HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Proses produksi susu pasteurisasi di unit pengolahan susu D-Farm Agriprima meliputi penerimaan dan pengujian kualitas susu segar, penambahan sirup flavor, pasteurisasi, pendinginan, pelabelan dan penyimpanan. Penerimaan dan Pengujian Kualitas Susu Segar Pengujian kualitas terhadap susu dilakukan dengan uji alkohol 70%. Sebelum dilakukan uji alkohol, susu dihomogenisasi dengan menggunakan pengaduk stainless steel yang telah disterilisasi menggunakan air panas. Pengujian alkohol dilakukan dengan tujuan untuk melihat kondisi susu yang masih baik. Danasaputra (2004) menyatakan bahwa pengujian alkohol dilakukan untuk menentukan kualitas susu segar dan layak tidaknya susu untuk diproses. Teori tentang pengujian ini yaitu bahwa bakteri yang ada di dalam susu akan mampu merubah komposisi susu sampai pada tahap penggumpalan bila diberi alkohol. Pengujian selanjutnya yaitu pengujian komposisi susu. Sampel sebanyak 100 ml diambil untuk dilakukan pengujian komposisi susu dengan menggunakan alat milkotester di laboratorium susu bagian Teknologi Hasil Ternak. Hasil analisis yang diperoleh dari penggunaan alat milkotester yaitu data berupa nilai berat jenis, kadar lemak, Solid Non Fat (SNF), protein, laktosa, titik beku, solid dan kadar air. Penambahan Sirup Flavor Penambahan sirup flavor hanya dilakukan untuk proses produksi susu pasteurisasi dengan penambahan cita rasa. Bahan yang digunakan untuk membuat sirup flavor yaitu air mineral, gula/sukrosa dan dan flavor berupa essence. Sirup flavor dibuat dengan memanaskan air yang ditambahkan dengan gula dan flavor. Sirup tersebut ditambahkan pada susu yang sudah berada pada batch dan siap dipasteurisasi. Volume sirup flavor yang ditambahkan tergantung pada volume susu segar yang akan dipasteurisasi. Penambahan sirup flavor yaitu hingga kemanisan susu mencapai 14-15 o Brix. Apabila kemanisan kurang maka ditambahkan lagi sirup flavor hingga mencapai kemanisan tersebut.
33
Embed
HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Penerimaan dan … · 2015-09-02 · meliputi penerimaan dan pengujian kualitas susu segar, penambahan sirup ... segar dan layak tidaknya susu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Produksi
Proses produksi susu pasteurisasi di unit pengolahan susu D-Farm Agriprima
meliputi penerimaan dan pengujian kualitas susu segar, penambahan sirup flavor,
pasteurisasi, pendinginan, pelabelan dan penyimpanan.
Penerimaan dan Pengujian Kualitas Susu Segar
Pengujian kualitas terhadap susu dilakukan dengan uji alkohol 70%. Sebelum
dilakukan uji alkohol, susu dihomogenisasi dengan menggunakan pengaduk stainless
steel yang telah disterilisasi menggunakan air panas. Pengujian alkohol dilakukan
dengan tujuan untuk melihat kondisi susu yang masih baik. Danasaputra (2004)
menyatakan bahwa pengujian alkohol dilakukan untuk menentukan kualitas susu
segar dan layak tidaknya susu untuk diproses. Teori tentang pengujian ini yaitu
bahwa bakteri yang ada di dalam susu akan mampu merubah komposisi susu sampai
pada tahap penggumpalan bila diberi alkohol.
Pengujian selanjutnya yaitu pengujian komposisi susu. Sampel sebanyak 100
ml diambil untuk dilakukan pengujian komposisi susu dengan menggunakan alat
milkotester di laboratorium susu bagian Teknologi Hasil Ternak. Hasil analisis yang
diperoleh dari penggunaan alat milkotester yaitu data berupa nilai berat jenis, kadar
lemak, Solid Non Fat (SNF), protein, laktosa, titik beku, solid dan kadar air.
Penambahan Sirup Flavor
Penambahan sirup flavor hanya dilakukan untuk proses produksi susu
pasteurisasi dengan penambahan cita rasa. Bahan yang digunakan untuk membuat
sirup flavor yaitu air mineral, gula/sukrosa dan dan flavor berupa essence. Sirup
flavor dibuat dengan memanaskan air yang ditambahkan dengan gula dan flavor.
