1 HASIL PENELITIAN GAMBARAN PENERAPAN PHBS PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 01 POASIA KOTA KENDARI TAHUN 2016 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari OLEH : KARMINI NIM P00320013015 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN 2016
77
Embed
HASIL PENELITIAN GAMBARAN PENERAPAN PHBS PADA …repository.poltekkes-kdi.ac.id/398/1/KARYA TULIS ILMIA KARMINI.pdfKeperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari ... dan masyarakat lingkungan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
HASIL PENELITIAN
GAMBARAN PENERAPAN PHBS PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI SDN 01 POASIA KOTA KENDARI
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma IIIKeperawatan di Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
KARMINI
NIM P00320013015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
2
3
4
MOTTO
Terkadang orang lupa bahwa menjadi ‘’luar biasa’’ sungguh
mudah,
namun untuk menjadi ‘’biasa” sangat sukar dilakukan,
karena ‘’biasa’’ akan membuat citra diri sendiri
akan mengungkapkan seberapa jauh nurani
memiliki ‘’ilmu pengetahuan’’
untuk menyikap tabir masa depan...
Ilmu adalah suatu jalan dan hikmah yang tak pernahberhenti,
meskipun raga hancur oleh waktu
karena ilmu selalu ada
bagi yang mencarinya….
(Wolfgang von goethe)
Kupersembahkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta
yang senantiasa menjadi mentari dalam gelapnya hari
5
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Karmini
Tempat Tanggal lahir : Tinobu, 30 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Desa Muara Tinobu Konawe Utara
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Lasolo, tamat tahun 2007
2. SMP Negeri 1 Lasolo, tamat tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Lasolo, tamat tahun 2013
4. Poltekes Kemenkes Kendari tamat tahun 2016
6
ABSTRAK
Karmini (P00320013015). “Gambaran penerapan Perilaku Hidup Bersih danSehat Pada Anak Usia Sekolah Di SDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016”.Dibimbing oleh ibu Dali dan ibu Reni Devianti Usman. (ix + 54 Hal + 8 Tabel + 9Lampiran). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upayauntuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu,ingin, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkansekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulanperilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungansekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandirimampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktifdalam mewujudkan lingkungan sehat. Tujuan penelitian untuk memperolehgambaran penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak UsiaSekolah di SDN 1 Poasia Kota Kendari Tahun 2016. Jenis penelitian ini adalahdeskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2016. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh siswa di SDN 01 Poasia Kota Kendari yangberjumlah sebanyak 975 siswa-siswi yang tersebar di 4 kelas dengan jumlahsampel 98 siswa-siswi dengan tehnik stratified random sampling. Hasil penelitianpenerapan PHBS berdasarakan kebiasaan memelihara rambut bersih dan rapikategori baik 58 orang (59,18%), kategori cukup 18 orang (18,37%), kategorikurang 22 orang (22,45%). Kebiasaan memakai pakaian bersih dan rapi kategoribaik 57 orang (58,16%), kategori cukup 27 orang (27,55 %), kategori kurang 14orang (14,29%). Kebiasaan memelihara kuku selalu pendek dan bersih kategoribaik 26 orang (26,53%), kategori cukup 41 orang (41,84%), kategori kurang 31orang (33,63%). Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya kategori baik 22orang (23,45%), kategori cukup 52 orang (53,06%), kategori kurang 24 orang(24,49%). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagian besar penerapanPHBS dengan criteria cukup. Saran bagi setiap siswa-siswi yang berada di SDN01 Poasia diharapkan untuk lebih memiliki motivasi dan inisiatif yang aktif dalammelaksanakan dan menciptakan PHBS agar terhindar dari berbagai macammasalah kesehatan.
Daftar pustaka : 26 (2000-2012)Kata kunci : Penerapan PHBS Anak usia Sekolah
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillahirobbilalamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
hidayah dan inayah-Nya terutama kesabaran dan kelapangan yang selalu
ditanamkan dalam hati, dalam kepribadian penulis, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Gambaran Penerapan PHBS Pada
Anak Usia Sekolah di SDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016”, tepat pada
waktunya dan semoga segala aktifitas keseharian kita bernilai ibadah di sisi-Nya.
Segala upaya untuk menjadikan karya tulis ilmiah ini mendekati sempurna
telah penulis lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan
banyak dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan maupun segi ilmiah. Oleh
sebab itu, dengan kerendahan serta ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dali.,SKM.,M.Kes
selaku pembimbing I dan Reni Devianti U.,M.Kep.,Sp.KMB selaku pembimbing
II, atas segala waktu, kesediaan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan
dan arahan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini terselesaikan. Melalui
kesempatan ini pula secara khusus dan dengan hati yang tulus penulis sampaikan
terima kasih kepada Ayahanda Kamaruddin dan Ibunda Rosmina atas segala doa,
dukungan dan kasih sayang yang tulus demi kesuksesan penulis. Melalui
kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/
aktivitas fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari.
