HERNIA A. Pengertian Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Adapun pada hernia insisional defek dinding abdomen terjadi pada bekas luka sayatan prosedur operasi yang tidak menyatu dengan sempurna. Dinding abdominal membatasi secara langsung rongga abdomen, rongga dimana terdapat organ abdominal. Bagian dorsal, lateral, dan ventral dinding abdominal disusun oleh otot abdominis eksterna, interna, dan transversa.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HERNIA
A. Pengertian
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia dapatan atau akuisita. Hernia diberi nama menurut
letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral. Adapun pada
hernia insisional defek dinding abdomen terjadi pada bekas luka sayatan
prosedur operasi yang tidak menyatu dengan sempurna.
Dinding abdominal membatasi secara langsung rongga abdomen,
rongga dimana terdapat organ abdominal. Bagian dorsal, lateral, dan
ventral dinding abdominal disusun oleh otot abdominis eksterna, interna,
dan transversa. Otot abdominis eksterna terdapat mulai dari rusuk ke-5
hingga ke-12 dengan arah medio-caudal. Otot interna terdapat pada
bagian atas tulang sacroiliac dengan arah medio-proksimal. Otot
transversa terdapat pada bagian bawah rusuk ke-6, lumbodorsal fascia,
dan tulang sacroiliac. Serabut dari otot-otot ini tersusun horizontal.
Gabungan ketiga otot ini selanjutnya membentuk lapisan rectus yang
melapisi otot rectus abdominis. Rectus abdominis memasuki celah tulang
rusuk bagian suferior dan tulang pubis bagian inferior. Serabutnya
tersusun secara vertikal dan diselang-selingi oleh tiga atau empat
perpotongan tendon. Lapisan yang melapisi otot rectus abdominis juga
berhubungan langsung dengan otot contralateral rectus abdominis. Kedua
otot ini membentuk struktur avaskular yang dinamakan linea alba.
Tekanan dalam rongga abdomen dipertahankan dalam rentang nilai
positif 2-20 mmHg (dalam posisi berbaring atau berdiri). Tekanan ini dapat
meningkat hingga melebihi 150 mmHg pada saat batuk dan muntah. Pada
kondisi peningkatan tekanan rongga abdomen, jaringan dan otot
abdominal akan menegang.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi
hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan
masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk ke perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi
kembali ke dalam rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan
usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya
terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase
atau vaskularisasi. Secara klinis, hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan
sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan
dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis.
Bagian-bagian hernia yaitu :
1. Kantong hernia: pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis;
2. Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong
hernia. Pada hernia abdominalis berupa usus;
3. Locus Minoris Resistence (LMR);
4. Cincin hernia: Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui
kantong hernia;
5. Leher hernia: Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan
kantong hernia.
B. Klasifikasi Hernia Berdasarkan Arah Herniasi
1. Hernia Interna, bila isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya
cavum thorax, cavum abdomen :
a. Hernia Epiploici Winslowi : Herniasi viscera abdomen melalui
foramen omentale
b. Hernia Bursa Omentalis
c. Hernia Mesenterica
d. Hernia Retroperitonealis
e. Hernia Diafragmatic
2. Hernia Eksterna, penonjolannya dapat dilihat dari luar :
a. Hernia Inguinalis Medialis dan Lateralis
b. Hernia Femoralis
c. Hernia Umbilicus
d. Hernia Epigastrica
e. Hernia Lumbalis
f. Hernia Obturatoria
g. Hernia Semilunaris
h. Hernia Perinealis
i. HerniaIschiadica
a. Hernia Inguinalis
Hernia yang paling sering terjadi (sekitar 75% dari hernia
abdominalis) adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi: hernia inguinalis indirek (lateralis), di mana isi hernia
masuk ke dalam kanalis inguinalis melalui locus minoris resistence
(annulus inguinalis internus); dan hernia inguinalis direk (medialis),
di mana isi hernia masuk melalui titik yang lemah pada dinding
belakang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita, sementara hernia femoralis lebih sering
terjadi pada wanita.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau karena sebab yang didapat. Faktor yang dipandang berperan
kausal adalah prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan
di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena
usia. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti
batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering disertai
hernia inguinalis.
Hernia juga mudah terjadi pada individu yang kelebihan
berat badan, sering mengangkat benda berat, atau mengedan. Jika
kantong hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum maka disebut
hernia skrotalis. Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau
elefantiasis skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai
pegangan untuk membedakannya.
b. Hernia Femoralis
Male Inguinal hernia Female Inguinal hernia
Lokasi : medial dari vena femoralis, didalam lacuna vasorum dorsal
dari ligamentum inguinal. Sering dijumpai pada wanita usia lanjut.
Sering mengalami inkarserasi
c. Hernia Umbilikal
Merupakan hernia congenital yang disebabkan oleh kelemahan pada
daerah umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit
d. Hernia Paraumbilikal
Berada pada tepi umbilicus, seringkali sukar dibedakan dari hernia
umbilical.
e. Hernia Epigastrika
Keluar dari defek di linea alba (antara umbilicus dan prosesus
xyphoideus)
f. Hernia Spiegel
Muncul dari daerah lemah antara m. rektus dengan linea semisirkuralis
g. Nernia Insisionalis
Hernia yang terjadi pada bekas sayatan operasi pada dinding
abdomen. Diakibat adanya saraf tersayat sehingga timbul paralisis otot
pada daerah yang dipersarafi oleh serabut saraf tersebut serta
penyatuan fascia yang tidak menyatu dengan sempurna
h. Hernia Obturatoria
Hernia interna yang melalui foramen obturator.
