HERITABILITAS DAN RAGAM GENETIK BEBERAPA GALUR PADI INBRIDA (Oryza sativa L.) DI DESA SIDOHARJO SRAGEN DAN DESA SRIBIT KLATEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Agronomi Disusun oleh : ARIS TRIHANTORO H 0106002 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
49
Embed
HERITABILITAS DAN RAGAM GENETIK BEBERAPA GALUR PADI ......Dr.Ir. Djoko Purnomo, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HERITABILITAS DAN RAGAM GENETIK BEBERAPA GALUR PADI INBRIDA (Oryza sativa L.) DI DESA SIDOHARJO SRAGEN DAN DESA
SRIBIT KLATEN
Skripsi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/Program Studi
Agronomi
Disusun oleh :
ARIS TRIHANTORO
H 0106002
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
HERITABILITAS DAN RAGAM GENETIK BEBERAPA GALUR PADI
INBRIDA (Oryza sativa L.) DI DESA SIDOHARJO SRAGEN DAN DESA
SRIBIT KLATEN
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
ARIS TRIHANTORO H 0106002
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal : Juli 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Dr. Samanhudi, SP., MSi NIP. 196806101995031003
Anggota I
Ir. Sri Hartati, MP NIP. 195705201980032002
Anggota II
Ir. Djoko Mursito, MP NIP. 194812021978111001
Surakarta, Juli 2010
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. H. Suntoro W. A., MS NIP. 195512171982031003
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan hidayah serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul
“Heritabilitas dan Ragam Genetik Beberapa Galur Padi Inbrida (Oryza sativa L.) di
Desa Sidoharjo Sragen dan Desa Sribit Klaten” dengan lancar. Penyusunan skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana
Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dan Ibu yang senatiasa memberikan do’a, motivasi serta kasih sayangnya
2. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro WS, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. Samanhudi, SP., MSi, selaku Pembimbing Utama sekaligus Sekretaris Komisi
Sarjana yang selalu memberikan motivasi, arahan dan bimbingan bagi penulis.
4. Ir. Sri Hartati, MP selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan
bimbingan serta pengetahuan.
5. Ir. Djoko Mursito, MP, selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan evaluasi
dan masukan ilmu bagi penulis.
6. Ir. Wartoyo SP, MP, dan Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku Ketua Jurusan
Agronomi dan Sekretaris Jurusan sekeligus Ketua Komisi Sarjana Agronomi
7. Prof. Dr.Ir. Djoko Purnomo, MP, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan masukan, evaluasi, saran serta selalu mendukung penulis dalam
menunjang kegatan akademk penulis.
8. Bapak Ibu dosen Agronomi yang telah memberikan ilmu-ilmu pertanian, sebagai
tempat diskusi masalah akademik, tempat mencari ide untuk menulis PKM, serta
tempat evaluasi selama penulis menjadi Co Ass dan menempuh akademik.
9. Kepala BPTP Jawa Tengah, Bapak Hairil Anwar, Bapak Sartono, beserta staff
BPTP Semarang atas bimbingan dan arahan selama pelaksanaan di lapang.
10. Temanku Wahyu Eka Sarjana seperjuangan dalam melakukan penelitian, analisis
data dan menyusun skripsi yang selalu kompak dan saling memaklumi walau
terkadang sering silang pendapat dan kepentingan.
11. Temanku Muji, Rio, Adi, Afrida, dan Sofa yang selalu mendukung dan bekerja
sama untuk kesuksesan.
12. Rekan-Rekan di HIMAGRON dan Agronomi Angkatan 2006 yang selalu
mendukung dan bekerja sama untuk kesuksesan dan memajukan pertanian
Indonesia
Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan
selalu dharapan untuk kesempurnaan karya ini. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat dan wawasan untuk memajukan dunia pertanian.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
RINGKASAN .................................................................................................. xii
SUMMARY..................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... .............. 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
D. Hipotesis .............................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 3
A. Botani Padi (Oryza sativa L.) .............................................................. 3
B. Padi Inbrida.......................................................................................... 4
C. Heritabilitas dan Ragam Genetik ......................................................... 5
III. METODE PENELITIAN.......................................................................... 7
1. Hasil uji LSD 5% terhadap tinggi tanaman pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit. ......................................................... 13
2. Hasil uji LSD 5% terhadap umur 50% berbunga pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit. ....................................... 15
3. Hasil uji LSD 5% terhadap umur masak fisiologis pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit......................................... 16
4. Hasil uji LSD 5% terhadap jumlah anakan produktif pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit......................................... 17
5. Hasil uji LSD 5% terhadap panjang malai pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit .......................................................... 19
6. Hasil uji LSD 5% terhadap jumlah gabah isi tiap malai pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit ......................... 20
7. Hasil uji LSD 5% terhadap jumlah gabah hampa tiap malai pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit ......................... 22
8. Hasil uji LSD 5% terhadap berat gabah 1000 butir pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit......................................... 23
9. Hasil uji LSD 5% terhadap kadar air panen pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit .................................................. 25
10. Potensi hasil dan uji lsd 5% hasil per hektar beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit .......................................................... 27
11. Nilai KKG dan heritabilitas pada variabel pengamatan di Sribit .... 27
12. Nilai KKG dan heritabilitas pada variabel pengamatan di Sidoharjo 28
13. Potensi galur padi inbrida yang diuji dibanding dengan varietas pembanding terhadap variabel pengamatan yang diamati ................ 32
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Diagram batang rata-rata tinggi tanaman pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo .................................................................... 38
2. Diagram batang rata-rata tinggi tanaman pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ........................................................................... 40
3. Diagram batang rata-rata Umur berbunga 50% pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 41
