117 Vol. I, No.3, Desember 2004 Harmita Departemen Farmasi FMIPA-UI VALIDASI METODA ANALISIS Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk mem- buktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk peng- gunaannya. PARAMETER PENAMPILAN ANALISIS Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya. 1. Kecermatan (accuracy) Definisi: Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil PET UN J UK PE L AK S ANAA N VA L IDASI METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 - 135 ISSN : 1693-9883 ABSTRACT Each analysis method by some reason, must be validated. The parameters are selectivity, accuracy, precision, linearity, LOD, LOQ, ruggedness, and robustness. The parameters need to be calculated by assay methods. This paper try to give some information above these methods base on some literatures (USP 23 rd , WHO, journal, etc). Key words : Validation method, Parameter, Assay and calculation methods. analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat ter- gantung kepada sebaran galat siste- matik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk men- capai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengu- rangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur. Cara penentuan: Kecermatan ditentukan dengan dua cara yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) atau metode penambahan baku (standard addition method). Dalam metode simulasi, se- jumlah analit bahan murni (senyawa REVIEW ARTIKEL
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Validasi metoda analisis adalahsuatu tindakan penilaian terhadapparameter tertentu, berdasarkanpercobaan laboratorium, untuk mem-
buktikan bahwa parameter tersebutmemenuhi persyaratan untuk peng-gunaannya.
PARAMETER PENAMPILANANALISIS
Beberapa parameter analisis
yang harus dipertimbangkan dalamvalidasi metode analisis diuraikandan didefinisikan sebagaimana carapenentuannya.
1. Kecermatan (accuracy )Definisi:Kecermatan adalah ukuran yang
menunjukkan derajat kedekatan hasil
PETUNJUK PELAKSANAAN VALIDASI
METODE DAN CARA PERHITUNGANNYA
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember 2004, 117 - 135ISSN : 1693-9883
ABSTRACT
Each analysis method by some reason, must be validated. The parameters areselectivity, accuracy, precision, linearity, LOD, LOQ, ruggedness, and robustness.The parameters need to be calculated by assay methods.
This paper try to give some information above these methods base on some
literatures (USP 23
rd
, WHO, journal, etc).Key words : Validation method, Parameter, Assay and calculation methods.
analis dengan kadar analit yangsebenarnya. Kecermatan dinyatakansebagai persen perolehan kembali(recovery) analit yang ditambahkan.Kecermatan hasil analis sangat ter-gantung kepada sebaran galat siste-
matik di dalam keseluruhan tahapananalisis. Oleh karena itu untuk men-capai kecermatan yang tinggi hanyadapat dilakukan dengan cara mengu-rangi galat sistematik tersebut sepertimenggunakan peralatan yang telahdikalibrasi, menggunakan pereaksidan pelarut yang baik, pengontrolansuhu, dan pelaksanaannya yang
cermat, taat asas sesuai prosedur.
Cara penentuan:Kecermatan ditentukan dengan
dua cara yaitu metode simulasi(spiked-placebo recovery) atau metodepenambahan baku (standard additionmethod). Dalam metode simulasi, se-
pembanding kimia CRM atau SRM)ditambahkan ke dalam campuranbahan pembawa sediaan farmasi(plasebo) lalu campuran tersebutdianalisis dan hasilnya dibandingkandengan kadar analit yang ditam-bahkan (kadar yang sebenarnya).Dalam metode penambahan baku,sampel dianalisis lalu sejumlah ter-tentu analit yang diperiksa ditam-bahkan ke dalam sampel dicampurdan dianalisis lagi. Selisih kedua hasildibandingkan dengan kadar yang
sebenarnya (hasil yang diharapkan).Dalam kedua metode tersebut, per-sen peroleh kembali dinyatakan seba-gai rasio antara hasil yang diperolehdengan hasil yang sebenarnya. %Perolehan kembali dapat ditentukandengan cara membuat sampel pla-sebo (eksepien obat, cairan biologis)kemudian ditambah analit dengankonsentrasi tertentu (biasanya 80%sampai 120% dari kadar analit yangdiperkirakan), kemudian dianalisisdengan metode yang akan divalidasi.
Tetapi bila tidak memungkinkanmembuat sampel plasebo karenamatriksnya tidak diketahui sepertiobat-obatan paten, atau karena ana-litnya berupa suatu senyawa endo-gen misalnya metabolit sekunder
pada kultur kalus, maka dapat di-pakai metode adisi.
