subyektif, perilaku, fisiologikal

    Diet dan gaya hidup,

    intervensi medis

    Gangguan kondisi fisik

  • Dampak Stres Kerja Terdapat 3 aspek yang dapat menjadi dampak

    stres kerja yaitu:

    Gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung dan pernafasan serta tekanan darah,

    Gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan marah-marah,

    Gejala perilaku yang antara lain meliputi perubahan kebiasaan makan, banyak merokok, gangguan tidur, tidak masuk kerja dan penurunan prestasi kerja.

    KEMKES-PERDOKI 24

  • Gejala-gejala Fisik/Fisiologis difficulty to sleep increased susceptibility to colds and other infections headaches muscular tension backache and neckache excessive tiredness digestive problems raised heart rate increased sweating lower sex drive skin rashes blurred vision

    KEMKES-PERDOKI 25

  • Stress-Related Disorders

    Gangguan mood state : konsentrasi terpecah,emosi

    labil,ansietas,depresi,kepercayaan diri menurun,apatis, lemas,burn out

    Efek perilaku : merokok,minum alkohol,drugs abuse,agresif & anti sosial,banyak melakukan kesalahan dan mengalami kecelakaan,errors of judgement

    Efek organisasi : sering absen, labour turnover,masalah relasi dengan rekan sekerja

  • Tatalaksana 1.Psikoterapi

    2.Psikofarmaka (hindari jika memang tidak diperlukan)

    3.Rehabilitasi (terapi sosial)

    Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan pasien dengan cara

    mengubah aspek kehidupan sosialnya terutama dalam kaitannya

    dengan pekerjaaan, seperti : pengaturan shift work yg baik, cuti,

    kerja, berlibur

    Rujukan ke spesialis bila diperlukan

    KEMKES-PERDOKI 27

  • Prognosis Diprediksikan baik apabila pencegahan dan

    tatalaksana telah dilaksanakan.

    KEMKES-PERDOKI 28

  • PRINSIP TATALAKSANA PRINSIP : mengubah faktor penyebab

    FAKTOR LINGKUNGAN/PSIKOSOSIAL

    Faktor intrinsik pekerjaan:tuntutan fisik (bising), overload

    Peran dalam organisasi : konflik peran, motivasi & etos kerja

    Pengembangan karir : kepastian jenjang /status

    Struktur &iklim organisasi :hubungan antar individu

    FAKTOR INDIVIDUAL

    Peningkatan kecakapan,pembentukan tim kerja dsb

    Tehnik penenangan pikiran

    Teknik penenangan melalui aktivitas fisik:senam, jalan pagi

  • Pencegahan Stres Kerja a) Menghilangkan stressor kerja

    b) Dimulai work design/ergonomics design perbaikan organizational behavioral (flexible responsive, komunikasi diteruskan, diagnosa dini), assertiveness training.

    c) Pengendalian kognitif : konseling, psikoterapi, berpikir positif, religi

    d) Kegiatan relaksasi: tehnik pernafasan, meditasi/yoga/ relaksasi otot, olah raga, piknik, kegiatan sosial

    KEMKES-PERDOKI 30

  • e. Untuk menciptakan gairah kerja perlu

    Pekerjaan yg sesuai dg kemampuan, pendidikan dan bakat

    Hubungan interpersonal yg harmonis (naker-majikan, naker-naker)

    Upah yg memadai

    Kehidupan keluarga yg harmonis

    Lingkungan hidup yg nyaman

    KEMKES-PERDOKI 31

  • f. Cara mengatasi stres di tempat kerja: Pelihara kesehatan fisik & jiwa Rencanakan masa depan Terus menerus menyiapkan diri terhadap perubahan utk

    menghadapi stres dan survive di dunia yg kompetitif Lakukan refreshing, reenergizing dan remotivating Sisihkan waktu untuk keluarga dan sumber dukungan

    emosional dan moral Hindari membuat beberapa keputusan besar sekaligus Hindari alkohol, merokok dan zat-zat lain saat dalam kondisi

    stres Tingkatkan iman dan takwa

    KEMKES-PERDOKI 32

  • PENEGAKKAN DIAGNOSIS Tujuh langkah dalam diagnosis PAK : 1. Menentukan diagnosis klinis Untuk menyatakan, bahwa suatu penyakit adalah akibat hubungan pekerjaan, harus dibuat diagnosis klinis dahulu. 2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pakerjaan

    Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja tersebut. Untuk itu perlu dilakukan anamnesis pekerjaan yang lengkap

    dan kalau perlu dilakukan pengamatan di tempat kerja dan mengkaji data sekunder yang ada.

    KEMKES-PERDOKI 34

  • 3. Menentukan apakah ada hubungan pajanan

    dengan penyakit Untuk menentukan adanya hubungan antara

    pajanan dan penyakit, harus berdasarkan dari bukti yang ada.

    4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar Penentuan besarnya pajanan, dapat dilakukan

    secara kuantitatif dengan melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara pekerja bekerja.

    KEMKES-PERDOKI 35

  • PENATALAKSANAAN 5. Menentukan apakah data faktor-faktor individu yang

    berperan Faktor individu apakah ada yang dapat mempercepat atau

    memperlambat kemungkinan terjadi penyakit akibat hubungan kerja, misalnya kebiasan merokok,faktor genetik atau kebiasaan memakai alat pelindung dengan baik.

    6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan Apakah ada faktor di luar pekerjaan yang juga dapat menjadi

    penyebab penyakit, misalnya kanker paru selain dapat disebabkan oleh asbes, juga dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok.

    7. Menentukan diagnosis akibat kerja

    KEMKES-PERDOKI 36

  • PENATALAKSANAAN A. Diagnosis

    Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosa gangguan stress akibat kerja sebagai berikut :

    1. Anamnesa (a.l) dan Kuesioner

    Bila pada seorang pasien ditemukan tanda-tanda adanya gangguan stress akibat kerja, maka perlu dilakuan anamnesa, seperti :

    sudah berapa lama gangguan tersebut dialami

    apakah jenis pekerjaan yang dilakukan sehari-hari

    KEMKES-PERDOKI 37

  • Penatalaksanaan - Kuesioner untuk anamnesa tipe kepribadian seseorang (a.l):

    Apakah anda selalu bekerja dengan cepat

    Apakah anda kurang sabar apabila melihat pekerjaan yang lambat dan tidak mencapai kinerja

    Apakah anda selalu berfikir tentang 2 (dua) atau lebih pekerjaan dalam satu saat yang sama

    Apakah anda merasa bersalah jika mengambil cuti atau istirahat beberapa jam

    KEMKES-PERDOKI 38

  • Penatalaksanaan 2. Pemeriksaan Fisik

    Secara umum tidak ditemukan gangguan stress akibat kerja bila stress belum berlangsung kronis.

    Pemeriksaan fisik yang ditemukan akan berkaitan dengan gangguan stress akibat kerja ,

    *seperti penurunan berat badan pada gangguan depresi, kenaikan tekanan darah pada gangguan somatoform, gastritis, cephalgia, stomatitis aphtosa, dan lain-lain.

    KEMKES-PERDOKI 39

  • Penatalaksanaan 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Minnesota Multiphasic Personality Inventory

    (MMPI) untuk mengetahui tipe kepribadian. MMPI adalah suatu tes kepribadian yang obyektif untuk

    membantu para psikiater untuk mengenal pasien, kepribadiannya dan tingkat penyakitnya.

    Bagian pada MMPI berdasarkan fakta atau gejala dari kesehatan umum, gejala neurology, gejala pada sistem organ (kardiovaskuler, pencernaan dan lain-lain), kebiasaan pendidikan, sikap gejala psikiatrik (delusi, halusinasi, depresi, maniak, obsesi, kompuls) moral dan maskulin-feminim.

