Top Banner

of 35

HIDROSEFALUS

Mar 02, 2016

Download

Documents

hidrasepalus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala. Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang menyebabkan dilatasi system ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada system ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan peningkatan TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen dengan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi serebral. Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor: a.) peninggian tekanan intraventrikuler, b.) penambahan volume CSS, c.) dilatasi rongga CSS.

Insidensi hidrosefalus antara 0,2-4 setiap 1000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5-1,8 pada tiap 1000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis. Hidrosefalus infantil; 46% adalah akibat abnormalitas perkembangan otak, 50% karena perdarahan subaraknoid dan meningitis, dan kurang dari 4% akibat tumor fossa posterior.Prevalensi hidrosefalus di dunia cukup tinggi, di Belanda dilaporkan terjadi kasus sekitar 0,65 permil pertahun dan di amerika sekitar 2 permil pertahun. Sedangkan di Indonesia sekitar 10 permil.II.2 B. TUJUAN

a) TUJUAN UMUM

Setelah menyelesaikan makalah ini, mahasiswa/i mampu memahami anatomi dan fisiologi system neurobehaviour sebagai bagian dari keseluruhan system tubuh manusia dan untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.b) TUJUAN KHUSUS

1. Agar mampu mengerti konsep dasar medis dari gangguan system neurobehaviour : Hidrosefalus.2. Memahami pengertian hidrosefalus, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis klien dengan hidrosefalus.3. Melakukan pengkajian anamnesa pada klien dengan hidrosefalus.4. Menentukan diagnosa, masalah serta kebutuhan dari data yang telah dikumpulkan terhadap klien dengan hidrosefalus.5. Menentukan antisipasi terhadap diagnosa dan masalah potensial yang ditemukan pada klien dengan hidrosefalus.6. Melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah dikumpulkan terhadap klien dengan hidrosefalus.7. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan kepada bayi berdasarkan interpretasi data yang yang ditentukan.8. Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan secara sistematis kepada klien dengan hidrosefalus.9. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan kepada klien dengan hidrosefalus.BAB II

PEMBAHASAN

II.1 ANATOMI FISIOLOGIStruktur anatomi yang berkaitan dengan hidrosefalus, yaitu bangunan-bangunan dimana CSS berada.

Sistem ventrikel otak dan kanalis sentralis :1. Ventrikel Lateralis

Ada dua, terletak dalam hemispherii telencephalon. Kedua ventrikel lateralis berhubungan dengan ventrikel III (ventrikel tertius) melalui foramen interventrikularis (monro) .

2. Ventrikel III (Ventrikel Tertius)

Terletak pada diencephalon. Dinding lateralnya dibentuk oleh thalamus dengan adhesio interthalamica dan hypothalamus. Recessus opticus dan infundibularis menonjol ke anterior, dan recessus suprapinealis dan recessus pinealis ke arah kaudal. Ventrikel III berhubungan dengan ventrikel IV melalui suatu lubang kecil, yaitu Aquaductus Sylvii (aquaductus cerebri).

3. Ventrikel IV (Ventrikel Quartus)

Membentuk ruang berbentuk kubah diatas fossa rhomboidea antara cerebellum dan medulla serta membentang sepanjang recessus lateralis pada kedua sisi. Masing-masing recessus berakhir pada foramen Luschka, muara lateral ventrikel IV. Pada perlekatan vellum medullare anterior terdapat apertura mediana magendie.

4. Kanalis Sentralis Medula Oblongata dan Medula Spinalis

Saluran sentral korda spinalis: Saluran kecil yang memanjang sepanjang korda spinalis, dilapisi sel-sel ependimal. Diatas, melanjut kedalam medula oblongata, dimana ia membuka ke dalam ventrikel IV.

Ruang subarakhoidal merupakan ruang yang terletak diantara lapisan arakhnoid dan piameter.