C. Pemeriksaan Hernia
Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral
Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap
penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya, melalui lubang
normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah
inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk
atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah inguinal dan femoral
untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang
dapat menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak,
mintalah pasien untuk batuk lagi dan bandingkan impuls ini dengan
impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali.
Pemeriksaan Hernia Inguinalis
Palpasi hernia inguinal dilakukan dengan meletakan jari
pemeriksa di dalam skrotum di atas testis kiri dan menekan kulit
skrotum ke dalam. Harus ada kulit skrotum yang cukup banyak
untuk mencapai cincin inguinal eksterna. Jari harus diletakkan
dengan kuku menghadap ke luar dan bantal jari ke dalam. Tangan
kiri pemeriksa dapat diletakkan pada pinggul kanan pasien untuk
sokongan yang lebih baik.
Telunjuk kanan pemeriksa harus mengikuti korda spermatika
di lateral masuk ke dalam kanalis inguinalis sejajar dengan
ligamentum inguinalis dan digerakkan ke atas ke arah cincin
inguinal eksterna, yang terletak superior dan lateral dari tuberkulum
pubikum. Cincin eksterna dapat diperlebar dan dimasuki oleh jari
tangan.
Dengan jari telunjuk ditempatkan pada cincin eksterna atau di
dalam kanalis inguinalis, mintalah pasien untuk memutar kepalanya ke
samping dan batuk atau mengejan. Seandainya ada hernia, akan terasa
impuls tiba-tiba yang menyentuh ujung atau bantal jari penderita. Jika ada
hernia, suruh pasien berbaring terlentang dan perhatikanlah apakah
hernia itu dapat direduksi dengan tekanan yang lembut dan terus-menerus
pada massa itu. Jika pemeriksaan hernia dilakukan dengan perlahan-
lahan, tindakan ini tidak akan menimbulkan nyeri.
Setelah memeriksa sisi kiri, prosedur ini diulangi dengan memakai
jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan. Sebagian pemeriksa lebih
suka memakai jari telunjuk kanan untuk memeriksa sisi kanan pasien, dan
jari telunjuk kiri untuk memeriksa sisi kiri pasien. Cobalah kedua teknik ini
dan lihatlah cara mana yang anda rasakan lebih nyaman. Jika ada massa
skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia inguinal
indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai
untuk menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda
yang berguna untuk menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek.
Transluminasi Massa Skrotum
Jika anda menemukan massa skrotum, lakukanlah transluminasi.
Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis
normal tidak dapat ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan
merah menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti
hidrokel atau spermatokel.
Tabel 1. Diagnosis Banding Pembesaran Skrotum yang Lazim Dijumpai
Diagnosis
Umur Lazim
(Tahun)
Transiluminasi
EritemaSkrotum
Nyeri
Epididimitis Semua
umur
Tidak Ya Berat
Torsio testis < 35 Tidak Ya Berat
Tumor testis < 35 Tidak Tidak Minimal
Hidrokel Semua
umur
Ya Tidak Tidak ada
Spermatokel Semua
umur
Ya Tidak Tidak ada
Hernia Semua
umur
Tidak Tidak Tidak ada
sampai
sedang*
Varikokel > 15 Tidak Tidak Tidak ada
* Kecuali kalau mengalami inkarserasi, di mana nyerinya mungkin berat
D. Penatalaksanaan
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan
hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah
hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah terjadinya residif
dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplasti seperti memperkecil anulus inguinalis internus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan
menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis dan m.
oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon
ke ligamentum inguinale poupart menurut metode Bassini, atau
menjahitkan fasia tranversa m. transversus abdominis, m.oblikus
internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian
bahan sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk
menutup defek.
E. Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang
tidak dapat dicegah, namun langkah-langkah berikut ini dapat
mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen:
a. Menjaga berat badan ideal. Jika anda merasa kelebihan berat badan,
konsultasikan dengan dokter mengenai program latihan dan diet yang
sesuai.
b. Konsumsi makanan berserat tinggi. Buah-buahan segar, sayur-
sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-makanan
tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.
c. Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari
mengangkat benda berat. Jika harus mengangkat benda berat,
biasakan untuk selalu menekuk lutut dan jangan membungkuk dengan
bertumpu pada pinggang.
d. Berhenti merokok. Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-
penyakit serius seperti kanker dan penyakit jantung, merokok
seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat menyebabkan
hernia inguinalis.
DISPEPSIA
A. Pengertian
Dyspepsia merupakan gangguan saluran cerna pada bagian
epigastrium, kadang kala disertai dengan keluhan gastrointestinal
lainnya. dyspepsia merupakan gejala dan bukan diagnosis.
Dyspepsia mencakup gejala heterogen pada saluran cerna dengan
patofisiologi yang belum diketahui dengan jelas. Beberapa studi
menunjukkan perubahan dan dismotilitas lambung (misalnya pada