4. Diagram batang rata-rata umur 50% berbunga pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ............................................ 43
5. Diagram batang rata-rata umur masak fisiologis pada
galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 44
6. Diagram batang rata-rata umur masak fisiologis pada galur/varietas padi inbrida di Sribit............................................. 46
7. Diagram batang rata-rata jumlah anakan produktif pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 47
8. Diagram batang rata-rata jumlah anakan produktif pada galur/varietas padi inbrida di Sribit............................................. 49
9. Diagram batang rata-rata panjang malai pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo..................................................................... 50
10. Diagram batang rata-rata panjang malai pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ........................................................................... 52
11. Diagram batang rata-rata jumlah gabah isi tiap malai pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 53
12. Diagram batang rata-rata jumlah gabah isi tiap malai pada galur/varietas padi inbrida di Sribit............................................. 55
13. Diagram batang rata-rata jumlah gabah hampa tiap malai pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 56
14. Diagram batang rata-rata jumlah gabah hampa tia pmalai pada galur/varietas padi inbrida di Sribit............................................. 58
15. Diagram batang rata-rata berat 1000 butir gabah isi pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo ...................................... 59
16. Diagram batang rata-rata berat 1000 biji isi pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ................................................................... 61
17. Diagram batang rata-rata kadar air panen pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo............................................................. 62
18. Diagram batang rata-rata kadar air panen pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ................................................................... 64
19. Diagram batang rata-rata hasil per hektar pada galur/varietas padi inbrida di Sidoharjo............................................................. 65
20. Diagram batang rata-rata hasil per hektar pada galur/varietas padi inbrida di Sribit ................................................................... 66
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Analisis ragam tinggi tanaman di Sidoharjo ............................... 37
2. Analisis ragam tinggi tanaman di Sribit...................................... 38
3. Analisis ragam umur berbunga 50% di Sidoharjo ...................... 41
4. Analisis ragam umur berbunga 50% di Sribit ............................. 41
5. Analisis ragam umur masak fisiologis di Sidoharjo ................... 43
6. Analisis ragam umur masak fisiologis di Sribit .......................... 44
7. Analisis ragam jumlah anakan produktif di Sidoharjo................ 46
8. Analisis ragam jumlah anakan produktif di Sribit ...................... 47
9. Analisis ragam panjang malai di Sidoharjo ................................ 49
10. Analisis ragam panjang malai di Sribit ....................................... 50
11. Analisis ragam jumlah gabah isi tiap malai di Sidoharjo............ 52
12. Analisis ragam jumlah gabah isi tiap malai di Sribit .................. 53
13. Analisis ragam jumlah gabah hampa tiap malai di Sidoharjo..... 55
14. Analisis ragam jumlah gabah hampa tiap malai di Sribit ........... 56
15. Analisis ragam berat 1000 butir gabah isi di Sidoharjo .............. 58
16. Analisis ragam berat 1000 butir gabah isi di Sribit..................... 59
17. Analisis ragam kadar air panen di Sidoharjo .............................. 61
18. Analisis ragam kadar air panen di Sribit ..................................... 62
19. Analisis ragam produksi per hektar di Sidoharjo........................ 64
20. Analisis ragam produksi per hektar di Sribit .............................. 65
21. Signifikasi variabel pengamatan ................................................. 67
22. Layout percobaan lokasi di Desa Sribit, Delanggu, Klaten ........ 68
23. Layout percobaan lokasi di Desa Sidoharjo, Sidoharjo, Sragen . 69
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas dan ragam genetik beberapa galur padi inbrida. Penelitian dilaksanakan di Desa Sidoharjo, Kabupaten Sragen dan di Desa Sribit, Kabupaten Klaten pada Bulan Oktober 2009 sampai Januari 2010. Penelitian dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) terdiri atas 12 galur uji (BP2450, BP284E, BP2856, BP3350, BP3412, BP3778E, BP3782C, BP4108, BP4110, BP4124, BP9728, BP9736) dan dua varietas pembanding (Conde dan Ciherang), masing-masing galur disetiap lokasi (Sidoharjo dan Sribit) diulang empat kali. Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan uji F taraf 5% dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji LSD taraf 5% kemudian dihitung nilai KKG dan heritabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koefisiensi keragaman genetik kriteria tinggi terjadi pada jumlah gabah hampa tiap malai di Sribit dan hasil per hektar di Sidoharjo. Nilai heritabilitas yang tinggi di Sidoharjo terdapat pada tinggi tanaman, umur 50% berbunga, panjang malai, umur masak fisiologis, kadar air panen, dan hasil per hektar. Nilai heritabilitas yang tinggi di Sribit terdapat pada tinggi tanaman, umur 50% berbunga , panjang malai, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, jumlah gabah hampa tiap malai, berat 1000 butir gabah isi, kadar air panen dan hasil per hektar. Galur BP2450, BP284E, BP2856, BP3782C, dan BP4124 mempunyai umur masak fisiologis lebih genjah dari pada Varietas Ciherang dan Conde di Sidoharjo dan Sribit. Galur BP2450, BP284E, BP3778E, BP4124, dan BP9728 mempunyai hasil per hektar lebih tinggi dari pada Varietas Conde di Sribit. Galur BP2450, BP3350, BP3778E,
BP4110, dan BP9728 mempunyai hasil per hektar lebih tinggi dari pada Varietas Conde di Sidoharjo.
Kata kunci : heritabilitas, inbrida, Oryza sativa L., ragam genetik
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Padi merupakan bahan makanan pokok di Indonesia, disusul jagung dan
ketela pohon. Padi merupakan penyumbang 70-80% kalori dan 40-70% protein
bagi kebutuhan penduduknya. Produktivitas padi nasional Indonesia dalam skala
regional cukup tinggi, namun sejak 10 tahun terakhir, gejala pelandaian produksi
dan penurunan Total Faktor Produksi makin jelas terlihat. Sehingga produksi
beras nasional belum diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani. Oleh karena
itu, tanpa upaya terobosan yang didukung oleh inovasi teknologi dan strategi yang
jitu maka peningkatan produksi dan pendapatan petani sulit ditingkatkan
(Anonim, 2005).
Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu cara handal
meningkatkan produksi pangan dalam pembangunan pertanian. Menurut Siregar
(1981), varietas unggul adalah varietas dimana tanaman meempunyai sifat yang
lebih daripada sifat yang dimiliki varietas padi lainya. Cara ini lebih aman, ramah
lingkungan, dan lebih murah biaya. Oleh sebab itu usaha untuk mendapatkan
varietas baru harus dilakukan secara intensif sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada.
Penciptaan varietas baru dapat dilakukan dengan meningkatkan keragaman
genetik dengan cara persilangan antar spesies, introduksi genotip, kultur jaringan
dan pemuliaan mutasi dengan teknik iradiasi. Tujuannya adalah untuk
memperoleh sifat-sifat baru yang lebih unggul dari varietas induknya. Sifat
tersebut meliputi daya hasil, umur tanaman, ketahanan terhadap hama dan
penyakit tanaman (Suci, 2004).
Keberhasilan program pemuliaan tanaman sangat tergantung pada
variabilitas atau keragaman genetik dari karakter yang dapat diwariskan dan
kemampuan genotip unggul dalam proses seleksi. Adanya variabilitas berarti
1
terdapat perbedaan nilai antara individu genotip dalam populasi yang merupakan
syarat keberhasilan seleksi terhadap sifat yang diinginkan. Oleh karena itu, studi
ragam genetik dan pendugaan nilai dari heritabilitasnya tidak lepas dari suatu
pengujian galur-galur harapan.
B. Perumusan Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk dan menyempitnya lahan pertanian maka
dalam pemenuhan kebutuhan pangan juga meningkat, oleh karena itu dilakukan
upaya peningkatan produktifitas tanaman padi, salah satunya dengan jalan
menciptakan varietas unggul dan mampu di terapkan di indonesia.
Salah satu sifat yang di inginkan dari adanya varietas unggul yaitu
mempunyai daya hasil yang relatif tinggi dengan umur yang relatif singkat dan
mempunyai mutu yang lebih baik dibanding varietas yang sudah ada. Penggunaan
varietas unggul diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional.
Usaha menciptaan varietas unggul dapat dilakukan dengan meningkatkan
keragaman genetik, salah satunya dengan cara pemuliaan dengan introduksi
genotip. Sehingga mampu menghasilkan galur inbrida yang bersifat unggul. Galur
inbrida hasil introduksi diduga mempunyai potensi yang berbeda dan diharapkan
mempunyai hasil yang berbeda juga dibanding dengan varietas yang sudah ada.
Dengan kajian potensi ini maka permasalahan yang dapat diangkat dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana nilai heritabilitas dari beberapa galur padi inbrida yang di
uji.
2. Bagaimana ragam genetik beberapa galur padi inbrida yang di uji.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas dan ragam
genetik beberapa galur padi inbrida yang di uji.
D. Hipotesis Diduga nilai heritabilitas dan ragam genetik beberapa galur padi inbrida yang di uji lebih baik daripada varietas pembanding.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Padi
Tanaman padi menurut Tjitrosoepomo (2000), termasuk kedalam ordo
Poales, Famili Gramineae, dan merupakan genus Oryza.
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
Padi tumbuh di sawah. Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae
(sinonim Graminae atau lumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi
ciri padi, misalnya berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang),
urat daun sejajar, memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk
dengan satuan bunga berupa loret, floret tersusun dalam spikelet, khusus untuk
padi satu spikelet hanya memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena
merupakan bulir (Ing. grain) atau kariopsis (Anonim, 2008).
Pada awal mulanya O. sativa dianggap terdiri dari dua subspesies, indica
dan japonica (sinonim sinica). Padi japonica umumnya berumur panjang, postur
tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (Ing. awn), bijinya
cenderung panjang. Padi japonica biasanya agak lengket nasinya. Padi indica,
sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil, paleanya tidak ber-"bulu"
atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun kedua anggota
subspesies ini dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi.
Contoh terkenal dari hasil persilangan ini adalah kultivar IR8, yang merupakan
3
hasil seleksi dari persilangan japonica (kultivar 'Deegeowoogen' dari Formosa
dengan indica (kultivar 'Peta' dari Indonesia) (Anonim, 2009).
B. Padi Inbrida
Varietas-varietas yang dihasilkan selama ini adalah varietas inbrida, yaitu
varietas yang berupa galur murni. Padi merupakan tanaman menyerbuk sendiri,
sehingga secara alami varietas yang terbentuk berupa galur murni (inbrida).
Varietas unggul galur murni dapat dibuat dengan menyilangkan dua genotipe padi
yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil
persilangan ditanam dan secara alami akan terjadi perkawinan sendiri dalam satu
tanaman. Hasilnya ditanam kembali dan akan sangat bervariasi karena terjadi
segregasi gen-gen di dalamnya. Dari variasi yang ada pada generasi bersegregasi
tersebut diseleksi tanaman terbaik sesuai dengan tujuan perakitan varietas yang
dilakukan. Demikian seterusnya selama beberapa generasi. Pada proses tersebut
terjadi fiksasi (pengumpulan) gen sehingga gen-gen yang ada pada tiap tanaman
menjadi seragam. Jika semua lokus (tempat gen) pada tanaman tersebut telah
homosigot (terisi oleh gen yang sama), maka dikatakan galur tersebut telah murni
(galur murni) dan akan melakukan penyerbukan sendiri menghasilkan keturunan
yang seragam dan sama persis dengan pertanaman generasi sebelumnya. Galur-
galur murni terbaik sesuai dengan tujuan pemuliaan dilepas sebagai varietas
unggul. Varietas padi demikian adalah merupakan varietas padi inbrida (galur
murni) (Susanto, 2009).
Penggunaan kultivar padi unggul merupakan teknologi yang handal dalam
meningkatkan produksi pangan, karena teknologi tersebut lebih aman dan lebih
ramah terhadap lingkungan serta murah harganya bagi petani. Pembentukan
kultivar padi unggulan melalui pemuliaan perlu dilakukan secara intensif sesuai
dengan teknologi yang ada (Hardiati et al., 2003).
