HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)
Alamat Korespondensi:Mohd Nur Haziq Bin Noor Hamizam Shah,
102011431Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana,Jalan
Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat [email protected]
Abstrak: Paparan terhadap vibrasi dari alat boleh menyebabkan
pelbagai kelainan pembuluh darah dan saraf yang dikenali sebagai
Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS). Presentasi klinik sindrom ini
termasuklah parestesia atau kesemutan di digiti, nyeri di
pergelangan tangan dan tangan, digiti menjadi pucat, tidak tahan
sejuk, kelemahan fleksor jari atau otot intrinsik dan perubahan
warna kulit dan luka trofik jari. HAVSmerupakan kelainan yang
reversibel, sekurang-kurangnya pada peringkat awal, tetapi resolusi
gejala dalam kes-kes yang lebih teruk adalah langka, dan penggunaan
alat yang menghasilkan vibrasi yang berterusan dalam kasus ini
adalah kurang bijak. Ini dapat menimbulkan kesan kumulatif vibrasi
pada kedua-dua pembuluh darah dan komponen sensorineural dari HAVS
dan komponen ini bersifat progresif secara independen antar satu
sama lain.Kata kunci: HAVS, getaran, parestesia
Abstract: Exposure to vibrating hand-held tools can cause a
variety of vascular and neuromuscular symptoms collectively named
Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS). The clinical presentation of
this syndrome includes paraesthesiae or tingling in digits, pain or
tenderness in the wrist and hand, digital blanching, cold
intolerance, weakness of the finger flexors or intrinsic muscles
and discolouration and trophic skin lesions of the fingers. HAVS
can be reversible, at least in the earlier stages, but resolution
of symptoms in unusual in more severe cases, and continued use of
vibrating tools in such cases is unwise. There is a cumulative
effect of vibration on both the vascular and sensorineural
components of HAVS and these components appear to occur and
progress independently of each other.Keywords: HAVS, vibration,
paraesthesiae
PENDAHULUAN
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak
diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan
dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat
melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak
mudah capek.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan
mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat
diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja
yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan
kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental,
emosional dan psikologi.Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam
praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di
lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti
faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan
yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu
banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam
makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan
dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan
yang nyata.
Skenario 9Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke klinik
dengan keluhan kedua tangannya kebas. Keluhan sudah berjalan 3
bulan dan rasa kebas dirasakan hingga siku kedua tangannya. Keluhan
hilang sebentar bila tangan dikibasin. Keluhannya hilang jika waktu
istirahat di rumah atau waktu libur. Pekerjaannya adalah menghantar
kurir pabrik obat dan telah bekerja selama 12 tahun. Pasien menaiki
motor buatan tahun 2000 dan perjalanan dari rumahnya ke pabrik obat
tersebut mengambil waktu selama 2jam.PEMBAHASANPenyakit Akibat
Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man
made disease.Penyakit Akibat Kerja (PAK), menurut KEPPRES RI No. 22
Tahun 1993, adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja terjadi sebagai pajanan
faktor fisik, kimia, biologi, ataupun psikologi di tempat
kerja.1WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja :1.
Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah
pekerjaan, misalnya Karsinoma Bronkhogenik.3. Penyakit dengan
pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor
penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.4. Penyakit dimana
pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya,
misalnya asma. 1Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat KerjaFaktor
penyebab Penyakit Akibat Kerja sangat banyak, tergantung pada bahan
yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara
kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu per satu. Pada
umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:1.
Golongan fisik : suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin),
tekanan yang sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang
baik.2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam
proses kerja, maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat
berbentuk debu, uap, gas, larutan, awan atau kabut.3. Golongan
biologis : bakteri, virus atau jamur4. Golongan fisiologis :
biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan cara kerja5.
Golongan psikososial : lingkungan kerja yang mengakibatkan stres.
1Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Untuk dapat mendiagnosis Penyakit
Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan
sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat.Pendekatan tersebut dapat disusun
menjadi 7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:1. Tentukan
Diagnosis klinisnyaDiagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih
dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada,
seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih
lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau
tidak.2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama
iniPengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit
dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai
riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara khronologis Lamanya melakukan masing-masing
pekerjaan Bahan yang diproduksi Materi (bahan baku) yang digunakan
Jumlah pajanannya Pemakaian alat perlindungan diri (masker) Pola
waktu terjadinya gejala Informasi mengenai tenaga kerja lain
(apakah ada yang mengalami gejala serupa) Informasi tertulis yang
ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat
menyebabkan penyakit tersebutApakah terdapat bukti-bukti ilmiah
dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang
dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan
tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di
atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.
Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih
lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan
sebagainya).4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup
besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.Jika penyakit
yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu,
maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting
untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan
yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.5.
Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhiApakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun
riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya,
misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya
sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.6. Cari adanya
kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakitApakah ada
faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah
penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak
selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat
kerja.7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannyaSesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat
suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang
memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak
selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit,
kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah
ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan
diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab
suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya
pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut
pada saat ini. 1Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu
keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama
tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.
Faktor Fisik Penyakit Akibat Kerja
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan . Getaran terjadi saat
mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya
bersifat mekanis. Getaran ialah gerakan ossilasi disekitar sebuah
titik. Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara
atau getaran mekanis, misalnya mesin atau alat-alat mekanis
lainnya. Getaran merupakan efek suatu sumber yang memakai satuan
ukuran Hertz. Getaran (vibrasi) adalah suatu faktor fisik yang
menjalar ke tubuh manusia, mulai dari tangan sampai keseluruh tubuh
turut bergetar (oscilation) akibat getaran peralatan mekanis yang
dipergunakan dalam tempat kerja. 1
Jenis Getaran
1. Getaran seluruh tubuh (whole body vibration) Getaran pada
seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi
getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang
berdiri dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya
frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz. Getaran seperti ini
biasanya dialami oleh pengemudi kendaraan seperti : traktor, bus,
helikopter, atau bahkan kapal.
Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia, seperti: a.
3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)b. 20-30 Hz untuk bagian
kepala100-150 Hz untuk rahang
Di samping rasa tidak ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh
goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah
dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang
belakang.
2. Getaran lengan tangan (hand arm vibration)Getaran setempat
yaitu getaran yang merambat melalui tangan akibat pemakaian
peralatan yang bergetar, frekuensinya biasanya antara 20-500 Hz.
Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada 128 Hz, karena tubuh
manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran ini berbahaya pada
pekerjaan seperti : a. Supir bajaj b. Tukang ojekc. Operator
gergaji rantai d. Tukang potong rumput e. Penempa palu.
Besaran getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat
percepatan dalam satuan meter per detik (m/detik2 rms). Frekuensi
getaran dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Getaran seluruh
tubuh biasanya dalam rentang 0,5 - 4,0 Hz dan tangan-lengan 8-1000
Hz. 1
Sumber GetaranPerkakas yang bergetar secara luas dipergunakan
dalam industri logam, perakitan kapal dan otomotif, juga di
pertambangan, kehutanan, dan pekerjaan konstruksi. Perkakas yang
paling banyak digunakan adalah: bor pneumatik, alat-alat ini
menghasilkan getaran mekanik dengan ciri fisik dan efeknya
merugikan yang berbeda. Pada perum perhutani sumber getaran yang
ada pada peralatan seperti band resaw, cross cut, long band saw,
planer, band saw, double cross cut dan spindel moulder. 1
Cara Mengukur GetaranGetaran diukur dengan menggunakan alat
vibration meter. Dengan pengukuran menggunakan vibration meter maka
akan mendapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai ambang
batas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP.
51/MEN/1999. Teknik pengukuran ini dilakukan untuk mengambil
data-data mengenai tingkat paparan getaran lengan tangan khususnya
pada operator blasting. Vibration meter pada umumnya terdiri dari
sebuah probe, kabel dan meter untuk menampilkan harga getaran. Alat
ini juga dilengkapi dengan switch selector untuk memilih parameter
getaran yang akan diukur.Vibration meter ini hanya membaca hasil
keseluruhan (besarnya tahap getaran) tanpa memberikan informasi
mengenai frekuensi dari getaran tersebut. Pemakaian alat ini cukup
mudah sehingga tidak diperlukan seorang operator yang harus ahli
dalam bidang getaran. Pada umumnya alat ini digunakan untuk
memonitor trend getaran dari suatu mesin. Jika trend getaran suatu
mesin menunjukkan kenaikan melebihi level getaran yang
diperbolehkan, maka akan dilakukan analisa lebih lanjut dengan
menggunakan alat yang lebih lengkap. 1
Ciri-Ciri Suatu GetaranGetaran merupakan jenis gerak yang mudah
kamu jumpai dalam kehidupan sehari hari, baik gerak alamiah maupun
buatan manusia. Semua getaran memiliki ciri-ciri tertentu. Waktu
yang dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran disebut periode
getar yang dilambangkan dengan (T). Banyaknya getaran dalam satu
sekon disebut frekuensi (f). Suatu getaran akan bergerak dengan
frekuensi alamiah sendiri. Hubungan frekuensi dan periode secara
matematis ditulis sebagai berikut:
dengan:T = periode (s)f = banyaknya getaran per detik (Hz)
Satuan periode adalah sekon dan satuan frekuensi adalah getaran
per sekon atau disebut juga dengan hertz (Hz), untuk menghormati
seorang fisikawan Jerman yang berjasa di bidang gelombang, Hendrich
Rudolf Hertz. Jadi, satu hertz sama dengan satu getaran per detik.