Olahraga teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta
meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak
mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara
bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di
ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan
dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan
membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan
alat/sarana untuk berolahraga.
f. Tidak Merokok di Sekolah
Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di
lingkungan sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan
orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang
diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya:
Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta
pembuluh darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan
kanker) dan CO (menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok
di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah
dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah
diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan
sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi
31
diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan
diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas
asap rokok.
g. Tidak Menggunakan NAPZA
Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan
NAPZA (Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA
membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.
h. Memberantas Jentik Nyamuk
Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang
dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-
tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot
bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah
pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa
menampung air yang ada di sekolah. Memberantas jentik di
lingkungan sekolah dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari
gigitan nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat
mencegah terkena penyakit akibat gigitan nyamuk seperti demam
berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah. Sekolah diharapkan
dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu
minggu sekali.
i. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Anak sekolah, guru, masyarakat sekolah menggunakan WC
dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai
32
pembuangan akhir saat buang air besar dan buang air kecil.
Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air kecil ataupun
buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi
bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari
sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari
datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti:
diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah
diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara
siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai
adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.
j. Menggunakan Air Bersih
Anak sekolah, guru, masyarakat sekolah menggunakan air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah
diharapkan menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur
terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air
ledeng, dan air dalam kemasan dengan sumber air berasal dari sumur
pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari
tempat penampungan kotoran atau limbah atau WC. Air diharapkan
tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap
saat.
k. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun
Anak sekolah, guru, masyarakat sekolah selalu mencuci tangan
sebelum makan, sesudah buang air besar atau sesudah buang air kecil,
33
sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan
memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang
mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang
kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga dapat
membunuh kuman yang ada di tangan. Diharapkan tangan menjadi
bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah terjadinya
penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan,
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.
l. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit dan
juga binatang serangga penyebar penyakit. Oleh sebab itu sampah
harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak mengganggu
atau mengancam kesehatan. Pengelolaan sampah yang baik, bukan
saja untuk kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan
lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
Sampah adalah sisa bahan dari kegiatan yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri, sekolah maupun tempat-tempat
umum lainnya, dan pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan
hidup. Olehnya itu sampah sebaiknya dapat dikelola atau memiliki
tempat pembuangan yang baik seperti tidak mengakibatkan
kontaminasi terhadap sumber air minum, tidak mengakibatkan
pencemaran terhadap permukaan tanah, tidak menyebabkan
34
pencemaran lingkungan, tidak dapat dihinggapi serangga atau tikus
dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit
dan vektor, tidak terbuka atau terkena udara luar serta tidak dapat
dicapai anak-anak serta baunya tidak mengganggu (Notoatmodjo,
2003)
Anak sekolah, guru, masyarakat sekolah membuang sampah ke
tempat sampah yang tersedia. Tempat sampah yang tersedia di sekolah
sebaiknya tempat sampah tertutup, tempat sampah harus selalu
dibersihkan agar sampah tidak berserakan. Diharapkan tersedia tempat
sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik, dan
sampah bahan berbahaya, serta membuang sampah pada tempatnya
sesuai dengan jenis sampah. Sampah selain kotor dan tidak sedap
dipandang juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan
membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat
membantu anak sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari
berbagai kuman penyakit.
m. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah
Anak sekolah, guru, masyarakat sekolah mengkonsumsi
jajanan sehat dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari
rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan
makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga
membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun,
dan proses belajar berjalan dengan baik.
35
Makanan memegang peranan penting dalam proses
pertumbuhan tubuh anak, karena makanan adalah salah satu faktor
yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan seorang anak. Hal ini
dikarenakan proses pertumbuhan seorang anak dipengaruhi oleh
ketahanan makanan (food security). Mengingat pentingnya makanan
bagi pertumbuhan anak, maka konsumsi makanan yang tidak dimasak
secara memadai, konsumsi ikan mentah, serta pendingin yang tidak
memadai saat penyimpanan harus dihindari karena dapat
menyebabkan makanan terkontaminasi oleh berbagai racun yang
berasal dari tanah, udara, manusia dan vector. Makanan yang telah
terkontaminasi oleh berbagai racun tersebut bisa menimbulkan diare.
Anak-anak rentan terkena diare karena anak-anak memiliki
daya tahan tubuh yang masih rendah sehingga sangat mudah terinfeksi
virus. Sebagian besar (sekitar 90%) diare disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Sebagian kecil diare disebabkan, diare dapat disebabkan
infeksi bakteri, parasit, jamur seperti karena keracunan makanan,
alergi, faktor psikologis yaitu stres. Penularannya disebut dengan 3F
yaitu Finger (jari), Food (makanan) dan Fly (lalat). Atau dengan kata
lain diare sangat mudah menyerang anak-anak karena mereka sering
tidak menghiraukan kebersihan makanan yang mereka makan.
