BAB IVPEMBAHASAN
Hasil temuan survei akan dibahas secara rinci dan berurutan
menurut komponen-komponennya. Data selengkapnya beserta denah
tiap-tiap rumah dan foto dapat dilihat pada kuesioner
terlampir.
4.1 Komponen Bangunan Rumah TinggalKomponen ini terdiri dari
tiga sub komponen, yaitu konsumsi energi, pemanfaatan material
bangunan serta konsumsi dan konservasi air bersih. Masing-masing
sub komponen akan dibahas terpisah secara rinci.4.1.1 Konsumsi
EnergiMencakup sumber energi (energi yang dimaksud disini adalah
listrik dan gas), kuantitas konsumsi energi tiap bulan, pendataan
alat-alat elektronik yang dipakai di tiap rumah serta hal-hal
mengenai konservasi energi, yakni penerapan strategi perancangan
energi alternatif, misalnya energi solar dengan pemakaian panel
surya.a. Listrik Sumber energi listrik Berdasarkan hasil survei,
sumber listrik di rumah semua responden berasal dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dengan pasokan daya nyata sebesar 900 VA tiap
rumah. Kuantitas konsumsi listrik per bulanKetika ditanya mengenai
kuantitas konsumsi listrik per bulan, para responden tidak
menyebutkan besar penggunaan daya aktif (satuan watt), melainkan
kapasitas daya nyata (satuan volt ampere) yang telah terpakai dari
total daya nyata 900 VA yang dipasok oleh PLN. Padahal jumlah
nominal tagihan listrik per bulan ditentukan dari perhitungan besar
penggunaan daya aktif (watt) tiap-tiap rumah dengan alat ukur
kWh-meter (kiloWatt hour-meter). Meskipun demikian, daya nyata (S)
tersebut merupakan penjumlahan dengan metode trigonometri dari daya
aktif (P) dan daya reaktif (Q) dalam segitiga daya listrik.
Sehingga, besar daya aktif dapat dicari dengan persamaan P = V.I
(cos ), dimana V x I = S , sehingga P = S (cos )Hasil
perhitungannya tertera pada tabel berikut : Tabel 4.1 Perhitungan
Daya AktifResponden*(R)Daya nyata (S)Perhitungan(S.cos )Daya aktif
(P)
R1395 VA395 (0.8)316 Watt
R2**820 VA820 (0.8)656 Watt
R3500 VA500 (0.8)400 Watt
R4350 VA350 (0.8)280 Watt
R5450 VA450 (0.8)360 Watt
R6600 VA600 (0.8)480 Watt
R7900 VA900 (0.8)720 Watt
R8500 VA500 (0.8)400 Watt
R9500 VA500 (0.8)400 Watt
R10300 VA300 (0.8)240 Watt
S = daya nyata (volt ampere) P = daya aktif (watt) V = tegangan
(volt); patokan besar tegangan tiap rumah adalah 220 V I = arus
(ampere); batasan arus untuk kapasitas 900 VA adalah 4A cos =
faktor daya listrik ; nilai yang ditetapkan PLN untuk rumah adalah
0.8 *) Nomor urut responden berdasarkan urutan kuesioner terlampir
**) Terhitung untuk 2 (dua) unit rumah
Besar tagihan listrik per bulanBesar tagihan listrik yang
dibayar tiap bulan berbeda-beda, tergantung dengan tingkat konsumsi
daya listrik masing-masing responden dalam jangka waktu tersebut
(lihat Tabel 4.2). Peralatan elektronik yang digunakan Peralatan
elektronik yang digunakan para responden sehari-hari adalah
peralatan rumah tangga pada umumnya, seperti setrika, rice cooker,
dan lain sebagainya (lihat Tabel 4.2).
Kuantitas konsumsi daya listrik, besar tagihan listrik, dan
peralatan elektronik yang digunakan berkaitan erat satu sama lain.
Semakin banyak daya listrik terpakai, semakin bertambah tagihan
listriknya. Demikian sebaliknya, semakin sedikit daya listrik maka
jumlah tagihan listriknya semakin berkurang.
