A. Judul PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU EKONOMI KELAS VIII DI MTs. NW EMBUNG RAJA KECAMATAN TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 B. Latar Belakang Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih didominasi oleh metode ceramah. Metode ini tidak begitu banyak mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik terutama dalam memecahkan suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode yang monoton, dalam menggunakan metode tersebut guru hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas dan diskusi bebas. Dengan demikian guru tidak bisa mengembangkan pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi nyaris tidak ada perbedaan. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. Judul
PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
EKONOMI KELAS VIII DI MTs. NW EMBUNG RAJA KECAMATAN
TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN
2013/2014
B. Latar Belakang
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih
didominasi oleh metode ceramah. Metode ini tidak begitu banyak
mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik terutama dalam
memecahkan suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru
hanya menggunakan metode yang monoton, dalam menggunakan metode
tersebut guru hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas
dan diskusi bebas. Dengan demikian guru tidak bisa mengembangkan
pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang
pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi
nyaris tidak ada perbedaan.
Penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bergaya ceramah,
peserta didik kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu
pembelajaran. Peserta didik dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit
pertama pembelajaran, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka
hanya dapat mengingat 20% materi pembelajaran (Silberman, 2006:24).
1
Guru dalam melaksanakan metode ceramah atau ekspositorinya masih
sering terjebak ke dalam pemberian hafalan untuk dilatihkan kepada
siswanya. Mereka hanya diminta untuk menghafal, bukan tidak penting bagi
peserta didik mengetahui hal ini, akan tetapi jika hal ini saja yang diberikan
pada siswanya maka akan ada kecenderungan peserta didik merasa bosan dan
jenuh pada mata pelajaran yang diajarkan.
Kekhawatiran lain yang mungkin timbul akibat adanya rasa bosan dan
jenuh ini adalah peserta didik menjadi malas bahkan tidak mau lagi mengikuti
pelajaran. Akibatnya ialah tidak ada minat dan motivasi peserta didik untuk
belajar.
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan proses
pembelajaran di sekolah. Peserta didik yang berprestasi pada umumnya
memiliki akses untuk berkembang dengan baik di bawah bimbingan guru
yang professional. Mulyasa (2002) memberikan pendapat bahwa mengingat
peranan guru yang penting terhadap keberhasilan implementasi KBK bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar, maka guru
perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) Mengurangi ceramah, (2)
memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3)
Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta
disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) Bahan harus dimodifikasi dan
diperkaya, (5) Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialist, bila ada
peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) Gunakan prosedur yang
bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) Ingat bahwa
2
peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama, (8) Usahakan
mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja
dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) Usahakan
untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan. (Mulyasa, 2002:186)
Guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Guru menjadi ujung
tombak dalam upaya menyukseskan program pembelajaran dan pendidikan
pada umumnya. Oleh karena itu, guru diharapkan secara terus menerus
berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Upaya itu tentu tidak
dapat dilaksanakan manakala guru kurang memahami realitas yang ada serta
permasalahan pembelajaran yang dihadapi atau dilaksanakannya. Untuk itu
penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk mengenali
permasalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembelajaran, pengelolaan
kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, minat dan motivasi belajar
siswa, kemampuan siswa, dan yang terlebih kemampuan guru itu sendiri.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar proses belajar mengajar
yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian pembelajaran
tersebut mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal dan menciptakan
suasana belajar yang menarik, terkontrol, dan sistematis. Menurut Sanusi
kriteria pembelajaran efektif antara lain: (1) Pembelajaran peserta didik
secara klasikal tuntas, (2) Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan telah
tercapai, (3) Respon peserta didik terhadap pembelajaran positif, (4) Aktivitas
peserta didik dan guru adalah efektif dan, (5) kemampuan guru mengolah
pembelajaran sudah baik dengan syarat nomor 1 dan 2 terpenuhi.
3
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai
upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum
memenuhi harapan. Hal itu disebabkan banyak lulusan pendidikan formal
yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia,
apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu
yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan
gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas
pendidikan. Apabila pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang
turut mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut, menurut Deming meliputi:
(1) input mentah atau siswa, (2) lingkungan instruksional, (3) proses
pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan. Dalam proses pendidikan,
sebenarnya di dalamnya terdapat motivasi belajar, akan tetapi bila hal ini
tidak diperankan dengan baik oleh guru seorang peserta didik tidak akan
mempunyai semangat untuk melakukan aktifitas belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa
4
yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa
yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Banyak anak dengan inteligensi yang rendah disebabkan tidak ada motivasi
dalam belajar. Fungsi motivasi yang seharusnya sebagai pendorong,
penggerak, dan pengarah perbuatan belajar tidak dijalankan dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab sebabnya. Sebab sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain
lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan
atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam inilah perlu dilakukan daya upaya
yang dapat menemukan sebab musababnya dan kemudian mendorong
seseorang peserta didik itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya
dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain peserta didik itu perlu diberikan
rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Singkatnya perlu diberikan
motivasi (Sardiman, 2011:74).
Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar. Seorang peserta didik yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa
jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau
ada motivasi yang tepat. Terkait dengan hal ini maka kegagalan belajar
5
peserta didik jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin
saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan peserta didik untuk berbuat/belajar.
Jadi tugas guru bagaimana mendorong para peserta didik agar pada dirinya
tumbuh motivasi. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat
penting. Bagaimana guru melakukan usaha -usaha untuk dapat menumbuhkan
dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar
dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi
yang baik pula. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa.
Mengingat hal tersebut di atas, penulis mencoba meneliti tentang
pengaruh penerapan active learning sebagai salah satu cara untuk memotivasi
peserta didik dalam belajar. Serta untuk mengasah pola fikir peserta didik
agar ia terbiasa dalam berfikir kritis analistis argumentatif punya kepekaan
sosial yang tinggi serta dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
perlu dikaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh metode active
learning terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW
Embung Raja”?
6
D. Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka untuk menghindari
perbedaan persepsi dalam memahami dan mengartikan masalah. Maka
peneliti perlu memberikan batasan masalah, sebagai berikut:
a. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah pengaruh metode active learning
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja
kecamatan Terara.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs.
NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.
c. Lokasi Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian akan dilaksanakan di kelas VIII
MTs. NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode active learning
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja
Kecamatan Terara Lombok Timur.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud:
1. Manfaat secara teoritis
7
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pengaruh metode mengajar terhadap motivasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran IPS terpadu Ekonomi di MTs. NW Embung Raja
kecamata terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam
melaksanakan tugas pengajaran di masa-masa yang akan datang.
2. Manfaat secara praktis
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik khususnya di dalam
memotivasi peserta didik agar prestasi belajar peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan.
b. Dari hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
sekolah-sekolah, khususnya pada MTs. NW Embung Raja kecamata
Terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam melaksanakan
tugas pengajaran dimasa-masa yang akan datang, sebagai upaya dalam
meningkatkan kelangsungan proses belajar mengajar terutama yang
menyangkut motivasi belajar peserta didik.
G. Sistimatika Pembahasan
Adapun sistimatika pembahasan pada proposal ini sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar belakang
c. Rumusan masalah
d. Batasan masalah
e. Tujuan penelitian
8
f. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
2. Manfaat secara praktis
g. Sistimatika pembahasan
h. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Pengertian penegasan istilan
2. Penelitian yang relevan
3. Landasan teori
4. Perumusan hipotesis
i. Metode penelelitian
1. Jenis penelitian
2. Populasi dan sampel
3. Data penelitian
a. Tipe dan sumber data
b. Teknik pengumpulan data
4. Variable penelitian
5. Analisis data
6. Pengujian hipotesis
j. Jadwal kegiatan penelitian
k. Daftar pustaka
9
H. Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis
1. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda
diantara pembaca, maka perlu diberikan batasan-batasan pengertian pada
beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Beberapa
istilah yang perlu dijelaskan pengertiannya antara lain: (1) Metode active
learning (2) Motivasi Belajar.
a. Metode active learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan
belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual
dan emosional, sehingga peserta didik betul-betul berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai lebih baik.
b. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 2011:73). Dalam pembelajaran motivasi merupakan suatu
yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai materi pembelajaran yang sedang diikutinya (Gintings,
2010:86)
10
2. Penelitian yang relevan
Penerapan metode active learning dalam pembelajaran sebelumnya
telah dikembang oleh Ali Muhtadi yang berjudul “Model Pembelajaran
“Active Learning” dengan Metode Kelompok untuk Meningkatkan
Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi” menyimpulkan
bahwa model pembelajaran active learning mampu mendorong minat,
motivasi, kesiapan, dan tanggung jawab belajar mahasiswa dalam setiap
langkah pembelajaran.
3. Landasan teori.
A. Metode Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai
lebih baik (Sudjana dan Daeng, 1988:32). Dari pengertian tersebut
menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan peserta didik
sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dipandang
sebagai objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu
proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini peserta
didik mengalami “keterlibatan intelektual-emosional” disamping
keterlibatan fisiknya (Nurdin dan Usman, 2002:117).
11
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses
pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar
belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam
hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik
dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan
mental dan melatih ketrampilan fisiknya (A. Fatah Yasin, 2008:180).
Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan
strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini
digunakan oleh para pendidik (guru) dalam proses pembelajaran.