    KEMKES-PERDOKI 40

  • Penatalaksanaan Pemeriksaan penunjang a.l:

    pemeriksaan stress test

    pemeriksaan Sleep EEG pada gangguan depresi yang mengalami insomnia

    pemeriksaan ECG pada gangguan somatoform

    Kuesioner digunakan pula untuk melihat berat ringannya suatu penyakit seperti PANNS Score untuk gangguan jiwa psikosis

    KEMKES-PERDOKI 41

  • Penatalaksanaan 4. Diagnosis Diferensial

    Gangguan Somatoform yang mengenai sistem pembuluh darah harus dibedakan dengan hipertensi esensial, begitu pula dengan gangguan somatoform lainnya yang mengenai sistem organ tubuh yang dipengaruhi sistem saraf otonom.

    KEMKES-PERDOKI 42

  • Penatalaksanaan B. Tatalaksana penanganan kasus

    Gangguan stress akibat kerja dapat diatasi dengan pemberian :

    1. Psikofarmaka Berbagai jenis psikofarmaka dapat diberikan seperti :

    Anti Anxietas

    Anti Depresan

    Anti Psikotika

    Pemberian psikofarmaka tersebut biasanya diberikan dalam dosis kecil dahulu kemudian ditingkatkan dalam dosis optimal kemudian diturunkan secara perlahan-lahan untuk dosis maintenance. Bila kondisi pasien telah stabil maka obat dapat dihentikan.

    KEMKES-PERDOKI 43

  • Penatalaksanaan B. Tatalaksana penanganan kasus (lanjutan)

    2. Konseling dan Psikoterapi Pada kasus yang ringan dapat diberikan psikoterapi

    jenis suportif yang singkat saja

    Pada kasus kronis dan berat perlu dirujuk ke Dokter spesialis jiwa untuk psikoterapi psikoanalisis.

    Dapat pula diberikan terapi kelompok (Group Therapy) yang dapat digunakan untuk menghilangkan distress, meningkatkan kepercayaan diri, menimbulkan insight pada klien, memperbaiki relasi sosial dan perilaku seseorang.

    KEMKES-PERDOKI 44

  • Pencegahan Primer Pencegahan primer : mengurangi insidensi gangguan psikiatrik dalam suatu populasi dan untuk kelompok mereka yang tidak termasuk kelompok berisiko Diusahakan dengan mengurangi atau meniadakan pengaruh buruk lingkungan kerja dan memperkuat kemampuan individu untuk menghadapi dan menanggulangi kesulitan yang dihadapinya

    Dilakukan dengan kampanye promosi dan edukasi kesehatan jiwa dan pesan disampaikan kepada setiap orang yang termasuk kelompok berisiko atau tidak Sebagai contoh adalah kampanye bahaya kesehatan akibat merokok atau asap rokok.

    KEMKES-PERDOKI 45

  • Pencegahan Sekunder Untuk mempercepat proses penyembuhan gangguan

    psikiatrik yang dialami pekerja serta mengurangi/ memperpendek durasi penyakit.

    Pencegahan sekunder ditujukan kepada kelompok yang dicurigai terkena risiko atau gangguan stress akibat kerja.

    Sebagai contoh adalah pada kelompok perokok disampaikan bahaya tentang banyaknya rokok yang diisap dan gangguan penyakit yang akan dialami.

    KEMKES-PERDOKI 46

  • Pencegahan Tersier Difokuskan pada kelompok orang yang telah mengalami

    gangguan stress akibat kerja dan diupayakan untuk dipulihkan kesehatannya.

    Dalam pencegahan ini diupayakan konseling, pengobatan klinis dan rehabilitasi mental.

    Setelah pulih dari gangguan stress akibat kerja, pekerja tersebut diupayakan kembali ketempat kerja semula dengan supervisi dari supervisornya. Gradasi beban kerja ditingkatkan mulai dari kerja ringan, sedang, sampai kembali bekerja seperti semula.