Tabel 4.2 Besar Tagihan dan Konsumsi DayaRespondenKonsumsidaya
(watt)Jenis peralatanelektronik yang dimilikiBesartagihan (Rp)
R1316TV, setrika, rice cooker 68.000
R2656TV, setrika, rice cooker235.000
R3400TV, setrika, rice cooker, kulkas, AC100.000
R4280Setrika, rice cooker 50.000
R5360TV, setrika, rice cooker, kulkas 85.000
R6480TV, setrika, rice cooker, kulkas150.000
R7720TV, setrika, rice cooker, kulkaspompa air,
komputer/laptop306.000
R8400TV, setrika, rice cooker, mesin cuci 90.000
R9400TV, setrika, rice cooker, kulkaskomputer/laptop,mesin
cuci100.000
R10240TV, setrika, rice cooker, kulkas 50.000
Ambang atas
Ambang bawah
Begitu juga halnya dengan peralatan elektronik. Jika peralatan
elektronik yang digunakan semakin banyak, maka kuantitas konsumsi
daya listrik semakin meningkat dan akan berdampak langsung pada
besar tagihan listrik yang harus dibayar kemudian. Berdasarkan
data-data pada tabel di atas, hubungan ketiganya dapat digambarkan
secara sederhana melalui grafik berikut ini.1
Grafik 4.2 Jenis Peralatan Elektronik yang DigunakanDari grafik
di atas terlihat bahwa peralatan elektronik tidak koheren dengan
konsumsi daya dan besar tagihan. Hal ini disebabkan karena ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai peralatan elektronik
ini, yaitu frekuensi pemakaian. Walaupun seorang responden
menggunakan banyak peralatan elektronik di rumah namun bila
peralatan tersebut tidak begitu sering dipakai, maka tingkat
konsumsi daya listriknya rendah sehingga tagihan listriknya tidak
lebih besar dari responden yang hanya menggunakan sedikit peralatan
elektronik namun frekuensi pemakaiannya tinggi (bandingkan
responden keenam dengan responden ketiga atau responden ke sembilan
dan responden keempat dengan responden kesepuluh). Ada juga yang
disebabkan karena kondisi tertentu, seperti kasus responden kedua
dimana beliau mempunyai usaha sampingan mengontrakkan rumah yang
letaknya tepat di belakang rumah beliau. Kedua rumah tersebut hanya
memakai satu meteran saja sehingga tagihan listriknya sanagt besar
padahal peralatan elektronik yang digunakan hanya sedikit.
Pembayaran tagihan tersebut kemudian akan dibagi dua sesuai dengan
kesepakatan kedua pihak yang bersangkutan.
b. Gas Sumber energi gasBerdasarkan hasil survei, sumber gas
yang dipakai para responden sehari-hari berasal dari Perusahaan Gas
Negara (PGN) dalam bentuk gas cair (liquid petroleum gas) yang
dikemas dalam tabung hijau berkapasitas tiga kilogram. Kuantitas
konsumsi gas per bulanTingkat konsumsi gas masing-masing responden
hampir sama, yakni kurang lebih dua tabung gas berkapasitas tiga
kilogram dalam sebulan.
Dari kesepuluh responden, tidak ada seorang pun yang menerapkan
strategi perancangan energi alternatif. Semuanya bergantung pada
supply energi dari perusahaan pemerintah. Dalam kuesioner
ditanyakan pula kepada para responden apakah ada permasalahan
ataupun keluhan mengenai pemakaian sumber energi tersebut. Ada
responden yang mengeluh, ada juga yang tidak. Permasalahan yang
paling jamak dikeluhkan adalah mengenai pemadaman bergilir oleh PLN
yang akhir-akhir ini cukup tinggi frekuensinya. Ada juga yang
mengeluh soal kekurangan arus listrik pada sore hari (magrib)
karena kapasitas daya listrik dari PLN tidak mencukupi kebutuhan
listrik di rumah yang bersangkutan (responden ketujuh).