II.2 DEFINISI

Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam system ventrikel otak. Jika produksi CSS lebih besar dari pada absorpsi, CSS akan terakumulasi dalam system ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel. Hidrosefalus bukan merupakan penyakit spesifik; agaknya, hidrosefalus ini menggambarkan kelompok keadaan yang beragam yang merupakan akibat dari terganggunya sirkulasi dan absorpsi CSS atau, pada keadaan yang jarang, akibat dari meningkatnya produksi oleh papilloma pleksus koroid.II.3 KLASIFIKASI

Hidrosefalus dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, antara lain:

1.) Berdasarkan Anatomi/tempat obstruksi CSS Hidrosefalus tipe obstruksi/non komunikansTerjadi bila CSS otak terganggu (Gangguan didalam pada sitem ventrikel yang mengakibatkan penyumbatan aliran CSS dalam system ventrikel otak), yang kebanyakan disebabkan oleh kongenital: stenosis aquaduktus Sylvius (menyebabkan dilatasi ventrikel lateralis dan ventrikel III. Ventrikel IV biasanya normal dalam ukuran dan lokasinya). Yang agak jarang ditemukan sebagai penyebab hidrosefalus adalah sindrom Dandy-Walker, Atresia foramen monro, malformasi vaskuler atau tumor bawaan. Radang (Eksudat, infeksi meningeal). Perdarahan/trauma (hematoma subdural). Tumor dalam system ventrikel (tumor intraventrikuler, tumor parasellar, tumor fossa posterior). Hidrosefalus tipe komunikasnJarang ditemukan. Ditemukan karena proses berlebihan atau gangguan penyerapan (Gangguan diluar system ventrikel).

Perdarahan akibat trauma kelahiran menyebabkan perlekatan lalu menimbulkan blockade villi arachnoid.

Radang meningeal

Congenital:

Perlekatan arachnoid/sisterna karena gangguan pembentukan.

Gangguan pembentukan villi arachnoid.

Papilloma plexus choroideus.

II.4 ETIOLOGI

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan.

Kelainan bawaan:a) Stenosis aqueduktus sylvii

Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aquaduktus merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa.

b) Spina bifida dean cranium bifida

Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan syndrome Arnorld-Chiari akibat tertarikya medulla spinalis dengan medulla oblongata edan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.

c) Sindrom Dandy-Walker

Merupakan atresia kongenital foramen Luscha dan Magendle yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif dengan pekebaran system ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior

d) Kista arakhoid

Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma

e) Anomaly pembuluh darahII.5 PATOFISIOLOGIDua mekanisme pembentukan CSS adalah sekresi oleh pleksus koroid dan rabas menyerupai cairan limfatik yang berasal dari cairan ekstraseluler. Cairan serebrospinal bersirkulasi melalui seluruh sistim ventrikel , kemudian di absorpsi dalam rongga subaraknoid dengan mekaisme yang yang tidak sepenuh nya di pahami. Diagnosis prenatal jelas memberikan dampat terhadap prevalensi kelahiran hidrosefalus pada saat ini. Kemajuan tekhnologi dalam pemeriksaan NRI dan CT-scan telah menghasilkan informasi yang sangat berharga tentang pathofisiologi berbagai penyakit hidrosefalus di sebabkan oleh berbagai keadaan; hidrosefalus dapat merupakan penyakit kongenital (gangguan perkembangan janin dala uterus atau infeksi intauten). Atau di dapat (neoplsma, pendarahan, atau infeksi)

Hidrosefalus merupakan gejala kelainan otak yang mendasar dapat mengakibatkan (satu) gangguan absorpsi CSS dalam ruang subaraknoid (masih ada hubungan antara ventrikel, hidrosefalus komunikans). Setiap gangguan keseimkbangan antara produksi dan absorpsi CSS menyebabkan peningkatan akumulasi CSS dalam ventrikel yang kemudian mengalami dilatasi dan menekan substansi otak ketulang kranial yang keras di sekitarnya. Jika terjadi sebelum penyatuan setura kranial, peristiwa ini akan menimbulkan pembesaran tengkorak selain dilatasi ventrikel. Pada anak-anak yang berusia di bawwah 10 tahun-12 tahun, garis sutura yang sebelumnya telah menutup, terutama sutura sagittal, dapat mengalami proses diastatik atau terbuka kembali. Sebagian besar kasus hidro sefalus non komunikans terjadi karena malforasi pada saat perkembangan janin. Walaupun biasa nya telah terlihat pada awal usia bayi, defek tersebut daapt muncul setiap saat mu;lai dari periode pranatal sampai akhir masa kanak-kanak atau awal usia dewasa. Penyebablain nya natra lain neoplasma, infeksi, dan trauma. Obstruksi pada aliran yang normal dapat terjadi di setiap titik alur CSS sehingga menghasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi alur di bagian proksimal lokasi obstruksi.

