BAB IHASIL DESKRIPSI
1.1 Preparat M. 12.9Perbesaran : 4xTekstur:Granularitas:
equigranularKristalisasi: HolokristalinFabrik: HypidiomorfTekstur
Khusus:Komposisi Mineral: Ortopiroksen, memiliki cirri-ciri
gelapannya yang sejajar Klinopiroksen, memiliki cirri-ciri
gelapannya miring sebesar 52o ( Augit ) Olivin, memiliki cirri-ciri
pecahannya yang banyak
Medan Pandang 1
Ortopiroksen KlinopiroksenOlivinGambar 1.1.a Kenampakan Medan
Pandang 1
MineralKelimpahan(%)
Ortopiroksen30
Klinopiroksen20
Olivin50
Medan Pandang 2
OrtopiroksenOlivineKlinopiroksenGambar 1.1.b Kenampakan Medan
Pandang 2
MineralKelimpahan(%)
Ortopiroksen20
Klinopiroksen15
Olivin65
Medan Pandang 3
OrtopiroksenOlivineKlinopiroksenGambar 1.1.c Kenampakan Medan
Pandang 3
MineralKelimpahan(%)
Ortopiroksen25
Klinopiroksen15
Olivin60
Petrogenesa: Berdasarkan teksturnya yang memiliki keseragaman
ukuran mineral yang relative sama dan memiliki bidang batas yang
relative jelas maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan dengan ini
terbentuk jauh di dalam bumi dengan pembekuan magma yang relative
lambat sehingga dapat menghasilkan mineral dengan bentuk yang
relative sempurna dan ukuran yang relative besar. Dari komposisinya
yang didominasi oleh olivine dan piroksen dapat diinterpretasikan
bahwa magma asalnya bersifat basa.Nama Batuan: Iherzolite ( IUGS ,
1973 )
1.2 Preparat M. 12.39Perbesaran : 4xTekstur:Granularitas:
inequigranularKristalisasi: HolokristalinFabrik: HypidiomorfTekstur
Khusus:Komposisi Mineral: Plagioklas, memiliki cirri-ciri kembaran
albit 20o Ortoklas, memiliki cirri-ciri kembaran carslbat Piroksen,
memiliki belahan 2 arah dan gelapan yang miring (Klinopiroksen)
Kuarsa, memiliki cirri-ciri gelapan bergelombang
Medan Pandang 1
KuarsaPlagioklasOrtoklasPiroksen Gambar 1.2.a Kenampakan Medan
Pandang 1
MineralKelimpahan(%)
Piroksen20
Kuarsa20
Ortopiroksen30
Klinopiroksen30
Medan Pandang 2
PiroksenOrtoklas Plagioklas Kuarsa Gambar 1.2.b Kenampakan Medan
Pandang 2
MineralKelimpahan(%)
Piroksen15
Kuarsa15
Plagioklas 40
Ortoklas 30
Medan Pandang 3
PlagioklasKuarsaOrtoklasPiroksenGambar 1.2.c Kenampakan Medan
Pandang 3
MineralKelimpahan(%)
Piroksen15
Kuarsa25
Plagioklas 30
Ortoklas 30
Petrogenesa: Berdasarkan teksturnya yang memiliki keseragaman
ukuran mineral yang relative tidak sama besar dan memiliki bidang
batas yang relative kurang jelas maka dapat diinterpretasikan bahwa
batuan dengan ini terbentuk di dalam bumi dengan pembekuan magma
yang relative cepat sehingga dapat menghasilkan mineral dengan
bentuk yang relative tidak seragam dan ukuran yang relative tidak
sempurna. Dari komposisinya yang didominasi oleh plagioklas dan
ortoklas dapat diinterpretasikan bahwa magma asalnya bersifat
asam.Nama Batuan: Granite ( IUGS , 1973 )
1.3 Preparat G-15Perbesaran : 4xTekstur:Granularitas:
inequigranularKristalisasi: HolokristalinFabrik: HypidiomorfTekstur
Khusus:Komposisi Mineral: Plagioklas, memiliki cirri-ciri kembaran
albit 38o Klinopiroksen, memiliki gelapan miring, belahan searah
Ortopiroksen, memiliki cirri-ciri gelapan sejajar, belahan searah
Hornblend, memiliki cirri-ciri reliefnya yang tinggi dan
pleokroisme kuat
Medan Pandang 1
KlinopiroksenHornblend PlagioklasOrtopiroksenGambar 1.3.a
Kenampakan Medan Pandang 1
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas 40
Klinopiroksen20
Ortopiroksen25
Hornblend5
Medan Pandang 2
KlinopiroksenOrtopiroksen Hornblend nPlagioklas Gambar 1.3.b
Kenampakan Medan Pandang 2
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas 60
Klinopiroksen20
Ortopiroksen10
Hornblend10
Medan Pandang 3
ortopiroksenHornblendPlagioklasKlinopiroksenGambar 1.3.c
