Top Banner
Volume XXIII No. 4 Tahun 2018 TEMU WICARA SASTRA DAERAH FOTO: SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK MOW 2019 HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK MOW 2019 ROADSHOW PERPUSNAS DI LABUAN BAJO KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA KE-11
52

HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

Oct 24, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

Volume XXIII No. 4 Tahun 2018

TEMU WICARASASTRA DAERAH

FOTO: SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN

HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK MOW 2019

HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK MOW 2019

ROADSHOW PERPUSNASDI LABUAN BAJO

KONFERENSI PERPUSTAKAANDIGITAL INDONESIA KE-11

Page 2: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

Salam Redaksi

Selamat Membaca.

Perpustakaan Nasional pada 2019 mengusulkan dua naskah, yakni Hikajat Atjeh dan Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian untuk dicatat dalam register Memory of the World (MOW). Naskah Hikajat Atjeh adalah karya sastra yang ditulis untuk memuji Sultan Iskandar Muda dari masa sebelum kelahiran hingga wafatnya sang Sultan. Hikayat Aceh dikembangkan melalui lisan, disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sedangkan Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian adalah dokumentasi budaya abad ke-14 yang memuat ajaran Dasa Krta, Dasa Sila, dan Dasa Marga yang sebagai representasi Dasa Indera. Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian konon berasal dari Kabuyutan Galunggung, salah satu scriptorium utama pada masa Kerajaan Sunda Kuno.

Memory of The World milik UNESCO dimulai sejak tahun 1992 yang bertujuan untuk melestarikan, melindungi dan membuka akses pada warisan dokumenter dunia ini. Program MoW di Indonesia dimulai sejak 2006. Banyak hasil peradaban Indonesia yang diakui, seperti Nagarakretagama, naskah I La Galigo, Babad Diponegoro, Arsip Konferensi Asia-Afrika, dan tiga warisan dokumenter Indonesia, yakni Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami Samudera Hindia serta Naskah Cerita Panji telah diakui sebagai ingatan kolektif dunia oleh UNESCO.

Diterbitkan oleh: SUBBAGIAN HUMAS PERPUSTAKAAN NASIONAL RISTT No. 1995/SK/Ditjen/ PPG/225/1994 tanggal 22 Februari 1994

Info RedaksiRedaksi WARTA menerima kiriman tulisan artikel populer bertemakan perpustakaan atau pembudayaan kegemaran membaca. Jumlah tulisan 1500 – 3000 karakter. Kirimkan tulisan anda ditujukan kepada redaksi WARTA melalui email [email protected]. Setiap naskah yang masuk akan diseleksi sesuai kebutuhan redaksi.

Petugas Upacara pada Peringatan Hari Ibu

Page 3: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

DAFTAR ISI WARTA Volume XXIII No. 4 Tahun 2018

warta utama MoU Perpusnas dengan Pemkot Ambon dan Asiri

Daftar IsiTemu Wicara Sastra Daerah 1

Kerjasama Perpusnas di Kabupaten Enrekang 3

Nota Kesepahaman Perpusnas dengan Pemkot Ambon dan Asiri 5

Rakorda Perpustakaan Sulawesi Selatan 7

Sosialisasi Aplikasi Pendataan Perpustakaan 9

Roadshow Perpusnas di Labuan Bajo 11

Bantuan MPK untuk Kabupaten Ponorogo dan Tuban 13

Kunker DPRD Kabupaten Belitung 15

Hikajat Atjeh dan Sanghyang Siksakanda ng Keresian untuk MOW 2019 17

KPDI ke-11 19

Kongres XIV dan Seminar Ilmiah IPI 21

Pra Konvensi SKKNI 23

Ridwan Kamil Luncurkan Kolencer dan Aplikasi Candil 25

Mengenal Biografi Bung Karno Lewat Lomba 27

Media Sosial Sebagai Sarana Promosi oleh Perpusnas 31

Literasi yang Menyatukan 33

Renungan 36

Menyibak Misteri Stonehenge 37

Fenomena Beruang Tidur Sepanjang Musim Dingin 39

Peristiwa 41

Lensa Warta 45

Page 4: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

1

w a r t au t a am

Selamatkan Bahasa Ibu Lewat Pelestarian Karya Sastra

temu wicara sastra daerah

Volume XXIII No. 4 2018

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan Nasional RI sebagai salah satu institusi peradaban mendukung penyelamatan bahasa ibu melalui pelestarian karya sastra daerah. Melestarikan bahasa daerah merupakan upaya penyelamatan filosofi, nilai-nilai luhur, dan norma-norma bangsa Indonesia sebagai panduan menjalankan hidup sebagai insan yang beradab. Hal ini disampaikan Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat membuka temu wicara “Sastra Daerah Dalam Upaya Penyelamatan Bahasa Ibu” dengan nara sumber sastrawan yang fokus pada sastra daerah.

Page 5: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

2

“Ini bukan sekedar mempertahankan warisan budaya, hanya sekedar bahasa, tapi harus dipahami bahwa eksistensi, nilai-nilai kemanusiaan yang paling fundamental memang ada di bangsa kita,” ujar Syarif Bando, Rabu, (7/11).

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR), Perpusnas mengumpulkan dan melestarikan hasil karya anak bangsa berupa buku, film, dan rekaman. Sejak UU No. 4/1990 diundangkan, menurut Syarif, sebanyak satu juta KCKR yang sudah dikumpulkan Perpusnas. Di antara koleksi tersebut adalah buku-buku dengan bahasa daerah.

“Ke depan kami akan memfokuskan sosialisasi pada pendayagunaannya agar bisa digunakan masyarakat sebaik-baiknya. Tentu saja upaya pengumpulan tidak akan berhenti sampai di sana. Akan ada sosialisasi untuk menciptakan dan mengumpulkan karya-karya baru. Karenanya kami meminta para penulis, produser, film, dan karya sastra lainnya, kami tentu senang seiring sejalan untuk memperkaya khazanah bangsa kita dengan karya-karya yang baru,” jelasnya.

Nara sumber temu wicara yang hadir, antara lain sastrawan Saut Poltak Tambunan, Yayasan Kebudayaan Rancage Rahmat Taufik Hidayat, Akademisi Sastra Free Hearty, dan Kepala Direktorat Deposit Bahan Pustaka Perpusnas Lucya.

Dalam diskusi tersebut, Saut Poltak yang sudah menghasilkan puluhan buku di antaranya dalam Bahasa Batak menyebut, keberadaan bahasa daerah terancam. Seperti dilansir Kemendiknas, dari 746 bahasa daerah yang eksis pada saat ini, diperkirakan pada 2090 hanya akan tersisa 75 bahasa daerah. Saut menjelaskan, pudarnya minat pada bahasa daerah berimbas pada hilangnya kearifan lokal.

“Tanggung jawab orangtua untuk melestarikan bahasa daerah dengan mengajarkan ke anaknya. Karena ini

adalah tugas kita untuk melestarikan bahasa daerah dengan bangga berbahasa daerah. Untuk merawat bahasa ibu melestarikan kearifan lokal, saya membuat karya sastra dalam bentuk tulisan. Kita harus mengabadikannya dalam sastra modern,” jelasnya.

Sementara itu, Rahmat Hidayat menjelaskan selama 30 tahun terakhir, Yayasan Kebudayaan Rancage memberikan Hadiah Sastra Rancage untuk penulis karya sastra berupa buku yang ditulis dalam bahasa daerah. Seiring berjalannya penghargaan ini, kecenderungannya justru semakin banyak penulis yang menulis karya sastra dalam bahasa daerah.

“Kami mengusulkan Hari Bahasa Ibu Nusantara setiap tanggal 31 Januari.

Padahal sebagaimana disebutkan oleh para peneliti, Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa ibu, yang tersebar dari Aceh sampai Papua. Secara internasional, Hari Bahasa Ibu Internasional sudah diperingati selama 19 tahun,” tuturnya. Rahmat berharap bisa memperjuangkan bahasa daerah dengan penutur bahasa daerah lainnya. Karena dia khawatir, bahasa daerah sering dianggap sebagai sumber perpecahan.

Free Hearty menilai upaya untuk melestarikan bahasa ibu bisa dimulai pemerintah dengan memasukkan sastra daerah dan Indonesia dalam kurikulum pendidikan. “Taufiq Ismail menyatakan bahwa seharusnya sastra masuk ke dalam kurikulum. Karena kalau belajar sastra maka bisa belajar bahasa. Harusnya pemerintah membuat komitmen untuk memasukkan sastra ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah,” ujarnya.

Saut berharap pemerintah pusat dan daerah bersinergi dengan masyarakat sastra dan bahasa daerah untuk konservasi dan revitalisasi bahasa daerah. Termasuk mendukung penulisan dan penerbitan buku sastra modern berbahasa daerah.

Selain temu wicara, kegiatan ini

menghadirkan pembacaan puisi dalam Bahasa Batak oleh Panusunan Simanjuntak, puisi dalam Bahasa Makassar oleh Khrisna Pabhicara, puisi dalam Bahasa Tegal oleh Kurnia Effendi, dan pembacaan cerpen dalam Bahasa Batak oleh Nancy Simanungkalit.

Reportase: Hanna Meinita

Volume XXIII No. 4 2018

Page 6: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

3

w a r t au t a am

Kab. Enrekang, dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Sulsel

Seriusi Pengembangan Perpustakaan

launching perpustakaan masjid dan mOU PErpusnas di kabupaten enrekang

Enrekang, Sulawesi Selatan—Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) bersama Pemerintah Kabupaten Enrekang melakukan peresmian Perpustakaan Masjid se-Kabupaten Enrekang di lapangan Abu Bakar Lambogo Batili, Jumat, (7/12). Selain melakukan peresmian, Perpusnas

juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan.

Volume XXIII No. 4 2018

Page 7: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

4

epala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan bahwa penguatan peran perpustakaan ini merupakan

bagian dari program Nawa Cita pemerintah era kepemimpinan Jokowi-JK. "Ada tiga komponen penting dari perpustakaan dalam mendukung program Nawa Cita. Pertama adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kedua, membangun karakter bangsa, dan yang terakhir adalah mengawali pembangunan dari pinggiran," ucap Muhammad Syarif.

Peran perpustakaan semakin strategis dan penting dalam memberdayakan masyarakat mengingat demografi penduduk Indonesia yang tingkat pendidikannya masih rendah. Data Bappenas menunjukkan bahwa hanya ada tujuh persen masyarakat Indone sia yang sarjana, sisanya 93 persen merupakan lulusan SD hingga SLTA.

“Masyarakat dengan pendidikan yang rendah ini tidak bisa dibiarkan untuk menghadapi berbagai tuntutan hidup yang sulit. Perpustakaan harus hadir untuk menyediakan ilmu yang bisa membantu,” tambah Muhammad Syarif.

Manifesto Perpustakaan Umum Unesco memandatkan bahwa perpustakaan umum selain berfungsi mendukung pendidikan formal, juga berperan penting dalam menciptakan individual dan pendidikan swatindak??? atau mandiri. Di negara maju, diwajibkan sebesar 2,5% dari anggaran untuk penyediaan perpustakaan bagi masyarakat yang tidak mampu melanjutkan pendidikan.

Keseriusan pemerintah dalam membangun infrastruktur perpustakaan di berbagai daerah

adalah dengan menjadikan perpustakaan sebagai program prioritas nasional satu. Implementasinya, pada tahun 2019, pemerintah menyediakan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk mendanai kegiatan perpustakaan kepada provinsi dan kabupaten/kota tertentu yang mengajukan proposal dan memenuhi syarat. "Kami berikan dana sebesar 300 miliar untuk DAK Perpustakaan," ujar Syarif.

Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, adalah sebagian dari daerah yang menerima bantuan DAK tersebut. Berdasarkan rancangan DIPA yang diserahkan secara simbolis, Kabupaten Enrekang dan Luwu Utara masing-masing menerima sekitar Rp 10 miliar untuk pembangunan gedung layanan perpustakaan, sarana dan prasarana, pengadaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dan perangkat

kebutuhan lainnya.

Pada kesempatan yang sama turut ditandatangani pula Nota Kesepahaman antara Perpustakaan Nasional dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Sulawesi Selatan. Ruang lingkup kesepahaman bersama ini meliputi pengembangan sumber daya manusia bidang perpustakaan, pengembangan TIK, pengembangan pangkalan data Katalog Induk Nasional (KIN) dan Repository digital Indonesia OneSearch (IOS), pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, pertemuan ilmiah, penelitian dan publikasi bersama dalam bidang perpustakan, penghimpunan dan pelestarian karya cetak dan karya rekam (KCKR), pelaksanaan promosi perpustakaan dan pengembangan budaya baca, inventarisasi, registrasi

dan pelestarian naskah nusantara, dan perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional.

12 perguruan tinggi yang melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman ini, antara lain STKIP Muhammadiyah Enrekang, STKIP Muhammadiyah Barru, STKIP Muhammadiyah Bulukumba, STKIP Muhammadiyah Bone, STKIP Muhammadiyah Sidrap, STISIP Muhammadiyah Sinjai, STISIP Muhammadiyah Rappang, STIKES Muhammadiyah Sidrap, STIE Muhammadiyah Palopo, Universitas Muhammadiyah Sinjai, dan Universitas Sawerigading Makassar.

Bupati Enrekang, Muslimin Bando mengapresiasi kerja sama tersebut. Secara singkat Bupati mengatakan pentingnya pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek pengetahuan kognitif saja dari individu melainkan

juga membangun karakter bangsa dan memiliki Integritas. Saat ini yang acap terjadi dimana banyak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang meskipun memiliki pengetahuan yang baik tapi minim dalam aspek integritas sehingga menyebabkan banyak program di daerah tidak berjalan dengan baik.

“Ini yang sulit dicari. Kader-kader yang memiliki pengetahuan dan ijasah tinggi serta berintegritas," ucap Bupati Enrekang. Oleh karena itu ia berharap bahwa program pengembangan berbagai jenis perpustakaan di Kabupaten Enrekang dan Sulawasi Selatan bisa berkolaborasi dengan pendidikan formal untuk menghasilkan individu yang tidak hanya pintar tetapi juga berintegritas. Reportase: Radhitya Purnama

K

Volume XXIII No. 4 2018

Page 8: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

5

w a r t au t a am

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan Nasional RI mendukung upaya Ambon menjadi Kota Musik Dunia. Dukungan diberikan Perpusnas melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan Pemerintah Kota Ambon mengenai pendirian pusat dokumentasi musik nasional. Pada Mei 2019, Kota Ambon akan didaftarkan menjadi Kota Musik Dunia ke Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).

Perpusnas Dukung Ambon Menjadi Kota Musik Dunia

Nota Kesepahaman Perpusnas dengan Pemkot Ambon dan Asiri

Volume XXIII No. 4 2018

Page 9: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

6

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan melalui UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan

Karya Cetak dan Karya Rekam, Perpusnas menyimpan karya cetak dan karya rekam dari seluruh Indonesia. “Perpusnas telah menghimpun dan menyimpan koleksi bahan pustaka di antaranya koleksi musik video dan audio visual. Dokumentasi ini tentunya mendukung berdirinya pusat dokumentasi nasional,” jelas Syarif Bando sebelum menandatangani nota kesepahaman antara Perpusnas dengan dengan Pemkot Ambon dan Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri) di Auditorium Soekarman, Gedung Fasilitas

Layanan Perpusnas, Jakarta, pada Senin (29/10).

Syarif menegaskan Perpusnas sebagai institusi peradaban mendukung langkah pemerintah di pusat dan daerah dalam menjalankan tugasnya. Dalam mewujudkan Ambon sebagai Kota Musik Dunia, Perpusnas siap dijadikan sebagai rujukan. “Pemerintah berharap industri musik kreatif menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat Kota Ambon dan tentu saja provinsi Maluku, serta seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan penetapan Presiden RI Joko Widodo tentang ekonomi kreatif yang harus menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia,” tuturnya.

Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy menyatakan inisiatif pencanangan Ambon Kota Musik Dunia sudah dilakukan pada 29 Oktober 2016 di Ambon, Maluku. Untuk mewujudkan hal tersebut, Kota Ambon bersama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) melaksanakan 25 action plan atau rencana strategis. Menurut Richard, sejak ada sentuhan nilai akademis, persepsi orang Ambon terhadap musik mengalami perubahan. “Musik menjadi sektor yang potensial secara ekonomis,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Kepala Bekraf

Ricky Joseph Pesik menyatakan musik merupakan ciri khas Ambon. Di mana kebanyakan penyanyi kenamaan di Indonesia memiliki akar budaya Ambon. Meski begitu, menurut Ricky Joseph, persyaratan menjadikan Ambon sebagai Kota Musik Dunia bukan hal yang mudah. Beberapa syarat yang harus dipenuhi adalah membangun pusat dokumentasi yang memperlihatkan peran Ambon dalam lanskap musik nasional, regional, bahkan internasional dari sisi akar musiknya. Selain itu, menampilkan hal secara kasat mata yang menjadikan Kota Ambon sebagai pusat musik.

“Dan yang paling penting, bagaimana menampilkan hubungan musik nasional dengan Ambon dan Maluku secara umum bisa dipresentasikan ke masyarakat, dan bisa ditawarkan sebagai sebuah destinasi bagi yang berkunjung ke Ambon untuk menikmati pengalaman bagaimana pengaruh Ambon dalam sejarah musik nasional,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini, nota kesepahaman juga ditandatangani antara Pemkot Ambon dengan Museum Musik Indonesia dan temu wicara dengan tema “Membangun Peradaban Bangsa Melalui UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan KCKR”.

Reportase: Hanna Meinita

Volume XXIII No. 4 2018

Page 10: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

7 Volume XXIII

Makassar, Sulawesi Selatan—Era digital memaksa perpustakaan harus berbenah penampilan agar lebih menarik masyarakat. Oleh karena itu, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menargetkan pembangunan perpustakaan yang representatif di seluruh kabupaten/kota provinsi Sulawesi Selatan secara bertahap. Hal tesebut disampaikannya saat membuka Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Bidang Perpustakaan dan Kearsipan Sulawesi Selatan, Sabtu, (20/10).

Gubernur Sulsel Janjikan Perpustakaan yang Representatif di Seluruh Kab/Kota

Rakorda Perpustakaan Sulsel

s o r o t a n

No. 4 2018

Page 11: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

8Volume XXIII

elama ini prioritas perpustakaan kerap menjadi yang paling akhir. Padahal upaya mencerdaskan anak

bangsa bukan sekadar belajar tapi juga membaca. Era digital memang nyaris membuat mati semua sektor kehidupan. Teknologi membuat semuanya terlihat mudah. Dan jika tidak mengikuti perkembangan, dipastikan akan mudah dilibas zaman,” ujar Gubernur Nurdin dihadapan seluruh Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten/Kota se-Sulawesi Selatan.

Gubernur menginginkan nantinya semua perpustakaan yang dibangun dan dikembangkan di tiap kabupaten/kota berlokasi di tempat yang strategis, misalnya di ruang publik (taman). Gubernur Nurdin lantas menceritakan pengalamannya semasa menjadi Bupati Bantaeng dimana perpustakaan justri tumbuh berkembang hasil inisiatif sekumpulan anak muda. “Jadi, sebenarnya ini hanya persoalan inovasi.”

Globalisasi menuntut adanya persaingan yang ketat dan keterbukaan informasi. Masyarakat tidak boleh tidak tahu terhadap pembangunan, apalagi jika berkaitan dengan pelayanan publik. Jangan lagi ada sekat informasi. Publik harus tahu program pembangunan yang sedang berjalan. Mewadahi hal tersebut Pemprov Sulsel sudah meluncurkan Pusat Pengaduan Masyarakat berbasis digital. Itu hanya contoh kecil yang bisa dilakukan dan dikembangkan oleh kabupaten/kota.

Pun dengan perpustakaan. Dinas perpustakaan bisa menggandeng perusahaan multi nasional maupun yang pihak swasta lainnya lewat dana CSR demi mengembangkan perpustakaan menjadi lebih kreatif dan representatif. Caranya, pangkas birokrasi dan hadirkan kesetiaan. Selama ada kemauan, pasti disitu ada jalan. Perpustakaan daerah harus jadi unggulan. Anggaran pendidikan dibuat sepaket dengan

perpustakaan. Jika semua bergerak, maka perpustakaan Sulawesi Selatan akan menjadi model di Indonesia.

Menanggapi niat mulia Gubernur, Perpustakaan Nasional menyatakan siap membantu. Dana alokasi khusus (DAK) untuk pengembangan perpustakaan kabupaten/kota sudah disiapkan Perpusnas. “Namun, seberapa jauh Dinas Perpustakaan memahami ruang lingkup perpustakaan yang sesuai tren zaman juga mutlak diperlukan. Jangan merasa minder jika berbicara tentang perpustakaan karena perpustakaan adalah institusi peradaban yang menghubungkan ilmu pengetahuan di masa lalu, saat ini dan di masa yang akan datang,” pesan Kepala Perpusnas Muhammad

Syarif Bando.

Dunia saat ini memasuki era Revolusi Industri 4.0. Banyak kemudahan yang diciptakan. Dunia sudah diibaratkan berada dalam genggaman. Tapi, tidak berarti apapun jika tidak diimbangi dengan kemampuan membaca. Kegemaran membaca akan mendorong pertumbuhan literasi. Semakin banyak yang dibaca akan semakin banyak dunia yang dikenal. Pemahaman terhadap perkembangan yang terjadi bisa lebih mudah. Salah satu manfaat perpustakaan adalah mempertemukan orang dengan bahan bacaan yang dibutuhkan, ucap Muhammad Syarif.

Reportase : Hartoyo Darmawan

“S

No. 4 2018

Page 12: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

9

Cikini, Jakarta – Perpustakaan Nasional menyelenggarakan Sosialisasi Aplikasi Pendataan Perpustakaan Berbasis Wilayah dan Peluncuran Buku Profil Perpustakaan di Jakarta, Senin, (12/11). Sosialisasi tersebut merupakan bagian dari tugas Perpustakaan Nasional sebagai perpustakaan pembina bagi seluruh jenis perpustakaan di Indonesia.

Sosialisasi Aplikasi Pendataan Perpustakaan Berbasis Wilayah danPeluncuran Buku Profil Perpustakaan

sumber foto: http://www.pojokkiri.net

Volume XXIII

s o r o t a n

No. 4 2018

Page 13: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

10

Undang-undang 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan mengatakan ada lima jenis perpustakaan, yaitu

Perpustakaan Nasional, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus,” ujar Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Deni Kurniadi. Kegiatan sosialiasi dihadiri seluruh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi.

Deni Kurniadi menerangkan bahwa program pembuatan profil perpustakaan provinsi, kabupaten, kota dan aplikasi pendataan perpustakaan sudah dimulai sejak

tahun 2013. “Yang membedakan dari profil sebelumnya adalah ada penggabungan antara Nomor Pokok Perpustakaan dengan aplikasi pendataan perpustakaan yang sangat diperlukan dalam rangka menjamin database mengenai semua jenis perpustakaan,” terangnya.

Lebih lanjut Deni menjelaskan bahwa saat ini data tentang perpustakaan di Indonesia, kebanyakan adalah data entry by name, artinya masih berupa nama perpustakaan, alamat

perpustakaan dan nama kepala perpustakaan. Belum seperti profil yang diharapkan tentang perpustakaan provinsi, kabupaten, dan kota. “Dengan aplikasi yang kita buat data yang ada mengenai semua jenis perpustakaan menjadi lengkap dan terkini,” imbuh Deni.

Sementara itu Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi Haryanti memaparkan suatu organisasi atau lembaga dengan data yang valid, akurat dan update dapat membuat kebijakan yang baik. Setelah itu, data ditindaklanjuti dengan perencanaan yang sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga tidak terlalu ambisius

didalam pelaksanaannya dan dapat digunakan untuk penetapan strategi serta evaluasi kinerja.

“Data merupakan dasar utama di setiap lini organisasi atau lembaga dalam mengambil keputusan perencanaan dan penetapan strategi serta capaian target kinerja, bahkan sampai kepada evaluasi kinerja suatu organisasi atau lembaga,” terang Woro.

Woro juga berharap para admin

aplikasi pendataan perpustakaan di Dinas Perpustakaan Provinsi di seluruh Indonesia dapat mengelola dan menentukan kualitas informasi tentang perpustakaan di wilayahnya agar dapat dijadikan acuan oleh Perpustakaan Nasional dalam menentukan kebijakan pengembangan perpustakaan. Dimana pada tahun 2018 ini, Perpustakaan Nasional telah memiliki program literasi untuk kesejahteraan melalui perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Selama mengikuti kegiatan, seluruh peserta selain mendapat akun aplikasi dan panduan aplikasi pendataan perpustakaan berbasis wilayah juga mendapat pemahaman dari pakar

pembuat aplikasi tersebut. Pada saat yang sama juga dijelaskan mengenai aplikasi pendataan perpustakaan berbasis Wilayah versi desktop dan mobile (Android dan IOS) serta presentasi mengenai Integrasi Nomor Pokok Perpustakaan dengan Aplikasi Pendataan Perpustakaan Berbasis Wilayah.

Reportase : Arwan Subakti

Volume XXIII No. 4 2018

Page 14: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

11

Manggarai Barat, NTT—Siapa yang tidak mengenal Labuan Bajo, nama yang mulai mendunia di kalangan wisatawan. Labuan Bajo, selain mempunyai gugusan pulau yang

eksotis juga memiliki keunggulan yang tidak dipunyai daerah atau negara lain manapun di dunia, yakni komodo, salah satu hewan purbakala yang masih hidup hingga saat ini.

Perpusnas Dorong Pemkab Manggarai Barat Dirikan

Pojok Baca di Ruang Publik

roadshow perpusnas di labuan bajo

Lalu, jika komodo sudah menjadi daya tarik wisatawan, bagaimana dengan kondisi Perpustakaan

dan literasi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat ?.

Wakil Bupati Manggarai Barat Maria Geong dalam kesempatan Roadshow

Perpustakaan Nasional di Labuan Bajo, Kamis, (29/11), mengatakan jumlah kunjungan ke perpustakaan Manggarai Barat mencapai 4.284 kunjungan, sementara angka kunjungan perpustakaan keliling pada 2017 lalu mencapai 3.823 orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah angka melek huruf

yang mencapai 95 persen. “Dari statistik tersebut bisa disimpulkan bahwa keberadaan perpustakaan Manggarai Barat belum mendapatkan tempat yang layak,” imbuh Wakil Bupati.

Sedangkan, disisi lain, Wakil Bupati mengakui era industri 4.0 menuntut

s o r o t a n

Volume XXIII No. 4 2018

Page 15: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

12

manusia melek dengan teknologi. Dan perkembangan budaya dan Iptek juga tidak lepas dari perpustakaan. Terlebih lagi di bidang pendidikan, perpustakaan memegang peran lebih esensial. Secara khusus, Pemerintah Manggarai Barat telah mengeluarkan Perda Nomor 7 tahun 2018 tentang pengelolaan perpustakaan. Tanpa aturan, sulit bagi siapapun untuk bergerak. “Melalui Perda tersebut, Pemkab sudah menyiapkan sejumlah kebijakan, seperti pengadaan buku dan rak," kata Maria.

Sementara itu, Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Sri Sumekar mengatakan Manggarai Barat khususnya di Labuan

Bajo memiliki potensi yang bisa diandalkan masyarakat, seperti sektor wisata. Oleh karena itu, Sestama mengajak Pemda untuk tidak ragu menggalakkan program wisata baca, misalnya. "Pemda Manggarai Barat bisa bercontoh kepada Surabaya yang mampu memaksimalkan ruang ruang publik untuk pendirian pojok baca" imbuh Sestama Perpusnas.

Labuan Bajo dikatakan budayawan dan tokoh agama Manggarai Barat Pater Marselinus Agot sebagai pintu

gerbang provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun, tiada toko buku besar disini sehingga menyulitkan literasi tumbuh. Jika di kota-kota lain banyak tersedia toko buku, beda halnya dengan di sini. "Jadi, bukan minat baca yang kurang tapi tidak ada bahan bacaan yang bisa dibaca,” kata Agot.

Kehadiran road show Perpusnas, diakui Agot, sangat membantu untuk mendorong minat baca disini. Jika membaca sudah menjadi kebiasaan, maka otomatis hoaks akan berhenti karena yang sekarang marak terjadi adalah seringnya mengkritik tanpa data. "Sangat berbahaya jika mengabaikan literasi," tambah Agot.

Penulis Servam Maksimilianus justru melihat kekhawatiran lain dari berkembangnya gadget terutama di kalangan pelajar, dan generasi muda. Mayoritas mereka menggunakan gaya bahasa yang mereka ciptakan sendiri. “Yang dikhawatirkan malah menghilangkan kosa kata baku yang sudah disempurnakan,” ucapnya.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 4 2018 Volume XXIII

Page 16: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

13

Bantuan MPK untuk Kabupaten Ponorogo & Tuban

Medan Merdeka Selatan, Jakarta–Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Tuban menerima hibah Mobil Perpustakaan Keliling dari Perpustakaan Nasional RI. Pemberian dilakukan secara simbolis oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Ponorogo Agus Pramono dan Ketua DPRD Kabupaten Tuban Miyadi di Jakarta, Jumat, (19/10).

s o r o t a n

sumber foto : http://www.globalsumut.com/

http://disperpusip.sumutprov.go.id/

STIMULAN UNTUK MEMPERLUAS LAYANAN PERPUSTAKAAN

Volume XXIII No. 4 2018

Page 17: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

14

MPK merupakan bantuan stimulan yang bertujuan memperluas layanan perpustakaan sehingga bisa menjangkau masyarakat di daerah terpencil. Bantuan diberikan dalam kunjungan kerja anggota DPRD Kab. Ponorogo dan DPRD Kabupaten Tuban ke Perpusnas.

Muhammad Syarif menyatakan, paradigma perpustakaan sudah mengalami perubahan sebagai deretan buku. Saat ini, perpustakaan harus menjangkau masyarakat dan koleksinya bisa diberdayakan oleh pemustaka. “Di sinilah negara bisa hadir, dengan membuat buku tentang potensi dan budaya lokal. Karena tidak bisa orang Ponorogo dan Tuban meminta orang di daerah lain untuk membuat buku tentang potensi lokalnya,” jelasnya.

Muhammad Syarif menambahkan pentingnya eksistensi perpustakaan diilustrasikan dalam sebuah bangunan empat lantai. Lantai empat diisi oleh museum, lantai tiga diisi oleh arsip, dan lantai dua diisi oleh pendidikan. “Lantai satu diisi perpustakaan. Kenapa di lantai paling bawah? Karena perpustakaan akan menjawab semua pertanyaan tentang wilayah tersebut. Karena tidak ada guru khusus tentang Ponorogo atau Tuban. Jadi perpustakaan harus memiliki buku yang bisa menjawab berapa potensi pertanian di wilayah itu, kekayaan yang bisa dimanfaatkan, dan sebagainya,” tuturnya.

Perpustakaan berperan dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan mengatasi kemiskinan. Terkait hal ini, maka Perpusnas akan meluncurkan program Literasi Untuk Kesejahteraan pada 2019 yang merupakan lanjutan dari program Perpuseru yang telah dilaksanakan sejak 2011.

Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi Haryati menyebut program ini merupakan tindak lanjut dari masuknya perpustakaan dalam agenda Prioritas Nasional 1. “Akan dibangun sebanyak 300 perpustakaan di 60 kabupaten, di 21 provinsi.

Melalui program ini, manfaatkan perpustakaan sebagai sarana belajar, aktualisasi diri, menumbuhkan kreatifitas dan inovasi masyarakat,” jelasnya.

Sementara itu, Agus Pramono menilai perpustakaan merupakan pintu masuk utama untuk mengentaskan kemiskinan. Perpustakaan di masa depan harus bisa membaca peluang ini dengan menyediakan buku yang aplikatif. Menurutnya, hal ini bisa terwujud selama ada komunikasi yang intens antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

“Ponorogo terkenal salah satunya karena dijuluki Kampung Idiot. Kini, Kampung Idiot sudah berubah karena peran perpustakaan. Warga Ponorogo bisa menghasilkan produk seperti keset, serta alat bantu untuk sulap. Ini menunjukkan perpustakaan berperan

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tuban Joko Prijono. Pihaknya berusaha mengubah paradigma masyarakat mengenai

perpustakaan yang dianggap sebagai tempat membaca dan meminjam buku. Perpustakaan adalah sarana untuk meningkatkan kapasitas dengan melibatkan masyarakat seperti pelatihan mendongeng, kerajinan pemanfaatan kain perca, workshop desain grafis, lomba minat baca, dan sebagainya. Pihaknya juga bersinergi dengan OPD terkait yang didapuk sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.

“Sekarang pengunjung perpustakaan sekitar 500-1.000 orang per hari dari sebelumnya hanya 50 orang per hari. Karena kami juga ekspansi hingga ke kecamatan. Di samping layanan bacaan buku konvensional, juga ada pengembangan IT yang dilakukan secara gratis baik di perpustakaan daerah hingga ke kecamatan. Sehingga kalau dulu perpustakaan menjemput bola, sekarang masyarakat yang membutuhkan kita,” pungkasnya.

Reportase: Hanna Meinita

Volume XXIII

paradigma perpustakaan sudah mengalami perubahan sebagai deretan buku.

Saat ini, perpustakaan harus menjangkau masyarakat dan koleksinya

bisa diberdayakan oleh pemustaka. “Di sinilah negara bisa hadir, dengan membuat

buku tentang potensi dan budaya lokal.

No. 4 2018

Page 18: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

15

Salemba, Jakarta—Kabupaten Belitung adalah provinsi kepulauan. Bersisian dengan Pulau Bangka, Belitung dulunya menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Selatan.

Namun, sejak tahun 2000, Kepulauan Bangka dan Belitung bersama Gorontalo dan Banten memilih memisahkan diri dari provinsi induk. Kini, dikenal dengan Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung.

Pariwisata Belitung Bisa Optimaldengan Perpustakaan

sumber foto : http://www.harnas.co/

Kunker DPRD Kabupaten Belitung

s o r o t a n

Volume XXIII No. 4 2018

Page 19: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

16

Meski bersisian, namun kedua pulau tersebut berjarak 4-5 jam menggunakan

transportasi laut. Wisata menjadi daya tarik yang bisa dioptimalkan oleh pemerintah dan masyarakat Belitung meski sebagian besar masyarakat masih menggantungkan dirinya dari hasil laut.

Alasan inilah yang menggerakkan Komisi A DRPD Kabupaten Belitung menyambangi Perpustakaan Nasional untuk berkonsultasi bagaimana memaksimalkan fungsi perpustakaan agar masyarakat bisa menjadikan objek-objek wisata sebagai potensi ekonomi yang menjanjikan sehingga taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Belitung membaik.

Wakil Ketua Dewan DPRD Kab. Belitung Budi Prasetyo secara eksplisit mengakui bahwa Belitung sedang berkembang, menuju Belitung baru. Belitung yang di masa lalunya terkenal dengan hasil pertambangan (timah), kini mencoba beralih menjadi daerah wisata yang dikenal luas.

“Kami melihat peran dan fungsi perpustakaan berbasis inklusi sosialnya bisa diandalkan,” ujar Budi saat diterima Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpusnas Woro Titi Haryati di Jakarta, Kamis, (11/10). Artinya, Budi melihat bahwa dengan berbasis inklusi sosial perpustakaan bisa membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat.

Namun, untuk bisa mencapai ke arah sana, ia meminta saran bagaimana menyusun rancangan peraturan daerah tentang perpustakaan. Pihak DRPD dan Dinas Perpustakaan telah sepakat untuk segera menyusun payung hukumnya agar eksistensi perpustakaan benar-benar dirasakan.

Dinas Perpustakaan Kab. Belitung menjabarkan saat ini pihaknya sedang fokus mengembangkan perpustakaan desa. “Saat ini tinggal tiga desa yang belum disasar dari program satu desa satu perpustakaan. Namun, kita masih terkendala sumber daya perpustakaan, yakni minimnya tenaga perpustakaan,” tambah Budi.000

Menanggapi hal tersebut, Deputi II Perpusnas menerangkan benar bahwa perpustakaan pada 2019 nanti sudah masuk dalam program prioritas satu dari Bappenas. Capaian ini membuktikan bahwa peran perpustakaan sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Perpustakaan, diyakini Bappenas mampu menciptakan potensi-potensi ekonomi baru melalui pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial. Tidak sekadar fisik bangunan yang bagus.

“Inklusi artinya semua masyarakat berhak memeroleh pengetahuan dan informasi yang dapat digunakan untuk menciptakan kreasi baru, inovasi baru memanfaatkan potensi sumber daya

alam atau keterampilan yang dimiliki, baik individu maupun komunitas sehingga menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis. Jika ini mampu diaplikasikan, bukan tidak mungkin kesejahteraan hidup membaik,” imbuh Woro Titi.

Tidak hanya perikanan yang menjadi sumber ekonomi, pariwisata pun bisa. Mind set ini perlu ditumbuhkan. Koleksi yang disediakan perpustakaan, seperti buku-buku ilmu terapan, keterampilan kreatif hingga buku kekhasan lokal amat berguna. “Dengan potensi wisata, masyarakat bisa diajak menjadi pemandu wisata, perajin cindera mata, atau berkreasi olahan kuliner laut.”

Volume XXIII No. 4 2018

Page 20: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

17

Salemba, Jakarta—Perpustakaan Nasional kembali mengusulkan dua naskah, yakni Hikajat Atjeh dan Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian untuk dicatat dalam register Memory of the World (MOW). Hal ini terungkap pada focus group discussion (FGD) yang diadakan di Jakarta, Senin, (15/10).

menggali kejayaan masa lampau bangsa

Perpusnas Usulkan Hikajat Atjeh dan Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian sebagai MOW 2019

s o r o t a n

Volume XXIII

etua Komite MoW Indonesia Mego Pinandito Kmenjelaskan bahwa ingatan dunia adalah ingatan manusia dari peradaban kuno dan modern. Kebanyakan dokumen tersebut ada di

perpustakaan, museum dan pusat arsip nasional. Di satu sisi banyak yang dalam kondisi terancam punah akibat dampak banjir, kebakaran, perang atau karena tidak terpelihara dengan baik.

“Program Memory of The World yang dimulai oleh UNESCO pada 1992 bertujuan untuk melestarikan, melindungi dan

membuka akses pada warisan dokumenter dunia ini,” terang Mego.

Program MoW di Indonesia dimulai sejak 2006. Banyak hasil peradaban Indonesia yang diakui oleh UNESCO dan dunia internasional, seperti Nagarakretagama, naskah I La Galigo, Babad Diponegoro, Arsip Konferensi Asia-Afrika, dan tiga warisan dokumenter Indonesia, yakni Arsip Konservasi Borobudur, Arsip Tsunami Samudera Hindia serta Naskah Cerita Panji telah diakui sebagai ingatan kolektif dunia oleh UNESCO.

No. 4 2018

Page 21: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

182818Volume XXIII

Sementara itu, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan Indonesia harus bangga dan bersyukur karena memiliki manuskrip dan naskah kuno dari perjalanan masa kejayaan di masa lampau. “Tidak ada yang jauh lebih penting kita ungkap ke permukaan kecuali menggali kejayaan masa lampau bangsa dan memastikan bahwa Indonesia adalah negara besar sejak zaman dahulu hingga sekarang,” tutur Kepala Perpusnas.

Muhammad Syarif juga mendorong tim dari Perpusnas untuk bekerja lebih keras dan solid menyajikan konten yang bermutu agar diterima UNESCO. “Pastikan referensi yang terkait ada, dan pahami konten dan relevansinya terhadap masa lalu dan masa yang akan datang,” ujar Syarif.

Naskah Hikajat Atjeh (dibaca;Hikayat Aceh) berisi tentang pemerintahan Sultan Iskandar Muda pada periode 1606-1636 Masehi. Kala itu, Aceh menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan, termasuk kemajuan dalam kesusastraan. Naskah-naskah yang dilahirkan dalam bidang keilmuan lebih didominasi dalam Bahasa Jawi (melayu) daripada Bahasa Aceh, kecuali naskah ranah hikayat.

Hikayat atau hikayah dalam Bahasa Arab artinya cerita, dongeng, kisah. Hikayat adalah salah satu jenis sastra Aceh. Hikayat Aceh adalah sebuah karya sastra yang ditulis untuk memuji Sultan Iskandar Muda. Puji-pujian dimulai sejak sebelum kelahiran Sultan hingga wafat sang Sultan. Hikayat Aceh dikembangkan melalui lisan, disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

Sejauh ini naskah Hikayat Aceh hanya ditemui dalam tiga versi. Kedua varian merupakan koleksi milik Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Dan satunya lagi disimpan di Perpustakaan Nasional RI. Naskah ini merupakan warisan sastra kuno yang masih tersimpan baik, aman, dan luput dari terjangan tsunami.

Sejatinya belum ditemukan judul asli terhadap naskah tersebut. Hikayat Aceh dimulai dari pertengahan naskah, sehingga judul naskah Hikayat Aceh bukan dari penyalin atau pengarang dalam judul naskah, namun kemungkinan besar diambil dari teks Salinan “ini hikayah raja Aceh daripada asal turun temurun”.

Hikayat Aceh merupakan kitab sastra sastra yang istimewa karena mewakili tradisi penulisan sejarah yang ditulis atas dasar genre sastra islam.

Sedangkan Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian merupakan dokumentasi budaya abad ke-14 yang diakui sebagai representasi kehidupan manusia. Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian memuat ajaran Dasa Krta, Dasa Sila, dan Dasa Marga yang merupakan representasi Dasa Indera.

Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian selesai digubah pada 1518 Masehi. Ketika itu, Kerajaan Sunda Kuno masih berdiri. Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian konon berasal dari Kabuyutan Galunggung, salah satu scriptorium utama

pada masa Kerajaan Sunda.

Pada masa itu, Kerajaan Sunda Kuno pertama beribu kota di wilayah Galuh (Ciamis Timur), kemudian raja berkedudukan di Kawali di Keraton Surawisesa (Ciamis Utara). Lalu, ibu kota berpindah dari Kawali ke Pakwan-Pajajaran (Bogor). Perpindahan terjadi pada masa Raja Jayadewata (1482-1521 M). Pada akhirnya, Kerajaan Sunda Kuno yang beribukota di Pakwan-Pajajaran jatuh ke bala tentara Banten (1579 M).

Dalam masa perkembangan kerajaan tersebut, Kitab Sanghyang Siksa kanda'ng Keresian menjadi acuan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kitab ini merupakan ensiklopedia tentang hikayat rakyat sunda, sastra, agama, dan sebagainya, dan kini berada di Perpustakaan Nasional RI.

Sanghyang Siksa Kanda'ng Keresian disusun oleh para pertapa yang tinggal jauh dari keramaian masyarakat. Dulu, kitab ini menjadi acuan masyarakat Sunda Kuno untuk hidup sejahtera dan damai. Secara sederhana, kitab ini adalah Undang-undang normatif bagi Kerajaan Sunda. Tidak dikenal dalam budaya sezaman, baik dalam era Jawa Kuno ataupun Bali Kuno.

Reportase : Arwan Surbakti/Hartoyo Darmawan

No. 4 2018

Page 22: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

19

Knowledge Mobilization Melalui Perpustakaan Digital di Era DisruptifMedan, Sumatera Utara-Digital disruption atau disrupsi digital merujuk pada kemajuan teknologi yang mengubah tata cara konvensional yang sudah mapan. Disrupsi digital muncul seiring dengan berkembang pesatnya teknologi digital dan Internet. Saat ini disrupsi digital telah memberikan dampak perubahan dalam berbagai aspek seperti pribadi dan sosial, pekerjaan, bisnis, industri serta pendidikan dan pengetahuan.

Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-11

w a r t ak h u s u s

Volume XXIII No. 4 2018

Page 23: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

20

Kehadiran internet, aplikasi dan konten digital telah mengubah tata cara pengetahuan disimpan,

disediakan dan disebarluaskan. Perpustakaan sebagai salah satu institusi pengelola pengetahuan tersebut, tidak luput dari perubahan yang diakibatkan oleh fenomena disrupsi digital ini. Hal ini menyebabkan perpustakaan mengatur kembali strategi dalam mengelola dan menyediakan pengetahuan untuk menjawab tantangan tersebut yakni melalui pembangunan perpustakaan digital.

Perpustakaan digital dipandang memiliki peran penting dalam memastikan diseminasi pengetahuan

melalui penyediaan akses ke informasi, sarana teknologi informasi dan komunikasi, bantuan kepada masyarakat dalam pembangunan kapasitas pemanfaatan informasi, serta pelestarian informasi untuk generasi digital saat ini.

"Saat ini disrupsi digital telah memberikan kemudahan dampak pembinaan dalam berbagai aspek

secara pribadi maupun sosial, termasuk perpustakaan. Oleh karena itu, perpustakaan dituntut agar siap dalam menghadapi tantangan tersebut maupun menyediakan layanan yang dapat memfasilitasi masyarakat dalam menjawab tuntutan yang dibawa era disrupsi digital," ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando pada Konferensi Perpustakaan Digital Indonesia ke-11 di Medan, Selasa, (6/11).

Mobilisasi pengetahuan melalui perpustakaan di era disruptif adalah solusi dalam hal ketermanfaatan perpustakaan ketika pemustaka dapat mengakses berbagai sumber informasi secara cepat, mudah dan murah

bahkan gratis.

Perpustakaan saat ini harus mendahulukan keterjangkauan koleksi daripada kepemilikan koleksi, tambah Kepala Perpusnas. Namun, butuh teknologi yang mampu menghimpun akses tersebut yang tidak terbatas. Kolaborasi antarperpustakaan dengan membentuk jaringan perpustakaan digital adalah jawabannya.

Saat ini jejaring perpustakaan digital di Indonesia sudah diwadahi oleh Forum Perpustakaan Digital Indonesia (FPDI), memasuki tahapan di mana perpustakaan digital sudah dipandang memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat secara luas melalui berbagai peran. Salah satu peran perpustakaan digital yang terkait dengan perkembangan terkini pada masyarakat dunia pada umumnya adalah upaya penyebarluasan pengetahuan dalam era disrupsi digital. Perpustakaan digital dipandang memiliki peran penting dalam memastikan diseminasi informasi pengetahuan melalui penyediaan akses ke informasi, sarana TIK, serta bantuan untuk masyarakat dalam pelestarian informasi.

KPDI ke-11 dihadiri oleh tidak kurang dari 500 peserta dimana mayoritasnya adalah perguruan tinggi. Ada 20 makalah yang diberikan kesempatan untuk dipaparkan dari 58 judul makalah yang diterima.

Reportase : Hartoyo Darmawan/Elsa Tuasamu

Volume XXIII No. 4 2018

Page 24: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

21

Hadapi Era 4.0, Perpustakaan dan Pustakawan

Harus Ubah Paradigma

Kongres XIV & Seminar Ilmiah IPI

Surabaya, Jawa Timur – Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menggelar Kongres XIV dan Seminar Ilmiah Indonesia dengan tema “Transformasi Pustakawan dalam Mendukung Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan” di Surabaya, Jawa Timur, 9-12 Oktober 2018. Kongres yang diadakan tiga tahun sekali ini dihadiri 725 peserta dari seluruh Indonesia.

Pustakawan sebagai motor penggerak perpustakaan memiliki peran penting dalam proses pembangunan. Karenanya, pustakawan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

“Pustakawan selalu dituntut menambah wawasan dan selalu menempatkan diri sebagai penyedia informasi bagi masyarakat. Kongres ke-XIV IPI dan Seminar Ilmiah 2018 ini merupakan salah satu upaya pustakawan untuk menambah wawasan dan kompetensinya,” jelas Ketua Umum IPI Dedi Junaedi saat membuka acara.

Saat ini, menurut Dedi, perpustakaan diakui memiliki dampak bagi masyarakat luas termasuk menunjang tujuan pembangunan berkelanjutan. Karenanya, dengan meningkatkan profesionalisme dan kompetensi pustakawan didorong memberikan layanan prima untuk masyarakat.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyatakan perpustakaan memiliki kaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia. Karenanya, menghadapi revolusi industri 4.0 perpustakaan dan pustakawan harus mengubah paradigmanya. Paradigma

w a r t ak h u s u s

Volume XXIII No. 4 2018

Page 25: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

22

bahwa perpustakaan hanya diam menunggu pemustaka datang dan koleksinya dipinjam, dianggap sudah usang.

“Di masa depan, perpustakaan harus mengubah paradigma, harus menjangkau masyarakat. Perpustakaan mengambil bagian dalam membangun bangsa. Karena di UU Perpustakaan, perpustakaan menjadi urusan wajib non dasar. Di bentuk kelembagaan sebagai bagian dari pemerintahan. Karenanya dinas provinsi, kabupaten harus mampu menunjukkan kinerjanya terhadap gubernurnya, bupatinya, wali kotanya. Jika hanya mengumpulkan koleksi bahan pustaka dan tidak ada yang membacanya, maka dia akan menurunkan kinerja gubernur, bupati, wali kota,” jelas Syarif Bando saat memberikan sambutan.

Perpustakaan didorong agar tidak hanya berkutat soal pengembangan dan klasifikasi koleksi bahan pustaka. Perpustakaan selayaknya berperan mengedukasi masyarakat khususnya di daerah pedesaan, terpencil, dan terluar. Karena bekal pengetahuan yang diberikan pustakawan bermanfaat untuk membangun insan yang mandiri.

Syarif Bando berpesan kepada para pustakawan agar menunjukkan eksistensinya dan meningkatkan pemahaman tentang literasi. “Kita jangan mengeluh kalau pustakawan dan dinas perpustakaan dipandang sebelah mata oleh orang lain. Tidak ada sesungguhnya yang memandang seperti itu, kecuali pustakawannya memble,” tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Heru Tjahjono merasa bangga menjadi bagian dari tonggak sejarah IPI. Menghadapi era industri 4.0, Pemerintah Provinsi Jatim terus mengikuti perkembangan teknologi yang ada dengan memanfaatkan teknologi informasi layanan perpustakaan digital yang bisa diakses masyarakat tanpa dibatasi tempat dan waktu.

Kongres ke-XIV IPI mengagendakan pemilihan kepengurusan baru untuk periode 2018-2021. Pada Kamis (11/10), Kongres menggelar pertanggungjawaban program kerja IPI periode 2015-2018, menyusun program baru, dan mereview AD/ART, dan Kode Etik. Terpilih Ketua Umum IPI untuk periode selanjutnya adalah Pustakawan Utama Teuku Syamsul Bahri.

Seminar Ilmiah Nasional yang digelar pada Rabu, (10/10), menghadirkan narasumber dari lintas keilmuan, di antaranya Presiden Terpilih International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) Christine McKenzie, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Founder Indonesia One Search (IOS) Ismail Fahmi, perwakilan dari Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PAN-RB, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Ristekdikti.

Reportase: Hanna Meinita

Volume XXIII No. 4 2018

Page 26: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

23

Arah Menuju Pengembangan Perpustakaan Secara Nasional Kebon Sirih, Jakarta—Bicara sejarah dan perkembangan perpustakaan adalah bicara mengenai peradaban. Perpustakaan tidak hanya mengelola pengetahuan di setiap zaman, namun adalah saksi bisu dari perubahan. Pustakawan bisa berperan sebagai saksi kunci atau bahkan pelaku dari perubahan itu sendiri. Pustakawan telah menjadi bagian dari motor penggerak perubahan dunia lewat perpustakaan.

w a r t ak h u s u s

Volume XXIII

Pra Konvensi SKKNI

No. 4 2018

Page 27: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

24Volume XXIII No. 4 2018

Untuk membentuk tenaga perpustakaan seperti itu, perlu dibuat standar kompetensi yang

menggambarkan unit kompetensi apa saja yang diperlukan agar perpustakaan aktif terhadap segala perubahan yang terjadi di masyarakat. Sejatinya, pustakawan adalah seseorang yang dianggap memiliki kemampuan mengelola, menyediakan informasi yang sesuai, valid, dan up to date apapun yang dibutuhkan pemustaka.

Standar kompentensi merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam mengembangkan pustakawan/tenaga perpustakaan ke arah yang lebih progresif dan bermanfaat bagi masyarakat. Pengembangan kompetensi pustakawan merupakan kunci pengembangan perpustakaan.

“Pustakawan tidak hanya memiliki kompetensi teknis perpustakaan, namun juga manajerial dan sosio-kultural agar pustakawan mampu memahami, mengidentifikasi apa yang diperlukan masyarakat dan apa yang dapat perpustakaan dan pustakawan lakukan untuk masyarakat,” ujar Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi Haryati saat membuka prakonvesi Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) di Jakarta, Selasa, (30/10).

Sebelumnya, Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor 83 Tahun 2012 sudah mengatur SKKNI tentang Perpustakaan. Namun, seiring dinamika yang terjadi di dunia kepustakawan, muncul permintaan agar Permenaker tersebut dikaji ulang. Hasilnya, Perpusnas memutuskan SKKNI untuk diperbaiki terkait Permenaker Nomor 2 dan 3 Tahun 2016 tentang Sistem Standarisasi Kompetensi Tenaga Kerja dan Tata Cara Penerapan SKKNI.

Perbaikan Rancangan SKKNI dibahas ke dalam komisi-komisi yang sudah dibentuk oleh Tim Perumus. Tiap Komisi sesuai tugasnya membahas apakah ada unit kompetensi yang relevan diganti atau dihilangkan. Ada tujuh kelompok diskusi (komisi) yang dipercayai membedah Rancangan SKKNI, antara lain komisi

pengembangan koleksi perpustakaan, pengorganisasian bahan perpustakaan, layanan perpustakaan, pelestarian koleksi perpustakaan, pengembangan profesi kepustakawanan, manajemen perpustakaan, penerapan teknologi informasi komunikasi (TIK) perpustakaan.

Pra konvensi SKKNI melibatkan keikutsertaan 75 peserta sebagai keterwakilan, antara lain dari unsur-unsur kepala perpustakaan, asosiasi profesi, forum perpustakaan, lembaga sertifikasi/profesi, lembaga diklat, akademisi, praktisi/pakar, dan Perpusnas selaku instansi teknis. Ada lebih dari 100 unit kompetensi yang menjadi fokus pembahasan dari komisi.

Hasilnya, ada sejumlah rekomendasi yang dihasilkan untuk kemudian diserahkan kepada Ketua Sidang Pleno RSKKNI, dan diteruskan kepada Ketua Komite. Komite selanjutnya menugaskan Tim Perumus untuk menyempurnakan hasil rekomendasi. Hasil penyempurnaan tersebut, nantinya diserahkan kepada Kementerian Tenaga Kerja RI (Kemenaker) untuk dilakukan verifikasi eksternal. Setelah hasil verifikasi eksternal keluar, maka selanjutnya akan diadakan Konvensi RSKKNI dengan melibatkan unsur keterwakilan lebih banyak.

Reportase : Hartoyo Darmawan

Page 28: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

25

akses perpustakaan di tempat umum

Gubernur Ridwan Kamil Luncurkan Kolencer dan Aplikasi Candil

Bogor, Jawa Barat—Kreativitas tanpa batas. Hal itulah yang menginspirasi Pemerintah Jawa Barat dalam upayanya mendekatkan perpustakaan ke masyarakat. Gubernur Jawa Barat

Ridwan Kamil bersama Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dan Wali Kota Bogor Bima Arya meluncurkan Kotak Literasi Warga Cerdas (Kolecer) dan Maca Dina

Digital Library (Candil) sebagai menjadi wadah masyarakat Jawa Barat mengakses perpustakaan di tempat umum dan kemudahan mengakses perpustakaan lewat aplikasi di

Lapangan Sempur, Bogor, Sabtu, (15/12).

olecer yang berbentuk seperti lemari kayu adalah

Kinovasi perpustakaan mini yang akan dipasang pada jalur-jalur pedestrian. Kolecer terinspirasi dari kotak telepon di Kota London, Inggris, yang

berisikan 80 buku. Siapapun bisa menambahkan koleksi bahan bacaan didalamnya. Pemerintah provinsi Jawa Barat menargetkan 600 titik se-antero Jawa Barat dipasangi kolecer.

Sedangkan, Candil adalah Official Library milik Pemprov Jawa Barat. Pada aplikasi Candil tersedia buku-buku elektronik (e-book) karya penulis yang berasal dari Jawa Barat maupun nasional. Candil menyediakan koleksi sebanyak 500 judul dan setiap judulnya tersedia tiga eksemplar. Gubernur menargetkan pada tahun 2019 nanti koleksi akan bertambah menjadi 1500 judul dan terus meningkat setiap tahunnya.

Volume XXIII Volume XXIII

ood a e r a h

No. 4 2018

Page 29: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

26

"Saya titip kepada kepala daerah. Program ini merupakan investasi untuk masa yang akan datang. Hasilnya mungkin tidak terlihat satu atau dua tahun, tapi sepuluh atau dua puluh tahun kedepan, ketika generasi saat ini akan menjadi penerus yang cerdas dan pemimpin yang hebat karena masa kecilnya penuh imajinasi karena membaca," ujar Ridwan Kamil.

Gubernur Jawa Barat juga menghimbau agar kepala daerah juga harus kreatif dalam meningkatkan literasi masyarakat. "Jadikan perpustakaan juga tempat bermain, bermusik dan pelatihan-pelatihan bagi ibu ataupun masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan. Insya Allah pada akhir tahun ada penghargaan bagi kepala daerah yang peduli terhadap investasi literasi," pacu Ridwan.

Sejalan dengan Gubernur Jawa Barat, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan penting untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia. Menurut data Bappenas hanya 8% masyarakat Indonesia yang sarjana. Sisanya adalah lulusan SD, SMP, SMA. Melalui buku-buku ilmu terapan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan.