Sirup tersebut ditambahkan pada susu yang sudah berada pada batch dan siap
dipasteurisasi. Volume sirup flavor yang ditambahkan tergantung pada volume susu
segar yang akan dipasteurisasi. Penambahan sirup flavor yaitu hingga kemanisan
susu mencapai 14-15o Brix. Apabila kemanisan kurang maka ditambahkan lagi sirup
flavor hingga mencapai kemanisan tersebut.
Pasteurisasi
Susu yang telah diukur volumenya dimasukkan ke dalam batch pasteurizer
untuk dipasteurisasi. PT D-Farm memiliki tiga mesin batch pasteurizer dengan
kapasitas 500 liter, 40 liter dan 20 liter. Sebelum proses pasteurisasi berlangsung,
mesin pasteurisasi harus dalam keadaan bersih dan dilakukan pemanasan mesin
dengan menggunakan air hingga mencapai suhu 90ºC (pemanasan awal). Setelah air
mencapai suhu tersebut, mesin dimatikan dan air diturunkan. Susu kemudian
dimasukkan ke dalam batch pasteurizer, dicatat suhu awalnya dan mulai dilakukan
proses pasteurisasi hingga mencapai suhu 70 – 75oC selama 30 menit. Susu
pasteurisasi dengan penambahan cita rasa ditambahkan sirup flavor sesuai yang
dibutuhkan sebelum dilakukannya proses pasteurisasi. Setelah mencapai suhu
tersebut, susu yang telah melalui proses diturunkan untuk selanjutnya dilakukan
pendinginan. Pencatatan suhu dan waktu selalu dilakukan pada log book selama
proses pasteurisasi. Buckle et al. (2007) menyatakan bahwa kesesuaian waktu dan
suhu pasteurisasi harus dilakukan secara tepat. Apabila proses pasteurisasi
dilaksanakan secara tepat maka dapat menghancurkan semua organisme patogen.
Pencegahan timbulnya bakteri yang masih dapat hidup dalam susu yang sudah
dipasteurisasi dapat dilakukan dengan pendinginan secara cepat setelah dipanaskan.
Gambar 3. Batch Pasteurizer Kapasitas (a) 20 Liter, (b) 40 Liter dan (c) 500 Liter
Pendinginan
Susu yang telah dipasteurisasi kemudian diturunkan dan ditampung di milk
can atau toples tahan panas yang telah disterilisasi dengan menggunakan air panas.
Pendinginan dilakukan dengan cara perendaman milk can atau toples pada wadah
yang dialiri dengan air. Pendinginan dilakukan hingga suhu susu mencapai maksimal
50ºC.
c b a
Pengemasan
Susu pasteurisasi dikemas pada cup aseptis berwarna putih dengan volume
120 ml. Filling dilakukan secara manual dengan menggunakan gelas ukur yang telah
disterilkan dengan air panas. Cup yang telah diisi kemudian disusun pada mesin
pengemas untuk dilakukan penutupan cup dengan menggunakan penutup metalizing.
Setelah selesai dikemas kemudian produk disimpan sementara pada freezer.
Gambar 4. Mesin Pengemas
Pelabelan
Pelabelan dilakukan dengan menempelkan label berupa sticker pada
permukaan penutup setelah pengemasan produk. Label dibuat sesuai dengan ukuran
penutup dengan kombinasi warna yang berbeda untuk setiap rasa. Label tersebut
menyajikan informasi yang terdiri dari merk dagang, volume kemasan, tanggal
kadaluarsa, petunjuk penyimpanan, komposisi, No MD, nama unit pengolahan,
alamat unit pengolahan dan cara penggunaan.
Penyimpanan
Produk susu pasteurisasi disimpan pada freezer dengan suhu sekitar -4oC.
Setiap produk yang masuk selalu dihitung dan dicatat jumlah dan variasi rasanya
pada log book yang telah disediakan. Pengeluaran produk dilakukan secara sistem
First in First Out (FIFO) yaitu produk yang pertama masuk merupakan produk yang
pertama dikeluarkan pula. Setelah itu produk didistribusikan ke kantor pemasaran
dan disimpan di outlet penjualan yang ditempatkan pada show case dengan
pengaturan suhu 4ºC. Produk memiliki umur simpan hingga ± 1 bulan dari proses
produksi, namun biasanya dalam waktu kurang dari dua minggu produk telah habis
terjual. Winaro dan Ivone (2007) menyatakan bahwa untuk memperpanjang daya
simpannya, susu yang telah dipasteurisasi harus segera didinginkan dan disimpan di
suhu dingin 10oC dan pada suhu yang lebih rendah akan lebih baik, karena pada suhu
tersebut mikroba pembusuk tidak lagi mampu tumbuh dan berkembang biak.