Kenampakan Medan Pandang 3
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas50
Klonopiroksen20
Ortopiroksen25
Hornblend5
Petrogenesa: Berdasarkan teksturnya yang memiliki keseragaman
ukuran mineral yang relative tidak sama besar dan memiliki bidang
batas yang relative kurang jelas maka dapat diinterpretasikan bahwa
batuan dengan ini terbentuk jauh di dalam bumi dengan pembekuan
magma yang relative lambat sehingga dapat menghasilkan mineral
dengan bentuk yang relative sempurna dan ukuran yang relative
besar. Sedangkan, mineral-mineral yang sifatnya afanit merupakan
hasil pembentukan mineral yang kurang sempurna akibat perubahan
suhu yang mengikutinya. Dari komposisinya yang didominasi oleh
plagioklas dan piroksen dapat diinterpretasikan bahwa magma asalnya
bersifat basa.Nama Batuan: Gabronorite ( IUGS , 1973 )
1.4 Preparat M 02Perbesaran : 4xTekstur:Granularitas:
inequigranularKristalisasi: HolokristalinFabrik: HypidiomorfTekstur
Khusus:Komposisi Mineral: Olivin, memiliki cirri-ciri pecahannya
yang banyak Piroksen, memiliki cirri-ciri belahan 1 arah atau 2
arah dengan gelapan miring (klinopiroksen) dan sejajar (
ortopiroksen ) Plagioklas, memiliki cirri-ciri kembaran albit 45o
Medan Pandang 1
OlivineOlivinPlagioklas Gambar 1.4.a Kenampakan Medan Pandang
1
MineralKelimpahan(%)
Piroksen35
Plagioklas55
Olivin10
Medan Pandang 2
olivinePlagioklasPiroksenGambar 1.4.b Kenampakan Medan Pandang
2
MineralKelimpahan(%)
Piroksen30
Plagioklas55
Olivin15
PiroksenMedan Pandang 3
olivinePlagioklasGambar 1.4.c Kenampakan Medan Pandang 3
MineralKelimpahan(%)
Piroksen25
Plagioklas5
Olivin106
Petrogenesa: Berdasarkan teksturnya yang memiliki keseragaman
ukuran mineral yang relative sama dan memiliki bidang batas yang
relative jelas maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan dengan ini
terbentuk jauh di dalam bumi dengan pembekuan magma yang relative
lambat sehingga dapat menghasilkan mineral dengan bentuk yang
relative sempurna dan ukuran yang relative besar. Dari komposisinya
yang didominasi oleh Piroksen dan plagioklas dapat
diinterpretasikan bahwa magma asalnya bersifat basa.Nama Batuan:
Olivin Grabonorite ( IUGS , 1973 )
1.5 Preparat M 04Perbesaran : 4xTekstur:Granularitas:
inequigranularKristalisasi: HolokristalinFabrik: HypidiomorfTekstur
Khusus: SubofitikKomposisi Mineral: Plagioklas, memiliki cirri-ciri
kembaran albit 48o Olivin, memiliki cirri-ciri pecahnnya yang
banyak Piroksen, memiliki cirri-ciri belahan searah dan gelapan
miring ( klino) dan sejajar ( orto)
Medan Pandang 1
PlagioklasPiroksenOlivineGambar 1.5.a Kenampakan Medan Pandang
1
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas60
Olivine 10
Piroksen30
Medan Pandang 2
PlagioklasOlivinePiroksenGambar 1.5.b Kenampakan Medan Pandang
2
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas 60
Olivine 15
Piroksen25
Medan Pandang 3
OlivinePlagioklasPiroksenGambar 1.5.c Kenampakan Medan Pandang
3
MineralKelimpahan(%)
Plagioklas70
Olivine 10
Piroksen 20
Petrogenesa: Berdasarkan teksturnya yang memiliki keseragaman
ukuran mineral yang relative sama dan memiliki bidang batas yang
relative kurang jelas maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan
dengan ini terbentuk jauh di dalam bumi dengan pembekuan magma yang
relative lambat sehingga dapat menghasilkan mineral dengan bentuk
yang relative sempurna dan ukuran yang relative besar. Dari
komposisinya yang didominasi oleh plagioklas dan piroksen dapat
diinterpretasikan bahwa magma asalnya bersifat basa.Nama Batuan:
Olivine Gabbronorite ( IUGS , 1973 )
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Preparat M. 12.9Pada pengamatan secara mikroskopis