Seleksi silang berulang adalah suatu metode seleksi dan penyilangan
tanaman terpilih dari suatu populasi secara sistematik untuk membentuk populasi
baru yang lebih baik. Dengan kata lain, metode ini merupakan prosedur
pengumpulan sifat-sifat yang diharapkan dari suatu kombinasi persilangan
dengan menyilangkan antara segregan-segregan terpilih secara terus-menerus
sehingga diperoleh populasi yang lebih baik dari populasi sebelumnya,
karena terdiri dari tanaman-tanaman yang memiliki kombinasi sifat-sifat yang
diharapkan. Pembentukan galur homozigot dapat dipercepat dengan teknik
kultur anter yang dapat menghasilkan galur-galur murni dalam satu generasi.
Dengan teknik tersebut proses seleksi kemungkinan akan menjadi lebih efisien,
karena galur homozigot dapat dibentuk pada musim kedua (Abdullah et al.,
2008).
C. Heritabilitas dan Ragam Genetik
Evaluasi galur-galur harapan pada berbagai lingkungan sering dihadapkan
komplikasi yang ditimbulkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (GEI),
yaitu perbedaan respon antar galur terhadap berbagai kondisi lingkungan.
Penentuan galur ideal akan lebih sederhana jika tidak ada GEI karena berarti
bahwa ranking (urutan) daya hasil diantara galur-galur yang diuji tetap sama pada
kondisi lingkungan yang berbeda. Bergantung pada besarnya interaksi, ranking
antar galur dapat menjadi sangat berbeda pada lingkungan berbeda (Suryati dan
Chozin, 2007).
Heritabilitas merupakan statu tolok ukur yang bersifat kuantitatif untuk
menentukan apakah perbedaan penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor
genetik atau ligkungan, sehingga akan diketahui sejauh mana sifat tersebut akan
diturunkan pada generasi selanjutnya ( Bari et al., 1982). Heritabilitas juga
merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu,
karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter dipengaruhi
faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukan
bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dibandingkan dengan faktor
lingkungan. Sifat yang digunakan untuk seleksi sebaiknya mempunyai nilai
heritabilitas tinggi, sebab sifat tersebut akan mudah diwariskan dan seleksi dapat
dilakukan pada generasi awal (Hardiati et al., 2003).
Dalam kegiatan pemuliaan, pada pengujian varietas-varietas baru untuk
suatu lingkungan tertentu diperlukan informasi genetiknya, diantaranya adalah
nilai duga heritabilitas. Heritabilitas merupakan gambaran besarnya kontribusi
genetik pada suatu karakter. Nilai duga heritabilitas yang tinggi menunjukkan
bahwa faktor genetik lebih berperan dari faktor lingkungan, sedang nilai duga
heritabilitas yang rendah sebaliknya (Carsono et al., 2004). Menurut Darliah et
al., (2001). Karakter tanaman yang dikategorikan mempunyai nilai heritabilitas
tinggi, sedang dan rendah, apabila nilainya berturut-turut H >50%, 20%< H <
50% dan H <20%.
Kombinasi gen dari suatu individu adalah genotipe. Secara individu pada
kondisi pertumbuhan dan lingkungan yang spesifik, tidak semua gen dapat
terekspresi. Ekspresi genotipe disebut fenotipe dan dapat dipertimbangkan
sebagai hasil dari interaksi antara genotipe dan lingkungan dimana individu
berkembang. Sebagai contoh perbedaan genotipe antara tanaman dan resistensi
penyakit hanya akan terekspresi jika ada tekanan infeksi untuk penyakit, genotipe
toleran kekeringan, hanya dapat terekspresi pada stress kekeringan (Pabendon,
2004).
Nilai heritabilitas menjadi lebih besar apabila varians genetik diperbesar dan
atau varians fenotip diperkecil. Varians genetik dapat diperbesar dengan
melakukan persilangan sedangkan apabila varians genetik tetap, varians fenotip
harus diperkecil yaitu dengan cara mengurangi varians error (galat). Apabila
varians genotip besar, maka seleksi dapat diperlakukan secara lebih leluasa
sehingga membawa pada perbaikan karakter (Wahdan et al., 1996).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober 2009 sampai dengan Januari
2010. Bertempat di Desa Sidoharjo, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen
pada ketinggian tempat adalah 86 mdpl dengan jenis tanah latosol dan di Desa
Sribit, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten pada ketinggian tempat adalah 33
mdpl dengan jenis tanah Regosol.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 galur padi inbrida dan 2
varietas pembanding, yaitu
Galur Padi Inbrida
1. BP2450
2. BP284E
3. BP2856
4. BP3350
5. BP3412
6. BP3778E
7. BP3782C
8. BP4108
9. BP4110
10. BP4124
11. BP9728
12. BP9736
Varietas Pembanding
1. Conde
2. Ciherang
2. Alat
Alat yang digunakan adalah cangkul, sabit, hand tractor, tali, ajir, papan
nama, ember, timbangan analitik, moisture tester.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL) yang terdiri dari 12 galur uji (BP2450, BP284E, BP2856, BP3350,
BP3412, BP3778E, BP3782C, BP4108, BP4110, BP4124, BP9728, BP9736) dan
2 varietas pembanding (Conde dan Ciherang), Masing-masing galur diulang 4
kali.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Persemaian
a. Tempat Persemaian
Sebelum melakukan persemaian, memastikan terlebih dahulu benih
tidak dalam keadaan dorman. Persemaian dibuat sebagai persemaian basah,
pengolahan tanah dilaksanakan sebaik mungkin sampai mendapatkan
struktur lumpur atau kondisi jenuh lapang dan permukaan rata. Bebas dari
gulma serta biji tanaman sebelumnya. Bedengan atau tempat persemain
harus sudah siap paling lambat sehari sebelum sebar.