1
Nilai Ambang Batas Getaran Lengan Tangan (hand arm
vibration)Menurut Canadian Government Specification CDA/MS/NVSH 107
Vibration Limited Maintenance untuk mesin-mesin jenis elektrik
motor yang kondisinya tidak baru, jika getaran yang ditimbulkan
telah melampaui 130 dB atau 3,2 mm/detik (velocity) maka mesin
tersebut perlu dilakukan pengecekan. Dan jika getaran yang
ditimbulkan telah melampaui 135 dB atau 5,6 mm/detik (velocity)
maka kondisi mesin harus diperbaharui. Saat ini di Indonesia
dipakai nilai ambang batas getaran berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga kerja nomor KEP. 51/MEN/1999. 1
Tabel 1. Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemajanan Lengan Dan
Tangan Jumlah Waktu Per Hari Kerja1Jumlah waktu per hari kerja
Nilai percepatan pada frekuensi dominan
m/det2Gram
(1)(2)(3)
4 jam dan kurang dari 8 jam40,4
2 jam dan kurang dari 4 jam
60,61
1 jam dan kurang dari 2 jam
80,81
kurang dari 1 jam
121,22
Sumber : Menteri Tenaga kerja nomor : KEP. 51/MEN/1999Catatan :1
Gram = 9,81 m/det2Menurut Keputusan menteri tenaga kerja no.
51/KEP/1999 bahwa nilai ambang batas getaran alat kerja yang kontak
langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 m/det2
EFEK GETARANGetaran yang dapat menimbulkan efek vaskuler dan
efek neurologik, meskipun belum ada penelitian atau pengujian yang
cukup definitif getaran diduga dapat menyebabkan perubahan atau
peningkatan tekanan darah yang pada tingkat tertentu dapat
mengakibatkan hipertensi.
Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi
yang mengenai tubuh:3 - 9 Hz : Akan timbul resonansi pada dada dan
perut.6 - 10 Hz : Dengan intensitas 0,6 gram, tekanan darah, denyut
jantung, pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada
intensitas 1,2 gram terlihat banyak perubahan sistem peredaran
darah.10 Hz: Leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.13 - 15 Hz: Tenggorokan akan mengalami resonansi.<
20 Hz : Tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot
menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang ada perhatian.
Dampak getaran terhadap manusia terutama terjadi pada bagian
organ-organ tertentu seperti: dada, kepala, rahang dan persendian
lainnya. Di samping rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh
goyangan organ seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah
dilaporkan efek jangka lama yang menimbulkan orteoartritis tulang
belakang. 1
Efek Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration Syndrome)Efeknya
lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya.
Efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri
atas:a) Efek vaskuler -Pemucatan pada episodik buku jari ujung yang
bertambah parah pada suhu dingin (fenomena Raynoud).b) Efek
Neurologik -buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal. 1,2
Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat
bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah,
gangren.Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut
disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak
berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan berupa :a) Kelainan pada
persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip dengan
Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan
kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan
gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40
Hz.b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang. Pada
kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih
memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun
pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas
kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya.
Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding
dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai
mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan
yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang
berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari
kelingking, otot-otot interossea dan fleksin dari jari-jari.1,2
Gejala Klinis Pekerja yang tangannya secara teratur terpapar
getaran dapat menderita gejala akibat efek patologis pada sistem
pembuluh darah perifer, sistem saraf perifer, otot dan jaringan
lain dari tangan dan lengan. Gejala secara kolektif dikenal sebagai
HAVS. Gejala neurologis dari HAVS termasuk rasa baal dan kesemutan
di jari, dan rasa berkurang dari sentuhan dan suhu. Kerusakan saraf
ini bisa melumpuhkan, sehingga sulit untuk merasa, dan untuk
bekerja dengan, benda-benda kecil. Kepucatan jari episodik adalah
karakteristik tanda vaskular. Ini kadang-kadang dikenal sebagai
'getaran jari putih', 'jari mati' atau 'tangan mati'. Pemicu utama
untuk gejala adalah paparan dingin, misalnya berada di luar ruangan
awal pada pagi musim dingin. Gejala juga bisa dipicu oleh tubuh
lokal atau umum pendinginan dalam lingkungan dinyatakan hangat.
Meskipun getaran menyebabkan kondisi tersebut, ia tidak mengendap
gejala.3Setelah kepucatan awal menunjukkan vasospasme, sirkulasi
dipulihkan, baik secara spontan (setelah periode waktu yang
bervariasi yang dapat dari beberapa menit sampai satu jam atau
lebih) atau setelah penghangatan jari. Jaringan iskemia terjadi
selama periode spasme. Hal ini menyebabkan tingkat pengembalian
berlebihan aliran darah dan menyakitkan jari berdenyut merah
(hiperemi reaktif). Selama serangan penderita mungkin mengeluh mati
rasa, nyeri dan dingin serta mengurangi ketangkasan manual. Efek
terlihat awalnya di ujung jari yang terkena dampak, dengan
perubahan kemudian menyebar ke jari dengan paparan terus. Ibu jari
juga mungkin akan terpengaruh. Sebagai kondisi berlangsung,
frekuensi serangan akan meningkat. Jarang, dalam kasus yang sangat
parah, sirkulasi darah mungkin terganggu secara permanen. Pekerja
mungkin mengeluh nyeri sendi dan kekakuan pada tangan dan lengan.