Gambar 5. Freezer Penyimpanan Produk
Pengujian Bahan Baku Utama dan Produk Akhir
Bahan Baku Utama (Susu Segar)
Perolehan produk susu pasteruisasi yang memiliki kualitas baik salah satunya
dapat ditinjau dari keamanan bahan baku utama berupa susu segar. Pengujian bahan
baku dapat dilakukan untuk mengetahui mutu dari susu segar yang akan digunakan.
Pengujian bahan baku utama mengacu pada SNI susu segar No. 01-3141-1998.
Pengujian yang dilakukan terhadap susu segar yaitu pengujian alkohol, berat jenis,
kadar lemak, bahan kering tanpa lemak (BKTL), kadar protein, derajat keasaman,
cemaran mikroba (TPC, Salmonella dan E.coli) dan cemaran logam sepert timbal
(Pb) dan seng (Zn). Pengujian sampel susu segar yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan susu pasteruisasi di D-Farm Agriprima dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian Sampel Susu Segar
No. Parameter Hasil
1. Warna, bau, rasa Normal
2. Berat jenis (pada suhu 27,5o C minimal) 1,030 g/cm
3
3. Kadar lemak 3,32%
4. Kadar protein 3,51%
5. Derajat keasaman 8,19%
6. Uji alkohol (70%) Negatif
7. Cemaran mikroba maksimal
Total kuman
Salmonella
1x103,38
CFU/ml
Negatif
E. coli (patogen) Negatif
8. Cemaran logam berbahaya maksimal
Timbal (Pb)
Seng (Zn)
<0,048 ppm
4,18 ppm
Hasil pengujian organoleptik untuk susu segar yaitu memiliki warna, bau dan
rasa yang normal. Buckle et a.l (2007) menyatakan bahwa warna air susu berkisar
dari putih kebiruan hingga kuning keemasan. Warna putih dari susu merupakan hasil
dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel koloidal dari casein dan
calsium phosphat. Warna kuning berasal dari kandungan lemak dan karoten yang
dapat larut. Air susu terasa sedikit manis, yang disebabkan oleh laktosa, sedangkan
rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya.
Hasil pengujian susu segar untuk uji alkohol rata-rata bernilai negatif. Hal
tersebut sesuai dengan standar susu segar SNI-01-3141-1998, dimana pengujian
alkohol (70%) harus negatif. Danasaputra (2004) menyatakan bahwa pengujian
alkohol merupakan salah satupengujian susu untuk menentukan keadaan susu apakah
dalam kondisi baik atau tidak. Keadaan air susu dikatakan baik apabila hasil uji
negatif. Apabila hasilnya positif maka air susu tersebut sudah asam atau rusak
sehingga tidak dapat diperdagangkan.
Hasil pengujian susu segar untuk berat jenis rata-rata yaitu sebesar 1,030
g/cm3.
Nilai berat jenis susu segar menurut SNI No. 01-3141-1998 yaitu sebesar
1,028 g/cm3. Berdasarkan acuan tersebut dapat dikatakan bahwa berat jenis bahan
baku susu segar berada di atas nilai minimum standar yang ditetapkan. Rahman et al.
(1992) menyatakan bahwa berat jenis susu dipengaruhi oleh zat-zat padatan yang
terkandung di dalam susu seperti lemak, protein, laktosa dan mineral. Semakin tinggi
partikel tersebut maka berat jenis susu akan semakin tinggi.
Hasil pengujian susu segar untuk kadar lemak rata-rata yaitu sebesar 3,32%.
Nilai kadar lemak minimal menurut SNI No. 01-3141-1998 yaitu sebesar 3%.
Berdasarkan hasil pengujian kadar lemak diketahui bahwa kadar lemak susu segar
berada di atas nilai minimum yang dipersyaratkan. Kadar lemak dalam susu sangat
penting. Kadar lemak susu secara ekonomis dapat digunakan untuk menentukan
harga air susu. Kandungan lemak menggambarkan kebutuhan energi setiap ternak.
Lemak merupakan salah satu komponen utama pada susu dan merupakan komponen
paling beraneka ragam. Kadar lemak susu berfluktuasi dan banyak dipengaruhi oleh
jenis pakan, bangsa, produksi susu, tingkat laktasi, kualitas dan kuantitas makanan.