Anak- anak terutama anak usia sekolah pada umumnya belum
paham betul akan arti kesehatan bagi tubuhnya. Ketidaktahuan anak-
anak akan arti kesehatan bagi tubuhnya ini berpengaruh terhadap
ketidaktahuan anak-anak terhadap bahan makanan yang mereka
36
nikmati terutama yang berupa jajan. Jajan adalah makanan yang dibeli
dan dikonsumsi dari luar rumah, misalnya jajan di kantin sekolah.
Anak-anak sangat menyukai jajan apalagi ketika mereka
menghabiskan waktu istirahat mereka di sekolah. Biasanya mereka
membeli jajan yang menarik bentuk dan warnanya tanpa
memperhatikan nilai gizi dan kebersihan dari makanan yang mereka
beli.
Jajanan yang tidak sehat dan bersih tersebut dapat
menyebabkan anak-anak terserang diare. Sebab jajanan yang sering
dikonsumsi anak sekolah ini sangat sensitif terhadap pencemaran yang
bersumber dari bahan tambahan pangan seperti pewarna tekstil, zat
pengawet, dan pemanis buatan (menurut hasil penelitian Badan
Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) lebih 90 persen makanan
jajanan sekolah menggunakan pemanis buatan (sakarin/siklamat) dan
pewarna tekstil (Arafah Madjid, 2004). Hal ini juga diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan di Laboratorium Institut Pertanian Bogor,
dari 34 sampel makanan dan 15 sampel minuman yang diteliti,
terhadap 58,8 persen makanan dan 73,3 persen minuman terbukti
mengandung bakteri E. coli dan enterobacter (penyebab diare), zat
pewarna (rhodamin yang biasanya dijumpai pada es sirup warna
warni), zat pengawet, atau pemanis buatan sakarin.
n. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap
bulan agar diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan
37
pengukuran dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi
badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau
tidak normal.
7. Penilaian penerapan PHBS
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah
dirancang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan
oleh pengelola PHBS lintas program dan lintas sektor. Penilaian PHBS
meliputi masukan, proses, dan keluaran kegiatan. Waktu penilaian dapat
dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun, caranya dengan
membandingkan data dasar PHBS, hasil evaluasi selanjutnya menilai
kecenderungan masing-masing indikator apakah mengalami peningkatan
atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan melakukan
pemecahannya kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data hasil
evaluasi PHBS.
Cara melakukan penilaian melalui :
a. Pengkajian ulang tentang PHBS
b. Menganalisis data PHBS
c. Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten / kota
(SP2TP)
d. Observasi, wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah kepada
petugas, kader.
Hasil yang dicapai pada tahap penilaian adalah :
a. Pelaksaan program PHBS sesuai rencana
b. Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
38
c. Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi hambatan
d. Adanya peningkatan program PHBS (Depkes RI, 2007)
Penialaian PHBS dapat dikategorikan berdasarkan kriteria sebagai
berikut :
a. Baik bila jumlah jawaban responden 76 – 100 % dari total skor
b. Cukup bila jumlah jawaban responden 56 – 75 % dari total skor
c. Kurang bila jumlah jawaban responden < 56 % dari total skor.
(Notoatmodjo, 2003).
B. Tinjauan Tentang Anak Usia Sekolah
1. Pengertian Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah adalah anak yang biasanya berusia antara 6 – 12
tahun, anak yang berada pada rentangan usia ini merupakan masa
perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh
potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang
secara optimal (Soetjiningsih, 2002).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Menurut Soetjiningsih (2002), anak usia sekolah adalah anak yang
berusia 6-12 tahun. Secara fisik, memilikipertumbuhan yang berbeda
dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya, diantaranya :
a. Tinggi badan dan berat badan menurut umur
Pertumbuhanfisik cenderung lebih lambat dankonsisten bila
dibandingkandengan masa usia dini. Rata-rata
39
anakusiasekolahmengalamipenambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg
dan penambahan tinggi badan 5-7 cm pertahun.
b. Proporsi dan bentuk tubuh menurut umur
Anak usia sekolah umumnya memiliki proporsi tubuh yang
kurang seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit mulai
berkurang sampai terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5
atau 6.Pada kelas akhir lazimnya proporsi tubuh anak sudah
mendekati seimbang. Berdasarkan tipologi Sheldon (Hurlock 1980)
ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak SD yaitu endomorph
yakni berbentuk gemuk dan berbadan besar, mesomorph yang
kelihatannya kokoh, kuat dan lebih kekar serta ectomorph yang
tampak jangkung, dada pipih, lemak dan seperti tak berotot.