"Literasi didalamnya juga adalah kemampuan suatu bangsa atau negara menciptakan barang dan jasa. Perbedaan negara maju dan terbelakang ada pada tingkat kegemaran membaca dan tingkat kemampuan literasi. Perbedaan tingkat kemampuan literasi menyebabkan perbedaan kemampuan memproduksi barang dan jasa. Perbedaan memproduksi barang dan jasa itulah yang membedakan negara maju dan terbelakang," jelas Muhammad Syarif.

Sementara itu, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menyampaikan dalam dua tahun terakhir perkembangan taman bacaan sangat pesat. Saat ini bahkan sudah mencapai 6.000 taman baca di seluruh Indonesia. Jenisnya bervariasi, mulai yang berskala kecil, menengah dan besar. Wanita yang akrab disapa Nana mencontohkan di Papua ada yang menggunakan Noken untuk menjajakan buku-buku, di Sulawesi Barat ada Perahu Pustaka untuk menjangkau masyarakat pulau. Di Jawa Tengah dikenal Kuda Pustaka, Becak Pustaka dan lain sebagainya.

"Pegiat literasi percaya literasi itu adalah kata kerja sehingga harus mendekati masyarakat dengan

beragam metode atau cara. Tantangannya bagaimana forum taman bacaan terus sustainable dan mampu berkolaborasi dengan banyak pihak dan berinisiatif melalui kearifan lokal. Hanya pegiat literasi lokal yang tahu dan berkreasi bagaimana membuat orang kembali mengingat nikmatnya membaca,” terang Najwa.

Di tempat yang sama juga dilakukan pengukuhan Bunda Literasi Kota Bogor Yane Ardian Bima Arya oleh Bunda Literasi Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil. Dan penandatanganan kesepahaman bersama antara Pemprov Jawa Barat dengan seluruh pemkab/pemkot se-Jawa Barat tentang Penyelenggaraan Urusan Perpustakaan. Juga dilakukan penyerahan dana CSR dari mitra Pemprov Jawa Barat serta peninjauan dan penyerahan Kolecer Kota Bogor dari Gubernur ke Wali Kota Bogor.

"Kota Bogor berterima kasih menjadi tempat bersejarah untuk program yang sangat penting ini dan mudah-mudahan menjadi awal yang baik untuk membangun karakter generasi muda dan menyelamatkan generasi mendatang.," terang Bima Arya.

Reportase : Arwan Subakti

Volume XXIII No. 4 2018

Page 30: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

27

Mengenali Biografi Bung Karno Lewat Lomba

Blitar, Jawa Timur – Penekanan tombol sirine secara bersama-sama oleh Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando, Sekretaris Daerah Kota Blitar Rudi

Wijanarko, dan Plt. Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno Janti Suksmarini menandai resminya perlombaan Menghafal Biografi Bung Karno, Selasa, (24/10). Lomba

tersebut diselenggarakan untuk memperingati perayaan Sumpah Pemuda ke-90.

Volume XXIII

d a e r a h

No. 4 2018

Page 31: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

28

Soekarno merupakan salah satu tokoh besar yang dimiliki bangsa Indonesia. Bersama Muhammad Hatta, mereka dikenal sebagai

Dwi Tunggal Prokalamator Kemerdekaan RI. Kisah-kisah nasionalisme dan patriotisme mereka banyak diajarkan di sekolah. Namun, itu saja tidak cukup. Perlu referensi, sumber bahan bacaan yang lain agar masyarakat tahu cara hebat mereka memaknai hidup sehingga bisa dijadikan teladan. Keberadaan Perpustakaan Proklamator Bung Karno salah satunya adalah untuk menjawab keingintahuan masyarakat lebih banyak mengenal dan menggali sosok dari seorang Bung Karno.

“Keberadaan Perpustakaan Proklamator Bung Karno saat ini secara kelembagaan maupun koleksi mungkin belum banyak dikenal masyarakat, padahal kami mempunyai koleksi yang bermanfaat untuk penelitian ilmiah maupun untuk menumbuhkan nasionalisme Indonesia,” terang Plt. Kepala Perpustakaan Bung Karno. Oleh karena itu, lanjut Janti, pihaknya akan terus mengadakan pemasyarakatan berupa kajian-kajian maupun penelitian tentang karya-karya Soekarno.

Janti berharap lewat perlombaan

menghafal biografi Bung Karno, maka peserta akan ikut melihat kilas balik sejarah hidupnya. Di balik kesuksesan seseorang pasti ada latar belakang yang bisa mendasari kesuksesan.

Kepala Perpusnas mengatakan kegiatan ini bukan sekadar perlombaan. Ia dari event ini akan muncul sosok-sosok Soekarno muda baru yang mampu menginspirasi dunia lewat pemikiran-pemikirannya. Kepala Perpusnas melihat dengan potensi kekayaan sumber daya alam dan manusia yang melimpah kesejahateraan masyarakat bisa membaik. “Syaratnya, pahami kemajuan teknologi informasi dan kuasai teknologi ilmu terapan,” jelasnya.

Saat ini kiprah dan kisah kepahlawanan Soekarno maupun tokoh dunia yang lainnya bisa diperoleh dari mana saja, baik yang tercetak ataupun melalui internet. Dengan membaca buku-buku biografi kita bisa memetik pengalaman, nasehat, atau keilmuan dari tokoh yang dibaca sesuai yang diinginkan. “Seperti sikap Bung Karno. Seorang yang pantang menyerah, mau berjuang demi negara, aktif dalam organisasi politik, dan gigih melawan penjajah,” terang Kepala Perpusnas.

Kepala Perpusnas mengisahkan pada 18 Agustus 1930, Soekarno,

dihadapan pengadilan kolonial menyampaikan pidato pembelaannya yang terkenal, “Indonesia Menggugat”. Di situ Soekarno tampil sebagai sosok pemimpin rakyat Indonesia yang sesungguhnya. Ia mencurahkan segala hasil pemikiran dan semangatnya tentang nasib bangsa Indonesia yang menjadi korban penjajahan bangsa asing. Soekarno secara terang-terangan menentang segala bentuk penghisapan, penindasan, kejahatan dan kebengisan serta kebiadaban yang dilakukan kapitalis-kolonialis Belanda selama tiga abad atas rakyat nusantara.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Blitar Rudi Wijanarko ikut menyuntikkan semangat para peserta. “Jika minat baca tinggi maka ruang

untuk mendapatkan siswa yang cerdas juga semakin tinggi. Inti kegiatan sekolah adalah belajar dan salah satu kegiatan belajar adalah membaca,” ucapnya.

Lomba Menghafal Biografi Bung Karno diikuti oleh tidak kurang 500 peserta yang berasal dari pelajar SMP se-eks Karesidenan Kediri, Malang, dan Madiun. Kepala Sekolah, tenaga pendidik, budayawan, seniman, komunitas minat baca, dan media massa.

Volume XXIII

Ir

No. 4 2018

Page 32: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

29 Volume XXIII

Penggunaan Media Sosial sebagai Sarana Promosi

oleh Perpustakaan Nasional RI

Perpustakaan merupakan aset yang dapat diandalkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan di kemudian hari. Koleksi pengetahuan yang tersedia di dalamnya telah

dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hingga kini. Oleh karena itu, promosi penting untuk dilakukan oleh perpustakaan kepada masyarakat mengenai lembaga

perpustakaan itu sendiri, kegiatan, koleksi dan layanan yang dimilikinya.

Oleh: Eka Cahyani*

po i n ipo i n i

No. 4 2018

Page 33: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

182830Volume XXIII

Namun, perpustakaan masih kurang dimanfaatkan secara maksimal dengan berbagai alasan. Hal ini terungkap dari sebuah penelitian oleh OCLC menurut De Rosa dalam Mi & Nesta (2006) yang

membandingkan kinerja mesin pencari dan perpustakaan dari tujuh sisi.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kinerja mesin pencari mengalahkan perpustakaan dalam hal keandalan, kehematan biaya, kemudahan penggunaan, kenyamanan dan kecepatan. Sedangkan, kinerja perpustakaan hanya unggul dalam kredibilitas dan keakuratan. Masyarakat semakin cenderung mengandalkan mesin pencari tersebut daripada perpustakaan seperti yang dinyatakan Mi & Nesta (2006: 415).

“[l]ibraries are losing their role as the “primary information provider” as users turn to search engines as their starting point to do research. In business terms, libraries are seeing their market share eroding”.

Selain itu setelah munculnya media sosial, masyarakat pun lebih memilih memperoleh informasi dari media tersebut. Berdasarkan survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada 2016 yang menyatakan bahwa alasan utama orang mengakses internet adalah untuk meng-update informasi dan konten internet yang diakses oleh sebagian besar orang adalah media sosial.

Namun, sangat disayangkan mereka tidak menyadari bahwa informasi yang mereka peroleh dengan mudah dan cepat tersebut belum dapat dipastikan keakuratannya. Oleh karena itu, perpustakaan harus berusaha memanfaatkan peluang pada saat semakin banyak orang mengakses media sosial dengan menggunakannya sebagai sarana untuk memperkenalkan perpustakaan dan mendekatkan diri dengan masyarakat.

Berdasarkan survei terhadap perpustakaan di Asia, Amerika Utara dan Eropa yang dilakukan oleh Oosman (2014), ditemukan 71% perpustakaan menggunakan media sosial. Perpustakaan Nasional sebagai lembaga pemerintah yang juga menyediakan layanan informasi kepada masyarakat luas dapat menggunakan peluang tersebut untuk lebih dekat dengan pemustaka.

Promosi merupakan salah satu unsur marketing mix yang awalnya dikenal dengan 4P. Booms dan Bitner dalam Rowley (2001) menyatakan bahwa 4P ditambah menjadi 7P: product, price, place, promotion, people, physical evidence dan process. Rowley menyatakan promosi berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan untuk menginformasikan tentang sebuah organisasi dan produknya kepada sekelompok orang atau lebih.

Sedangkan, tujuan promosi perpustakaan menurut Ojiambo; Arachchige dalam Garoufallou, Siatri, Zafeiriou & Balampanidou (2013: 319), :

“promotional activities should target both users and non-users, creating awareness regarding the potential use of the available library resources and services, and provide assurances of their capability to provide them with the required information.”

McCay-Peet & Quan-Haase (2017) mendefinisikan media sosial sebagai layanan berbasis web yang memperkenankan orang, komunitas dan organisasi untuk bekerja sama, terhubung, berinteraksi dan membangun komunitas dengan memungkinkan mereka untuk menciptakan, menciptakan bersama, mengubah, berbagi dan berhubungan dengan konten yang dihasilkan pengguna yang mudah diakses.

Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat beberapa fungsi lain dari penggunaan media sosial di kalangan masyarakat yang biasanya digunakan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman lama atau kerabat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan media sosial sebagai sarana promosi oleh suatu organisasi, yaitu perencanaan penggunaan, pemilihan platform media sosial, pengelolaan dan evaluasi (Alman & Swanson, 2014).

Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 3 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional, dimana promosi disebut sebagai tugas dan fungsi dari beberapa unit kerja, Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca serta Biro Hukum dan Perencanaan.

Admin memahami bahwa promosi melalui media sosial perlu untuk dilakukan karena dapat menjangkau masyarakat lebih jauh dan luas, serta lebih ekonomis daripada media lainnya. Pada pelaksanaannya admin masih mengalami kesulitan karena belum ada kebijakan tertulis, pelatihan teknis, kurangnya koordinasi antara admin karena tidak mengetahui siapa saja yang secara resmi terlibat dalam pengelolaan dan kesulitan membagi waktu dengan pekerjaan rutinnya. Oleh karena itu, masih ditemukan kekurangan dalam pengelolaan media sosial tersebut.

Sejak pembentukan tim pengelola media sosial pada awal tahun 2017, sebagian besar posting berupa teks dengan konten layanan selain konten kegiatan dan koleksi. Hal ini disebabkan oleh banyaknya mention audience yang kebetulan menanyakan berbagai hal berkaitan dengan layanan. Selain pertanyaan, respon audience yang ditemukan antara lain berupa ucapan selamat, keluhan, pujian, pernohonan, sarana dan harapan. Oleh karena itu, sampai Maret 2017, ditemukan lebih banyak reply daripada tweet. Sedangkan tweet Perpustakaan Nasional selalu menampilkan foto yang disertai keterangan teks.

Akun Twitter Perpustakaan Nasional selain digunakan untuk promosi, juga terlihat berfungsi seperti customer service, dimana audience dapat bertanya dan admin menjawabnya, sehingga terjalin komunikasi dua arah. Audience memahami

No. 4 2018

Page 34: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

31 Volume XXIII

bahwa semua informasi yang dikeluarkan Perpustakaan Nasional melalui akun Twitter-nya merupakan informasi yang akurat dan kredibilitasnya dapat diandalkan sehingga mereka tak ragu untuk me-retweet-nya.

Sedangkan, channel YouTube Perpustakaan Nasional belum dikenal luas oleh masyarakat secara umum sehingga yang menjadi audience hanya orang yang terlibat dalam kegiatan Perpustakaan Nasional.

Dapat dikatakan bahwa tidak ada perencanaan dalam hal posting di YouTube. Terdapat kesan bahwa admin menggunakan YouTube untuk menyimpan dokumentasi kegiatan Perpustakaan Nasional sebagai bukti pertanggungjawaban lembaga kepada audience atas penggunaan APBN dan promosi bukan merupakan tujuan utamanya.

Dapat disimpulkan Perpustakaan Nasional masih kurang memahami secara mendalam mengenai promosi melalui media sosial karena masih cenderung menggunakan media sosial sebagai sarana menyebarkan informasi dan kurang berinteraksi dengan audience.

Perlu adanya kebijakan tertulis sebagai pedoman kegiatan dan surat keputusan khusus untuk anggota tim yang terlibat dalam pengelolaan media sosial. Pengelolaan semua akun media sosial juga sebaiknya berada dalam dalam satu manajemen pengelolaan agar lebih mudah dalam koordinasi.

Anggota tim pengelola media sosial juga perlu ditambah dan diberikan pelatihan mengenai pengelolaan media sosial. Di

samping itu, Perpustakaan Nasional juga harus menyediakan fasilitas penunjang seperti koneksi internet serta peralatan kamera foto dan kamera video yang lebih baik.

Sebaiknya setiap akun menggunakan simbol cek (√) sebagai tanda verifikasi bahwa akun tersebut merupakan akun yang resmi. Selain aktif posting untuk meningkatkan visibilitas Perpustakaan Nasional, interaksi dengan audience sebaiknya lebih ditingkatkan karena pada dasarnya media sosial merupakan media untuk berkomunikasi dua arah. Komentar audience dapat menjadi masukan untuk perbaikan bagi Perpustakaan Nasional.