Defek pada perkembangan janin (mis. Malforasi Arnold chiari, steroris aquaduktus, gliosis aqua duktus dan atresiaforaminaluchka dan magendie [dandy-walker syndrome] ) menyebabkan sebagian besar kasus hidrosefalus pada saat lahir sampai usia 2 tahun. Hidrosefalus sangat sering di sertai miemeningokel sehingga semua bayi dengan kelainan tersebut harus di amati untuk mene ukan tanda-tanda hidrosefalus. Pada kasus-kasus lainya terdapat riwayat infeksi intarauteri, pendarahan perinatal, dan meningoensefalitis neonatus. Pada anak-anak yang lebih besar, hidrosefalus paling =sering terjadi karena tumor atau SOL (spek occupying lesion), infeksi intracranial, pendarahan, atau defek pertumbuhan dan perkembangan yang sudan ada sebelumya seperti stenosis akuaduktus atau malforasi arnol ciary (anomaly kongenital dengan sebelum dan medulla pblongata memanjang kebawah melalui foramen magnum).

Etiologi

Ganguan absorbs CSS Obstruksi cairan CSS

Peningkatan akumulasi CSS di dalam ventrikel

dilatasi ventrikel

menekan substansi otak ke tulang kranial

CSS masuk dan menekan sutura

Pembesaran tengkorak, kepala hidrosefalus

Penatalaksanaan dengan bedah PV. Shunt obstruksi aliran di ventrikel otak

Mobilisasi peningkatan volume CSS

Gangguan integritas kulit TIK menigkat

Kesadaran menurun mual muntah

Akumulasi saliva, penurunan reflek batuk Resiko cidera Gangguan pemenuhan cairan Gangguan

Pemenuhan nutrisi

Bersihan jalan nafas tidak efektif

II.6 MANIFESTASI KLINIS 1. MASA BAYI, MASA AWAL

Pertumbuhan kepala cepat dan abnormal

Fontanela menonjol (terutama fontanela anterior) kadang-kadang tanpa pembesaran kepala : tegang, tidak berdenyut Dilatasi vena-vena kulit kepala

Sutura terpisah

Tanda Macewen (bunyi perkusi seperti pot retak)

Penipisan tulang kepala

2. MASA BAYI, TAHAP LANJUT

Pembesaran frontal, atau penonjolan dahi

Mata yang masuk kedalam

Tanda setting sun-skelera terlihat di atas iris

Reflex pupil lamban, respons terhadap cahaya tidak sama

3. MASA BAYI, UMUM

Iritabilitas (rewel)

Letargi

Bayi menangis ketika di gendong atau di timang dan diam ketika di biarkan terbaring tenang

Refleks infantil awal mungkin masih ada

Respons yang normalnya terjadi tidak muncul. Dapat memperlihatkan:

Perubahan tingkat kesadaran

Opistotonos (sering berlebihan)

Spastisitas ekstremitas bawah

Muntah

Kasus lanjut:

Kesulitan menhisap dan minum susu

Tangisan yang melengking, singkat dan bernada tinggi

Gangguan kardio pulmonal

4. MASA KANAK-KANAK

Sakit kepala pada saat bangun tidur; perbaikan terjadi setelah muntah atau dalam posisi tegak

Papiledema

Strabisbus

Tanda-tanda traktus ekstrapiramidal (mis, ataksia)

Iritabilitas (rewel)

Apatis

Konfusi (bingung)

Inkoherensi

Muntah II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gejala klinis

X foto kepala, didapatkan

Tulang tipis

Disproporsi kraniofasial

Sutura melebar

Dengan prosedur ini dapat diketahui :

a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile

b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult: oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intracranial.

Transiluminasi; Penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptic melalui punksi ventrikel/punksi fontanela mayor. Menentukan:

Tekanan

Jumlah sel meningkat, menunjukan adanya keradangan/infeksi

Adanya eritrosit menunjukan perdarahan

Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotic.

Ventrikulografi; Yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada cranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah ditinggalkan. CT scan Kepala Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebarandari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukan dilatasi ringan dari semua system ventrikel termasuk ruang subarachnoid di proksimal dari daerah sumbatan.Keuntungan CT scan :

Gambaran lebih jelas

Non traumatic

Meramal prognose

Penyebab hidrosefalus dapat diduga

USG

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan system ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi system ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.II.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Terapi

Terapi medikametosa

Ditujukan untuk membetasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya.