3. Kebiasaan-kebiasaan anak usia sekolah
Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak sekolah sangat
kompleks dan bervariasi. Pada anak usia TK/RA dan SD/MI biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi
yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, serta
membersihkan kuku dan rambut. Pada anak usia SMP/MT dan SMU/MA
(remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan
perilaku beresiko seperti perilaku merokok, penyalahgunaan NAPZA,
kehamilan yang tak diinginkan, abortus yang tidak aman, infeksi menular
seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, stress
dan trauma.
40
Berkaitan dengan hal itu, pelaksanaan UKS untuk anak usia
TK/RA dan SD/MI, memupuk kebiasaan PHBS sedini mungkin dengan
membentuk kebiasaan menggosok gigi dengan benar, mencuci tangan,
serta membersihkan kuku dan rambut.
4. Masalah kesehatan pada anak usia sekolah yang berkaitan dengan penyakit
akibat PHBS
Berbagai permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada anak
usia sekolah sehingga mengganggu kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Kurang asupan buah dan sayur
Banyak orangtua mengeluh anaknya sering menolak mengkonsumsi
buah dan sayur. Hal ini menjadi masalah klasik pada anak-anak, baik
usia sekolah maupun balita, padahal berbagai vitamin, mineral, dan
serat yang dibutuhkan tubuh dapat dipenuhi dengan konsumsi buah
dan sayur sehingga anak sering mengeluh susah buang air besar atau
mengalami sembelit. Untuk mengatasinya, ibu dapat menyajikan buah
dan olahan sayur secara menarik dan kreatif.
b. Kurang istirahat
Anak seringkali melupakan tidur siangnya karena aktivitasnya yang
padat atau terlalu asyik bermain usai sekolah. Di malam hari, tak
jarang anak tidur terlambat karena mengerjakan beberapa tugas atau
malah asyik menonton televisi. Orangtua harus mengarahkan anak
agar mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Jika kurang tidur,
konsentrasi anak bisa berkurang, tidur di kelas, masalah berat badan,
bahkan beresiko penyakit diabetes.
41
c. Jajan sembarangan
Semua anak memang doyan jalan, orangtua memang tidak bisa
memantau secara langsung aktivitas anak di sekolah, termasuk
kebiasaannya jajan sembarangan. Padahal, jajanan yang dikonsumsi
anak seringkali mengandung banyak pengawet, pewarna dan MSG
yang tidak aman untuk kesehatan.
d. Tidak mencuci tangan sebelum makan atau setelah dari toilet
Berbagai penyakit bisa disebabkan karena kurang menjaga kebersihan,
terutama tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet.
Berbagai aktivitas anak bisa membuat tangannya terpapar kuman
seperti bermain di lapangan yang penuh debu, bermain boneka
bersama teman-temannya, bermain dengan binatang peliharaan, dll.
Biasakan anak mencuci tangannya hingga bersih menggunakan sabun
sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.
Akibat / efek / pengaruh dari kebiasaan anak sekolah yang tidak
baik seperti anak sering bermain dengan tanah atau bermain di tempat-
tempat yang kurang bersih dapat menyebabkan anak sakit yang berdampak
pada penurunan kehadiran disekolah dan dapat menyebabkan penurunan
IQ dan motivasi belajar pada anak sehingga anak tidak cerdas, akibat
jangka panjang dimana generasi penerus bangsa tidak produktif sehingga
kemajuan perkembangan di semua sektor menjadi lemah yang berakibat
pada kemiskinan. Kondisi ini akan berulang-ulang dan bergulir pada
generasi selanjutnyayang berakibat terlambatnya pembangunan di
Indonesia. Meskipun tidak meningkat di semua segi tetapi dapat
42
menyebabkan kemiskinan sepanjang jaman sehingga ketergantungan pada
Negara lain yang sudah maju.
43
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran Penelitian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah upaya
untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar
tahu, ingin, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat. Sekolah sehat terwujud jika memperhatikan dan
menerapkan PHBS di sekolah sehingga terbebas dari berbagai penyakit.
Adapun indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan
sekolah yaitu memelihara rambut agar bersih dan rapih, memakai pakaian
bersih dan rapi, memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih, memakai
sepatu bersih dan rapi, berolahraga teratur dan terukur, tidak merokok di
sekolah, tidak menggunakan NAPZA, memberantas jentik nyamuk,
menggunakan jamban yang bersih dan sehat, menggunakan air bersih,
mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun, membuang sampah
ke tempat sampah yang terpilah, mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin
sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Adapun 10 variabel yang tidak di teliti di karenakan keterbatasan
waktu peneliti dalam melalukan penelitian, dan dari 10 variabel ada beberapa
variabel tidak dapat di lihat oleh peneliti.