4.1.2 Pemanfaatan Material Bangunana. Jenis konstruksi
rumahJenis konstruksi rumah para responden beserta persentasenya
menurut hasil survei adalah sebagai berikut: Grafik 4.2 Jenis
konstruksi rumah
b. Jenis material DindingDinding rumah semua responden terbuat
dari batu bata dengan finishing cat tembok biasa, kecuali responden
keempat yang dinding rumahnya terbuat dari papan kayu.
Grafik 4.3 Material dinding rumah
Gambar 4.1 Dinding bata dan dinding papan
Jendela dan pintuHasil survei mengenai bentuk, ukuran, dan
material jendela dan pintu rumah para responden beserta
pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Jendela dan pintuResp.Bentuk dan ukuran jendelaJumlah
jendela dan pintuAsal materialPemeliharaan
R1Jendela kayu dan kaca biasaJendela = 4, Pintu = 4LokalTidak
ada
R2Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 150 cm)Jendela = 5, Pintu
= 5Lokal Tidak ada
R3Jendela kayu dan kaca minimalis (60 cm x 120 cm)Jendela = 6,
Pintu = 6Lokal Dibersihkan 1 x 2 hari
R4Jendela kayu (50 cm x 90 cm)Jendela = 3, Pintu = 2Lokal Tidak
ada
R5Jendela kayu dan kaca minimalis (50 cm x 120 cm)Jendela = 2,
Pintu = 3Lokal Dibersihkan 1 x 7 hari
R6Jendela kayu dan kaca biasaJendela = 5, Pintu = 7Lokal
Dibersihkan 1 x 2 hari
R7Jendela kayu dan kaca minimalis (60 cm x 120 cm)Jendela = 12,
Pintu = 6Lokal Tidak ada
R8Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 170 cm)Jendela = 5, Pintu
= 8Lokal Tidak ada
R9Jendela kaca nako (60 cm x 120 cm)Jendela = 1, Pintu = 5Lokal
Tidak ada
R10Jendela kayu dan kaca biasa (60 cm x 150 cm)Jendela = 1,
Pintu = 4Lokal Tidak ada
Gambar 4.2 Jendela konvensional (nako), jendela minimalis, dan
jendela kayu
LantaiHasil survei mengenai material lantai rumah para responden
beserta pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel
4.4 LantaiRespondenBahan materialAsal materialPemeliharaan
R1KeramikLokalDisapu, dipel 1 x 2 minggu
R2SemenLokal Disapu saja
R3KeramikLokal Disapu, dipel 1 x seminggu
R4SemenLokal Disapu saja
R5SemenLokal Disapu, dipel 1 x seminggu
R6KeramikLokal Disapu, dipel 1 x sebulan
R7KeramikLokal Disapu, dipel
R8KeramikLokal Disapu, dipel 1 x 2 minggu
R9KeramikLokal Disapu, dipel
R10KeramikLokal Disapu, dipel 1 x 2 minggu
AtapHasil survei mengenai material atap rumah para responden
beserta pemeliharaannya dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
Tabel 4.5 AtapRespondenMaterial penutupMaterial rangkaAsal
materialPemeliharaan
R1SengKayuLokalTidak ada
R2SengKayuLokal Tidak ada
R3GentengBaja ringanLokal Tidak ada
R4SengKayuLokal Tidak ada
R5SengKayuLokal Tidak ada
R6SengKayuLokal Tidak ada
R7SengKayuLokal Tidak ada
R8SengKayuLokal Tidak ada
R9SengKayuLokal Tidak ada
R10SengKayuLokal Tidak ada
Gambar 4.3 Atap genteng dan atap seng
Mengenai material bangunan dan pemeliharaannya ini ada beberapa
permasalahan yang dialami oleh beberapa responden, yaitu: Tabel 4.6
Permasalahan mengenai material bangunan dan
pemeliharaannyaRespondenPermasalahan
R4Bila hujan deras, air hujan masuk ke dalam rumah membasahi
lantai. Atap juga bocor.