Ukuran bedengan yaitu lebar 0,5 meter dengan panjang 1 meter, antar
bedengan diberi selokan keliling selebar 20 cm dengan kedalaman 3 cm.
Satu bedengan digunakan untuk satu galur atau varietas.
b. Persemaian Benih
Tiap-tiap varietas dibutuhkan benih 250 gram untuk 4 ulangan,
kemudian benih direndam selama 24 jam, selanjutnya benih diperam selama
24 jam atau sampai 50% tumbuh calon akar 2 mm. benih yang telah siap
kemudian disebar pada bedengan yang telah tersedia serata mungkin. Bibit
dicabut dan dipindah tanam pada umur 18 hari setelah penyebaran.
2. Pengolahan lahan
7
Pengolahan lahan dilakukan dengan hand traktor agar tanah terbalik dan
terbentuk lumpur sehingga akan dapat lebih lama menahan air dan pupuk ada
di permukaan tanah, serta bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu
membuang gas beracun dan menyerap oksigen.
3. Ploting
Merupakan kegiatan untuk mengacak serta membuat petak-petak
penanaman yang terdiri dari 56 petak untuk masing–masing lokasi dengan
ukuran petak 2 m x 3 m, setiap satu petak digunakan untuk satu galur yang
diuji. Jarak antar perlakuan dalam ulangan adalah 40 cm, tiap petak diberi
papan yang memuat kode ulangan dan kode nomor urut perlakuan.
4. Penanaman
Penanaman dilakukan setelah lahan selesai diolah serta telah terbentuk
petak-petak penelitian dengan ukuran masing-masing 2 m x 3 m. Jarak tanam
yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm dengan jumlah 1 bibit per lubang dan
umur bibit 18 hari.
5. Pemupukan
- Pemupukan pertama, saat tanam dengan pupuk Phonska 300 kg/ha, pupuk
organik 1000 kg/ha dan Urea 100 kg/ha.
- Pemupukan kedua, 3 MST dengan pupuk urea 100 kg/ha.
- Pemupukan ketiga, 6 MST dengan pupuk urea 100 kg/ha.
Pada setiap pemupukan, petakan dalam keadaan macak-macak dan
saluran air baik pemasukan maupun pembuangan ditutup rapat.
6. Pengairan
Pengairan tetap dilakukan terutama saat padi mengalami fase
pembentukan anakan, premordia, pembungaan atau pengisian biji. Diluar fase
tersebut kondisi tanah tetap dijaga dalam kedaaannya kapasitas air lapang dan
jangan sampai kekeringan yaitu kondisi tanah dibawah kapasitas air lapang
yang akan dapat menyebabkan tanaman mengalami layu permanen.
7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat (landak).
Penyiangan pertama dilakukan sejak awal penanaman atau maksimum 18 hari
setelah tanam dan apabila masih banyak gulma yang tumbuh dilakukan
penyiangan kedua pada maksimal umur 30 HST.
8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian gulma, hama, dan penyakit tanaman dilakukan sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan pengendalian hama terpadu. Pengendalian
hama secara kimia dengan menggunakan pestisida Regent (Fipronil 50 g/l),
Klerat 0,005 BB (brodifakum 0,005%), dan Applaud 100 EC (buprofezin
100g/l).
9. Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan menentukan lima tanaman sampel
padi tiap petak tanaman. Tanaman sampel dipilih selain dua baris luar
tanaman tiap petak. Sampel tanaman dibuat dengan pola “X” yang mampu
mewakili tiap petak tanaman.
10. Pemanenan
Panen dilakukan apabila tanaman telah masak secara fisiologis yaitu
proses fotosintesis dan unsur hara sudah tidak masuk lagi ke bulir padi dan isi
gabah telah penuh yang ditandai dengan minimal 90% daun tanaman padi
pada suatu petak telah menguning.
E. Variabel Pengamatan
1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai dengan pucuk daun
tertinggi pada fase vegetatif atau sampai dengan pucuk malai terpanjang pada
fase generatif yang dilakukan pada 5 sampel tanaman padi.
2. Umur berbunga 50% (HST)
Menghitung jumlah hari ketika tanaman telah 50% berbunga untuk tiap
petak.
3. Umur Masak Fisiologis
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah hari dimana biji padi
sudah menguning.
4. Jumlah Anakan Produktif
Jumlah anakan produktif per rumpun dihitung pada saat fase vegetatif
dan jumlah anakan produktif pada fase generatif yang dilakukan pada 5
sampel tanaman padi.
5. Panjang Malai (cm)
Panjang malai diukur mulai dari ujung malai sampai pangkal malai pada
5 tanaman sampel tiap petak.
6. Jumlah Gabah Isi Tiap Malai
Menghitung jumlah gabah isi dari 5 rumpun contoh yang diambil secara
acak pada arah diagonal petak percobaan kemudian dibagi dengan jumlah
malai dari 5 rumpun contoh tersebut.
7. Jumlah Gabah Hampa Tiap Malai
Menghitung jumlah gabah hampa dari 5 rumpun contoh yang diambil
secara acak pada arah diagonal petak percobaan kemudian dibagi dengan
jumlah malai dari 5 rumpun contoh tersebut.
8. Berat 1000 Butir Gabah Isi
Gabah ditimbang setelah dirontokkan dari malainya dan telah kering
angin. Penimbangan gabah dengan menghitung 1000 gabah.
9. Kadar Air Panen (%)
Menghitung kadar air gabah pada saat panen dengan alat kett moisture
tester.
10. Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman
Mengidentifikasi jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman.
Mengamati seluruh petak terhadap serangan hama dan penyakit pada saat fase
vegetatif dan fase generatif.
11. Produksi Per Hektar
Menghitung produksi gabah per hektar pada saat panen dengan
menimbangnya.
F. Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis keragaman atau Analysis
of Varian (Anova), dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji
LSD pada taraf kepercayaan 95%.
Koefisien keragaman genetik dihitung dengan rumus Murdaningsih et al.
(1990) dengan persamaan :
%1002
´=x
GKKG
s
Keterangan :
x = nilai tengah karakter yang diamati
KKG = Koefisian Keragaman Genetik
Pendugaan nilai heritabilitas menurut Sudarmadji et al. (2007) dengan
menggunakan rumus:
FG
H2
2
ss
= = ( )
KTGalatotipVariansGenUlanganKTGalatnKTPerlakua
+¸-
σ2 G = ulanganKTGKTP-
σ2F = σ2 G + KTG
Keterangan :
· σ2G = Varians Genotip.
· σ2F = Varians Fenotip.
· KTP = Kuadrat tengah perlaukan
· KTG = Kuadrat tengah Galat
Selanjutnya heritabilitas diklasifikasikan menurut, sebagai berikut:
- Tinggi (H ≥ 0,50)
- Sedang (0,20 ≥ H > 0,50)
- Kecil (H < 0,20)
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
Kehidupan tanaman ditandai dengan adanya pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. Bertambahnya berat serta volume yang tidak dapat
dibalik adalah tanda adanya pertumbuhan pada tanaman. Bertambahnya tinggi
pada tanaman padi menunjukkan adanya pertumbuhan pada tanaman padi. Tinggi
tanaman merupakan ukuran yang sering diamati baik sebagai indikator
pertumbuhan maupun parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh
lingkungan atau perlakuan yang ditetapkan. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah
diamati (Sitompul dan Guritno, 1995). Analisis ragam dari galur yang diuji
dengan varietas pembanding terdapat beda nyata pada variabel tinggi tanaman
(Lampiran 1 dan 2) yang kemudian dilanjutkan uji LSD 5% dengan hasil sebagai
berikut:
Tabel 1. Hasil uji LSD 5% terhadap tinggi tanaman (cm) pada beberapa galur padi inbrida di Sidoharjo dan Sribit.
Interaksi genotipe dengan lingkungan dapat menyebabkan tidak
konsistennya hasil pada setiap lingkungan, namun pada kondisi lingkungan yang
menguntungkan tanaman dapat memberikan hasil yang maksimal. Menurut
Widarto et al., (2005) terdapat tiga komponen yang berpengaruh pada hasil gabah
yaitu persentase gabah isi, jumlah gabah isi, dan berat 1000 butir. Semakin besar
gabah isi maka produktifitas tanaman juga akan semakin tinggi.
L. Keragaman Genetik dan Heritabilitas
Keragaman genetik merupakan faktor kunci dalam pemuliaan tanaman.
Adanya keragaman genotip akan dapat mempengaruhi penampilan fenotipik pada
tanaman padi. Metode seleksi merupakan proses yang efektif untuk memperoleh sifat-sifat yang dianggap sangat penting dan
tingkat keberhasilan tinggi (Kasno, 1992). Untuk mencapai tujuan seleksi harus diketahui antara karakter agronomi,
komponen hasil dan hasil sehingga seleksi tarhadap suatu karakter dapat keragaman genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila keragaman genetik dalam suatu populasi besar, menunjukkan bahwa individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang diharapkan akan besar.
Tabel 11. Nilai KKG dan heritabilitas pada variabel pengamatan di Sribit KKG Heritabilitas
No Variabel Pengamatan Nilai (%) Kriteria Nilai Kriteria
1 Tinggi tanaman 6,91 Rendah 0,76 Tinggi 2 Umur berbunga 50% 19,18 Agak Tinggi 0.97 Tinggi 3 Umur Masak Fisiologis 3,55 Rendah 0,92 Tinggi 4 Jumlah anakan produktif 16,83 Agak Tinggi 0,52 Tinggi 5 Panjang Malai 4,91 Rendah 0.66 Tinggi 6 Jumlah gabah isi tiap malai 12,11 Agak Rendah 0,53 Tinggi 7 Jumlah gabah hampa tiap malai 28,84 Tinggi 0,71 Tinggi 8 Berat 1000 butir gabah isi 5,40 Rendah 0,58 Tinggi 9 Kadar Air Panen 4,46 Rendah 0,43 Sedang
10 Hasil per ha 14,07 Agak Rendah 0,43 Sedang Keterangan:
· Kriteria Nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) 3,55% £ x £ 9,87% = Rendah, 9,87% £ x £ 16,19% = Agak Rendah, 16,19% £ x £ 22,52% = Agak Tinggi, 22,52% £ x £ 28,84% = Tinggi.
· Kriteria Nilai Heritabilitas < 0,20 = Rendah, 0,20 £ x < 0,50 = Sedang, ≥0,50 = Tinggi Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa variabel yang mempunyai koefisiensi keragaman genetik di Sribit
yang termasuk kriteria tinggi terjadi pada Jumlah gabah hampa tiap malai. Sedangkan jumlah anakan produktif dan umur berbunga 50% memiliki nilai koefisien keragaman genetik agak tinggi. Jumlah gabah isi tiap malai dan hasil per hektar memiliki nilai koefisien keragaman genetik agak rendah. Nilai keragaman yang rendah terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur masak fisiologis, panjang malai, berat 1000 butir gabah isi, dan kadar air panen.