44
B. Kerangka Konsep Penelitian
Penerapan PHBS :
Keterangan
: Variabel bebas yang diteliti
: Variabel bebas yang tidak diteliti
Tidak merokok di sekolah
Memakai pakaian bersih dan rapi
Memelihara rambut bersih dan rapi
Memelihara kuku selalu pendek danbersih
Membuang sampah pada tempatnya
Mencuci tangan dengan air mengalirdan menggunakan sabun
Menggunakan jamban yang bersihdan sehat
Memakai sepatu Bersih dan Rapi
Berolahraga teratur dan terukur
Tidak menggunakan NAPZA
Menggunakan air bersih
Mengkonsumsi jajanan sehat darikantin sekolah
Memberantas jentik nyamuk
Menimbang berat badan danmengukur tinggi badan setiap bulan
Anak Usia Sekolah
45
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :
1. Variabel bebas(variabel independent) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependent (variabel terikat), yang mana dalam
penelitian ini variabel independent yaitupenerapan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) meliputi memelihara rambut bersih dan rapi, memakai
pakaian bersih dan rapi,memelihara kuku selalu pendek dan bersih,
danmembuang sampah pada tempatnya.
2. Variabel terikat (variabel dependent), variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independent (variabel bebas), yang mana variabel dependent
dalam penelitian ini yaitu anak usia sekolah.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Anak usia sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa dan
siswi yang bersekolah di SDN 01 Poasia Kota Kendari tahun 2016.
2. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah kebiasaan untuk bertindak atau mengaplikasikan pola
hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah yang meliputi : memelihara
rambut bersih dan rapi, memakai pakaian bersih dan rapi, memelihara
kuku selalu pendek dan bersih, dan membuang sampah pada tempatnya.
Kriteria Objektif :
- Baik : Bila responden menjawab benar dengan skore 76–100%
- Cukup : Bila responden menjawab benar dengan skore 56–75%
- Kurang : Bila responden menjawab benar dengan skore <56%
3. Memelihara rambut bersih dan rapi yaitu perilaku siswa dalam memelihara
rambut agar bersih dan rapi yang meliputi mencuci rambut 2 kali / minggu
46
dengan bersih menggunakan shampo, mengeringkan rambut dengan
handuk bersih, menyisir rambut dengan rapi.
Untuk mengetahui penerapan PHBS maka peneliti membuat5 pertanyaan,
bila jawaban responden benar di beri nilai 1 dan bila salah di beri nilai 0.
Kriteria Objektif :
- Baik : Bila responden menjawab benar dengan skore 76–100%
- Cukup : Bila responden menjawab benar dengan skore 56–75%
- Kurang : Bila responden menjawab benar dengan skore <56%
4. Memakai pakaian bersih dan rapiyaitu perilaku siswa mengganti pakaian 2
kali sehari, memakai baju yang telah dicuci bersih dan dirapikan dengan
setrika, pakaian tidak kotor, tidak berbau dan rapi, mencuci baju setelah
dipakai, mengganti pakaian setiap kali basah akibat keringat.
Untuk mengetahui penerapan PHBS maka peneliti membuat5 pertanyaan,
bila jawaban responden benar di beri nilai 1 dan bila salah di beri nilai 0.
Kriteria Objektif :
- Baik : Bila responden menjawab benar dengan skore 76–100%
- Cukup : Bila responden menjawab benar dengan skore 56–75%
- Kurang : Bila responden menjawab benar dengan skore < 56%
5. Memelihara kukuselalu pendek dan bersihyaitu perilaku siswa dalam
memelihara kukuyang meliputi memotong kuku secara teratur 1 kali /
minggu, membersihkan kuku agar tidak hitam atau kotor, menggunting
kuku tidak terlalu pendek, pemeriksaan kuku secara rutin disekolah
seminggu sekali.
Untuk mengetahui penerapan PHBS maka peneliti membuat5 pertanyaan,
bila jawaban responden benar di beri nilai 1 dan bila salah di beri nilai 0.
Kriteria Objektif :
- Baik : Bila responden menjawab benar dengan skore 76–100%
47
- Cukup : Bila responden menjawab benar dengan skore 56–75%
- Kurang : Bila responden menjawab benar dengan skore <56%
6. Membuang sampah pada tempatnya yaitu perilaku siswa dalam membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia di lingkungan sekolah
:tersediatempat pembuangan sampahyang terpisah organik dan anorganik,
membuang sampah sesuai jenis sampahnya, serta tersedianya tempat
sampah yang tertutup, tempat sampah selalu dibersihkan agar sampah
tidak berserakan.
Untuk mengetahui penerapan PHBS maka peneliti membuat5 pertanyaan,
bila jawaban responden benar di beri nilai 1 dan bila salah di beri nilai 0.