Kadar lemak yang cukup tinggi pada pakan akan berpengaruh terhadap kadar lemak
susu yang dihasilkan. Komposisi lemak susu akan semakin menurun karena
pemberian konsentrat. Pemberian pakan hijauan yang lebih sering pada sapi perah
yang sedang berproduksi susu akan berakibat pada meningkatnya konsumsi pakan,
produksi susu dan kadar lemak susu (Siregar, 1997).
Hasil pengujian susu segar untuk kadar protein rata-rata yaitu sebesar 3,51%.
Nilai kadar protein minimal menurut SNI No. 01-3141-1998 yaitu sebesar 32,7 %.
Berdasar hasil pengujian kadar protein diketahui bahwa kadar protein susu segar
berada di atas nilai minimum yang dipersyaratkan pada SNI. Protein susu terdiri atas
dua kelompok protein, yaitu kasein (sekitar 80%) dan whey (20%). Sudono (1999)
menyatakan bahwa protein susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan
konsumsi.
Hasil pengujian untuk derajat keasaman rata-rata yaitu memiliki nilai
pengujian sebesar 8,19oSH. Nilai derajat keasaman menurut SNI No. 01-3141-1998
yaitu sebesar 6-7oSH. Berdasarkan hasil pengujian, nilai derajat keasaman susu segar
berada diatas nilai standar. Danasaputra (2004) menyatakan bahwa tujuan penetapan
derajat asam yaitu untuk mengukur derajat keasaman susu (titrable acidity) dan
dinyatakan dalam jumlah asam laktat dalam susu. Derajat asam susu menunjukkan
dua hal, pertama keasaman yang memang ada dalam susu, kedua keasaman yang
disebabkan oleh susu yang terkontaminasi bakteri.
Mikroba yang diuji pada susu segar yaitu TPC, Salmonella dan E. coli.
Berdasarkan SNI No. 01-3141-1998 nilai maksimal TPC pada susu segar yaitu 1 x
106 CFU/ml sedangkan Salmonella dan E. coli harus bernilai negatif. Hasil pengujian
bahan baku susu segar memiliki nilai TPC yaitu 1x103,38
CFU/ml serta Salmonella
dan E. coli yaitu bernilai negatif. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat dikatakan
bahwa susu berada dalam kondisi baik karena telah memenuhi persyaratan cemaran
mikroba berdasarkan SNI No. 01-3141-1998. Buckle et al. (2007) mengemukakan
bahwa cemaran mikroba pada susu dapat terjadi sejak proses pemerahan, dari
berbagai sumber seperti sapi, alat pemerahan dan tempat penyimpanannya yang
kurang bersih, tanah, air, debu, udara, serangga dan penanganan manusia. E. coli
dan Salmonella merupakan jenis gram negatif. Mikroba tersebut dapat menyebabkan
penyakit dan perkembangannya dalam susu dapat menurunkan kualitas serta
mempengaruhi keamanan produk bila dikonsumsi oleh manusia. Oleh karena itu
keberadaan bakteri tersebut dalam susu perlu diperhatikan.
Pengujian cemaran logam pada susu segar yaitu berupa Timbal (Pb) dan Seng
(Zn). Nilai maksimal cemaran logam berdasarkan SNI No. 01-3141-1998 untuk
timbal (Pb) yaitu 0,3 ppm dan untuk seng (Zn) 0,5 ppm. Berdasarkan hasil pengujian
kandungan timbal (Pb) kurang dari 0,048 ppm dan seng (Zn) 4,18 ppm. Nilai
kandungan logam untuk timbal (Pb) sesuai dengan standar namun seng (Zn) berada
ditas nilas standar. Oskarsson et al. (1992) menyatakan bahwa Pb dalam kandungan
susu sangat kecil. Kandungan Pb biasanya terdeteksi lebih tinggi pada hati, ginjal
dan daging daripada susu. Kandungan logam Pb tersebut dapat berasal dari pakan
atau air minum yang tercemar Pb, dan di dalam organ hati dan ginjal Pb akan
terakumulasi. Kandungan seng (Zn) dapat masuk ke dalam tubuh sapi, kemudian
masuk melalui saluran pencernaan di dalam tubuh dan sebagian diekskresikan
melalui air susu.
Produk Akhir
Sebelum diedarkan ke pasaran perlu dilakukan pengujian terhadap produk.
