Hasil Terapi Shunt Modern Pada Pasien Dengan Hidrosefalus
Idiopatik Tekanan Normal 6 Tahun Pasca Operasi.
Artikel klinisLeonie GLz, M.D., Finn-Hannes RuppeRt, M.D.,
uLLRicH MeieR, M.D., pH.D., anD JoHannes LeMcke, M.D.Departemen
Bedah Saraf, Unfallkrankenhaus Berlin, Germany
Object. Terapi shunt pada pasien dengan hidrosefalus idiopatik
tekanan normal atau idiopathic normal pressure hydrocephalus (iNPH)
dapat memperbaiki gejala hingga 84% pada pasien 1 tahun pasca
operasi. Namun demikian , implantasi dari sebuah shunt
ventrikuloperitoneal (VPS mencegah atau setidaknya memanjangkan
waktu yang mana memingkinkan pasien tidak bergantung pada bantuan
orang lain karena gangguan gait atau demensia.Metode. Penyusun
secara retrospektif mempelajari hasil pada pasien iNPH yang
menjalani operasi pemasangan VPS. Pada follow-up tahunan dari
keseluruhan 6 tahun, gejala klinis dicatat bergantung pada laju
penyembuhan atau NPH rate(NPH-RR) : (skala Kiefer pre operatif {KS}
skor- skor KS pasca operasi )/(skor KS preoperatifx10). Waktu dan
sebab kematian pada periode ini juga turut dianalisa.Hasil.
Diantara 147 pasien yang diterapi dengan iNPH pada jangka waktu
antara 1997 dan 2006, 69 orang diantaranya telah meninggal pada
saat penyusun melakukan survei. 61 pasien mencapai penilaan yang
ke-enam tahun. Usia rata-rata adalah 64 tahun (antara 33-83 tahun)
pada saat implantasi VPS dan 73 tahun (antara 42-91 tahun) pada
saat dilakukannya penelitian ini. Enam tahun setelah implantasi
shunt, rata-rata skor median KS secara signifikan menurun dari skor
preoperative (4.3 vs 8.1 poin). 59% dari 61 pasien menunjukkan
hasil yang sangat baik, 15% cukup memuaskan, dann 26% kurang
memuaskan setelah 6 tahun post operasi. 3 dari 147 pasien yang
menjalani implantasi VPS meninggal akibat penyakit sereberal 4-10
tahun post operatif.Kesimpulan. Implantasi VPS merupakan suatu
prosedur yang aman dan dapat meningkatkan kondisi pada 74% pasien
dengan iNPH pada jangka panjang.
Kata kunci : iNPH . hasil . hasil jangka menengah . shunt .
normal pressure hydrocephalus.
Pasien dengan iNPH datang dengan gangguan gait, inkontinensia
urin dan gangguan kognitif. Kompleks ini , disebut dengan triad
Hakim, dapat juga disertai dengan sakit kepala dan vertigo, namun
pembesaran ventrikel pada pencitraan serebral sangat diwajibkan
untuk penegakan diagnosis. Selama bertahun-tahun gnagguan kognitif
dapat berkembang menjadi demensia. Pasien yang memiliki iNPH
umumnya lebih tua dari 60 tahun, dan di Norwegia diperkirakan ada
5,5 kasus baru didiagnosa per 100.000 orang per tahun. Saat ini,
estimasi jumlah kasus yang iNPH yang belum terdeteksi lebih tinggi
daripada yang diharapkan. Sekitar 9%-14% dari keperawatan rumah
menunjukkan gejala iNPH , dan peningkatan berlanjut pada kasus
kasus yang sudah terprediksi sebelumnya berdasarkan demografi usia
populasi. Tarif ekonomi dari kasus demensia yang komparabel,
seperti Alzheimer , sekitar 43.765 euro per pasien per tahunnya.