    KEMKES-PERDOKI 47

  • Reminding 7 Langkah Diagnosis PAK

    1. Tentukan diagnosa klinisnya

    2. Tentukan pajanan yg dialami TK selama ini

    3. Tentukan apakah pajanan tsb memang dapat

    menyebabkan penyakit tsb

    4. Tentukan apakah jumlah pajanan yg dialami

    cukup besar utk dpt mengakbtkan penyakit tsb

    5. Tentukan apakah ada faktor lain yg mungkin

    dpt mempengaruhi

    6. Cari adanya kemungkinan lain yg mungkin dpt

    merupakan penyebab penyakit

    7. Buat keputusan apakah penyakit tsb disebabkan

    oleh pekerjaannya

  • So be happy and continue working!

    End

  • KASUS PAK (1) ??? Seorang laki-laki,45 tahun,dengan satu istri dan 2 anak, datang dengan keluhan sering insomnia 1 tahun terakhir dan makin sering sejak 1 bulan terakhir. Pekerjaannya sebagai seorang manajer marketing sebuah perusahaan bir di Cibitung, sejak satu tahun. Dia tinggal Depok,sehingga setiap hari dia harus berangkat sebelum pukul 6, untuk

    menghindari kemacetan. Kira-kira 1 bulan yang lalu ibunya meninggal dunia karena stroke akibat darah tinggi.

  • 1. Diagnosis :

    2. Pajanan yg dialami selama ini:

    3. Pajanan tsb dapat menyebabkan stres:

    4. Apakah jumlah pajanan cukup besar utk menimbulkan penyakit tsb:

    5. Apakah ada faktor lain yg dpt mempengaruhinya:

    6. Kemungkinan lain yg mungkin menyebabkan:

    7. Buat keputusan:

  • 1. Diagnosis : Insomnia

    2. Pajanan yg dialami :fisik,kimia,biologi,ergonomi,psikis

    3. Pajanan tsb dapat menyebabkan stres: dapat (psikis)

    4. Apakah jumlah pajanan cukup besar utk menimbulkan penyakit tsb: cukup besar

    5. Faktor individu yg mungkin menyebabkan: , tipe kepribadian?, lingkungan fisik kerja? Hubungan interpersonal?

    6. Apakah ada faktor lain yg dpt mempengaruhinya: ibunya meninggal akibat stroke

    7. Buat keputusan: Insomnia yang berhubungan akibat kerja

  • Penatalaksanaan Non Pharmacology

    Konseling (cognitive behavioral therapy)

    Pharmacology

    Non-prescription (melatonin, CTM, Lelap dll)

    Prescription (benzodiazepin onset cepat vs eliminasi lambat)

  • Kasus PAK (2) ??? Seorang pekerja operator mesin diesel usia 45 tahun (20

    tahun bekerja di tempat yg sama) mengeluh sakit kepala, migren, nyeri otot di leher dan tulang punggung, susah tidur (terutama utk masuk tidur dan sakit maag sejak beberapa minggu terakhir)

    Pada pemeriksaan ditemukan: aritmia, TD 180/100

    Angka absen: 1 tahun terakhir 48 hari kerja, sering melakukan kesalahan di tempat kerja, sering kena marah atasan

    Hubungan kerja sesama pekerja: buruk, shift work

    Lingkungan kerja: bising suara mesin diesel, panas, getaran

  • 1. Diagnosis :

    2. Pajanan yg dialami selama ini:

    3. Pajanan tsb dapat menyebabkan stres:

    4. Apakah jumlah pajanan cukup besar utk menimbulkan penyakit tsb:

    5. Apakah ada faktor lain yg dpt mempengaruhinya:

    6. Kemungkinan lain yg mungkin menyebabkan:

    7. Buat keputusan:

  • Terima kasih

    KEMKES-PERDOKI 61

    Jangan

    stres,

    Santai aja