Mendidik dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui
pendengaran, yang hanya bisa dicerna otak peserta didik 20%. Padahal
informasi yang dipelajari peserta didik bisa saja dari membaca (10%),
melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%),
mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat
seorang filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa”
“Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”
Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar
menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses
informasi tersebut samapai dapat dicerna dan baru kemudian
disimpannya. Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya
“pernahkah aku mendengar, melihat, mengalami sebelumnya, kapan dan
dimanakah kira-kira hal itu aku dengar, lihat dan kualami lalu dimanakah
12
hal itu aku simpan?” Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki
termasuk otak tersebut perlu diaktifkan, sehingga berfungsi semaksimal
mungkin melalui proses belajar yang ia lakukan.
Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka
pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi
pembelajaran aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai
cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang belajar dengan
membaca. Berdiskusi dan ada juga yang senang dengan cara langsung
praktik. Inilah yang sering disebut dengan gaya belajar atau learning
style. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi
pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.
Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila dalam
mengajar hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik
yang bersangkutan akan kehabisan energi karena mengekspos suara lisan
melalui ceramah secara terus-menerus.
Dilihat dari subjek didik maka metode active learning
merupakan proses kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam rangka
belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka metode active learning
merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal
subjek didik.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode active learning adalah
13
salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan
partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik
mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning
Proses belajar-mengajar yang dapat memungkinkan metode active
learning harus dilaksanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar
sehingga pada waktu proses belajar-mengajar peserta didik melakukan
kegiatan belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat
menunjang tumbuhnya Cara belajar peserta didik aktif diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Perhatian dan motivasi
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi
mempunyai peranan memberi tenaga yang mengerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar peserta didik tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
c. Pengulangan
14
Belajar adalah melatih daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang dan
menjadi sempurna.
d. Balikan dan Penguatan
Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal
dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari
luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat
siswa, ganjaran, hadiah, dan lain-lain. Sedangkan penguat dari dalam
dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan peserta didik
betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya
(Dimyati dan Mudjiono, 2013:42).
Prinsip-prinsip di atas penting dilaksanakan pada waktu
mengajar Sehingga mendorong kegiatan belajar peserta didik
seoptimal mungkin.
3. Ciri-ciri Metode Active Learning
Pada waktu mengajar harus ada interaksi antara guru dengan
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, oleh karena itu
guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semua
peserta didik aktif melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada
beberapa ciri yang harus nampak dalam proses belajar active learning,
diantaranya adalah:
15
a. Situasi kelas menantang peserta didik melakukan kegiatan belajar
secara bebas tapi terkendali.
b. Guru Tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak
memberikan rangsangan berpikir kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah.
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa,
bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media
yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri
sebagai sumber belajar.
d. Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya
bersama sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar
yang dilakukan secara kelompok dan ada pula kegiatan belajar yang
harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan
kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan
terencana.
e. Hubungan guru dengan peserta didik sifatnya harus mencerminkan
hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak dan anak, bukannya
hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri
sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan bantuan
manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang
mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
16
g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
peserta didik tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar
yang dilakukan siswa.
h. Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui
pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada
guru maupun kepada peserta didik lainnya dalam pemecahan
masalah belajar.
i. Guru Senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari
benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau
mengurangi/menekan pendapat peserta didik di depan peserta didik
lainnya. Guru bahkan harus mendorong peserta didik agar selalu
mengajukan pendapatnya secara bebas.
Ciri-ciri di atas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar active
learning dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-
ciri di atas bukanlah hal yang mudah tapi perlu pengenalan teori
strategi dan teori penyusunan satuan pelajaran.
4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning
Agar proses pembelajaran active learning bisa berjalan dengan
baik, maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut
untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran (Yasin,
2008:181).
Strategi pembelajaran active learning sangat diperlukan karena
peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang
17
senang belajar dengan membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang
dengan cara langsung praktik. Disamping itu penggunaan strategi
pembelajaran active learning bagi pendidik adalah sangat membantu atau
memudahkan dalam mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak
jam mengajar, dan apabila dalam mengajar hanya berorientasi pada
ceramah saja, maka jelas pendidik yang bersangkutan akan kehabisan
energi karena mengekspos suara lisan melalui ceramah secara terus-
menerus. Untuk itu sangat diperlukan penggunaan berbagai jenis strategi
pembelajaran active learning.
Beberapa strategi dalam pembelajaran aktif tersebut, antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Poster comment (mengomentari gambar)
Yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung
dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan
pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran. Langkah-
langkah penerapannya:
1. Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan
dengan materi bahasan.
2. Jangan ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.
3. Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara
bergiliran, kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah
melihat gambar tersebut.
18
4. Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda,
karena pikiran manusia juga berbeda-beda.
5. Pendidik sudah mempersiapkan rumusan jawaban yang tepat
mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat
penjelasan sekaligus dapat pula menyaksikan gambarnya.
Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat memberi
masukan berupa pendapat/ide yang bervariasi karena setiap pikiran
manusia itu berbeda-beda, dengan berbagai macam pendapat dari
peserta didik tersebut akan dapat ditarik benang merahnya tentang
inti pokok dari materi yang diajarkan.
b. Index Card Matc (Mencari Pasangan Jawaban)
Yaitu suatu startegi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok
dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. Langkah-langkah
penerapannya:
1. Siapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, dan atau yang
sudah pernah dialami sebagai pengalaman.
2. Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang
berisi tentang pertanyaan dan jawaban.
3. Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh
jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah
separuh peserta didik yang hadir.
19
4. Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya,
setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah
satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan
jawabannya, yang lain mendengarkan barangkali ada kekeliruan
pasangan.
5. Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus
menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian
akhir atau ulangan.
c. Everyone is teacher Here (semua adalah pendidik/guru)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud
meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber
terhadap sesama temannya di kelas belajar. Langkah-langkah
penerapannya:
1. Berikan bahan bacaan dan minta peserta didik untuk membaca
bahan tersebut.
2. Mintalah setiap peserta didik untuk membuat pertanyaan dari
materi terdahulu lalu bagikan kembali kepada semua peserta.
3. Kocoklah kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali
kepada semua peserta.
4. Mintalah peserta membaca dalam hati sambil memikirkan
jawabannya dari pertanyaan tersebut.
5. Panggil secara bergantian setiap peserta untuk membaca
pertanyaan dan jawabannya masing-masing.
20
6. Minta peserta lain untuk memberi tanggapan.
7. Strategi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi
kawannya.
8. Dengan ini diharapkan agar peserta didik yang pasif dapat ikut
terlibat dalam pembelajaran aktif.
d. Team Quiz
Langkah-langkah metode kuis berkelompok adalah:
1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah peserta didik menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran
kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian
materi maksimal 10 menit.
4. Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
5. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab
pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika
kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok
B.
21
7. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjtkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C
sebagai kelompok penanya.
9. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan
jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru
(Suprijono, 2009:114).
e. Jigsaw
Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada
kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh peserta didik dan setiap peserta didik memikul
suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.
Langkah-langkah penerapannya:
1. Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok pangkalan kira-kira
enam anggota masing-masing.
2. Tugas dibagi ke dalam jumlah bagian yang sama dengan topik
yang berbeda-beda.
3. Di dalam kelompok pangkalan, setiap peserta didik meneliti satu
dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu.
22
4. Kelompok menugaskan tugas khusus untuk angota-anggota
kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berunding
diantara mereka mengenai siapa yang melakukan apa.
5. Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut,
setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik
disuruh menguraikan atau membacakan.
Pada dasarnya model jigsaw merupakan salah satu model dari
cooperative learning yakni dengan membentuk diskusi atau learning
community. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta
didik menghadapi perubahan-perubahan di hadapannya. Ketika
belajar lebih senang dengan yang lain dari pada sendirian, mereka
memiliki dorongan emosional dan intelektual, yang memungkinkan
mereka melampaui tingkat pengetahuan dan ketrampilan mereka
sekarang. Jerome Bruner dalam Mel Silberman mengenalkan sisi
sosial dari belajar dalam buku klasiknya yang berjudul Toward a
Theory of Instruction. Ia mendeskripsikan suatu kebutuhan yang
dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama dengan
mereka terlibat dalam mencapai tujuan, yang ia sebut reciprocity.
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning
a. Kebaikan Metode Active Learning
Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki
kewibawaan di depan kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak
ditentukan oleh penampilannya, posisinya di depan kelas, perkataan
23
dan tulisannya. Secara batin kewibawaan ditumpang oleh penguasaan
bahan yang diajarkan, penguasaan metode dan media pendidikan yang
dipilihdan digunakan, dan penguasaan alat penelitian yang diterapkan
(Oemar Hamalik, 2007:142). Disamping itu guru juga memperhatikan
keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
diusahakan peserta didik aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam
belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam
pengorganisasi waktu, bahan, dan siswa. Kebaikan-kebaikan metode
active learning adalah sebagai berikut:
c. Prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditujukan
melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara
eksklusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi,
mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan tujuan atau
cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber
dan lain sebagainya.
d. Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan
belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan
peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual
maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk
perhatian serta pikiran peserta didik dengan tugas yang telah
dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
24
e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan
sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab
peserta didik di dalam kegiatan belajar.
f. Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk
dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang
dominan dalam metode active learning.
g. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah
kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial,
emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan
kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan
keamanan dan kemampuan bekerjasama di dalam memecahkan
masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun
Ekstra Kurikuler
Jadi kebaikan metode active learning adalah Kadar
kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong peserta didik belajar
mempraktikkan proses-proses intelektual seperti dikemukakan oleh