Metode adisi dapat dilakukandengan menambahkan sejumlahanalit dengan konsentrasi tertentupada sampel yang diperiksa, laludianalisis dengan metode tersebut.Persen perolehan kembali ditentukandengan menentukan berapa persen
analit yang ditambahkan tadi dapatditemukan.
Kriteria kecermatan sangattergantung kepada konsentrasi analitdalam matriks sampel dan padakeseksamaan metode (RSD). Vander-wielen, dkk menyatakan bahwa se-lisih kadar pada berbagai penentuan(X
d) harus 5% atau kurang pada
setiap konsentrasi analit pada manaprosedur dilakukan. Harga rata-rataselisih secara statistik harus 1,5% ataukurang. Kriteria tersebut dinyatakan
secara matematik sebagai berikut:
Xd
. 100 < 5%X
0
Xd
(S(0,95 n – I )). 100 -- < 1,5%
X0
n
Xd
= Xi– X
0
Xi
= hasil analisisX
0= hasil yang sebenarnya
I = nilai t pada tabel t’ student padaatas 95%
S = simpangan baku relatif darisemua pengujian
n = jumlah sampel yang dianalisis
Kadar analit dalam metodepenambahan baku dapat dihitungsebagai berikut:
C = kadar analit dalam sampelS = kadar analit yang ditambahkan
pada sampelR
1= respon yang diberikan sampel
R2= respon yang diberikan campuran
sampel dengan tambahan analit
Perhitungan perolehan kembalidapat juga ditetapkan dengan rumus
sebagai berikut: (C
F- C
A)
% Perolehan kembali = x 100 C*
A
CF
= konsentrasi total sampel yangdiperoleh dari pengukuran
CA
= konsentrasi sampel sebenarnyaC*
A= konsentrasi analit yang di-
tambahkan
Pada metode penambahan baku,pengukuran blanko tidak diperlukanlagi. Metode ini tidak dapat diguna-kan jika penambahan analit dapatmengganggu pengukuran, misalnyaanalit yang ditambahkan menyebab-kan kekurangan pereaksi, mengubahpH atau kapasitas dapar, dll. Kriteriakecermatan dilakukan sama seperti
pada metode simulasi.Pada percobaan penetapan ke-
cermatan, sedikitnya lima sampelyang mengandung analit dan plaseoyang harus disiapkan dengan kadarantara 50% sampai 150% dari kan-dungan yang diharapkan.
Persen perolehan kembali seha-rusnya tidak melebihi nilai presisi
RSD. Rentang kesalahan yang di-ijinkan pada setiap konsentrasi analitpada matriks dapat dilihat pada tabeldi bawah ini:
simpangan baku atau simpanganbaku relatif (koefisien variasi). Ke-seksamaan dapat dinyatakan sebagaiketerulangan (repeatability) atauketertiruan (reproducibility). Keter-ulangan adalah keseksamaan metode
jika dilakukan berulang kali olehanalis yang sama pada kondisi samadan dalam interval waktu yangpendek. Keterulangan dinilai melaluipelaksanaan penetapan terpisah leng-
kap terhadap sampel-sampel identikyang terpisah dari batch yang sama,
jadi memberikan ukuran keseksama-an pada kondisi yang normal. Keter-tiruan adalah keseksamaan metode
jika dikerjakan pada kondisi yangberbeda. Biasanya analisis dilakukandalam laboratorium-laboratoriumyang berbeda menggunakan pera-latan, pereaksi, pelarut, dan analisyang berbeda pula. Analis dilakukanterhadap sampel-sampel yang di-duga identik yang dicuplik dari batchyang sama. Ketertiruan dapat jugadilakukan dalam laboratorium yangsama dengan menggunakan pera-latan, pereaksi, dan analis yang ber-beda. Kriteria seksama diberikan jikametode memberikan simpangan
baku relatif atau koefisien variasi 2%atau kurang. Akan tetapi kriteria inisangat fleksibel tergantung padakonsentrasi analit yang diperiksa,
jumlah sampel, dan kondisi labora-torium. Dari penelitian dijumpaibahwa koefisien variasi meningkatdengan menurunnya kadar analityang dianalisis. Ditemukan bahwa
koefisien variasi meningkat seiringdengan menurunnya konsentrasianalit. Pada kadar 1% atau lebih,standar deviasi relatif antara labo-ratorium adalah sekitar 2,5% adapada satu per seribu adalah 5%. Padakadar satu per sejuta (ppm) RSDnyaadalah 16%, dan pada kadar part perbilion (ppb) adalah 32%. Pada me-tode yang sangat kritis, secara umumditerima bahwa RSD harus lebih dari2%.
Karena metode presisi adalah
fungsi penetapan kadar pada rentangyang dapat diterima menurut De-besis et. al. pada analisa mengguna-kan metode HPLC akan digunakanketentuan presisi berikut: (lihat tabel2 di sebelah).
Untuk menetapkan presisi bahancampuran dan bahan sisa pada artikelobat, formula berikut ini harus di-gunakan untuk menentukan metodeketertiruan yang tepat (interlabo-ratorium).
RSD < 2 (1-0,5 log c)
dan untuk keterulangan :
RSD < 2 (1-0,5 log c) x 0,67
c = konsentrasi analit sebagai fraksidesimal (contoh: 0,1% = 0,001)
Keseksamaan dapat dihitungdengan cara sebagai berikut:
2. Simpangan baku relati f ataukoefisien variasi (KV) adalah:
KV = SDx 100%
x
Percobaan keseksamaan dilaku-
kan terhadap paling sedikit enamreplika sampel yang diambil daricampuran sampel dengan matriksyang homogen. Sebaiknya kesek-samaan ditentukan terhadap sampelsebenarnya yaitu berupa campurandengan bahan pembawa sediaanfarmasi (plasebo) untuk melihatpengaruh matriks pembawa terhadapkeseksamaan ini. Demikian juga
harus disiapkan sampel untuk meng-analisis pengaruh pengotor dan hasildegradasi terhadap keseksamaan ini.
Cara kerjaa. Pembuatan larutan baku- Timbang baku Tetrasiklin HCl
20,0; 30,0 mg masing-masing ma-sukan ke dalam labu ukur 50,0 ml.Maka diperoleh konsentrasi larut-
an berturut-turut sebesar 400, 500dan 600 ppm.
- Larutkan dengan air sampai 50,0ml, kocok.
- Suntikkan µl larutan baku padaHPLC.
b. Pembuatan larutan uji- Timbang serbuk obat Tetrasiklin
HCl yang kadarnya 80 %, 100 %,
120 % sebesar 100,0 mg (masing-masing 6, setiap 100 mg serbukobat mengandung tetrasiklin HCl50 mg). Masukan ke dalam labuukur 100,0 ml. Maka akan diper-oleh konsentrasi larutan berturut-turut sebesar 400, 500 dan 600 ppm.
- Larutkan dengan air sampai 100,0ml, kocok
- Saring dengan kertas saring Dura-pore membran filter 0,45 mm HV.
Presisi dilakukan pada sediaanserbuk obat Tetrasiklin HCl dengankonsentrasi 80 %, 100 %, 120 % kadarTetrasiklin HCl, masing-masingenam kali penimbangan yang dilaku-kan pada hari yang berbeda selama3 hari. Hasil perhitungan tersebutdapat dilihat pada tabel-tabel berikutini.
Tabel 3. Homogenitas dari Tetrasiklin HCl
Konsentrasi KonsentrasiTetrasiklin HCl Area Tetrasiklin Area
3. Selektivitas (Spesifisitas)DefinisiSelektivitas atau spesifisitas
suatu metode adalah kemampuannyayang hanya mengukur zat tertentusaja secara cermat dan seksamadengan adanya komponen lain yangmungkin ada dalam matriks sampel.Selektivitas seringkali dapat dinyata-kan sebagai derajat penyimpangan(degree of bias) metode yang dilakukanterhadap sampel yang mengandungbahan yang ditambahkan berupacemaran, hasil urai, senyawa sejenis,senyawa asing lainnya, dan diban-dingkan terhadap hasil analisis sam-pel yang tidak mengandung bahanlain yang ditambahkan.
Cara penentuan:Selektivitas metode ditentukan
dengan membandingkan hasil ana-lisis sampel yang mengandung cema-ran, hasil urai, senyawa sejenis, se-nyawa asing lainnya atau pembawaplasebo dengan hasil analisis sampeltanpa penambahan bahan-bahan tadi.
Penyimpangan hasil jika ada meru-pakan selisih dari hasil uji keduanya.