Pengujian susu pasteurisasi yang dilakukan oleh unit pengolahan D-Farm mengacu
pada SNI No. 01-3951-1995. Salah satu sampel yang diuji yaitu susu pasteurisasi
dengan perisa vanilla. Pengujian yang dilakukan yaitu bau, rasa, warna, kadar lemak,
bahan kering tanpa lemak, kadar protein, cemaran mikroba ( TPC dan Coliform) dan
logam berbahaya (arsen (As), timbal (Pb), tembaga (Cu) dan seng (Zn)). Hasil dari
pengujian produk susu pasteruisasi yang diproduksi oleh unit pengolahan D-Farm
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Susu Pasteurisasi dengan Penambahan Perisa Vanilla
No. Karakteristik Hasil
1. Bau, rasa dan warna Khas/normal
2. Kadar lemak (%) 2,39
3. Kadar padatan tanpa lemak (%) 13,8
4. Kadar protein (%) 2,78
5. TPC (Total Plate Count) <10
6. Coliform presumptive (MPN/ml) <3
7. Logam berbahaya : As (ppm) maksimal
Pb (ppm) maksimal
Cu (ppm) maksimal
Zn (ppm) maksimal
<0,003
<0,055
0,04
1,75
Hasil organoleptik untuk susu pasteuriasasi dengan penambahan cita rasa
memiliki bau, rasa dan warna yang normal. Nilai kadar lemak, protein dan bahan
kering tanpa lemak (BKTL) untuk susu pasteurisasi dengan penambahan perisa
menurut SNI No. 01-3951-1995 berturut-turut yaitu sebesar 1,5%, 2,5% dan 7,5%.
Hasil pengujian produk akhir susu pasteurisasi rasa vanilla memiliki kadar lemak,
protein dan BKTL berturut-turut yaitu sebesar 2,39%, 2,78% dan 13,8%. Hasil
pengujian untuk kadar lemak, protein dan BKTL pada produk akhir berada di atas
standar nilai minimal dan apabila dibandingkan dengan kualitas susu segar memiliki
nilai yang tidak begitu jauh berbeda. Buckle et al. (2007) mengemukakan bahwa
proses pasteurisasi mengurangi seminimal mungkin kehilangan zat gizinya dan
mempertahankan semaksimal mungkin rupa dan cita rasa susu segar.
Mikroba yang diuji pada produk akhir yaitu berupa TPC dan Coliform.
Standar nilai maksimum TPC berdasarkan SNI No. 01-3951-1995 untuk susu
pasteurisasi dengan penambahan perisa yaitu 3 x 104
(CFU/ml) sedangkan Coliform
10 (MPN/ml). Hasil pengujian produk akhir untuk nilail TPC yaitu kurang dari 10
sedangkan Coliform kurang dari 3. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui
bahwa TPC dan Coliform pada produk akhir telah memenuhi kriteria yang
dipersyaratkan. Gustiani (2009) menyatakan bahwa peoses pasteurisai dapat
menekan jumlah mikroba pada susu segar, namun susu yang telah melalui proses
pemanasan masih memungkinkan terjadinya kontaminasi silang dari peralatan dan
air pencuci. Bakteri Coliform digunakan sebagai indikator sanitasi penanganan susu.
Apabila Coliform mengkontaminasi susu dalam jumlah yang relatif besar maka dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi manusia apabila dikonsumsi.
Pengujian cemaran logam pada produk akhir berupa berupa arsen (As),
timbal (Pb), tembaga (Cu) dan seng (Zn). Nilai maksimal cemaran logam
berdasarkan SNI No. 01-3951-1995 untuk arsen (As) dan timbal (Pb) yaitu 1 ppm
sedangkan tembaga (Cu) dan seng (Zn) berturut-turut yaitu 2 ppm dan 5 ppm.
Berdasarkan hasil pengujian nilai arsen (As) kurang dari 0,003 ppm, timbal (Pb)
kurang dari 0,055 ppm, tembaga (Cu) 0,04 ppm dan seng (Zn) 1,75 ppm.
Berdasarkan hasil tersebut tersebut nilai kandungan logam pada produk akhir susu
pasteurisasi sesuai dengan yang dipersyaratkan SNI No. 01-3951-1998. Cemaran
logam pada susu pasteurisasi dapat berasal dari bahan baku berupa susu segar yang
memang telah tercemar logam. Seperti yang dikemukakan Oskarsson et al. (1992)
menyatakan bahwa kandungan logam pada susu segar yang terdeteksi dapat berasal
dari pakan atau air minum yang tercemar logam. Kandungan logam tersebut dapat
masuk ke dalam tubuh sapi, kemudian masuk melalui saluran pencernaan di dalam
tubuh dan sebagian diekskresikan melalui air susu. Namun biasanya kandungan
logam tersebut lebih banyak terakumulasi pada bagian organ atau jaringan lain.