Dapat dicoba dengan pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada.

Obat yang digunakan adalah :

Asetasolamid

Cara pemberian dan dosis; Per Oral 2-3 X 125 mg/hari, dosis ini dapat di tingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari.

Furosemid

Cara pemberian dan dosis; Per oral 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi IV 0,6 mg/kgBB/hari

Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien di programkan untuk operasi. Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)

Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada fungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh viliarakhnoidalis akan lebih mudah.

Indikasi: Umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarachnoid, periventrikular-intraventrikulardan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending herniation).

Cara : LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 dan CSS dibiarkan mengalir dibawah pengaruh gaya gravitasi.

LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5ml.

Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP diperjarang (2-3hari).

Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.

LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu berturut-turut.

Tindakan ini dianggap gagal jika :

Dilatasi ventrikel menetap

Cortical mantel makin tipis

Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks

Dilatasi ventrikel yang progresif

Komplikasi : Herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan elektrolit. Terapi OperasiOperasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan: Mannitol per infuse 0,5-2 g/kg/BB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.1. Third Ventrikulostomi/ ventrikel III

Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.

2. Operasi Pintas/Shunting

Ada dua macam:

Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel keluar tubuh, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.

Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)

Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan

Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior

Ventrikulo-Bronkial, CSS dialirkan ke Bronkus

Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum

Ventrikulo-Perotoneal, CSS dialirkan ke peritoneum

b. Lumbo Peritoneal Shunt

CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy,secara perkutan.

Komplikasi Shunting:

Infeksi, Hematoma subdural, Obstruksi, Keadaan CSS yang rendah, Asites, Kraniosinostosis

II.9 KOMPLIKASI Lumbal Pungsi Berulang (Serial Lumbar Puncture)

Herniasi transtentorial atau tonsiler,

Infeksi,

Hipoproteinemia dan

Gangguan elektrolit.

Komplikasi Operasi Pintas/Shunting

Infeksi,

Hematoma subdural,

Obstruksi,

Keadaan CSS yang rendah,

Asites,

Kraniosinostosis

II.10 ASUHAN KEPERAWATAN

TINJAUAN KASUSDalam BAB ini kami akan memaparkan Asuhan Keperawatan pada klien An. N dengan hidrosefalus yang dirawat di rumah sakit swasta dari tanggal 5 januai sampai dengan 20 januari 2012.

A. PENGKAJIAN

1. Data DemografiNama klien

: An. NUmur

: 1 Tahun

Diagnosa Medik: HidrosefalusTanggal Masuk

:01 januari 2012Alamat:jl.pitara rangkapan jaya rt02/07 no 37. depokSuku

: batakAgama

: islamPekerjaan

: -Status perkawinan

: Menikah

Status pendidikan

: -2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Keluarga klien mengatakan anak sudah tiga hari yang lalu bdan teraba panas, kepla anak semakin hari bertambah besar.b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk ke IGD suatu rumah sakit swasta tanggal 12 januari 2012 pukul 15.00 WIB dengan keadaan klien composmentis, tekanan darah 80/70 mmHg, N: 130x/ menit Respirasi Rate : 35 x/menit,suhu: 39 c.c. Riwayat Penyakit Terdahulu

Keluarga klien mengatakan klien tidak pernah mengalami penykit yang sama dengan yang sekarang sedang di dertanya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang menglami penakit yag sama dengan yang sedang dirasakan klien saat ini.4. Keluhan waktu di data

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 5 januari 2012 ditemukan keadaan umum klien composmentis, menurut pengakuan keluarga klien sudah tiga hari yang lalu badan terasa panas, kepala anak semakin hari bertambah besar, lingkar kepala saat lahir 31 cm dan saat ini 55 cm, tekanan darah 80/70 mmHg, N: 130x/ menit Respirasi Rate : 35 x/menit,suhu: 39 c. saat klien sadar dilakukan pemeriksaan di temukan adanya cracked pot paa papasi kepla, keemaahan fisik, terdapat adanya tanda-tanda peningkatan TIK seperti mual, mutah, pusig dan lain-lain.5. Pemeriksaan fisik

Adapun pengkajian pada klien dengan stroke (Doenges dkk, 1999) adalah :

a. Aktivitas/ IstirahatGejala: merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri/ kejang otot).