Tabel 12. Nilai KKG dan heritabilitas pada variabel pengamatan di Sidoharjo
KKG Heritabilitas
No Variabel Pengamatan Nilai (%) Kriteria Nilai Kriteria
1 Tinggi tanaman 5,28 Rendah 0,70 Tinggi 2 Umur berbunga 50% 6,93 Rendah 0,91 Tinggi 3 Umur Masak Fisiologis 3,47 Rendah 0,93 Tinggi 4 Jumlah anakan produktif 10,18 Agak Rendah 0,31 Sedang
5 Panjang Malai 5,17 Rendah 0,59 Tinggi 6 Jumlah gabah isi tiap malai 5,74 Rendah 0,34 Sedang 7 Jumlah gabah hampa tiap malai 13,30 Agak Tinggi 0,33 Sedang 8 Berat 1000 butir gabah isi 3,25 Rendah 0,41 Sedang 9 Kadar Air Panen 5,13 Rendah 0,76 Tinggi
10 Hasil per ha 20,41 Tinggi 0,57 Tinggi Keterangan: · Kriteria Nilai Koefisien Keragaman Genotip (KKG) 3,25% £ x £ 7,54% = Rendah,
7,54% £ x £ 11,83% = Agak Rendah, 11,83% £ x £ 16,12% = Agak Tinggi, 16,12% £ x £ 20,41% = Tinggi
· Kriteria Nilai Heritabilitas < 0,20 = Rendah, 0,20 £ x < 0,50 = Sedang, ≥0,50 = Tinggi
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa nilai keragaman/variasi genetik di Sidoharjo pada variabel pengamatan yang mempunyai kriteria tinggi pada variabel pengamatan hasil per hektar. Nilai keragaman/variasi genetik yang mempunyai kriteria agak tinggi terdapat pada variabel pengamatan jumlah gabah hampa tiap malai. Nilai keragaman/variasi genetik yang mempunyai kriteria agak rendah terdapat pada jumlah anakan produktif. Nilai keragaman genetik yang rendah terdapat pada variabel berat 1000 butir gabah isi, kadar air panen, panjang malai, jumlah gabah isi tiap malai, umur berbunga 50%, umur masak fisiologis, dan tinggi tanaman.
Sudarmadji et al. (2007) mengemukakan bahwa nilai koefisien keragaman
genetik tinggi, maka faktor genetik akan berpengaruh besar pada penampilan
sifat. Semakin tinggi nilai koefisien keragaman genetik menunjukkan peluang
semakin efektif usaha perbaikan-perbaikan melalui seleksi dan meningkatkan
keleluasaan dalam pemilihan genotipe-genotipe yang diinginkan (Amilin et al.,
1995). Nilai keragaman yang rendah menandakan setiap individu dalam populasi
tersebut hampir seragam, sehingga peluang untuk mendapatkan generasi yang
baik semakin sempit (Ruchjaningsih et al., 2002). Nilai heritabilitas yang tinggi di lokasi Sidoharjo terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur 50% berbunga , panjang malai, umur masak fisiologis, kadar air panen, dan hasil per ha. Nilai heritabilitas yang sedang terdapat pada variabel jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, jumlah gabah hampa tiap malai, berat 1000 butir gabah isi (Tabel 12).
Nilai heritabilitas yang tinggi di lokasi Sribit terdapat pada variabel tinggi tanaman, umur 50% berbunga , panjang malai, jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi tiap malai, jumlah gabah hampa tiap malai, umur masak fisiologis, dan berat 1000 butir gabah isi. Sedangkan kadar air panen , dan hasil per hektar memiliki nilai heritabilitas yang sedang yang berarti faktor genetik masih agak tinggi yang memungkinkan untuk dapat dilakukan seleksi pada generasi awal.
Heritabilitas merupakan daya waris sifat tetua terhadap turunannya yang dapat diketahui dengan perbandingan atau proporsi ragam genotip terhadap ragam fenotip. Semakin rendah heritabilitas berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh faktor lingkungan. Sebaliknya jika heritabilitas tinggi berarti keragaman sifat yang ada lebih disebabkan oleh perbedaan potensi varietas (Kuswanto et al., 2000). Menurut Suprapto dan Kairudin, (2007) nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik lebih berperan dalam mengendalikan suatu sifat dibandingkan faktor lingkungan. Sehingga informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Koefisiensi keragaman genetik kriteria tinggi terjadi pada jumlah gabah
hampa tiap malai di Sribit dan hasil per hektar di Sidoharjo.
2. Nilai heritabilitas yang termasuk kriteria tinggi di Sidoharjo terdapat pada
tinggi tanaman, umur 50% berbunga , panjang malai, umur masak fisiologis,
kadar air panen, dan hasil per hektar.
3. Nilai heritabilitas yang termasuk kriteria tinggi di Sribit terdapat pada tinggi
tanaman, umur 50% berbunga , panjang malai, jumlah anakan produktif,
jumlah gabah isi tiap malai, jumlah gabah hampa tiap malai, umur masak
fisiologis, dan berat 1000 butir gabah isi.
4. Galur BP2450, BP284E, BP2856, BP3782C, dan BP4124 mempunyai umur
masak fisiologis lebih genjah dari pada Varietas Ciherang dan Conde di
Sidoharjo dan Sribit.
5. Galur BP2450, BP284E, BP3778E, BP4124, dan BP9728 mempunyai hasil
per hektar lebih tinggi dari pada Varietas Conde di Sribit.
6. Galur BP2450, BP3350, BP3778E, BP4110, dan BP9728 mempunyai hasil
per hektar lebih tinggi dari pada Varietas Conde di Sidoharjo.
B. Saran
Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut pada semua galur dan varietas
pembanding pada musim tanam yang berbeda dengan perlakuan yang sama.
33
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B., I.S. Dewi, Sularjo, H. Safitri, dan A.P. Lestari, 2008. Perakitan Padi Tipe Baru Melalui Seleksi Silang Berulang dan Kultur Anter. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan vol. 27 No. 1.
Ali, U., Rusdiansyah dan Sadarudin. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.) pada Lahan Sawah Tadah hujan Akibat Umur Bibit dan Jarak Tanam yang Berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian. 10 (2): 104-112.
Amilin, A., R. Setiamihardja, A. Baihaki dan M.H. Karmana, 1995. Pewarisan, Heritabilitas, dan Kemajuan Genetik Ketahanan Terhadap Antraknos pada Persilangan Cabai Rawit/Cabai Merah. Jurnal Zuriat. 6 (2): 74-80.