Peningkatan cemaran logam pada proses pasteurisasi dapat terjadi melalui tahapan
proses pengolahan misalnya kontak langsung susu dengan permukaan alat yang
mengandung logam atau mengalami pengikisan logam berat.
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Mutu
Mutu Bahan Baku Utama (Susu Segar)
Mutu bahan baku utama dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di dalam
penanganannya. Susu segar yang aman dapat diperoleh dari suatu peternakan yang
menerapkan tata cara beternak yang baik dan benar yang mengacu pada Good
Farming Practices (GFP). Penerapan tata cara beternak yang baik dan benar dapat
dikaji pada kedua peternakan yang mensuplai susu ke unit pengolahan D-Farm
Agriprima. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Fishbone Diagram
(diagram sebab akibat) untuk mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi
mutu susu segar. Beberapa faktor yang dianilisis dikategorikan ke dalam empat
faktor utama yaitu bahan, metode, sumber daya manusia, dan lingkungan. Fishbone
Diagram (diagram sebab akibat) untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi mutu susu segar dapat dilihat pada Gambar 16.
Bahan
1) Sapi. Sapi yang berada di peternakan Eco Farm dan KWI yaitu bangsa Frisian
Holland (FH). Sapi yang diperah dan dipasarkan susunya merupakan sapi yang
berada dalam kondisi sehat dan bersih. Namun ada kalanya sapi tersebut diperah
dalam kondisi yang kurang bersih dengan kotoran disekitar tubuhnya sehingga
dapat memungkinkan terjadinya cemaran pada susu yang diperoleh.
2) Pakan. Pakan yang digunakan di Eco Farm yaitu hijauan, konsentrat dan ampas
tahu. Hijauan yang diberikan yaitu rumput lapang dan rumput gajah. Hijauan
tersebut merupakan hijauan yang berasal dari kebun rumput milik peternakan
sendiri yang tidak menggunakan pupuk berbahaya serta tanpa penyemprotan
insektisida, sehingga aman untuk dikonsumsi ternak. Konsentrat dan ampas tahu
yang dibeli dikemas dalam karung tanpa terdapat label yang menunjukkan merk
dagang ataupun komposisi pakan. Konsentrat dan ampas tahu disimpan di
gudang penyimpanan dalam kondisi kering, sedangkan hijauan disimpan di area
kandang. Ampas tahu yang telah digunakan ada kalanya disimpan di area
kandang, sehingga memungkinkan tumbuhnya jamur dan adanya kontaminasi
yang berasal dari kandang. Penyimpanan sampel pakan diperlukan bagi suatu
peternakan. Hal tersebut bertujuan untuk pengujian sampel bahan pakan apabila
teridentifikasi adanya residu pada susu, namun hal tersebut belum dilaksanakan
oleh pihak Eco Farm.
Pemberian pakan di Eco Farm dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB
dan sore hari sekitar pukul 15.00 WIB setelah pemerahan. Sebelum pakan
diberikan, tempat pakan dan minum dibersihkan dari sisa-sisa pakan
sebelumnya. Konsentrat di berikan lebih awal dari pada hijauan, sedangkan
untuk air minum diberikan ad libitum sepanjang hari. Hijauan yang diberikan
yaitu sebanyak 35-40 kg/ekor/hari, sedangkan pemberian konsentrat sebanyak 5
kg dicampur dengan ampas tahu sbanyak 2 kg untuk masing-masing sapi laktasi.
Pencampuran dilakukan harus secara merata, namun pada saat di lapangan ada
kalanya pencampuran konsentrat dan ampas tahu tersebut kurang merata.
Pakan yang digunakan di KWI yaitu hijauan dan konsentrat. Hijauan yang
diberikan yaitu rumput lapang dan rumput gajah yang berasal dari kebun rumput
milik peternakan sendiri tanpa menggunakan pupuk berbahaya. Konsentrat yang
Gambar 6. Penyimpanan Pakan di Eco Farm (a) Hijauan dan (b) Konsentrat
b a
digunakan dibedakan menjadi dua jenis dengan merk dagang Lakto Feed A
untuk pedet dan Lakto Feed B untuk sapi laktasi. Label dari kemasan
menunjukan informasi berupa berat bersih, produsen dan kandungan nutrisi
pakan. Kandungan nutrisi pada Lakto Feed A terdiri dari protein kasar sebesar