Tanda: gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.b. Sirkulasi

Gejala: adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi postural.

Tanda: hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi vaskuler, frekuensi nadi bervariasi, dan disritmia.c. Integritas Ego

Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa

Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.d. Eliminasi

Gejala: perubahan pola berkemih

Tanda: distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.e. Makanan/ Cairan

Gejala: nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi pada lidah, dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.

Tanda: kesulitan menelan, obesitas.f. Neurosensori

Gejala: sakit kepala, kelemahan/ kesemutan, hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas, penglihatan menurun, gangguan rasa pengecapan dan penciuman.

Tanda: status mental/ tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal hemoragis, gangguan fungsi kognitif, pada wajah terjadi paralisis, afasia, ukuran/ reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.g. Kenyamanan / Nyeri

Gejala: sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda

Tanda: tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada ototh. Pernapasan

Gejala: merokok

Tanda: ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas, timbulnya pernafasan sulit, suara nafas terdengar ronchi.i. Keamanan

Tanda: masalah dengan penglihatan, perubahan sensori persepsi terhadap orientasi tempat tubuh, tidak mampu mengenal objek, gangguan berespons terhadap panas dan dingin, kesulitan dalam menelan, gangguan dalam memutuskan.i. Interaksi Sosial

Tanda: masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasij. Penyuluhan/ Pembelajaran

Gejala: adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke, pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol.6. Pemeriksaan Penunjang1. Rontgen foto kepala

Dengan prosedur ini dapat diketahui:

Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate dan erosi prosessus klionidalis posterior. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2. Transimulasi

Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.

3) Lingkaran kepala

Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara fungsional.Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.

4) Ventrikulografi

Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.

5) Ultrasonografi

Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT Scan.

6) CT Scan kepala

Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.

Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.

7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

DATA FOKUS

Nama klien: An.NRuangan : TulipData subjektifData objektif

Keluarga klien mengatakan anaknya sudah tiga hari yang lalu badaannnya teraba panas Keluarga klien mengatakan kepala anak semakin hari bertambah besar. Keluarga klien mengatakan pasien muntah

Klien mengatakan lingkar kepala saat lahir 31 cm dan saat ini 55 cm

Kelurga klien mengatakan bingung terhadap penyait yang diderita anaknya.

Lingkar kepala klien 31 cm dan saat ini 55 cm Ditemukan adanya cracked pot pada palpasi kepala

Klien tampak menalami kelemahan fisik Klien tampak terdapat peningkatan TIK seperti mual, mutah, pusing dan lain-lain.

Klien tamak muntah pada saat makan

TTV:

TD : 80/70 mmHg

N : 130 X/menit

S : 39 C

RR : 35 X/ menit

- konjungtiva ananemis

- mukosa bibir klien kering

- turgo kulit kering

Klien rewel, sering menangis

Klien telah melakukan pemeriksaan CT-Scan dan MRI

Klien telah mengajukan pembedahan pemasangan PV- Shunt

Klien terpasang IVFD RL 5 tpm makro.

Keluarga klien tampak cemas

Keluarga kien banyak bertanya kepada perawat. Klien telah diberikan obat Antipiretik sup : Paracetamol 125 mg

Klien telah melakukan pemeriksaan darah lengkap

Analisa Data

No Data FocusProblemEtiologi

1DS Keluarga klien mengatakan kepala anak semakin hari bertambah besar.

Klien mengatakan lingkar kepala saat lahir 31 cm dan saat ini 55 cm

Keluarga klien mengatakan anaknya sudah tiga hari yang lalu badaannnya teraba panasDO Klien mual, mutah, pusing dan lain-lain. Klien rewel, sering menangis

Lingkar kepala klien 31 cm dan saat ini 55 cm

TTV:

TD : 80/70 mmHg

N : 130 X/menit

S : 390 C

RR : 35 X/ menit

Klien telah diberikan obat Antipiretik sup : Paracetamol 125 mg Klien telah melakukan pemeriksaan CT-Scan dan MRI

Klien telah mengajukan pembedahan pemasangan PV- Shunt

Resiko tinggi peningktan tekana intracranial peningkatan jumlah cairan serebrospinal.

