Top Banner
HAMA PADA UBI JALAR Cylas formaricus OLEH: LAILA NUR HIDAYAH 4411412071
28

Hama Pada Ubi Jalar

Sep 15, 2015

Download

Documents

laywishka

ppt hama ubi jalar
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

HAMA PADA UBI JALAR Cylas

HAMA PADA UBI JALARCylas formaricusOLEH:LAILA NUR HIDAYAH4411412071

BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN KUMBANG Cylas formicarius Fabricius (COLEOPTERA:CURCULIONIDAE)

OlehNurnina NonciBalai Penelitian Tanaman Serealia, Jalan Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514, Sulawesi SelatanJurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005

Terdapat 3 spesies hama:Cylas formaricus as sweetpotato weevil as kumbang penggerek umbi as hama boleng AsiaCylas punsticollis Sub-Sahara AfrikaEuscepis postfasciatus Karibia dan kepulauan Pasifik

Cylas formaricus merupakan salah satu hama ubi jalar yang tersebar di Asia sepanjang tahunTerdapat 9 generasi yang dapat ditemukan sepanjang tahun Fase dewasa tidak berdiapuse (berhenti tumbuh) tetapi cenderung tidak aktif bila kondisi kurang sesuai

Siklus Hidup

TelurTelur diletakkan di dalam rongga kecil yang dibuat oleh kumbang betina dengan cara menggerek akar, batang, dan umbi. Telur diletakkan di bawah kulit atau epidermis, secara tunggal pada satu rongga dan ditutup kembali sehingga sulit dilihat Di Indonesia,rata-rata lama fase telur adalah 7 hariSeekor Betina memperoduksi telur 90-340 selama hidupnya

LarvaLarva yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, tanpa kaki, berwarna putih dan lambat laun berubah menjadi kekuninganLarva C. formicarius terdiri atas tiga instar dengan periode instar pertama 816 hari, instar kedua 221 hari, dan instar ketiga 3556 hari (Capinera 1998). Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan larvaPupaLarva instar akhir membentuk pupa pada umbi atau batang, berbentuk oval, kepala dan elytra bengkok secara ventral.Panjang pupa berkisar 66,50 mm Pupa berwarna putih, tetapi seiring dengan waktu dan perkembangannya,berubah menjadi abu-abu dengan kepala dan mata gelap. Lama masa pupa berkisar 710 hari, tetapi pada cuaca dingin dapat mencapai 28 hari (Capinera 1998).Serangga DewasaKumbang yang baru keluar dari pupa tinggal 12 hari di dalam kokon, kemudian keluar dari umbi atau batang.Mempunyai kepala, abdomen, dan sayap depan berwarna biru metalik, sedangkan kaki dan dadanya cokelat.Perbedaan kumbang jantan dan betina terletak pada antena. Kumbang jantan bergerak lebih sering dibanding kumbang betina,dan kumbang jantan tua lebih aktif dibanding kumbang jantan muda.Kumbang dewasa makan, bertelur, dan berlindung pada akar, batang, dan umbi.Kumbang menyerang epidemis akar atau batang dan permukaan luar umbi dengan cara membuat lubang gerekan. Larva juga menyerang akar,batang, dan umbi dengan cara yang sama, tetapi sisa gerekan ditumpuk di sekitar lubang gerekan dengan bau yang khas. Umbi yang rusak menghasilkan senyawa terpenoid sehingga terasa pahit, dan tidak dapat dikonsumsi walaupun kerusakannya rendah. Warna jaringan disekitar lubang gerekan pada umbi akan berubah menjadi lebih gelap dan membusuk, sehingga umbi tidak layak dikonsumsi karena rasanya pahitPENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)Penggunaan varietas tahanTeknik bercocok tanamMusuh alamiPenggunaan pestisidaSeks Feromon

Bercocok tanamDianjurkan menanam ubi jalar hanya sekali dalam 5 tahun, mencegah menanam 2 tahun berturut-turut pada areal yang sama, atau menanam padi di antara dua pertanaman ubi jalar (AVRDC 2004). Pergiliran tanaman bertujuan mematahkan siklus hidup C. formicarius.Tumpang sari ubi jalar dengan buncis,ketumbar, labu, lobak, adas, kacang hijau, dan kacang tanah juga dapat mencegah serangan hama tersebut (CABI 2001).Retakan tanah merupakan jalan utama bagi hama untuk mencapai umbi dan akar untuk meletakkan telur. Umbi yang bertambah besar menyebabkan tanah menjadi retak. Retakan tanah dapat ditutup dengan memberikan air, mencangkul atau menggunakan mulsa.Sanitasi dengan membersihkan sisa-sisa tanaman setelah panen juga penting dalam pengendalian C. formicarius,karena hama ini terdapat pada akar dan batang.

Inang ResistenMenanam kultivar ubi jalar yang tahan terhadap C. formicarius.Lingkungan memegang peranan penting dalam interaksi antara tanaman dan C. formicarius.

Musuh AlamiMenggunakan predator alaminya yang lebih efektif dibandingkan penggunaan insektisida, seperti:laboratorium adalah Bracon mellitor Say., B. punctatus (Muesebeck), Metapelma spectabile Westwood (semua termasuk ordo: Hymenoptera: Braconidae) Euderus purpureas Yoshimoto (Hymenoptera: Eulophidae). parasitoid Microbracon cylasovarus dan Bassus cylasovarus efektif menekan populasi C. formicarius. Phaidole megacephala (semut berkepala besar) efektif Memangsa C. formicarius

InsektisidaPenggunaan insektisisda pada saat tanam dapat mencegah kerusakan pada bibit, dan aplikasi setelah tanam dapat mencegah serangan C. formicarius dari tanaman di sekitarnya. Karbofuran dengan dosis 25 kg/ha/aplikasi yang diberikan saat tanam dan pada 60 hari setelah tumbuh efektif menekan populasi dan kerusakan oleh C. formicarius pada pangkal batang dan umbi. Seks FeromonKombinasi seks feromon dengan pencelupan setek ke dalam larutan karbofuran 0,05% ba/ha selama 20 menit saat tanam, dapat menekan populasi C. formicarius sehingga hasil yang diperoleh lebih tinggi daripada perlakuan lainnya.Perangkap feromon juga dapat digunakan untuk menandai dan memonitor keberadaan C. formicarius di lapang. Hwang (2000) mengemukakan bahwa seks feromon (2)-3-dodecen-1-01 (E)-2butenoate, mampu menarik serangga betina.Pengendalian Hama TerpaduMenggunakan cendawan Beauveria bassiana memiliki kisaran inang yang luas (Lord, 2001), memiliki strain (isolat) yang beragam, mampu menginfeksi hama pada berbagai umur dan stadia perkembanganmenimbulkan epizootic secara alami (Meyling et al.,2007)

Hasi penelitian Tafoya et al. (2004), juga menunjukkan bahwa B. bassiana pada konsentrasi 1 10 konidia/ml efektif menyebabkan kematian imago kumbangMetamasius spinolae (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman kaktus sebesar 82%.

Pengendalian HayatiMenggunakan jasad renik seperti cendawan entomopatogen Beauveria bassiana.Cendawan ini dapat menyebabkan mortalitas C. formicarius berkisar antara 80-97% (Supriyatin et al., 2002). Pangestu (2011) juga melaporkan bahwa di laboratorium cendawan B. bassiana dapat menyebabkan kematian imago C. formicarius hingga 84,50%Cara aplikasi cendawan pada tanaman (50,00 %) lebih efektif daripada di permukaan tanah (25,83 %) sebab pada awalnya imago C. formicarius hidup dengan makan daun, batang tanaman ubi jalar, dan permukaan luar umbi (Widodo et al., 1994). Oleh karena sebagian besar imago C. formicarius berada di tanaman maka pada cara aplikasi di permukaan tanah tidak efektif.

Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana dalam Mengendalikan Telur Hama Penggerek Ubi Jalar (Cylas formicarius)

oleh

Dita Artanti, Isnawati, Guntur Trimulyono, Yusmani Prayogo Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang METODE Untuk mendapatkan telur>>>>Masing-masing toples diisi dengan 2 buah ubi yang sehat kemudian dimasukkan imago C. formicarius jantan dan betina sebanyak 50 pasang. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mengetahui peneluran. Apabila terdapat telur pada ubi segera diambil dan diganti dengan ubi yang baru dan sehat begitu seterusnya sehingga terkumpul telur yang diinginkan. Untuk mendapatkan konidia cendawan>>>Isolat cendawan B. bassiana diperbanyak pada media jagung seperti yang dilakukan oleh Kurnia et al., (2011) jagung dibersihkan dari kotoran hingga bersih, selanjutnya jagung dimasukkan dalam panci dan dikukus setengah matang.Jagung yang telah dikukus kemudian dibungkus dalam plastik tahan panas dengan berat tiap bungkusan kira-kira l00 g. Selanjutnya media jagung tersebut disterilisasi dalam autoclave dengan tekanan 2 atm dan temperatur 121 C selama 15 menit. Jagung yang telah disterilisasi kemudian diinokulasi dengan suspensi konidia cendawan B. bassiana. Biakan cendawan B. Bassiana diletakkan di dalam suhu kamar dengan temperatur 27 C

Untuk mendapatkan isolate cendawan>>>}Biakan cendawan B. bassiana yang berumur 21 hari dalam media jagung ditambah air dikocok menggunakan shaker selama 30 menit. Suspensi tersebut kemudian disaring dengan kain saring dan ditambahkan larutan tween 80 (1 ml/ 1 suspensi konidia) sebagai bahan perata. Kerapatan konidia dihitung menggunakan haemocytometer. Selanjutnya melakukan pengenceran dari suspensi cendawan hingga diperoleh kerapatan konidia 108/ml. Hasil dari pengenceran kemudian dimasukkan ke dalam handsprayer yang berukuran 60 ml dengan volume suspensi 1 ml. Suspensi konidia yang telah dibuat dan dimasukkan handsprayer disemprotkan ke setiap perlakuan sebanyak 1 ml/perlakuan. Sedangkan pada perlakuan telur sebagai kontrol disemprot menggunakan air steril dengan volume yang sama.Hasil PenelitianAplikasi cendawan entomopatogen B.bassiana pada konsentrasi 10 konidia/ml berpengaruh dalam menekan penetasan telur C. formicarius yang mana penetasan telur C. formicarius pada umur 0 hingga 4 hari sebesar 0% ,umur telur 5 hari sebesar 26,67%, umur telur 6 hari sebesar 36,67%, dan umur telur 7 hari sebesar 56,67%. Semakin muda umur telur C. formicarius,maka semakin rentan terhadap infeksi cendawan B. bassiana.

Telur serangga terdiri atas tiga lapisan, yaitu(1) eksokorion yang mengandung karbohidrat, (2)endokorion tersusun dari protein (3) lapisan kristalin paling dalam mengandung protein (dos Santos dan Gregorio, 2003). Beberapa senyawa yang terkandung di lapisan korion tersebut merupakan senyawa yang dibutuhkan oleh konidia meskipun harus melalui perombakan terlebih dahulu. Pada saat telur terinfeksi, cendawan dapat mengeksploitasi sumber nutrisi yang ada di dalam telur setelah miselium terbentuk. Pada kondisi tersebut telur sudah tidak normal atau embrio yang terbentuk di dalam telur sudah mati sehingga cendawan dalam fase saprofit. Fase selanjutnya, miselium tumbuh keluar menembus korion telur, kemudian miselium mengkolonisasi seluruh permukaan telur dan bersporulasi yang berfungsi untuk transmisi patogen ke inang yang sehat.