Kekuatan genggaman dapat dikurangi karena saraf dan otot kerusakan.
Seorang pekerja individu yang menderita HAVS mungkin tidak
mengalami gejala yg lengkap, misalnya gejala yang berkaitan dengan
komponen neurologis dapat hadir tanpa adanya masalah pembuluh darah
dan sebaliknya. Gejala neurologis umumnya muncul lebih awal dari
gejala jari pucat. Carpal tunnel syndrome, gangguan tangan dan
lengan sehingga menimbulkan kesemutan, mati rasa, kelemahan, nyeri
dan malam bangun, dapat disebabkan oleh paparan terhadap getaran.
Karyawan yang menderita HAVS dapat mengalami kesulitan dalam
menjalankan tugas-tugas di tempat kerja yang melibatkan bekerja
dengan baik atau bekerja manipulatif dan memiliki kemampuan yang
berkurang untuk bekerja dalam kondisi dingin. Penyakit ini juga
bisa berdampak pada kehidupan sosial dan keluarga. Serangan
periodik "jari putih" akan berlangsung tidak hanya di tempat kerja,
tetapi juga selama kegiatan seperti mencuci mobil atau menonton
olahraga outdoor. Tugas sehari-hari, misalnya ikat tombol kecil
pada pakaian, dapat menjadi sulit. 3 Diagnosa awal berdasarkan
riwayat gejala yang khas, seperti kesemutan dan gangguan rasa pada
jari-jari yang terpajan getaran. Gejala ini menetap dan bertambah
berat dalam waktu yang lama. Gejala berikutnya adalah jari memucat
dengan adanya pajanan kronis. Untuk memastikan diagnosis dan
menetapkan tingkat keparahan, diperlukan beberapa tes neurologist
dan tes vaskuler. Cara menentukan derajat penyakit ditingkat
internasional dengan menggunakan klasifikasi Stockholm.
Tabel 2. Klasifikasi Sindrom Getaran Sistem
Stockholm3-6TahapanDerajatUraian
I. Gejala Vaskuler(Tangan Kiri & Kanan)
V 0Tidak ada serangan
V 1RinganSerangan sekali-sekali hanya pada satu ujung jari atau
lebih- Blanching score 1-4
V 2 (awal)SedangSerangan kepucatan sekali-sekali pada falang
distal dan tengah (jarang juga proksimal) dari satu jari atau
lebih-Blanching score 5-9
V 2 (akhir)SedangSerangan kepucatan sekali-sekali pada falang
distal dan tengah (jarang juga proksimal) dari satu jari atau
lebih-Blanching score 10-16
V 3BeratSerangan kepucatan sering pada semua falang dari
sebagian besar jari-Blanching score>18
V 4Sangat BeratSeperti pada tahap 3, dengan perubahan tropik
kulit pada sebagian besar jari
II. Gejala Sensorik (Tangan Kiri & Kanan)
SN 0Terpapar tetapi tidak ada gejala
SN 1
Rasa baal yang hilang timbul atau menetap dengan atau tanpa rasa
nyeri (>3 &6 &9 &19)
Catatan : SN = SensorineuralIntermittent - not persistent
Persistent - tahan>2 jamConstant - tetapOccasional - 3 or 3
serangan/minggu
Gambar 1. Tangan Pasien Yang Mengalami Kelainan
Vaskularisasi3
Di samping itu, sangat bermanfaat untuk menilai luasnya
keterlibatan buku jari dengan menggunakan skala yang diusulkan oleh
Griffin (1982). Kepucatan, kebaalan, kesemutan dan perubahan warna
dapat dinilai secara terpisah.
Gambar 2. Skala Griffin3-6
Sebuah sistem untuk mengalokasikan nilai numerik untuk
masing-masing ruas yang terkena dampak dan menghitung skor
keseluruhan untuk jari kepucatan di masing-masing tangan digunakan
dalam metode Griffin (Gambar 1). Sistem ini merupakan metode yang
berguna dalam praktek untuk memantau progresi atau regresi gejala
di jari masing-masing. Tidak memperhitungkan frekuensi serangan,
yang mungkin lebih relevan dalam menilai cacat fungsional. Dalam
sistem penilaian numerik untuk vaskular HAVS, kepucatan untuk
setiap bagian dari setiap digit diberikan skor seperti ditunjukkan
pada diagram pada Gambar 1. Total nilai untuk masing-masing tangan
dapat tiba di dengan menjumlahkan nilai digit. Dalam gambar, skor
untuk tangan kiri adalah 16 dan bahwa untuk tangan kanan adalah 4.