perbesaran empat kali pada batuan dengan kode preparat M.12.9
diinterpretasikan bahwa batuan tersebut memilki tekstur
granularitas atau tingkat keseragaman berupa equigranular pada
pengamatan dapat dilihat bahwa ukuran mineral yang ada pada sampel
sayatan relative seragam. Batuan ini memiliki tingkat kristalisasi
berupa holokristalin karena pada kenampakan sayatan dapat
diinterpretasikan penyusun batuannya tersusun atas Kristal-kristak
mineral seluruhnya. Batuan ini juga memiliki fabric berupa
hypidiomorf karena pada sayatan sampel batuan ini terlihat bahwa
sebagian besar mineral penyusunnya memiliki bidang batas yang
subhedral atau bidang batas antar mineralnya kurang jelas.Batuan
ini memiliki komposisi mineral penyusun diantaranya adalah
Ortopiroksen dengan cirri-ciri warnanya yang kecokelatan, memiliki
belahan searah, dan memiliki gelapan yang sejajar. Mineral ini
memiliki persentase penyusun batuan sebesar 30% pada medan pandang
satu, 20% pada medan pandang dua, dan memiliki komposisi sebesar
25% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki mineral
klinopiroksen dengan cirri-ciri sifat optic yang sama dengan
ortopiroksen namun yang membedakannya adalah gelapannya yang
miring. Mineral ini memiliki presentasi penyusun pada batuan
sebesar 20% pada medan pandang satu, 15% pada medan pandang dua,
dan 15% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki komposisi
penyusun berupa mineral olivine dengan sifat optic berwarna agak
kehijauan, memiliki relief tinggi, dan memiliki pecahan yang tidak
beraturan. Mineral ini memiliki persentase penyusun dalam batuan
tersebut sebesar 50% pada medan pandang satu, 65% pada medan
pandang dua, dan 60% pada medan pandang tiga.Berdasarkan tekstur
batuan yang diperlihatkan pada sayatan batuan menunjukkan bahwa
batuan ini memiliki tekstur equigranular, holokristalin, dan juga
fabric yang hypidiomorf. Dari kenampakan tekstur seperti itu, dapat
diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batuan berlangsung di
dalam bumi dengan pembekuan magma yang sangat lambat. Proses
pembekuan magama yang berda di dalam bumi ini ( plutonik )
menyebabkan penurunan suhu dari magma berjalan lambat karena di
dalam bumi suhu masih sangat tinggi. Pembekuan magma yang lambat
tersebut memungkinkan mineral-mineral dapat tumbuh dengan sempurna
sehingga membentuk mineral-mineral yang faneritik atau relative
besar-besar sehingga dapat dilihat oleh mata. Mineral-mineral ini
tumbuh berdasarkan suhu spesifik yang stabil untuk terbentuknya
mineral tersebut. Jadi, ketika suhunya sudah tidak stabil untuk
membentuk mineral tersebut, maka mineral akan berhenti tumbuh. Dari
komposisi mineralnya yang dominan mineral olivine dan piroksen,
diinterpretasikan bahwa asal magmanya bersifat
ultrabasa.Berdasarkan tekstur batuan dan komposisi mineral yang
menyusun batuan seperti ortopiroksen 30%, klinopiroksen 20%, dan
olivine 50%. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut
merupakan Iherzolite ( IUGS, 1973 ).Berdasarkan asal magmanya yang
bersifat ultrabasa, diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk
pada setting tektonik Mid Oceanic Ridge. Hal ini dapat terjadi
karena pada setting tektonik ini kerak samudera akan terus menipis
akibat proses pergerakan arus panas pada mantel. Pada setting ini
kemudian mengalami proses divergen atau pergerakan dari lempeng
samudera yang saling berlawanan sehingga menyebabkan rekahan yang
akan memudahkan magma keluar ke permukaan. Magma ultrabasa
disebabkan karena pendinginan lava yang berkomposisi ultrabasa dari
astenosfer langsung.
Tabel 2.1 Tata Cara Penamaan Batuan Nomor Preparat M.12.9
2.2 Preparat M. 12.9Pada pengamatan secara mikroskopis
perbesaran empat kali pada batuan dengan kode preparat M.12.39
diinterpretasikan bahwa batuan tersebut memilki tekstur
granularitas atau tingkat keseragaman berupa inequigranular pada
pengamatan dapat dilihat bahwa ukuran mineral yang ada pada sampel
sayatan relative tidak seragam. Batuan ini memiliki tingkat
kristalisasi berupa holokristalin karena pada kenampakan sayatan
dapat diinterpretasikan penyusun batuannya tersusun atas
Kristal-kristak mineral seluruhnya. Batuan ini juga memiliki fabric
berupa hypidiomorf karena pada sayatan sampel batuan ini terlihat
bahwa sebagian besar mineral penyusunnya memiliki bidang batas yang
subhedral atau bidang batas antar mineralnya kurang jelas.Batuan
ini memiliki komposisi mineral penyusun diantaranya adalah
plagioklas dengan cirri-ciri warnanya yang bening, memiliki
kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 20o sehingga jenis
plagioklasnya adalah andesine. Mineral ini memiliki persentase
penyusun batuan sebesar 30% pada medan pandang satu, 40% pada medan
pandang dua, dan memiliki komposisi sebesar 30% pada medan pandang
tiga. Batuan ini juga memiliki mineral ortoklas dengan cirri-ciri
sifat optic memiliki warna bening dan memiliki kembaran carlsbad.
Mineral ini memiliki presentasi penyusun pada batuan sebesar 30%
pada medan pandang satu, 30% pada medan pandang dua, dan 30% pada
medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki komposisi penyusun
berupa mineral piroksen dengan sifat optic kecokelatan dengan
gelapan miring. Mineral ini memiliki persentase penyusun dalam
batuan tersebut sebesar 20% pada medan pandang satu, 15% pada medan
pandang dua, dan 15% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga
memiliki mineral kuarsa dengan sifat optic berwarna putih dengan
gelapan bergelombang. Mineral ini menyusun batuan dengan presentase
20% pada medan pandang satu, 15% pada medan pandang dua, dan 25%
pada medan pandag tiga.Berdasarkan tekstur batuan yang
diperlihatkan pada sayatan batuan menunjukkan bahwa batuan ini
memiliki tekstur inequigranular, holokristalin, dan juga fabric
yang hypidiomorf. Dari kenampakan tekstur seperti itu, dapat
diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batuan berlangsung di
dalam bumi dengan pembekuan magma yang relative cepat. Proses
pembekuan magma yang berada di dalam bumi ini menyebabkan penurunan
suhu dari magma berjalan cenderug agak cepat. Pembekuan magma yang
agak cepat tersebut memungkinkan mineral-mineral dapat tumbuh
dengan kurang sempurna sehingga membentuk mineral-mineral yang
ukurannya relative kecil-kecil. Mineral-mineral ini tumbuh
berdasarkan suhu spesifik yang stabil untuk terbentuknya mineral
tersebut. Jadi, ketika suhunya sudah tidak stabil untuk membentuk
mineral tersebut, maka mineral akan berhenti tumbuh. Dari komposisi
mineralnya yang dominan mineral plagioklas dan ortoklas serta
kuarsa, diinterpretasikan bahwa asal magmanya bersifat
asam.Berdasarkan tekstur batuan dan komposisi mineral yang menyusun
batuan seperti plagioklas 30%, ortoklas 30%, piroksen 15%, dan
kuarsa 25%. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut merupakan
Granite ( IUGS, 1973 ).Berdasarkan asal magmanya yang bersifat
asam, diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk pada setting
tektonik Volcanic Island Arc. Hal ini dapat terjadi karena pada
setting tektonik ini kerak samudera kemungkinan untuk bertabrakan
dengan kerak benua. Magma intermediet dan asam terbentuk dari
pelelehan sebagian kerak samudra yang saling bertumbukan. Tabel 2.2
Tata Cara Penamaan Batuan Nomor Preparat M.12.39
2.3 Preparat G-15Pada pengamatan secara mikroskopis perbesaran
empat kali pada batuan dengan kode preparat G-15 diinterpretasikan
bahwa batuan tersebut memilki tekstur granularitas atau tingkat
keseragaman berupa inequigranular pada pengamatan dapat dilihat
bahwa ukuran mineral yang ada pada sampel sayatan relative tidak
seragam. Batuan ini memiliki tingkat kristalisasi berupa
holokristalin karena pada kenampakan sayatan dapat
diinterpretasikan penyusun batuannya tersusun atas Kristal-kristak
mineral seluruhnya. Batuan ini juga memiliki fabric berupa
hypidiomorf karena pada sayatan sampel batuan ini terlihat bahwa
sebagian besar mineral penyusunnya memiliki bidang batas yang
subhedral atau bidang batas antar mineralnya kurang jelas.Batuan
ini memiliki komposisi mineral penyusun diantaranya adalah
Ortopiroksen dengan cirri-ciri warnanya yang kecokelatan, memiliki
belahan searah, dan memiliki gelapan yang sejajar. Mineral ini
memiliki persentase penyusun batuan sebesar 25% pada medan pandang
satu, 10% pada medan pandang dua, dan memiliki komposisi sebesar
25% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki mineral
klinopiroksen dengan cirri-ciri sifat optic yang sama dengan
ortopiroksen namun yang membedakannya adalah gelapannya yang
miring. Mineral ini memiliki presentasi penyusun pada batuan
sebesar 20% pada medan pandang satu, 20% pada medan pandang dua,
dan 20% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki komposisi
penyusun berupa mineral hornblend dengan sifat optic berwarna agak
kecokelatan, memiliki relief tinggi, dan memiliki belahan searah
dan pleokroisme kuat. Mineral ini memiliki persentase penyusun
dalam batuan tersebut sebesar 5% pada medan pandang satu, 10% pada
medan pandang dua, dan 5% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga
memiliki komposisi mineral plagioklas dengan warnanya yang bening,
memiliki kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 38o sehingga
jenis plagioklasnya adalah LabradoriteBerdasarkan tekstur batuan
yang diperlihatkan pada sayatan batuan menunjukkan bahwa batuan ini
memiliki tekstur inequigranular, holokristalin, dan juga fabric
yang hypidiomorf. Dari kenampakan tekstur seperti itu, dapat
diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batuan berlangsung di
dalam bumi dengan pembekuan magma yang sangat lambat. Proses
pembekuan magama yang berda di dalam bumi ini ( plutonik )
menyebabkan penurunan suhu dari magma berjalan lambat karena di
dalam bumi suhu masih sangat tinggi. Pembekuan magma yang lambat
tersebut memungkinkan mineral-mineral dapat tumbuh dengan sempurna
sehingga membentuk mineral-mineral yang faneritik atau relative
besar-besar sehingga dapat dilihat oleh mata. Mineral-mineral ini
tumbuh berdasarkan suhu spesifik yang stabil untuk terbentuknya
mineral tersebut. Jadi, ketika suhunya sudah tidak stabil untuk
membentuk mineral tersebut, maka mineral akan berhenti tumbuh.ini
merupakan salah satu yang mempengaruhi ukuran mineral sehingga
tidak seragam. Dari komposisi mineralnya yang dominan mineral
andesine dan piroksen, diinterpretasikan bahwa asal magmanya
bersifat basa.Berdasarkan tekstur batuan dan komposisi mineral yang
menyusun batuan seperti Plagioklas (Labradorite) 50%, ortopiroksen
25%, klinopiroksen 20%, dan hornblend 5%. Dapat diinterpretasikan
bahwa batuan tersebut merupakan Gabbronorite ( IUGS, 1973
).Berdasarkan asal magmanya yang bersifat basa, diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk pada setting tektonik Mid Oceanic Ridge.