2.DS

Keluarga klien mengatakan pasien muntah

DO- Klien tampak muntah pada saat makan- konjungtiva ananemis

- mukosa bibir klien kering

- turgo kulit kering

- Klien terpasang IVFD RL 5 tpm makro.

Resiko deficit cairan dan elektrolit muntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolise.

3. DS Keluarga klien mengatakan bingung terhadap penyakit yang di derita klienDO

Keluarga klien tampak sering bertanya kepada perawat

Keluarga klien tampak bingungKurang pengetahuan

tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional

Diagnosa Keperawatan berdasarkan teori1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah cairan serebrospinal.

2. Resiko tinggi infeksi b.d sistem drainase mekanis, prosedr bedah.

3. Bersihan jalan nafar tidak efektif b.d penumpukan sputum, peningkatan sekresi secret dan penurunan volume batuk sekunder akibat adanya nyeri dan keletiha, ketidak mampuan batuk/batuk produktif.4. Nyeri yang berhubunngan dengan peningkatan tekanan intracranial.

5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolism.

6. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan kejang

7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasional

8. Resiko gangguan integritas kulit b.d imobilisas, tiak adekuatnya sirkulasi perifer.

9. Resiko deficit cairan dan elektrolit b. dmuntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolise.

10. Ansietas keluarga b.d keadaan yang kritis pada klien.Diagnosa keperawatan berdasarkan kasus1. Resiko tinggi peningktan tekana intracranial b.d peningkatan jumlah cairan serebrospinal.

2. Resiko defisit cairan dan elektrolit b.d muntah, asupan cairan kurang, peningkatan metabolise.

3. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis situasionalIntervensi

TanggalTujuan dan Kriteria HasilIntervensi Keperawatan

7/03/2012

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan masalah Resiko tinggi peningktan tekana intracranial, dengan kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, TTV dalam batas normal.

Mandiri :1. Kaji factor penyebab dari keadaan individu/penyebab koma/penurunan perfusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIKR/: deteksi dini untuk memperioritaskan intervensi , mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.

2. Monitor tanda-tanda vital tiap 4jamR/: Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari autoregulator kebanyakan merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah serebral. Adanya peningkatan tekanan darah, bradhikardi, distritmia, dispnia merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK.3. Evaluasi pupilR/: Reaksi pupil dan pergerakan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.4. Monitor temperature dan pengaturan suhu lingkunganR/: Panas merupakan refleks dari hipotalamus. Peningkatan kebutuhan mertabolisme dan oksegen akan menunjang peningkatan TIK.5. Pertahankan kepala / leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal. Hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepalaR/: perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada vena serebral), untuk itu dapat meningkatkan TIK6. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.R/: tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh efek rangsangan komulatif.7. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase punggung, lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana atau pembicaraan yang tidak gaduh.R/: memberikan suasana yang tenang (colming effect) dapat mengurangi respons psikologis dan memberikan istirahat untuk mempertahan TIK yang rendah.8. Cegah atau hindari terjadinya valsava maneuver.R/: mengurangi tekanan intra torakal dan intraabdominal sehingga menghindari peningkatan TIK.9. Bantu pasien jika batuk, muntah.R/: aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak atau tekanan dalam thorak dan tekanan dalam abdomen dimana aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan TIK.

10. Kaji peningkatan istirahat dan tingkah laku oada opagi hari.R/: tingkat non verbal ini meningkatkan indikasi peningkatan TIK atau memberikan refleks nyeri dimana pasien tidak mampu mengungkapkan keluhan secara verbal, nyeri yang tidak menurun dapat meningkatkan TIK11. Palpasi pada pembesaran atau pelebaran blader, peertahgankanb drainase urine secara paten jika digunakan dan juga monitor terdapatnya konstipasi.R/: dapat meningkatkan respon automatic yang potensial menaikan TIK

12. Berikan penjelasan pada klien (jika sadar) dan orangtua tentang sebab akibat TIK meningkat.R/: meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan perawatan klien dan m engurangi kecemasan13. Observasi tingkat kesadaran dengan GCSR/: perubahan kesadaran menunjukkan peningkatan TIK dan berguna menentukan lokasi dan perkembangan penyakit.KOLABORASI:1. Pemberian oksigen sesuai indikasi

R/: Mengurangi hipoksemia, dimana dapat meningkatkan vasodilatasi serebral dan volume darah dan menaikkan TIK2. Berikan cairan intravena sesuai dengan yang di indikasikan

R/: Pemberian cairan mungkin diinginkan untuk mengurangi edema serebral, meningkatkan minimum pada pembuluh darah, tekanan darah, dan TIK.3. Berikan obat osmotic diuretic, conytohnya manitol, furosid.