R7Atap sering kebocoran dan dinding lembab oleh resapan air
karena dinding rumah merapat dengan dinding perumahan yang sedang
dibangun.
R8Halaman belakang dan kamar mandi sering kebanjiran bila
hujan
R10Kamar mandi bocor bila hujan
4.1.2 Konsumsi dan Konservasi Aira. Sumber airSemua sumber air
di rumah responden berasal dari Perusahaan Air Minum (PAM), kecuali
responden ketujuh yang sumber airnya dari sumur bor.b. Upaya
penghematan airUpaya penghematan yang dilakukan para responden
hanya sebatas mematikan keran air bila tidak digunakan atau bila
bak sudah penuh. Tidak ada usaha lain yang lebih spesifik dan
inovatif.c. Upaya konservasi airTidak ada responden yang melakukan
upaya konservasi air, baik dalam bentuk daur ulang air bekas pakai
maupun penerapan teknologi sumber air alternatif (air hujan atau
air tanah).
4.2 Komponen Lingkungan dalam HunianKomponen ini mencakup area
dalam rumah dan pekarangannya, terdiri dari dua sub komponen, yaitu
penerapan standar kebutuhan ruang per jiwa serta penerapan standar
kebutuhan kesehatan dan kenyamanan rumah.4.2.1 Penerapan standar
kebutuhan ruang per jiwaSub komponen ini terkait dengan tipologi
bangunan, luas bangunan, luas lahan, jumlah lantai, jumlah penghuni
rumah, dan ruang-ruang yang terdapat di rumah yang bersangkutan.
Masing-masing poin akan dibahas satu persatu menurut urutan
responden yang mengisi kuesioner (terlampir).a. Tipologi
bangunanDari total sampel sepuluh rumah, terdapat tiga rumah koppel
dan tujuh rumah tunggal. Walaupun sebagian besar merupakan rumah
tunggal, rata- rata bangunan di lingkungan tersebut berdempetan
karena luas lahan tidak memadai sehingga terlihat seperti rumah
koppel.
Gambar 4.4 Rumah koppel dan rumah tunggal
b. Luas bangunan dan luas lahan; lihat Tabel 4.7c. Jumlah lantai
dan jumlah penghuni rumah; lihat Tabel 4.7
Tabel 4.7 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah
penghuni)RespondenLuas bangunanLuas lahanJumlah lantaiJumlah
penghuni
R172 m285,5 m213 orang
R2157,5 m2145 m226 orang
R3193,5 m2193,5 m213 orang
R457,5 m2108 m211 orang
R544 m244 m213 orang
R6161,5 m2209 m215 orang
R7270 m2270 m2210 orang
R8102 m2102 m215 orang
R985,5m285,5 m215 orang
R1080 m290 m215 orang
Dari segi kebutuhan luas per jiwa, masing-masing rumah responden
sudah memenuhi standar kebutuhan luas minimum bangunan untuk rumah
sederhana sehat, yaitu 9m2/orang dengan perhitungan ketinggian
rata-rata langit-langit rumah adalah 2,80 meter. Namun, kebutuhan
minimum luas lahannya masih ada yang belum memenuhi, salah satunya
adalah responden kelima (R5). Standar luas lahan untuk 3-4 jiwa
dalam sebuah rumah minimal 60,00 m2 (efektif = 72-90 m2 ; ideal =
200 m2)d. Ruang-ruang yang terdapat dalam rumahMenurut Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/KPTS/M/2002
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat, kebutuhan
ruang paling mendasar yang sekurang-kurangnya harus disediakan
adalah: Satu ruang tidur yang utuh sesuai dengan fungsi utamanya
dengan ukuran 3,00 m x 3,00 m. Satu ruang serbaguna tempat
melakukan interaksi antara keluarga maupun aktivitas-aktivitas
lainnya dengan ukuran 3,00 m x 3,00 m. Satu kamar mandi/cuci/kakus
sebagai bagian dari ruang servis dengan ukuran 1,20 m x 1,50 m.
