Top Banner

of 36

Hibah Bersaing Usulan 2013 Untuk Residu Oil Lanjutan 2

Oct 08, 2015

Download

Documents

Hibah Bersaing
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENDAHULUAN

BAB 1

BAB 2

BAB 3

BAB 4DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

RINGKASAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...

1.2 Tujuan Khusus Penelitian..1.3 Urgensi (Keutamaan) PenelitianTINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lapis Perkerasan Beton Aspal..2.2 Bahan Campuran Beton Aspal... 2.2.1 Agregat

2.2.2 Aspal.. 2.2.3 Filler.. 2.3 Kadar Aspal Rencana.

2.4 Minyak Pelumas Bekas (MPB).2.5 Karakteristik Beton Aspal.

2.6 Studi PendahuluanMETODE PENELITIAN

3.1 Langkah Kerja......

3.2 Pengujian Agregat

3.2.1 Pengujian Agregat Kasar 3.2.2 Pengujian Agregat Halus 3.2.3 Pengujian Bahan Pengisi (Filler) 3.3 Pengujian Bahan Bitumen..

3.4 Pengolahan MPB3.5 Uji Marshall 3.6 Uji Marshall Dengan Variasi MPB.

3.7 Hasil Yang Diharapkan.3.8 Lokasi Penelitian BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya.4.2 Jadwal Penelitian......................................................................

DAFTAR PUSTAKA..LAMPIRAN...iii12344

5

5

5

7

8

9

9

10

12

13

14

14

15

15

15

15

16

16

17

17

18

18

2021

RingkasanPenelitian tentang Minyak Pelumas Bekas (MPB) belum begitu banyak dilakukan di Palangka Raya, sehingga penggunaan MPB di Palangka Raya masih jarang ditemui. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian agar MPB ini dapat dipakai dalam campuran lapis perkerasan jalan. Dalam campuran Asphalt Concrete (AC) atau beton aspal biasanya dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara hot mix pada suhu tertentu. Proses Hot Mix Asphalt (HMA) yang suhunya mencapai 138 sampai 160 C membutuhkan energi bahan bakar yang tinggi dan gas pembuangan yang tinggi pula. Selain itu menurut Vienti Hadsari (2009) pada suhu 60C aspal dan residu oli sudah dapat menyelimuti agregat dengan sempurna. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode Warm Mix Asphalt (WMA) yang suhunya 20 sampai 55C lebih rendah daripada temperatur Hot Mix Asphalt (HMA). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan di laboratorium dengan variasi MPB 2%, 3%, 4% dan 5% dari berat kadar aspal optimum sebagai pengurang berat aspal dalam campuran AC. Pada penelitian tahun pertama diperoleh hasil bahwa penggunaan MPB sampai 1,5% ternyata masih memenuhi persyaratan sebagai bahan tambah aspal dalam perkerasan aspal. Pengujian sampel dengan menggunakan alat uji Marshall Test. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan tambah aspal dalam campuran lapis perkerasan aspal. Kata kunci : Beton Aspal , Marshall Test, MPB, Warm Mix AsphaltBAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenelitian mengenai perkerasan jalan raya dengan menggunakan material hasil daur ulang telah banyak dilakukan. Beberapa yang bisa dijadikan contoh adalah penggunaan serbuk ban karet bekas, abu terbang, aspal daur ulang dan residu oil atau Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai campuran dalam perkerasan jalan. Campuran perkerasan jalan hasil dari penggunaan bahan-bahan daur ulang tersebut, tentunya harus melalui pengujian sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum (DPU). Sebagai salah satu kota yang sedang berkembang di Indonesia, Palangka Raya banyak melakukan pekerjaan perkerasan jalan dengan menggunakan campuran aspal baik dalam rangka pembuatan jalan baru, perbaikan maupun peningkatan kualitas jalan. Pekerjaan tersebut tentu memerlukan jumlah material aspal relatif banyak yang memerlukan biaya cukup tinggi. Untuk mengurangi penggunaan aspal sebagai bahan campuran lapis perkerasan, maka perlu dicari material pengganti yang lebih murah dan memenuhi syarat. Salah satu material yang patut dipertimbangkan adalah MPB. Sebagian besar pembangunan jalan di Indonesia termasuk di Palangka Raya menggunakan Asphalt Concrete (AC). Dalam pelaksanaannya, campuran AC biasanya dicampur, dihampar, dan dipadatkan secara Hot Mix Asphalt (HMA) pada suhu sekitar 138 sampai 160 C (Eka Ambarwati, 2010). Proses tersebut membutuhkan energi bahan bakar yang tinggi dan gas pembuangan yang tinggi pula. Salah satu kelebihan MPB adalah pada suhu pencampuran yang lebih rendah, aspal dan MPB sudah dapat menyelimuti agregat agregat dalam campuran. Hal ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Vienti Hadsari (2009) yang menyatakan bahwa pada suhu 60C, aspal dan residu oil (MPB) sudah dapat menyelimuti agregat dengan sempurna. Metode ini disebut dengan metode Warm Mix Asphalt (WMA) yang suhunya 20 sampai 55 C lebih rendah daripada temperatur Hot Mix Asphalt (HMA).