R/: diuretik mungkin digunakan pada vase akut untuk mengalirkan air dari brain cells, dan mengurangi edema serebral dan TIK.4. Berikan sterioid, contohnya deksametason, metal prednisolon

R/: untuk menurunkan inflamasi (radang) dan mengurangi edema jaringan5. Monitor hasil laboratorium sesuai dengan indikasi seperti prothombin, LED.

R/: membantu memberikan informasi tentang efektivitas pemberian obat.

7/03/2012

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan Resiko defisit cairan dan elektrolit teratasi, dengan kriteria hasil :

Klien dapat menunjukan tekanan darah Intake dan output dalam batas normal Mandiri

Pertahankan secara ketat intake dn outputRasional : untuk mencegah dan mengidentifikasi secara awal terjadinya kelebihan cairan

Timbang berat badan setiap hari

Rasional : peningkatan berat badan merupakan indikasi berkembangnya atau bertmbahnya edema sebagai menifestasi dan kelebihan cairan

Monitor tanda-tada vital seperti tekanan darah, nadi

Rasional : kekurangan cairan dapat menunjukan gejala peningkatan nadi dan tekanan darah menurun

Catatlah perubahan turgor kulit kondisi mukosa mulut, dan karakter sputum

Rsional : penurunan cardiac otput berpengaruh pada perfungsi fungsi otak. Kekurangan cairan selalu diidentifikasikan dengan turgor kulit berkurang, mukosa mulut kering, dan secret yang kental.KOLABORASI Berikan ciran per infuse jika diindikasikanRasional : mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotis

Monitor kadar lektrolit jika diindikasikanRasional : elektrolit, khususnya potassium dan sodium dapat berkurang jika klien mendapatkan obat diuretic.

7/03/2012Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah kurangnya pengetahuan dapat teratasi, dengan kriteria hasil:

Keluarga klien dan klien mengerti tentang penyakit yang di derita klien

Mandiri

Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien

Rasional: untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien Berikan informasi terhadap pencegahan, faktor penyebab, serta perawatan.

Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap program teraupetik dan meningkatkan pengetahuan keluarga klien

Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan hal- hal yang belum jelas.

Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan anaknya

Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh keluarga atau klien.

Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien atau keluarga

Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi lingkungan terutama selama kegiatan berfikir

Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir.

EvaluasiS.O.A.P

TanggalMasalahS.O.A.PParaf & Nama jelas

12/03/2012

1S = Keluarga klien mengatakan kepala anak semakin hari masih bertambah besar.

Keluarga klien mengatakan badan klien sudah tidak panasO = Klien muntah tetapi tida sering Klien sudah tidak rewel TTV:

TD : 80/70 mmHg

N : 130 X/menit

S : 370 C

RR : 35 X/ menit

A = Masalah teratasi sebagian P = intervensi dilanjutkan

12/03/20122S = Keluarga klien mengatakan klien muntah sudah tidak sering

O=

- Klien tapak muntah tetapi tdak sering

- konjungtiva ananemis

- mukosa bibir klien lembab

- turgo kulit elastis

- Klien terpasang IVFD RL 5 tpm makro.A = Masalah teratsi sebagianP = intervensi dilanjutkan

12/03/20123S= Keluarga klien sudah mengerti terhadap penyakit yang di derita anaknya. Keluarga klien mengatakan sudah tidak bingung terhadap penyakit yang diderita oleh anaknya.O=

pasien sudah tidak banyak bertanya penyakitnya kepada perawat keluarga klien tampak sudah tidak gelisahA= Masalah teratasi

P= Intervensi dihentikan

BAB III

PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Hidrosefalus merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi dari CSS.

Hidrosefalus dapat di klasifikasikan berdasarkan anatomi/tempat obstruksi CSS, etiologinya, dan usia penderitanya.

Diagnosa hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan khusus.

Penentuan terapi hidrosefalus berdasarkan ada tidaknya fasilitas.

III.2 DAFTAR PUSTAKA