Adapun ruang-ruang yang terdapat di rumah masing-masing
responden dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah
penghuni)Jenis ruangR1R2R3R4R5R6R7R8R9R10
Teras111113111
Ruang tamu1111112111
Ruang keluarga1111
Ruang tidur utama1111111111
Ruang tidur anak13127221
Ruang makan111111
KM/WC1121112111
Dapur1111112111
Area cuci/jemur1111
Gudang11
Ruang duduk/santai1
Ruang simpan
sepeda motor11
Memenuhi standar ukuran minimal atau tidak
Berdasarkan hasil survei dapat kita lihat bahwa semua rumah
responden sudah memenuhi standar kebutuhan ruang minimal dari segi
kuantitas (ukuran tiap-tiap ruang dapat dilihat pada denah
terlampir)
4.2.2 Kebutuhan Kesehatan dan KenyamananMenurut standar rumah
sederhana sehat, rumah tinggal yang memenuhi kesehatan dan
kenyamanan dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pencahayaan,
penghawaan, serta suhu dan kelembaban. Dalam kuesioner ditambahkan
lagi beberapa aspek mengenai sanitasi lingkungan dalam hunian,
yaitu kondisi halaman/pekarangan (apakah banyak sampah atau ada
genangan air), kondisi atap (apakah terjaga pemeliharaannya), dan
kebersihan bagian dalam rumah itu sendiri. Berikut ini adalah
rangkuman data mengenai aspek-aspek tersebut pada setiap rumah
responden.
Tabel 4.9 Data bangunan (LB/LT, jumlah lantai dan jumlah
penghuni)PenilaianAspek R1R2R3R4R5R6R7R8R9R10
PencahayaanTKBKKBKTKK
PenghawaanKKKKTBKKTT
Suhu & kelembabanTKBKTBKKKK
Kondisi pekaranganKKBKKKKTKT
Genangan airKKBTBBKTKT
Vegetasi sekitar rumahKKBKTBKTTK
Kondisi atapKKBTBBKKKK
Kebersihan rumahTKBKBKKTBK
Jelas terlihat bahwa kebutuhan kesehatan dan kenyamanan rumah
tinggal para responden dari segi kualitas masih belum memadai,
terutama dari aspek pencahayaan, penghawaan, serta suhu dan
kelembaban. Padahal boleh dikatakan ketiga aspek tersebut adalah
indikator utama untuk menyatakan sebuah rumah tinggal tergolong
sehat dan nyaman atau tidak.
(b)(a)(c)
Gambar 4.5 Kondisi interior rumah seorang responden (a), kondisi
pekarangan rumah seorang responden (b), kondisi rumah-rumah yang
saling berdempetan (c)Penyebab utama masalah ini adalah kondisi
rumah yang saling berdempetan satu sama lain sehingga bukaan tidak
dapat dioptimalkan. Beberapa rumah responden hanya memiliki jendela
di bagian depan rumah, sisi kiri dan kanan berbatatasan langsung
dengan tembok rumah tetanggga. Dengan kondisi ini sangat sulit
diterapkan sistem ventilasi silang yang berakibat pada
ketidaklancaran pergantian udara di dalam rumah. Hal ini berdampak
pula pada pencahayaan dimana cahaya matahari tidak dapat masuk
dengan leluasa ke dalam rumah. Rumah pun menjadi pengap, lembab,
berbau tidak segar dan pada siang hari terpaksa menggunakan
penerangan buatan karena kondisi pencahayaan dalam rumah tidak
memadai. Temperatur dan kelembaban dalam ruangan juga pasti
meningkat (tidak sejuk) dan mendorong penghuni untuk menggunakan AC
atau kipas. Semuanya itu tentu tidak baik untuk kesehatan maupun
kenyamanan penghuni rumah dan juga mengakibatkan pemborosan energi
karena peralatan-peralatan elektronik yang digunakan untuk merespon
kondisi ini semakin menambah konsumsi daya listrik. Lain lagi
permasalahan di pekarangan rumah. Kebersihan dan keindahan kurang
diperhatikan. Tanaman tidak terawat (semrawut) dan terdapat
genangan air. Bahkan di pekarangan rumah salah seorang responden
banyak sampah berserakan. Kondisi fisik rumah juga kurang
terpelihara dengan baik, ada yang atapnya bocor, ada yang
dindingnya merembes, dan lain sebagainya.