Kriteria Objektif :
- Baik : Bila responden menjawab benar dengan skore 76–100%
- Cukup : Bila responden menjawab benar dengan skore 56–75%
- Kurang : Bila responden menjawab benar dengan skore <56%
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey deskriptif yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif, dalam hal ini
untuk memperoleh gambaran penerapan PHBS pada anak usia sekolah di SDN
01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SDN 01 Poasia Kota Kendari pada
tanggal 14 maret sampai dengan 18 Juni 2016.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti
(Notoatmodjo Soekidjo, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
siswa-siswi di SDN 01 Poasia Kota Kendari yang berjumlah sebanyak 975
siswa yang tersebar di 4 kelas yaitu,Kelas 2 = 256 siswa, kelas 3 = 244
siswa, kelas 4 = 237 siswa, kelas 5 = 238 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari subyek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian
siswa di SDN 01 Poasia Kota Kendari.
49
a. Besaran sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu diambil sebesar 10% dari
jumlah populasi atau 10/100 x975 = 97,5 dibulatkan 98 siswa. Menurut
Arikunto (2010), apabila populasi < 100 maka sampel dapat diambil 50-
100% dan apabila jumlah > 100 maka sampel dapat diambil 10-30%.
b. Cara pengambilan sampel
Penentuan sampel ditentukan dengan stratified random sampling
yaitu pengambilan sampel yang digunakan secara acak berdasarkan
tingkat kelas sehingga diperoleh jumlah sampel yang dibutuhkan.
Adapun jumlah sampel tiap kelas yaitu :
1) Kelas 2 = 256 x 10 %=26 siswa
2) Kelas 3 = 244 x 10 %=24 siswa
3) Kelas 4 = 237 x 10 %=24 siswa
4) Kelas 5 = 238 x 10 %=24 siswa
Jadi, total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 98 siswa.
c. KriteriaSampel
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu
1) Kriteria Inklusi
Sampel merupakan siswa SDN 01 Poasia, bersedia menjadi
responden, dapat membaca dan menulis.
2) Kriteria Eksklusi
a) Bukan siswa SDN 01 Poasia, tidak bersedia menjadi
responden,belum dapat membaca dan menulis (kelas 1)
b) serta siswa yang telah selesai mengikuti ujian nasional
(kelas 6).
50
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelilitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar kuesioner untuk mengetahui gambaran PHBS pada anak usia sekolah.
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui pengisian lembar kuesioner yang meliputi data tentang
kebiasaan memakai pakaian bersih dan rapi, kebiasaan mencuci
tangan, kebiasaan membuang sampah dan kebiasaan memelihara kuku.
b. Data sekunder adalah data yang diambil dari jumlah murid SD dan
gambaran umum tentang SDN 01 Poasia.
2. Cara pengumpulan data
Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan
lembar kuesioner. Sebelum ambil data peneliti mengajukan permohonan
menjadi responden (lampiran 1) untuk menjelaskan tujuan penelitian,
responden yang setuju selanjutnya menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden (lampiran 2) kemudian data diambil menggunakan
kuesioner (lampiran 3).
F. Pengolahan Data dan Analisa Data
Data yang sudah diolah dengan tahap :
1. Pengolahan Data
a. Coding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari hasil
kuesioner menurut jenisnya.
51
b. Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi
kesalahan baik dalam penempatan maupun penjumlahan dan
pengisian.
c. Scoring yaitu memberikan skor pada setiap hasil jawaban kuesioner
dari responden.
d. Tabulating yaitu menyusun data – data kedalam tabel sesuai dengan
kategorinya untuk selanjutnya dianalisis.
2. Analisa Data
Data yang telah diolah selanjutnya di analisis dengan statistik deskriptif
untuk mengetahui besarnya persentase dari tiap – tiap variabel yang diteliti
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
fx = x k%
n (Arikunto, 2010)
Keterangan :
x : Persentase dari variabel yang diteliti
f : Frekuensi kategori variabel yang diteliti
n : Jumlah sampel penelitian
k : Konstanta (100%)
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian
dinarasikan.
H. Etika Penelitian
1. Informed Concent ( lembar persetujuan menjadi responden)
52
Lembar persetujuan ini diberikan pada subjek yang akan diteliti. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan riset dilakukan serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika pasien
bersedia untuk diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan
tersebut. Selanjutnya jika pasien menolak untuk diteliti maka peneliti tidak
akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anomity (tanpa nama)
Untuk menjaga keharmonisan responden. Peneliti tidak mencantumkan
namanya pada Lembar Pengumpulan Data, cukup dengan memberi inisial
nama pada masing-masing lembar tersebut.
3. Contideltiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden diamankan oleh peneliti. Hanya data-
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset
(Nursalam, 2003).