Hal ini dapat terjadi karena pada setting tektonik ini kerak
samudera akan terus menipis akibat proses pergerakan arus panas
pada mantel. Pada setting ini kemudian mengalami proses divergen
atau pergerakan dari lempeng samudera yang saling berlawanan
sehingga menyebabkan rekahan yang akan memudahkan magma keluar ke
permukaan. Magma basa disebabkan karena pendinginan lava yang
berkomposisi basa dari hasil partial melting mantel bagian
atas.Tabel 2.3 Tata Cara Penamaan Batuan Nomor Preparat G-15
2.4 Preparat MO 2Pada pengamatan secara mikroskopis perbesaran
empat kali pada batuan dengan kode preparat M 02 diinterpretasikan
bahwa batuan tersebut memilki tekstur granularitas atau tingkat
keseragaman berupa inequigranular pada pengamatan dapat dilihat
bahwa ukuran mineral yang ada pada sampel sayatan relative tidak
seragam. Batuan ini memiliki tingkat kristalisasi berupa
holokristalin karena pada kenampakan sayatan dapat
diinterpretasikan penyusun batuannya tersusun atas Kristal-kristal
mineral seluruhnya. Batuan ini juga memiliki fabric berupa
hypidiomorf karena pada sayatan sampel batuan ini terlihat bahwa
sebagian besar mineral penyusunnya memiliki bidang batas yang
subhedral atau bidang batas antar mineralnya kurang jelas.Batuan
ini memiliki komposisi mineral penyusun diantaranya adalah piroksen
dengan cirri-ciri warnanya yang kecokelatan, memiliki belahan
searah, dan memiliki gelapan yang sejajar (ortopiroksen) dan miring
(klinopiroksen). Mineral ini memiliki persentase penyusun batuan
sebesar 30% pada medan pandang satu, 25% pada medan pandang dua,
dan memiliki komposisi sebesar 20% pada medan pandang tiga. Batuan
ini juga memiliki komposisi mineral plagioklas dengan warnanya yang
bening, memiliki kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 45o
sehingga jenis plagioklasnya adalah bytownite. Mineral ini memiliki
persentase pada batuan sebesar 60% pada medan pandang satu, 60%
pada medan pandang dua, dan 70% pada medan pandang tiga. Batuan ini
juga memiliki komposisi penyusun berupa mineral olivine dengan
sifat optic berwarna agak kehijauan, memiliki relief tinggi, dan
memiliki pecahan yang tidak beraturan. Mineral ini memiliki
persentase penyusun dalam batuan tersebut sebesar 10% pada medan
pandang satu, 15% pada medan pandang dua, dan 10% pada medan
pandang tiga.Berdasarkan tekstur batuan yang diperlihatkan pada
sayatan batuan menunjukkan bahwa batuan ini memiliki tekstur
inequigranular, holokristalin, dan juga fabric yang hypidiomorf.
Dari kenampakan tekstur seperti itu, dapat diinterpretasikan bahwa
proses pembentukan batuan berlangsung di dalam bumi dengan
pembekuan magma yang sangat lambat. Proses pembekuan magma yang
berda di dalam bumi ini menyebabkan penurunan suhu dari magma
berjalan lambat karena di dalam bumi suhu masih sangat tinggi.
Pembekuan magma yang lambat tersebut memungkinkan mineral-mineral
dapat tumbuh dengan sempurna sehingga membentuk mineral-mineral
yang faneritik atau relative besar-besar sehingga dapat dilihat
oleh mata. Mineral-mineral ini tumbuh berdasarkan suhu spesifik
yang stabil untuk terbentuknya mineral tersebut. Jadi, ketika
suhunya sudah tidak stabil untuk membentuk mineral tersebut, maka
mineral akan berhenti tumbuh.ini merupakan salah satu yang
mempengaruhi ukuran mineral sehingga tidak seragam. Dari komposisi
mineralnya yang dominan mineral plagioklas bytownite, piroksen, dan
olivine, diinterpretasikan bahwa asal magmanya bersifat
basa.Berdasarkan tekstur batuan dan komposisi mineral yang menyusun
batuan seperti Plagioklas (Bytownite) 60%, olivine 10%, dan
piroksen 30%, Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut
merupakan Olivin Gabbronorite ( IUGS, 1973 ).Berdasarkan asal
magmanya yang bersifat basa, diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada setting tektonik Mid Oceanic Ridge. Hal ini dapat
terjadi karena pada setting tektonik ini kerak samudera akan terus
menipis akibat proses pergerakan arus panas pada mantel. Pada
setting ini kemudian mengalami proses divergen atau pergerakan dari
lempeng samudera yang saling berlawanan sehingga menyebabkan
rekahan yang akan memudahkan magma keluar ke permukaan. Magma basa
disebabkan karena pendinginan lava yang berkomposisi basa dari
hasil partial melting mantel bagian atas.