4.3 Komponen Lingkungan di sekitar HunianKomponen ini mencakup
lingkungan sekitar di luar area rumah itu sendiri. Terdiri dari
tiga sub komponen, yaitu sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah,
dan kondisi infrastruktur.4.3.1 Sanitasi lingkunganKondisi umum
sanitasi di lingkungan perumahan Jalan Wakaf, Sunggal ini tergolong
tidak baik. Lebar parit sangat sempit dan tersumbat/tidak mengalir
karena banyak sampah. Hal ini mengakibatkan banjir bila hujan deras
dan juga menyebarkan bau tidak sedap.
Gambar 4.6 Kondisi parit yang sempit dan tidak mengalir
4.3.2 Pengelolaan sampahSeyogianya, sampah diangkut oleh petugas
kebersihan dua hari sekali. Namun, terkadang ada masalah pungutan
liar antara warga dan petugas. Warga yang tidak mau membayar,
sampahnya tidak diangkut oleh petugas. Oleh karena itu, warga-warga
yang tidak terlayani terpaksa membuang sendiri sampah ke TPA
terdekat atau dibakar di depan rumah. Asap dan bau yang ditimbulkan
tentu menjadi satu masalah lagi.
Gambar 4.7 Pengelolaan sampah yang kurang baik
4.3.3 Kondisi infrastruktur Pedestrian di sekitar lingkungan
tidak ada Kondisi jalan kurang bagus, berlubang-lubang Lampu jalan
sebagian mati/rusak Hanya beberapa warga yang mempunyai bak sampah
di depan rumah Tidak ada polisi tidur di sepanjang jalan lingkungan
tersebut Vegetasi hanya sedikit dan kurang terawat
Gambar 4.8 Permasalahan infrastruktur
Kurangnya kepedulian masyarakat dan kepala lingkungan dalam
menjaga dan memelihara kebersihan, keindahan, serta keteraturan
lingkungan sekitar membuat lingkungan ini tampak kumuh. Dengan
perubahan pola perilaku, sebenarnya lingkungan ini bisa menjadi
lingkungan yang jauh lebih baik.
4.4 Komponen Aktifitas Sosial4.4.1 Gotong royongSebagian besar
responden ikut bergotong royong dengan warga sekitar untuk
membersihkan area sekitar mesjid seminggu sekali.4.4.1 Interaksi
sosialInteraksi para responden dengan warga sekitar dalam hal
berkomunikasi dan bergaul cukup baik, saling rukun dan akur dengan
tetangga-tetangga. Namun tidak ada responden yang mengikuti
interaksi sosial yang lebih intens, misalnya arisan. Kalaupun ada
aktivitas sosial lainnya hanya terbatas pada aktivitas keagamaan,
misalnya pengajian di mesjid. Itu pun jadwalnya tidak tentu berapa
kali diadakan dalam seminggu atau sebulan.
4.5 Komponen Aktifitas Ekonomi4.5.1 Sumber penghasilan
alternatifBeberapa responden mempunyai sumber penghasilan
alternatif, antara lain: usaha salon/merias pengantin (omset Rp
2.000.000/bulan), usaha kontrakan rumah (omset Rp 7.500.000/tahun),
dan usaha kerajinan menjahit karung goni (omset Rp
1.000.000/bulan).4.5.2 Pengeluaran per bulan
Tabel 4.10 Pengeluaran/bulanResponden
Pengeluaran per bulan (Rp)
R12.900.000
R22.000.000
R32.500.000
R4500.000
R51.400.000
R61.850.000
R74.000.000
R81.200.000
R91.600.000
R101.800.000
4.5.3 Keberlanjutan ekonomiPenghasilan yang didapat para
responden cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (tidak
ada masalah/keluhan)
FOTO RUMAH PARA RESPONDEN
61.
72.
83.
94.
105.