Penggunaan MPB sebagai bahan campuran aspal akan sangat bermanfaat dari segi ekonomi karena harganya yang jauh lebih murah dibanding aspal dan dari segi lingkungan karena MPB yang terbuang baik ke dalam lapisan tanah maupun ke sungai yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah MPB memenuhi syarat sebagai bahan lapis perkerasan dengan kondisi agregat dan tanah di Palangka Raya?Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka dilakukanlah penelitian berjudul Pemanfaatan Minyak Pelumas Bekas Pada Warm Mix Asphalt (WMA) Untuk Lapis Perkerasan Jalan (AC-WC) di Kota Palangka Raya. Penelitian ini akan menggunakan aspal dengan penetrasi 60/70, agregat lokal yang berasal dari Bukit Tangkiling dan Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan tambah aspal. 1.2 Tujuan Khusus Penelitian

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas MPB sebagai bahan lapis perkerasan aspal di Kota Palangka Raya berdasarkan standar yang berlaku.2. Untuk mengetahui apakah campuran aspal, MPB dan agregat lokal bisa memenuhi kualitas sebagai bahan lapis perkerasan untuk kondisi tanah di Palangka Raya.

1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian

Di Palangka Raya pemanfaatan MPB masih sangat terbatas. Sebagian besar MPB terbuang ke lapisan tanah, saluran pembuangan dan sungai. Hal ini bisa menimbulkan pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi pencemaran MPB, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kegunaan MPB. Salah satunya adalah kemungkinan penggunaan MPB sebagai bahan perkerasan jalan. Selain itu penggunaan MPB sebagai material pengurang aspal dalam campuran lapis perkerasan jalan akan memberikan dampak ekonomis yang cukup signifikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan saran bagi pemerintah, konsultan, kontraktor dan pihak terkait lainnya untuk bisa lebih memanfaatkan MPB dalam pekerjaan lapis perkerasan jalan aspal sehingga bisa didapatkan keuntungan baik dari aspek ekonomi maupun lingkungan.BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Lapis Perkerasan Beton AspalLapisan perkerasan adalah adalah suatu lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang telah dipersiapkan dengan pemadatan dan berfungsi sebagai pemikul beban di atasnya dan kemudian disebarkan ke badan jalan (tanah dasar).

Lapis beton aspal adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan raya, yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well Graded) dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. Jenis agregat yang digunakan terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler, sedangkan aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat untuk lapis aspal beton harus terdiri dari salah satu aspal keras penetrasi 60/70 atau 80/100 yang seragam, tidak mengandung air, bila dipanaskan sampai suhu 175C tidak berbusa dan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan (Bina Marga, 1987).

2.2 Bahan Campuran Beton AspalCampuran aspal adalah kombinasi material bitumen dengan agregat yang

merupakan permukaan perkerasan yang biasa dipergunakan akhir-akhir ini. Material aspal dipergunakan untuk semua jenis jalan raya dan merupakan salah satu bagian dari lapisan beton aspal jalan raya kelas satu hingga di bawahnya. Material bitumen adalah hidrokarbon yang dapat larut dalam karbon disulfat. Material tersebut biasanya dalam keadaan baik pada suhu normal dan apabila kepanasan akan melunak atau berkurang kepadatannya. Ketika terjadi pencampuran antara agregat dengan bitumen yang kemudian dalam keadaan dingin, campuran tersebut akan mengeras dan akan mengikat agregat secara bersamaan dan membentuk suatu lapis permukaan perkerasan (Harold N. Atkins, 1997).2.2.1 Agregat

Agregat bisa diartikan sebagai suatu kumpulan butiran batuan yang berukuran tertentu yang diperoleh dari hasil alam langsung maupun dari pemecahan batu besar ataupun agregat yang disengaja dibuat untuk tujuan tertentu (Bina Marga, 1998). Seringkali agregat diartikan pula sebagai suatu bahan yang bersifat keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan pengisi campuran. Agregat dapat berupa berbagai jenis butiran atau pecahan batuan, termasuk di dalamnya antara lain : pasir, kerikil, agregat pecah, abu/debu agregat dan lain-lain.

Beberapa tipikal ketentuan penggunaan dalam penggambaran agregat menurut Harold N. Atkins, (1997) adalah sebagai berikut :

1. Fine Aggregate (sand size/ukuran pasir) : Sebagian besar partikel agregat berukuran antara 4,75mm (no.4 sieve test) dan 75m (no.200 sieve test).

2. Coarse Aggregate (gravel size/ukuran kerikil) : Sebagian besar agregat berukuran lebih besar dari 4,75mm (no.4 sieve test).

3. Pit run : agregat yang berasal dari pasir atau gravel pit (biji kerikil) yang terjadi tanpa melewati suatu proses atau secara alami.

4. Crushed gravel : pit gravel (kerikil dengan pasir atau batu bulat) yang mana telah didapatkan dari salah satu alat pemecah untuk menghancurkan banyak partikel batu yang berbentuk bulat untuk menjadikan ukuran yang lebih kecil atau untuk memproduk lapisan kasar (rougher surfaces).

5. Crushed rock : agregat dari pemecahan batuan. Semua bentuk partikel tersebut bersiku-siku/tajam (angular), tidak ada bulatan dalam material tersebut. 6. Screenings : kepingan-kepingan dan debu atau bubuk yang merupakan produksi dalam pemecahan dari batuan (bedrock) untuk agregat.

