3 HASIL DAN PEMBAHASAN Patologi Anatomi Pengamatan struktur tubuh kerang hijau setelah dipisahkan dari cangkangnya, secara makroskopis tidak menunjukan adanya kelainan patologi anatomi untuk setiap kelompok ukuran, tetapi terlihat adanya perbedaan warna pada kelompok M dan L yaitu krem dan jingga, sedangkan pada kelompok S menunjukan warna krem yang seragam. Perbedaan warna tersebut menunjukan perbedaan kelamin pada kerang. Gonad kerang jantan berwarna putih (krem) dan gonad kerang betina berwarna merah hingga jingga (Yap dalam Al-Barwani 2013). Sehingga diketahui sampel berjenis kelamin jantan sebanyak 15 sampel dan kelamin betina 6 sampel. Gambar 1 Gambaran patologi anatomi kerang hijau pada kelompok L, M dan S setelah dipisahkan dari cangkangnya. Histopatologi Insang Pengamatan histopatologi kerang hijau pada penelitian ini insang disusun oleh struktur yang berlapis-lapis yang saling berhubungan membentuk filamen yang terdiri atas epitel silindris sebaris bersilia pada zona frontal dan epitel pipih selapis pada zona intermediet (Gambar 2). Perubahan patologi organ insang berupa infiltrasi hemosit teridentifikasi pada semua sampel. Selain infiltrasi hemosit juga ditemukan adanya proliferasi sel goblet sebanyak 6/7 pada kelompok S dan semua sampel pada kelompok M dan L. Infiltrasi hemosit pada insang menunjukan adanya peradangan insang yang dinamakan brankhitis (Siahaan 2013). Lesio brankhitis sering disertai hilangnya silia dan endapan pigmen coklat (pigmentasi) sebanyak 2/7 pada kelompok S dan 5/7 pada kelompok M dan L. Lesio patologi infiltrasi sel radang, proliferasi sel goblet dan pigmentasi ditunjukan pada Gambar 3 dan 4.
16
Embed
HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · nutrisi dan eksresi, ... Kerusakan pada insang menyebabkan gangguan ... Gambar 10 Lambung kerang hijau (n= S7). Silia (A), epitel silindris
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Patologi Anatomi
Pengamatan struktur tubuh kerang hijau setelah dipisahkan dari
cangkangnya, secara makroskopis tidak menunjukan adanya kelainan patologi
anatomi untuk setiap kelompok ukuran, tetapi terlihat adanya perbedaan warna
pada kelompok M dan L yaitu krem dan jingga, sedangkan pada kelompok S
menunjukan warna krem yang seragam. Perbedaan warna tersebut menunjukan
perbedaan kelamin pada kerang. Gonad kerang jantan berwarna putih (krem) dan
gonad kerang betina berwarna merah hingga jingga (Yap dalam Al-Barwani
2013). Sehingga diketahui sampel berjenis kelamin jantan sebanyak 15 sampel
dan kelamin betina 6 sampel.
Gambar 1 Gambaran patologi anatomi kerang hijau pada kelompok L, M dan S
setelah dipisahkan dari cangkangnya.
Histopatologi
Insang
Pengamatan histopatologi kerang hijau pada penelitian ini insang disusun
oleh struktur yang berlapis-lapis yang saling berhubungan membentuk filamen
yang terdiri atas epitel silindris sebaris bersilia pada zona frontal dan epitel pipih
selapis pada zona intermediet (Gambar 2). Perubahan patologi organ insang
berupa infiltrasi hemosit teridentifikasi pada semua sampel. Selain infiltrasi
hemosit juga ditemukan adanya proliferasi sel goblet sebanyak 6/7 pada kelompok
S dan semua sampel pada kelompok M dan L. Infiltrasi hemosit pada insang
menunjukan adanya peradangan insang yang dinamakan brankhitis (Siahaan
2013). Lesio brankhitis sering disertai hilangnya silia dan endapan pigmen coklat
(pigmentasi) sebanyak 2/7 pada kelompok S dan 5/7 pada kelompok M dan L.
Lesio patologi infiltrasi sel radang, proliferasi sel goblet dan pigmentasi
ditunjukan pada Gambar 3 dan 4.
4
Gambar 2 Insang kerang hijau normal (n=L5), zona frontal (A), sel goblet
(B), zona intermediet (C) dan inter filament junction (D).
Pewarnaan HE skala 70 μm.
Gambar 3 Brankhitis disertai endapan pigmen pada epitel insang kerang
hijau (n=M2). Hemosit granulosit (A) dan endapan pigmen (B).
Pewarnaan HE skala 35 μm.