*Penulis adalah Staff Humas Perpustakaan Nasional RI

Daftar Pustaka

Alman, S & Swanson, S. (2014). Crash Course in Marketing Libraries (2nd ed). Oxford: Libraries Unlimited.

Anshari, C. et.al. (2016). Penetrasi & Perilaku Pengguna Internet Indonesia-Survey 2016. Jakarta: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Garoufallou, E., Siatri, R., Zafeiriou, G & Balampanidou, E. (2013). The Use of Marketing Concepts in Library Services: a Literature Review. Library Review Vol. 62 Iss4/5 pp.312-334. http://dx.doi.org/10.1108/LR-06-2012-0061

McCay-Peet, L. & Quan-Haase, A. (2017). What is Social Media and What Questions can Social Media Research Help Us Answer? dalam Sloan, L & Quan-Haase, A. (editor). The SAGE Handbook of Social Media Research Methods. London: SAGE Publications Ltd. Diakses 26/2/2017. https://books.google.co.id/books?id=9oewDQAAQBAJ&pg=PA24&lpg=PA24&dq=(http://timgrahl.com/the-6-types-of-social-media/)&source=bl&ots=eMPTl5qTxM&sig=BD2pPHaCX78WZj5odSuF4bENB8g&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=(http%3A%2F%2Ftimgrahl.com%2Fthe-6-types-of-social-media%2F)&f=false

Mi, J. & Nesta, F. (2006). Marketing Library Services to the Net Generation. Library Management, Vol. 27, Iss 6/7, pp. 411-422. http://dx.doi.org/10.1108/01435120610702404

Oosman, A. (2014). Use of Social Media by the Library-Current Practices and Future Opportunities. Taylor & Francis Group. Diakses 26/2/2017. http://www.tandf.co.uk/journals/access/white-paper-social-media.pdf

Rowley, J. (2001). Information Marketing. Aldershot: Ashgate Publishing Limited.

No. 4 2018

Page 35: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

32Volume XXIII

: 17 PERPUSTAKAAN MELAYANI 100.000 PENDUDUK

10k 10k 10k 10k 10k10k 10k 10k 10k 10k

10k 10k 10k 10k 10k

RASIO ketersediaan PERPUSTAKAAN UMUM DI INDONESIA

: 177 PERPUSTAKAAN SEKOLAH MELAYANI 100.000 PENDUDUK USIA SEKOLAH

10k 10k 10k 10k 10k10k 10k 10k 10k 10k

10k 10k 10k 10k 10k

RASIO ketersediaan PERPUSTAKAAN Sekolah DI INDONESIA

177

: 10 PERPUSTAKAAN MELAYANI 100.000 USIA PENDIDIKAN TINGGI

10k 10k 10k 10k 10k10k 10k 10k 10k 10k

10k 10k 10k 10k 10k

Rasio ketersediaan perpustakaan perguruan tinggi

*data sensus perpustakaan tahun 2018

RASIO KETERSEDIAAN PERPUSTAKAAN DI INDONESIA

infografis

No. 4 2018

Page 36: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

33

Literasi Yang Menyatukan

sumber foto: https://www.dkfindout.com/us/history/mesopotamia/babylon/

po i n ipo i n i

Bijak terhadap pendapat orang lain menjadi sangat diperlukan dalam menyikapi perbedaan yang mungkin saja sangat bertolak belakang. Kemampuan literasi mengajak untuk terbiasa dengan pendapat yang beda dan bahkan bertolak

belakang. Para siswa di Korea Selatan sejak Sekolah Dasar (SD) sudah diajarkan untuk berdiskusi dengan posisi pros dan cons. Kebiasaan untuk mendapatkan informasi yang sama sekali berbeda akan memperkaya wawasan.

Literasi mengajarkan hal ini. Kemampuan literasi mengajarkan agar dalam menerima informasi dicari

pendapat lainnya yang berbeda bahkan yang bertentangan. Menjadikan diri kosong di awal agar dapat selanjutnya memahami informasi yang ada. Dan di akhir menentukan pendapat mana yang ingin diambil. Dengan begitu sikap bijak ketika menyikapi orang lain yang mempunyai pendapat yang sama sekali berbeda.

Perpusnas memberikan perhatian yang besar atas pengembangan dan penguatan literasi di Indonesia, termasuk bagi siswa. Perhatian Perpusnas ini dilihat dari beberapa kegiatan yang menjadikan literasi informasi sebagai bagian materi yang disampaikan. Dua kegiatan yang dilakukan

Oleh: Arief Wicaksono*, Maulina Ismaya Dewi**

Volume XXIII

Pengajar mata ajar literasi informasi dalam Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepala Perpustakaan Sekolah (KPS) yang diadakan Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) di tahun 2018 sempat

melontarkan pendapat, “Dongeng kaya dengan hikmah yang dapat diambil. Misalnya, cerita kancil mencuri ketimun. Cerita kancil ini mengisyaratkan agar seseorang menjadi seperti kancil yang cerdik.” Namun ada peserta diklat yang menyatakan hal yang menarik dan juga berbeda, “Cerita kancil justru

dapat memberikan makna kebiasaan mencuri.” Ini adalah posisi pros dan cons.

No. 4 2018

Page 37: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

34

Perpusnas diantaranya adalah Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan Sekolah dan Pendidikan dan Pelatihan Kepala Perpustakaan Sekolah.

Membangkitkan Gairah

Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelola Perpustakaan Sekolah diselenggarakan Perpusnas di tahun 2018. Bimtek ini mempunyai target 3.000 orang pengelola perpustakaan sekolah di seluruh provinsi Indonesia. Bimtek ini menyampaikan beberapa materi, diantaranya literasi.

Materi literasi yang disampaikan mempunyai tujuan menyamakan persepsi mengenai literasi. Penyamaan persepsi dilakukan dengan pengenalan konsep literasi yang dibawa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan konsep literasi dari sudut pandang ilmu perpustakaan.

Literasi dalam Buku Saku Gekaran Literasi Sekolah mendefinisikan literasi sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas. Definisi ini senada dengan definisi literasi dari sudut ilmu perpustakaan. Literasi merupakan kumpulan pengetahuan untuk mengenali, mencari, mengevaluasi, dan memakai informasi. Dari sudut ilmu perpustakaan, lebih sering menyatukannya dengan kata informasi menjadi “literasi informasi”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun sepakat dengan kedua definisi literasi dari Gerakan Literasi Sekolah dan dari sudut ilmu perpustakaan. Beberapa waktu lalu, Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa literasi adalah kemampuan menulis dan membaca. Jika digabungkan dengan kata lain maka literasi menjadi kemampuan dalam bidang tertentu. Misalnya literasi informasi berarti kemampuan dalam bidang informasi. Definisi tidak jauh dari definisi dari Gerakan Literasi Sekolah dan dari sudut ilmu perpustakaan. Bahkan jika saat ini mencari definisi literasi dalam KBBI telah ada definisi ketiga, yaitu kemampuan dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Definisi ini pun semakin menguatkan definisi yang telah ada.

Tujuan lainnya adalah memahami pentingnya literasi. Kemampuan literasi dalam berbagai literatur disebutkan sebagai kemampuan yang diperlukan setiap individu dalam menghadapi abad ke-21. Dengan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas siswa dapat menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat. Selain kemampuan hidup (misal kemampuan sosial), kemampuan subjek (misal matematika), kemampuan belajar (kreatif, kritis, komunikasi, kolaboratif), kemampuan literasi membentuk satu kesatuan utuh kemampuan yang dibutuhkan individu di abad ke-21. UNESCO menyatakan literasi dibutuhkan oleh setiap individu dalam masyarakat. Literasi tidak hanya untuk kepentingan pendidikan, namun juga sangat penting untuk kepentingan pribadi, sosial, dan

pekerjaan.

Tujuan selanjutnya adalah memahami peran perpustakaan sekolah d1alam penguatan dan pengembangan literasi. Dengan kepala yang sudah memahami konsep literasi dan pentingnya literasi, maka pengelola perpustakaan sekolah dapat merencanakan dan melakukan berbagai kegiatan yang dapat menguatkan dan mengembangkan literasi siswa. Perpustakaan sekolah dapat melakukan identifikasi awal atas kemampuan literasi. Selanjutnya perpustakaan sekolah dapat menyusun rencana kegiatan untuk menguatkan dan mengembangkan litearsi siswa dan tentunya melaksanakannya. Proses selanjutnya, perpustakaan sekolah melakukan evaluasi untuk mendapatkan saran kritik perbaikan yang dapat diterapkan di kegiatan selanjutnya.

Perpustakaan sekolah yang tentunya berada di lingkungan sekolah harus menyesuaikan dengan situasi kondisi sekolahnya. Dan yang terpenting juga harus menyesuaikan dengan program yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk sekolah umum dan Kementerian Agama untuk madrasah. Di lingungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mempunyai Gerakan Literasi Sekolah, maka perpustakaan sekolah dalam menyusun kegiatan penguatan dan pengembangan literasi siswa harus berdasarkan Gerakan Literasi Sekolah.

Gerakan Literasi Sekolah mempunyai tiga tahapan dalam mengembangkan literasi siswa, yaitu pembiasaan, pembelajaran, dan pengembangan. Tahap pembiasaan siswa dibiasakan dengan kegiatan membaca dengan situasi yang menyenangkan di ekosistem sekolah. Tahap pembelajaran dilakukan pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan literasi. Tahap pengembangan dilakukan pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Perpustakaan sekolah dapat mengembangkan kegiatan untuk menunjang dan mencapai tujuan dari setiap tahapan.

Membangkitkan Lagi Gairah

Perpusnas juga mempunyai Pendidikan dan Pelatihan (diklat) untuk Kepala Perpustakaan Sekolah. Salah satu materi ajarnya adalah literasi informasi. Penekanan dan pengajaran mengenai literasi informasi dapat dilakukan pada diklat. Dari sisi waktu pun lebih lama dibandingkan bimtek.

Tujuan pembelajaran materi literasi informasi dalam diklat untuk Kepala Perpustakaan Sekolah mirip dengan tujuan dalam bimtek. Tujuannya adalah memahami konsep literasi, memahami pentingnya literasi, memahami strategi implementasi literasi dan mampu menyusun program yang menunjang pengembangan literasi. Perbedaan paling mencolok pada tujuan terakhir. Peserta diklat setelah mendapatkan materi literasi akan mampu menyusun program literasi. Namun, karena keterbatasan waktu maka tujuan terakhir ini tidak terlalu kelihatan.

Permendikbud Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Pengelola Perpustakaan Sekolah memberikan

Volume XXIII No. 4 2018

Page 38: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

35

sumber foto: https://mariecheine.com/blog/

Volume XXIII

beberapa kompetensi yang diperlukan untuk pengelola perpustakaan sekolah dan kepala perpustakaan sekolah. Melakukan bimbingan literasi informasi menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki pengelola perpustakan sekolah dan kepala perpustakaan sekolah.

Siklus berupa identifikasi kemampuan siswa, penyusunan program, pelaksanaan kegiatan, dan evaluasi menjadi turunan dari kemampuan literasi dari pengelola perpustakaan sekolah. Selain itu, pengelola perpustakaan sekolah harus memotivasi dan mengembangkan minat baca komunitas sekolah dan menciptakan kiat pengembangan perpustakaan sekolah.

Perpusnas di tahun 2018 telah memberikan lebih dari 4000 pengelola perpustakaan sekolah di seluruh Indonesia. Pengajar untuk materi literasi telah banyak menyaksikan berbagai fenomena di lapangan terkait literasi di sekolah seluruh Indonesia. Perpusnas di tahun 2018 juga telah menyelenggarakan diklat termasuk diklat Kepala Perpustakaan Sekolah. Pengajar untuk materi literasi juga ikut menerima informasi mengenai fenomena di lapangan. Satu yang terlihat jelas adalah semangat para pengelola perpustakaan sekolah dalam mengembangkan kemampuan literasi siswa.

Gairah Literasi

Pengalaman menjadi pengajar dan yang diajar membuka mata tentang kegairahan para penggiat literasi di pengelola perpustakaan sekolah. Memang tidak merata di seluruh sekolah, namun gairah itu nampak terlihat dari pengelola perpustakaan sekolah. Memang tidak sama, namun gairah itu nampak mencuat.

Status Whatsapp, post di Instagram, Facebook dan media sosial lainnya dari para pengelola perpustakaan sekolah menjadi makanan sehari-hari karena muncul dalam wall. Ada yang menjadi pengelola perpustakaan sekolah berprestasi se-Jawa Barat dan diberangkat ke luar negeri. Ada yang membuat tulisan terkait literasi dan diterbitkan di surat kabar. Ada yang telah menghasilkan berbagai tulisan ilmiah dan non-ilmiah seperti cerita pendek bahkan novel. Ada yang telah berkontribusi di masyarakat dan mendapatkan sertifikat di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan meskipun tidak terliput oleh media massa, tidak dipanggil ke istana negara oleh Presiden Jokowi, tidak mendapat penghargaan apa pun, pengelola perpustakaan sekolah terus berkontribusi, terus bergairah untuk mengembangkan literasi siswa.

Pengelola perpustakaan sekolah ataupun madrasah yang berasal dari sekolah negeri ataupun madrasah negeri umumnya adalah guru yang diserahkan tanggung jawab mengelola perpustakaan. Guru akan mendapatkan pengurangan jam belajar sebagai konsekuensi menjadi kepala perpustakaan sekolah yang memang membutuhkan waktu khusus. Dengan latar belakang guru, pengelola perpustakaan sekolah telah terbiasa memberikan “kail”

kepada siswa, telah terbiasa tidak hanya memberikan “ikan”. Mengajarkan dan mengembangkan literasi merupakan “kail” lain berupa literasi dapat dengan mudah dilakukan guru sekaligus pengelola perpustakaan sekolah.

Era digital memberikan kemungkinan plagiarisme lebih mudah dilakukan. Pelaku plagiarisme menunjukkan keinginan melakukan secara cepat tanpa berpikir dari isi kepala sendiri. Copy paste menjadi cara yang efektif tanpa haus keinginan bagaimana menulis dengan kemampuan sendiri. Era digital juga memberikan kemungkinan terbukanya plagiarisme. Melalui semangat open source dimana segalanya terbuka. Artikel jurnal terbuka untuk umum untuk diunduh. Skripsi, tesis, tesis terbuka untuk umum diunduh. Keterbukaan ini menjadikan plagiarisme menjadi sangat mudah diketahui. Literasi mengajarkan etika informasi, yaitu etika dalam menggunakan informasi.