Jika seorang karyawan didiagnosa menderita stadium 2, tujuannya
adalah untuk mencegah tahap 3 (vaskular atau sensorineural)
berkembang karena ini adalah bentuk yang lebih parah dari penyakit
yang berhubungan dengan kerugian yang signifikan dari fungsi dan
cacat. Tahap 2 sensorineural adalah luas, mulai dari gejala
neurologis kecil hingga mereka yang kehilangan sensorineural
persisten. Oleh karena itu tahap 2 harus dibagi ke dalam "awal" dan
"terlambat" fase dalam rangka untuk membantu pengelolaan kasus
tahap 2.3-7
BAKU TINGKAT GETARAN4Baku tingkat getaran mekanik dan getaran
kejut adalah batas maksimal tingkat getaran mekanik yang
diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga
tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta
keutuhan bangunan;. Penetapan baku tingkat getaran ini telah diatur
dalam suatu Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
KEP-49/MENLH/11/1996 sebagai berikut:
Tabel 3. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan
Kesehatan4Frekuensi (Hz)Nilai Tingkat Getaran, dalam Mikron (10-6
Frekuensi meter)
Tidak MenggangguMenggangguTidak NyamanMenyakitkan
456,381012,516202531,5405063< 100< 80< 70< 50<
37< 32< 25< 20< 17< 12< 9< 8< 6100 50080
35070 27550 16037 12032 9025 6020 4017 3012 209 158 126 9> 500
1000> 350 1000> 275 1000> 160 500> 120 300> 90
220> 60 120> 40 85> 30 50> 20 30> 15 20> 12
15> 9 12> 1000> 1000> 1000> 500> 300> 220>
120> 85> 50> 30> 20> 15> 12
Konversi :Percepatan = (2f)2 x simpanganKecepatan = 2f x
simpangan = 3,14Tabel 4. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan
Dampak Kerusakan4GETARANFrekuensi (Hz)BATAS GERAKAN PEAK
(mm/detik)
ParameterSatuanKategori AKategori BKategori CKategori D
Kecepatan Getaran
Frekuensimm/de-tik
Hz45
6,381012,516202531,54050< 2< 7,5
< 7< 6< 5,2< 4,8< 4< 3,8< 3,2< 3<
2< 12 27< 7,5 25
< 7 21< 6 19< 5,2 16< 4,8 15< 4 14< 3,8 12<
3,2 10< 3 9< 2 8< 1 7> 27 140> 24 130
> 21 100> 19 100> 16 90> 15 80> 14 70> 12
67> 10 60> 9 53> 8 50> 7 42> 140> 130
> 110> 100> 90> 80> 70> 67> 60> 53>
50> 42
Keterangan :Kategori A: Tidak menimbulkan kerusakanKategori B:
Kemungkinan keretakan plesteran (retak/terlepas plesteran pada
dinding pemikul beban pada kasus khusus)Kategori C: Kemungkinan
rusak komponen struktur dinding pemikul bebanKategori D: Rusak
dinding pemikul bebanMenurut Keputusan menteri tenaga kerja nomor:
KEP51/MEN/I999 tentang nilai ambang batas faktor fisika ditempat
kerja Pasal 4 bahwa:1. NAB getaran alat kerja yang kontak langsung
maupun tidak langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja
ditetapkan sebesar 4 meter per detik kuadrat (m/det2). 2. Getaran
yang melampaui NAB, waktu pemajanan ditetapkan sebagaimana
tercantum dalam lampiran III.
Teknik Pengukuran Getaran MesinPosisi dan Arah
PengukuranPengukuran getaran pada suatu mesin secara normal diambil
pada bearing dari mesin tersebut. Tranduser sebaiknya harus
ditempatkan sedekat mungkin dengan bearing mesin karena melalui
bearing tersebut gaya getaran dari mesin ditransmisikan. Gerakan
bearing adalah merupakan hasil reaksi gaya dari mesin tersebut.
Disamping karakteristik getaran seperti : Amplitudo, frekuensi dan
phase, ada karakteistik lain dari getaran yang juga mempunyai arti
yang sangat penting yaitu arah dari gerakan getaran, hingga perlu
bagi kita untuk mengukur getaran dari berbagai arah. Pengalaman
menunjukkan bahwa ada tiga arah pengukuran yang sangat penting
yaitu horizontal, vertikal, dan axial.Arah horizontal dan vertikal
bearing disebut dengan arah radial. Arah pengukuran ini biasanya
didasarkan pada posisi sumbu tranduser terhadap sumbu putaran dari
shaft mesin. Arah ini juga sangat penting artinya dalam analisa
suatu getaran.