Anonim, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Jakarta.
.............., 2005. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
.............., 2008, Padi (Oryza sativa L.). http://anekaplanta.wordpress.com/. Diakses tanggal 12 Oktober 2009.
................, 2009. Padi. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi". Diakses pada tanggal 25 Agustus 2009.
Bari, A., S. Musa, dan E. Sjamsudin, 1982. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Facultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cahyaningsih, 2003. Analisis Pertumbuhan Tanaman padi (Oryza sativa L) Pada Dosis Pupuk N yang Berbeda. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (unpublished).
Carsono, N., Darniadi, S. D. Ruswandi, W. Puspasari, D. Kusdiana, dan A.Ismail, 2004. Evaluasi feotipik, variabilitas dan heritabilitas karakter agronomi penting pada galur murni jagung S4A. Dalam Astanto Kasno et.al., (eds) Proseding Lokakarya PERIPI VII. Dukungan Pemuliaan Terhadap Industri Perbenihan pada Era Pertanian Kompetitif. PERIPI dan Balitkabi. Hal 312-319.
Darliah, I. Suprihatin, D.P. de Vrees, W. Handayati, T. Herawati dan T. Sutater, 2001. Variabilitas genetik, heritabilitas, dan penampilan fenotipik 18 klon mawar di Cipanas. Jurnal Hortikultura. 11(3) : 148-154.
Drajat, A.A. dan M. Y. Samaulah, 1994. Toleransi beberapa Genotip Padi Sawah terhadap Cekaman Kekeringan. Jurnal Zuriat 9 (2) :45 – 53..
Hardiati, S., H.K. Murdaningsih, A. Baihaki, dan N. Rostini, 2003. Parameter genetik karakter componen buah pada beberapa aksesi nanas. Jurnal Zuriat 14 (2) : 47-52.
Kamil, J., 1982. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung.
Kasno, 1992. Pemuliaan Tanaman Kacang-Kacangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang. 46 P.
Kuswanto, S. Ashari dan A. Wijoyo, 2000. Keragaman Genotip Varietas Harapan Kedelai dan Implikasi Seleksi Untuk Musim Penghujan. Jurnal Ilmiah Habitat. 2 (3): 71-75.
Masdar, M. Karim, B. Rusman, N. Hakim, dan Helmi, 2006. Tingkat hasil dan komponen hasil sistem intensifikasi padi (SRI) tanpa pupuk organik di daerah Curah hujan tinggi. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia. 8 (2): 126-131.
Murdaningsih, H.K., A. Baihaki, G. Satari, T. Danakusuma dan A.H. Permadi, 1990. Varietas Genetik Sifat-Sifat Tanaman Bawang Putih Di Indonesia. Zuriat. 1 (1): 27-32.
Pabendon M. B., 2004. Pemanfaatan Marka Molekuler Untuk Identifikasi Varietas Tanaman Dalam Bidang Pemuliaan Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
Purnomo, D., 2005. Tanggapan Varietas Tanaman Jagung Terhadap Irradiasi Rendah. Jurnal Agrosains. 7 (1): 86-93.
Ruchjaningsih, R. Setiamihardja, M. H. Karmana, dan W. M Jaya, 2002. Efek Mulsa pada Variabilitas Genetik dan Heritabilitas Ketahanan terhadap Ralstonia solanacearum pada 13 Genotip Kentang di Dataran Medium Jatinangor. Jurnal Zuriat 13 (2): 73-80.
Rusdiansyah, 2001. Identifikasi 19 Genotip Padi Gogo Lokal Asal Kalimantan Timur Berdasarkan Karakter Morfologinya. Jurnal Budidaya Pertanian. 7 (2): 68-75.
Satoto dan B. Supriyatno, 1996. Keragaman Genetik, Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Beberapa Galur Harapan Padi Sawah. Media Penelitian Sukamandi. 15 (3): 27-29.
Siregar, H., 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Budaya. Jakarta.
Suci, D., 2004. Padi Varietas Unggul Baru Makin Populer. http://www.ristek.go.id/index.php?mod=News&conf=i&cid=1. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2009.
Sitompul, S.M. dan Guritno, 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Press. Yogyakarta. 487p.
Sudarmadji, R. Mardjono dan H. Sudarmo, 2007. Veriasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotipik Sifat-Sifat Penting Tanaman Wijen (Sasamum indicum L.). Jurnal Littri. 13 (3): 88-92.
34
Suprapto dan N.MD Kairudin, 2007. Variasi Genetik, Heritabilitas, Tindak Gen dan Kemajuan Genetik Kedelai (Glycine max Merrill.) pada Ultisol. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 9 (2): 183-190.
Suryati D. dan M. Chozin, 2007. Analisis Stabilitas Galur-galur Harapan Kedelai Keturunan dari Persilangan Malabar dan Kipas Putih. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus No. 2 hlm 176 – 180.
Susanto, U., 2009. Padi Inbrida Vs Padi Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi
Tirtowirjono, S., 1988. Identifikasi Varietas Padi Unggul. Buletin Sang Hyang Seri 8. Hal 32-34.
Tjitrosoepomo, G., 2000. Taksonomi Tumbuhan ( Spermatophyta). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Umar, S., 2008. Variasi Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Genotip Sifat – Sifat Penting Tanman Wijen (Sesamum indicum L.). Jurnal Littri 13 (3). 88 – 92.
Wahdan, R., A. Baihaki, R. Setiamihardja, dan G. Suryatmana, 1996. Variabilitas dan Heritabilitas Laju Akumulasi Bahan Kering Pada Biji Kedelai. Jurnal Zuriat. 7 (2) : 92-97.
Widarto, J. Pramono, dan S. Basuki, 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Jurnal Agrosains. 7(1): 1-6.
Zen, S., 1996. Heritabilitas, Korelasi Genotipik dan Fenotipik Karakter Padi Gogo. Jurnal Zuriat. 6 (1): 25-31.