Hal ini menunjukkan beban ekonomi yang patut untuk dipertimbangkan,
demikian halnya dengan pasien iNPH.Baru-baru ini , penelitian
SVASONA (Shunt Valves plus Shunt Assistant versus Shunt valves
Alone for controlling over drainage in idiopathic Normal pressure
hydrocephalus in Adults) menunjukkan bahwa komplikasi over-drainase
dapat dihindari dengan menanam katup gravitasional daripada
memasang katup konvensional yang dapat deprogram dengan 3 kali
maintenance untuk mencapai efikasi terapeutik. Oleh karena itu,
katup gravitasional telah terbukti meningkatkan keselamatan pasien
secara signifikan dan harus dipertimbangkan menjadi standar
pelayanan. Setelah melakukan riset MEDLINE , beberapa penyusun
menyimpulkan bahwa 24%-100% pasien dengan iNPH yang diterapi
shunting menunjukkan perbaikan pada masa post-operatif dan
ketergantungan terhadap pelayanan keperawatan menjadi berkurang
hanya 1 tahun setelah terapi. Tujuan dari penelitian retrospektif
ini ialah untuk mengevaluasi hasil jangka menengah dari terapi
shunt modern pada pasien yang diterapi bedah sebelum 2007 pada
bagian bedah saraf kami.
Metode Semua pasien yang diikutkan dalam studi retrospektif ini
memiliki clinical diagnostic pathway yang sudah berstandar. Pasien
dengan gangguan gait, kemungkinan gejala iNPH , dan pembesaran
ventrikel pada pencitraan serebral (Evans Index0,3) dan didiagnosa
melalui uji infus intratekal dan uji ketuk LCS. Pasien dengan iNPH
menunjukkan peningkatan resistensi patologis (Rout > 13
mmHg/[ml/min]) selama tes infusidan peningkatan setidaknya 20%
dalam kecepatan berjalan dan hitung langkah setelah uji ketuk LCS.
Hasil meragukan jika hanya satu tes yang memiliki hasil positif,
drainase lumbar dilakukan selama 72 jam untuk melihat peningkatan
onset lambat pada gait testing. Setelah implantasi VPS , pasien
secara prospektif dijadwalkan untuk menjalani serangkaian
pemeriksaan follow-up pada bulan ke 3,6, dan 12 setelah operasi dan
tahunan selama kurang lebih 6 tahun. Selama pemeriksaan follow-up ,
gejala dinilai menggunakan Kiefer Scale (KS) untuk iNPH, yang
menjelaskan gejala utama gangguan gait, gangguan kognitif,
inkontinensia, sakit kepala dan vertigo dengan memberi poin0-6
tergantung tingkat keparahan gejalanya. Penilaian follow up
mendokumentasikan gejala klinis menggunakan NPH recovery rate
(NPH-RR), menurut Meier et al. : ( skor KS preoperasi skor KS post
operasi) / (skor KS preoperasi x 10). NPH-RR mendefinisikan skor
sangat baik sebagai 7-10 poin. Hasil baik direpresentasikan dengan
5-6 poin, memuaskan dengan setidaknya 2 poin, hasil yang jelek
dinilai dengan kurang dari 2 poin. Sebagai tambahan, tiap pasien
dinilai Indeks Komorbiditasnya (CMI) sekitar 0-23 poin untuk
menilai penyakit penyertanya, yang mana hal ini mempengaruhi
presentasi klinis dan hasil pada tiap pasien dengan iNPH. Selama
masa follow up, tekanan katup diatur sesuai kebutuhan individual
pasien. Untuk pasien meninggal waktu dan sebab kematian ditentukan
dengan mewawancarai keluarganya, dokter serta otoritas terkait.
Evaluasi statistik diperoleh dengan menggunakan Prism untuk Mac OS
X (GraphPad) dan Microsoft Excel for Windows (Microsoft Corp.) .
Sampel yang tidak berpasangan diuji dengan menggunakan tes
Mann-Whitney dan tes Friedman, uji dari 2 kelompok sample
menggunakan tes Kruskal Wallis. Tingkat signifikansi diatur sebesar
p