Tabel 2.4 Tata Cara Penamaan Batuan Nomor preparat M 02
2.5 Preparat MO 4Pada pengamatan secara mikroskopis perbesaran
empat kali pada batuan dengan kode preparat M 04 diinterpretasikan
bahwa batuan tersebut memilki tekstur granularitas atau tingkat
keseragaman berupa inequigranular pada pengamatan dapat dilihat
bahwa ukuran mineral yang ada pada sampel sayatan relative tidak
seragam. Batuan ini memiliki tingkat kristalisasi berupa
holokristalin karena pada kenampakan sayatan dapat
diinterpretasikan penyusun batuannya tersusun atas Kristal-kristal
mineral seluruhnya. Batuan ini juga memiliki fabric berupa
hypidiomorf karena pada sayatan sampel batuan ini terlihat bahwa
sebagian besar mineral penyusunnya memiliki bidang batas yang
subhedral atau bidang batas antar mineralnya kurang jelas. Pada
sayatan terlihat bahwa batuan ini memiliki tekstur khusus berupa
subofitik karena pada pengamatan sayatan terlihat bahwa Yaitu
tekstur batuan beku yang dibentuk oleh mineral plagioklas yang
tersusun secara acak dikelilingi oleh mineral piroksen atau
olivine.Batuan ini memiliki komposisi mineral penyusun diantaranya
adalah piroksen dengan cirri-ciri warnanya yang kecokelatan,
memiliki belahan searah, dan memiliki gelapan yang sejajar
(ortopiroksen) dan miring (klinopiroksen). Mineral ini memiliki
persentase penyusun batuan sebesar 35% pada medan pandang satu, 30%
pada medan pandang dua, dan memiliki komposisi sebesar 25% pada
medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki komposisi mineral
plagioklas dengan warnanya yang bening, memiliki kembaran albit
dengan sudut kembaran sebesar 48o sehingga jenis plagioklasnya
adalah bytownite. Mineral ini memiliki persentase pada batuan
sebesar 55% pada medan pandang satu, 55% pada medan pandang dua,
dan 65% pada medan pandang tiga. Batuan ini juga memiliki komposisi
penyusun berupa mineral olivine dengan sifat optic berwarna agak
kehijauan, memiliki relief tinggi, dan memiliki pecahan yang tidak
beraturan. Mineral ini memiliki persentase penyusun dalam batuan
tersebut sebesar 10% pada medan pandang satu, 15% pada medan
pandang dua, dan 10% pada medan pandang tiga.Berdasarkan tekstur
batuan yang diperlihatkan pada sayatan batuan menunjukkan bahwa
batuan ini memiliki tekstur inequigranular, holokristalin, dan juga
fabric yang hypidiomorf. Dari kenampakan tekstur seperti itu, dapat
diinterpretasikan bahwa proses pembentukan batuan berlangsung di
dalam bumi dengan pembekuan magma yang sangat lambat. Proses
pembekuan magma yang berda di dalam bumi ini menyebabkan penurunan
suhu dari magma berjalan lambat karena di dalam bumi suhu masih
sangat tinggi. Pembekuan magma yang lambat tersebut memungkinkan
mineral-mineral dapat tumbuh dengan sempurna sehingga membentuk
mineral-mineral yang faneritik atau relative besar-besar sehingga
dapat dilihat oleh mata. Mineral-mineral ini tumbuh berdasarkan
suhu spesifik yang stabil untuk terbentuknya mineral tersebut.