Kegiatan untuk mengembangkan literasi idealnya mensinergikan kegiatan membaca dan menulis. Membuat berbagai komunitas yang berbasiskan literasi menjadi cara yang dapat dilakukan. Perpustakaan sekolah seharusnya banyak mengadakan acara menarik dengan mengemasnya dengan manis dan memasukkan unsur literasi tanpa harus ada keterpaksaan. Tumbuhkan kesukaan akan membaca dan menulis. Segala sesuatu yang diawali dengan kesukaan akan mengalir dengan baik dan dilakukan dengan semangat. Sesuatu yang tidak bisa dipungkiri karena segala sesuatu yang berasal dari hati biasanya lebih sering akan selalu menyentuh hati.

Penutup

Literasi adalah harga mati untuk perubahan menuju kebaikan dalam masyarakat. Siswa yang mempunyai kompetensi literasi akan mampu mengenali kebutuhan informasinya. Mampu mencari informasi yang dibutuhkannya pada sumber yang terpercaya. Mampu mengevaluasi informasi yang didapatkannya, termasuk memahami pro dan kontra dari informasi yang dibutuhkannya. Dan tentunya mampu menggunakan informasi yang didapat untuk menghasilkan sesuatu. Pengelola perpustakaan sekolah yang juga sebagai guru adalah double agent yang sama-sama menuju arah yang sama.

*Pustakawan Ahli Muda Perpustakaan Nasional RI

**Kepala Perpustakaan Sekolah MTs Umi Kulsum Sukabumi

No. 4 2018

Page 39: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

36Volume XXIII

o

Peringatan Telah Disampaikan

o

r e n u n g a n

Malam menyelimuti Madinah. Tiba-tiba Rasulullah SAW terperanjat dari tidurnya. Ia pun terbangun dalam kondisi yang amat melelahkan. Seketika beliau menyebut,

'Subhanallah'. Istrinya, Ummu Salamah mengisahkan, malam itu Rasulullah melihat berbagai macam fitnah dan cobaan yang akan dihadapi umatnya. Sesuatu yang menjadi kenyataan di sepanjang perjalanan umat islam, dari zaman ke zaman.

Keguncangan malam itu adalah sepotong kabar, bahwa hari-hari setelah sepeninggal Rasulullah SAW akan menjadi hari-hari yang sulit. Dan, memang kemudian keadaannya. Segalanya berubah, bahkan sangat jauh.

Dalam banyak kesempatan, Rasulullah SAW menasehati sahabatnya—berlaku juga bagi umatnya—agar jangan sepeninggal beliau nanti mereka berubah menjadi orang-orang yang melepaskan diri dari buhul-buhul kemusliman. “Janganlah kalian menjadi kafir kembali sepeninggalku, saling membunuh antara yang satu dengan yang lain.”

Nasehat itu menegaskan dua kenyataan penting. Bahwa hari esok, kapanpun, adalah lebih sulit dari hari ini. Dan kenyataan kedua, bahwa agama islam telah memberi peringatan tentang kesulitan-kesulitan itu, bahkan mewanti-wanti agar jangan sampai terkalahkan oleh kesulitan.

Peringatan itu lebih jelas lagi dalam hadits riwayat Imam Bukhari, “Bersabarlah kalian, sesungguhnya tidaklah sebuah zaman itu tiba kecuali yang sesudahnya lebih buruk dari zaman itu.”

Bila prinsip-prinsip itu ditarik pada apa yang disaksikan hari ini di kehidupan masyarakat, berpolitik, ekonomi, bahkan bernegara, esok hari mungkin lebih sulit dari hari-hari ini. Berpikir positif itu perlu. Optimis itu harus. Tapi menyiapkan diri menghadapi kondisi terburuk itu penting.

Di kehidupan ekonomi, kita menghadapi beban hutang yang menggunung, korupsi yang menggurita, penindasan hak-hak ekonomi masyarakat, pencurian kekayaan negara dengan mudah dan ringan. Di sisi politik tantangan berat ada di soal kredibilitas pemimpin. Instrumen demokrasi dimunculkan disana-sini. Tapi integritas orang-orang di jalur ini begitu banyak keraguan. Tidak semuanya, tentu. Namun,

jumlah yang komitmen terhadap kebaikan masih jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang mengotori dengan kerakusan pribadi maupun kelompok.

Di kehidupan bermasyarakat, kita menghadapi begitu banyak penyakit sosial yang telah menjadi fenomena gunung es. Apa yang tidak terlihat jauh lebih mengerikan ketimbang yang nampak. Narkoba yang menggerus generasi muda, penderita HIV dan pelaku penyimpangan seksual (LGBT) yang terus bertambah. Semuanya menjadi bom waktu.

Pada kehidupan beragama, ada begitu banyak masalah. Dari soal kebodohan mereka yang tidak mau belajar agama, hingga arogansi mereka yang menjual agama untuk kepuasan petualangan intelektual atau sekadar popularitas.

Begitulah, ada banyak persoalan yang melilit kehidupan. Semuanya karena ulah orang lain. Sebagian mungkin karena kesalahan dan kelalaian kita. Hari-hari yang dihadapi saat ini tak lebih hanya sepenggal masa, yang esoknya tak pernah bisa diterka.

Perintah-perintah dalam islam secara langsung atau tidak adalah proses penempaan jiwa untuk menghadapi kehidupan yang sulit. Prinsip bahwa hari esok lebih sulit, tidak saja dalam konteks dunia tapi juga dalam kehidupan akhirat. Begitu juga perintah untuk menyiapkan diri menghadapi kesulitan esok hari. Tidak saja dalam konteks dunia, tapi juga dalam rangka menyambut kehidupan akhirat yang lebih kekal.

Begitulah, pada setiap kehendak ada harapan yang tersimpan. Pada setiap langkah ada keinginan yang terpancang. Termasuk dalam menyongsong hari esok. Itu sudah sunnah yang lazim. Tapi kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Kita mungkin hanya bisa mengira, menduga atau merencanakan. Segalanya tidak bisa dipastikan.

Peringatan itu telah disampaikan. Dalam segala ajaran wahyu atau ajaran islam. Esok mungkin sulit. Dan mungkin memang benar-benar sulit. Tapi, haruskah kita tenggelam?.

Sumber : Hidup Tidak Mengenal Siaran Tunda

No. 4 2018

Page 40: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

37

t i p s

Menyibak Misteri Stonehenge

Semakin banyak arkeolog yang mempelajari dan meneliti Stonehenge, maka semakin banyak pula misteri yang terungkap soal batu-batu yang menurut sejarah dibangun pada zaman perunggu dan neolitikum

tersebut. Terletak di Amesbury, Wiltshire, Inggris, Stonehenge merupakan destinasi terkenal sebagai salah satu situs warisan sejarah yang paling populer di dunia.

s e j a r a h

Volume XXIII

Banyak wisatawan yang telah mengunjungi situs kuno misterius yang sudah berusia ribuan tahun lalu itu, para wisatawan datang untuk menyaksikan keeksotisan pilar-pilar batu ikonik dan menyimpan

ribuan pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa pilar-pilar batu itu diletakkan di tempat yang sekarang mereka lihat.

Bagi seorang arkeolog, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya berhenti sampai pada rasa penasaran, tapi mereka juga mempelajari daerah ini hingga satu persatu misteri

terungkap.

Sejarah Stonehenge memunculkan banyak perdebatan mengenai usia sebenarnya lingkaran batu, tapi diperkirakan Stonehenge dibangun antara tahun 3000 SM sampai 1520 SM, ketika periode peralihan dari zaman Neolitik atau zaman Batu Baru ke zaman Perunggu. Nama Stonehenge memiliki arti batu gantung atau tiang gantung.

Pada zaman Mesolitik sekitar 8000 – 7000 SM, para penduduk saat itu yang masih hidup dengan metode berburu

No. 4 2018

Page 41: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

38Volume XXIII

dan pengumpul, menggali lubang dan mendirikan pos yang berjarak 200 meter dari lokasi Stonehenge (saat itu stonehenge belum ada). Mereka juga membangun monumen prasejarah, saat itu pembangunan monumen merupakan hal yang biasa. Sementara dalam radius 3 mil (5 km) dari Stonehenge juga terdapat 17 buah gundukan pemakaman kuno dan dua monumen cursus (kandang panjang) dari zaman neolitik yang dibangun sekitar milenium ke – 4 SM.

Ada tiga tahapan pembangunan Stonehenge pada masa lampau,

1. 3000 SM – 2935 SM

Bagian tertua dari monumen Stonehenge dibangun selama periode 3000 SM - 2935 SM. Terdiri dari pembangunan dinding melingkar dengan diameter 100 meter atau 330 kaki, dengan lubang berjumlah 56 buah. Bangunan tersebut dinamakan Aubrey Holes.

2. 2640 SM – 2480 SM

Pada sekitar 2500 SM, batu sarsen dibawa dari Avebury, sekitar 20 mil (32 km) utara Marlborough Downs ke Stonehenge. Setelah batu – batu ini dihaluskan, ditaruh di pintu masuk timur laut Stonehenge. Batu – batu kemudian diatur ke dalam lingkaran berbentuk tapal kuda. Masing – masing batu diperkirakan seberat 7 ton.

3. 2470 SM – 2280 SM

Berdasarkan penanggalan dari radiokarbon, menunjukkan bahwa jalan seremonial sepanjang 2 mil (3 km) di sisi parit yang digali mulai dari Stonehenge ke Sungai Avon dibangun pada periode 2470 SM – 2280 SM.

Reruntuhan Stonehenge sekarang ini menyisakan lebih dari 350 batu. Banyak spekulasi yang menyatakan fungsi dari

Stonehenge. Ada yang mengatakan bahwa orang- orang kuno membangun Stonehenge sebagai labotarium astronomi. Tetapi ada pula yang mengatakan sebagai tempat pemujaan, ritual, pemakaman dan sebagainya.

Dari misteri-misteri yang terungkap tersebut, cerita yang koheren pun perlahan terangkai bersamaan. Peneliti telah mempelajari bukan hanya soal bebatuan tapi juga meliputi daerah sekitarnya. Mereka melakukan hal tersebut dengan harapan dapat menemukan petunjuk di lingkungan pilar-pilar bebatuan yang dibangun pada zaman prasejarah ini.

Hasil dari penggalian tanah yang dilakukan para peneliti telah mengungkapkan, Stonehenge pernah jadi bagian dari struktur yang rumit berupa gundukan kuburan, pemukiman, rute prosesi dan penguburan emas. Penemuan tersebut menggambarkan dunia neolitik dan perunggu jauh lebih misterius dan rumit daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Daerah tempat Stonehenge berdiri, bagaimanapun telah dijadikan pemukiman sekitar 9000 tahun silam, dan penemuan tersebut menunjukkan pentingnya daerah itu sebelum Stonehenge dibangun. Untuk apapun Stonehenge digunakan, hal tersebut menunjukkan stonehenge tidak berdiri sendiri di lingkungannya. Memahami pentingnya Stonehenge, bergantung pada pemahaman tentang hal-hal lain di sekitarnya.

Pada masa sekarang bentuk Stonehenge yang masih berdiri tidak lengkap. Banyak batu- batu asli seperti batu sarsens dan bluestones yang telah rusak dan dibawa pergi selama era Kekaisaran Romawi dan pada periode abad pertengahan Inggris. Selain itu juga adanya aktivitas penggalian guna penelitian pada masa lalu yang sembarangan. UNESCO menetapkan situs kuno Stonehenge sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1986.

Dari berbagai sumber

No. 4 2018

Page 42: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

39 Volume XXIII

Fenomena Beruang Tidur Sepanjang Musim Dingin

Selama tidur sirkulasi dan tekanan darahnya turun, hidup dari cadangan lemak yang dikumpulkannya musim semi dan panas, dan tidak buang urin dan kotoran.

Jika manusia tidur non stop selama berbulan-bulan, otot-ototnya akan menjadi amat lemah dan mengalami gangguan pertumbuhan. Selain itu manusia akan menderita dekubitus, yakni lecet yang

sering dialami pasien yang terpaksa berbaring sedemikian lama. Selain itu bagian dalam tubuh manusia akan mengalami keracunan karena dalam proses pencernaan tubuh akan diproduksi unsur amoniak dan bikarbonat, yang biasanya oleh hati diubah menjadi urea dan kemudian dipisahkan melalui ginjal. Tapi jika unsur protein itu tidak dikeluarkan melalui urin, maka unsur tersebut akan masuk ke darah dan khususnya amoniak akan menyebabkan keracunan. Manusia juga akan mengalami dehidrasi jika

tidak minum berbulan-bulan.

Yang mencengangkan pada beruang, jika pada musim semi mereka bangun dari tidur panjang musim dinginnya. Beruang ini top fit, tidak mengalami keracunan ataupun dehidrasi, dan masih memiliki 90 persen volume otot. Yang hilang hanya lemak yang dikonsumsi oleh beruang pada musim panas dan musim gugur.

Daur Ulang Urea

Ini dapat terjadi karena beruang mengubah metabolismenya dalam sistem daur ulang dengan tingkat

i p t e k

No. 4 2018

Page 43: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

40Volume XXIII

efisiensi tinggi. Pada beruang selama tidur panjang musim dingin, amoniak tidak dikeluarkan lewat urin. Senyawa urea yang terbentuk tidak disalurkan oleh hati ke ginjal melainkan disalurkan langsung ke darah. Dalam darah urea, berubah menjadi air liur yang selalu ditelan kembali oleh beruang yang tidur. Dalam lambung, bakteri menguraikan urea ini kembali menjadi amoniak dan bikarbonat.

Agar tidak mengalami dehidrasi di satu sisi pada tubuh beruang ginjal menghentikan produksi urin, tapi juga di sisi lain, beruang tidur meringkuk dan bernafas ke arah bulunya. Dengan demikian sebagian besar kelembaban yang ditimbulkan dari nafasnya tertahan di bulu, dimana beruang ini kembali menghirup air ketika bernafas. Kapasitas air yang masih dibutuhkannya akan diambil beruang ini dari cadangan lemaknya.

Hormon Pemicu Tidur HIT

Rangsangan yang memicu beruang untuk tidur musim dingin dipicu hormon HIT, singkatan dari Hibernation Induction Trigger. HIT membuat tekanan darah beruang menurun separuhnya dibanding tekanan darah selama musim panas. Selain itu hormon HIT menurunkan nafsu makan dan suhu tubuh. Dengan melambannya pernafasan, kadar keasaman dalam darah juga berubah.

Keistimewaan metabolisme pada tubuh beruang menarik perhatian pakar medis. Para peneliti tertarik mencari jawaban mekanisme apa dalam darah beruang pada saat tidur musim dingin yang mencegah zat protein dan dengan demikian sel-sel otot tidak terurai.