7. Concrete sand : pasir yang (biasanya) telah dibersihkan untuk menghilangkan debu dan kotoran.

8. Fines : endapan lumpur (silt), lempung (clay) atau partikel debu lebih kecil dari 75m (no.200 sieve test), biasanya terdapat kotoran atau benda asing yang tidak diperlukan dalam agregat.

Sifat dan kualitas agregat menentukan kemampuannya dalam memikul beban lalu lintas karena dibutuhkan untuk lapisan permukaan yang langsung memikul beban di atasnya dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Dalam penelitian ini akan dipakai agregat yang berasal dari Bukit Rawi dan Bukit Batu.

2.2.2 Aspal

Apal adalah material berwarna hitam atau coklat tua. Pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat, jika dianaskan sampai temperatur tentu dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan campuran aspal beton atau sapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/ penyiraman pada perkerasan macadam atau pelaburan. Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya atau bersifat termoplastis (Leo Sentosa).Hidrocarbon adalah bahan dasar utama dari aspal yang umumnya disebut bitumen. Sehingga aspal sering juga disebut bitumen. Aspal merupakan salah satu material konstruksi perkerasan lentur. Aspal merupakan komponen kecil umumnya 4 10 % dari berat campuran, tetapi merupakan komponen yang relatif mahal. Aspal umumnya berasal dari salah satu hasil destilasi minyak bumi (Aspal Minyak) dan bahan alami (aspal Alam), Aspal minyak (Aspal cemen) bersifat mengikat agregat pada campuran aspal beton dan memberikan lapisan kedap air, serta tahan terhadap pengaruh asam, basa dan garam. Sifat aspal akan berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh dan akhirnya daya adhesinya terhadap partikal agregat akan berkurang (Leo Sentosa).Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Aspal alam, dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Aspal gunung (rock asphalt).

b. Aspal danau (lake asphalt).

2. Aspal buatan, yaitu :

a. Aspal minyak, merupakan hasil penyulingan minyak bumi.

b. Tar, merupakan hasil penyulingan batu bara. Khusus untuk aspal minyak, berdasarkan bentuknya akan terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Aspal keras/panas (Asphalt Cement), aspal yang digunakan dalam keadaan panas dan cair, pada suhu ruang berbentuk padat.2. Aspal dingin / cair (Cut Back Asphalt), aspal yang digunakan dalam keadaan dingin dan cair, pada suhu ruang berbentuk cair.3. Aspal emulsi (Emulsion Asphalt), aspal yang disediakan dalam bentuk emulsi dandigunakan dalam kondisi dingin dan cair. Aspal keras pada suhu ruang (25 30 C) berbentuk padat. Aspal keras dibedakan berdasarkan nilai penetrasi (tingkat kekerasannya). Aspal keras yang biasa digunakan adalah (Bina Marga, 1987):

1. AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 50

2. AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 79

3. AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 100

4. AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300

Aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas, volume lalu lintas tinggi. Aspal dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin, lalu lintas rendah. Di Indonesia umumnya digunakan aspal penetrasi 60/70 dan 80/100.

Aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal keras dengan penetrasi 60/70 dan mempunyai nilai karakteristik yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bina Marga.

2.2.3 Filler Filler adalah agregat yang lolos saringan no 200, bersifat non plastis. Filler bersifat mendukung agregat kasar bersama dengan agregat halus dan binder. Filler dapat memperluas bidang kontak yang ditimbulkan butiran, sehingga mengakibatkan tahanan terhadap gaya geser bertambah (Bina Marga, 1987).

1. Syarat umum filler adalah :

2. Lolos saringan no. 200 (75 m)

3. Bersifat non plastis

4. Mempunyai spesifik gravity 2,75

Menurut Bina Marga tahun 1987 macam dari filler adalah abu batu, abu batu kapur (limestone dust), abu terbang (fly ash), semen portland, kapur padam dan bahan non plastis lainnya. Untuk penelitian ini filler yang digunakan adalah Semen Portland. 2.3 Kadar Aspal RencanaPerkiraan awal kadar aspal optimum dapat direncanakan setelah dilakukan pemilihan dan pengabungan pada tiga fraksi agregat. Sedangkan perhitungannya adalah sebagai berikut (Rian Putrowijoyo, 2006):Pb = 0,035(%CA) + 0,045(%FA) + 0,18(%FF) + K ....................................(2.1)

Keterangan :

Pb : Perkiraan kadar aspal optimum

CA : Nilai proewntase agregat kasar

FA : Nilai prosentase agregat halus

FF : Nilai proentase Filler

K : konstanta (kira-kira 0,5 - 1,0)

Hasil perhitungan Pb dibulatkan ke 0,5% ke atas terdekat.2.4 Minyak Pelumas Bekas (MPB)Oli merupakan bahan pelumas yang di gunakan pada kendaraan bermotor. Pada oli juga terkandung beberapa unsur kimia yang membahayakan. Bisa kita bayangkan berapa banyak motor dan mobil yang mengganti oli setiap harinya. Oleh karena itu oli bekas harus di kelola dengan baik agar tidak menggangu (Laskar Suzuki, 2009):1. KesehatanDi dalam kandungan oli terdapat beberapa unsur kimia, unsur kimia tersebut termasuk dalam logam berat. Sedangkan logam berat apabila telah masuk ke dalam tubuh tidak dapat di keluarkan lagi dan terakumulasi (menumpuk) di dalam tubuh kita. Apabila telah melebihi batas kewajaran, tubuh kita tidak akanmampudanakansakit.2. Lingkungana. Pencemaranair. Oli yang tercecer atau tumpah ke selokan dan akhirnya mengalir ke sungai akan mengakibatkan pencemaran, yang akan mengakibatkan air akan beracun sehinggaikanbisamati.Oli juga akan mengalir dan meracuni setiap tempat yangdilalui

b. PencemaranTanahOli yang tercecer atau tumpah ke tanah akan mengakibatkan pencemaran, sedangkan tanah adalah media bagi tumbuhnya tumbuhan. Oli juga bisa meresap dan meracuni air tanah yang biasa kita gunakan untuk keperluan seharihari.c. PencemaranAirLautAir yang telah tercemar oleh oli dari bengkel akan mengalir ke selokan dan terus mengalir melewati sungai dan akan bermuara di laut. Akibat tercemarnya air laut akan mengakibatkan penurunan hasil panen ikan dari laut.

d. PencemaranUdaraOli bekas biasanya digunakan untuk membakar keramik dan lain - lain. Padahal oli bekas apabila di bakar secara sembarangan akan menimbulkan gas beracun seperti : CO2, CO, Pb, NOx dan HC.

2.6 Karakteristik Beton Aspal

Menurut Silvia Sukirman (2003), terdapat tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal yaitu:

1. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan dan beban lalu lintas yang dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan mayoritas kendaraan berat membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi. 2. Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat penaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau perubahan temperatur. Durabilitas aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran.

3. Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat dari repetisi beban lalu lintas ataupun akibat beban sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli.

4. Ketahanan terhadap kelelahan (Fatique Resistance) adalah kemampuan beton aspal untuk menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika menggunakan kadar aspal yang tinggi.

5. Kekesatan/tahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya esek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir ataupun slip. Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dari butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.

6. Kedap air adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal dari permukaan agregat.

7. Workability adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Kemudahan pelaksanaan menentukan tingkat effisensi pekerjaan. Berdasarkan Uji Marshall syarat campuran beton aspal adalah sebagaimana terlihat pada Tabel 2.1 berikut ini Tabel 2.1 Kriteria Minimum Karakteristik Marshall

NoKriteriaSpesifikasi

1Stabilitas (kg)Minimum 800

2Kelelehan (mm)Minimum 3

3Hasil Bagi Marshall (kg/mm)Minimum 250

4Rongga di antara Mineral Agregat (VMA) (%)Minimum 15

5Rongga Dalam Campuran (VIM) (%)Minimum 3,5

Maksimum5,5

6Rongga Terisi Aspal (VFA) (%)Minimum 65

Sumber Rian Putrowijoyo (2006)

2.6 Studi Pendahuluan

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan penggunaan pelumas bekas sebagai pengikat dalam campuran aspal dan dapat dijadikan acuan atau literatur untuk penyusunan penelitian ini, di antaranya adalah: 1. Eka Ambarwati (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Kuat Tekan Terhadap Karakteristik Aspal Beton Pada Campuran Hangat Dengan Modifikasi Agregat Baru- Rap Dan Aspal Residu Oli menggunakan variasi campuran residu oli sebesar 1%, 10% dan 20% dari kadar aspal. Penelitian ini juga menggunakan bahan daur ulang lain yaitu aspal daur ulang atau RAP (Reclaimed Asphalt Pavement) sebagai bahan tambah agregat.

2. Kukuh Budi Prasetyo (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Penggunaan Modifier Oli Bekas Pada Campuran Perkerasan Lasbutag Dengan Sistem Hotmix menggunakan komposisi 70% aspal minyak 30% oli bekas, 65% aspal minyak 35% oli bekas, dan 60% aspal minyak 40% oli bekas.3. Afni Badriyatus Sholihah (2005) dalam penelitiannya berjudul Pengaruh Nilai Penetrasi Kombinasi Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Residu Oli Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC) menggunakan kombinasi campuran aspal+residu oli 5%,10%,15%,20%, dan 25%.BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Langkah KerjaBagan alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1, yang merupakan urutan pekerjaan. Seluruh pengujian dalam penelitian ini mengacu pada Standar Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Tahun 2004.

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

3.2 Pengujian Agregat

3.2.1 Pengujian Agregat Kasar Agregat kasar yang digunakan adalah dari Bukit Tangkiling, Palangka Raya Pengujian laboratorium untuk agregat kasar yang digunakan dalam campuran adalah (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004):

1. Pengujian analisa saringan (SNI 03-4142-1996).2. Pengujian berat jenis dan penyerapan (AASHTO T-85 - 81).3. Pengujian keausan (SNI 03-2417-1991).3.2.2 Pengujian Agregat Halus Agregat halus yang digunakan adalah pasir dan batu pecah alam yang diperoleh dari mesin pemecah batu. Untuk pasir maka yang digunakan adalah pasir Bukit Rawi, sedangkan batu pecah berasal dari Bukit Tangkiling. Pengujian yang dilakukan adalah (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004):1. Pengujian analisa saringan (SNI-03-4428-1997).2. Pengujian berat jenis dan penyerapan (AASHTO T-85 - 81).3. Pengujian pemeriksaan sand equivalent (SNI 03-4428-1997).3.2.3 Pengujian Bahan Pengisi (Filler) Pengujian laboratorium terhadap bahan pengisi meliputi (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004):1. Pengujian berat jenis (AASHTO T-85 - 81).