53
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri 01 Poasia merupakan sekolah dasar yang
terletak di Jln. Bunggasi No. 19 Kelurahan Andunohu Kecamatan Poasia
Kota Kendari, letaknya sangat strategis mudah dijangkaun dengan
kendaraan umum dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Bunggasi
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Ex Gersa Mata
c. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan penduduk
d. Sebelah barat berbatasan dengan gedung
Sekolah Dasar Negeri 01 Poasia berdiri diatas tanah seluas
7.313 m2, luas bangunan 1396 m2 jumlah gedung 12 gedung, jumlah
ruangan 31 ruamgan, dan jumlah kelas 18.
Adapun guru tetap (PNS dan CPNS) 41 orang, guru tidak tetap
(Honor) 15 orang, Staf Tata usaha 4 orang, penjaga sekolah 2 orang jadi
jumlah keseluruhan 62 orang.
54
2. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini yaitu :
a. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur RespondenDi SDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
No Umur f %
1.2.3.
6 – 7 tahun8 – 9 tahun
10 – 11 tahun
264329
26,5343,8729,60
Jumlah 98 100
Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan umur, sebagian besar umur 8-9 tahun yaitu
43 orang (43,87%) dan sebagian kecil umur 6-7 tahun yaitu
26 orang (26,53%).
b. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis KelaminResponden Di SDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun2016
No Jenis Kelamin f %
1.2.
Laki-LakiPerempuan
4949
50,0050,00
Jumlah 98 100
Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin perempuan yaitu 49 orang (50%) dan
laki-laki yaitu 49 orang (50%).
55
c. Kelas
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas RespondenDi SDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
No Kelas f %
1.2.3.4.
2345
26242424
26,5324,4924,4924,49
Jumlah 98 100
Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.3 menunjukkan karakteristik responden
berdasarkan kelas, diperoleh kelas 2, 3, 4, dan 5 masing-masing
sebanyak 24 orang (24,49%).
2. Variabel Penelitian
a. Kebiasaan Memelihara Rambut Bersih dan Rapi
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Penerapan Perilaku Hidup BersihDan Sehat Berdasarkan Kebiasaan Memelihara RambutBersih Dan Rapi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN 01Poasia Kota Kendari Tahun 2016
NoKebiasaan Memelihara
Rambut Bersih dan Rapi f %
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
58
18
22
59,18
18,37
22,45
Jumlah 98 100Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.4 menunjukkan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat berdasarkan kebiasaan memelihara rambut pada anak usia
sekolah, diperoleh sebagian besar kriteria baik yaitu 58 orang (59,18%),
sebagian kecil adalah kriteria cukup yaitu 18 orang (18,37%).
56
b. Kebiasaan Memakai Pakaian Bersih dan Rapi
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Penerapan Perilaku Hidup BersihDan Sehat Berdasarkan Kebiasaan Memakai PakaianBersih dan Rapi Pada Anak Usia Sekolah Di SDN 01Poasia Kota Kendari Tahun 2016
NoKebiasaan Memakai
Pakaian Bersih dan Rapi f %
123
BaikCukupKurang
572714
58,1627,5514,29
Jumlah 98 100Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.5 menunjukkan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat berdasarkan kebiasaan memelihara pakaian bersih dan rapi
pada anak usia sekolah, diperoleh sebagian besar kriteria baik yaitu 57
orang (58,16%) dan sebagian kecil kriteria kurang yaitu 14 orang
(14,29%).
c. Kebiasaan Memelihara Kuku Selalu Pendek dan Bersih
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Penerapan Perilaku Hidup BersihDan Sehat Berdasarkan Kebiasaan Memelihara KukuSelalu Pendek dan Bersih Pada Anak Usia Sekolah DiSDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
NoKebiasaan Memelihara Kuku
Selalu Pendek dan Bersih f %
123
BaikCukupKurang
264131
26,5341,8431,63
Jumlah 98 100Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.6 menunjukkan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat berdasarkan kebiasaan memelihara kuku selalu pendek dan
bersih pada anak usia sekolah, diperoleh sebagian besar kriteria cukup
yaitu 41 orang (41,84%) dan sebagian kecil adalah kriteria baik yaitu
26 orang (26,53%).
57
d. Kebiasaan Membuang Sampah Pada Tempatnya
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Penerapan Perilaku Hidup BersihDan Sehat Berdasarkan kebiasaan Membuang SampahPada Tempatnya Pada Anak Usia Sekolah Di SDN 01Poasia Kota Kendari Tahun 2016
NoKebiasaan Membuang
Sampah Pada Tempatnya f %
1
2
3
Baik
Cukup
Kurang
22
52
24
22,45
53,06
24,49
Jumlah 98 100Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.7 menunjukkan penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat berdasarkan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya
pada anak usia sekolah, diperoleh sebagian besar kriteria cukup yaitu 52
orang (53,06%), dan sebagian kecil kriteria baik yaitu 22 orang
(22,45%).
e. Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Gambaran Penerapan PerilakuHidup Bersih Dan Sehat Pada Anak Usia Sekolah DiSDN 01 Poasia Kota Kendari Tahun 2016
NoPerilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) f %
123
BaikCukupKurang
185426
18,3755,1026,53
Jumlah 98 100Sumber : Data Primer, Juni 2016
Pada tabel 5.8 menunjukkan gambaran perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak usia sekolah, diperoleh sebagian besar kriteria cukup
yaitu 54 orang (55,10%), dan sebagian kecil kriteria baik yaitu 18
orang (18,37%).