Jika cemaran dan hasil urai tidakdapat diidentifikasi atau tidak dapatdiperoleh, maka selektivitas dapatditunjukkan dengan cara menga-nalisis sampel yang mengandungcemaran atau hasil uji urai denganmetode yang hendak diuji lalu diban-dingkan dengan metode lain untukpengujian kemurnian seperti kroma-tografi, analisis kelarutan fase, danDifferential Scanning Calorimetry.Derajat kesesuaian kedua hasil ana-lisis tersebut merupakan ukuranselektivitas. Pada metode analisisyang melibatkan kromatografi, selek-tivitas ditentukan melalui perhi-
tungan daya resolusinya (Rs).
Cara kerja :Untuk uji selektifitas maka zat
yang akan diuji harus ditentuka dulupanjang gelombang maksimum.Dalam hal ini larutan tetrasiklin HClmempunyai panjang gelombangmaksimum 360 nm. Selanjutnya
Hasil kromatogram Tetrasiklin HClstandar dan sampel harus menun-
jukkan waktu retensi yang sama danpada daerah sekitar waktu retensitetrasiklin tersebut tidak boleh ada
gangguan yang dapat dilihat darikromatogram larutam blanko.
4. Linearitas dan RentangDefinisi:Linearitas adalah kemampuan
metode analisis yang memberikanrespon yang secara langsung ataudengan bantuan transformasi mate-
matik yang baik, proporsional ter-hadap konsentrasi analit dalamsampel. Rentang metode adalahpernyataan batas terendah dantertinggi analit yang sudah ditun-
jukkan dapat ditetapkan dengankecermatan, keseksamaan, danlinearitas yang dapat diterima.
Cara penentuan:Linearitas biasanya dinyatakan
dalam istilah variansi sekitar arahgaris regresi yang dihitung berda-
sarkan persamaan matematik datayang diperoleh dari hasil uji analitdalam sampel dengan berbagai kon-sentrasi analit. Perlakuan matematikdalam pengujian linearitas adalahmelalui persamaan garis lurusdengan metode kuadrat terkecil an-tara hasil analisis terhadap konsen-trasi analit. Dalam beberapa kasus,untuk memperoleh hubungan pro-porsional antara hasil pengukurandengan konsentrasi analit, data yangdiperoleh diolah melalui transfor-masi matematik dulu sebelum dibuatanalisis regresinya.
Dalam praktek, digunakan satuseri larutan yang berbeda konsen-trasinya antara 50 – 150% kadar analitdalam sampel. Di dalam pustaka,
sering ditemukan rentang konsen-trasi yang digunakan antara 0 –200%. Jumlah sampel yang dianalisissekurang-kurangnya delapan buahsampel blanko.
Sebagai parameter adanya hu-bungan linier digunakan koefisienkorelasi r pada analisis regresi linierY = a + bX. Hubungan linier yang
ideal dicapai jika nilai b = 0 danr = +1 atau –1 bergantung pada arahgaris. Sedangkan nilai a menun-
jukkan kepekaan analisis terutamainstrumen yang digunakan. Param-eter lain yang harus dihitung adalahsimpangan baku residual (Sy).Dengan menggunakan kalkulatoratau perangkat lunak komputer,semua perhitungan matematik ter-sebut dapat diukur
^Σ ( y
1–
y
1)2
Sy = N – 2
^di mana y1= a + bx
Sx0
=Sy
b
Sx0= standar deviasi dari fungsi
Vx0
=Sx
0
x
Vx0= koefisien variasi dari fungsi
Contoh penentuan linearitasCara kerja :a. - Timbang baku tetrasiklin HCl
(B1, B2, B3) masing-masingsebesar 20,0; 22,5; 25,0 mg.Masukkan kedalam labu ukur
25,0 ml.- Larutkan dengan air sampai
25,0 ml, kocok.b. - Timbang baku Tetrasiklin HCl
(B4, B5) masing-masing sebe-sar 30,0; 35,0 mg. Masukkankedalam labu ukur 50,0 ml.
- Larutkan dengan air sampai50,0 ml, kocok.
Standar 1 :Pipet 1,0 ml larutan baku B
3.
Masukan kedalam labu ukur 10,0 ml.Tambahkan air sampai 10,0 ml,kocok.Standar 2 :
Pipet 5,0 ml larutan baku B3.
Masukkan ke dalam labu ukur 25,0ml. Tambahkan air sampai 25,0 ml,kocok.Standar 3 :
Pipet 5,0 ml larutan baku B4.
Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.
Tambahkan air sampai 10,0 ml,kocok.Standar 4 :
Pipet 5,0 ml larutan baku B1.
Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.Tambahkan air sampai 10,0 ml,kocok.Standar 5 :
Pipet 5,0 ml larutan baku B3.
Masukkan kedalam labu ukur 10,0 ml.Tambahkan air sampai 10,0 ml,kocok.Standar 6 : Larutan baku B
4
Standar 7 : Larutan baku B5
Standar 8 : Larutan baku B1
Standar 9 : Larutan baku B2
Standar 10 : Larutan baku B3
Suntikkan 20 µl standar (sampaidengan standar 10 pada HPLC pada
λ : 352 nm dan kecepatan alir 1,0ml/menit. Hubungan linear antarakonsentrasi (ppm) dan area Tetra-siklin HCl dalam pelarut air pada 10perbedaan tingkat konsentrasi antara100 – 1000 ppm ditunjukkan padatabel 9. Hasil dari analisis regresimenggunakan model y = ax + b dapatdilihat pada tabel 11.
5. Batas Deteksi dan Batas Kuan-titasiDefinisi:Batas deteksi adalah jumlah ter-
kecil analit dalam sampel yang dapatdideteksi yang masih memberikanrespon signifikan dibandingkandengan blangko. Batas deteksi me-rupakan parameter uji batas. Bataskuantitasi merupakan parameter
pada analisis renik dan diartikansebagai kuantitas terkecil analit da-lam sampel yang masih dapat meme-nuhi kriteria cermat dan seksama.
Cara penentuan:Penentuan batas deteksi suatu
metode berbeda-beda tergantungpada metode analisis itu mengguna-
kan instrumen atau tidak. Padaanalisis yang tidak menggunakaninstrumen batas tersebut ditentukandengan mendeteksi analit dalamsampel pada pengenceran bertingkat.Pada analisis instrumen batas deteksidapat dihitung dengan mengukurrespon blangko beberapa kali laludihitung simpangan baku responblangko dan formula di bawah ini
dapat digunakan untuk perhitungan
k x SbQ =
Sl
Q = LOD (batas deteksi) atau LOQ(batas kuantitasi)
k = 3 untuk batas deteksi atau 10untuk batas kuantitasi
a. Batas deteksi (Q)Karena k = 3 atau 10Simpangan baku (Sb) = Sy/x,maka
3 Sy/xQ =
Sl
b. Batas kuantitasi (Q)
10 Sy/xQ =
Sl
Perhitungan LOD dan LOQ
Sb
= simpangan baku respon analitikdari blangko
Sl = arah garis linear (kepekaanarah) dari kurva antara responterhadap konsentrasi = slope (bpada persamaan garis y = a+bx)
Batas deteksi dan kuantitasidapat dihitung secara statistikmelalui garis regresi linier dari kurvakalibrasi. Nilai pengukuran akansama dengan nilai b pada persamaangaris linier y = a + bx, sedangkan
simpangan baku blanko sama dengansimpangan baku residual (Sy/x.)
Tabel 12. Hasil pengukuran Kurva Kalibrasi Meloksikam
Konsentrasi meloksikam Luas kromotogram rata-rata(mg/ml) Meloksikam (mV.det)
Y didapat dari pers regresi, misalnya:X = 15,82 maka
y = 26569,95 x – 3282,9347
= 417053,67
S (y/x)2 = Variasi variabel respon (y),didapat dari data-data yang dekatdengan garis regresi
= Σ (yi – yi)2
N – 2
= 101671411,60 = 33890470,523
S (y/x) = V 33890470,52 = 5821,55
LOD= 3.SD/b LOQ = 10.SD/b
=3.5821,55
=10.5821,55
26569,95 26569,95
= 0,66 µg/ml = 2,19µg/ml
Cara lain untuk menentukanbatas deteksi dan kuantitasi adalahmelalui penentuan rasio S/N (signalto noise ratio). Nilai simpangan bakublanko ditentukan dengan caramenghitung tinggi derau pada peng-ukuran blanko sebanyak 20 kali pada
titik analit memberikan respon. Sim-pangan baku blanko juga dihitungdari tinggi derau puncak ke puncak,
jika diambil dari tinggi puncakderau atas dan bawah (N
p-p) maka s
0
= Np-p
/5 sedangkan kalau dari pun-cak derau bawah saja (puncak negatif)maka s
0= N
p/2, selanjutnya perhi-
tungan seperti tersebut di atas.