Jadi, ketika suhunya sudah tidak stabil untuk membentuk mineral
tersebut, maka mineral akan berhenti tumbuh.ini merupakan salah
satu yang mempengaruhi ukuran mineral sehingga tidak seragam. Dari
komposisi mineralnya yang dominan mineral plagioklas bytownite,
piroksen, dan olivine, diinterpretasikan bahwa asal magmanya
bersifat basa. Tekstur khusus subofitik terbentuk ketika
plagioklasnya lebih besar dan dililingi oleh mineral
ferromagnesianBerdasarkan tekstur batuan dan komposisi mineral yang
menyusun batuan seperti Plagioklas (Bytownite) 55%, olivine 10%,
dan piroksen 35%, Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut
merupakan Olivin Gabbronorite ( IUGS, 1973 ).Berdasarkan asal
magmanya yang bersifat basa, diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada setting tektonik Mid Oceanic Ridge. Hal ini dapat
terjadi karena pada setting tektonik ini kerak samudera akan terus
menipis akibat proses pergerakan arus panas pada mantel. Pada
setting ini kemudian mengalami proses divergen atau pergerakan dari
lempeng samudera yang saling berlawanan sehingga menyebabkan
rekahan yang akan memudahkan magma keluar ke permukaan. Magma basa
disebabkan karena pendinginan lava yang berkomposisi basa dari
hasil partial melting mantel bagian atas.Tabel 2.5 Tata Cara
Penamaan Batuan Nomor preparat M 04
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan pada batuan dengan nomor
preparat M.12.9 diinterpretasikan tekstur batuannya yang memiliki
granularitas equigranular, tingkat kristalisasi holokristalin, dan
fabric hypidiomorf serta komposisi mineral yang menyusun batuan
seperti ortopiroksen 30%, klinopiroksen 20%, dan olivine 50%. Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan tersebut merupakan Iherzolite (
IUGS, 1973 ). Berdasarkan pengamatan pada batuan dengan nomor
preparat M.12.39 diinterpretasikan tekstur batuannya yang memiliki
granularitas inequigranular, tingkat kristalisasi holokristalin,
dan fabric hypidiomorf serta komposisi mineral yang menyusun batuan
seperti plagioklas 30%, ortoklas 30%, piroksen 15%, dan kuarsa 25%.
Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut merupakan Granite (
IUGS, 1973 ). Berdasarkan pengamatan pada batuan dengan nomor
preparat G-15 diinterpretasikan tekstur batuannya yang memiliki
granularitas inequigranular, tingkat kristalisasi holokristalin,
dan fabric hypidiomorf serta komposisi mineral yang menyusun batuan
seperti Plagioklas (Labradorite) 50%, ortopiroksen 25%,
klinopiroksen 20%, dan hornblend 5%. Dapat diinterpretasikan bahwa
batuan tersebut merupakan Gabbronorite ( IUGS, 1973 ). Berdasarkan
pengamatan pada batuan dengan nomor preparat M 02 diinterpretasikan
tekstur batuannya yang memiliki granularitas inequigranular,
tingkat kristalisasi holokristalin, dan fabric hypidiomorf serta
komposisi mineral yang menyusun batuan seperti Plagioklas
(Bytownite) 60%, olivine 10%, dan piroksen 30%, Dapat
diinterpretasikan bahwa batuan tersebut merupakan Olivin
Gabbronorite ( IUGS, 1973 ). Berdasarkan pengamatan pada batuan
dengan nomor preparat M 04 diinterpretasikan tekstur batuannya yang
memiliki granularitas inequigranular, tingkat kristalisasi
holokristalin, dan fabric hypidiomorf serta komposisi mineral yang
menyusun batuan seperti Plagioklas (Bytownite) 55%, olivine 10%,
dan piroksen 35%, Dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut
merupakan Olivin Gabbronorite ( IUGS, 1973 ).3.2 Saran Pada saat
praktikum, setidaknya praktikan telah mengetahui kenampakan atau
cirri khusus dari suatu mineral. Agar pengamatan tidak memakan
waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
TIM Asisten Mineralogi 2013. Buku Panduan Praktikum Mineralogi.
Laboratorium Paleontologi, Geologi Foto, dan Geologi Optik Program
Studi Teknik GeologiUniversitas Diponegoro.
Semaranghttp://elangnaga.wordpress.com/2014/01/22/petrografi-batuan-beku/
(diakses pada hari sabtu, 18 Oktober 2014 pukul 23.50 WIB)
LAMPIRAN31