2. Pengujian analisa saringan (SNI M-02-1994-03).

3.3 Pengujian Bahan Bitumen Pengujian laboratorium terhadap bahan bitumen meliputi (Departemen Permukiman dan Prasaran Wilayah, 2004):

1. Uji penetrasi pada suhu 25 C (SNI 06-2456-1991).

2. Specific Gravity (SNI 06-2441-1991).

3. Daktilitas (SNI 06-2432-1991).

4. Uji Titik Lembek (SNI 06-2434-1991).

5. Titik Nyala (SNI 06-2433-1991).

6. Kelarutan Bitumen dalam CCL4 (SNI 06-2438-1991).

3.5 Pengolahan MPB

MPB diproses untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalamnya. Poses ini disebut dengan dewatering. Proses selanjutnya adalah defuelling yang bertujuan untuk menghilangkan bahan bakar yang mungkin terkandung didalamnya, (seperti solar, bensin). Dari proses defuelling, MPB dimasukkan dalam distilasi unit dan hidro finishing unit. 3.5 Uji Marshall Untuk menentukan kadar aspal optimum diperkirakan dengan penentuan kadar optimum secara empiris dengan persamaan (Pb) sesuai pada Persamaan 2.1. Nilai Pb hasil perhitungan dibulatkan mendekati 0,5%. Ditentukan 2 (dua) kadar aspal di atas dan 2 (dua) kadar aspal di bawah kadar aspal perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5% ini. Kemudian dilakukan penyiapan benda uji untuk tes Marshall sesuai tahapan berikut ini.

Berdasarkan perkiraan kadar aspal optimum Pb dibuat benda uji dengan jenis aspal keras dengan dua variasi kadar aspal di atas Pb dan dua variasi kadar aspal di bawah Pb (-1,0%; -0,5%; Pb; +0,5%; +1,0%). Masing-masing variasi akan dibuat tiga buah benda uji (dimana akan diambil nilai rata-ratanya). Kemudian dilakukan pengujian Marshall standar dengan 2x75 tumbukan dan pengujian durabilitas untuk menentukan VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan, dan hasil bagi Marshall. Setelah itu dilihat apakah hasil pengujian sudah sesuai standar seperti pada Tabel 2.1. Kalau sudah memenuhi standar, maka dapat ditentukan hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall. Berdasarkan hubungan antara kadar aspal dengan parameter Marshall dapat ditentukan kadar aspal optimum. Seluruh kriteria hasil Marshall yang didapatkan mengacu pada Standar Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah (2004).Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah iniTabel 3.1 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan

PengujianVariasiJumlah Benda Uji

Marshall Kadar Aspal Optimum (KAO)Kadar Aspal (%)-13

-0,53

Pb3

+0,53

+13

3.6 Uji Marshall Dengan Variasi MPB Setelah diketahui nilai Kadar Aspal Optimum (KAO), penelitian dilanjutkan dengan pengujian Marshall pada saat Kadar Aspal Optimum. Jumlah benda uji yang digunakan direncanakan sebanyak tiga buah. Setelah memenuhi syarat seperti pada Tabel 2.1, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan MPB sebagai bahan pengurang berat aspal. Variasi penggunaan MPB adalah

1. 2% MPB dan 98% Aspal

2. 3% MPB dan 97% Aspal

3. 4% MPB dan 96% Aspal 4. 5% MPB dan 95% Aspal Kemudian dilakukan uji marshall dengan kondisi stadar (2x75 tumbukan) untuk menentukan VIM, VMA, VFA, kepadatan, stabilitas, kelelehan dan hasil bagi Marshall.

Perincian perkiraan jumlah benda uji yang akan digunakan dalam pengujian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut iniTabel 3.2 Jumlah Benda Uji Yang Direncanakan Untuk Beberapa Variasi MPB

PengujianVariasiJumlah Benda Uji

MPB (%)Aspal (%)

Marshall (2 x 75)2983

397

4963

5953

3.7 Hasil Yang DiharapkanDari hasil penelitian ini, diharapkan bahwa penggunaan Minyak Pelumas Bekas (MPB) sebagai bahan ganti aspal pada campuran beton aspal dengan variasi 2%, 3%, 4% dan 5% bisa dilakukan. Ini artinya bahwa hasil Uji Marshall untuk beton aspal tersebut memenuhi spesifikasi yang sudah ditentukan. Spesifikasi yang dimaksud terlihat pada Tabel 2.1 pada bab sebelumnya.Bila hasil penelitian tahun pertama ini bisa mencapai hasil yang diharapkan, maka penelitian ini akan dilanjutkan pada tahun berikutnya, dengan menambah variasi MPB menjadi di atas 15%.3.8 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik dan Laboratorium Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.BAB 4

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1 Anggaran Biaya

Anggaran biaya pelaksanaan penelitian tercantum pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Anggaran Biaya Penelitian

NoJenis PengeluaranBiaya yang Diusulkan (Rp)