Juga tampaknya beruang resisten terhadap osteoporosis atau rapuh tulang. Selama tidur panjang musim dingin terjadi pembentukan substansi tulang. Selain itu penemuan Hormon HIT, Hibernation Induction Trigger yakni hormon pada hewan mamalia yang sedang menjalani tidur panjang musim dingin, juga menimbulkan gagasan untuk memanfaatkannya dalam dunia medis.

Para pakar mengharap, organ transplantasi tubuh diberi hormon penyebab tidur panjang musim dingin sebelum ditransportasi, akan bertahan lebih lama beberapa jam. Dalam pelayanan medis intensif yakni pelayanan kesehatan untuk pasien yang sakit kritis, manusia dapat menarik pelajaran dari beruang. Hal yang masuk akal jika pasien yang luka parah kondisinya dibuat seolah dalam tidur musim dingin saat ditransportasi, untuk menurunkan sirkulasi darahnya. Tapi sejauh ini belum dilakukan praktik uji coba dalam pemikiran-pemikiran semacam itu.

Sumber : https://www.dw.com/id

No. 4 2018

Page 44: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

41

Peris tiwa

Perpusnas Jalin Kesepahaman dengan Universitas Bengkulu

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Universitas Bengkulu menjalin kesepahaman dengan Perpustakaan Nasional. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dan Rektor Universitas Bengkulu Ridwan Nurazi secara bersamaan menandatangani nota kesepahaman tersebut pada Senin, (8/10). Ruang lingkup kesepahaman meliputi pengembangan SDM bidang perpustakaan, pengembangan TIK, pengembangan pangkalan data Katalog Induk Nasional (KIN) dan repository digital Indonesia OneSearch (IOS), pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, pertemuan ilmiah, penelitian, dan publikasi bersama dalam bidang perpustakaan, penghimpunan dan pelestarian Karya Cetak Karya Rekam (KCKR), dan perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional. Kepala Perpusnas berpesan agar setiap perguruan tinggi bisa meng-install dan memaksimalkan perangkat lunak otomasi perpustakaan, INLIS Lite versi 3—software aplikasi otomasi perpustakaan milik Perpusnas agar semua koleksi nasional terhimpun dalam jejaring perpustakaan digital nasional. (Hartoyo D)

DPR Setujui Anggaran Perpusnas di 2019Senayan, Jakarta--Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi X DPR-RI dengan Perpustakaan Nasional membuahkan hasil yang menggembirakan. Komisi X DPR-RI secara bulat menyetujui usulan anggaran yang diajukan Perpusnas di 2019 sebesar Rp 730.775.563.000, Selasa, (23/10). Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengaku puas dengan keputusan tersebut. Dalam kesimpulan akhir, Komisi X DPR-RI secara bulat menyetujui pagu alokasi anggaran belanja Perpusnas pada RAPBN TA 2019. Selain itu, Komisi X DPR-RI dan Perpusnas menyepakati besaran anggaran tersebut secara garis besar dialokasikan untuk pelaksanaan tugas teknis, program peningkatan sarana dan prasarana SDM Perpusnas, program pengembangan perpustakaan dan dukungan manajemen. DPR dan Perpusnas juga sepaham bahwa program-program strategis nasional, utamanya di kabupaten/kota harus menjadi perhatian. (Hartoyo D)

Volume XXIII No. 4 2018

Page 45: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

42

Buku Bukan Kitab Suci yang Harus Selalu Rapih

Medan Merdeka Selatan—Tugas pendidik selain memberikan pelajaran dalam kurikulum juga menumbuhkan karakter murid. Hal ini dikatakan Gubernur DKI Jakarta Anies R. Baswedan pada Munas Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSI) 2018 dan Sosialisasi Layanan Berbasis TIK, Selasa, (9/10). Anies mengimbau tiap sekolah bisa menerapkan kebiasaan membaca sehingga akan tumbuh karakter adiktif (ketagihan). Guru pun diwajibkan menciptakan ekosistem yang mendukung aspek tersebut. “Buku bukan kitab suci yang harus selalu rapih. Karena dari buku, anak-anak bebas meluapkan segala ekspresi dari yang dibaca,” ujarnya. Sementara itu, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi Haryati mengatakan saat ini para guru bisa memanfaatkan aplikasi buku digital iPusnas yang bisa di-download gratis melalui Appstore atau Google Play. “Ipusnas bisa menjadi alternatif para guru mengatasi keterbatasan koleksi yang ada di perpustakaan sekolah,” imbuh Woro. (Hartoyo D)

Perpustakaan Tun Seri Lanang Malaysia Jajaki Kerjasama dengan Perpusnas RIMedan Merdeka Selatan, Jakarta—Perpustakaan Nasional RI menerima kunjungan kehormatan Perpustakaan Tun Seri Lanang Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Rabu, (7/11). Kunjungan tersebut untuk menjalin kerjasama saling melengkapi koleksi bahan pustaka terutama di kawasan Asia Tenggara sekaligus belajar tentang pengelolaan perpustakaan. Ketua Pustakawan Perpustakaan Tun Seri Lanang UKM Wan Suhaimi Arifin mengungkapkan kekagumannya terhadap Perpusnas yang menjadi Guest of Honor Frankfurt Book Fair 2015 dan menjadi Host London Book Fair 2019. "Di bandingkan Indonesia, Malaysia tidak pernah menjadi tamu pada event tersebut karena koleksi penerbitan Indonesia jauh lebih besar,” ungkap Tun. Di samping itu, Perpusnas dan UKM juga menyepakati sinergi untuk mengembangkan perpustakaan dan budaya baca. "Kami ingin berdiskusi bagaimana cara Malaysia membangun budaya baca dan meningkatkan indeks literasi, serta parameter yang digunakan," imbuh Muhammad Syarif. (Arwan S)

Perpusnas Terima 22 Film Religi Karya Siswa MAN JakartaMedan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan Nasional RI menerima 22 film religi hasil karya siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di DKI Jakarta. Penyerahan film dalam bentuk rekaman digital tersebut dilakukan Ketua Pembinaan Alto Kreatif Media Joko Krismianto kepada Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando di Jakarta, Kamis, (8/11). Film-film religi berdurasi sekitar lima menit tersebut merupakan hasil workshop yang dilakukan Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta kepada peserta didik dari MAN di Jakarta. Melalui film religi, generasi muda diharapkan bisa menjadi teladan bagi bangsa Indonesia. “Di mana-mana film selalu mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan, sosial, nilai ekonomi, dan juga budaya. Film adalah salah satu produk karya seni yang sangat fundamental nilai kemanusiaannya. Apabila bicara tentang nilai kemanusiaan, maka disitulah inti dari peran perpustakaan sebagai institusi peradaban,” jelas Syarif Bando. Ke-22 film religi tersebut kemudian disaksikan bersama serta dilakukan pemilihan film favorit versi penonton. (Hanna M)

Volume XXIII No. 4 2018

Page 46: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

43

Perpusnas Ajukan 14 Inpassing Fungsional Arsiparis Medan Merdeka Selatan, Jakarta–Arsip adalah bukti kegiatan yang dilaksanakan di unit kerja. Pengelolaan arsip yang baik ikut menentukan akuntabilitas kinerja lembaga. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyadari masih terdapat kekurangan dalam pengelolaan kearsipan di Perpusnas, seperti aspek ketaatan, ketertiban, SDM, kelembagaan, sarana dan prasarana. Di sela-sela Bimtek Kearsipan, Perpusnas secara resmi mengajukan 14 orang sebagai tenaga fungsional arsiparis melalui jalur inpassing, Senin, (5/11). Kepala ANRI Mustari Irawan mengatakan masalah kearsipan menjadi pokok dalam reformasi birokrasi pada point ke-4, yaitu pelaksanaan organisasi. “Penataan kearsipan menentukan kinerja reformasi birokrasi. Jika arsip di hulunya baik, maka akan memberikan pengaruh besar kementerian/lembaga,” ujar Mustari Irawan. Bimtek bertujuan memberi pembekalan bagi calon arsiparis dan memberikan informasi kepada pimpinan mengenai betapa pentingnya arsip menjaga akuntabilitas lembaga. (Eka C)

17 Perpustakaan Layani 100 Ribu Masyarakat Indonesia Kemayoran, Jakarta Pusat- Jumlah perpustakaan umum di Indonesia saat ini belum ideal. Hal ini terungkap dikemukakan pada sosialisasi hasil sensus Perpustakaan 2018 yang dilakukan Perpusnas, Selasa (13/11). Sensus dilakukan terhadap 34 perpustakaan provinsi dan 514 perpustakaan kabupaten/kota. Sensus menunjukkan rendahnya tingkat pemanfaatan perpustakaan yang hanya berada pada angka 0,01% dari angka kunjungan ke perpustakan per hari sebesar 17.399 dibagi total penduduk. Rasio jumlah tenaga perpustakaan umum pun terbilang sangat rendah, hanya 0,00001, dari total 93.634 tenaga perpustakaan umum seluruh Indonesia. Pelaksanaan sensus adalah tindak lanjut pemenuhan kebutuhan Perpusnas untuk perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengembangan perpustakaan. Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Woro Titi mengatakan dengan data yang valid, akurat dan update suatu organisasi atau lembaga dapat membuat kebijakan yang sesuai dengan kemampuan sehingga tidak terlalu ambisius dalam perencanaan maupun implementasi," ujar Woro. (Radhitya P)

Perpusnas Bantu Kebutuhan Perpustakaan STIEBA MaduraSumenep, Jawa Timur—Sumenep, Jawa Timur—Di sela-sela peresmian STIEBA Bahaudin Khudory Madura oleh Menristekdikti M. Nasir, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando didampingi Ketua Yayasan Kudsiyah Bahaudin Mudhory Achsanul Qasasi meresmikan ruang perpustakaan STIEBA Madura, Senin, (10/12). Pada kesempatan tersebut turut diserahkan bantuan untuk kebutuhan perpustakaan STIEBA, berupa seperangkat komputer berikut meja sebanyak 20 unit, bantuan rak buku sebanyak 20 unit, koleksi bahan bacaan sebanyak 3.750 buku (7.500 eks), karpet untuk alas perpustakaan. Saat peninjauan ruang perpustakaan, Achsanul Qasasi yang juga Wakil Ketua BPK-RI diperkenankan mengisi biodata sebagai anggota

Volume XXIII No. 4 2018

Page 47: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

44Volume XXIII

Kepala Perpusnas Kukuhkan PP-FPSMI Periode 2018-022

Sawah Besar, Jakarta - Kepala Perpustakaan Nasional Muhamad Syarif Bando mengukuhkan Pengurus Pusat Forum Perpustakaan Sekolah/Madrasah Indonesia (PP-FPSMI) periode 2018-2022. Pengukuhan dilakukan disela-sela seminar bertemakan “Pustakawan Sekolah/Madrasah Menjadi Motor Penggerak Literasi dalam Menghadapi Paradigma Belajar Abad 21” di Jakarta, Kamis, (6/12). Dalam arahannya, Kepala Perpusnas meminta FPSMI yang diketuai Mulyanto, memiliki kepercayaan diri menyampaikan ide dan gagasan kepada pengambil kebijakan. Menghadapi revolusi industri 4.0, pengelola perpustakaan sekolah dan madrasah didorong agar memanfaatkan koleksi digital Perpusnas. Syarif Bando meminta para pengelola perpustakaan mengenalkan aplikasi digital iPusnas dan Indonesia One Search kepada para siswa di sekolah/madrasah. “Jadi, bagikan buku-buku itu kepada anak-anak. Ajari bagaimana masuk di iPusnas, IOS, sehingga nanti Perpusnas bisa memberikan pelayanan. Itu penting,” tuturnya. (Arwan S)

Perpusnas Canangkan Gerakan Ibu Bangsa MembacaMedan Merdeka Selatan, Jakarta-Memperingati Hari Ibu ke-90 tahun, Perpusnas mencanangkan gerakan “Ibu Bangsa Membaca”, (13/12). Gerakan nasional pemberdayaan perempuan untuk pengembangan literasi tersebut ditandai dengan pembacaan deklarasi “Ibu Bangsa Membaca” oleh ibu Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla. Pada pencanangan tersebut, juga hadir 25 tokoh perempuan menampilkan pergelaran literasi dengan membacakan kutipan dari buku-buku yang menjadi koleksi aplikasi perpustakaan digital, iPusnas. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan kaum ibu memiliki peran penting dalam membangun kualitas SDM. Perempuan sebagai tiang suatu bangsa, berperan menjadi perpustakaan pertama bagi anak-anaknya. Karenanya, ibu seharusnya menanamkan kesadaran tentang pentingnya membaca kepada anak-anaknya atau generasi selanjutnya. Sedangkan, Menko PMK meminta Perpusnas jangan menjadi menara gading. Karenanya kami sudah melakukan banyak hal dengan mengubah paradigma perpustakaan. “Sekarang sudah ada iPusnas. Sudah ada 250 ribu buku full text yang copy right-nya sudah dibeli dari penerbit. Setiap judul dibeli 10 kopi. Dan 10 peminjam berhak membaca bersamaan selama tiga hari,” jelas Syarif Bando. (Hanna M)

No. 4 2018

Page 48: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

L e n s a

W a r t a

1 Oktober 2018, Mersela, Kunjungan Annabel Gallop dari British Library

15 Oktober 2018, Mersela, Audiensi Prof Haryono Suyono dan Tim Kemendes PDT

29 Oktober 2018, Marsela, Kunjungan DPRD Kabupaten Pati Jawa Tengah

7 November 2018, Mersela, Kunjungan Perpustakaan Universiti Kebangsaan Malaysia

21 November 2018, Mersela, Audiensi Pengurus Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI)

22 November 2018, Marsela, Kunjungan OPD Kab Sidoarjo

Page 49: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

3 Desember 2018, MarselaKunjungan National Library Board Singapura

15 November 2018, Salemba, Kunker Dinas Perpustakaan Kab. Lahat

18 Oktober 2018, Marsela, Kunjungan IPDN

9 November 2018, Salemba,

Kunjungan Bupati Jabung Timur

KUNJUNGAN KE PERPUSTAKAAN NASIONAL OKTOBER-NOVEMBER 2018

Page 50: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...

L e n s a

W a r t a

Merdeka Selatan, 21 November 2018Penyerahan Buku-buku Karya Gubernur LemhannasLetjen (Purn) agus Widjojo Kepada Perpustakaan Nasional RI

Page 51: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...
Page 52: HIKAJAT ATJEH DAN SANGHYANG SIKSAKANDA NG KARESIAN UNTUK ...