Baku EmasDalam membicarakan getaran kita harus mengetahui
batasan batasan tahap getaran yang menunjukkan kondisi suatu mesin,
apakah mesin tersebut masih baik (layak beroperasi) ataukah mesin
tersebut sudah mengalami suatu masalah sehingga memerlukan
perbaikan.
Gambar 3. Klasifikasi Vibrasi8
Penyakit Akibat Paparan Getaran Lengan Tangan1. Angioneurosis
jari-jari tangan- Fenomenon Raynaud (jari-jari putih) adalah
sindrom akibat getaran yang paling sering di wilayah-wilayah dunia
yang dingin. Gejala-gejala nonspesifik pertama adalah
akroparestesia pada tangan dan perasaan kebas di jari-jari tangan
pada waktu kerja atau sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain
gangguan kepekaan terhadap getaran, tidak ditemukan perubahan
objektif lainnya. Pada fase berikutnya, diamati kepucatan
paroksismal sporadik pada ujung-ujung jari tangan. Paroksisme
disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan
oleh paparan terhadap suhu dingin lokal atau umum. Biasannya
terjadi pada musim dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit
setelah tangan dihangatkan. Selama paroksisme, kepekaan nyeri
taktil sangat berkurang. Fase ini menimbulkan kesulitan diagnostik
yang besar, karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan di ruang konsultasi dokter.
Observasi secara langsung suatu serangan di tempat kerja
mempermudah diagnosanya. Stadium lebih lanjut dari penyakit ini
ditandai dengan kepucatan paroksismal, tidak hanya pada ujung-ujung
jari, tetapi menyebar pada hamper seluruh jari namun jarang
mengenai ibu jari. Parokisme dapat diprovokasi oleh suhu yang
sedikit dingin, bahkan dapat timbul gejala pada suhu lingkungan.
Pada stadium yang lebih lanjut, angiospasme diganti oleh paresis
dinding pembuluh darah kecil yang mengakibatkan akrosianosis.
Gejala-gejala yang menonjol adalah rasa kebal ditangan, gangguan
kecepatan jari, dan gangguan sensitivitas. Juga dapat timbul
perubahan-perubahan tonus lokal. Berbeda dengan endarteritis
obliterans, nekrosis sangat jarang terjadi. Uji diagnosik yang
paling umum digunakan adalah induksi paroksisme jari dengan air
dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai ke siku) direndam
selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus-kubus es
(Beberapa dokter menambah rasa dingin dengan meletakan handuk basah
pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang
menginduksi parokisme jari tangan dibandingkan getaran pada situasi
kerja yang nyata. Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian
darah ke kapiler yang melambat seperti : ujung jari didistal kuku
perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu yang diperlukan oleh darah
untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksaan laboratorium
yang dapat diterapkan pada pemeriksaan pencegahan meliputi
plestimografi jari (gangguan gelombang denyut akibat dingin),
mikroskopi kapiler dan pengukuran suhu kulit (termometer kontak
atau termografi). Mungkin terdapat penurunan suhu kulit permulaan
atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal setelah tes air
dingin.2-7
2. Gangguan tulang, sendi dan otot. Patologi osteoartikular
sering kali terbatas pada tulang-tulang karpal (khususnya lunata
dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala
subjektif biasanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan
fungsionaldapat cukup berarti. Perubahan radiogram yang paling khas
adalah atrosis sendi karpal, radioulnaris dan siku, serta
pseudokista (terutama pada tulang-tulang karpal, yang dapat pula
memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula
yang menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon disekitar sendi
tersebut biasanya juga terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang
disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram yang
jelas.2-7
3. Neuropati. Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi
persyarafan otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli
mengemukakan efek-efek pada syaraf perifer (ulnaris, medianus,
radialis). Ahli lainya menganggap trauma saraf umumnya sekunder
dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu factor
tambahan sering kali neuropati kompresif misalnya, perubahan
osteoartikuler disekitar batang saraf tersebut. Terkenanya
serat-serat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya
kepekaan seratserat motorik, gangguan ketangkasan dan akhirnya
atrofi. pengukuran kecepatan konduksi saraf adalah pemeriksaan
terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan gangguan otot,
tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer.2-7
Tes Pemeriksaan Tangan Fungsi Sensorika) Tes untuk rasa raba1.
Ujung kapas digoreskan pada permukaan tubuh pasien2. Rangsangan
dilakukan secara berganti-ganti pada daerah yang normal dan
abnormal, mulailah dari daerah yang paling terganggu dan bergerak
kearah yang normal.3. Pasien diminta untuk menunjukkan kapan mulai
merasakan goresan kapas tersebut.b) Tes untuk rasa nyeri1. Alat
yang dipakai berupa jarum bendul (pentol)2. Rangsangan
berganti-ganti antara ujung yang tajam dan yang tumpul. Mintalah
pasien untuk membedakan bermacam-macam rangsangan tersebut.3.
Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah yang normal pada
daerah konkontralateral.4. Mulailah dari daerah yang paling
terganggu dan bergerak kearah yang normal, kemudian pasien diminta
untuk menunjukkan kapan mulai merasakan ketajaman yang lebih jelas,
yang perlu dicatat adalah perubahan sensasi. Sensasi nyeri ini
paling baik dalam menentukan batas gangguan sensorik dibandingkan
dengan sensasi yang lain.
c) Tes untuk rasa suhuRangsangan panas dilakukan dengan
menempelkan botol yang berisi air panas (40C-45C), sedangkan
rangsangan dingin dengan menempelkan botol yang berisi air dingin
(10C-15C). Dengan mata tertutup pasien diminta membedakan botol
tersebut setelah disentuh dengan bagian tubuhnya khususnya
tangan.2-7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Akibat Getaran Lengan
Tangana) UmurUmur sangat berpengaruh terhadap kesehatan pekerja,
apabila umur pekerja > 29 tahun maka pekerja lebih rentan untuk
terkena gangguan atau keluhan kesehatan akibat dari getaran lengan
tangan. Menurut Penelitian oleh M.A. Farkilla (1982) terdapat 51
orang pekerja yang menggunakan peralatan listrik yang bergetar
selama 2 tahun menunjukkan melemahnya kekuatan pegangan tangan pada
usia 25-34 tahun dan benar-benar menurun pada usia 36-42 tahun.
b) PendidikanPendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir
seseorang. Ketika seseorang mempunyai pendidikan makin tinggi maka
pengetahuan tentang dampak negatif yang ditimbulkan akibat getaran
lengan tangan dan penggunaan alat pelindung diri juga akan lebih
baik. Pendidikan dikategorikan sebagai berikut SD, SMP, SLTA,
Perguruan tinggi.c) Masa kerjaMasa kerja adalah waktu atau lamanya
pekerja telah melakukan pekerjaan tersebut (dalam hitungan tahun)
sehingga dapat mengetahui lamanya paparan bagi pekerja akibat
getaran lengan tangan. Ketika masa kerja lebih lama dalam
menggunakan alat getar maka pekerja lebih rentan untuk terkena
dampak negatif akibat paparan getaran lengan tangan.
d) Lama kerjaLama kerja adalah waktu atau lamanya pekerja
melakukan pekerjaan sehari-hari (< 8 jam atau > 8 jam
perhari) sehingga dapat mengetahui lamanya paparan bagi pekerja
akibat getaran lengan tangan. Menurut T.Matoba (1982) lamanya waktu
pemajanan perhari kerja dapat meningkatkan keparahan gejala yang
diderita pekerja akibat terpapar getaran.
e) MerokokMerokok merupakan salah satu yang dapat menggangu
kesehatan. Apabila pekerja merokok sangat berpengaruh terhadap
pekerjaannya dan berdampak negatif terhadap kesehatan apabila
pekerja termasuk salah satu perokok berat yang sanggup untuk
menghabiskan > 1 bungkus perhari.
f) Penggunaan APD (sarung tangan)Penggunaan APD sangat
berpengaruh terhadap kesehatan pekerja. Apabila pekerja menggunakan
APD (sarung tangan dengan menggunakan busa) merupakan salah satu
cara untuk meminimalisasi resiko PAK (Penyakit Akibat Kerja) yang
dapat dilihat dari keluhan pekerja terhadap getaaran lengan
tangan.2-7
Pengendalian GetaranPengendalian getaran dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Pengendalian secara teknisa. Menggunakan peralatan kerja yang
rendah intensitas getarannya (dilengkapi dengan damping atau
peredam)b. Menambah atau menyisipkan damping diantara tangan dan
alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karetc. Memelihara
atau merawat peralatan dengan baik. Dengan mengganti bagian-bagian
yang aus atau memberikan pelumasand. Meletakkan peralatan dengan
teratur. Alat yang diletakkan diatas meja yang tidak stabil dan
kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnyae. Menggunakan
remote control. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena
dikendalikan dari jauh
2. Pengendalian secara administratifDengan cara mengatur waktu
kerja, misalkan :a. Merotasi pekerjaanApabila terdapat suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB
yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang,
akan tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian CA B C A B C A B Cb.
Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku
3. Pengendalian secara medisMenurut Seokidjo Notoatmodjo
(2005:80) dapat dilakukan empat langkah untu pemulihan gejala
akibat getaran suapa peredaran darah kembali, yaitu :a. Pemanasan
tangan dalam air panasb. Pemijitanc. Meniupkan udara panas
ketangand. Menggerakkan tangan secara berputar
4. Pengendalian alat pelindung diri (APD)Pengurangan paparan
dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah
dilengkapi peredam getar (busa). Efek-efek berbahaya dari paparan
kerja terhadap getaran paling baik dicegah dengan memperbaiki desai
alat-alat yang bergetar tersebut, dan pemakaian sarung tangan
pelindung. Resiko dapat juga dikurangi dengan memperpendek waktu
paparan. Pemeriksaan sebelum penempatan dan pemeriksaan berkala
mempermudah pengenalan dini individu-individu yang terutama rentan
dan membantu mengurangi meluasnya masalah.1PROGNOSISGejala HAVS
biasanya progresif dengan paparan yang berterusan HAV. Akan ada
variasi individu dalam waktu dan tingkat kerusakan. Sejauh mana
gejala mundur pada penghapusan dari paparan getaran tidak diketahui
dengan pasti dan kondisi mungkin tidak dapat diubah. Ada bukti
terbatas untuk menunjukkan bahwa gejala neurologis tidak membaik.
Gejala vaskular mungkin menunjukkan perbaikan setelah mengurangi
atau berhenti paparan getaran pada pasien di bawah sekitar 45 tahun
dan ketika penyakit belum mencapai stadium lanjut yang terkait
dengan kecacatan. Setiap perbaikan, namun, lambat, mengambil
beberapa tahun. Merokok dapat merusak pemulihan pada
individu-individu. Gejala vaskular biasanya tidak menjadi lebih
buruk setelah menghentikan paparan HAV dan pada orang di mana
kerusakan yang timbul ini dapat berhubungan dengan kondisi lain
(misalnya, gangguan kolagen vaskular). Kondisi ini bisa,
bagaimanapun, muncul untuk pertama kalinya sampai satu tahun
setelah paparan terakhir.7
KESIMPULANGetaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau
media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangan yang
disebabkan oleh getaranudara atau getaran mekanis, misalnya mesin
atau alat-alat mekanis lainnya. Pengukuran menggunakan vibration
meter untuk mendapatkan hasil yang akan dibandingkan dengan nilai
ambang batas sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja nomor KEP
No.51/MEN/1999, dinyatakan bahwa nilai ambang batas getaran alat
kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan tangan
tenaga kerja ditetapkan sebesar 4 m/det2. Efek yang ditimbulkan
akibat getaran lengan diantaranya: efek vaskuler, efek neurologik.
Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut
disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak
berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan, seperti: gangguan pada
persyarafan dan sendi. Tes pemeriksaan tangan fungsi sensorik yaitu
dengan cara : tes untuk rasa raba, tes rasa nyeri dan tes untuk
rasa suhu.Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan akibat getaran
lengan tangan yaitu : umur,lama kerja, pendidikan, merokok,
penggunaan APD dan masa kerja. Untuk pengendalian getaran, dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: pengendalian teknis,
kesehatan, administrative dan APD ( alat pelindung diri). APD yang
digunakan untuk pekerja yaitu: sarung tangan, kaca mata hitam,
sepatu tertutup.DAFTAR PUSTAKA
1. Harrington & F.S Gill. Buku Saku Kesehatan Kerja.Edisi 3.
Penerbit EGC Cetakan I. Jakarta. 2005.2. Bernard BP. Hand-Arm
Vibration Syndrome. In: Musculoskeletal Disorder and Workplace
Factors: A critical review of epidemiology evidence for work
related musculoskeletal disorders of the neck, upper extremity, and
low back 5c1-31,US Departmnt of Health and Human Services, National
Institute for Occupatonal Safety and Health Cincinnati 2007.3.
Griffin MJ, Bovenzi M. The Diagnosis of disorders caused by
hand-transmitted vibration: Southhampton Workshop 2000. Int Arch
Occup Environ Health 2002; 75:1-5.4. Menteri Negara Lingkungan
Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996.
Baku Tingkat Getaran.
http://hukum.unsrat.ac.id/lh/menlh_49_1996.pdf . Diakses 19 Oktober
20145. Harada N, Mahbub MH. Diagnosis of vascular injuries in
hand-arm vibration syndrome. Int Arch Occup Environ Health 2008;
81: 507-18. 6. Futatsuka M, Pyykko I, Farkkila M, Korhonen O,
Starck L. Blood Pressure, flow and peripheral resistance off
digital arteries in vibration syndrome. Br J Ind Med 2010; 40:
434-41.7. Sakakibara H. Pathophysiology and pathogenesis of
circulatory, neurological and musculoskeletal disturbances in
hand-arm vibration syndrome. In: Pelmear PL, Wasseman DE, editors.
Hand-arm Vibration. Beverly Farms. Massachusetts (USA): OEM Press;
2004. P.45-72.8. Kristine MK, Stacey W, Claud J, G.Roger M. The
effects of impact vibration on peripheral blood vessels and nerves.
In: Industrial Health 2013. Engineering and Controls Technology
Branch, National Institutes for Occupational Safety and Health,
USA; 2013; 51: 572-80.
25HAND-ARM VIBRATION SYNDROME (HAVS)