Migrasi sel hemosit dalam jumlah besar dari hemolimfe ke epitel insang
menunjukan adanya kerusakan yang mengakibatkan peradangan pada insang
(brankhitis). Brankhitis yang ditunjukan pada Gambar 3 ditandai dengan
hilangnya silia dan pelebaran lumen insang yang diinfiltrasi oleh hemosit, yang
didominasi oleh hemosit granulosit, serta adanya endapan pigmen coklat
(pigmentasi) pada epitel insang. Hemosit granulosit merupakan sel darah putih
5
yang berperan dalam sistem imun seluler pada kerang yang berada dalam
hemolimfe (Bhargavan 2008; Delahaut 2012). Bhargavan (2008), menyatakan
hemosit tidak terbatas pada sistem hemolimfe tetapi dapat bergerak bebas keluar
dari sinus ke jaringan ikat sekitar mantel, rongga usus dan lumen. Sel ini berperan
penting dalam proses fisiologis seperti pertukaran gas, osmoregulasi, transportasi
nutrisi dan eksresi, perbaikan jaringan dan pertahanan tubuh. Peranan dalam
perbaikan tubuh dengan cara migrasi dalam jumlah besar ke daerah yang rusak
dan memasuki luka sementara epitel beregenerasi.
Gambar 4 Insang kerang hijau (n= S7). hiperplasia sel goblet (A). Pewarnaan
HE skala 70 μm.
Proliferasi sel goblet pada insang merupakan respon pertahanan lokal
terhadap polutan. David dan Fontanetti (2005), menyatakan peningkatan sekresi
lendir sebagai mekanisme awal untuk mengeliminasi polutan seperti logam berat,
dengan cara menangkap dan menyelimuti logam berat sebelum merusak jaringan.
Hal ini sejalan dengan laporan pencemaran di Teluk Santos, Brazil kerang pada
lokasi B yang memiliki kandungan logam Hg 0,70 μg/l dan Pb 15,00 μg/l
menunjukan peningkatan produksi lendir, tetapi pada lokasi C meskipun memiliki
kandungan pencemar yang tinggi (Hg 0,66 μg/l dan Pb 219,66 μg/l), tidak
menunjukan peningkatan produksi lender (CETESB dalam David dan Fontanetti
2005).
Kerang sampel M2 yang ditunjukan pada Gambar 3, daerah frontal pada
beberapa bagian menunjukan tidak ada silia. Silia pada filamen insang berfungsi
mengantarkan makanan dan oksigen yang terlarut dalam air (Gosling 2003).
Kerusakan pada insang menyebabkan gangguan transportasi dan penyerapan
nutrisi, sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan kerang. Kerusakan pada
insang yang ditandai dengan lesio patologi lepasnya silia pada epitel insang yang
disertai peningkatan sel goblet, infiltrasi hemosit dan hipertrofi-hiperplasia sel
epitel insang dapat diinduksi oleh logam berat merkuri dan tembaga pada
konsentrasi sub letal (Bhargavan 2008).
6
Perubahan patologi lain yang ditemukan pada insang yaitu adanya infeksi
protozoa yang ditemukan disemua kelompok. Pada kelompok S dan M 3/7 dan
5/7 pada kelompok L. Protozoa tersebut berbentuk lonjong seperti kacang
berwarna basofilik dan diselaputi oleh lapisan tipis membentuk kapsula (Gambar
5).
Gambar 5 Protozoa pada lumen insang kerang hijau (n= L6). Hemosit (A),
fagosit (B), sporozoit (C), ookista (D), dan sel goblet (E).
Pewarnaan HE skala 35 μm.
Protozoa yang ditemukan pada kerang hijau yang ditunjukan Gambar 5
diduga adalah Nematopsis. Morfologi protozoa tersebut menyerupai protozoa
yang menginfeksi kerang-kerangan di perairan Chonbury Thailand yang
dilaporkan oleh Tuntiwarunuruk et al. (2004) dan diidentifkiasi sebagai
Nematopsis spp. yang ditemukan dalam lumen insang kerang hijau, berupa
ookista yang terisolasi dalam vakuola parasitiforus dari fagosit sel inang. Setiap
fagosit terdiri atas 1-7 ookista dan dikelilingi oleh membran. Padovan et al.
(2003) melaporkan, satu fagosit mengandung 15-19 ookista pada kerang Mytella
falcata, lebih sering 3-5 ookista.
Ookista mengandung sporozoit tunggal (Monozoic) dan ada beberapa
ookista terlihat kosong, serta sporozoit tidak berkapsul. Ookista monozoic
(sporocysts) bersifat resisten dalam tubuh inang (Padovan et al. 2003).
Ultrastruktur ookista Nematopsis terdiri atas sporozoit yang dilapisi dinding tebal
dan mikrofibril yang melapisi dinding ookista (Padovan et al. 2003; Abdel-Baki et
al. 2012). Struktur ketebalan dinding Nematopsis yang memungkinkan sifat
resisten ookista Nematopsis dalam tubuh kerang.
Kehadiran sejumlah sel fagosit dalam lumen insang, menunjukan
peningkatan sel goblet dan adanya hemosit, serta hilangnya silia. Namun tidak
mengakibatkan perubahan yang signifikan pada struktur insang. Meskipun
demikian dapat mengakibatkan obstruksi aliran air antara inhalan dan ekshalan,
sehingga menyebabkan penurunan efesiensi penyaringan dan asupan makanan
(Tuntiwaranuruk et al. 2004).
7
Gambar 6 Nematopsis spp. dalam jaringan penghubung organ digesti kerang