Tahun II

1Gaji dan Upah 16,800,000.00

2Bahan Habis Pakai dan Peralatan 28,187,500.00

3Perjalanan 16,300,000.00

4Lain-Lain 10,000,000.00

Jumlah 71,287,500.00

4.2 Jadwal Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian tahun pertama. Secara umum jadwal pelaksanaan penelitian tergambar pada Gambar 4.1 berikut ini

NOJENIS KEGIATANTahun II

12345678910

IPERSIAPAN

1Peninjauan Lokasi

2Perijinan

3Persiapan Peralatan

IIPELAKSANAAN

1Pengumpulan Material

2Pengujian Aspal, Agregat dan Filler

3Pembuatan Benda Uji Untuk Menentukan KAO

4Pengujian Benda Uji Untuk Menentukan KAO

5Pembuatan Benda Uji Dengan Variasi MPB

6Pengujian Benda Uji Dengan Variasi MPB

IIIPEMBUATAN LAPORAN

1Analisis Data

2Pembuatan draft laporan

3Pembuatan laporan lengkap

IVPENGGANDAAN LAPORAN

Gambar 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eka., 2010, Kajian Kuat Tekan Terhadap Karakteristik Aspal Beton Pada Campuran Hangat Dengan Modifikasi Agregat Baru- Rap Dan Aspal Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Departemen Pekerjaan Umum. 1987. Petunjuk Pelaksanaan Lapis aspal beton (Laston) Untuk Jalan Raya. Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pusat Pelatihan Jasa Konstruksi (PUSLATJAKONS) Proyek Pengembangan dan Pembinaan Konstruksi, 2004, Material Campuran Aspal Panas, LTA-05-2004.

Hadsari, Vienti., 2009, Kajian Karakter Marshall pada Asphalt Concrete dalam Campuran Material RAP dengan Residu Oli, Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Harold N. Atkins, 1997, Highway Materials, Soils and Concretes, 3th Edition Prentice Hall, New Jersey.Prasetyo, Kukuh Budi., 2007, Pengaruh Penggunaan Modifier Oli Bekas Pada Campuran Perkerasan Lasbutag Dengan Sistem Hotmix.Putrowijoyo, Rian., 2006, Kajian Laboratorium Sifat Marshall Dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) Dengan Membandingkan Penggunaan Antara Semen Portland Dan Abu Batu Sebagai Filler, Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.

Sholihah, Afni Badriyatus, 2005, Pengaruh Nilai Penetrasi Kombinasi Aspal Penetrasi 60/70 Dengan Residu Oli Terhadap Karakteristik Marshall Pada Campuran Hot Rolled Shet-Wearing Course (Hrs-Wc), Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Sukirman, Silvia., 2003, Buku Beton Aspal Campuran Panas, Edisi 1, Granit, Jakarta.

Sentosa, Leo, ?, Slide Jalan Raya II,?www.laskarsuzuki.bogdetik.com/ dampak-dan-bahaya-pengelolaan-tidak.html, 2011, diakses 2 April 2013.LAMPIRAN

Lampiran 1 Justifikasi anggaran penelitian HonorHonor/Jam (Rp)Waktu (Jam/Minggu)MingguHonor per Tahun (Rp)

Tahun II

Ketua 20,000.00 1240 9,600,000.00

Anggota 15,000.00 1240 7,200,000.00

SUB TOTAL (Rp) 16,800,000.00

2. Peralatan Penunjang

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Harga Peralatan Penunjang (Rp)

Tahun II

Timbangan ElektronikMengukur berat sampel1Ls 200,000.00 200,000.00

Timbangan ManualMengukur berat sampel1Ls 115,000.00 115,000.00

PenetrometerMengukur penetrasi aspal1Ls 225,000.00 225,000.00

Ring And Ball TestMenentukan titik lembek aspal1Ls 200,000.00 200,000.00

Cleveland Open Cup Flash Point Test Menentukan titik nyala dan titik bakar aspal1Ls 200,000.00 200,000.00

PiknometerMengukur volume dan berat jenis aspal atau agregat1Ls 215,000.00 215,000.00

Bak Pemanas ListrikMerendam benda uji pada temperatur tertentu3Kali 500,000.00 1,500,000.00

Alat MarshallMenentukan stabilitas dan kelelehan benda uji3Kali 4,500,000.00 13,500,000.00

Los Angeles Abrasion MachineMenguji ketahanan agregat terhadap keausan1Ls 750,000.00 750,000.00

Saringan untuk Sieve AnalysisMenentukan distribusi ukuran agregat1Ls 300,000.00 300,000.00

Mesin Penumbuk ElektrikMemadatkan campuran beton aspal 3Kali 2,250,000.00 6,750,000.00

OvenMemanaskan benda uji2Kali 400,000.00 800,000.00

TermometerMengukur temperatur1Ls 100,000.00 100,000.00

Unit DestilasiMenghilangkan air dan bahan bakar dari MPB1Ls 400,000.00 400,000.00

SUB TOTAL (Rp) 25,255,000.00

3. Bahan Habis Pakai

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Harga Bahan Habis Pakai (Rp)

Tahun II

AspalMaterial campuran AC5Kg 50,000.00 250,000.00

Aggregat KasarMaterial campuran AC5Kg 20,000.00 100,000.00

Agregat HalusMaterial campuran AC5Kg 15,000.00 75,000.00

FillerMaterial campuran AC5Kg 1,500.00 7,500.00

KertasPembuatan laporan, pencatatan data15Rim 30,000.00 450,000.00

Flash DiskPenyimpanan data1Buah 150,000.00 150,000.00

TintaCetak data, laporan4Btl 50,000.00 200,000.00

Alat TulisAdministrasi penelitian1Set 100,000.00 100,000.00

CartridgeCetak data, laporan4Buah 350,000.00 1,400,000.00

FotocopyAdministrasi penelitian1Ls 200,000.00 200,000.00

SUB TOTAL (Rp) 2,932,500.00

4. Perjalanan

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Harga Perjalanan (Rp)

Tahun II

Perjalanan Ke Bukit RawiSurvei dan Pengambilan Sampel2Kali1,200,000.002,400,000.00

Perjalanan Ke Bukit BatuSurvei dan Pengambilan Sampel2Kali2,200,000.004,400,000.00

KomunikasiKomunikasi Tim10Bulan200,000.002,000,000.00

Perjalanan Dalam KotaPengambilan Sampel dan Pengujian Lab10Bulan750,000.007,500,000.00

SUB TOTAL (Rp)16,300,000.00

5. Lain-Lain

MaterialJustifikasi PemakaianKuantitasHarga Satuan (Rp)Harga Lain-Lain (Rp)

Tahun II

Administrasi SeminarUndangan Seminar, ATK Peserta Seminar, Penyediaan Ruang Seminar1Kali2,500,000.002,500,000.00

Promosi Acara SeminarPembuatan Baliho, Spanduk dan Iklan Seminar1Ls2,000,000.002,000,000.00

Konsumsi SeminarKonsumsi Pesrta Seminar75Org50,000.003,750,000.00

Penggandaan laporanPenggandaan Laporan Hasil Seminar7Eks250,000.001,750,000.00

SUB TOTAL (Rp)10,000,000.00

Lampiran 2. Dukungan sarana dan prasarana penelitian

Penelitian ini didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup. Laboratorium Transportasi Universitas Muhammadiyah Palangkaraya yang akan digunakan sebagai sarana melakukan proses penelitian dengan peralatan yang cukup memadai. Sedangkan untuk kekurangannya seperti alat Unit Destilasi akan disediakan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah PalangkarayaPeralatan utama yang tersedia seperti tabel berikut :NoPeralatanJustifikasi PemakaianLokasiKondisi Peralatan

1Timbangan ElektronikMengukur berat sampelLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

2Timbangan ManualMengukur berat sampelLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

3PenetrometerMengukur penetrasi aspalLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

4Ring And Ball TestMenentukan titik lembek aspalLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

5Cleveland Open Cup Flash Point Test Menentukan titik nyala dan titik bakar aspalLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

6PiknometerMengukur volume dan berat jenis aspal atau agregatLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

7Bak Pemanas ListrikMerendam benda uji pada temperatur tertentuLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

8Alat MarshallMenentukan stabilitas dan kelelehan benda ujiLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

9Los Angeles Abrasion MachineMenguji ketahanan agregat terhadap keausanLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

10Saringan untuk Sieve AnalysisMenentukan distribusi ukuran agregatLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

11Mesin Penumbuk ElektrikMemadatkan campuran beton aspal Lab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

12OvenMemanaskan benda ujiLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

13TermometerMengukur temperaturLab. Transportasi UM PalangkarayaBaik

14Unit DestilasiMenghilangkan air dan bahan bakar dari MPBLab. FIK UM PalangkarayaBaik

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti/Pelaksana dan Pembagian TugasNoNama/NIDNInstansi AsalBidang IlmuAlokasi Waktu (Jam/Minggu)Uraian tugas

1Hendra Cahyadi, MT 0011107701Fakultas Teknik, UM PalangkarayaManajemen Rekayasa Konstruksi12Ketua Tim, Koordinator pelaksanaan penelitian, surveyor

2Nirwana Puspasari, MT 1102057301Fakultas Teknik, UM PalangkarayaManajemen Rekayasa Transportasi12Anggota tim, surveyor, pengolah data

Lampiran 5 Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti

Biodata Ketua Peneliti

A. Identitas Diri

1Nama LengkapHendra Cahyadi, ST, MT

2Jenis KelaminLaki-Laki

3Jabatan FungsionalLektor

4NIP197710112005011001

5NIDN0011107701

6Tempat dan Tanggal LahirBanjarmasin 11 Oktober 1977

[email protected]

8Nomor Telepon/HP0511 3363694 / 08125027541

9Alamat KantorJl. RTA Milono Km. 1,5 Palangkaraya

10Nomor Telepon/Faks0536-3222184, faks 0356-3222184

11Lulusan yang telah dihasilkanS1 = 194 orang ; S2 = - orang ; S3=- orang

12Mata Kuliah yang DiampuStruktur Bangunan

Pemindahan Tanah Mekanis / Alat-Alat Berat

Manajemen Konstruksi

Teknologi Bahan Konstruksi

B. Riwayat Pendidikan

S-1S-2S-3

Nama Perguruan TinggiUniversitas Lambung MangkuratUniversitas Lambung Mangkurat-

Bidang IlmuTeknik SipilTeknik Sipil-

Tahun Masuk-Lulus1996 - 20022006-2009-

Judul Skripsi/Thesis/DisertasiHubungan Tahanan Ujung Konus (qc) dan California Bearing Ratio (CBR) Untuk Tanah di BanjarmasinDesain Rusunawa Kelayan Selatan Berdasarkan Kelayak Hunian dan Harga Sewa -

Nama Pembimbing/PromotorIr. Rustam Effendi, M.A.ScDr. Rusdi, HA-

C.Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

NoTahunJudul PenelitianPendanaan

SumberJml (juta Rp)

12009Penggunaan Variabel Intrinsik, Lingkungan dan Jarak Dalam Penilaian Properti Oleh Pembeli Rumah Kelas Menengah di Palangka RayaMandiri2,5

22010Persepsi Penghuni Terhadap Rumah Sederhana Sehat (Studi Kasus Perumahan RSS di Palangka Raya)Mandiri3

32011Hubungan Tahanan Ujung Konus dengan California Bearing Ratio (CBR) Untuk Tanah di BanjarbaruKopertis XI3

42012Pengaruh Pasang Surut Terhadap Endapan Pada Aliran Sungai Kahayan Di Palangka Raya Universitas4

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir NoTahunJudul Pengabdian Pada MasyarakatPendanaan

SumberJml (juta Rp)

12009Mewujudkan Rumah yang Sehat dan Hemat Energi Mandiri1

22010Pemanfaatan Pekarangan Untuk Meningkatkan Kesejahteraan KeluargaUniversitas3

32011Mewujudkan Lingkungan yang SehatUniversitas4

Biodata Anggota PenelitiA. Identitas Diri

1Nama LengkapNirwana Puspasari, ST, MT

2Jenis KelaminPerempuan

3Jabatan FungsionalAsisten Ahli

4NIK98.000.024

5NIDN1102057301

6Tempat dan Tanggal LahirKandangan, 2 Mei 1973

[email protected]

8Nomor Telepon/HPHp. 081349083088

9Alamat KantorJl. RTA Milono Km. 1,5 Palangkaraya

10Nomor Telepon/Faks0536-3222184, faks 0356-3222184

11Lulusan yang telah dihasilkanS1 = 194 orang ; S2 = - orang ; S3=- orang

12Mata Kuliah yang DiampuKalkulus

Sistem Transportasi

Rekayasa Lalu Lintas

Struktur Baja

Struktur Kayu

B. Riwayat Pendidikan

S-1S-2S-3

Nama Perguruan TinggiUniversitas Lambung MangkuratInstitut 10 November Surabaya-

Bidang IlmuTeknik SipilTeknik Sipil-

Tahun Masuk-Lulus1992-19982001-2003-

Judul Skripsi/Thesis/DisertasiPengaruh Penggunaan Filler Abu Batu Pecah Terhadap Stabilitas HRS Dengan Marshall TestPengaruh Ukuran Sampel Terhadap Model Bangkitan dan Hasil Bangkitan Perjalanan di Kota Palangka Raya -

Nama Pembimbing/PromotorIr. Luther Mangalik, MTIr. Dudung Purwadi, M.ScIr. Hitapria S, M.Sc-

C.Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

NoTahunJudul PenelitianPendanaan

SumberJml (juta Rp)

12009Pemodelan Bangkitan Perjalanan di Kota Palangka Raya Mandiri3

22011Analisis Pengaruh Penggunaan Portland Cement Type I Terhadap Daya Dukung Tanah Untuk Jalan RayaUniversitas4

32012Pengaruh Dari Berhentinya Angkutan Kota di Sembarang Tempat Pada Arus Padat lalu LintasKopertis XI3,5

42012Analisis Tanah Palangka Raya Distabilisasi Dengan Semen Untuk Lapis Pondasi JalanUniversitas4

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir NoTahunJudul Pengabdian Pada MasyarakatPendanaan

SumberJml (juta Rp)

12011Pembuatan Pupuk Kompos Takakura di Kelurahan SabaruUniversitas4

22012Wujud Menanamkan Budaya Bersih Pada Lingkungan Masyarakat Dengan Membuang Sampah Pada TempatnyaUniversitas3

421/Teknik sipil

USULAN

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

Peneliti Utama

Hendra Cahyadi, ST, MT

NIDN 0011107701

Anggota

Nirwana Puspasari, ST, MT

NIDN 1102057301

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

OKTOBER 2014

Studi Literatur

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian Aspal

Pengujian Agregat

Pengujian Filler

Tidak Memenuhi

Syarat Bahan

Dasar

Memenuhi

Uji Marshall dengan Kadar Aspal Rencana Sesuai Persamaan 2.1

Kadar Aspal Rencana = (-0,1%;-0,5%; Pb; +0,5%;+0,1%)

Syarat Campuran Beton Aspal

Tidak Memenuhi

Memenuhi

Penentuan Kadar Aspal Optimum

Pembuatan Benda Uji Dengan Kadar Aspal Optimum

A

C

B

A

C

B

Uji Marshall Pada Kadar Aspal Optimum

Syarat Campuran Beton Aspal

Tidak Memenuhi

Memenuhi

Pembuatan Benda Uji Beton Aspal Dengan Bahan Tambah MPB

2% MPB dan 98% Aspal

3% MPB dan 97% Aspal

4% MPB dan 96% Aspal

5% MPB dan 95% Aspal

Dewatering dan Defueling Bahan Tambah MPB

Uji Marshall 2x75 kali tumbukan

Data Hasil Penelitian

Analisa

Kesimpulan dan Saran

Selesai

25