6. Ketangguhan metode (rugged-
ness)
Definisi:Ketangguhan metode adalah
derajat ketertiruan hasil uji yangdiperoleh dari analisis sampel yangsama dalam berbagai kondisi uji nor-mal, seperti laboratorium, analisis,instrumen, bahan pereaksi, suhu, hariyang berbeda, dll. Ketangguhanbiasanya dinyatakan sebagai tidakadanya pengaruh perbedaan operasiatau lingkungan kerja pada hasil uji.
Ketangguhan metode merupakanukuran ketertiruan pada kondisioperasi normal antara lab dan antaranalis.
Cara penentuan:Ketangguhan metode ditentukan
dengan menganalisis beningan suatulot sampel yang homogen dalam labyang berbeda oleh analis yang ber-beda menggunakan kondisi operasiyang berbeda, dan lingkungan yangberbeda tetapi menggunakan pro-sedur dan parameter uji yang sama.Derajat ketertiruan hasil uji kemu-dian ditentukan sebagai fungsi darivariabel penentuan. Ketertiruandapat dibandingkan terhadap kesek-samaan penentuan di bawah kondisinormal untuk mendapatkan ukuran
ketangguhan metode. Perhitung-annya dilakukan secara statistikmenggunakan ANOVA pada kajiankolaboratif yang disusun olehYouden dan Stainer.
7. Kekuatan ( Robustness)Untuk memvalidasi kekuatan
metodologi yang kecil dan terusmenerus dan mengevaluasi responanalitik dan efek presisi dan akurasi.Sebagai contoh, perubahan yang di-butuhkan untuk menunjukkan keku-atan prosedur HPLC dapat mencakup(tapi tidak dibatasi) perubahankomposisi organik fase gerak (1%),pH fase gerak (± 0,2 unit), dan peru-bahan temperatur kolom (± 2 - 3° C).Perubahan lainnya dapat dilakukanbila sesuai dengan laboratorium.
Identifikasi sekurang-kurangnya
3 faktor analisis yang dapat mem-pengaruhi hasil bila diganti ataudiubah. Faktor orisinal ini dapatdiidentifikasi sebagai A, B, dan C.Perubahan nilai faktor-faktor inidapat diidentifikasi dengan a, b, danc. Lakukan analisis pada kondisiyang telah disebutkan pada peme-riksaan ketangguhan.
NilaiPenetapan
faktoreksperimental
#1 #2 #3 #4
A atau a A A a a
B atau b B b B b
C atau c C c c C
Untuk menentukan efek peru-bahan A, banding rata-rata hasil (#1
+ #2)/2 dengan (#3 + #4)/2, Untukefek perubahan B, bandingkan (#1 +#3)/2 dengan (#2 +#4)/2 dan sete-rusnya.
SELEKSI PARAMETERANALITIK
Parameter analitik yang diper-lukan untuk validasi dapat bervariasi
bergantung pada tipe prosedur ana-litik. Metode yang digunakan untukpemeriksaan produk farmasetikadapat diklasifikasikan seperti dibawah ini :
! Kategori I : metode analitikal un-tuk kuantitasi komponen maupunsubstansi bahan baku obat ataubahan aktif (termasuk pengawet)pada hasil akhir farmasetika ter-masuk dalam kategori I.
! Kategori II : Metode analitik untuk
menentukan campuran dalamsubstansi bahan baku atau kompo-nen sisa pada produk akhir farma-setika dimasukkan dalam kategoriII. Metode ini termasuk perhi-tungan kembali secara kuantitatifdan batas tes.
! Kategori III : Metode analitik iniuntuk menentukan performa ka-rakteristik (contoh: disolusi, pe-lepasan obat) termasuk dalamkategori III.
Untuk masing-masing kategoridiperlukan informasi analitik yangberbeda. Tabel 13 berikut mem-berikan langkah-langkah mengenaiparameter analitik yang biasanyadiperlukan untuk masing-masing
kategori.
Tes SST (system suitability tests)Dari validasi metode yang
dilakukan dapat diketahui apakahsuatu metode analisis (dalam hal inikromatografi) dapat dipakai padasuatu kondisi tertentu. Untukmengetahui apakah metode tadi
masih dapat dipakai, seyogyanyadilakukan uji SST, seperti yang dian-
jurkan oleh USP XXII/XXIII atau
peneliti lainnya (Wahlich & Carr,1990). Sebaiknya semua parametervalidasi diuji SSTnya, sedangkankhusus untuk kromatografi param-eter tailing factor dan column effi-ciency/plate count juga diuji.