58
B. Pembahasan
1. Kebiasaan Memelihara Rambut Bersih dan Rapi
Hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak usia sekolah berdasarkan kebiasaan memelihara rambut
bersih dan rapi, sebagian besar kriteria baik yaitu 58 orang (59,18%),
sebagian kecil adalah kriteria cukup yaitu 18 orang (18,37%) dan kriteria
kurang 22 orang (22,45). Hal ini dikarenakan hasil yang dilakukan oleh
peneliti diperoleh keterangan dari siswa tersebut bahwa mereka
memelihara rambut minimal 3 hari sekali, mereka selalu mencuci rambut
bila sudah terlihat kotor menggunakan sampo serta rambut dipotong bila
sudah terlihat panjang. Perilaku ini mereka lakukan selain karena adanya
kontrol atau perhatian orang tua juga tidak berketombe, segar, da anak
dapat berkosentrasi pada saat belajar
Frekuensi terendah cukup yaitu 18 orang (18,37) tidak memelihara
rambut bersih dan rapi. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan
pemahaman anak tersebut tentang pentingnya memelihara rambut yang
bersih dan rapi, sebab berdasarkan hasil observasi nampak rambut anak
tersebut kurang bersih dan tidak rapi serta acak-acakan akibat bermain
ditempat yang berdebu.
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat
rapih. Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau,
dan tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat
dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu
sekali. Mencuci rambut adalah suatu tindakan untuk membersihkan rambut
59
dan kulit kepala dari kotoran dan lemak dengan menggunakan sampo dan
air. Tujuannya yaitu untuk membersihkan kulit kepala dan rambut,
mencegah terjadinya ketombe dan memberikan kesegaran serta
kenyamanan. Depkes RI (2010).
Mencuci rambut minimal dilakukan 2 kali seminggu
menggunakan shampo untuk mengurangi kuman dan minyak pada rambut.
Bila menggunakan shampo diupayakan yang tidak menimbulkan alergi
pada kulit kepala. Setelah mencuci rambut, mengeringkan rambut dengan
handuk yang bersih lalu menyisir rambut agar rapi dan tidak kusut.
Rambut harus cepat dikeringkan agar tidak masuk angin atau kedinginan.
Dampak jika tidak mencuci rambut secara teratur yaitu terdapat kutu atau
dikenal dengan istilah tinea kapitis, ketombe yang dapat menyebabkan
iritasi pada kulit kepala, menimbulkan bau, rambut rontok. Sama halnya
dengan kulit, rambut terkadang kehilangan lemak pada saat keramas
sehingga sehabis keramas perlu diberikan hair conditioner. Depkes RI
(2010).
2. Kebiasaan Memakai Pakaian Bersih dan Rapi
Hasil penelitian menunjukkan gambaran perilaku hidup bersih dan
sehat pada anak usia sekolah berdasarkan kebiasaan memakai pakaian
bersih dan rapi, diperoleh sebagian besar kriteria baik yaitu 57 orang
(58,16%) dan sebagian kecil kriteria kurang yaitu 14 orang (14,29%) dan
kriteria cukup 27 orang (27,55). Hal ini dikarenakan hasil yang dilakukan
oleh peneliti diperoleh keterangan dari siswa tersebut bahwa mereka selalu
mengganti pakaian sekolah minimal 2 hari sekali, mereka selalu
60
mengganti pakaian sekolah bila sudah terlihat kotor, menggunakan
pakaian sekolah yang telah disetrika, serta memiliki seragam sekolah lebih
dari 2 pasang. Perilaku ini mereka lakukan selain karena adanya kontrol
atau perhatian orang tua juga karena adanya tata tertib dan aturan
kedisiplinan yang ditetapkan oleh pihak institusi SDN 01 Poasia.
Sedangkan sebagian kecil responden atau 14 orang (14,29%)
memiliki kriteria kurang dalam kebiasaan memakai pakaian bersih dan
rapi. Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran dan pemahaman anak
tersebut tentang pentingnya menggunakan pakaian yang bersih dan rapi,
sebab berdasarkan hasil observasi nampak pakaian anak tersebut kurang
bersih dan tidak rapi.
Menurut Depkes RI (2009), memakai baju yang tidak ada
kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih dan rapi
diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan
disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter