TINJAUAN PUSTAKA IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten, jadi pengertian imunisasi adalah tindakan untuk memberi kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Dengan demikian imunisasi bermanfaat untuk menurunkan angka morbiditas, mortalitas, serta bila mungkin didapatkan eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah. Sedangkan pengertian imunisasi menurut Departemen Kesehatan RI adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut. Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Upaya pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN PUSTAKA
IMUNISASI
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten,
jadi pengertian imunisasi adalah tindakan untuk memberi kekebalan dengan
cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh manusia. Dengan demikian
imunisasi bermanfaat untuk menurunkan angka morbiditas, mortalitas, serta
bila mungkin didapatkan eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah.
Sedangkan pengertian imunisasi menurut Departemen Kesehatan RI adalah
suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.
Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang
memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi dan ibu. Upaya
pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan
dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit – penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan
tersebut dapat tercapai apabila ditunjang dengan sumber daya manusia yang
berkualitas dan ketersediaan standar, pedoman, sistem pencatat-pelaporan
serta logistik yang memadai dan bermutu.
Perlu diketahui bahwa istilah imunisasi dan vaksinasi seringkali
diartikan sama. Imunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi
secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian
vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi)
dari sistem imun di dalam tubuh.
Indikator yang digunakan untuk memantau pencapaian cakupan
imunisasi rutin pada bayi yang lengkap dan merata adalah Universal Child
Immunization (UCI) desa/kelurahan. Target tercapainya UCI pada tahun 2010
adalah 100% desa/kelurahan sebagaimana tertuang dalam SK Mentri
Kesehatan RI No. 1457/Menkes/SK/2003, tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
2. Tujuan Program Imunisasi
Imunisasi diperlukan untuk mencegah meluasnya penyakit-penyakit
tertentu dan menghindari resiko kematian yang diakibatkannya. Tujuan
program imunisasi pada anak ada 2, yaitu :
1. Tujuan Umum
Turunnya angka kesakitan dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
2. Tujuan Khusus
Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI), yaitu
cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi
100% di desa/kelurahan pada tahun 2011.
Tercapainya pemutusan rantai penularan Poliomyelitis pada tahun
2009 – 2010, serta sertifikasi bebas Polio pada tahun 2011.
Tercapainya Reduksi Campak ( Recam ) pada tahun 2008.
3. Jenis Imunisasi
Di Indonesia, imunisasi dasar merupakan imunisasi yang dianjurkan
bagi bayi berusia 0 – 11 bulan. Imunisasi ini sendiri terbagi dalam 5 jenis,
antara lain :
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang
digunakkan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah
dilemahkan.
Penyakit TBC disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan
mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin.
Gejalanya antara lain : berat badan anak sudah bertambah, sulit
makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di
malam hari, juga diare persisten. Masa inkubasi TB rata-rata
berlangsung antara 8-12 minggu.
Usia Pemberian
Dibawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan
tes Montoux (tuberculin) dahulu untuk mengetahui apakah pada bayi
telah terdapat kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum.
Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB
yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah
lahir bayi harus di imunisasi BCG.
Jumlah Pemberian
Cukup 1 kali saja, tidak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG
berisi kuman hidup sehingga antibody yang dihasilkannya tinggi
terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan
pengulangan.
Kontra indikasi :
Tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukan mantoux positif. Adanya penyakit kulit yang berat dan
menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya
Efek Samping :
Imunisasi BCG tidak menimbulkan reaksi yang bersifat umum seperti
demam. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan , akan sembuh secara
spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi
pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat
tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal tidak
memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
Cara pemberian :
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml)
dengan 4 ml pelarut.
2. Dosis 0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikkan dosis
sebanyak itu secara akurat, harus menggunakan spuit dan jarum kecil
yang khusus.
3. Disuntikkan di lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) ke
dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk
memberikan suntikkan intrakutan secara tepat, harus menggunakan
jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26)
Alat dan bahan:
1. Spuit tuberculin dengan jarum ukuran 25-27 panjang 10 mm
2. Vaksin BCG dan gergaji ampul
3. Ampul berisi NaCl 0,9 %
4. Kapas lembab (dibasahi air matang)
5. Sarung tangan bersih
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan bersih
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Buka vaksin BCG
5. Larutkan vaksin dengan NaCl 0,9 % sebanyak kurang lebih 4 cc
6. Isi spuit dengan vaksin sebanyak 0,05 ml yang sudah dilarutkan
7. Atur posisi dan bersihkan lengan ( daerah yang akan diinjeksi,
yaitu 1/3 bagian lengan atas) dengan kapas DTT
8. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi
9. Tusukkan jarum dengan sudut 10-15 derajat kemudian
masukkan vaksin.
10. Tarik spuit setelah vaksin habis dan jangan dimasase
11. Usap area bekas injeksi dengan kapas bersih jika ada darah yang
keluar
12. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
13.catat respon yang terjadi, vaksin berhasil jika timbul benjolan di
kulit dengan kulit kelihatan pucat dan pori-pori tampak jelas.
Imunisasi Hepatitis B
Lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program
nasionalnya. Apalagi Indonesia yang termasuk Negara endemis tinggi
penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan
virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virus
hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang
dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau
pengerutan hati (kerusakan sel hati yang berat). Bahkan yang lebih
buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Usia Pemberian :
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi
stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada
usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu
pengidap VHB, selain imunisasi yang dilakukan kurang dari 12 jam
setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan imunoglobin
antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Kontra Indikasi :
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Dan tidak dapat diberikan
pada anak yang menderita sakit berat.
Efek Samping :
Umumnya tidak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa
keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan
pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua
hari.
Cara Pemberian :
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi
dipaha lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral =
otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa
mengurangi efektivitas vaksin.
Alat dan bahan :
1. Spuit diposibel 2,5 cc dan jarumnya
2. Vaksin hepatitis dan pelarutnya dalam termos es.
3. Kapas alcohol dalam tempatnya.
4. Sarung tangan bersih.
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin hepatitis dengan spuit sesuai program/anjuran, yakni
0,5.
5. Atur posisi bayi (bayi dipangku ibunya, tangan kiri ibu merangkul
bayi, menyangga kepala, bahu, dan memegang sisi luar tangan kiri
bayi, tangan kanan bayi melingkar kebadan ibu dan tangan kanan
ibu memegang kaki bayi dengan kuat).
6. Lakukan desinfeksi didaerah 1/3 tengah paha bagian luar yang
akan diinjeksi dengan kapas alcohol.
7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi.
8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intramuscular
didaerah fermur
9. Cuci tangan
10. Catat reaksi yang terjadi.
Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang
dapat menyebabkan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis
yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan/minuman
yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur
penderita polio yang masuk kemulut orang sehat.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari,
umumnya akan mengalami kelumpuhan mendadak pada salah satu
anggota gerak. Namun tidak semua orang yang terkena virus polio
akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus polio yang
menyerang dan daya tahan tubuh si anak. Imunisasi polio akan
memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio.
Di Indonesia dipakai vaksin sabin yang diberikan melalui mulut
dengan dosis 2 tetes. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari, dan selanjutnya setiap 4-6 minggu.
Vaksin polio dilakukan sampai 4 kali. Pemberian vaksin polio dapat
dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin hepatitis B, dan DPT. Bagi
bayi yang sedang meneteki maka ASI diberikan seperti biasa karena
ASI tidak berpengaruh terhadap vaksin polio. Imunisasi ulangan
diberikan bersamaan dengan imunisasi ulang DPT dengan interval 2
jam.
Imunisasi ulang masih diperlukan walaupun seorang anak pernah
terjangit polio. Alasannya adalah mungkin anak yang menderita polio
itu hanya terjangkit oleh virus polio tipe 1. Artinya bila penyakitnya
telah menyembuh, ia hanya mempunyai kekebalan terhadap virus
polio tipe 1, tetapi tidak mempunyai kekebalan terhadap jenis virus
polio tipe II dan III.
Usia Pemberian :
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan
pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin
DPT.
Kontra Indikasi :
Tidak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau
demam tinggi (di atas 38 derajat Celsius), muntah atau diare, penyakit
kanker atau keganasan, HIV/AIDS, sedang menjalani pengobatan
steroid dan pengobatan radiasi umum, serta anak dengan mekanisme
kekebalan terganggu.
Pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, imunisasi
polio sebaiknya ditangguhkan, demikian juga pada anak yang
menderita penyakit gangguan kekebalan (difisiensi imun). Alasan
untuk tidak memberikan vaksin polio pada keadaan diare berat adalah
kemungkinan terjadinya diare yang lebih parah. Pada anak dengan
penyakit batuk, pilek, demam, atau diare ringan imunisasi polio dapat
diberikan seperti biasanya.
Efek Samping :
Hampir tidak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami
pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Cara Pemberian :
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau
lewat mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air,
yang digunakan adalah OPV.
1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes
(dropper) yang baru.
Alat dan bahan :
1. Vaksin polio dalam termos es/flakon berisi vaksin polio
2. Pipet plastic
Prosedur :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan.
3. Ambil vaksin polio dalam termos es
4. Atur posisi bayi, mintalah orang tua untuk memegang bayi
dengan kepala disangga dan dimiringkan kebelakang
5. Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan
biarkan alat tetes menyentuh bayi, buka mulut bayi secara hati-hati, baik
dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi
dengan jari-jari.
6. Cuci tangan
7. Catat reaksi yang terjadi
Imunisasi Campak .
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibody dari ibunya semakin menurun sehingga
butuh antibody tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit
campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah
gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus mobili ini.
Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena
campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet)
penderita yang tertiup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang
berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah
muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahan-merahan, berair
dan merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, di sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga
mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun
naik, berkisar 38-40 derajat celcius. Seiring dengan itu, barulah keluar
bercak-bercak merah yang merupakan cirri khas penyakit ini. Ukurannya
tidak terlalu kecil.
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis
(0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM
70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu
erythromycin. (vademecum Bio Farma Jan 2002).
Usia dan Jumlah Pemberian :
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9-11 bulan, dan ulangan (booster) 1 kali di usia
6-7 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena
antibody dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya
menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR
(Measles Mumps Rubella).
Efek Samping :
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bias menyebabkan demam dan
diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu.
Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
Kontra Indikasi :
Anak yang mengidap penyakit immune deficiency atau yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.
Cara pemberian :
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
Alat dan Bahan :
1. Spuit disposibel 2,5 cc dan jarumnya.
2. Vaksin campak dan pelarutnya dalam termos es.
3. Kapas alcohol dalam tempat.
4. Sarung tangan.
Prosedur :
1. Cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan
3. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
4. Ambil vaksin campak dengan spuit sesuai dengan program/anjuran